You are on page 1of 16

Rusham

Hal. 153-166

ANALISIS DAMPAK PERTUMBUHAN PASAR MODEREN


TERHADAP EKSISTENSI PASAR TRADISIONAL DI
KABUPATEN BEKASI

Rusham
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Islam “45” Bekasi
(rushamsangaji@gmail.com)

Abstract
The emergence of modern retailers (supermarket, minimarket and department stores) in
the early 1980s didThe emergence of modern retailers (supermarket, minimarket and department
stores) in the early 1980s did not threaten the traditional market. However, the modern retail of
consumer targeting the upper middle class, as an alternative to the more traditional markets that
are identical to the slum, with the look and quality of the goods is poor, and the low sale price and
conventional bargaining system. 2000s, several locally owned conglomerate retailers anticipate
threats and invasion of foreign retailers to shift to indirect competition, to develop a mini market
format, the number of outlets operated has reached about 2,200 outlet. Factors that influence
positively and significantly to the growth of the modern market in Bekasi are population, number
of households and the level of income per capita. The increase in population, number of
households, and income per capita in Bekasi causing increasing number of modern market. In
general, this study is expected to provide information that is accurate enough for the Bekasi
government in formulating a comprehensive policy-related programs and activities that are
recommended for the development of traditional traders in Bekasi, and to develop regulatory
models suitable for traditional and modern Traders in Bekasi district, because the government
may not prohibit large retailers to enter the retail business sector

Keywords: Regulatory and institutional arrangement Modern Markets and Traditional

PENDAHULUAN
penjualan hipermarket akan meningkat
Pertumbuhan pasar modern di sebesar 70% untuk periode yang sama.
Jabodetabek (Jakarta, Bekasi, Depok, Salah satu penyebab meningkatnya jumlah
Tangerang, dan Bekasi) dalam beberapa dan penjualan pasar modern adalah
tahun terakhir cukup tinggi. Pada 2000– urbanisasi yang mendorong percepatan
2010, terjadi peningkatan pangsa pasar pertumbuhan penduduk di perkotaan serta
supermarket terhadap total pangsa pasar meningkatnya pendapatan per kapita. Dari
industri makanan yang cukup tajam dari 1998 hingga 2005, hipermarket di seluruh
11% menjadi 30%. Penjualan supermarket Indonesia tumbuh 27% per tahun, dari
pun tumbuh rata-rata 15% per tahun, delapan menjadi 49 gerai. Meskipun
sedangkan penjualan pedagang tradisional demikian, pertumbuhan hypermarket
turun 2% per tahunnya (Natawidjadja terkonsentrasi di wilayah Jabodetabek
2006). Pricewaterhouse Coopers (2010) dengan proporsi 58% dari keseluruhan
memprediksi bahwa penjualan hipermarket.
supermarket akan meningkat sebesar 50% Pedagang tradisional yang terkena
dari periode 2007 hingga 2010, sedangkan

•VOL.10, NO. 2• SEPTEMBER 2016


imbas langsung dari keberadaan
JURNAL ILMIAH EKONOMI MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN “OPTIMAL” 153

