You are on page 1of 42

LAPORAN PRAKTIKUM

REKAYASA BAHAN

KOROSI

Oleh:
Ariffendy Satrio W 2410 100 032

 
Asisten Pembimbing :
Khusnul. K 2411

JURUSAN TEKNIK FISIKA


Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
2014

i
ii
PRACTICUM REPORT
MATERIAL ENGINEERING

KOROSION

By:
Ariffendy Satrio W 2410 100 032

 
Assistant:
Khusnul K 2411

DEPARTMENT OF PHYSICS ENGINEERING


Faculty of Industrial Technology
Sepuluh Nopember Institute of Technology
Surabaya
2014

iii
iv
HALAMAN PENGESAHAN

PRAKTIKUM REKAYASA BAHAN


KOROSI

Ariffendy Satrio W (2410100032)

Telah menyelesaikan praktikum dan laporan praktikum


rekayasa bahan yang dilaksanakan pada November 2014-
11-18

Surabaya, 18 Nov. 14
Asisten praktikum

Khusnul K
2411

v
vi
ABSTRAK

Corrosion is a process of degradation of metallic


materials due to environmental influences. The type of
environment affect degradation occurs. Degradation can
be realized in the form of mass loss. This lab uses a metal
spike and a solution of NaOH, HCl, and distilled water as
a comparison of the rate of corrosion. Seven nails
conditioned submarine submerged in a solution for 3
days, and seven other fruit dipped only, then conditioned
to stay dry at room temperature. The results obtained
after three days showed that a solution of HCl is the most
influence on the corrosion rate nails.

Keywords: corrosion, HCl, NaOH, and distilled water.

vii
viii
ABSTRACT

Name : Ariffendy satrio w


NRP : 2410100032
Tittle : Thermoplastic and Thermoset Polymer

Corrosion is a process of degradation of metallic


materials due to environmental influences. The type of
environment affect degradation occurs. Degradation can
be realized in the form of mass loss. This lab uses a metal
spike and a solution of NaOH, HCl, and distilled water as
a comparison of the rate of corrosion. Seven nails
conditioned submarine submerged in a solution for 3
days, and seven other fruit dipped only, then conditioned
to stay dry at room temperature. The results obtained
after three days showed that a solution of HCl is the most
influence on the corrosion rate nails.

Keywords: corrosion, HCl, NaOH, and distilled water

ix
x
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan


ridho-Nya praktikum rekayasa bahan yang berjudul
“Korosi” yang berlangsung pada November 2014, dapat
terlaksana dengan baik hingga laporan kerja praktek ini
dapat diselesaikan oleh penulis. Penulis berteimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan
kegiatan praktikum dan penyusunan laporan ini. Pihak
tersebut adalah :
1. Kedua orang tua, yang selalu mendukung dan
mendo’akan.
2. Asisten praktikum, yang telah membimbing
selama pelaksanaan praktikum.
3. Teman-teman praktikan, yang telah melalui suka
duka praktikum bersama.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan
laporan ini masih banyak kekurangan.Untuk itu, saran
dan kritik yang membawa kebaikan sangat diharapkan.
Semoga laporan ini dapat membawa manfaat.Penulis
mhon maaf atas kesalahan yang pernah dilakukan selama
pelaksanaan kerja praktek hingga penyusunan laporan
ini.

Surabaya, November 2014

Ariffendy Satrio W
2410100032

xi
xii
DAFTAR ISI

LAPORAN PRAKTIKUM...............................................i
HALAMAN PENGESAHAN..........................................v
ABSTRACT......................................................................ix
KATA PENGANTAR....................................................xi
DAFTAR ISI.................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR.....................................................xv
DAFTAR TABEL........................................................xvii
BAB 1...............................................................................1
PENDAHULUAN............................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................1
1.2 Permasalahan.....................................................1
1.3 Tujuan................................................................1
1.4 Batasan masalah.................................................2
1.5 Manfaat..............................................................2
BAB II..............................................................................3
DASAR TEORI................................................................3
2.1 Pengertian Korosi..............................................3
2.2 Jenis-jenis korosi...............................................3
BAB III.............................................................................9
METODOLOGI PRAKTIKUM......................................9
3.1 Alat dan Bahan..................................................9
3.2 Prosedur Praktikum...........................................9
BAB IV..........................................................................11
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN....................11
4.1 Analisa Data.....................................................11
4.2 Pembahasan.....................................................15

xiii
BAB V............................................................................15
KESIMPULAN DAN SARAN......................................15
5.1 Kesimpulan......................................................15
5.1 Saran................................................................15
DAFTAR PUSTAKA....................................................17

