Professional Documents
Culture Documents
Praktikum Pharmacokinetic Toxicology
Praktikum Pharmacokinetic Toxicology
1
Modul 21 : Clinical Pharmacokinetic and Toxicology
Buku Praktikum
Printed in Semarang
This publication is protected by Copyright law and permission should be obtained from
publisher prior to any prohibited reproduction, storage in a retrieval system, or transmission
in any form by any means, electronic, mechanical, photocopying, and recording or likewise
2
TIM MODUL
3
PRAKTIKUM CLINICAL PHARMACOKINETIC AND TOXICOLOGY
a. Minggu 1
a.1. Skill Lab perhitungan berbagai macam uji statistik
b. Minggu 2
b.1. skill lab penghitungan ED/LD 50 dengan metode probit dan metode FI
c. Minggu 3
c.1. skill lab perhitungan dosis obat antibiotik aminoglikosida
d. Minggu 4
d.1. skill lab perhitungan penyesuaian dosis pada pasien gagal ginjal 1
d.2 skill lab perhitungan penyesuaian dosis pada pasien gagal ginjal 2
4
JADWAL LBM I
11 – 16 Desember 2017
06.45 – 07.35
07.35 – 08.25
08.25 – 09.15 KULIAH 1 KULIAH 2 KULIAH 3
09.15 – 10.05 Praktikum (A1 Ki) Praktikum (A1 Ki) (A1 Ki)
10.05– 10.55 1 2 KULIAH 4
10.55 – 11.45 (A1 Ki)
11.45 – 12.30 ISTIRAHAT DAN SHOLAT
13.00 – 13.50 Metopen
SGD 1 SGD 2
13.50 – 14.40 (A1 Ki)
14.40 – 15.00 SHOLAT
15.00 – 15.50
15.50 – 16.40
Keterangan:
Kuliah Pakar 1 : Pendahuluan : Sejarah, definisi, arti penting dan ruang lingkup Toksikologi (100
menit)
Pengampu : Chilmia Nurul Fatiha, M.Sc., Apt.
Kuliah Pakar 2 : Azas-azas umum Toksikologi : Nasib obat dalam badan dan kondisi efek Toksik
(Toksikokinetik); Mekanisme luka intrasel dan ekstrasel; Wujud efek toksik gangguan fungsional,
biokimia dan struktural; Sifat efek toksik terbalikkan dan tak terbalikkan (100 menit)
Pengampu : Dr. Atina Hussaana, MSi., Apt.
Kuliah Pakar 3 : Faktor-faktor yang mempengaruhi toksisitas : Faktor intrinsik zat Beracun dan
Faktor intrinsik mahluk hidup (100 menit)
Pengampu : Asih Puji Lestari, M.Sc., Apt.
Kuliah Pakar 4 : Dasar-dasar Terapi Antidot : Takrif dan Makna; Sasaran Terapi;Strategi Terapi;
Tata cara pelaksanaan terapi antidot (100 menit)
Pengampu : Abdur Rosyid, M.Sc., Apt.
5
LBM I
PRAKTIKUM :
TERAPI ANTIDOT KERACUNAN AKUT PARASETAMOL
A. TUJUAN
Mahasiswa mampu memahami tujuan, sasaran, dan strategi terapi antidot, berdasarkan
contoh kemampuan N-acetylsistein menawaracunkan parasetamol.
B. DASAR TEORI
Terapi antidot ialah suatu tata cara yang secara khusus ditujukan untuk membatasi
intensitas efek toksik zat kimia atau untuk menyembuhkan efek toksik yang ditimbulkannya
sehingga bermanfaat untuk mencegah bahaya selanjutnya. Dari takrif tersebut terkandung
makna bahwa tujuan terapi antidot ialah membatasi penyebaran racun di dalam tubuh,
sedang sasaran terapinya berupa penurunan atau penghilangan intensitas efek toksik.
Intensitas efek toksik suatu senyawa bergantung pada keberadaan (besar kadar dan lama
tinggal) senyawa terkait di tempat aksinya. Di mana keberadaan tersebut ditentukan oleh
keefektifan absorpsi, distribusi, dan eliminasi senyawa terkait. Bila demikian upaya
membatasi penyebaran racun tentunya harus dikaitkan dengan ketiga proses tersebut. Karena
itu, strategi terapi antidot di antaranya melibatkan penghambatan absorpsi dan distribusi,
serta peningkatan eliminasi racun terkait.
