Professional Documents
Culture Documents
Hal. 153-166
Rusham
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Islam “45” Bekasi
(rushamsangaji@gmail.com)
Abstract
The emergence of modern retailers (supermarket, minimarket and department stores) in
the early 1980s didThe emergence of modern retailers (supermarket, minimarket and department
stores) in the early 1980s did not threaten the traditional market. However, the modern retail of
consumer targeting the upper middle class, as an alternative to the more traditional markets that
are identical to the slum, with the look and quality of the goods is poor, and the low sale price and
conventional bargaining system. 2000s, several locally owned conglomerate retailers anticipate
threats and invasion of foreign retailers to shift to indirect competition, to develop a mini market
format, the number of outlets operated has reached about 2,200 outlet. Factors that influence
positively and significantly to the growth of the modern market in Bekasi are population, number
of households and the level of income per capita. The increase in population, number of
households, and income per capita in Bekasi causing increasing number of modern market. In
general, this study is expected to provide information that is accurate enough for the Bekasi
government in formulating a comprehensive policy-related programs and activities that are
recommended for the development of traditional traders in Bekasi, and to develop regulatory
models suitable for traditional and modern Traders in Bekasi district, because the government
may not prohibit large retailers to enter the retail business sector
PENDAHULUAN
penjualan hipermarket akan meningkat
Pertumbuhan pasar modern di sebesar 70% untuk periode yang sama.
Jabodetabek (Jakarta, Bekasi, Depok, Salah satu penyebab meningkatnya jumlah
Tangerang, dan Bekasi) dalam beberapa dan penjualan pasar modern adalah
tahun terakhir cukup tinggi. Pada 2000– urbanisasi yang mendorong percepatan
2010, terjadi peningkatan pangsa pasar pertumbuhan penduduk di perkotaan serta
supermarket terhadap total pangsa pasar meningkatnya pendapatan per kapita. Dari
industri makanan yang cukup tajam dari 1998 hingga 2005, hipermarket di seluruh
11% menjadi 30%. Penjualan supermarket Indonesia tumbuh 27% per tahun, dari
pun tumbuh rata-rata 15% per tahun, delapan menjadi 49 gerai. Meskipun
sedangkan penjualan pedagang tradisional demikian, pertumbuhan hypermarket
turun 2% per tahunnya (Natawidjadja terkonsentrasi di wilayah Jabodetabek
2006). Pricewaterhouse Coopers (2010) dengan proporsi 58% dari keseluruhan
memprediksi bahwa penjualan hipermarket.
supermarket akan meningkat sebesar 50% Pedagang tradisional yang terkena
dari periode 2007 hingga 2010, sedangkan
supermarket atau hypermarket adalah akan tertarik untuk datang dan melakukan
pedagang yang menjual produk yang sama transaksi di pasar tradisional.
dengan yang dijual di kedua tempat
b. Regulasi
tersebut. Meskipun demikian, pedagang
yang menjual makanan segar (daging, Pemerintah memang mempunyai hak
ayam, ikan, sayur-sayuran, buah-buahan, untuk mengatur keberadaan pasar
dan lainlain) masih bisa bersaing dengan tradisional dan pasar modern. Tetapi
supermarket dan hypermarket mengingat aturan yang dibuat pemerintah itu tidak
banyak pembeli masih memilih untuk boleh diskriminatif dan seharusnya justru
pergi ke pasar tradisional untuk membeli tidak membuat dunia usaha mandek.
produk tersebut. Keunggulan pasar Pedagang kecil, menengah, besar, bahkan
modern atas pasar tradisional adalah perantara ataupun pedagang toko harus
bahwa mereka dapat menjual produk yang mempunyai kesempatan yang sama dalam
relatif sama dengan harga yang lebih berusaha.
murah, ditambah dengan kenyamanan Kehadiran pasar modern yang
berbelanja dan beragam pilihan cara memberikan banyak kenyamanan
pembayaran. Supermarket dan membuat sebagian orang enggan untuk
hipermarket juga menjalin kerja sama berbelanja ke pasar tradisional. Berbagai
dengan pemasok besar dan biasanya untuk alasan mungkin akan dilontarkan orang
jangka waktu yang cukup lama. Hal ini jika ditanya:” Mengapa tidak memilih
yang menyebabkan mereka dapat pasar tradisional?.” Dari mulai kondisi
melakukan efisiensi dengan memanfaatkan pasar yang becek dan bau, malas tawar
skala ekonomi yang besar. menawar, faktor keamanan (copet, dan
Beberapa permasalahan yang terkait lain sebagainya), resiko pengurangan
dengan pengembangan pasar tradisional timbangan pada barang yang dibeli, penuh
adalah : sesak, dan sejumlah alasan lainnya.
