You are on page 1of 10

Volume 26, 2011

MUDRA
Volume 26, Jurnal
NomorSeni Budaya
2, Juli 2011
p 201-210
ISSN 0854-3461

Kendala Multikulturalisme di Indonesia;


Analisis Diakronis dan Sinkronis

IMAM SETYOBUDI1 DAN MUKHLAS ALKAF 2

1
Jurusan Seni Tari, Sekolah Tinggi Seni Indonesia Bandung, Indonesia
2
Jurusan Seni Tari, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Surakarta, Indonesia
Email : mukhlasalkaf@gmail.com

Multikulturalisme sudah banyak dibincangkan, diseminarkan, dan dijadikan workshop. Akan tetapi,
Indonesia yang mewarisi multikultural, ternyata belum memiliki kesadaran multikulturalisme secara penuh.
Terbukti hingga kini masih saja timbul konflik dan ketegangan yang terjadi di antara etnis, agama, dan
ras yang ada. Artikel ini memaparkan sejumlah kendala kenapa bangsa Indonesia belum punya kesadaran
multikulturalisme. Dua pendekatan (diakronis dan sinkronis) digabungkan untuk menganalisis faktor-
faktor penyebab belum adanya kesadaran multikulturalisme. Ditemukan lima masalah utama penyebab
yang menjadi hambatan belum adanya kesadaran multikulturalisme yang diajukan pula pemecahannya.

The Multiculturalism Obstacles in Indonesia;


the Analysis of Diachronic and Synchronic

This study aims to revitalize the role of performing arts in the midst of their people and empower actors
performing arts theater Cirebon. For this research it intends to get a model, both studies as well as in
contemporary packaging that can empower local performing arts community needs in his day. The method
used in this research using phenomenological approaches and qualitative paradigms. To get the model
studies and packaging theatricals, data search focus is directed on material performance, elements of the
show, and the structure of the show, and the values and performances are still to be understood today’s
society. After going through a series of studies will be conducted packaging theatricals, especially against the
compaction duration, the addition and reduction of material performance, the actualization of the elements
of the show with no change in the structure and values that exist and are still subjected to by society.
The results of this study is a model study and packaging theatricals Cirebon. Model studies and packaging
generated theatrical Cirebon expected to inspire the folk performing arts theater in Indonesia, for the
performing arts community continues to live and support his supporters.

Keywords: Model, performing art, empowerment, and revitalization

Asia Tenggara sudah sejak lama memperoleh belakangan. Dari setiap lapisan baru kebudayaan
pengaruh dari luar, Budhisme dan Hinduisme yang asing, elemen-elemen umum diperkenalkan ke
datang dari India; kemudian Islam datang dari dalam seni pertunjukan. Banyak�������������������
percampuran
Timur Dekat dan India dan juga China yang sudah silang terjadi di antara kebudayaan tetangga di Asia
terpengaruh Islam; tentara Mongol mempengaruhi Tenggara (Brandon, 2003: 3).
peradaban China dari utara; dan kebudayaan Barat
berasal dari orang-orang Spanyol, Portugis, Belanda, Kedudukan negara Indonesia yang termasuk dalam
Perancis, Inggris, dan Amerika Serikat yang kawasan Asia Tenggara, sudah sejak ribuan tahun

