You are on page 1of 8

Jurnal Rekayasa Mesin Vol.4, No.

2 Tahun 2013: 85-92 ISSN 0216-468X

Metode Pirolisis Untuk Penanganan Sampah Perkotaan


Sebagai Penghasil Bahan Bakar Alternatif

a a b a
Widya Wijayanti , Mega Nur Sasongko , Christia Meidiana , Lilis Yuliati
a
Fakultas Teknik Jurusan Teknik Mesin Universitas Brawijaya
b
Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah Kota Universitas Brawijaya
Jl. MT Haryono 167, 242, Malang 65145
Email : widya_dinata@ub.ac.id

Abstract
The research on the processing of organic municipal waste conversion has been done by
using pyrolysis method. The research aims to gain an alternatif fuels and to minimize the landfill
space. In the pyrolysis process, it was investigated the char formation as solid fuel as well as its
heating value. The char formation was determined by the change of mass and volume of waste
for minimizing landfill area.The waste compositions were obtained by surveying the 10 families
during 10 days and then it was made the waste spesimens as the pyrolysis feedstocks. The
o o
pyrolysis processes were operated in range temperature 200 C to 400 C. Then, the char
formations as pyrolysis products were tested by using bomb calorimeter to qualify the heating
value of the products. The results showed that the waste was able to be a solid fuel due to the
quality of its heating value. The increasing of the heating value could reach 150% from
unpyrolyzed waste to pyrolyzed one. In addition, the pyrolysis method was able to significantly
minimize the volume of waste, so that it has a potential way to overcome the need of a large
landfil area in which it could reduce up to 50% in mass and 85% in volume. In waste pyrolysis
method, it was only needed 2 hours operating process and low-temperature process (only up to
o
300 C). It did not require require a high-operating temperature, therefore, the handling of
municipal organic waste to save area landfill and produce alternative fuel could be done in short
time and did not require great energy.
Keywords: waste, conversion energy, alternatif fuels, pyrolysis

PENDAHULUAN merupakan teknologi yang relatif sederhana


dan mudah pengoperasiannya serta secara
Sampah dan energi merupakan hal teknik maupun ekonomi adalah layak untuk
krusial saat ini terutama untuk kota besar. Di dikembangkan. Teknologi pirolisis sebagai
kota besar, kepadatan penduduk precursor gasifikasi sebagai salah satu
menyebabkan penumpukan volume sampah teknologi konversi energi saat ini masih
yang tidak kecil. Disisi lain, kebutuhan akan sangat terbatas perkembangannya di
energi sebagai penunjang kehidupan mereka Indonesia. Penelitian mengenai gasifikasi
meningkat semakin tajam. Keterbatasan juga masih sangat sedikit dilakukan,
energi yang bergantung pada energi fosil padahal teknologi tersebut menghasilkan
memaksa pencarian energi alternatif baru bahan bakar gas yang sangat fleksibel
untuk mengganti energi fosil. Sampah yang penggunaannya.
volumenya semakin menumpuk dapat Di negara-negara maju, saat ini, pirolisis
dimanfaatkan untuk menghasilkan energi dilakukan pada stasiun-stasiun pengelolaan
alternatif penghasil bahan bakar pengganti tertentu. Padahal biaya transportasi untuk
bahan bakar fosil melalui pirolisis. mengangkut sampah menuju ke stasiun
Bila selama ini pengelolan sampah hanya pengolahan tersebut sangat mahal.
melalui open dumping, sanitary landfill, dan menimbulkan polusi pun belum banyak
composting, maka pirolisis [1] dirasa langkah dilakukan. Oleh karena itu, perlu penciptaan
yang paling tepat karena teknologi ini piroliser yang multi guna. Keuntungan