a. Revitalisasi Pasar Tradisional Padahal pasar tradisional juga masih
memiliki beberapa kelebihan yang tidak
Pemerintah seharusnya serius dalam
dimiliki pasar modern. Diantaranya adalah
menata dan mempertahankan eksistensi masih adanya kontak sosial saat tawar
pasar tradisional. Pemerintah menyadari menawar antara pedagang dan pembeli.
bahwa keberadaan pasar tradisional Tidak seperti pasar modern yang memaksa
sebagai pusat kegiatan ekonomi masih konsumen untuk mematuhi harga yang
sangat dibutuhkan oleh masyarakat luas. sudah ditetapkan.
Perhatian pemerintah tersebut dibuktikan
dengan melakukan revitalisasi pasar Melihat beberapa permasalahan
tradisional di berbagai tempat. Target yang tersebut di atas, maka penataan ruang kota
dipasang sangat sederhana dan menyentuh hendaknya tidak hanya menguntungkan
hal yang sangat mendasar. sebagian pihak saja, tetapi juga harus ada
kebijakan penataan yang mengatur
Selama ini pasar tradisional selalu
penempatan pasar tradisional dan pasar
identik dengan tempat belanja yang
modern. Misalnya tentang berapa jumlah
kumuh, becek serta bau, dan karenanya
hypermarket yang boleh ada untuk setiap
hanya didatangi oleh kelompok masyarakat
wilayah di satu kota. Lalu berapa jarak
kelas bawah. Gambaran pasar seperti di
yang diperbolehkan dari pasar tradisional
atas harus diubah menjadi tempat yang
jika pengusaha ingin membangun
bersih dan nyaman bagi pengunjung.
supermarket. Hal tersebut perlu dilakukan
Dengan demikian masyarakat dari semua
untuk mengantisipasi ancaman
kalangan
kebangkrutan pada pasar tradisional akibat
kepungan pasar modern yang tidak strategis, area penjualan yang luas,
terkendali, dan memberikan wahana keragaman barang yang lengkap, harga
persaingan yang sehat antara keduanya. yang rendah, sistem tawar menawar yang
Kemunculan peritel moderen menunjukkan keakraban antara penjual
(supermarket, minimarket dan departement dan pembeli merupakan keunggulan yang
store) pada sekitar awal tahun 1980-an dimiliki oleh pasar tradisional. Kondisi ini
tidak mengancam pasar tradisional. Akan diperburuk dengan citra pasar yang
tetapi, para ritel modern yang menyasar dihancurkan oleh segelintir oknum pelaku
konsumen dari kalangan menengah ke atas, dan pedagang pasar. Maraknya informasi
saat itu lebih menjadi alternatif dari pasar produk barang yang menggunakan zat
tradisional yang identik dengan kumuh, kimia berbahaya serta relatif mudah
dengan tampilan dan kualitas barang yang diperoleh di pasar tradisional, raktek
buruk, serta harga jual rendah dan sistem penjualan daging oplosan, serta
tawar menawar konvensional. Bahkan, kecurangan-kecurangan lainnyadalam
pada tahun 1990-an, masuknya ritel asing aktivitas penjualan dan perdagangan telah
ke indonesia dengan format Warehose meruntuhkan kepercayaan konsumen
club dan Hypermarket mengubah cara terhadap pasar tradisional.
pandang konsumen Indonesia pada galeri Jadi Pengaruh Pasar Moderen terhadap
ritel moderen, dengan menawarkan harga Pasar Tradisional cukup banyak
yang rendah, keragaman barang yang menimbulkan persoalan, artinya Kehadiran
lengkap, lokasi yang nyaman dan strategis pasar modern, terutama supermarket dan
serta pelayanan yang memberikan hypermarket, dianggap oleh berbagai
kemudahan kepada konsumen, kedua kalangan telah menyudutkan keberadaan
peritel ini mampu memperluas jangkauan pasar tradisional di perkotaan. Di
pasar mereka, dengan tak hanya menyasar Indonesia, terdapat 13.450 pasar
kalangan menengah atas, juga konsumen tradisional dengan sekitar 12,6 juta
dari kalangan menengah bawah. pedagang kecil (Kompas 2011).