201
Imam Setyobudi dan Mukhlas Alkaf (Kendala Multikulturalisme...) MUDRA Jurnal Seni Budaya

silam turut memperoleh pengaruh dari luar. Situasi Kebijakan Orde Baru di dalam menangani konflik
dan kondisi di dalam negara juga sangat majemuk. dengan cara represif ternyata tidak membawa
Kemajemukan yang tampak dari keanekaragaman pemecahan nyata, justru sebaliknya malahan
suku-suku bangsa (etnis) yang ada, tidak sebatas menanam potensi konflik yang baru. Salah satu
suku-suku besar seperti Minang, Batak, Sunda, contoh, Timor-Timur memisahkan diri menjadi
Jawa, Bali, Madura, Makasar, Ambon, namun juga negara baru Timor Leste, yang semula termasuk
sub-sub etnis yang terdapat pada suku Dayak dan salah satu provinsi di Indonesia. Penyelesaian yang
Papua. Jadi dapat dikatakan negara Indonesia kaya menarik ada pada kasus Aceh, paska Orde Baru
ribuan etnis berikut bahasa ibu dan budayanya, runtuh, dapat diselesaikan dengan cara damai,
termasuk keberadaan keturunan Arab, India, eksistensi Gerakan Aceh Merdeka diakomodir jadi
Pakistan, Tionghoa, Indo-Belanda, dan Indo- salah satu partai politik lokal dan turut di dalam
Portugis berikut tradisi dan budayanya. Ditambah pemilu lokal di Aceh. Meskipun separatisme di
keberadaan agama Budha, Hindu, Islam, Katolik, Nangroe Aceh Darusalam dapat diselesaikan secara
Kristen Protestan, dan Khong Hucu berikut aliran- damai, tetapi separatisme di Papua Barat masih
aliran yang terdapat di dalamnya maupun agama merupakan momok. Persoalan separatisme di
lokal seperti Kaharingan, Sunda Wiwitan, dan Papua Barat dengan keberadaan Organisasi Papua
sebagainya ikut mewarnai mozaik keindonesiaan Merdeka, semakin diperparah dengan konflik
yang ada. Namun demikian, keanekaragaman yang kepentingan ekonomi, antara orang-orang setempat
ada apakah akan dapat menjadi sebuah kekuatan (kesejahteraan) dengan pemerintah dan Freeport
bangsa atau justru sebaliknya malah menjadi faktor (ekonomi global atau neo-kapitalisme). Pekerjaan
kelemahan yang berpotensi sekaligus pemicu rumah lainnya, masih terdapatnya api dalam sekam,
perpecahan bangsa. soal konflik antar-aliran agama, konflik antar-
agama, konflik ras dan etnis, ketegangan antara
Koentjaraningrat (1982: 345-346) pernah me- eksistensi hukum adat dan hukum positif nasional
ngemukakan adanya lima masalah besar bangsa yang biasanya pada persoalan kepemilikan tanah
Indonesia berkenaan dengan integrasi nasional: dan hutan sebagai contoh suku-suku peladang dan
masalah mempersatukan aneka warna suku bangsa, perusahaan pemegang HPH.
masalah kebudayaan nasional, masalah hubungan
antar-umat beragama, masalah hubungan mayoritas- Perkembangan paham multikulturalisme sangat
minoritas, serta masalah integrasi kebudayaan dan memprihatinkan sekali. Kasus-kasus konflik
sub-kebudayaan yang ada di Papua. Kelima masalah yang kerap mewarnai pemberitaan media cukup
tersebut masih dapat ditambah dengan dua masalah membuktikan, bahwa sesungguhnya bangsa
yang tak kalah penting, yakni masalah keadilan Indonesia belum punya kesadaran akan hal ini.
ekonomi dan politik, dan masalah hubungan antara Jika dibiarkan bukan sesuatu yang tidak mungkin,
hukum adat (ulayat) dan hukum positif nasional. Indonesia dapat mengikuti disintegrasi Uni
Sovyet. Tulisan ini berupaya menelusuri kenapa
Bukti-bukti adanya konflik sulit ditepis, kasus antara kita yang mewarisi multikultural ternyata belum
Madura dan Dayak, kasus minoritas (Tionghoa) dan mempunyai kesadaran multikulturalisme? Dalam
mayoritas (Jawa dan Sunda), kasus agama di Poso rangka menjawab permasalahan tersebut, kami
dan di Maluku, maupun yang belakangan muncul memadukan pendekatan diakronis dan sinkronis,
konflik antara Ahmadiyah dan kelompok muslim karena diharapkan dapat menggali akar-akar
garis keras (Front Pembela Islam, Forum Umat dan persoalan yang menjadi kendala bagi kelangsungan
Ulama Indonesia, Islam Reformis, dan kelompok paham multikulturalisme.
Islam ideologis garis keras lainnya). Fakta bahwa
Indonesia termasuk negara multikultural sangat Pendekatan diakronis lebih menekankan acuan
nyata. Akan tetapi, sampai detik ini pemerintah waktu, digunakan untuk menguji pertumbuhan
dan rakyat seperti sulit mengatasi konflik-konflik kesadaran nasionalisme pada elit masyarakat apakah
horizontal yang sangat mungkin sekali timbul. didasari multikulturalisme atau tidak. Pendekatan
Tampak sekali pemerintah belum memiliki konsep sinkronis yang tidak terlalu memperhatikan acuan
yang jelas tentang bagaimana mencegah potensi waktu, mempertajam analisis untuk mengurai
konflik yang sewaktu-waktu dapat muncul. lebih dalam apakah bangsa Indonesia mempunyai

202
Volume 26, 2011 MUDRA Jurnal Seni Budaya

akar multikulturalisme atau tidak. Atas dasar dua kebudayaannya, dan masuk ke dalam kebudayaan
pendekatan ini diharapkan dapat dideskripsikan mayoritas (Koentjaraningrat, 1990: 255).
secara analisis adanya faktor utama kenapa kita
belum punya kesadaran multikulturalisme, padahal Kedua proses tersebut di dalamnya justru terjadi
bangsa Indonesia mampu merumuskan nilai-nilai ketidaksetaraan, multikulturalisme, ditinjau fungsi-
ideal multikulturalisme berupa ideologi negara nya bagi kehidupan manusia, sebaiknya menjadi
Pancasila. Terdapat kontras antara ide (gagasan) ideologi yang didasari pada kesadaran empiris,
dengan implementasi. bahwa kondisi obyektif-rasional di dunia terdiri
atas perbedaan-perbedaan yang ada, dan perbedaan
MULTIKULTURALISME itu dirayakan bersama dalam semangat saling
menghargai satu dengan yang lainnya.
Sejauh ini, perbincangan para ahli berbagai
disiplin ilmu tentang multikulturalisme sudah Prinsip dasar multikulturalisme yang menolak
banyak. Seminar dan workshop multikulturalisme segala otentisitas dan esensialitas kebudayaan,
baik pada tingkat regional dan nasional sudah adalah untuk mengukuhkan keberbedaan sebagai
diselenggarakan berbagai perguruan tinggi maupun upaya lebih menghidupkan empati terhadap pihak
Lembaga Swadaya Masyarakat. Akan tetapi, dalam lain yang berbeda. Jadi multikulturalisme bukan
tataran implementasi, belum ada kemajuan berarti. menciptakan perbedaan atas dasar identitas
Setidaknya sudah membuktikan satu hal, bahwa teritorial serta batas-batas budaya yang bersifat
terdapat kesenjangan antara pemikiran elit dengan totemis, akan tetapi sebaliknya lebih menekankan
khalayak ramai. empati terhadap liyan sebagai yang sederajat serta
setara dalam keberbedaannya.
Bergulirnya gagasan mengenai multikulturalisme
merupakan tanggapan atas berbagai persoalan Atas dasar uraian di atas, paham multikulturalisme
yang timbul di dalam dinamika kebudayaan, di berupaya menyelesaikan potensi ketegangan yang
mana persoalan bukan semata-mata konflik antar- mungkin terjadi antar-kelompok kebudayaan
etnis, agama, dan ras, namun sekaligus juga kritik (etnis, agama, dan ras) dalam koridor paradigma
terhadap konsep akulturasi dan asimilasi yang hubungan dialogis yang lebih mengedepankan
ternyata bukan suatu pemecahan tepat. Alkulturasi empati terhadap pihak lain yang berbeda sekalipun
yaitu suatu proses sosial yang timbul bila suatu minoritas. Oleh karena itu, perspektif yang
kelompok manusia dengan suatu kebudayaan didasari multikulturalisme lebih mengembangkan
tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari cara pandang bukan menurut kebudayaan sendiri,
suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, akan tetapi melihat seturut cara pandang pihak
sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat lain, sehingga muncul kesadaran eksistensi pihak
laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan lain dalam ruang kebersamaan yang sederajat dan
sendiri tanpa menyebabkan lenyapnya kepribadian setara. Multikulturalisme termasuk paham inklusif
kebudayaan itu sendiri (Koentjaraningrat, 1990: (terbuka).
248). Sedangkan asimilasi yaitu suatu proses sosial
yang timbul bila ada: a) golongan-golongan manusia Paradigma hubungan dialogis dalam multi-
dengan latar-belakang kebudayaan yang berbeda- kulturalisme bergerak baik dalam ruang publik
beda; b) saling bergaul langsung secara intensif maupun privat (Harahap, 2008). Dalam ruang
untuk waktu yang lama; sehingga c) kebudayaan- publik, seluruh kelompok etnis, agama, dan ras
kebudayaan golongan-golongan tadi masing- yang berbeda-beda memperoleh kesempatan
masing berubah sifatnya yang khas, dan juga unsur- sama dan hak sama guna mengekspresikan
unsurnya masing-masing berubah wujudnya menjadi dirinya dalam suatu tatanan yang disepakati
unsur-unsur kebudayaan campuran. Golongan bersama oleh masing-masing kelompok yang
minoritas mengubah sifat khas dari unsur-unsur berbeda dengan tanpa meminggirkan suara atau
kebudayaannya, dan menyesuaikannya dengan kekuatan kelompok minoritas. Dalam ruang privat
kebudayaan dari golongan mayoritas sedemikian masing-masing kelompok etnis, agama, dan ras
rupa sehingga lambat-laun kehilangan kepribadian dapat mengekspresikan leluasa kebudayaannya,

