You are on page 1of 6

Evaluasi Teknis Pengolahan Batu Granit Untuk Pencapaian Target Produksi

40.000 Ton/Bulan Pada PT Bumiwarna Agung Perkasa


Di Desa Air Mesu Timur Bangka Tengah

(Technical Evaluation Of Granite Stone Processing For Achievment 40,000 Tons /


Month Targets Of Production At PT Bumiwarna Agung Perkasa In Air Mesu Timur
Regency, East Bangka)
1 1 1
Reza , E.P.S.B Taman Tono , Delita Ega Andini
1
Jurusan Teknik Pertambangan, Universitas Bangka Belitung

Abstract
PT Bumiwarna Agung Perkasa, abbreviated as PT BWAP has a crushing plant which is divided
into two units, namely primary crusher and the secondary crusher unit. Granite stone crushing plant of
PT BWAP has production target 40.000 tons/month, but the production target has not been achieved,
which 15.185,21 tons on June and 23.406,94 tons on July 2018, because there are production barriers
which cause the available work of these two units to reduce and improve production targets, therefore
to achieve production targets, evaluation of the demolition plant is needed. The method used in this
study is the tool availability method. The data needed is the speed of feed raw material, tool working
time, tool standby time and the weight of product samples taken on the conveyor belt. The main
calculation of the primary primary crusher unit is very low at 32,67 % with a total production of only
26.940,20 tons/month and the secondary crushing unit is also very low at 42,45 % with a total
production of 20.424,92 tons/month. After repairs, the working efficiency of the primary crusher unit
increased to 75,69 % and the work efficiency of the secondary crusher increased to 78,15 % and to
increase feeding to the secondary crusher unit, activating the two vibro feeders, so that the feed
increased from 190,34 tons/hour to 260,06 tons/hour and the final production of crushing plant
increased to 53.352 tons/month.

Keywords : Crushing plant, primary crusher, secondary crusher, production

1. Pendahuluan
PT Bumiwarna Agung Perkasa selanjutnya Berdasarkan latar belakang tersebut, maka
disingkat PT BWAP merupakan perusahaan diperoleh 3 (tiga) rumusan masalah yang akan
swasta yang bergerak di bidang penambangan dibahas pada penelitian ini yaitu bagaimana nilai
dan pengolahan batu granit yang terletak di Desa ketersediaan alat dan efisiensi kerja crushing
Air Mesu Timur, Kabupaten Bangka Tengah, plant PT BWAP, bagaimana realisasi produksi
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. batu granit yang dihasilkan crushing plant dan
Pengolahan batu granit terdiri dari unit primary bagaimana usaha perbaikan yang dapat
crusher dan unit secondary crusher. Dari dilakukan untuk meningkatkan produktivitas
permasalahan di lapangan, tidak tercapainya pengolahan batu granit dalam pencapaian target
target produksi karena adanya hambatan seperti produksi.
faktor alat, faktor manusia dan faktor alam. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan
Metode yang digunakan dalam menyelesaikan nilai ketersediaan alat dan efisiensi kerja alat
masalah tersebut adalah metode nilai crushing plant PT BWAP, menghitung produksi
ketersediaan alat. Nilai ketersediaan alat unit primary crusher dan unit secondary crusher
merupakan faktor yang mempengaruhi dan mengoptimalkan produksi crushing plant
ketercapaian target produksi dilihat dari dengan usaha perbaikan guna meningkatkan
kehilangan waktu kerja. Untuk mendapatkan produktivitas pengolahan batu granit untuk
target produksi 40.000 ton/bulan, maka mencapai target produksi yang ditetapkan.
dibutuhkan evaluasi terhadap nilai ketersediaan
Lokasi Penelitian
alat dan menghitung efisiensi kerja crushing plant
dengan melakukan usaha perbaikan guna Penelitian ini dilaksanakan di unit pengolahan
mencapai target produksi yang ditetapkan. PT Bumiwarna Agung Perkasa, Desa Air Mesu
Timur, Kecamatan Pangkalan Baru, Bangka
Korespodensi Penulis: (E.P.S.B Taman Tono)
Tengah. Secara geografis lokasi penelitian
Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik,
berada di titik koordinat antara 106 08’ 57,62” –
Universitas Bangka Belitung. Kawasan Kampus
106 09’ 52,14” BT dan 02 12’ 55,79” – 02 13’
Terpadu UBB, Merawang, Bangka.. .
54,43” LS. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan
Email : tamantono@ubb.ac.id
1
pada 6 Juli – 6 September 2018. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Peta lokasi penelitian PT BWAP