Parasetamol atau asetaminofen merupakan obat analgetik-antipiretik yang cukup aman
dalam dosis terapinya. Tapi jika dipakai dalam dosis besar bisa berbahaya karena
bagaimanapun juga, obat adalah racun. Karena relatif mudah diperoleh, parasetamol
merupakan salah satu obat yang sering disalahgunakan untuk bunuh diri. Sebagian dari kasus
kematian karena parasetamol disebabkan karena usaha bunuh diri atau penyalahgunaan,
selebihnya disebabkan karena ketidaksengajaan dan biasanya karena digunakan bersama
obat lain.
Overdosis parasetamol dapat terjadi pada penggunaan akut maupun penggunaan
berulang. Overdosis parasetamol akut dapat terjadi jika seseorang mengkonsumsi
parasetamol dalam dosis besar dalam waktu 8 jam atau kurang. Hepatotoksisitas akan
terjadi pada penggunaan 7,5-10 gram dalam waktu 8 jam atau kurang. Kematian bisa terjadi
(mencapai 3-4% kasus) jika parasetamol digunakan sampai 15 gram.
6
Pada dosis terapi (500-2 gram), 5-15% obat ini umunya dikonversi oleh enzim sitokrom
P450 di hati menjadi metabolit reaktifnya (aktivasi metabolik), yang disebut N-acetyl-p-
benzoquinoneimine (NAPQI). NAPQI berperan sebagai radikal bebas yang memiliki lama
hidup yang sangat singkat. Dalam keadaan normal, NAPQI akan didetoksikasi secara cepat
oleh enzim glutation dari hati. Pada paparan parasetamol overdosis, jumlah dan kecepatan
pembentukan NAPQI melebih kapasitas hati dan ginjal untuk mengisi ulang cadangan
glutation yang diperlukan. NAPQI kemudian menyebabkan kerusakan intraseluler diikuti
nekrosis (kematian sel) hati.
Saat ini, pengatasan overdosis parasetamol adalah dengan penggunaan N-acetylcystein,
baik oral atau secara intravena. Antidot (antiracun) ini mencegah kerusakan hepar akibat
keracunan parasetamol dengan cara menggantikan glutation dan dengan ketersediaannya
sebagai prekursor. Rekomendasi regimen dosis untuk N-asetilcysteine secara per-oral adalah
dengan loading dose sebesar 140 mg/kg, diikuti dengan 70 mg/kg BB setiap 4 jam untuk
17 kali dosis, dengan total durasi terapi adalah 72 jam.
2. Alat :
Spuit dan jarum injeksi, sonde oral, pengukur waktu, alat gelas, sarung tangan tebal.
Tikus I Diberikan peroral suspensi parasetamol dalam CMC-Na 10% dengan dosis 150 mg.
Kemudian catat saat mulainya timbul gejala sianosis, hilang kesadaran, kejang, kegagalan
pernapasan dan kematian.
Tikus II Diberikan peroral suspensi parasetamol seperti kelompok I. Kemudian pada saat
gejala sianosis mulai nampak, berikan suspensi N-acetylcistein dengan dosis 176 mg. Catat
saat timbulnya kejang, kegagalan pernafasan dan kematian.
7
Tikus III Diperlakukan sama seperti Tikus II. Bedanya, pemberian suspensi N-acetylcistein
dilakukan pada saat gejala kejang mulai nampak. Kemudian catat saat timbulnya kematian.
Catatan : gejala sianosis ditandai dengan timbulnya warna biru pada daerah sekitar mulut,
leher, pantat, mata, perut.
Buatlah tabel yang berisi data purata waktu yang diperlukan untuk timbulnya gejala
sianosis, kejang, kegagalan pernafasan dan kematian setelah perlakuan masing-masing
kelompok. Perbedaan waktu untuk masing-masing gejala antar kelompok perlakuan, hitung
secara statistik mengikuti tata cara analisis varian dengan taraf kepercayaan 95%. Bila
memungkinkan analisis statistika dilanjutkan dengan uji Tukey atau uji lain yang sejenis.
D. PUSTAKA ACUAN
Donatus, I.A. 1990. Toksikologi Pangan (Bab IV, VI, VII). Edisi I. PAU Pangan dan Gizi
Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.
