Professional Documents
Culture Documents
REKAYASA BAHAN
KOROSI
Oleh:
Ariffendy Satrio W 2410 100 032
Asisten Pembimbing :
Khusnul. K 2411
i
ii
PRACTICUM REPORT
MATERIAL ENGINEERING
KOROSION
By:
Ariffendy Satrio W 2410 100 032
Assistant:
Khusnul K 2411
iii
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Surabaya, 18 Nov. 14
Asisten praktikum
Khusnul K
2411
v
vi
ABSTRAK
vii
viii
ABSTRACT
ix
x
KATA PENGANTAR
Ariffendy Satrio W
2410100032
xi
xii
DAFTAR ISI
LAPORAN PRAKTIKUM...............................................i
HALAMAN PENGESAHAN..........................................v
ABSTRACT......................................................................ix
KATA PENGANTAR....................................................xi
DAFTAR ISI.................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR.....................................................xv
DAFTAR TABEL........................................................xvii
BAB 1...............................................................................1
PENDAHULUAN............................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................1
1.2 Permasalahan.....................................................1
1.3 Tujuan................................................................1
1.4 Batasan masalah.................................................2
1.5 Manfaat..............................................................2
BAB II..............................................................................3
DASAR TEORI................................................................3
2.1 Pengertian Korosi..............................................3
2.2 Jenis-jenis korosi...............................................3
BAB III.............................................................................9
METODOLOGI PRAKTIKUM......................................9
3.1 Alat dan Bahan..................................................9
3.2 Prosedur Praktikum...........................................9
BAB IV..........................................................................11
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN....................11
4.1 Analisa Data.....................................................11
4.2 Pembahasan.....................................................15
xiii
BAB V............................................................................15
KESIMPULAN DAN SARAN......................................15
5.1 Kesimpulan......................................................15
5.1 Saran................................................................15
DAFTAR PUSTAKA....................................................17
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
xvi
DAFTAR TABEL
xvii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Permasalahan
1
2
1.3 Tujuan
1.5 Manfaat
3
4
9
10
NaoH
2.71
2.70 0.01 30%
2.64 1.98 0.66 HCl 5%
2.75 2.13 0.62 HCl 10%
2.79 1.85 0.94 HCl 15%
2.56 2.56 0.00 Aquades
KERING
NaoH
2.56
2.23 0.33 10%
NaoH
2.65
2.65 0.00 20%
2.57 2.57 0.00 NaoH
30%
11
12
K ∆W
corosive rate= ………………………………
DAt
(1)
Pada paku 1 dengan panjang 5 cm diameter 0,29 cm
didapatkan luas permukaan:
A=πd . panjang=π 0,29 x 5=4,55
Densitas paku 1 dapat diketahui dengan membagi massa
terhadap volume.
m 2,77
D= = =41,96
v 1 2
πd t
4
Dengan K=240 mm/day dan waktu selama tiga hari,
maka dengan persamaan (1) didapatkan laju korosi
sebesar 0,01.
0.35
0.30
0.25
0.20
Basah
0.15 Kering
0.10
0.05
0.00
10% 20% 30%
Gambar 3.9 Grafik selisih berat paku NaOH basah dan
kering
4.2 Pembahasan
Praktikum tentang korosi menggunakan paku
sebagai bahan uji korosi dengan larutan NaH dan HCl,
serta aquades sebagai larutan penyebab korosi. Pada
gambar 4.1 terlihat bahwa paku yang direndam dalam
larutan HCl 15% mengalami paling banyak penurunan
berat. Sedangkan paku yang hanya dicelupkan dan
dibiarkan di udara dengan suhu kamar tidak mengalami
perubahan berat yang signifikan.
Berikutnya, pada gambar 4.2 terlihat bahwa laju
kororsi berbanding lurus dengan banyaknya masssa yang
hilang setelah melalui proses korosi. Laju kororsi
tertinggi terdapat pada pakuu nomor 6, yaitu paku yang
direndam larutan HCl 15%. Bila dibandingkan, larutan
NaOH dan HCl, HCl memiliki pengaruh lebih besar
16
5.1 Kesimpulan
5.1 Saran
15
16
17
18
Aisyah
(Pusat Teknologi Limbah Radioaktif - BATAN)
Resume
Sejalan dengan perkembangan teknologi nuklir,
limbah radioaktif makin meningkat, sehingga harus
dikelola sesuai standar agar tidak membahayakan
manusia dan lingkungan. Salah satu jenis limbah radio
aktif adalah limbah aktivitas tinggi yang berasal dari
proses olah ulang bahan nuklir bekas. Limbah ini
mengandung banyak hasil belah yang terkontaminasi
dengan aktinida dan divitrikasi dengan gelas karboksilat
Lelehan gelas-limbah dimasukkan ke dalam wadah dari
baja tahan karat austenitic pada suhu 11000C dan
disimpan sementara dalam interim storage dan akhirnya
disimpan pada penyimpanan lestari.
Permasalahan yang muncul pada baja austenitic
adalah timbulnya sensitisasi pada saat bahan tersebut
mendapat perlakuan panas pada pemakaiannya.
Sensitisasi adalah terbentuknya presipitat krom karbida
pada batas butir yang dapat mengkibatkan penurunan
ketahanan korosinya. Untuk menghindari penurunn
ketahanan wadah gelas limbah, digunakan wadah gelas
limbah dari bahan AISI 321 yang mengandung titanium.
Wadah tersebut berbentuk silinder dengan diameter 430
mm, tinggi 1040 mm, dan tebal 6 mm. selain itu, juga
berfungsi sebagai pelindung yang memudahkan
pengangkatan dan pengangkutan serta penahan intrusi air
ke dalam gelas limbah pada penyimpanan lestari.
System penyimpanan lestari didesain untuk
meminimal-kan terlepasnya radionuklida ke lingkungan.
Penyimpanan lestari pada Negara kepulauan seperti
Indonesia memungkin-kan terjadinya intrusi air laut.
Idealnya, penyimpanan lestari diletakkan pada lapisan
batuan yang kedap air dan tanpa retakan. Namun, lapisan
batuan di Indonesia mengalami retakan, sehingga
memungkinkan terjadinya intrusi air laut ke tempat
penyimpanan sehingga mempercepat laju korosi.
Berikut ini metode pengujian bahan wadah gelas-
limbah AISI 304, AISI 304L dan AISI 321.
1. Perlakuan panas
2. Penentuan laju korosi
3. Pengamatan presipitat
Hasil yang didapatkan pada pengujian di atas adalah
laju korosi yang lebih tinggi dialami pada bahan uji yang
dipanaskan 7000C daripada 11000C, hal ini dikarenakan
pada suhu 1100 bahan berada dalam satu fasa austenite,
sehingga memiliki energy dan stress yang lebih kecil
dibandingkan dengan bahan berfasa dua. Bahan berfasa
dua, austenite dan presisptat lebih mudah mengalami
korosi.