Selanjutnya, pada tahun 2000-an, Berdasarkan hasil studi A.C. Nielsen,
beberapa peritel milik konglomerat lokal pasar modern di Indonesia tumbuh 31,4%
mengantisipasi ancaman dan serbuan per tahun, sedangkan pasar tradisional
peritel asing ini dengan mengalihkan menyusut 8% per tahun. Jika kondisi ini
persaingan menjadi tidak langsung, tetap dibiarkan, ribuan bahkan jutaan
dengan mengembangkan format mini pedagang kecil akan kehilangan mata
market. Kelompok salim melalui pencahariannya. Pasar tradisional mungkin
Indomacro Prismatama membangun akan tenggelam seiring dengan trend
jaringan INDOMARET yang menjangkau perkembangan dunia ritel saat ini yang
ke pelosok kota dan Kecamatan. Demikian didominasi oleh pasar modern.
pula ALFA Sampoerna yang semula Berdasarkan data Disperindag provinsi
membangun jaringan discount stores dan Jawa Barat mengenai pertumbuhan pasar
supermarket, membangun jaringan modern dan tradisional periode tahun
ALFAMART. Jumlah gerai yang 2005-2010, Kabupaten Bekasi memiliki
dioperasikan ini telah mencapai sekitar pertumbuhan pasar modern yang lebih
2.200 gerai. tinggi jika dibandingkan dengan
pertumbuhan pasar tradisionalnya. Secara
Berbeda dengan pasar moderen, pasar
tradisional sejatinya memiliki keunggulan umum, peningkatan jumlah pasar di
Provinsi Jawa Barat, khususnya pasar
bersaing alamiah yang tidak dimiliki
langsung oleh pasar moderen. Lokasi yang modern, terjadi di kawasan perkotaan
seperti Kabupaten Bandung, Kota Bekasi,
JURNAL ILMIAH EKONOMI MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN “OPTIMAL” 155
•VOL.10, NO. 2• SEPTEMBER 2016
dan Kota Bandung. Meskipun jumlah masyarakat kapitalistik terletak dalam hal
pasar tradisional di Jawa Barat masih jauh orientasi kegiatan ekonominya.
lebih banyak jika dibandingkan dengan
Konsep dan Jenis Pasar
jumlah pasar modernnya, namun
pertumbuhan pasar modern yang sangat Menurut W.J. Stanton dalam
pesat selama periode tahun 2005 hingga Nurmalasari (2007), pasar merupakan
2010 dikhawatirkan dapat menggeser sekumpulan orang yang memiliki
keberadaan pasar tradisional. Selama keinginan untuk memenuhi kebutuhan,
periode 5 tahun tersebut pasar tradisional uang untuk belanja (disposible income)
di Jawa Barat tumbuh sekitar dibawah serta kemauan untuk membelanjakannya.
angka 5%, sedangkan pasar modern Dalam perspektif sosial budaya, pasar
tumbuh pesat sekitar 66%. merupakan tempat berlangsungnya
interaksi sosial lintas strata. Dikotomi
Penelitian ini bertujuan, Pertama,
tradisional dan modern yang dikenakan
Mengkaji implementasi regulasi maupun
terhadap jenis pasar bersumber dari
kebijakan tentang pengelolaan pasar
pergeseran pemaknaan terhadap pasar,
moderen dan pasar tradisional. Kedua,
yang semula menjadi ruang bagi
Mengkaji Dampak pertumbuhan pasar
berlangsungnya interaksi sosial, budaya,
moderen terhadap eksistensi pasar
dan ekonomi kemudian tereduksi menjadi
tradisional di Kabupaten Bekasi.
ruang bagi berlangsungnya transaksi
ekonomi dan pencitraan terhadap
TINJAUAN LITERATUR modernisasi yang berlangsung dalam
masyarakat (Nurmalasari, 2007). Bagi
Konsep Dasar dan Landasan Teori
sektor perdangan, pasar merupakan tempat
tentang Pasar
pedagang berusaha, sebagai sarana
Dikotomi antara pasar tradisional dan
distribusi barang bagi produsen dan petani,
pasar modern sesungguhnya tidak hanya
tempat memonitor perkembangan harga
bersumber dari arsitektur bangunan atau
dan stok barang beserta lapangan
manajemen pengelolaannya, melainkan
pekerjaan bagi masyarakat luas (Sukaesih,
bersumber dari pemaknaan tentang
1994).