203
Imam Setyobudi dan Mukhlas Alkaf (Kendala Multikulturalisme...) MUDRA Jurnal Seni Budaya

mengembangkan kebanggaan sebagai satu bangsa seorang warga negara Indonesia sejak kelahirannya
dan satu negara menurut cara serta sudut-pandang dan tidak pernah menerima kewarganegaraan
masing-masing, serta menghargai dan menghormati lain karena kehendaknya sendiri, tidak pernah
hak-hak sipil lainnya, termasuk hak-hak hidup mengkhianati negara, serta mampu secara rohani
kelompok minoritas. dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan
kewajiban Presiden dan Wakil Presiden”. Artinya,
ANALISIS DIAKRONIS DAN SINKRONIS apapun latar-belakang etnis, agama, dan rasnya,
jika seseorang termasuk warga negara Indonesia
Analisis Diakronis sejak kelahirannya dapat mengajukan diri dan
1. Dua Pasal yang Direvisi Undang-Undang Dasar dipilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden, asal
1945 tidak pernah mengkhianati negara, serta mampu
Pasal 32 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 secara rohani dan jasmani.
yang belum diamandemen berbunyi, “Pemerintah
memajukan kebudayaan nasional Indonesia”. Pasal Secara prinsip pengertian bunyi Pasal 6 (aman-
32 setelah mengalami empat kali revisi menjadi demen) yang mengalami tiga kali revisi sangat
terdiri atas dua ayat. Ayat satu, “Negara memajukan berbeda dengan bunyi Pasal 6 sebelum direvisi,
kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban ayat satu, “Presiden harus orang Indonesia asli”.
dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat Istilah kata ‘asli’ mengandung makna konotatif
dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai dengan ‘pribumi’ (sinonim). Dengan demikian, ada
budayanya”, dan ayat dua, “Negara menghormati implikasi lawan kata ‘asli’ (‘pribumi’) adalah yang
dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan bukan asli (bukan pribumi) alias ‘palsu’. Jelas bagi
budaya nasional”. mereka yang termasuk warga keturunan (Tionghoa,
Arab, India, Indo-Belanda, Indo-Portugis)
Bunyi Pasal 32 yang belum diamandemen apabila tidak memperoleh hak yang sama untuk dapat
dibaca selintas terkesan indah, akan tetapi jika mengajukan diri maupun dipilih menjadi Presiden
disimakcermati bunyi tersebut justru berimplikasi dan Wakil Presiden. Pasal 6 sebagaimana yang
menumbuhkembangkan primordialisme etnis. Apa belum diamandemen mengandung diskriminasi ras,
yang dimaksud sebagaimana Pasal 32 (Penjelasan sehingga belum mencerminkan multikulturalisme.
Pasal Demi Pasal): Kebudayaan lama dan asli
terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan di Pertanyaan selanjutnya sekadar menguji kadar
daerah-daerah di seluruh Indonesia, terhitung multikulturalisme bangsa Indonesia adalah apakah
sebagai kebudayaan bangsa (Yamin, 1959: 44). siap menerima (bahkan memilih) seorang Presiden
Puncak-puncak kebudayaan di daerah sebagai atau seorang Wakil Presiden dari kalangan selain
kebudayaan bangsa (Indonesia) menyiratkan yang memeluk agama Islam (agama mayoritas
totemisme. Kebudayaan daerah mayoritas berkuasa di Indonesia)? Pertanyaan ini penting diajukan
atas yang minoritas. Minoritas harus tunduk pada dikarenakan dalam UUD 1945, baik yang sebelum
kebudayaan daerah yang mayoritas. Jadi bunyi diamandemen maupun yang sudah diamandemen,
pasal tersebut sangat monokulturalisme akibat tidak diatur seseorang harus memeluk agama
kelemahan konsep. Pengertiannya menjadi sangat tertentu. Jika jawabannya belum siap, maka kita
berbeda dengan Pasal 32 yang sudah direvisi empat belum menganut paham multikulturalisme.
kali menjadi terdiri atas dua ayat. Negara menjamin
kebebasan masyarakat, baik yang mayoritas maupun 2. Paham Bhinneka Tunggal Ika
minoritas, dalam memelihara dan mengembangkan Apakah semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang
nilai-nilai budayanya. Negara menghormati dan dicuplik dari kitab Sutasoma karya Bhinneka
memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrua yang
budaya nasional. Substansi Pasal 32 amandemen berarti, “Walaupun berbeda, namun satu juga
mencerminkan multikulturalisme. adanya, sebab tak ada agama yang memiliki Tuhan
yang berbeda” (Kaelan, 2003: 31-32). Seturut
Semangat multikulturalisme juga tercermin pada pendapat Kaelan, bahwa realitas kehidupan agama
Pasal 6 UUD 1945 (amandemen). Ayat satu berbunyi, (Hindu, Budha, dan Islam) di bawah Majapahit
“Calon Presiden dan calon Wakil Presiden harus sudah menunjukkan adanya kerukunan dan