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Korosi merata[2].............................................4


Gambar 2.2 Korosi Galvanik[2].........................................5
Gambar 2.3 Korosi Sumuran[2].........................................6
Gambar 2.4 Korosi celah[2]...............................................6
Gambar 2.5 Korosi retak tegang[2]....................................7
Gambar 3.1 Grafik berat paku........................................13
Gambar 3.2 Grafik laju korosi dan selisih berat paku....14
Gambar 3.3 Grafik selisih berat paku HCl basah dan
kering..............................................................................14
Gambar 3.4 Grafik selisih berat paku NaOH basah dan
kering..............................................................................14

xv
xvi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Berat Paku sebelum dan sesudah bereaksi


dengan lingkungan.........................................................11
Tabel 3.2 Laju korosi paku.............................................12

xvii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan teknologi bahan menghasilkan


bahan-bahan dengan spesifikasi yang dibutuhkan.
Polimer misalnya, merupakan bahan yang mudah
dibentuk dan relatif ringan. Beda halnya dengan besi,
besi merupakan bahan yang keras dan memilki kekuatan
tarik yang besar dibandingkan kuat tekannya. Namun,
setiap bahan memiliki kelemahan masing-masing. Pada
bahan polimer memiliki kekurangan dalam segi
kekuatan, sedangkan besi memiliki kekurangan dapat
mengalami korosi. Korosi merupakan degradasi material
akibat interaksi dengan lingkungan. Korsi menyebabkan
menurunnya performa dari suatu bahan. Oleh karena itu,
perlu dipelajari penyebab terjadinya korosi melalui
praktikum rekayasa bahan.

1.2 Permasalahan

Permasalahan yang diangkat pada praktikum


mengenai korosi adalah:

1
2

1. Apakah jenis-jenis korosi.


2. Bagaimanakah pengaruh lingkungan terhadap
logam.
3. Bagaimana cara meghitung laju korosi.

1.3 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum tentang


korosi adalah:

1. Mengetahui jenis-jenis korosi.


2. Mengetahui pengaruh lingkungan pada logam.
3. Mengetahui cara menghitung laju korosi.

1.4 Batasan masalah

Batasan masalah yang digunakan pada prraktikum


korosi adalah:

1. Logam yang digunakan adalah paku besi.


2. Lingkungan basah yang digunakan adalah
akuades, larutan HCl dan larutan NaOH.
3. Lingkungan atmosferik berada pada suhu kamar.

1.5 Manfaat

Manfaat yang didapatkan dari praktikum tentang


korosi adalah:
3

1. Praktikan mengenal jenis-jenis korosi dan


penyebab-nya.
2. Praktikan dapat menghitung laju korosi.
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Pengertian Korosi


Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat
reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di
lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa
yang tidak dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi
disebut perkaratan. Contoh korosi yang paling lazim
adalah perkaratan besi.
Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi,
sedangkan oksigen (udara) mengalami reduksi. Karat
logam umumnya adalah berupa oksida atau karbonat.
Rumus kimia karat besi adalah Fe2O3.nH2O, suatu zat
padat yang berwarna coklat-merah.
Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang
merusak logam karena logam bereaksi secara kimia atau
elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi lain yang
mengatakan bahwa korosi adalah kebalikan dari
proses ekstraksi logam dari bijihmineralnya. Contohnya,
bijih mineral logam besi di alam bebas ada dalam
bentuk senyawabesi oksida atau besi sulfida, setelah
diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan besi yang
digunakan untuk pembuatan baja atau baja paduan.
Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan
lingkungan yang menyebabkan korosi (kembali menjadi
senyawa besi oksida).
Kecepatan korosi sangat tergantung pada banyak
faktor, seperti ada atau tidaknya lapisan oksida, karena
lapisan oksida dapat menghalangi
beda potensial terhadap elektrodalainnya yang akan
sangat berbeda bila masih bersih dari oksida.[1]