konsepsi pasar sebagai tempat
berlangsungnya transaksi ekonomi. Sukaesih (1994) menyatakan bahwa
Konsep tentang pasar dapat dipahami dari citra pasar dalam arti fisik telah
berbagai perspektif, seperti perspektif mengalami banyak pembenahan dan
ekonomi, sosial, budaya, bahkan politik. peningkatan menjadi hal yang menarik
Dalam perspektif ekonomi, konsep tentang seiring dengan kemajuan pembangunan
pasar (dalam pengertian luas, sebagai ekonomi. Menarik atau tidaknya sarana
tempat bertemunya permintaan dan tempat berdagang tersebut baik yang
penawaran) terbentuk sebagai salah satu dikelola oleh pemerintah maupun swasta,
implikasi dari proses perubahan ditentukan oleh pengelola pasar atau
masyarakat menuju masyarakat kapitalis. tempat perdagangan dan tidak kalah
Boeke (1910) merupakan salah satu ahli pentingnya yang dilakukan atau peranan
ekonomi yang mencoba menerangkan pedagang itu sendiri. Pengelola hanya
fenomena terbentuknya pasar dalam menyediakan fasilitas dan kemudahan
kerangka pertumbuhan ekonomi dalam untuk keperluan pedagang dan pengunjung,
masyarakat prakapitalistik dengan sedangkan para pedagang perlu
masyarakat kapitalistik. Menurutnya, memperhatikan kelengkapan barang,
perbedaan yang paling mendasar antara penataan barang (display), kualitas barang,
masyarakat prakapitalistik dengan
harga barang, kemudahan berbelanja, dan besar dan pada umumnya ada unsur modal
ketepatan ukuran. asing didalamnya. Supermarket atau
Berdasarkan Peraturan Presiden hipermarket memiliki keungggulan jika
Republik Indonesia Nomor 112 tahun dibandingkan dengan pasar tradisional
2007 tentang penataan dan pembinaan diantaranya kemasan rapi, jenis barang
pasar tradisional, pasar didefinisikan lengkap, situasi bersih dan nyaman.
sebagai tempat bertemunya pihak penjual Supermarket dan hipermarket tidak saja
dan pihak pembeli untuk melakukan memenuhi kebutuhan konsumen tetapi
transaksi dimana proses jual beli terbentuk, juga menciptakan keinginan karena
yang menurut kelas mutu pelayanan, dapat banyak barang yang tidak dikenal dan
digolongkan menjadi pasar tradisional dan bukan menjadi kebutuhan di display di
pasar modern. supermarket dan atau hipermarket, yang
pada akhirnya menimbulkan selera
a. Pasar Tradisional konsumen.
Pasar tradisional merupakan pasar Masuknya nilai-nilai baru, seperti
yang bentuk bangunannya relatif kolektivitas rasional atau otonomi individu
sederhana, dengan suasana yang relatif yang menjadi karakteristik masyarakat
kurang menyenangkan (ruang usaha kapitalistik ternyata tidak diimbangi oleh
sempit, sarana parkir kurang memadai, pelembagaan nilai-nilai ini dalam dimensi
kurang menjaga kebersihan pasar dan kehidupan masyarakat. Kebiasaan sosial di
penerangan yang kurang baik). Barang kalangan masyarakat perkotaan yang
yang diperdagangkan adalah kebutuhan seyogianya menampakkan ciri-ciri
sehari-hari, harga barang relatif murah masyarakat kapitalistik, pada
dengan mutu yang kurang diperhatikan kenyataannya masih menunjukkan
dan cara pembeliannya dengan tawar kebiasaan masyarakat prakapitalistik.
menawar (Sukaesih, 1994). Contoh pasar Kondisi inilah yang kemudian
tradisional yang berada di Kabupaten memunculkan fenomena dualisme, seperti
Bekasi adalah Pasar Induk Cibitung dan berkembangnya para pedagang kaki lima
Tambun, Pasar Baru Cikarang, Pasar di sekitar mall. Dualisme sosial ini
Cibarusah, Pasar Setu. selanjutnya mengarah pada pola relasi
b. Pasar Modern yang timpang di mana salahsatu pihak
mendominasi pihak lain dan pihak lain
Pasar modern merupakan pasar yang berada dalam posisi termarginalkan, baik
dibangun oleh pemerintah, swasta, atau dalam kerangka struktural maupun kultural.