85
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.4, No.2 Tahun 2013: 85-92 ISSN 0216-468X

penerapan metode pirolisis ini adalah pengkonversian yang lain adalah metode
menhasilkan proses kimia yang ramah pirolisis ini berlangsung dalam waktu yang
lingkungan dan dapat digunakan dimanapun relatif cepat. Waktu pirolisis untuk
dan kapanpun. Adapun produk bahan bakar memproses yang digunakan pada penelitian
yang dihasilkan oleh piroliser dapat kali ini adalah 2,5 jam, dimana waktu
digunakan sesuai dengan kebutuhan. tersebut adalah waktu yang sangat singkat
Pirolisis dapat mengkonversi sampah untuk dapat menghasilkan bahan bakar
menjadi bahan bakar dalam fase padat alternatif.
(arang), fase cair (tar), dan fase flammable Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
gas (CH4, CO2, dan H2) [2] yang selanjutnya mendapatkan piroliser portable dengan
bahan bakar tersebut dapat dikonversikan kualitas tinggi yang dapat memenuhi
lagi menjadi energi listrik ataupun energi beberapa kualifikasi; seperti volume input
panas. dan output yang tepat, temperatur
Dari permasalahan mengenai sampah pemanasan yang cukup, serta waktu
dan keterbatasan energi fosil ini, maka operasioanl yang tepat. Dengan
penelitian terus menerus mengenai pirolisis mengetahui parameter-parameter pada
ini dapat berguna untuk mengatasi masalah piroliser tersebut, bisa diciptakan piroliser
sampah di kota-kota besar dan portable yang menghasilkan produk bahan
peneyelesaian akan ketersediaan energi bakar sesuai dengan kebutuhan dan
yang terbarukan, murah, dan ramah dimensi gasifier yang tepat pula, sehingga
lingkukan. tidak memerlukan energy operasional yang
Bila reduksi volume sampah dinyatakan besar.
dengan persamaan yang similar dengan
penurunan berat [3]

(1)
Maka dengan mempertimbangkan
proses penurunan volume pada proses
pirolisis, didapatkan

(2)
di mana k adalah konstanta laju reduksi
sampah, V adalah volume sampah dalam
suatu waktu tertentu, yang merupakan
perbandingan antara Vmax dalam persentase Gambar 1 Instalasi Penelitian
waktu awal sebelum pirolisis dan V¥ sebagai
prosentase dari sampah pada akhir proses. Penelitian ini diawali dengan pirolisis
Dengan mengganti k yang similar dengan untuk mengolah sampah organic menjadi
persamaan Arrhenius, maka k dinyatakan arang dan tar hasil pirolisis. Karakteristik
sebagai berikut, sampah organik dimulai dengan pengujian
kandungan sampah untuk mengetahui
prosentase kandungan sampah. Selain itu,
k = k0 exp
akan diuji dengan proses pirolisis, nilai kalor
karena k tergantung pada temperature sampah sebelum dan sesudah proses
pirolisis (T), maka reduksi volume juga pirolisis. Untuk pirolisis ini, sampah akan
dipengaruhi oleh besarnya temperature terdegradasi menjadi arang (char), tar, dan
pirolisis. gas. Namun, pada penelitian ini akan diteliti
Kelebihan lain dari metode pirolisis variasi volume dan massa sampah pada
dibandingkan dengan metode berbagai temperature pirolisis serta nilai

86
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.4, No.2 Tahun 2013: 85-92 ISSN 0216-468X