3
4

2.2 Jenis-jenis korosi


Bentuk-bentuk korosi dapat berupa korosi merata,
korosi galvanik, korosi sumuran, korosi celah, korosi
retak tegang (stress corrosion cracking), korosi retak fatik
(corrosion fatique cracking) dan korosi akibat pengaruh
hidogen (corrosion induced hydrogen), korosi
intergranular, selective leaching, dan korosi erosi.[1]
1. Korosi merata adalah korosi yang terjadi secara
serentak diseluruh permukaan logam, oleh karena
itu pada logam yang mengalami korosi merata akan
terjadi pengurangan dimensi yang relatif besar per
satuan waktu. Kerugian langsung akibat korosi
merata berupa kehilangan material konstruksi,
keselamatan kerja dan pencemaran lingkungan
akibat produk korosi dalam bentuk senyawa yang
mencemarkan lingkungan. Sedangkan kerugian
tidak langsung, antara lain berupa penurunan
kapasitas dan peningkatan biaya perawatan
(preventive maintenance).

Gambar 2.1Korosi merata[2]

2. Korosi galvanik terjadi apabila dua logam yang


tidak sama dihubungkan dan berada di lingkungan
5

korosif. Salah satu dari logam tersebut akan


mengalami korosi, sementara logam lainnya akan
terlindung dari serangan korosi. Logam yang
mengalami korosi adalah logam yang memiliki
potensial yang lebih rendah dan logam yang tidak
mengalami korosi adalah logam yang memiliki
potensial lebih tinggi.

Gambar 2.2 Korosi Galvanik[2]

3. Korosi sumuran adalah korosi lokal yang terjadi


pada permukaan yang terbuka akibat pecahnya
lapisan pasif. Terjadinya korosi sumuran ini
diawali dengan pembentukan lapisan pasif
dipermukaannya, pada antarmuka lapisan pasif dan
elektrolit terjadi penurunan pH, sehingga terjadi
pelarutan lapisan pasif secara perlahan-lahan dan
menyebabkan lapisan pasif pecah sehingga terjadi
korosi sumuran. Korosi sumuran ini sangat
berbahaya karena lokasi terjadinya sangat kecil
6

tetapi dalam, sehingga dapat menyebabkan


peralatan atau struktur patah mendadak.

Gambar 2.3 Korosi Sumuran[2]

4. Korosi celah adalah korosi lokal yang terjadi pada


celah diantara dua komponen. Mekanisme
terjadinya korosi celah ini diawali dengan terjadi
korosi merata diluar dan didalam celah, sehingga
terjadi oksidasi logam dan reduksi oksigen. Pada
suatu saat oksigen (O2) di dalam celah habis,
sedangkan oksigen (O2) diluar celah masih banyak,
akibatnya permukaan logam yang berhubungan
dengan bagian luar menjadi katoda dan permukaan
logam yang didalam celah menjadi anoda sehingga
terbentuk celah yang terkorosi.
7

Gambar 2.4 Korosi celah[2]

5. Korosi retak tegang (stress corrosion cracking),


korosi retak fatik (corrosionfatique cracking) dan
korosi akibat pengaruh hidogen (corrosion
inducedhydrogen) adalah bentuk korosi dimana
material mengalami keretakan akibatpengaruh
lingkungannya. Korosi retak tegang terjadi pada
paduan logam yang mengalami tegangan tarik statis
dilingkungan tertentu, seperti : baja tahan karat
sangat rentan terhadap lingkungan klorida panas,
tembaga rentan dilarutan amonia dan baja karbon
rentan terhadap nitrat. Korosi retak fatk terjadi
akibat tegangan berulang dilingkungan korosif.
Sedangkan korosi akibat pengaruh hidogen terjadi
karena berlangsungnya difusi hidrogen kedalam
kisi paduan.
8