204
Volume 26, 2011 MUDRA Jurnal Seni Budaya

toleransi. Jadi meskipun dasar agama resmi yang atau bahkan tak pernah saling kenal. Proses
dianut Majapahit adalah Hindu, tetap memberikan terbentuknya nasionalisme modern akibat pengaruh
hak hidup bagi dua agama lain, Budha dan Islam. luar yang berkembang di Eropa, ahli sejarah
sepakat mengambil entry point pada kelahiran
Wilayah kekuasaan Majapahit yang membentang Boedi Oetomo, 20 Mei 1908. Kendati demikian,
dari Semenanjung Melayu (Malaysia) hingga harus disadari Wahidin Soedirohusodo selaku
Papua (Irian Jaya) melalui Kalimantan Utara pendirinya masih sebatas untuk kepentingan kaum
membutuhkan kerangka pemersatu agar sendi- priyayi Jawa – para pelajar Sekolah Kedokteran
sendi kekuasaan tidak goyah. Majapahit yang Jawa yang berkedudukan di Batavia (Jakarta).
berdiri tahun 1293 mengalami masa kejayaan Mereka yang dapat masuk lembaga pendidikan
semasa diperintah Raja Hayam Wuruk dengan tersebut otomatis mereka yang berlatar-belakang
Mahapatih Gajah Mada berhasil menaklukkan priyayi atau ningrat. Rakyat jelata tidak mungkin
kerajaan-kerajaan lain di Nusantara. Oleh karena dapat masuk ke sekolah tersebut. Jadi kesadaran
itu, Empu Tantular menulis kitab Sutasoma sebagai tersebut sebatas kesadaran kaum priyayi, dan
legitimasi kekuasaan membenarkan penaklukan bukan kesadaran rakyat kebanyakan. Kaum priyayi
kerajaan lainnya. Sebagaimana sumpah Gajah mulai sadar adanya kedudukan sosial yang berbeda
Mada yang terkenal, Palapa pada tahun 1331, dengan kedudukan sosial orang-orang Belanda.
“Saya baru akan berhenti puasa makan Palapa,
jika seluruh nusantara takluk di bawah kekuasaan Tidak berbeda halnya dengan Sarikat Dagang
kerajaan Majapahit. Jika Gurun, Seram, Tanjung, Islam (SDI) yang berdiri tahun 1911 atas prakarsa
Haru, Pahang, Dempo, Bali, Sunda, Palembang, Haji Samanhoedi; dan SDI merupakan organisasi
dan Tumasik sudah dikalahkan”. pengusaha batik Laweyan di Surakarta yang
mengkritik kebijakan ekonomi kolonial yang
Berdasar uraian di atas, dapat kita ambil kesimpulan, merugikan. Perkembangan agak berbeda terjadi
bahwa ada beban sejarah yang tidak selaras dengan pada Sarikat Islam (1912), dan yang kemudian pecah
pemaknaan Bhinneka Tunggal Ika semasa sekarang menjadi Sarikat Islam “putih” dan Sarikat Islam
yang dipahami sebagai multikulturalisme. Beban “merah”. SI “putih” tidak beda jauh dengan SDI,
sejarah berkaitan erat dengan cara Majapahit akan tetapi SI “merah” yang memperoleh pengaruh
menaklukkan kerajaan-kerajaan lain di nusantara paham komunis lebih mengarah sebagai organisasi
guna memperluas wilayah kekuasaan. massa yang tidak sekadar mewadahi kepentingan
kaum priyayi Jawa. SI “merah” merekrut anggota
Perbedaan seting waktu, masa Majapahit dan dari kalangan rakyat jelata sebagai cikal-bakal
masa pemerintahan Hindia-Belanda, sungguh jelas Partai Komunis Indonesia (PKI).
menunjukkan kesadaran multikulturalisme memang
belum ada. Timbul pertanyaan selanjutnya, kapan Boedi Oetomo hingga SI sesungguhnya masih
kesadaran multikulturalisme itu mulai lahir bibit- sebatas organisasi masyarakat dan belum
bibit awalnya? Apakah pada waktu Kebangkitan merupakan partai politik, maka cikal-bakal partai
Nasional ataukah Soempah Pemoeda? politik baru sekitar tahun 1913 dengan Indische
Partij atau Partai Hindia (Douwes Dekker, Cipto
Mangunkusumo, dan Soewardi Soerjoeningrat
Analisis Sinkronis atau Ki Hajar Dewantoro). ��������������������������
Partai politik pertama di
1. Periode Kesadaran Nasionalisme Hindia-Belanda ini cenderung berhaluan ideologi
Kebanyakan ahli sejarah mengaitkan kesadaran sosialis. Ki Hajar Dewantoro pernah menulis brosur
multikulturalisme dengan proses terbentuknya berjudul ‘Als ik een Nederlander Was’ (Andaikata
kesadaran nasionalisme. Dalam hal ini, Ben aku orang Belanda) yang bertepatan dengan hari
Anderson (2002) menjelaskan nasionalisme sebagai peringatan kebebasan Kerajaan Belanda dari
imagined communities (komunitas-komunitas kekuasaan Kerajaan Perancis pada tahun 1813.
terbayang), yaitu orang-orang membayangkan Sebuah sindiran sinis gaya orang radikal. Akibat
tentang rasa kebersamaan senasib-sepenanggungan tulisan tersebut tiga serangkai pendirinya ditangkap
tanpa harus pernah bertemu muka sebelumnya dan diasingkan ke luar negeri.