kalor dari char sebagai bahan bakar. piroliser terhadap reduksi volume dan
Untuk mengetahui kualitas produk massa sampah yang dihasilkan dari proses
pirolisis, penelitian ini juga menguji nilai kalor ini.
arang dan tar yang dihasilkan. Diharapkan,
sampah mempunyai nilai guna yang tinggi Proses Pirolisis
dengan menghasilkan bahan bakar dengan Sebelum melakukan percobaan,
nilai kalor yang cukup besar. pertama-tama disiapkan terlebih dahulu
instalasi penelitian. Kemudian persiapan
METODE PENELITIAN spesimen, Spesimen tersebut kita timbang
massanya dan kita ukur volumenya
Pirolisis merupakan metode termolisis Spesimen dimasukkan ke dalam glass
dimana sampah (feedstock) beaker. Glass beaker yang telah diisi
direaksikan/dipanaskan dengan gas inert (N2) dengan spesimen selanjutnya dimasukkan
sehingga hasil reaksi dekomposisi dari ke dalam ruang pemanas piroliser, dan
komponen-komponen feedstocknya. piroliser ditutup. Kemudian katup N2 dibuka
Skema penelitian dapat dilihat pada agar gas N2 dapat mengalir masuk ke dalam
gambar 1 yang menjelaskan instalasi ruang pemanas piroliser. Gas N2 dialirkan ke
penelitian beserta keterangan alat-alat dalam ruang pemanas sampai kadar O2 ±
pirolisisnya. 2 % dari volume ruang pemanas. Katup N2
ditutup saat kadar O2 mencapai ± 2 % dari
Proses Persiapan Spesimen/Proses volume ruang pemanas. Agar piroliser dapat
bekerja dan memberikan hasil sesuai yang
Drying
diharapkan, terlebih dahulu thermocontrol
Untuk proses ini, mula-mula sampah kita diatur untuk variasi pertama dengan
o
ambil sampelnya dari 10 KK selama 10 hari. temperatur 200 C dan laju pemanasan 0,44
o
Kemudian kita pisahkan anatar sampah C/detik. Selanjutnya piroliser dinyalakan
organik dan anorganik. Sampel yang kita dan juga katup keluar dibuka sedikit supaya
gunakan kita batasi pada sampah organik. O2 dapat tedorong keluar karena gas N2
Kemudian kita buat prosentase sampah yang yang memenuhi tabung. Proses pirolisis
sudah kita survey, kemudian kita buat sendiri dibiarkan berjalan selama 2 jam. Apabila
sampah untuk skala laboratorium sudah menempuh waktu selama 2 jam
berdasarkan perbandingan-perbandingan piroliser dimatikan dan padatan hasil
unsur pada sampah tersebut. pirolisis yang telah terbentuk dikeluarkan.
Setelah kita buat sampah dalam skala Kemudian berat dan volume padatan hasil
laboratorium yang mempunyai komposisi piolisis tersebut diukur. Langkah-langkah
sama seperti sampah rumah tangga, maka tersebut dilakukan untuk semua variasi.
sampah/specimen uji tersebut dimasukkan ke Namun sebelum pengujian dengan variasi
dalam gelas ukur kemudian kita masukkan ke yang lainnya dilakukan, glass beaker
dalam oven. Suhu dalam oven kita pasang dibersihkan terlebih dahulu agar tidak ada
hingga 100°C selama kurang lebih 10 menit. sisa-sisa proses pirolisis yang ikut
Kemudian mengambil beberapa gram sample tercampur dengan spesimen berikutnya.
untuk di uji kadar airnya. Kadar air pada Untuk penelitian ini, temperatur dan
penelitian ini sebesar 80% setelah di uji waktu pirolisis disetting. Temperatur
dengan moisture analyzer, sesuai dengan divariasikan dari 200°C hingga 400°C.
kadar air sampah di TPA. Setelah proses Kemudian proses pirolisis dimulai.
tersebut dilakukan, specimen ditimbang Perubahan temperatur diamati. Setelah
sebesar 300 gram untuk tiap spesimen. proses pirolisis selesai, massa dan volume
Selain suhu pirolisis yang divariasikan arang hasil pirolisis ditimbang.
untuk penelitian ini, sampah tersebut kita Secara parallel pula, tar yang dihasilkan
perlakukan dengan memvariasikan densitas ditangkap dengan cara dikondensasikan ke
sampah untuk mengetahui pengaruh dalam air es yang didalamnya berisi tabung
penekanan sampah pada saat masuk reaksi glass wool dan CaCl2 untuk
menangkap tar. Kemudian setelah proses