2 JURNAL ILMIAH EKONOMI MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN “OPTIMAL”


•VOL.10, NO. 2•SEPTEMBER 2016
Rusham
Hal. 153-166

supermarket atau hypermarket adalah akan tertarik untuk datang dan melakukan
pedagang yang menjual produk yang sama transaksi di pasar tradisional.
dengan yang dijual di kedua tempat
b. Regulasi
tersebut. Meskipun demikian, pedagang
yang menjual makanan segar (daging, Pemerintah memang mempunyai hak
ayam, ikan, sayur-sayuran, buah-buahan, untuk mengatur keberadaan pasar
dan lainlain) masih bisa bersaing dengan tradisional dan pasar modern. Tetapi
supermarket dan hypermarket mengingat aturan yang dibuat pemerintah itu tidak
banyak pembeli masih memilih untuk boleh diskriminatif dan seharusnya justru
pergi ke pasar tradisional untuk membeli tidak membuat dunia usaha mandek.
produk tersebut. Keunggulan pasar Pedagang kecil, menengah, besar, bahkan
modern atas pasar tradisional adalah perantara ataupun pedagang toko harus
bahwa mereka dapat menjual produk yang mempunyai kesempatan yang sama dalam
relatif sama dengan harga yang lebih berusaha.
murah, ditambah dengan kenyamanan Kehadiran pasar modern yang
berbelanja dan beragam pilihan cara memberikan banyak kenyamanan
pembayaran. Supermarket dan membuat sebagian orang enggan untuk
hipermarket juga menjalin kerja sama berbelanja ke pasar tradisional. Berbagai
dengan pemasok besar dan biasanya untuk alasan mungkin akan dilontarkan orang
jangka waktu yang cukup lama. Hal ini jika ditanya:” Mengapa tidak memilih
yang menyebabkan mereka dapat pasar tradisional?.” Dari mulai kondisi
melakukan efisiensi dengan memanfaatkan pasar yang becek dan bau, malas tawar
skala ekonomi yang besar. menawar, faktor keamanan (copet, dan
Beberapa permasalahan yang terkait lain sebagainya), resiko pengurangan
dengan pengembangan pasar tradisional timbangan pada barang yang dibeli, penuh
adalah : sesak, dan sejumlah alasan lainnya.
a. Revitalisasi Pasar Tradisional Padahal pasar tradisional juga masih
memiliki beberapa kelebihan yang tidak
Pemerintah seharusnya serius dalam
dimiliki pasar modern. Diantaranya adalah
menata dan mempertahankan eksistensi masih adanya kontak sosial saat tawar
pasar tradisional. Pemerintah menyadari menawar antara pedagang dan pembeli.
bahwa keberadaan pasar tradisional Tidak seperti pasar modern yang memaksa
sebagai pusat kegiatan ekonomi masih konsumen untuk mematuhi harga yang
sangat dibutuhkan oleh masyarakat luas. sudah ditetapkan.
Perhatian pemerintah tersebut dibuktikan
dengan melakukan revitalisasi pasar Melihat beberapa permasalahan
tradisional di berbagai tempat. Target yang tersebut di atas, maka penataan ruang kota
dipasang sangat sederhana dan menyentuh hendaknya tidak hanya menguntungkan
hal yang sangat mendasar. sebagian pihak saja, tetapi juga harus ada
kebijakan penataan yang mengatur
Selama ini pasar tradisional selalu
penempatan pasar tradisional dan pasar
identik dengan tempat belanja yang
modern. Misalnya tentang berapa jumlah
kumuh, becek serta bau, dan karenanya
hypermarket yang boleh ada untuk setiap
hanya didatangi oleh kelompok masyarakat
wilayah di satu kota. Lalu berapa jarak
kelas bawah. Gambaran pasar seperti di
yang diperbolehkan dari pasar tradisional
atas harus diubah menjadi tempat yang
jika pengusaha ingin membangun
bersih dan nyaman bagi pengunjung.
supermarket. Hal tersebut perlu dilakukan
Dengan demikian masyarakat dari semua
untuk mengantisipasi ancaman
kalangan
kebangkrutan pada pasar tradisional akibat
kepungan pasar modern yang tidak strategis, area penjualan yang luas,
terkendali, dan memberikan wahana keragaman barang yang lengkap, harga
persaingan yang sehat antara keduanya. yang rendah, sistem tawar menawar yang
Kemunculan peritel moderen menunjukkan keakraban antara penjual
(supermarket, minimarket dan departement dan pembeli merupakan keunggulan yang
store) pada sekitar awal tahun 1980-an dimiliki oleh pasar tradisional. Kondisi ini
tidak mengancam pasar tradisional. Akan diperburuk dengan citra pasar yang
tetapi, para ritel modern yang menyasar dihancurkan oleh segelintir oknum pelaku
konsumen dari kalangan menengah ke atas, dan pedagang pasar. Maraknya informasi
saat itu lebih menjadi alternatif dari pasar produk barang yang menggunakan zat
tradisional yang identik dengan kumuh, kimia berbahaya serta relatif mudah
dengan tampilan dan kualitas barang yang diperoleh di pasar tradisional, raktek
buruk, serta harga jual rendah dan sistem penjualan daging oplosan, serta
tawar menawar konvensional. Bahkan, kecurangan-kecurangan lainnyadalam
pada tahun 1990-an, masuknya ritel asing aktivitas penjualan dan perdagangan telah
ke indonesia dengan format Warehose meruntuhkan kepercayaan konsumen
club dan Hypermarket mengubah cara terhadap pasar tradisional.
pandang konsumen Indonesia pada galeri Jadi Pengaruh Pasar Moderen terhadap
ritel moderen, dengan menawarkan harga Pasar Tradisional cukup banyak
yang rendah, keragaman barang yang menimbulkan persoalan, artinya Kehadiran
lengkap, lokasi yang nyaman dan strategis pasar modern, terutama supermarket dan
serta pelayanan yang memberikan hypermarket, dianggap oleh berbagai