205
Imam Setyobudi dan Mukhlas Alkaf (Kendala Multikulturalisme...) MUDRA Jurnal Seni Budaya

Seorang Belanda pelarian politik berhaluan komunis Butir-butir yang termaktub di dalam Soempah
dari negeri Belanda, Sneevliet memasuki Hindia- Pemoeda dapat dikatakan sebagai sebuah
Belanda dan menyebarkan pengaruh komunisme konstruksi multikulturalisme dalam rangka
kepada anggota SI (Semaun dan Darsono), membangun kesadaran nasionalisme yang ber-
sehingga SI pecah menjadi “putih” dan “merah” pijak pada kenyataan empiris. Hanya saja harus
pada tahun 1914. Perlahan-lahan SI “merah” yang disimakcermati, bahwa Soempah Pemoeda tetap
semula sebatas organisasi massa berubah menjadi mencerminkan ikrar elit pemuda (sebagian besar
partai politik bernama Partai Komunis Indonesia berasal dari kalangan priyayi) beragam latar-
(PKI) pada tahun 1920. Sekitar tahun 1926/1927, belakang suku, agama, dan ras menyatukan diri
PKI melakukan pemberontakan di Madiun (Jawa dalam kebulatan tekad menentang kolonialisme dan
Timur) terhadap pemerintah Hindia-Belanda yang imperialisme. Suatu sikap dan tindakan atas dasar
berujung kegagalan, karena pemberontakan yang pikiran baru yang membalik kekolotan yang lebih
tidak sepenuhnya didukung semua anggotanya. memikirkan kepentingan kenyamanan status sosial
Salah satu anggota PKI yang menentang Tan golongan priyayi mapan yang condong berpihak
Malaka, belakangan mendirikan partai politik pada pemerintah Hindia-Belanda (Kerajaan
baru, Partai Republik Indonesia di Bangkok Belanda – status quo). Jadi wacana pemikiran
(1927), sewaktu dalam pelarian dari kejaran polisi menjelang 28 Oktober 1928 mencerminkan
Belanda. Dalam waktu bersamaan, Partai Nasional percikan pemikiran baru golongan priyayi muda
Indonesia (1927) berdiri atas prakarsa Soekarno, yang mulai memperoleh pengaruh pikiran paham
Cipto Mangunkusumo, dan Sartono. PNI memiliki nasionalisme. Selain adanya pengaruh teori kritis
haluan ideologi sosialis-nasionalis. Karl Marx yang menelanjangi praktik kolonialisme
dan imperialisme yang dipakai untuk memahami
Selintas, kita dapat melihat, sebetulnya sudah ada secara kritis situasi dan kondisi Hindia-Belanda.
kesadaran kritis para elit masyarakat pada waktu Salah satu buktinya, ideologi Marhaenisme yang
itu akibat pengaruh pemikiran Karl Marx yang dirumuskan Soekarno sebagai ideologi PNI yang
berkembang pesat pada waktu itu. Karl Marx terinspirasi langsung teori pertentangan kelas sosial
sudah menulis tiga jilid buku Das Capital. Jauh Karl Marx.
sebelumnya tulisan pendek Karl Marx sebagai
kritik terhadap imperialisme dan kolonialisme Setidaknya, perlu menempuh rentang waktu
menginspirasikan terbentuknya rasa nasionalisme 17 tahun sejak ikrar Soempah Pemoeda dapat
awal pada kesadaran para elit masyarakat waktu itu. menunjukkan hasil dengan meraih momentum
Tampak sekali pada warna pemikiran Soekarno, Tan Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945.
Malaka, Ki Hajar Dewantoro, Semaun, Darsono, Mereka yang semula para pemuda radikal, sudah
Douwwes Dekker, dan Sneevlit. Selama proses menjadi politisi senior yang mampu merumuskan
tersebut, yang terlihat masih sporadis, perlahan- serta mendirikan Negara Kesatuan Republik
lahan di antara tokoh-tokohnya terjalin komunikasi Indonesia. Mereka menjadi founding fathers dari
yang mengarahkan pada Konggres Pemuda sebuah negara baru yang ingin berdaulat melepaskan
Indonesia II yang dilaksanakan pada tanggal 27- diri dari cengkeraman pemerintah kolonial.
28 Oktober 1928 yang menghasilkan rumusan Paska proklamasi kemerdekaan merupakan usaha
Soempah Pemoeda. Konggres Pemuda Indonesia mempertahankan de facto untuk meraih de jure atas
II dihadiri tidak kurang 750 orang yang mewakili kedaulatan negara yang baru saja berdiri (lahir),
beragam latar-belakang suku-bangsa (Jong Java, dan Belanda baru mengakui kedaulatan Indonesia
Jong Sumatra Bond, Jong Batak Bond, Jong Celebes, pada tahun 1949.
Jong Ambon, Jong Islamiten Bond, hingga Pemuda
Kaum Betawi) mampu menghasilkan rumusan: 2. Periode 1949 – 1965
Kami putra-putri Indonesia mengaku bertumpah Sejak Belanda menyerahkan kedaulatan Indonesia
darah yang satu, tanah Indonesia; Kami putra-putri kepada pemerintah Indonesia, dan menawarkan
Indonesia mengaku berbangsa yang satu bangsa bentuk negara federal, atas dasar Konferensi
Indonesia; Kami putra-putri Indonesia mengaku Meja Bundar (KMB) dan konstitusi Republik
berbahasa yang satu bahasa Indonesia. Indonesia Serikat (RIS). Namun demikian, bentuk

