Professional Documents
Culture Documents
Tinjauan Singkat Konstitusi Tertulis Yan 2312df63
Tinjauan Singkat Konstitusi Tertulis Yan 2312df63
Oleh :
Dewi Haryanti1
Abstract
The Constitution contains the main rules that guarantee the rights of citizens from arbitrary
actions rather than the ruler and the implementation of community interest. There is a
written Constitution and there are unwritten. Constitution is the constitution tertulis.Negara
Indonesia has three written constitution.
The written constitution of Indonesia, namely the Constitution of 1945 (UUD 1945) applies
padatanggal August 18, 1945 until December 27, 1949), which consists of 16 Chapters and
37 Articles, the Constitution of the Republic of Indonesia (RIS Constitution or the Constitution
of 1949) or The Constitution also called RIS dated December 27, 1949 - August 17, 1950
consists of 6 chapters and each chapter consists of several sections, Constitution while
1950 (Provisional Constitution / Constitution 1950) dated August 17, 1950 - July 5, 1959
consists of 6 chapters and each chapter consists of several sections.
On July 5, 1959 President Sukarno issued a decree that dissolved the constituent assembly
and declared void 1945. In May 1988, there were reforms that have an impact on the
changes (amendments) to the 1945 Constitution. The first amendment dated October 19,
1999, both dated August 18, 2000, the third of November 9, 2001, and the fourth date of
August 10, 2002. As the embodiment of the aspirations of the people who are less satisfied
with the amendments, the Assembly established a “Constitutional Commission” assigned to
conduct a comprehensive assessment of the 1945 changes.
1
Dosen Luar Biasa Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji
2
Morissan, Hukum Tata Negara RI Era Reformasi, Ramdina Prakarsa, Jakarta, 2005, hlm.11
3
Winarsih Arifin dan Farida Soemargono, Kamus Prancis-Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1996.
4
Ellydar Chaidir, Hukum dan Teori Konstitusi, Kreasi Total Media Yogyakarta, Jogjakarta, 2007, hlm. 20-21.
5
Bagir Manan, Pertumbuhan dan Perkembangan Konstitusi Suatu Negara, Bandar Maju, Bandung, 1995, hlm. 7.
6
Ellydar Chaidir, Op. Cit, hlm. 35.
7
Moh. Mahfud, Demokrasi dan Konstitusi Di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 2000, hlm..145
8
Ellydar Chaidir, Op. Cit., hlm.40 s/d 43.
9
Sri Soemantri, Prosedur dan Sistem Perubahan Konstitusi, Alumni, Bandung, 1984, hlm.122
10
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia, Jakarta, 1984.
11
Krisna Harahap, Konstitusi Republik Indonesia, Sejak Proklamasi Hingga Reformasi, PT. Grafiti Budi Utami, Bandung, 2004, hlm. 152.
12
Hadimulyo, Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
Adapun isi batang tubuh UUD 1945 tersebut adalah pasal, 1 ayat
sebagai berikut : Bab VII : DPR : terdiri dari 4
Bab I : Bentuk dan Kedaulatan : terdiri dari 1 pasal, 9 ayat
pasal, 2 ayat Bab VIII : Hal Keuangan : terdiri dari 1
Bab II : MPR : terdiri dari 2 pasal, 5 ayat
pasal, 4 ayat Bab IX : Kekuasaan Kehakiman : terdiri dari 2
Bab III : Kekuasaan : terdiri dari pasal, 3 ayat
Pemerintahan Negara 12 pasal, 16 ayat Bab X : Warga Negara : terdiri dari 3
Bab IV : DPA : terdiri dari 1 pasal, 5 ayat
pasal, 2 ayat Bab XI : Agama : terdiri dari 1
Bab V : Kementrian Negara : terdiri dari 1 pasal, 2 ayat
pasal, 3 ayat Bab XII : Pertahanan Negara : terdiri dari 1
Bab VI : Pemerintahan Daerah : terdiri dari 1 pasal, 2 ayat
b. Konstitusi RIS/ UUD RIS/ UUD 1949 (27 Desember Dalam konperensi itu dihasilkan sejumlah persetujuan
1949 – 17 Agustus 1950) antara lain mendirikan Negara Republik Indonesia
Kemenangan Sekutu pada Perang Dunia kedua Serikat (Negara RIS). Rancangan Undang-Undang
mendorong Belanda untuk kembali berkuasa di Dasar untuk Negara RIS diterima kedua belah pihak
Indonesia. Dengan bantuan militer dari Inggris dan (Indonesia dan Belanda) dari mulai berlaku pada 27
Australia maka Belanda berkesempatan mengkon- Desember 1949. UUD 1945 yang semula berlaku
solidasikan kekuatan militer di Indonesia. Belanda untuk seluruh Indonesia maka mulai tanggal 27
mencoba mendirikan negara-negara bagian di wilayah Desember 1949 hanya berlaku dalam wilayah Negara
RI. Sejalan dengan usaha Belanda tersebut maka Bagian Republik Indonesia.