kemudahan kepada konsumen, kedua kalangan telah menyudutkan keberadaan
peritel ini mampu memperluas jangkauan pasar tradisional di perkotaan. Di
pasar mereka, dengan tak hanya menyasar Indonesia, terdapat 13.450 pasar
kalangan menengah atas, juga konsumen tradisional dengan sekitar 12,6 juta
dari kalangan menengah bawah. pedagang kecil (Kompas 2011).
Selanjutnya, pada tahun 2000-an, Berdasarkan hasil studi A.C. Nielsen,
beberapa peritel milik konglomerat lokal pasar modern di Indonesia tumbuh 31,4%
mengantisipasi ancaman dan serbuan per tahun, sedangkan pasar tradisional
peritel asing ini dengan mengalihkan menyusut 8% per tahun. Jika kondisi ini
persaingan menjadi tidak langsung, tetap dibiarkan, ribuan bahkan jutaan
dengan mengembangkan format mini pedagang kecil akan kehilangan mata
market. Kelompok salim melalui pencahariannya. Pasar tradisional mungkin
Indomacro Prismatama membangun akan tenggelam seiring dengan trend
jaringan INDOMARET yang menjangkau perkembangan dunia ritel saat ini yang
ke pelosok kota dan Kecamatan. Demikian didominasi oleh pasar modern.
pula ALFA Sampoerna yang semula Berdasarkan data Disperindag provinsi
membangun jaringan discount stores dan Jawa Barat mengenai pertumbuhan pasar
supermarket, membangun jaringan modern dan tradisional periode tahun
ALFAMART. Jumlah gerai yang 2005-2010, Kabupaten Bekasi memiliki
dioperasikan ini telah mencapai sekitar pertumbuhan pasar modern yang lebih
2.200 gerai. tinggi jika dibandingkan dengan
pertumbuhan pasar tradisionalnya. Secara
Berbeda dengan pasar moderen, pasar
tradisional sejatinya memiliki keunggulan umum, peningkatan jumlah pasar di
Provinsi Jawa Barat, khususnya pasar
bersaing alamiah yang tidak dimiliki
langsung oleh pasar moderen. Lokasi yang modern, terjadi di kawasan perkotaan
seperti Kabupaten Bandung, Kota Bekasi,
JURNAL ILMIAH EKONOMI MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN “OPTIMAL” 155
•VOL.10, NO. 2• SEPTEMBER 2016
dan Kota Bandung. Meskipun jumlah masyarakat kapitalistik terletak dalam hal
pasar tradisional di Jawa Barat masih jauh orientasi kegiatan ekonominya.
lebih banyak jika dibandingkan dengan
Konsep dan Jenis Pasar
jumlah pasar modernnya, namun
pertumbuhan pasar modern yang sangat Menurut W.J. Stanton dalam
pesat selama periode tahun 2005 hingga Nurmalasari (2007), pasar merupakan
2010 dikhawatirkan dapat menggeser sekumpulan orang yang memiliki
keberadaan pasar tradisional. Selama keinginan untuk memenuhi kebutuhan,
periode 5 tahun tersebut pasar tradisional uang untuk belanja (disposible income)
di Jawa Barat tumbuh sekitar dibawah serta kemauan untuk membelanjakannya.
angka 5%, sedangkan pasar modern Dalam perspektif sosial budaya, pasar
tumbuh pesat sekitar 66%. merupakan tempat berlangsungnya
interaksi sosial lintas strata. Dikotomi
Penelitian ini bertujuan, Pertama,
tradisional dan modern yang dikenakan
Mengkaji implementasi regulasi maupun
terhadap jenis pasar bersumber dari
kebijakan tentang pengelolaan pasar
pergeseran pemaknaan terhadap pasar,
moderen dan pasar tradisional. Kedua,
yang semula menjadi ruang bagi
Mengkaji Dampak pertumbuhan pasar
berlangsungnya interaksi sosial, budaya,
moderen terhadap eksistensi pasar
dan ekonomi kemudian tereduksi menjadi
tradisional di Kabupaten Bekasi.
ruang bagi berlangsungnya transaksi
ekonomi dan pencitraan terhadap
TINJAUAN LITERATUR modernisasi yang berlangsung dalam
masyarakat (Nurmalasari, 2007). Bagi
Konsep Dasar dan Landasan Teori
sektor perdangan, pasar merupakan tempat
tentang Pasar
pedagang berusaha, sebagai sarana
Dikotomi antara pasar tradisional dan
distribusi barang bagi produsen dan petani,
pasar modern sesungguhnya tidak hanya
tempat memonitor perkembangan harga
bersumber dari arsitektur bangunan atau
dan stok barang beserta lapangan
manajemen pengelolaannya, melainkan
pekerjaan bagi masyarakat luas (Sukaesih,
bersumber dari pemaknaan tentang
1994).
konsepsi pasar sebagai tempat
berlangsungnya transaksi ekonomi. Sukaesih (1994) menyatakan bahwa
Konsep tentang pasar dapat dipahami dari citra pasar dalam arti fisik telah
berbagai perspektif, seperti perspektif mengalami banyak pembenahan dan
ekonomi, sosial, budaya, bahkan politik. peningkatan menjadi hal yang menarik
Dalam perspektif ekonomi, konsep tentang seiring dengan kemajuan pembangunan
pasar (dalam pengertian luas, sebagai ekonomi. Menarik atau tidaknya sarana
tempat bertemunya permintaan dan tempat berdagang tersebut baik yang
penawaran) terbentuk sebagai salah satu dikelola oleh pemerintah maupun swasta,
implikasi dari proses perubahan ditentukan oleh pengelola pasar atau
masyarakat menuju masyarakat kapitalis. tempat perdagangan dan tidak kalah
Boeke (1910) merupakan salah satu ahli pentingnya yang dilakukan atau peranan
ekonomi yang mencoba menerangkan pedagang itu sendiri. Pengelola hanya
fenomena terbentuknya pasar dalam menyediakan fasilitas dan kemudahan
kerangka pertumbuhan ekonomi dalam untuk keperluan pedagang dan pengunjung,
masyarakat prakapitalistik dengan sedangkan para pedagang perlu
masyarakat kapitalistik. Menurutnya, memperhatikan kelengkapan barang,
perbedaan yang paling mendasar antara penataan barang (display), kualitas barang,