206
Volume 26, 2011 MUDRA Jurnal Seni Budaya

negara federal hanya sempat berlangsung setahun membentuk DPRGR (Mardojo, 1978: 215 dikutip
dikarenakan para pimpinan RIS sepakat untuk dari Soegito, 1999: 16).
kembali bergabung menjadi negara kesatuan pada
tanggal 17 Agustus 1950. Selama rentang 1959 hingga 1965, perjalanan
negara baru Indonesia diwarnai pemberontakan,
Meskipun Indonesia kembali menjadi negara PRRI Permesta, Republik Maluku Serikat, Kahar
kesatuan, akan tetapi pelaksanaan sistem Muzakar, dan DII/TII. Pergolakan politik yang
pemerintahan menganut sistem parlementer terjadi di daerah-daerah yang kemudian ditumpas
berdasar UUD Sementara 1950. Sistem parlemen, oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) sebetulnya
yang melaksanakan roda pemerintahan kabinet di membuktikan bahwa kesadaran multikulturalisme
bawah Perdana Menteri dan bertanggung-jawab belum ada. Kesadaran yang ada pada waktu itu,
kepada parlemen, sedangkan posisi presiden masih sebatas disatukan oleh keberadaan musuh
sebatas simbol. Ekses yang timbul di bawah bersama, yaitu kolonial Belanda. Praktis sewaktu
sistem parlementer, kabinet sangat bergantung musuh bersama sudah tidak ada, perpecahan atas
pada dukungan partai-partai politik yang ada pada dasar kepentingan kelompok dan golongan muncul
parlemen, sehingga kerap terjadi pergantian kabinet. apapun alasannya atau sekadar masalah sederhana.
Selama proses tersebut, terjadi persoalan mendasar, Salah satu contoh, pemberontakan Kahar Muzakar
atas dasar hak siapa anggota parlemen sebagai yang kemudian bergabung dan ikut mendukung
wakil partai politik bersuara. Timbul keraguan. Negara Islam Indonesia (DI/TII) pimpinan
Para anggota parlemen sejauh ini belum melalui Kartosoewirjo lebih didasari kekecewaan akibat
proses dipilih langsung rakyat. Dengan demikian, tidak direkrut sebagai TNI.
pada tanggal 29 September 1955, Pemilu I diadakan
untuk memilih anggota DPR, dan 15 Desember Jejak rekam pertumbuhan kesadaran nasionalisme
1955 untuk anggota konstituante yang bertugas tidak seiring dengan pertumbuhan kesadaran
menyusun UUD. Selama rentang waktu tiga tahun, multikulturalisme. Elit politik yang terlibat dalam
pergantian kabinet masih terjadi, sementara itu, perjuangan memerdekakan, paska Proklamasi
konstituante belum berhasil menyusun UUD yang Kemerdekaan, perlahan-lahan terlibat dalam
baru. ����������������������������������������������
Berdasar saran Jenderal A. Nasution, Presiden persiteruan tentang bentuk negara. Pertentangan
Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden, 5 Juli tentang konsep dan bentuk negara menunjukkan
1959. Isi dekrit tersebut, pembubaran konstituante, adanya bukti-bukti kesadaran multikulturalisme
kembali berlakunya UUD 1945, dan pembentukan sebagaimana tercermin di dalam konstruksi
Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Soempah Pemoeda mulai dilupakan. Pertentangan
(MPRS) yang terdiri atas anggota-anggota DPRS di antara elit politik nasional merembes ke daerah-
ditambah dengan utusan-utusan daerah dan daerah, dan pergolakan politik daerah mewarnai
golongan. perjalanan sejarah awal negara Indonesia.

Presiden Soekarno mengeluarkan konsep Demokrasi Situasi dan kondisi politik semasa Demokrasi
Terpimpin yang sesungguhnya menyimpang dari Terpimpin ikut terseret arus perang dingin politik
amanat Pancasila dan UUD 1945. Ekses negatif dunia, pertentangan ideologi liberal (humanisme
yang timbul, posisi presiden berkedudukan sebagai bourjuis) dan komunisme (humanisme proletariat).
eksekutif sekaligus legislatif. Presiden berkuasa Soekarno mengambil kebijakan politik luar negeri
tanpa batas. Ia membawahi DPRS/MPRS. Para poros Jakarta-Peking-Moskow, sehingga membuka
menteri di bawah presiden, dan sekaligus pimpinan peluang PKI di bawah D.N. Aidit dekat dengan
anggota MPRS. Ketua MPRS menjabat rangkap kekuasaan. Soekarno dan PKI membawa politik
Wakil Perdana Menteri III. Hak budget DPRS tidak dalam negeri terlibat pertentangan politik dunia.
berjalan, karena pemerintah tidak mengajukan Ekonomi dalam negeri carut-marut akibat embargo
Rancangan Anggaran Pemerintah Belanja Negara Amerika Serikat dan sekutu.
(RAPBN). Bahkan sewaktu DPRS tidak menyetujui
RAPBN yang diajukan pemerintah, Presiden Kebijakan otoriter Soekarno kemudian dikritik
Soekarno membubarkan DPRS, dan selanjutnya partai politik lain dengan membentuk Front
Pancasila. Mereka yang tergabung dalam Front