Tinjauan Pustaka tersebut tanpa mengubah identitas kimia dan


fisik produknya.
Menurut Sukandarrumidi (1998), batu granit
adalah batuan hasil dari proses pembekuan Crushing Plant
magma bersifat asam dan terbentuk jauh di
Menurut Taggart (1987), untuk memperkecil
dalam kulit bumi, sehingga disebut dengan
material hasil peledakan digunakan alat peremuk
batuan intrusif.
(crusher). Crushing adalah proses pengecilan
Menurut Arifin (1997), batu granit adalah
ukuran bahan galian batuan untuk memperoleh
batuan beku asam yang mempunyai tekstur
ukuran yang sesuai permintaan konsumen.
granitik berkomposisi 70 % SiO2 dan 15 % Al2O3.
Menurut Currie (1973), tahapan crushing
Komposisi mineral utamanya yaitu kuarsa dan
(peremukan) adalah sebagai berikut :
feldsfar.
a. Primary Crushing, merupakan peremukan
Batu granit terbentuk dari proses pembekuan
magma bersifat asam, terbentuknya ± 3 – 4 km di tahap pertama dimana umpannya berupa
bawah permukaan bumi, bahkan sampai pada bongkahan batuan dari hasil peledakan
jarak 15 – 50 km di dalam bumi, karena dengan ukuran ± 80 cm dan ukuran produk ≤
membekunya jauh di dalam kulit bumi, bentuk 20 cm. Alat yang digunakan pada tahap ini
dan ukuran mineral pembentuk batu granit besar adalah jaw crusher.
– besar dan mudah dibedakan antara mineral b. Secondary Crushing, merupakan peremukan
satu dengan mineral lainnya (Sukandarrumidi, tahap kedua dimana umpannya berupa
1998). produk dari primary crushing dengan ukuran
Pengolahan Bahan Galian produk yang dihasilkan ≤ 5 cm. Alat yang
digunakan pada tahap ini adalah cone
Menurut Tobing (2002), pengolahan bahan crusher.
galian adalah proses pemisahan mineral c. Tertiary Crushing, merupakan tahap lanjut
berharga dari mineral pengotornya dengan
dari secondary crusher dimana umpannya
memanfaaatkan sifat – sifat fisik dari mineral
berukuran 5 cm dan produk yang dihasilkan