masyarakat prakapitalistik dengan
harga barang, kemudahan berbelanja, dan besar dan pada umumnya ada unsur modal
ketepatan ukuran. asing didalamnya. Supermarket atau
Berdasarkan Peraturan Presiden hipermarket memiliki keungggulan jika
Republik Indonesia Nomor 112 tahun dibandingkan dengan pasar tradisional
2007 tentang penataan dan pembinaan diantaranya kemasan rapi, jenis barang
pasar tradisional, pasar didefinisikan lengkap, situasi bersih dan nyaman.
sebagai tempat bertemunya pihak penjual Supermarket dan hipermarket tidak saja
dan pihak pembeli untuk melakukan memenuhi kebutuhan konsumen tetapi
transaksi dimana proses jual beli terbentuk, juga menciptakan keinginan karena
yang menurut kelas mutu pelayanan, dapat banyak barang yang tidak dikenal dan
digolongkan menjadi pasar tradisional dan bukan menjadi kebutuhan di display di
pasar modern. supermarket dan atau hipermarket, yang
pada akhirnya menimbulkan selera
a. Pasar Tradisional konsumen.
Pasar tradisional merupakan pasar Masuknya nilai-nilai baru, seperti
yang bentuk bangunannya relatif kolektivitas rasional atau otonomi individu
sederhana, dengan suasana yang relatif yang menjadi karakteristik masyarakat
kurang menyenangkan (ruang usaha kapitalistik ternyata tidak diimbangi oleh
sempit, sarana parkir kurang memadai, pelembagaan nilai-nilai ini dalam dimensi
kurang menjaga kebersihan pasar dan kehidupan masyarakat. Kebiasaan sosial di
penerangan yang kurang baik). Barang kalangan masyarakat perkotaan yang
yang diperdagangkan adalah kebutuhan seyogianya menampakkan ciri-ciri
sehari-hari, harga barang relatif murah masyarakat kapitalistik, pada
dengan mutu yang kurang diperhatikan kenyataannya masih menunjukkan
dan cara pembeliannya dengan tawar kebiasaan masyarakat prakapitalistik.
menawar (Sukaesih, 1994). Contoh pasar Kondisi inilah yang kemudian
tradisional yang berada di Kabupaten memunculkan fenomena dualisme, seperti
Bekasi adalah Pasar Induk Cibitung dan berkembangnya para pedagang kaki lima
Tambun, Pasar Baru Cikarang, Pasar di sekitar mall. Dualisme sosial ini
Cibarusah, Pasar Setu. selanjutnya mengarah pada pola relasi
b. Pasar Modern yang timpang di mana salahsatu pihak
mendominasi pihak lain dan pihak lain
Pasar modern merupakan pasar yang berada dalam posisi termarginalkan, baik
dibangun oleh pemerintah, swasta, atau dalam kerangka struktural maupun kultural.
koperasi dalam bentuk mall, supermarket, Friedman dalam Sastradipoe, menjelaskan
minimarket, department store, dan bahwa kesenjangan dalam pola relasi
shopping center dimana pengelolaannya tersebut disebabkan oleh ketimpangan
dilaksanakan secara modern dan dalam basis kekuasaan sosial. Kemiskinan
mengutamakan pelayanan kenyamanan yang berkaitan dengan ketidakseimbangan
berbelanja dengan manajemen berada di dalam kekuatan tawar menawar di pasar
satu tangan, bermodal relatif kuat, dan terutama disebabkan oleh ketidaksamaan
dilengkapi dengan label harga yang pasti kesempatan untuk mengakumulasikan
sebagaimana dimaksud dalam Keputusan basis kekuasaan sosial tersebut. Beberapa
Menteri Perindustrian dan Perdagangan penyebabnya adalah ketidaksamaan untuk
Nomor 420/MPP/Kep/10/1997. memperoleh modal atau aktiva produktif,
Supermarket kemudian berkembang ketidaksamaan dalam memperoleh sumber-
menjadi hipermarket yang merupakan sumber finansial, ketidaksamaan dalam
sebuah toko serba ada dengan skala lebih memasuki jaringan sosial untuk
memperoleh peluang kerja, dan analisis, yaitu penelitian yang
ketidaksamaan akses untuk menguasai menggambarkan secara jelas dan
informasi. menganalisis mengenai implementasi dari
beberapa kebijakan daerah yang berkaitan
METODE PENELITIAN dengan pola Perlindungan, Pemberdayaan,
Lokasi dan Objek Penelitian dan Penataan Kelembagaan Pasar
Lokasi penelitian ini dilakukan di Tradisional serta Penataan Pembangunan
Kabupaten Bekasi, alasan memilih Pasar Moderen di Kabupaten Bekasi serta
Kabupaten Bekasi adalah, karena dampak dari implementasi kebijakan
Kabupaten Bekasi merupakan daerah tersebut bagi eksistensi pasar tradisional di
industri yang cukup pesat Kabupaten Bekasi. Dasar penelitian yang
perkembangannya dengan 7 kawasan digunakan ialah kualitatif yang
industri yang ada. Pertumbuhan sektor menggambarkan secara jelas mengenai
industri dan pemukiman berimplikasi variabel yang mempengaruhi
terhadap tumbuhnya sektor ritel. Selain itu, implementasi kebijakan yang berkaitan
di Kabupaten Bekasi ada dengan kasus penelitian ini, seperti isi
Sekitar 12 pasar tradisional yang kebijakan dalam hal ini tujuan dan sasaran,
tersebar di beberapa Kecamatan, belum aktor aktor yang terlibat, mulai dari
termasuk pasar desa. Sementara disisi lain pemerintah daerah dalam hal ini dinas
dengan maraknya pertumbuhan kawasan terkait, DPRD, Organisasi Pedagang Pasar
industri, hunian, hotel dan apartemen, dan Tradisional, pengusaha pasar modern, dll,
ini tentu berdampak juga terhadap khususnya dalam penerapan Perda
pertumbuhan dan pembangunan pasar Nomor
pasar modern. 8 Tahun 2001 Tentang Perlindungan,
Pemberdayaan Pasar Tradisonal dan
Tipe Penelitian Penataan Pasar Modern di Kabupaten
Konsep dan motode penelitian Bekasi.
yang dipergunakan ialah deskriptif