207
Imam Setyobudi dan Mukhlas Alkaf (Kendala Multikulturalisme...) MUDRA Jurnal Seni Budaya

Pancasila menganggap Soekarno dan PKI sudah Selama 32 tahun, konglomerat binaan rezim Orba
menyimpang dari Pancasila dan UUD 1945, karena menggerogoti uang negara, sehingga sejumlah bank
memberangus partai politik maupun kelompok BUMN dan bank swasta nasional terlilit kredit
yang berbeda pendapat dengan pemerintah (Partai macet. Fundamental ekonomi rapuh akibat praktik
Masyumi dan Manifes Kebudayaan). Tokoh-tokoh korupsi. Akibatnya ketika terjadi krisis ekonomi
kritis terhadap kebijakan Soekarno, seperti Mochtar global (moneter) Juli 1997, negara Indonesia
Lubis ditangkap dan dipenjara. Timbul eskalasi terhempas hingga titik bawah. Pertumbuhan
politik nasional yang memanas. Mahasiswa di ekonomi Rostow yang dibangun arsitek sama
luar kubu PKI mulai menuntut mundur Soekarno sekali tidak menciptakan rembesan ekonomi ke
dan pembubaran PKI. Dalam situasi genting, masyarakat kelas bawah. Kesenjangan ekonomi
Kolonel Untung (Komandan Cakrabirawa Pasukan sangat tajam dan luar biasa. Dalam sistem kebijakan
Pengawal Presiden) berinisiatif menyelamatkan penggajian juga dapat dikatakan 1:500 yang berarti
Soekarno dengan menangkap sejumlah jenderal tidak selaras dengan nilai-nilai Pancasila dan UUD
Angkatan Darat dalam sebuah peristiwa Gerakan 1945. Gaji seorang Gubernur dan Deputi Gubernur
30 September (G 30 S) pada tahun 1965. Namun Bank Indonesia dengan guru honorer dan PNS
demikian, aksi sesaat tersebut gagal dan justru yang ada di daerah terpencil seperti jarak langit
menjadi bumerang bagi deklaratornya sendiri dan bumi.
dan PKI berikut ormas-ormas di bawahnya yang
mendukung G 30 S. Setahun sebelum Indonesia kena imbas krisis
moneter Juli 1997, Soeharto melalui menantunya
3. Periode 1966 – 1997 (Letjen. Prabowo) dan Jenderal Wiranto mulai
Seorang perwira tinggi yang menjabat Komandan mendekat pada kelompok Islam garis keras yang
Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad) pernah direpresinya. Wiranto memprakarsai
Letjen. Soeharto memperoleh keuntungan untuk pembentukan Pam Swakarsa yang menghadang
tampil sebagai “penyelamat”. Aksi-aksi balasan peningkatan frekuensi demonstrasi mahasiswa di
anti-Soekarno dan PKI semakin meluas dan Jakarta dalam jumlah besar. Pam Swakarsa yang
membesar, bahkan tanpa kendali terjadi serangkaian membawa simbol-simbol Islam merupakan cikal-
pembantaian massa terhadap siapa pun yang bakal Front Pembela Islam. Mereka meneriakkan
dianggap PKI. Perlahan-lahan dalam sebuah Sidang anti Amerika Serikat dan Yahudi, serta memfitnah
Istimewa DPRS/MPRS dengan Ketua Jenderal A. demonstrasi mahasiswa yang mengkritik Orba
Nasution mengangkat Soeharto menjadi Presiden ditunggangi CIA dan zionis untuk menghancurkan
RI mengganti Soekarno yang sedang sakit. Lahir Islam. Spanduk-spanduk dukungan kepada
rezim baru bernama Orde Baru dengan sistem Soeharto dipampang sepanjang jalan protokol Jalan
ekonomi pertumbuhan Rostow di bawah Profesor Jenderal Sudirman dan M.H. Thamrin atas nama
Widjojo Nitisastro, Profesor Soemitro, Profesor Pam Swakarsa dan umat Islam.
Emil Salim, dan kelompok alumni Universitas
Berkley. Mereka mengajukan konsep Pembangunan Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang
Nasional 5 tahun yang terkenal dengan Pelita yang semakin melorot hingga Rp16.000,- per 1 dolar
dirancang sebagai Repelita. Namun demikian, apa AS semakin memicu tuntutan menuntut mundur
yang terjadi tidak beda jauh dengan rezim Soekarno Soeharto. Amien Rais selaku tokoh utama reformis
dan justru jauh lebih buruk. Selama 32 tahun, rezim menyiarkan peringatan Kebangkitan Nasional di
orde baru membudayakan korupsi dan mental asal Lapangan Monas pada 20 Mei 1998. Akan tetapi,
bapak senang. Soeharto mengklaim demokrasi Letjen. Prabowo selaku Komandan Kopassus
Pancasila, padahal sesungguhnya jauh melenceng mengancam akan menembak massa mahasiswa
dari nilai-nilai Pancasila. DPR/MPR berikut yang berani mendekat ke Monas. Tentara sudah
komponen Golongan Karya (Golkar), Fraksi ABRI, sejak dua minggu memasang barikade pagar kawat
Fraksi Utusan Daerah (UD), dan dua parpol (PPP berduri sekitar 1 kilometer dari Istana Negara.
dan PDI) sekadar cap stempel kekuasaan. Praktis Pengamanan ring satu dalam keadaan siaga satu.
tidak ada beda antara Demokrasi Terpimpin dengan Tiga hari sebelum hari Kebangkitan Nasional,
Demokrasi Pancasila ala Soeharto. jalan-jalan yang menuju lapangan Monas dan