Dreistbach, R.H. 1980. Handbook of Poisoning (Chapter 16). 10th ed. Lenge Medical
Publications-Marugen Asia (Pte)Ltd : Pasir Panjang.
Lommis, T.A. 1978. (Edisi terjemahan, Alih Bahasa Imono Argo Donatus). Toksikologi
Dasar (Bab XI). Edisi III. Ikip press: Semarang.
8
JADWAL LBM 2
18 – 23 Desember 2017
06.45 – 07.35
07.35 – 08.25
08.25 – 09.15 KULIAH 1 KULIAH 2 KULIAH 3
09.15 – 10.05 Praktikum (A1 Ki) Praktikum (A1 Ki) (A1 Ki)
10.05– 10.55 1 2 KULIAH 4
10.55 – 11.45 (A1 Ki)
11.45 – 12.30 ISTIRAHAT DAN SHOLAT
13.00 – 13.50 Metopen
SGD 1 SGD 2
13.50 – 14.40 (A1 Ki)
14.40 – 15.00 SHOLAT
15.00 – 15.50
15.50 – 16.40
Keterangan :
Kuliah Pakar 1 : Tolok Ukur Toksisitas : Tolok ukur kualitatif, kuantitatif, Hubungan kekerabatan
dosis-respon, penerapan (100 menit)
Pengampu : Willi Wahyu Timur, M.Sc., Apt.
Kuliah Pakar 3: Uji toksikologi (takrif dan makna dari uji toksikologi), system uji toksikologi, jenis
uji toksikologi. (100 menit)
Pengampu : Farrah Bintang Satibi, M.Farm., Apt.
Kuliah Pakar 4 : Evaluasi keamanan uji toksikologi, penilaian resiko uji toksikologi (100 menit)
Pengampu : Asih Puji Lestari, M.Sc., Apt.
Praktikum I : Skill Lab “Penghitungan ED/LD 50 dengan Metode Probit dan Metode FI”
Praktikum II : Uji Toksisitas Akut : Menentukan ED 50 dan LD 50
9
LBM II
Tujuan
- Tujuan utama adalah untuk menetapkan potensi ketoksikan akut, yakni kisaran dosis letal
atau dosis toksik obat terkait pada 1 jenis hewan uji atau lebih,
Sasaran
Tolok ukur kuantitatif : kisaran dosis letal/toksik
Tolok ukur kualitatif : gejala toksik, wujud, mekanisme efek toksik
Tolok ukur kuantitatif yang paling sering digunakan untuk menyatakan kisaran dosis toksik
atau letal adalah dosis letal tengah (LD - 50) atau dosis toksik tengah (TD - 50) yaitu suatu
besaran yang diturunkan secara statistik, guna menyatakan dosis tunggal suatu senyawa yang
diperkirakan dapat mematikan atau menimbulkan efek toksik yang berarti pada 50% hewan
uji.
Beberapa metode yang sering digunakan untuk menghitung harga LD – 50
1. Metode grafik Lithfield dan Wilcoxon
2. Metode kertas grafik probit logaritma (Miller - Tainter)
3. Metode rata-rata bergerak Thompson – Weil
4. Menurut Farmakope Indonesia
Kesemuanya didasarkan pada kekerabatan antara dosis dan % hewan yang
menunjukkan respon
Contoh perhitungan harga LD – 50 menurut FI:
Log LD – 50 = a – b ( pi – 0,5)
a = logaritma dosis terendah yang menyebabkan jumlah kematian 100% tiap kelompok
b = beda logaritma yang berurutan
pi = jumlah hewan yang mati menerima dosis i dibagi dengan jumlah hewan seluruhnya yang
menerima dosis i.
Daya toksisitas suatu bahan toksik biasanya dihitung dari nilai LD50 (lethal dose
50%). Dosis tersebut menggambarkan konsentrasi bahan bahan kimia yang dapat
menyebabkan kematian sampai 50% dari jumlah hewan yang di uji. Nilai LD50 digunakan
untuk mengelompokkan dosis toksik dari bahan kimia yang baru diproduksi. Hasil dari uji
LD50 dari bahan kimia biasanya bervariasi untuk setiap spesies hewan dan laboratorium
penguji, sehingga nilai LD50 tersebut biasanya hanya merupakan perkiraan (Tabel 1).