Gambar 1 Kerangka Pemikiran


Sumber Data Analisa data akan berlangsung hampir
bersamaan dengan pengumpulan data. Hal
Teknik pengumpulan data yang ini untuk membantu peneliti melihat
digunakan dalam penelitian ini ada dua, sejumlah kekurangan penelitian ini,
yaitu data primer dan data sekunder. sekaligus untuk menarik dugaan-dugaan
Adapun yang dimaksud sebagai berikut: sementara yang akan dikaji lebih
Data Primer mendalam. Proses ini akan dimulai dengan
penulisan data yang lebih teratur dari
Data Primer dilakukan dengan cara proses pengumpulan informasi yang
wawancara. Wawancara yaitu data yang dilakukan melalui proses wawancara,
diperoleh langsung dari informan melalui pencatatan lapangan serta observasi.
wawancara secara mendalam untuk
mendapatkan informasi sebanyak- HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
banyaknya. Proses wawancara ini
Gambaran Umum Ekonomi Kabupaten
menggunakan pedoman wawancara
Bekasi
(interview guide), agar wawancara tetap
Secara geografis, Kabupaten Bekasi
berada pada fokus penelitian. Informan
memiliki letak yang strategis bagi
yang akan penulis wawancarai dalam
pengembangan ekonomi seiring dengan
pengumpulan data, DPRD Kabupaten
perkembangan wilayah di sekitarnya
Bekasi, Perusahaan Daerah Pasar, Kepala
(JABODETABEK). Kabupaten Bekasi
Dinas Perindustrian, Perdagangan dan
merupakan bagian dari kawasan
Penanaman Modal Kabupaten Bekasi,
penyeimbang (counter magnet) DKI
Kepala Perizinan Kabupaten Bekasi,
Jakarta, maka konsekuensi arah kebijakan
Komisi Pengawas Persaingan Usaha
pembangunan Kabupaten Bekasi pun tak
(KPPU) Kabupaten Bekasi, Ketua
terlepas pada orientasi kepentingan
Persaudaraan Pedagang Pasar.
nasional. Hal ini terlihat pada kedudukan
Data Sekunder Kabupaten Bekasi dalam kebijakan tata
ruang makro baik dalam RTRWN,
Jenis data yang digunakan dalam RTRWP Jawa Barat, maupun
penelitian ini adalah data sekunder dalam JABODETABEK.
bentuk time series dan cross section (panel
data) dengan periode waktu tahunan yaitu Kabupaten Bekasi adalah salah satu
dari tahun 2005 hingga tahun 2010. Data kabupaten di Jawa Barat, memiliki letak
yang digunakan dalam penelitian ini geografis pada posisi 1060 58’ 5” – 1070
meliputi data pasar tradisional, pasar 17’ 45” Bujur Timur dan 05054’ 50” – 060
modern, Produk Domestik Regional Bruto 29’ 15” Lintang Selatan. Kabupaten
riil (PDRB riil), populasi penduduk, Bekasi memiliki batas wilayah sebagai
jumlah rumah tangga, pendapatan berikut :
perkapita, panjang jalan yang diaspal, dan Utara : Laut Jawa
potensi listrik negara (daya terpasang) dari
dua wilayah yaitu Kabupaten Bekasi. Selatan : Kabupaten Bogor
Sumber data diperoleh dari Badan Barat :DKI Jakarta dan Kota
Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bekasi, Bekasi
Dinas Pasar Kabupaten Bekasi, Dinas
Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Timur :Kabupaten Karawang
Kabupaten Bekasi. Adapun data-data
Pergerakan ekonomi Kabupaten
pelengkap lainnya diperoleh dari literatur- Bekasi Tahun 2011 yang diukur dengan
literatur yang berkaitan dan dari media
beberapa indikator ekonomi salah satunya
internet. adalah Produk Domestik Regional Bruto
Analisis Data (PDRB) masih memberikan harapan
terhadap peluang berinvestasi maupun
memberikan dampak nilai tambah
ekonomi terhadap masyarakat. Walaupun Pembangunan Mall dan munculnya
pertumbuhan ekonomi tahun 2011 tidak pasar-pasar dan juga ritel modern
setinggi tahun 2010, namun secara rata- merupakan ekses yang tak terpisahkan dari
rata laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten berkembangnya sejumlah kawasan industri
Bekasi selama 5 (lima) tahun terakhir besar yang selama ini telah menjadi trade
(2005-2011) memperlihatkan pertumbuhan mark kabupaten ini. Nah, apakah pasar-
diatas rata-rata nasional yaitu masih pasar tradisional di Kabupaten Bekasi
tumbuh 6 persen pertahun. Pertumbuhan dapat bertahan menahan gempuran
ekonomi ditahun 2011 sebesar 5,04 modernisasi tersebut?
persen, tidak setinggi pada tahun 2010
Menurut data Disperindagkop dan
(6,07 persen). Faktor eksternal (krisis
UMKM Kabupaten Bekasi, jumlah pasar
global) pada kondisi ditahun 2011 agaknya
modern di Kabupaten Bekasi memang
cukup mempengaruhi pertumbuhan
mengalami perkembangan yang cukup
ekonomi ditahun 2011. Di sisi lain
signifikan. Pada 2013 lalu terdapat lebih
Kabupaten Bekasi merupakan daerah yang
dari 310 minimarket di kabupaten yang
berbasis industri, dengan kontribusi
memiliki luas 1.484,370 km2 ini. Jumlah
industri yang mencapai hampir 80 persen,
tersebut diperkirakan juga masih akan
masih berharap pada sektor ini agar tetap
terus bertambah. Akan tetapi, hal itu
eksis walaupun sektor ini kerap kali
ternyata tak membuat sebagian pedagang
diterjang badai krisis baik itu kenaikan
di pasar tradisional resah. Hal itu
BBM, ekspor yang tertunda maupun
misalnya, disampaikan oleh sejumlah
kebijakan fiskal lainnya serta ancaman
pedagang di Pasar Tambun Kabupaten
buruh akan upah (UMR).
Bekasi kepada tim peneliti pada saat
Diharapkan pertumbuhan sektor ini
melakukan wawancara dan mereka
masih memberikan kestabilan
mengaku bahwa selama ini kehadiran ritel-
perkonomian yang pada akhir dapat
ritel modern tidak berdampak langsung
mengatasi dampak sosial seperti
terhadap omset yang mereka dapat setiap
bertambahnya pengangguran dan
harinya. “Penghasilan kami setiap harinya
kemiskinan. Disisi lain perkembangan
masih stabil, pelanggan juga tidak
yang pesat disektor perdagangan dan jasa
berkurang,” kata Tarmidzi (47) pedagang
sedikitnya dapat membantu mengatasi
sayur di Pasar Tambun, namun apabila
pengangguran yang ditimbulkan akibat
kalau dibiarkan terus menerus seperti ini
kegiatan industri.
oleh Pemerintah tanpa di lakukan regulasi
yang baik, maka kedepan dikhawatirkan
Grafik 1
akan mengganggu keberlangsungan usaha
Distribusi PDRB Tahun 2012
Industri Pengolahan
kami.

Perdagangan, Hotel Dan Restoran


Menarik memang, ternyata, ditengah
Pertanian menjamurnya toko-toko swalayan
masyarakat setempat justru tetap lebih
2.25 1.91

Listrik, Gas Dan Air Minum Jasa-jasa


memilih datang ke pasar tradisional. Apa
8.34

Pengangkutan Dan Komunikasi


Pertambangan Dan Penggalian Bangunan/Konstruksi
Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya pasal, menurut pengakuan Yeni (39),
seorang pembeli yang temui di Pasar Setu,
tak lain karena segala kebutuhannya dapat
terpenuhi dengan harga yang relatif murah.
80.36