2
berukuran 5 cm. a. Mechanical availability (MA), merupakan
faktor availability yang menunjukkan
Peralatan pada Unit Crushing Plant ketersediaaan alat dari waktu yang hilang
a. Hopper, merupakan alat untuk menampung dikarenakan kerusakan alat, dapat dihitung
material dari lokasi tambang yang akan dijadi- menggunakan rumus berikut :
kan umpan yang akan dihancurkan oleh jaw
crusher. MA = × 100 % ............................... (5)
b. Grizzly Feeder, merupakan alat pengumpan
b. Physical availability (PA), merupakan faktor
untuk memindahkan material dengan lebih
ketersediaan alat yang menunjukkan waktu
selektif, dimana material undersize langsung
alat dipakai selama total jam kerjanya, dapat
masuk ke belt, sedangkan oversize akan
dihitung menggunakan rumus berikut :
masuk ke jaw.
c. Jaw Crusher, merupakan alat pemecah yang PA = × 100 % ........................... (6)
terdiri dari 2 jaw plate yang saling berhadapan
c. Use of availability (UA), merupakan faktor
(Taggart,1987). Kapasitas jaw crusher dapat
dihitung menggunakan persamaan berikut : ketersediaan alat yang menunjukkan
persentase waktu yang dipergunakan alat
T = 0,6 × L × S ..................................... (1) untuk beroperasi pada saat alat tersebut
d. Cone Crusher, merupakan alat yang dapat digunakan, dapat dihitung
digunakan pada secondary, tertiary dan menggunakan rumus berikut :
quarternary crushing (King, 2001). Kapasitas
cone crusher dapat dihitung menggunakan UA = × 100 % ................................ (7)
persamaan berikut :
d. Effective utilization (EU), merupakan faktor
T = 0,75 × So × (L – G) .......................... (2) ketersediaan alat yang menunjukkan
e. Belt Conveyor, merupakan alat angkut persentase waktu yang dapat digunakan oleh
material yang bekerja secara alat yang beroperasi dari seluruh waktu kerja
berkesinambungan pada kemiringan tertentu tersedia, dapat dihitung menggunakan rumus
maupun mendatar. Kapasitas produksi nyata berikut :
belt dapat dihitung menggunakan persamaan
berikut : EU = × 100 % ........................... (8)
a) Pada kondisi belt berhenti
Efisiensi Kerja
P= .......................................... (3)
Menurut Partanto (1983), efisiensi kerja
b) Pada kondisi belt beroperasi adalah perbandingan antara waktu kerja
produktif dengan waktu kerja tersedia dan
P= ............................................ (4) dinyatakan dalam persen (%).
Waktu kerja efektif adalah hasil pengurangan
f. Vibrating Screen, merupakan alat untuk
waktu kerja tersedia operator dengan waktu
memisahkan material sesuai kebutuhan
hambatan alat dan waktu hambatan operator.
ukuran yang diperlukan. Produk yang
Waktu kerja efektif dapat dihitung menggunakan
dihasilkan yaitu undersize dan oversize
rumus berikut :
(Drymala,2007)
We = Wt – (Wha Who) ........................ (9)
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi dan
Gaya – Gaya Yang Bekerja pada Crushing Plant Efisiensi operator adalah perbandingan antara
Menurut Taggart (1964), faktor – faktor yang waktu kerja efektif dengan waktu kerja tersedia,
mempengaruhi crushing plant yaitu : a) kuat dapat dihitung menggunakan rumus berikut :
tekan batuan dan ukuran batuan, b) reduction EO = × 100 % ................................ (10)
ratio, c) arah resultan gaya, d) energi
peremukan, e ) kapasitas alat peremuk. Gaya – Efisiensi kerja dapat dihitung menggunakan
gaya yang bekerja pada crushing palnt yaitu : rumus berikut :
a) gaya tekan, b) gaya gesek, c) gaya gravitasi, EK = EU EO 100 % ....................... (11)
d) gaya menahan.
2. Metode Penelitian
Nilai Ketersediaan Alat
Metode penelitian yang digunakan adalah
Nilai ketersediaan alat merupakan faktor yang metode ketersediaan alat, dengan data – data
menunjukkan kondisi alat dalam melakukan yang diperlukan yaitu waktu kerja alat, waktu
pekerjaan dengan memperhatikan kehilangan hambatan alat dan laju pengumpanan bahan
waktu kerja. Menurut Indonesianto (2012),faktor baku. Metode ini menghitung nilai ketersediaan
penting dalam melakukan penjadwalan suatu alat alat dan efisiensi kerja, sehingga dapat diketahui
adalah faktor avilability dari setiap unit alat. produksi nyata dari alat, memecahkan masalah
yang mempengaruhi tidak tercapainya target