koperasi dalam bentuk mall, supermarket, Friedman dalam Sastradipoe, menjelaskan
minimarket, department store, dan bahwa kesenjangan dalam pola relasi
shopping center dimana pengelolaannya tersebut disebabkan oleh ketimpangan
dilaksanakan secara modern dan dalam basis kekuasaan sosial. Kemiskinan
mengutamakan pelayanan kenyamanan yang berkaitan dengan ketidakseimbangan
berbelanja dengan manajemen berada di dalam kekuatan tawar menawar di pasar
satu tangan, bermodal relatif kuat, dan terutama disebabkan oleh ketidaksamaan
dilengkapi dengan label harga yang pasti kesempatan untuk mengakumulasikan
sebagaimana dimaksud dalam Keputusan basis kekuasaan sosial tersebut. Beberapa
Menteri Perindustrian dan Perdagangan penyebabnya adalah ketidaksamaan untuk
Nomor 420/MPP/Kep/10/1997. memperoleh modal atau aktiva produktif,
Supermarket kemudian berkembang ketidaksamaan dalam memperoleh sumber-
menjadi hipermarket yang merupakan sumber finansial, ketidaksamaan dalam
sebuah toko serba ada dengan skala lebih memasuki jaringan sosial untuk
memperoleh peluang kerja, dan analisis, yaitu penelitian yang
ketidaksamaan akses untuk menguasai menggambarkan secara jelas dan
informasi. menganalisis mengenai implementasi dari
beberapa kebijakan daerah yang berkaitan
METODE PENELITIAN dengan pola Perlindungan, Pemberdayaan,
Lokasi dan Objek Penelitian dan Penataan Kelembagaan Pasar
Lokasi penelitian ini dilakukan di Tradisional serta Penataan Pembangunan
Kabupaten Bekasi, alasan memilih Pasar Moderen di Kabupaten Bekasi serta
Kabupaten Bekasi adalah, karena dampak dari implementasi kebijakan
Kabupaten Bekasi merupakan daerah tersebut bagi eksistensi pasar tradisional di
industri yang cukup pesat Kabupaten Bekasi. Dasar penelitian yang
perkembangannya dengan 7 kawasan digunakan ialah kualitatif yang
industri yang ada. Pertumbuhan sektor menggambarkan secara jelas mengenai
industri dan pemukiman berimplikasi variabel yang mempengaruhi
terhadap tumbuhnya sektor ritel. Selain itu, implementasi kebijakan yang berkaitan
di Kabupaten Bekasi ada dengan kasus penelitian ini, seperti isi
Sekitar 12 pasar tradisional yang kebijakan dalam hal ini tujuan dan sasaran,
tersebar di beberapa Kecamatan, belum aktor aktor yang terlibat, mulai dari
termasuk pasar desa. Sementara disisi lain pemerintah daerah dalam hal ini dinas
dengan maraknya pertumbuhan kawasan terkait, DPRD, Organisasi Pedagang Pasar
industri, hunian, hotel dan apartemen, dan Tradisional, pengusaha pasar modern, dll,
ini tentu berdampak juga terhadap khususnya dalam penerapan Perda
pertumbuhan dan pembangunan pasar Nomor
pasar modern. 8 Tahun 2001 Tentang Perlindungan,
Pemberdayaan Pasar Tradisonal dan
Tipe Penelitian Penataan Pasar Modern di Kabupaten
Konsep dan motode penelitian Bekasi.
yang dipergunakan ialah deskriptif
Disperindag
(IMB)
tinjauan
lapangan dengan
menelaah
Pemohon kesesuaian
/ pengusah a pasar & toko modern Kantor perizinan usaha dengan
kondisi ekonomi
1. akte sosial, dampak
Disperindag pendirian pendirian pasar
perusahaan modern terhadap
(Surat Izin Tempat Usaha) pasar tradisional
2. NPWP dan UMKM di
daerah sekitar
3. neraca perusahaan
Berita Acara
menghitung
Dinas Perhubungan retribusi dengan
Setelah disperindag rumusan
acc, kemudian
(surat izin gangguan lalu lintas)-jika diperlukan tertentu
diterbitkan izin
pendirian oleh
BPPT