Dan memang seperti itulah daya tarik dari


pasar-pasar tradisional di Indonesia bagi
kebanyakkan masyarakat.
Pernyataan ini dibenarkan oleh Feri
Gambaran Umum Pasar Tradisional Ferdian. “Pasar-pasar ini punya
dan Pasar Moderen di Kabupaten segmentasi yang berbeda, sebenarnya
Bekasi orang lebih suka datang ke pasar
tradisional. Alasannya adalah, karena di PERDA maupun Peraturan Bupati, antara
pasar tradisional barang yang dijual lebih lain Perda Nomor 8 Tahun 2001 Tentang
bervariasi. Selain itu, yang menarik lagi Pengelolaan Pasar dan Tempat
adalah adanya kegiatan tawar menawar Perbelanjaan, Peraturan Bupati Bekasi
disitu. Begitu sebaliknya justru yang Nomor 6 Tahun 2010 tentang nilai Sewa
terjadi bila kita ke minimarket,” kalaupun Reklame, Peraturan Bupati Bekasi Nomor
ada penurunan jumlah pengunjung pasar 9 Tahun 2010 Tentang, Pedoman Penataan
tradisional, kata Fery, sebenarnya bukan Pada Zona Industr1 Di Desa Pasir Sari
karena adanya ritail modern, tetapi lebih Kecamatan Cikarang Selatan Kabupaten
karena kondisi fisik dan infrastruktur dari Bekasi, Peraturan Bupati Bekasi Nomor.
pasar tradisional tersebut yang kurang 16 Tahun 2007 Tentang Minimarket.
baik. “Faktor penyebabnya bukan pasar Beradasarkan tinjauan itu, bahwa
modern menurut saya. Tetapi kondisi pengelolaan ekonomi di Kabupaten Bekasi
pasar-pasar tradisional yang semrawut belum memiliki Roadmap yang jelas untuk
menjadi alasan orang enggan datang meningkatkan kapasitas pengelolaannya.
kesitu,” ungkapnya. Disisi lain minimnya Sinergitas antara
Masyarakat, Swasta dan Pemerintah
Meski begitu fenomena ini tetap
Pelaku pembangunan ekonomi terdiri dari
ditanggapi dengan serius oleh Pemerintah
pemerintah, swasta dan masyarakat
Daerah. Keluarnya Peraturan Bupati
(masyarakat madani dan LSM) serta
nomor 5 tahun 2008 sebagai bentuk sikap
perguruan tinggi.
tegas pemerintah menangani
Ketiga unsur yang pertama
permasalahan ini. “Perbup tersebut berisi
merupakan pelaku utama pembangunan
tentang, pengaturan jarak antar tempat
ekonomi. Sementara itu perguruan tinggi
usaha minimal 400 meter,” lanjut Feri.
merupakan lembaga intelektual yang
Jumlah pasar tradisional di mendukung dari sisi riset dan penelitian.
Kabupaten Bekasi saat ini memang masih Permasalahannya adalah penyelenggaraan
sedikit. Walaupun begitu, dengan 12 pasar pembangunan ekonomi sering kali tidak
yang ada ditambah dengan pasar-pasar dilakukan secara terintegrasi di antara
desa, sudah mampu memenuhi kebutuhan pelaku-pelaku pembangunan tersebut,
masyarakat. Feri menambahkan bahwa, tetapi masing-masing berjalan sesuai
menjamurnya pasar modern tidak terlalu keinginannya masing-masing sehingga
menganggu. Buktinya, menurut analisa tidak terjadi sinergitas diantara lembaga-
Disperindagkop 90% masyarakat lembaga ini. Sinergitas ini terjadi karena
kenyataannya memang lebih memilih tidak ada payung hukum yang mengatur
datang ke pasar tradisional. tentang kerjasama diantara lembaga-
Tak hanya itu pasar tradisional juga lembaga ini untuk mengembangkan
memiliki sumbangan besar terhadap PAD ekonomi daerah, sehingga terkesan tidak
Kabupaten Bekasi. Koordinasi yang baik terintegrasi antara satu sama lain.
dengan UPTD, pembinaan, pengawasan,
serta evaluasi rutin dilakukan. Sehingga, Analisis Implementasi Perda Nomor 8
untuk target PAD setiap tahunnya selalu Tahun 2001 Tentang Perlindungan,
tercapai. Sedangkan tahun 2012 saja Pemberdayaan Pasar Tradisonal dan
Pemerintah Kabupaten Bekasi Penataan Pasar Modern di Kabupaten
mentargetkan Rp 5 miliar PAD dari Bekasi
retribusi pasar. Dalam konteks perlindungan pasar
tradisional di Indonesia, terlepas dari ideal
Analisis Kebijakan yang Berkaitan atau tidaknya peraturan per-undang
dengan Pasar Moderen dan Pasar undangan yang mengaturnya. Ada satu
Tradisional penyakit kronis yang sampai saat ini tidak
terobati. Penyakit tersebut adalah
Dalam Kurun waktu 2007-2010, implementasi dan penegakan hukumanny.
hanya ada beberapa kebijakan yang berupa
Contoh kasus di beberapa daerah di
Indonesia seperti Jakarta dan Bandung. Tahun 2008 menjadi salah satu solusi
Setelah terbitnya Perpres No.112 Tahun terhadap konflik antara pasar tradisional
2007 serta peraturan turunannya lewat dengan pasar modern. Tetapi saat ini
Permendagri No.58 Tahun 2008 tentang masih terdapat ketidakjelasan tentang
Penataan dan Pembinaan Pasar implementasi Perpres untuk tujuan
Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko perlindungan dan pemberdayaan pasar
Modern, tidak lantas memberikan suatu tradisional. Banyak daerah yang
payung hukum yang jelas kepada nasib seharusnya menjadi ujung tombak
pasar tradisional dan para pedagang di pelaksanaan tidak melakukan apa apa
dalamnya. Untuk kasus kota Jakarta, karena ketidakpahaman tentang
terdapat enam pasar yang dikategorikan implementasi dari Perpres dan
“mati” antara lain Pasar Sinar Utara, Pasar Permendagri tersebut. Seperti apa
Karet Pedurenan, Pasar Blora, Pasar sesungguhya implementasi tentang zonasi
Cipinang Baru, Pasar Muncang, dan Pasar dari pasar modern terhadap pasar
Prumpung Tengah. Kematian beberapa tradisional dan pemberdayaan pasar