10
Tabel 1. Perkiraan dosis LD50 bahan kimia pada hewan percobaan
Bahan Hewan percobaan Pemberian LD50 (mg/Kg)
Ethil alkohol mencit oral 10.000
NaCl mencit i.p 4.000
FeSO4 Tikus oral 1.500
Morfin sulfat Tikus oral 900
DDT Tikus oral 100
Picrotoksin Tikus s.c. 5
Strychnin sulfat Tikus i.p. 2
Nicotin Tikus i.v. 1
d-tubocuravin Tikus i.v. 0,5
Hemicholinium-3 Tikus i.v. 0,2
Tetrodotoksin Tikus i.v. 0,10
Dioksin Marmot i.v. 0.001
Toksin Botulinum Tikus i.v. 0.00001
Oral= lewat mulut; i.p=intra peritoneal; s.c.=sub cutan; i.v.=intra vena, Sumber: Loomis
(1978)
Selama bertahun tahun skala toksisitas dari suatu bahan didasarkan pada pengaruh
terhadap manusia (Tabel 2). Dari skala tersebut pengelompokan bahan kimia didasarkan atas
pemberian secara oral terhadap orang yang dapat menyebabkan kematian. Dalam table 2
tersebut terlihat bahwa obat atau bahan kimia dalam dosis pemberian lebih dari 15g baru
timbul gejala toksik termasuk dalam kategori bahan yang praktis tidak beracun, tetapi
sebaliknya bahan yang diberikan hanya kurang dari 5mg sudah menunjukkan gejala
keracunan, disebut bahan yang sangat beracun. Dari pengelompokan tersebut jelaslah bahwa
bahan praktis tidak beracun bila dikonsumsi berlebihan tetapi tidak memberikan efek
keracunan dan sebaliknya bahan yang diberikan sedikit sekali sudah berefek toksik bila bahan
tersebut dikonsumsi sedikit sekali sudah berefek racun.
Tabel 2. Kriteria dosis urutan daya toksisitas suatu bahan
11
Tabel 3. Volume maksimal larutan sediaan uji yang dapat diberikan pada beberapa hewan uji
(Ritschel, 1974)
Tabel 4. Konversi perhitungan dosis antar jenis hewan (Laurence & Bacharach 1964)
Mencit Tikus Marmot Kelinci Kera Anjing Manusia
20 g 200g 400g 1,5kg 4 kg 12 kg 70kg
Mencit
1,0 7,0 12,25 27,8 64,1 124,2 387,9
20 g
Tikus
0,14 1,0 1,74 3,9 9,2 17,8 56,0
200g
Marmot
0,08 0,57 1,0 2,25 5,2 10,2 31,5
400g
Kelinci
0,04 0,25 0,44 1,0 2,4 4,5 14,2
1,5kg
Kera
0,016 0,11 0,19 0,42 1,0 1,9 6,1
4 kg
Anjing
0,008 0,06 0,10 0,22 0,52 1,0 3,1
12 kg
Manusia
0,0026 0,018 0,031 0,07 0,16 0,32 1,0
70kg
CONTOH SOAL
1. Ingin diketahui ketoksikan akut dari suatu sediaan farmasi X, dalam bentuk kemasan
yang larut air. Dosis obat tersebut diminum tiga kali sehari perbungkus. Dimana berat
rata – rata perbungkus 750 mg. Akan di ujikan pada hewan uji mencit yang mempunyai
berat rata – rata 30 mg. Hitung berapa dosis obat tersebut yang harus diberikan kepada
mencit?
2. Lanjutan no 2, dibuat seri kelipatan dosis dari dosis 1 ke dosis ke 5, dimana kelipatan
antara dosisnya adalah 1,5 dan pada dosis ke 5 semua hewan uji adalah mati. Data yang
diperoleh hewan uji masing – masing mencit
12
Jawaban :
1. Aturan pakai = 3 x 1 bungkus
1 bungkus = 750 mg
Dosis = 3 x 750 mg = 2250 mg / 50 kg BB (pada manusia indonesia)