Gambar 2.5 Korosi retak tegang[2]

6. Korosi intergranular adalah bentuk korosi yang


terjadi pada paduan logam akibat terjadinya reaksi
antar unsur logam tersebut di batas butirnya.
Seperti yang terjadi pada baja tahan karat austenitik
apabila diberi perlakuan panas. Pada temperatur
425 – 815oC karbida krom (Cr23C6) akan
mengendap di batas butir. Dengan kandungan krom
dibawah 10 %, didaerah pengendapan tersebut akan
mengalami korosi dan menurunkan kekuatan baja
tahan karat tersebut.
7. Selective leaching adalah korosi yang terjadi pada
paduan logam karena pelarutan salah satu unsur
paduan yang lebih aktif, seperti yang biasa terjadi
pada paduan tembaga-seng. Mekanisme terjadinya
korosi selective leaching diawali dengan terjadi
pelarutan total terhadap semua unsur. Salah satu
unsur pemadu yang potensialnya lebih tinggi akan
terdeposisi, sedangkan unsur yang potensialnya
lebih rendah akan larut ke elektrolit. Akibatnya
terjadi keropos pada logam paduan tersebut.
Contoh lain selective leaching terjadi pada besi
9

tuang kelabu yang digunakan sebagai pipa


pembakaran. Berkurangnya besi dalam paduan besi
tuang akan menyebabkan paduan tersebut menjadi
porous dan lemah, sehingga dapat menyebabkan
terjadinya pecah pada pipa.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


Peralatan yang digunakan pada praktikum tentang
korosi adalah sebagai berikut.
1. Timbangan
2. Gelas ukur
3. Gelas plastik
4. Pengaduk
5. Kertas amplas
6. Wadah kertas
7. Akuades
8. NaOH
9. HCl
10. Paku besi 14 buah

3.2 Prosedur Praktikum


Prosedur kerja praktikum korosi addalah sebagai
berikut:
1. Menyiapkan peralatan dan bahan.
2. Membuat larutan NaOH dengan konsentrasi
10%, 20%, dan 30% dalam gelas plastik.
3. Membuat larutan HCl dengan knsentrasi 5%,
10%, dan 15% dalam gelas plastic.
4. Mengisi satu buah gelas plastik dengan akuades.
5. Membersihkan dan menimbang 14 paku.
6. Memasukkan paku ke dalam larutan yang telah
dipersiapkan. Masing-masing larutan dicelupi
dua buah paku. Paku yang satu dibiarkan berada
di dalam larutan, sedangkan yang lain di biarkan
pada udara suhu kamar.

9
10

7. Mencatat jam pencelupan, lalu menunggu proses


yang terjadi setelah tiga hari.
8. Mencatat keadaan paku setelah tiga hari.
9. Membersihkan paku dan menimbang kembali.
10. Menghitung laju krosi paku.membuat kurva laju
reaksi yang diperoleh.
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa Data


Semua paku yang tersedia diberikan nomor dari 1
hingga 14. Nomor 1-7 merupakan paku yang dibiarkan
dalam keadaan terendam oleh larutan HCl, NaOH,
maupun aquades. Berikut ini adalah tabel berat paku
sebelum dan sesudah bereaksi dengan lingkungan.

Tabel 3.1 Berat Paku sebelum dan sesudah bereaksi


dengan lingkungan
Berat paku
Kondis
Sebelu Sesuda Selisih Larutan
i
m h
NaoH
2.77
2.74 0.03 10%
NaoH
2.69
2.57 0.12 20%
BASAH

NaoH
2.71
2.70 0.01 30%
2.64 1.98 0.66 HCl 5%
2.75 2.13 0.62 HCl 10%
2.79 1.85 0.94 HCl 15%
2.56 2.56 0.00 Aquades
KERING

NaoH
2.56
2.23 0.33 10%
NaoH
2.65
2.65 0.00 20%
2.57 2.57 0.00 NaoH
30%

11
12

2.79 2.79 0.00 HCl 5%


2.77 2.73 0.04 HCl 10%
2.70 2.69 0.01 HCl 15%
2.65 2.65 0.00 Aquades

Selanjutnya dilakukan perhitungan dimensi paku


untuk mencaritahu laju korosi masing-masing paku.