terjadilah konflik militer antara tentara Belanda dan KRIS/ UUD RIS berlaku berdasarkan Keputusan
pejuang RI yang dikenal dengan Agresi I pada tahun Presiden RIS Nomor 48 tanggal 31 Januari 1950
1947 dan Agresi II pada tahun 1948. tentang Mengumumkan Piagam Penandatanganan
Peristiwa agresi tersebut mendorong PBB untuk KRIS. Diumumkan di Jakarta pada tanggal 6 Februari
turut campur tangan dengan mengusulkan perun- 1950 oleh Menteri Kehakiman. KRIS terdiri dari
dingan yang disebut Konperensi Meja Bundar dari “Mukadimah” yang terdiri dari empat alineadanbagian
tanggal 23 Agustus 1949 sampai 2 November 1949. “BatangTubuh” yang terdiri dari 6 bab,197 Pasal.
Adapun isi batang tubuh KRIS tersebut adalah Babakan 1 : Pembagian Penyelenggaraan
sebagai berikut : Pemerintahan (4 pasal, 10 ayat)
Bab I : Negara RIS Babakan 2 : Perhubungan Keuangan (7
Bagian 1 : Bentuk Negara dan Kedaulatan pasal, 17 ayat)
(1 pasal, 2 ayat) Babakan 3 : Hak-Hak Dan Kewajiban-
Bagian II : Daerah Negara (1 pasal, 1 ayat) Kewajiban (2 pasal, 2 ayat)
Bagian III : Lambang dan Bahasa Negara Bagian III : Daerah-Daerah Swapraja (4
(2 pasal, 4 ayat) pasal, 4 ayat)
Bagian IV : Kewarganegaraan dan Pendu- Bab III : Perlengkapan RIS (Ketentuan Umum)
duk Negara (2 pasal, 3 ayat) Bagian I : Pemerintah (12 pasal, 28 ayat)
Bagian V : Hak-Hak dan Kebebasan- Bagian II : Senat (18 pasal, 34 ayat)
Kebebasan Dasar Manusia (27 Bagian III : DPR (15 pasal, 21 ayat)
pasal, 45 ayat) Bagian IV : Mahkamah Agung (2 pasal, 5
Bagian VI : Asas-Asas Dasar (8 pasal, 13 ayat)
ayat) Bagian V : Dewan Pengawas Keuangan (2
Bab II : RIS dan Daerah-Daerah Bagian pasal, 5 ayat)
Bagian I : Daerah-Daerah Bagian Bab IV : Pemerintahan
Babakan 1 : Ketentuan Umum (4 pasal, 4 Bagian I : Ketentuan-Ketentuan Umum (10
ayat) pasal, 19 ayat)
Babakan 2 : Negara-Negara (3 pasal, 8 ayat) Bagian II : Perundang-Undangan (17
Babakan 3 : Satuan-Satuan Kenegaraan Yang pasal, 34 ayat)
Tegak Sendiri Yang Bukan Negara Bagian III : Pengadilan (20 pasal, 40 ayat)
(1 pasal, 1 ayat) Bagian IV : Keuangan
Babakan 4 : Daerah-Daerah Yang Bukan Babakan 1 : Hak Uang (2 pasal, 6 ayat)
Daerah Bagian Dan Distrik Babakan 2 : Pengurusan Keuangan Federal
Federal Jakarta (1 pasal, 2 ayat) – Anggaran – pertanggung-
Bagian II : Pembagian Penyelenggaraan jawaban – Gaji (8 pasal, 17 ayat)
Pemerintahan Antara RIS Dengan Bagian V : Perhubungan Luar Negeri (5
Daerah-Daerah Bagian pasal, 6 ayat)
c. UUDS (17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959) dan 191 ayat (2) UUDRIS mengenai Perubahan UUD.
Negara RIS sebagai hasil Konperensi Meja Bundar Rancangan UUD yang sudah disusun kemudian
ternyata tidak bertahan lama. Hal ini dapat dibuktikan disahkan pada tanggal 12 Agustus 1950 oleh Badan
karena terjadi penggabungan dengan RI sehingga Pekerja Komite Nasional Pusat dan oleh DPR serta
akhirnya tinggal tiga negara bagian yaitu RI, Negara Senat RIS pada tanggal 14 Agustus 1950, dan
Indonesia Timur dan Negara Sumatera Timur. Pada berlakulah UUD baru itu pada tanggal 17 Agustus 1950.