Nilai konversi dari manusia (70 kg) ke mencit adalah 0,0026
70
Dosis pada manusia dengan BB 70 kg = 𝑥 2250 𝑚𝑔 = 3150 mg /70 kg BB
50
2. Lanjutan . . .
Dosis Hewan uji yang mati pi
D1 = 8,19 0 0/5 = 0 x
D2 = 12,29 0 0/5 = 0
D3 = 18,44 2 2/5 = 0,4
D4 = 27,66 4 4/5 = 0,8
D5 = 41,49 5 5/5 = 1
pi = 2,2
Metode FI
a = log dosis yang menyebabkan 100% kematian
= log 41,49 mg/20 gramBB = 1,6179
b = beda logaritma dosis yang berurutan
= log 12,29 – log 8,19 = 0,1763
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑒𝑤𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑎𝑡𝑖 𝑚𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 1
pi =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑒𝑤𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎 𝑚𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠
Log LD 50 = a – b ( pi – 0,5)
= 1,6179 – 0, 1763 (2,2 – 0,5)
= 1,3182
LD 50 = 20,8065 mg / 20gram BB mencit = 1040,3273 mg / kg BB
= 1040,33 mg / kg BB
13
Metode Probit Logaritma
Dosis Hewan uji yg Log Dosis % kematian Probit (y)
mati (x)
D1 = 8,19 0
D2 = 12,29 0 1,09 0 0
𝑥100 = 0%
5
D3 = 18,44 2 1,27 2 4,7467
𝑥100 = 40%
5
D4 = 27,66 4 1,44 4 5,8416
𝑥100 = 80%
5
D5 = 41,49 5 1,62 5 8,7190
𝑥100 = 100%
5
a = - 16,1986
b = 15,5171
y = bx + a untuk y = LD50 berarti 50% probitnya adalah 5,00
5,00 = 15,5171. x – 16,1986 untuk x = log dosis LD 50
5+16,1986
x = = 1,3661
15,5171
14
LATIHAN SOAL
1. Ingin diketahui potensi ketoksikan akut dari sediaan farmasi X dalam bentuk sirup. Diketahui
volume botol sirup 60 ml dan tiap 5 ml terakandung bahan aktif obat 120 mg. Dosis 3x1
sendok makan. Digunakan untuk manusia dengan BB 70 g. Hitung dosis tersebut untuk
hewan mencit dengan masing – masing BB 20 gram, apabila kelipatan dosisnya 1,3 tiap
dosisnya dan dosis pertama adalah dosis pemakaian sehari dan total hewan masing masing
kelompok dosis uji adalah 5 ekor. Hitung LD 50 menurut FI dan metode probit? (jumlah
hewan yang mati pada D1 = 0; D2 = 0; D3= 2; D4= 3; D5=4; D6 =5 ; D5= 5)
2. Ingin diketahui potensi ketoksikan akut dari sediaan farmasi X dalam bentuk sirup. Diketahui
volume botol sirup 60 ml dan tiap 5 ml terakandung bahan aktif obat 150 mg. Dosis 3x1
sendok makan. Digunakan untuk manusia dengan BB 70 g. Hitung dosis tersebut untuk
hewan mencit dengan masing – masing BB 20 gram, apabila kelipatan dosisnya 1,5 tiap
dosisnya dan dosis pertama adalah dosis pemakaian sehari dan total hewan masing masing
kelompok dosis uji adalah 5 ekor. Hitung LD 50 menurut FI dan metode probit? (jumlah
hewan yang mati pada D1 = 0; D2 = 1; D3= 3; D4= 4; D5=5; D6 =5 ; D5= 5)
3. Ingin diketahui potensi ketoksikan akut dari sediaan farmasi X dalam bentuk tablet. Diketahui
tiap satu tablet mengandung bahan aktif 325 mg, dengan dosis 3x1 tablet sehari. Hitung dosis
tersebut untuk hewan tikus dengan masing – masing BB tikus 200 gram, apabila kelipatan
dosisnya 1,5 tiap2 dosisnya dan dosis pertama adalah pemakaian sehari dan total hewan
masing masing kelompok dosis uji adalah 5 ekor. Hitung LD 50 menurut FI dan metode
probit? (jumlah hewan yang mati pada D1 = 0; D2 =1; D3= 2; D4=2; D5=3; D6 =4 ; D5= 5)
15
16
LBM II
PRAKTIKUM
DOSIS LETHAL, DOSIS EFEKTIF
DAN PENENTUAN “SIGMOID CURVE”
A. TUJUAN
Sesudah praktikum mahasiswa harus bisa menjelaskan prinsip cara penentuan ED 50 (efek
dose 50), LD 50 (Lethal Dose 50) suatu obat dan arti penentuan tersebut.