Tabel 3.2 Laju korosi paku


Luas
Panjan Diamete Permukaa Laju
No g r n Densiti korosi
1 5.00 0.29 4.55 41.96 0.01
2 5.00 0.29 4.55 40.75 0.05
3 5.00 0.29 4.55 41.05 0.00
4 5.20 0.29 4.74 39.99 0.28
5 5.20 0.29 4.74 41.65 0.25
6 5.60 0.29 5.10 42.26 0.35
7 5.00 0.29 4.55 38.78 0.00
8 5.00 0.29 4.55 38.78 0.15
9 5.00 0.29 4.55 40.14 0.00
10 5.00 0.29 4.55 38.93 0.00
11 5.20 0.29 4.74 42.26 0.00
12 5.50 0.29 5.01 41.96 0.02
13 5.40 0.29 4.92 40.90 0.00
14 5.40 0.29 4.92 40.14 0.00

Contoh perhitungan laju korosi:


13

K ∆W
corosive rate= ………………………………
DAt

(1)
Pada paku 1 dengan panjang 5 cm diameter 0,29 cm
didapatkan luas permukaan:
A=πd . panjang=π 0,29 x 5=4,55
Densitas paku 1 dapat diketahui dengan membagi massa
terhadap volume.
m 2,77
D= = =41,96
v 1 2
πd t
4
Dengan K=240 mm/day dan waktu selama tiga hari,
maka dengan persamaan (1) didapatkan laju korosi
sebesar 0,01.

Berikut ini merupakan grafik perubahan berat paku


sebelum dan sesudah korosi.
3.00
2.50
2.00
1.50 sebelum
sesudah
1.00
0.50
0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Gambar 3.6 Grafik berat paku
14

Berikut ini merupakan grafik laju korsi dengan


selisih berat paku sebelum dan sesudah korosi.
1.00
0.90
0.80
0.70
0.60
0.50 Selisih
0.40 Laju korosi
0.30
0.20
0.10
0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Gambar 3.7 Grafik laju korosi dan selisih berat paku
1.00
0.90
0.80
0.70
0.60
0.50 Basah
0.40 Kering
0.30
0.20
0.10
0.00
5% 10% 15%
Gambar 3.8 Grafik selisih berat paku HCl basah dan
kering
15

0.35
0.30
0.25
0.20
Basah
0.15 Kering
0.10
0.05
0.00
10% 20% 30%
Gambar 3.9 Grafik selisih berat paku NaOH basah dan
kering

4.2 Pembahasan
Praktikum tentang korosi menggunakan paku
sebagai bahan uji korosi dengan larutan NaH dan HCl,
serta aquades sebagai larutan penyebab korosi. Pada
gambar 4.1 terlihat bahwa paku yang direndam dalam
larutan HCl 15% mengalami paling banyak penurunan
berat. Sedangkan paku yang hanya dicelupkan dan
dibiarkan di udara dengan suhu kamar tidak mengalami
perubahan berat yang signifikan.
Berikutnya, pada gambar 4.2 terlihat bahwa laju
kororsi berbanding lurus dengan banyaknya masssa yang
hilang setelah melalui proses korosi. Laju kororsi
tertinggi terdapat pada pakuu nomor 6, yaitu paku yang
direndam larutan HCl 15%. Bila dibandingkan, larutan
NaOH dan HCl, HCl memiliki pengaruh lebih besar
16

terhadap korosi pada logam paku, sedangkan NaOH


hanya menyebabkan sedikit perubahan berat paku setelah
mengalami proses perendaman selama tiga hari.
Pada gambar 3.3 menunjukkan bahwa makin banyak
konsentrasi HCl, maka makin besar korosi yang
diakibatkan. Namun, pada HCl 5% terdapat kesalahan
pembacaan pengukuran berat, sehingga didapatkan
selisih berat yang lebih besar dibandingkan HCl 10%.
Pada gambar 3.4 larutan NaOH 10% kering
mengakibatkan paling banyak peurunan massa paku. Hal
ini terjadi karena terjadi reduksi Fe di udara.
17

“Halaman ini memang diksongkan”


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum


korosi adalah:

1. Larutan HCl merupakan larutan yang paling


besar pengaruhnya terhadap korosi paku.
2. Laju korosi terbesar berada pada paku yang
direndam larutan HCl 15%.