208
Volume 26, 2011 MUDRA Jurnal Seni Budaya

Istana Negara tertutup bagi umum. Suasana sepi dan Ambon-Maluku bermuara juga pada masalah
mencekam. Sekitar pukul 05.00 WIB, pada tanggal ekonomi.
20 Mei 1998, Amien Rais mengumumkan melalui
siaran langsung yang disiarkan seluruh televisi Lebih dari itu, potensi lain yang sewaktu-waktu
swasta nasional, bahwa peringatan Kebangkitan dapat berubah menjadi konflik adalah diskriminasi
Nasional tidak jadi dilaksanakan di Lapangan mayoritas pemeluk suatu agama terhadap pendirian
Monas guna menghindari korban jiwa yang besar bangunan ibadah oleh kelompok pemeluk agama
pada pihak mahasiswa. Esok hari, sekitar pukul minoritas. Beberapa orang pemeluk agama
09.00 WIB, jalan depan Istana Merdeka masih sepi minoritas pernah mengeluh, “Kami mau mendirikan
dari kendaraan umum, kecuali kesibukan di Istana tempat ibadah harus minta ijin mulai dari RT,
Negara sudah tampak semenjak pukul 07.00 WIB. RW, Kelurahan, Kecamatan, Kepolisian, hingga
Ternyata Soeharto mengumumkan pengunduran Departemen Agama (Depag) dan Departemen
dirinya dari jabatan Presiden dan digantikan Wakil Dalam Negeri (Depdagri). Akhirnya tetap gagal,
Presiden B.J. Habibie pukul 09.00 WIB, 21 Mei meski dari Depag, Depdagri, Provinsi, Kabupaten,
1998. dan Kepolisian sudah dapat ijin. Akan tetapi di
tingkat RT dan RW tetap menolak. Alasannya
Krisis moneter yang terjadi tahun 1997 membuktikan warga setempat menolak.” Kasus sama dalam
betapa manajemen pemerintahan Orba sama sekali konteks lain, di Aceh persoalan konflik etnis terjadi
rapuh. Krisis keuangan global yang berimbas antara orang Aceh dan Jawa. Dalam pandangan
hingga ke Indonesia membuka borok fundamental umum orang Aceh yang tinggal di Provinsi Aceh
ekonomi negara rapuh akibat praktik korupsi. Darussalam, suku Jawa termasuk penjajah seperti
halnya Belanda. Jadi persoalannya bukan pada
4. Faktor Ketidakadilan masalah agama, karena orang Jawa sebagian besar
Potensi disintegrasi yang terjadi pada sebuah negara memeluk agama Islam sebagaimana umumnya
multikultural seperti Indonesia, lebih disebabkan orang Aceh.
terjadinya penyumbatan terhadap pertukaran sosial
(social exchange). Pertukaran sosial merupakan Faktor utama penyumbat kesadaran multi-
tindakan saling memberi dalam berbagai aspeknya, kulturalisme terletak pada ketidakadilan ekonomi.
termasuk redistribusi pendapatan. Dalam proses Persoalan ketidakadilan ekonomi dapat terjadi
modernisasi yang didorong pertumbuhan ekonomi secara riil dan atau sekadar masalah persepsi semata
melahirkan polarisasi sosial-ekonomi dan sosial- yang memunculkan prasangka buruk terhadap
budaya, baik dimensi vertikal maupun horizontal. kelompok lain. Ketidakadilan ekonomi dapat
Polarisasi sebagai kesenjangan sosial-ekonomi dan diselesaikan dengan kebijakan ekonomi yang lebih
sosial-budaya menjadi pemicu utama timbulnya adil, sedangkan ketidakadilan ekonomi yang timbul
konflik terbuka yang dapat berujung pada atas dasar persepsi jauh lebih sulit diselesaikan.
pertumpahan darah.
SIMPULAN
Kemajemukan yang ada pada suatu negara jika tidak
diiringi dengan adanya keadilan sosial-ekonomi dan Multikulturalisme agar dapat berkembang lebih
sosial-budaya akan sangat mudah memicu konflik. baik. Langkah pemecahan tersebut terkait dengan
Sentimen anti-Tionghoa sesungguhnya bermuara kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan,
pada persoalan kesenjangan sosial-ekonomi. Orang kebudayaan, ekonomi, hukum, sosial, dan politik.
Tionghoa kebanyakan hidup dalam diskriminasi Dalam bidang pendidikan dapat diupayakan
ras. Orang Tionghoa di Singkawang hidup dalam dengan memberi muatan materi kurikulum
kemiskinan. Kasus lain, Gerakan Aceh Merdeka pelajaran multikulturalisme sejak tingkat sekolah
baru muncul seiring dengan berdirinya rezim dasar hingga perguruan tinggi. Dalam bidang
Orde Baru, yang dipicu oleh faktor kebijakan kebudayaan dapat diupayakan salah satunya
ekonomi yang timpang antara pusat dan daerah. melalui seni. Dialog melalui seni dapat lebih cair
Konflik Madura dan Dayak tidak terlepas pula dan egaliter dikarenakan bahasa seni jauh lebih
dengan masalah ekonomi. Konflik agama di Poso universal ketimbang fungsi bahasa sehari-hari.

209
Imam Setyobudi dan Mukhlas Alkaf (Kendala Multikulturalisme...) MUDRA Jurnal Seni Budaya

Dalam bidang ekonomi, hukum, sosial, dan politik Koentjaraningrat. (1982), Bunga Rampai
terkait langsung dengan soal keadilan. Hanya saja Antropologi Pembangunan, LP3ES, Jakarta.
perlu ditegaskan, pencegahan potensi konflik
maupun penyelesaian masalah konflik yang ______________. (1990), Pengantar Ilmu
sudah terlanjur terjadi, tetap bukan semata-mata Antropologi, Rineka Cipta, Jakarta.
menunggu tindakan pemerintah, akan tetapi harus
menjadi kesadaran warga negara. Elit masyarakat
dan elit politik harus lebih menunjukkan attitude Harahap, Ahmad Rivai. (5 Januari 2011),
yang baik, sehingga menjadi teladan bagi warga Multikulturalisme dan Penerapannya dalam
negara. Kita perlu membangun masyarakat madani Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, available
yang kritis terhadap eksekutif, legislatif, parpol, from: URL: http://www.lpkub.org/jurnalkub/edisi2/
militer, dan birokrat sipil. Multikulturalisme dapat interkultural.htm
menjadi penguat sistem demokrasi.
Slametmuljana. (1968) Nasionalisme sebagai Modal
DAFTAR RUJUKAN Perdjuangan Bangsa Indonesia, Balai
���������������
Pustaka,
Djakarta.
Anderson, Benedict R.O. (2002), Imagined
Communities, (Terjemahan Omi Intan Naomi), � Soegito, A.T. (1999), “Sejarah Perjuangan Bangsa
Pustaka Pelajar dan Insist, Yogyakarta. Indonesia sebagai Titik Tolak Memahami Asal-
mula Pancasila”, dalam makalah pada Intership
Brandon, James. (2003). Jejak-jejak Seni Dosen-dosen Pendidikan Pancasila se-Indonesia
Pertunjukan di Asia Tenggara, (Terjemahan R.M. 1-8 Agustus 1999 di Yogyakarta. Kerjasama Ditjen
Soedarsono), P4ST UPI, Bandung. Dikti Depdikbud, Pusat Studi Pancasila, dan
Fakultas Filsafat.
Kaelan, Haji. (2003), Pendidikan Pancasila, (Edisi
Reformasi), Paradigma, Yogyakarta. Yamin, Mr. Hadji Muhammad. (1959), Naskah
Persiapan Undang-Undang Dasar 1945, Jajasan
Prapantja, Jakarta.

210

You might also like