B. LATAR BELAKANG
Pengertian mengenai dosis yang hubungannya dengan efek yang ditimbulkan dapat dipahami
dengan baik, demikian pula faktor-faktor yang mempengaruhinya.
B.1 POTENSI
Menunjukkan rentang dosis obat yang menimbulkan efek, besarnya ditentukan oleh :
a. Kadar obat yang mencapai reseptor, tergantung dari sifat farmakokinetik obat
b. Afinitas obat terhadap reseptornya
Respons max yang ditimbulkan obat bila diberikan pada dosis yang tinggi
Ditentukan oleh:
a. Aktivitas intrinsik obat dan ditunjukkan oleh dataran (plateau) pada DEC (hubungan
kurva dosis dengan efek
b. Aktivitas intrinsik obat/efektivitas obat adalah kemampuan intrinsik kompleks obat
reseptor untuk menimbulkan aktivitas atau efek farmakologik
Lereng curam
Pada fenobarbital
Variasi antar individu dalam besarnya respons terhadap dosis yang sama dalam suatu obat
17
Menunjukkan bahwa untuk menimbulkan efek obat dengan intensitas tertentu pada suatu
populasi diperlukan sebuah rentang dosis
b. Garis vertikal ( | )
Menunjukkan bahwa pemberian obat dengan dosis tertentu pada populasi akan
menimbulkan suatu rentang intesnsitas efek.
ED 50 : Menyatakan dosis obat yang dapat timbulkan efek (ex: kejang-kejang) pada 50%
hewan percobaan
LD 50 : Menyatakan dosis obat yang dapat menyebabkan kematian pada 50% hewan
percobaan
Margin of safety : jarak antara ED 50 sampai LD 50
LD 50
Indeks terapi =
ED 50
Intensit as efek
Efek Max
Variabilitas
Slope
Potensi
Log Dosis
18
Nomor 3 diisi 14 cc alkhohol dan 186 cc air
Nomor 4 diisi 16 cc alkhohol dan 184 cc air
Nomor 5 diisi 18 cc alkhohol dan 182 cc air
Nomor 6 diisi 20 cc alkhohol dan 180 cc air
Nomor 7 diisi 22 cc alkhohol dan 178 cc air
Nomor 8 diisi 24 cc alkhohol dan 176 cc air
Nomor 9 diisi 26 cc alkhohol dan 174 cc air
Nomor 10 diisi 28 cc alkhohol dan 172 cc air
Pada waktu yang sama tuangkan masing-masing isi dari bekerglass pertama ke bekerglass
deretan kedua yang dihadapannya
Catatlah setelah 5 menit jumlah ikan (%) dalam tiap-tiap bekerglass yang ada dalam keadaan
eksitasi. Tentukan konsentrasi ED dengan rumus
2. Untuk LD 50
Bekerglass deretan kedua
Nomor 1 diisi 30 cc alkhohol dan 170 cc air
Nomor 2 diisi 32 cc alkhohol dan 168 cc air
Nomor 3 diisi 34 cc alkhohol dan 166 cc air
Nomor 4 diisi 36 cc alkhohol dan 164 cc air
Nomor 5 diisi 38 cc alkhohol dan 162 cc air
Nomor 6 diisi 40 cc alkhohol dan 160 cc air
Nomor 7 diisi 42 cc alkhohol dan 158 cc air
Nomor 8 diisi 44 cc alkhohol dan 156 cc air
Nomor 9 diisi 46 cc alkhohol dan 154 cc air
Nomor 10 diisi 48 cc alkhohol dan 152 cc air
Pada waktu yang bersamaan tuangkan isi masing-masing bekerglass deretan pertama ke
bekerglass deretan kedua yang berhadapan
Catatlah selama 5 menit jumlah ikan (%) dalam tiap-tiap bekerglass yang ada dalam keadaan
mati. Tentukan konsentrasi LD 50 dengan rumus
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑙𝑘ℎ𝑜ℎ𝑜𝑙
% konsentrasi (dosis alkhohol) = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
× 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑙𝑘ℎ𝑜ℎ𝑜𝑙 × 100%
= 1.75%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑠𝑖𝑓
% ikan responsif = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑚𝑢𝑙𝑎−𝑚𝑢𝑙𝑎 × 100%
19
ED 50
20
JADWAL LBM 3
25 – 30 Desember 2017
06.45 – 07.35
07.35 – 08.25 KULIAH 1
08.25 – 09.15 KULIAH 2 KULIAH 3 (A1 Ki)
09.15 – 10.05 (A1 Ki) Praktikum (A1 Ki) KULIAH 4
10.05– 10.55 LIBUR 1 (A1 Ki)
10.55 – 11.45 NATAL
11.45 – 12.30 ISTIRAHAT DAN SHOLAT
13.00 – 13.50 Praktikum
SGD 1 SGD 2
13.50 – 14.40 2
14.40 – 15.00 SHOLAT
15.00 – 15.50 Praktikum
15.50 – 16.40 2
Keterangan :
Kuliah Pakar 1 : Obat kisar terapi sempit, beserta contoh – contoh obatnya.