87
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.4, No.2 Tahun 2013: 85-92 ISSN 0216-468X

selesai, tabung-tabung tersebut ditimbang kuantitatif, besarnya perubahan yang terjadi


untuk mengetahui massa tar yang dihasilkan. dapat dijelaskan pada masing-masing grafik
produk pirolisis berikut.
Pengujian Nilai Kalor
Pengujian ini dilakukan untuk
mengetahui besarnya nilai kalor bahan bakar
padat yang dihasilkan. Setelah proses
pirolisis selesai, char hasil pirolisis diuji nilai
kalornya dengan menggunakan alat bomb
calorimeter.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil penelitian yang telah dilakukan
o o
menghasilkan beberapa data yang T = 200 C T= 300 C
menunjukkan hubungan berbagai variasi
temperatur pirolisisterhadap beberapa
variabel terikatnya, yaitu :
§ Perubahan massa sampah berupa char
dengan variasi temperatur pirolisis.
§ Perubahan volume sampah dengan
variasi temperatur pirolisis.
§ Perubahan massa tar yang terbentuk
dengan variasi temperatur pirolisis.
§ Peningkatan nilai kalor char yang
o
dihasilkan dari pirolisis terhadap bebagai T=400 C
variasi temperatur pirolisis.
Gambar 2 Visualisasi Char hasil pirolisis
Karena pirolisis sampah menghasilkan
produk berupa char (arang), tar (+air), dan Hubungan Antara Temperatur Pirolisis
gas, maka setiap variasi temperatur pirolisis Dan Massa Sampah
terhadapperubahan massa dan volume Grafik hubungan antara temperatur
selama proses pirolisis. Penelitian ini belum pirolisis dan massa char dan tar yang
mengukur gas hasil proses pirolisis yang terbentuk selama proses pirlisis dapat dilihat
terbentuk. Karena produk pirolisis adalah pada gambar 3. Temperatur pirolisis
bahan bakar, maka nilai kalor arang juga berdampak signifikan terhadap hasil pirolisis.
diukur.Namun, nilai kalor tar belum dapat Semakin tinggi temperatur pirolisis maka
diukur karena banyaknya air yang terbentuk. semakin besar pula pengurangan massa
Penelitian selanjutnya perlu dilakukan untuk spesimennya. Sebaliknya, pada temperatur
memisahkan air dari tar beserta pengukuran lebih rendah pengurangan massanya lebih
nilai kalornya. sedikit. Pada pirolisis sampah ini, perubahan
Berikut ini adalah visualisasi hasil pirolisis massa produk terjadi secara cepat
berupa char yang didapatkan pada akhir meskipun temperatur pirolisis masih rendah.
o
proses. Bila pada temperature 200 C perbahan
Pada visualisasi tersebut dapat dilihat massa terjadi secara cepat, setelah
o
perubahan volume dan massa yang terjadi temperatur 300 C, pengurangan massa
pada proses pirolisis. Dari visualisasi tersebut terjadi secara konstan. Pada titik ini proses
dapat dilihat perubahan warna atau char pirolisis mencapai kondisi equilibirium.
yang terbentuk. Pada temperature pirolisis Artinya, dekomposisi sampah terjadi hingga
o
yang rendah, hasil pirolisis adalah campuran pada temperatur 300 C.
dari char dan sampah yang belum terpirolisis Karena sampah bersifat sangat basah,
o
secara sempurna. Pada temperature yang saat temperatur pirolisis 200 C,
lebih tinggi, char yang tersebut berwarna pengurangan massa terjadi karena pada
hitam yang menunjukkan kualitas (kadar temperatur tersebut, panas menguapkan
carbon dan nilai kalor) char tersebut. Secara kadar air yang terkandung dalam spesimen