pasar tersebut terjadi karena dalam lima tradisional serta UMKM dapat
tahun terakhir, pendirian ritel modern dilaksanakan secara optimal. Kejelasan
dalam hal ini Hypermarket terjadi semakin konsep yang dibangun oleh Perpres 112
massif. Dari data yang dikeluarkan oleh Tahun 2007 dan Permendagri Tahun 53
APPSI, penurunan omzet pasar tradisional Tahun 2008 menjadi sandaran utama
di DKI Jakarta merosot tajam sampai banyak kalangan sehingga mereka
dengan 60 %, setelah hadirnya mengharapkan penjelasan yang lebih rinci
Hypermarket. terkait hal tersebut.
Lain halnya yang terjadi di kota Terkait dengan disahkannya dan
Bandung. Daerah yang menjadi ikon implemetnasi Perda Nomor 8 Tahun
wisata Jawa Barat ini, semakin hari 2001 Tentang Perlindungan,
semakin bertumbuh pesat terutama dalam Pemberdayaan Pasar Tradisonal dan
bidang perdagangannya. Hal ini Penataan Pasar Modern di Kabupaten
memberikan efek terhadap gaya hidup Bekasi bagi Pasar sendiri merupakan
masyarakatnya dalam hal berbelanja. Gaya angin segar bagi keberlangsungan pasar
hidup berbelanja tersebut disokong dengan tradisional di Kabupaten Bekasi. Lebih
maraknya pembangunan beberapa pusat jauh lagi, di pasar tradisional merupakan
perbelanjaan dan toko modern yang berada tempat berbagai macam pekerjaan dan
disana. Sehingga membuat beberapa pasar aktifitas yang menyokong ribuan orang
tradisional mengalami penurunan omzet yang hidup disana. Jika dibandingkan
yang sangat tajam. Hal tersebut dengan pasar modern dan toko modern
mendorong pemerintah Kota Bandung dalam hal penyerapan tenaga kerja, pasar
untuk menerbitkan Perda No. 2 Tahun tradisional lebih banyak menyerap tenaga
2009 tentang Penataan Pasar Tradisional, kerja dibandingkan pasar modern.
Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.
Melihat kondisi dalam pengelolaan
Dalam perjalannanya, Perda tersebut tidak
pasar tradisional di Kabupaten Bekasi
lantas membuat aktivitas persaingan antara
yang masih carut marut, menyebabkan
pasar tradisional dan ritel modern tersebut
kerugian kepada pihak swasta sendiri
semakin membaik. Dari 50 pasar
dalam hal ini developer sebagai
tradisional yang ada di kota Bandung tidak
pembangun gedung pasar, Dimana setiap
berimbang dengan populasi ritel modern
lods dan kios yang dibangun tidak terisi.
yang mencapai 147 unit. Ini menandakan
Bukan itu saja, dampak yang sama pun
perkembangan ritel modern cukup
akan menghinggapi pemerintah kota.
signifikan di Kota Bandung.
Dikarenakan beberapa pedagang
Dalam perjalanannya, banyak mengancam tidak mau lagi membayar
kalangan mengharapkan agar Perpres 112 retribusi yang ditetapkan. Jika hal tersebut
Tahun 2007 dan permendagri No. 53
terjadi maka pendapatan yang masuk lewat setelah terbitnya Perda 8 Tahun 2001
retribusi ke PAD akan berkurang. Tentang Perlindungan, Pemberdayaan
Pasar Tradisonal dan Penataan Pasar
Analisis Implementasi Regulasi
Modern lantas tidak memberikan dampak
pemberian izin Pasar Modern di signifikan terhadap pengendalian pasar
Kabupaten Bekasi modern. Konsep perlindungan hanya
Regulasi yang patut menjadi bahan menjadi aturan formal belaka tanpa bisa di
perhatian serius ialah mengenai izin tegakkan. Aturan mengenai pendirian
pendirian dari pasar modern. Dalam pasar modern harus menyertakan dampak
pemberian izin pembangunan pasar dan sosial-ekonomi dari pasar tradisional dan
toko modern, terdapat beberapa SKPD usaha kecil yang telah terlebih dahulu
yang berwenang didalamnya. SKPD berada disekitarnya dijalankan dengan
tersebut antara lain Dinas Perindustrian, tidak serius. Indikasi kearah permainan
Perdagangan dan Penanaman Modal antara kelompok pengusaha pasar modern
(Disperindagdal), Dinas Tata Ruang dan bersama pemerintah semakin menguak
Bangunan (Distarub), dan BPPT. Ketiga kepermukaan. Segala faktor tersebut
SKPD masing masing mempunyai tugas menyisahkan kesedihan tersendiri pada
dalam proses perizinan suatu pasar modern keberadaan pasar tradisional dan pedagang
untuk berdiri. Dari observasi dan di dalamnya.
penelitian dilapangan, peneliti menyusun Kehadiran pasar modern dengan
alur pemberian izin kepada pasar modern market power yang sangat besar,
untuk berdiri. Alur pemberian ijin berbasiskan kapital, mampu menggerus
dijelaskan pada gambar 2 setelah setiap lawan termasuk pasar tradisional.
penjelasan ini. Kita bisa melihat dari posisi Carefour saat
Berdasarkan skema pemberian ijin ini. Berbagai strategi bisnis yang
yang dilakukan oleh Pemerintah abupaten dikembangkannya untuk menopang brand
Bekasi seperti di atas mengakibatkan image sebagai ritel penyedia barang
tingkat petumbuhan pasar moderen dengan harga termurah di Indonesa, selalu
semakin tinggi Perpres Nomor 112 tahun menjadi trend dalam pengelolaannya di
2007 dan Permendagri No.58 tahun 2008 Indonesia. Dalam berbagai hal harus
tidak mampu meredam penetrasi yang diakui bahwa Carrefour telah berkembang
dilakukan secara massif dari pasar menjadi trend setter bisnis ritel Indonesia
modern. Untuk Kabupaten Bekasi dan
bahkan
Gambar 2
Alur Perizinan Pembangunan Pasar Modern (Observasi)
Dinas Tata Ruang & Bangunan