Pengampu : Asih Puji Lestari, M.Sc., Apt.
21
LBM III
Skill LAB I
Perhitungan Dosis Obat Antibiotik Aminoglikosida
Rumus – rumus
(140−𝑢𝑠𝑖𝑎)𝑥𝐵𝐵
CLCr = (px wanita di x 0,85)
𝑆𝑟𝐶𝑟 𝑥 72
𝜇𝑚𝑜𝑙
𝑑𝐿 𝑚𝑔
SrCr = =
88,4 𝑑𝐿
𝐶𝐿𝐶𝑟 𝑥 𝑀𝐼𝐶 𝑥
DM = (Maintanance Dose)
𝑆𝑥𝐹
(𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑥 𝑆 𝑥 𝐹 )
Cssave =
𝐶𝐿𝐶𝑟 𝑥
Latihan Soal
1. Ny Mn (55 tahun, 60 kg, 160 cm) memperoleh terapi IV gentamisin. Diketahui SrCr = 1,3
mg/ml. Apabila diketahui kadar tunak dalam plasma max (Cmax ) = 7 mg/L dan kadar
tunak dalam plasma minimal (Cmin ) = 2 mg/L. Volume distribusi gentamisin = 0,24 L/kg
2. Tn Sb (50 tahun, 65 kg, 170 cm) memperoleh terapi IV gentamisin. Diketahui SrCr = 1,3
mg/ml. Apabila diketahui kadar tunak dalam plasma max (Cmax ) = 7 mg/L dan kadar
tunak dalam plasma minimal (Cmin ) = 2 mg/L. Volume distribusi gentamisin = 0,24 L/kg
3. Ny. In (45tahun,58 kg, 158 cm) memperoleh terapi IV gentamisin. Diketahui SrCr = 1,3
mg/ml. Apabila diketahui kadar tunak dalam plasma max (Cmax ) = 5 mg/L dan kadar
tunak dalam plasma minimal (Cmin ) = 3 mg/L. Volume distribusi gentamisin = 0,24 L/kg
22
4. Tn. Am (45tahun, 60 kg, 160 cm) memperoleh terapi IV gentamisin. Diketahui SrCr = 1,3
mg/ml. Apabila diketahui kadar tunak dalam plasma max (Cmax ) = 5 mg/L dan kadar
tunak dalam plasma minimal (Cmin ) = 3 mg/L. Volume distribusi gentamisin = 0,24 L/kg
5. Tn. Ak (45tahun, 60 kg, 160 cm) memperoleh terapi IV gentamisin. Diketahui SrCr = 1,3
mg/ml. Apabila diketahui kadar tunak dalam plasma max (Cmax ) = 7 mg/L dan kadar
tunak dalam plasma minimal (Cmin ) = 3 mg/L. Volume distribusi gentamisin = 0,24 L/kg
6. Ny. Sd (45tahun, 60 kg, 150 cm) memperoleh terapi IV gentamisin. Diketahui SrCr = 1,3
mg/ml. Apabila diketahui kadar tunak dalam plasma max (Cmax ) = 5 mg/L dan kadar
tunak dalam plasma minimal (Cmin ) = 2 mg/L. Volume distribusi gentamisin = 0,24 L/kg
23
LBM III
Skill LAB II
Perhitungan Dosis Obat Teofilin dan Fenitoin
Rumus-rumus
Faktor penyakit
PENYAKIT F OBAT F
0,693 𝑥 𝑉𝑑 𝑇𝑒𝑜𝑓𝑖𝑙𝑖𝑛
T ½ Teofilin = 𝐶𝑙 𝑇𝑒𝑜𝑓𝑖𝑙𝑖𝑛
2. Ik (wanita) adalah pasien asma dengan BB 50 kg, 28 tahun, memperoleh terapi aminofilin 2x250
mg (mengandung 80% teofilin). Selain itu mengkonsumsi simetidin dan eritromisin. Data yang
diketahui adalah volume distribusi 0,70 L/kgBB dan ketersediaan hayati teofilin 0,95. Hitunglah