88
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.4, No.2 Tahun 2013: 85-92 ISSN 0216-468X

tanpa mengalami dekomposisi pada berbentuk pada proses pirolisis


komponen-komponen spesimen. Sedangkan Hubungan Antara Temperatur Pirolisis
o
pada temperatur pirolisis 300 C mengalami Dan Volume Sampah
pengurangan massa yang paling besar, Grafik hubungan antara temperatur
karena komponen-komponen spesimen pirolisis dan volume tersisa spesimen dapat
mengalami dekomposisi termal menjadi dilihat pada gambar 4. Grafik tersebut
bentuk cair, gas dan padat, sehingga massa menunjukkkan pengurangan volume
padatan yang tersisa tentunya lebih sedikit sampah pada tingkat pemanasan yang
akibat dikurangi oleh hasil pirolisis dalam berbeda.Secara umum, semakin
bentuk cair dan gas. meningkatnya temperatur pirolisis maka
pengurangan volume sampah semakin
besar. Hal tersebut terjadi karena semakin
tinggi temperatur maka semakin banyak
komponen-komponen biomassa yang
terdekomposisi menjadi bentuk cair, padat,
dan gas, sehingga volumenya juga akan
semakin berkurang.
o
Pada saat temperatur pirolisis 200 C
pengurangan volume yang terjadi sudash
sangat signifikan. Panas dapat menguapkan
kadar air dan dekomposisi termal unsur
Gambar 3 Perubahan massa char dan ta+air sampah sudah terjadi Kecenderungan
o
yang terbentuk pada proses pirolisis tersebut berlanjut hingga temperatur 250 C.
o
Pada temperatur pirolisis 300 C,
Hal ini dapat dilihat dengan melihat pengurangan volume mencapai kondisi
besarnya produk tar dan air yang terjadi, yang equilibirium, sehingga temperature optimal
ditunjuukan oleh massa tar dan air yang untuk proses pirolisis sampah ini hanya
o
terbentuk. Bila proses pirolisis sebelumnya memerlukan suhu sekitar 300 C saja.
o
(pirolisis kayu atau pun kotoran sapi) hanya Begitu juga, tempratur pirolisis 300 C
membentuk tar saja, pada proses pirolisis merupakan temperature optimal untuk
sampah ini, dihasilkan produk cair dengan memperoleh tar. Karena setelah
kandungan air yang sangat tinggi. Hal ini temperature ini, produk tar mengalami
disebabkan sampah mempunyai kadar air penurunan.Hal ini dikarenakan sampah
yang cukup tinggi sebelum masuk piroliser organic banyak mengandung cellulose yang
dimana kadar airnya mencapai 80% dapat terdekomposisi hanya pada temratur
o
meskipun telah mnengalami proses rendah (sekitar 250-300 C) saja.
pengeringan. Temperatur optimal untuk Kemungkinan lain, karena produksi gas
proses ini yang menghasilkan produk tar dan yang idhasilkan tinggi, namun perlu diamati
air optimal juga terjadi pada temperatur 300 lagi bagaimana massa produk gas beserta
o
C. komposisinya pada penelitian berikut.

Gambar 4 Volume char dan tar+air yang Gambar 5 Perubahan nilai kalor yang

89
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.4, No.2 Tahun 2013: 85-92 ISSN 0216-468X