Disperindag
(IMB)
 tinjauan
lapangan dengan
menelaah
Pemohon kesesuaian
/ pengusah a pasar & toko modern Kantor perizinan usaha dengan
kondisi ekonomi
1. akte sosial, dampak
Disperindag pendirian pendirian pasar
perusahaan modern terhadap
(Surat Izin Tempat Usaha) pasar tradisional
2. NPWP dan UMKM di
daerah sekitar
3. neraca perusahaan
 Berita Acara
 menghitung
Dinas Perhubungan retribusi dengan
Setelah disperindag rumusan
acc, kemudian
(surat izin gangguan lalu lintas)-jika diperlukan tertentu
diterbitkan izin
pendirian oleh
BPPT

SIMPULAN DAN SARAN kepada Pengelola pasar dan developer


Simpulan yang bernuansa korporasi.
Pertumbuhan pasar moderen di
Sehingga pedagang pasar yang
Kabupaten Bekasi pada periode tahun
mempunyai modal kecil dan mikro tidak
2000-2010 cukup tinggi di bandingkan
bisa mengakses lapak/kios yang sangat
dengan tahun-tahun sebelumnya, sedang
mahal. Untuk konsep perlindungan,
pertumbuhan pasar tradisional mengalami
pemerintah seakan memberikan
pertumbuhan tidak signifikan, cukup
kelonggaran kepada pengusaha pasar
rendah ketika di survey pada 23
modern dalam penerbitan izin. Artinya
Kecamatan yang ada di Kabupaten Bekasi.
terdapat kepentingan yang saling
Oleh karena itu dalam
beriringan antara pemerintah Kabupaten
mengimplementasikan Perda Nomor 8
Bekasi dan pengusaha pasar modern.
Tahun 2001 Tentang Perlindungan,
Disatu sisi pemerintah ingin menjadikan
Pemberdayaan Pasar Tradisonal dan
Kabupaten Bekasi sebagai kota dunia.
Penataan Pasar Modern di Kabupaten
Berbagai simbol modernitas dimunculkan
Bekasi secara teknis SKPD yang terkait
salah satunya pengembangan pasar
tidak berjalan dengan baik. Aturan dalam
modern. Selain itu, pemerintah Kabupaten
Perda ini yang dinilai masih dibaikan oleh
Bekasi ingin merealisasikan target
pemerintah ialah mengenai pemberdayaan
pemasukan bagi PAD Kabupaten Bekasi
dan Perlindungan pasar Tradisional. Untuk
setiap tahun lewat perizinan melalui sektor
Pemberdayaan, pemerintah seakan lepas
perdagangan. Kedua kepentingan
tangan dalam pengelolaan pasar tradisional
pemerintah ini sangat sejalan dengan
dengan memberikan hak sepenuhnya
kepentingan dari pengusaha pasar modern
yang menginginkan ekspansi yang luas juga Pemerintah Kabupaten Bekasi juga
terhadap gerai-gerainya pasar moderen. perlu melakukan program Revitalisasi dan
Peremajaan Pasar-pasar Tradisional, baik
dari aspek manajemen pengelolaannya
Saran
maupun dalam aspek perwajahan serta
Hasil Penelitian ini dapat tampilannya harus lebih moderen dan
ditindaklanjuti dengan melakukan terlihat rapi, bersih dan terurus.
beberapa hal, yaitu melakukan kajian
ulang atas Regulasi
REFERENSI dari Perda yang sangat
lemah terutama yang berhubungan
AC.Nielsen, 2010 . “Laporan dengan
Pertumbuhan Ritel Modern dan Dampaknya Terhadap Ritel Tradisional”. Jakarta
sistem zonasi, maka
Boeke, perlu
J. H. 1953. di lakukan
Economics and Economic Policy of Dual Societies: As Exemplified by Indonesia. N. V. Haarlem. HD T
moratorium Dunn, kembali
WilliamPerda
N. 2000. Nomor 8
Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yokyakarta. Hanindita Graha Widya
Tahun 2001 Tentang R. Perlindungan,
Dwidjowijoto, N. 2007. Analisis
Pemberdayaan Pasar Tradisonal dan
Penataan Pasar Modern di Kabupaten
Bekasi. Moratorium tersebut bisa lewat
Perda perubahan ataupun Peraturan Bupati
yang didalamnya terdapat regulasi yang
ketat dan jelas atas jarak yang seharusnya
diberikan kepada pasar dan toko modern Kebijakan.Jakarta. Elek Media
untuk berdiri. Ketentuan zonasi wajib Komputindo.
ar. 2003. Basic Econometrics.
McGraw-Hill, New York. Hartati, mempertimbangkan
Widi. 2006. Pergeseranaspek ekonomi dan
Subsektor
sosial pasar tradisional dan sektor
eran dari Tradisionalke Modern di Indonesia. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, informal
IPB, Bekasi.
ey. 2006. Economics in The Shadowsyangofberada
Darwin anddi Marx
sekitarnya, agar tercipta
Essay on Institutional and Evolutionary Themes. University of Hertfordshire, UK.
iklim Ilmu
10. Pelatihan Panel Data. Departemen usaha
Ekonomi,yang adilBekasi.
FEM, IPB, dan sehat.
at. 2010. “Strategi Pengembangan Pemerintah Kabupaten BekasiIndonesia”.
Pasar Modern dan Tradisional Kadin dalam Kadin, Indonesia. Nachrowi, Djalal dan Usman, Hardius. 2007. Pendekatan Popu
nnie. 2005. Modern Market Growth and
setiap The Changing Map
aktifitasnya of The Retail
terutama Food Sector in Indonesia. The Pacifik Food System Outlook 2005.
yang
vi. 2007. Analisis Faktor- faktor yang Mempengaruhi Daya Saing dan Preferensi Masyarakat dalam Berbelanja di Pasar Tradisional.
berhubungan dengan implementasi
e, Mathew dan Somwaru, Agapi. 2005. The Rapid Expansion of The Modern Retail Food Marketing in Emerging Market Economies: Implication to Foreign Trade an
kebijakan publik, perlu melihat aturan
yang mendasarinya. Seperti pada
pemberian izin kepada pasar modern untuk
berdiri. Pemerintah dalam memberikan
izin bukan bekerja pada SOP yang berlaku
di setiap dinasnya saja tetapi harus melihat
Perda No. 8 Tahun 2001 sebagai payung
hukum yang lebih tinggi. Dengan semakin
menjamurnya hypermarket dan
minimarket di Kabupaten Bekasi membuat
dampak negatif yang sangat besar terhadap
keberadaan pasar tradisional dan sektor
informal lainnya. Sehingga sangat perlu
dilakukan moratorium kembali izin dari
pendiriannya. Dimana dari hasil
penelitian, banyak terdapat hypermarket
dan minimarket yang menyalahi aturan
mengenai analisis dampak sosial ekonomi
dari masyarakat dan pelaku-pelaku usaha
kecil yang berada disekitarnya. Dalam hal
ini, pemerintah seharusnya mempunyai
hak mengawasi pendirian pasar dan toko
modern yang melanggar aturan Perda
dengan memberikan sanksi yang tegas
berupa pencabutan izin usaha. Disisi lain
Sastradipoera, Komaruddin. “Pasar sebagai Etalase Harga Diri”., dalam Ajip Rosidi, dkk (eds). 2006. Prosiding Konferensi Internasional Bud
Smeru, newsletter. 2007. “Pasar Tradisional di Era Persaingan Global”. Jakarta.
Smeru, 2007. “Dampak Pendirian Supermarket Terhadap Pasar Tradisional”. Indonesia
Sukaesih, H. 1994. “Pasar Swalayan dan Prospeknya”. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan. 2: 63-68.
Susilowati, Yunita. 2005. Analisis Determinan Jumlah Omset Ritel Modern di Indonesia Pasca Liberalisasi Perdagangan. Fakultas Ekonomi d
Wirahadikusumah, Miftah, 1991. “Sektor Informal Sebagai Bumper Pada Masyarakat Kapitalis”, LIPI-Jakarta

You might also like