kliren teofilin, T ½ eliminasi teofilin dan Cssave teofilin? (faktor simetidin= 0,6; eritromisin=0,75)
24
3. Aa (laki-laki) adalah pasien asma dengan BB 58 kg, 28 tahun dan seorang perokok aktif dan
memperoleh terapi aminofilin 1x500 mg (mengandung 85% teofilin). Selain itu mengkonsumsi
simetidin. Data yang diketahui adalah volume distribusi 0,65 L/kgBB dan ketersediaan hayati
teofili 0,95. Hitunglah kliren teofilin, T ½ eliminasi teofilin dan Cssave teofilin? (faktor perokok =
1,6; simetidin= 0,6)
25
JADWAL LBM 4
1 Januari 2017 – 6 Januari 2017
06.45 – 07.35
07.35 – 08.25
08.25 – 09.15 KULIAH 1 KULIAH 2 KULIAH 3
09.15 – 10.05 (A1 Ki) Praktikum (A1 Ki) (A1 Ki)
10.05– 10.55 1 KULIAH 4
TAHUN
10.55 – 11.45 (A1 Ki)
BARU
11.45 – 12.30 ISTIRAHAT DAN SHOLAT
2018
13.00 – 13.50 Praktikum
SGD 1 SGD 2
13.50 – 14.40 2
14.40 – 15.00 SHOLAT
15.00 – 15.50 Praktikum
15.50 – 16.40 2
Keterangan :
Kuliah Pakar 1 : Farmakogenetik dan Farmakogenomik + Ritme Sirkardian
Pengampu : Chilmia Nurul Fatiha, M.Sc., Apt.
26
LBM IV
Skill LAB I
Perhitungan Penyesuaian Dosis Pada Pasien Gagal Ginjal
Latihan soal
1. Diketahui pasien laki – laki 21 tahun, BBideal 55kg memperoleh terapi injeksi seftriakson
2x1 g, SrCr 18,7 mg/ml, S = 1, MIC = 8 mg/L. Hitunglah dosis maintenance dalam 24 jam
dan Cssave ?
2. Diketahui pasien wanita 47 tahun, BBideal 62kg memperoleh terapi levofloksasin 1x500 mg,
SrCr 8,7 mg/ml, S = 1, MIC = 4 mg/L.CLR Levofloksasin = 95 – 142 ml/menit sedangkan
pada pasien normal mampu memfiltrasi obat / renal clearance = 120 ml/menit. Hitunglah
dosis maintenance dalam 24 jam dan Cssave ?
3. Diketahui pasien wanita 57 tahun, BBideal 62kg memperoleh terapi ciprofloksasinn 2x500
mg, SrCr 6 mg/ml, MIC = 7 mg/L.CLR Ciprofloksasin = 280 - 490 ml/menit sedangkan pada
pasien normal mampu memfiltrasi obat / renal clearance = 120 ml/menit. S adalah bentuk
aktif molekul obat (BM senyawa aktif= 331,4, BM senyawa obat = 367,9). Hitunglah dosis
maintenance dalam 24 jam dan Cssave ?
4. Diketahui pasien wanita 57 tahun, BBideal 62kg memperoleh terapi injeksi ceftazidime 2x1g,
SrCr= 620 mol/L, S = 1, MIC = 1,6 mg/L.CLR Ceftazidime = 90 – 115 ml/menit sedangkan
pada pasien normal mampu memfiltrasi obat / renal clearance = 120 ml/menit. Hitunglah
dosis maintenance dalam 24 jam dan Cssave ?
27