tanggal 19 Mei 1950 ketiga negara tersebut sepakat UUDS berlaku berdasarkan Undang-Undang
untuk kembali mendirikan negara kesatuan. Nomor 7 Tahun 1950 Tentang Perubahan Konstitusi
Bagi negara kesatuan yang akan didirikan itu jelas Sementara Republik Indonesia Serikat Menjadi
perlu adanya suatu UUD yang baru. Dan untuk itu Undang-Undang Dasar Sementara Republik
dibentuklah suatu panitia bersama yang menyusun Indonesia yang terdiri dari Mukadimah dan batang
suatu Rancangan UUD berdasarkan Pasal 190, 127a, tubuh
Adapun isi batang tubuh UUDS tersebut adalah Bab III : Tugas Alat-Alat Perlengkapan Negara
sebagai berikut : Bagian I : Pemerintahan (7 pasal)
Bab I : Negara Republik Indonesia Bagian II : Perundang-Undangan (12
Bagian 1 : Bentuk Negara dan Kedaulatan pasal)
( 1 pasal) Bagian III : Pengadilan (8 pasal)
Bagian II : Daerah Negara (1 pasal) Bagian IV : Keuangan
Bagian III : Lambang dan Bahasa Babakan I : Hal Uang (2 Pasal)
Indonesia (2 pasal) Babakan II : Urusan Keuangan-Anggaran-
Bagian IV : Kewarganegaraan dan Pertanggungjawaban-Gaji (9
Penduduk Negara (2 pasal) Pasal)
Bagian V : Hak-Hak dan Kebebasan- Bagian V : Hubungan Luar Negeri (4 pasal)
Kebebasan Dasar Manusia (28 Bagian VI : Pertahanan Negara dan
pasal) Keamanan Umum (7 Pasal)
Bagian VI : Asas-Asas Dasar (9 pasal) Bab IV : Pemerintahan Daerah Dan Daerah-Daerah
Bab II : Alat-Alat Perlengkapan Negara (Ketentuan Swapraja (3 Pasal)
Umum) Bab V : Konstituante (6 pasal)
Bagian I : Pemerintah (11 Pasal) Bab VI : Perubahan, Ketentuan-Ketentuan Peralihan,
Bagian II : Dewan Perwakilan Rakyat (22 Dan Ketentuan Penutup
pasal) Bagian I : Perubahan (2 pasal)
Bagian III : Mahkamah Agung (2 pasal) Bagian II : Ketentuan-Ketentuan Peralihan
Bagian IV : Dewan Pengawas Keuangan (2 (3 pasal)
pasal) Bagian III : Ketentuan Penutup (2 pasal)
Panitia bersama yang menyusun UUD 1950 konstituante belum dapat menghasilkan suatu UUD
merasa dirinya kurang representatif dan menegaskan baru karena tidak pernah tercapai quorum 2/3 seperti
bahwa sifat UUD 1950 adalah sementara karenanya yang diharuskan.
dibentuk lembaga konstituante yang mana anggotanya Usul Presiden Soekarno agar konstituante kembali
dipilih rakyat. Pada bulan Desember 1955 dilaksana- saja kepada UUD 1945 pun tidak berhasil karena
kan pemilihan umum untuk memilih anggota konsti- kurang dari 2/3 jumlah suara yang diperlukan.
tuante. Dan sebagai hasilnya pada tanggal 10 Kemudian sebagian besar anggota konstituante
November 1956 di Bandung diresmikanlah konsti- menyatakan tidak akan menghadiri sidang lagi.
tuante. Namun setelah dua setengah tahun bersidang, Dengan demikian konstituante tidak mungkin lagi
13
Morissan, Op.Cit., hlm. 21-84.
14
Moh. Kusnardi, Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, FH UI, Jakarta, 1983, hlm. 96.
15
Morissan, Hukum...,Op.Cit., hlm.32
16
Agustin Terang Narang, Reformasi Hukum; Pertanggungjawaban Seorang Wakil Rakyat, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2003, hlm. 14.
17
Lukman Hakim Saifuddin (anggota F-PPP DPR), Negara RI atau Pemahaman Kita Yang Bukan-Bukan?, artikel Kompas, 28 Agustus 2003.
18
Permandangan Umum Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan pada Sidang Tahunan MPR Tahun 2002.
19
Agustin Teras Nerang, Op. Cit
20
Krisna Harahap, Op. Cit., hlm. 165-167.
21
Mexsasai Indra, Komisi Konstitusi Indonesia (Perbandingannya Dengan Beberapa Negara), Jurnal Konstitusi, ISSN 1829-8095, Volume 1
Nomor 1, Media Komunikasi Ilmu Hukum dan HAM, Pekanbaru, Januari 2007, hlm.88-94.
22
RM. Surachman, Overview Terhadap Perubahan UUD 1945, Makalah Overview anggota Komisi Konstitusi (10 s/d 12 Oktober 2003), hlm.2.