5.1 Saran

Saran penulis terhadap pembaca mengenai


praktikum korosi adalah:

1. Asisten harus memberikan Tugas Pendahuluan


kepada praktikan.
2. Asisten hendaknya selalu siap jika dibutuhkan
leh praktikan.

15
16

“Halaman ini memang diksongkan”


DAFTAR PUSTAKA

[1] http://kimia-korosiku.blogspot.com/ (Anggraini,


diakses tanggal 13 Desember 2013, pukul 10.00)

[2] http://semboy.wordpress.com/korosi/ (diakses tanggal


20 Desember 2013, pukul 10.00)

17
18

“Halaman ini memang diksongkan”


Lampiran

PENGARUH INTRUSI AIR LAUT TERHADAP


KETAHANAN KOROSI WADAH GELAS-LIMBAH
DALAM PENYIMPANAN LESTARI

Aisyah
(Pusat Teknologi Limbah Radioaktif - BATAN)

Resume
Sejalan dengan perkembangan teknologi nuklir,
limbah radioaktif makin meningkat, sehingga harus
dikelola sesuai standar agar tidak membahayakan
manusia dan lingkungan. Salah satu jenis limbah radio
aktif adalah limbah aktivitas tinggi yang berasal dari
proses olah ulang bahan nuklir bekas. Limbah ini
mengandung banyak hasil belah yang terkontaminasi
dengan aktinida dan divitrikasi dengan gelas karboksilat
Lelehan gelas-limbah dimasukkan ke dalam wadah dari
baja tahan karat austenitic pada suhu 11000C dan
disimpan sementara dalam interim storage dan akhirnya
disimpan pada penyimpanan lestari.
Permasalahan yang muncul pada baja austenitic
adalah timbulnya sensitisasi pada saat bahan tersebut
mendapat perlakuan panas pada pemakaiannya.
Sensitisasi adalah terbentuknya presipitat krom karbida
pada batas butir yang dapat mengkibatkan penurunan
ketahanan korosinya. Untuk menghindari penurunn
ketahanan wadah gelas limbah, digunakan wadah gelas
limbah dari bahan AISI 321 yang mengandung titanium.
Wadah tersebut berbentuk silinder dengan diameter 430
mm, tinggi 1040 mm, dan tebal 6 mm. selain itu, juga
berfungsi sebagai pelindung yang memudahkan
pengangkatan dan pengangkutan serta penahan intrusi air
ke dalam gelas limbah pada penyimpanan lestari.
System penyimpanan lestari didesain untuk
meminimal-kan terlepasnya radionuklida ke lingkungan.
Penyimpanan lestari pada Negara kepulauan seperti
Indonesia memungkin-kan terjadinya intrusi air laut.
Idealnya, penyimpanan lestari diletakkan pada lapisan
batuan yang kedap air dan tanpa retakan. Namun, lapisan
batuan di Indonesia mengalami retakan, sehingga
memungkinkan terjadinya intrusi air laut ke tempat
penyimpanan sehingga mempercepat laju korosi.
Berikut ini metode pengujian bahan wadah gelas-
limbah AISI 304, AISI 304L dan AISI 321.
1. Perlakuan panas
2. Penentuan laju korosi
3. Pengamatan presipitat
Hasil yang didapatkan pada pengujian di atas adalah
laju korosi yang lebih tinggi dialami pada bahan uji yang
dipanaskan 7000C daripada 11000C, hal ini dikarenakan
pada suhu 1100 bahan berada dalam satu fasa austenite,
sehingga memiliki energy dan stress yang lebih kecil
dibandingkan dengan bahan berfasa dua. Bahan berfasa
dua, austenite dan presisptat lebih mudah mengalami
korosi.

You might also like