terbentuk pada proses pirolisis pirolisis yang tinggi untuk pengolahan


Hubungan antara Temperatur Pirolisis dan sampah.
Nilai Kalor Char (arang) Hasil Pirolisis 3. Pada pirolisis ini, produk cair yang
dihasilkan adalah campuran tar dan air,
Grafik hubungan antara temperatur sehingga diperlukan proses lanjutan
pirolisis dan nilai kalor char hasil pirolisis untuk memisahkan tar dan air.
dapat dilihat pada gambar 5. Pada grafik Besarnya kandungan air yang terdapat
tersebut dapat dilihat nilai kalor dari sampah pada hasil pirolisis disebabkan kadar
dari sebelum dipirolisis hingga dipirolisis air yang tinggi pada sampah. Produksi
dengan temperatur yang bervariasi. Secara tar dan air tertinggi juga didapat pada
o
umum, sampah yang dipirolisis dengan temperatur 300 C.
o
temperatur 200-400 C selama 2 jam memiliki 4. Selain mampu mereduksi dan
nilai kalor yang meningkat. Namun, nilai kalor menghasilkan bahan bakar secara
tertinggi diperoleh char pada temperatur optimal pada temperatur pirolisis 300
o o
pirolisis 300-350 C. Peningkatan nilai kalor C, nilai kalor char yang dihasilkan
mengalami kenaikan sebesar 150% secara optimal juga terjadi pada
dibandingkan bila sampah langsung dibakar temperatur ini. Bila sebelum dipirolisis
secara konvensional. Hal tersebut terjadi nilai kalor sampah adalah sebesar 1980
o
karena saat pirolisis, char yang merupakan kcal/kg, maka pada temperatur 300 C
hasil padatan pirolisis mengandung fixed nilai kalor dapat meningkat hingga
carbon yang nantinya akan menaikkan nilai 150% dari nilai sampah.
kalornya. Semakin tinggi temperatur
pirolisisnya maka semakin sedikit char yang DAFTAR PUSTAKA
terbentuk. Namun demikian, kandungan fixed
carbonnya akan semakin tinggi pula. Hal ini [1]. Tanoue, K., Widya, W., Yamasaki, K.,
yang akan menyebabkan nilai kalor char Kawanaka, T., Yoshida, A., Nishimura,
menjadi lebih tinggi. T., Taniguchi, M., Sasauchi, K.., 2010,
Tetapi pada titik tertentu, setelah “Numerical Simulation Of The Thermal
o
temperatur 350 C, terjadi penurunan nilai Conduction Of Packed Bed Of Woody
kalor. Penurunan tersebut dikarenakan gas Biomass Particles Accompanying
yang dihasilkan besar [4], sehingga Volume Reduction Induced By
flammable gas (seperti H2 dan CH4) yang Pyrolysis”, J. Jpn. Inst. Energy, 89 (10),
terbentuk semakin besar pada fase gas, 948.
sehingga terlepas dari fixed carbonnya.
[2]. Tanoue, K., T. Hinauchi, T. Oo, T.
KESIMPULAN Nishimura, M. Taniguchi, and K.
Sasauchi.,2007,” Modeling Of
Hasil yang didapatkan pada penelitian ini Heterogeneous Chemical Reactions
dapat disimpulkan sebagai berikut : Caused In Pyrolysis Of Biomass
Particles”, Advanced Powder
1. Semakin tinggi temperatur pirolisis Technology 18, 825-840.
menyebabkan semakin banyak char
(arang) yang terbentuk, yang ditunjukkan [3]. Wijayanti, W.,2012,” Visualisasi Laju
oleh warna produk yang semakin gelap Penurunan Volume Biomasa Yang
atau hitam dimana hal ini dapat Dipengaruhi Oleh Temperatur
menunjukkan kadar fixed carbonnya. Pirolisis”, Prosiding KNEP Bali.
2. Temperatur pirolisis untuk mereduksi
sampah dicapai secara optimal pada 300 [4]. Wijayanti, W., Sasongko, Mega,2012,”
o
C. Pada temperatur ini, proses pirolisis Reduksi Volume Dan Pengarangan
sudah dapat mereduksi massa dan Kotoran Sapi Dengan Metode
volume sampah secara maksimal, Pirolisis”, Jurnal Rekayasa Mesin Vol.
sehingga tidak diperlukan temperatur 3, No. 2 :343-349. ISSN 0216-468X.

90
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.4, No.2 Tahun 2013: 85-92 ISSN 0216-468X

[5]. Wijayanti, W., Tanoue, K., 2013, “Char


formation and gas products of woody
biomass pyrolysis”, Energy Procedia
Elsevier, Vol. 32.

91
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.4, No.2 Tahun 2013: 85-92 ISSN 0216-468X

92

You might also like