3
produksi yang telah ditetapkan dan ketersediaan fisik (PA) pada unit secondary
mengevaluasi efisiensi kerja agar target produksi crusher berada dalam kategori buruk dengan
40.000 ton/bulan bisa tercapai. nilai sebesar 52,98 %, 47,02 % dari waktu kerja
alat yang tersedia pada unit ini.
Tahapan Penelitian
Menurut Partanto (1983), nilai ketersediaan
Penelitian ini dilakukan melalui beberapa alat yang berada diantara 67 % – 75 % berada
tahapan yang meliputi studi literatur, perumusan di kategori kurang baik dan nilai antara 75 % –
masalah, pengumpulan dan pengelompokkan 83 % berada di kategori baik. Nilai ketersediaan
data, pengolahan data, analisis data, serta pemakaian (UA) pada unit primary crusher
penyusunan laporan. Tahapan studi literatur berada dalam kategori kurang baik dengan nilai
dilakukan dengan mengumpulkan bahan-bahan sebesar 67,49 %, dimana waktu standby alat
pustaka yang berhubungan dengan pengolahan sebesar 32,51 %. Nilai ketersediaan pemakaian
batu granit (UA) pada unit secondary crusher berada dalam
kategori baik dengan nilai sebesar 86,56 %
dengan waktu standby sebesar 13,44 %.
3. Hasil dan Pembahasan
Nilai efisiensi kerja alat (EU) yang rendah
Crushing plant PT BWAP terdiri dari 2 (dua) dikarenakan tingginya waktu perbaikan dan
unit yaitu primary crusher dan secondary crusher. waktu standby alat, dimana rata – rata waktu
Unit primary crusher akan menghasilkan produk kerja efektif unit primary crusher 146,07
yang disimpan di gudang batu sebagai umpan menit/hari, waktu perbaikan 178,03 menit/hari
untuk unit secondary crusher yang selanjutnya dan waktu standby alat 69,43 menit/hari,
diproses dan menghasilkan produk akhir sesuai sedangkan pada unit secondary crusher dengan
permintaan konsumen. rata – rata waktu kerja efektif 200,83 menit/hari,
waktu perbaikan 205,90 menit/hari dan waktu
Nilai Ketersediaan Alat
standby alat 31,17 menit/hari.
Penilaian tehadap ketersediaan alat di unit
Efisiensi Kerja
crushing plant berguna untuk menunjukkan
kondisi sebenarnya alat yang digunakan. Nilai Efisiensi kerja unit crushing plant diperoleh
ketersediaan alat pada unit primary crusher dan dari hasil perkalian antara efisiensi kerja alat
unit secondary crusher dapat dilihat pada Tabel 1 (EU) dengan efisiensi kerja operator (EO).
di bawah ini. Efisiensi kerja operator pada unit primary crusher
88,32 %, sedangkan pada unit secondary
Tabel 1. Nilai ketersediaan alat crusher 92,56 %, sehingga diperoleh efisiensi
kerja unit primary crusher 32,67 % dan efisiensi
Nilai Ketersediaan Primary Secondary kerja unit secondary crusher 42,45 %.
Alat Crusher Crusher
Produksi Crushing Plant
MA 44,88 % 49,38 %
PA 54,68 % 52,98 % Produksi unit primary crusher diperoleh dari
hasil pengurangan produksi pengumpanan
UA 67,49 % 86,56 % sebesar 386,59 ton/jam dengan produksi limbah
EU 36,99 % 45,86 % sebesar 43,00 ton/jam, diperoleh produksi unit
primary crusher yaitu 26.940,20 ton/bulan.
Produk unit primary crusher dapat dilihat pada
Menurut Partanto (1983), nilai ketersediaan
Gambar 2 di bawah ini.
alat 67 % berada dalam kategori buruk.
Berdasarkan Tabel 4.1 nilai ketersediaan
mekanik (MA) alat pada unit primary crusher
berada dalam kategori buruk dengan nilai
sebesar 44,88 %, dimana waktu yang terpakai
untuk perawatan dan perbaikan pada unit ini
asebesar 55,12 % dari total waktu penggunaan
alat. Selanjutnya, nilai ketersediaan mekanik
(MA) pada unit secondary crusher berada dalam
kategori buruk dengan nilai sebesar 49,38 %,
dengan waktu perbaikannya sebesar 50,62 %
dari total waktu penggunaan alat.
Nilai ketersediaan fisik (PA) pada unit Gambar 2. Produk unit primary crusher
primary crusher berada dalam kategori buruk
dengan nilai sebesar 54,68 %, dimana waktu
Produk unit primary crusher merupakan hasil
kerusakan dan standby alat sebesar 45,32 %
reduksi oleh jaw crusher yang berukuran ≤ 21cm
dari waktu kerja alat yang tersedia. Nilai

4
dan dibawa oleh belt conveyor ke stockpile. mencapai target produksi yang ditetapkan
Produksi unit secondary crusher merupakan perusahaan.
produk akhir crushing plant, yang diambil dari
Peningkatan Nilai ketersediaan Alat
pengambilan conto produk dari masing – masing
conveyor produk, pengambilan diambil per 4 Nilai ketersediaan alat pada unit crushing
detik, dengan distribusi produknya seperti plant mengalami peningkatan setelah
ditunjukkan pada Tabel 2 di bawah ini. mengurangi hambatan kerja alat, seperti
ditunjukkan pada Tabel 3 di bawah ini.
Tabel 2. Distribusi produk akhir unit secondary
crusher Tabel 3. Nilai ketersediaan alat crushing plant
Produksi Persentase Nilai Primary Secondary
Produk
(ton/bulan) (%) Ketersedia- Crusher (%) Crusher (%)
Abu batu 4.901,47 24 an Alat Before After Before After
Screening 3.497,54 17,12 MA 44,88 87,41 49,83 82,67
Split 1 – 2 5.675,73 27,79 PA 54,68 89,34 52,98 86,58
Split 2 – 3 6.350,18 31,09 UA 67,49 94,41 86,56 97,43
Jumlah 20.424,92 100
Peningkatan Efisiensi Kerja
Efisiensi kerja meningkat apabila terjadi
peningkatan pada efisiensi kerja alat dan
efisiensi kerja operator, seperti ditunjukkan pada
Tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4. Efisiensi kerja crushing plant


Primary Secondary
Efisiensi Crusher (%) Crusher (%)
Before After Before After
EU 36,99 84,35 45,86 84,33
EO 88,32 89,74 92,56 92,68
(b
EK 32,57 75,69 42,45 78,13

Peningkatan Laju Pengumpanan Pada Unit


Secondary Crusher
Pada unit secondary crusher tersedia 2 (dua)
unit vibro feeder sebagai alat pengumpan
material dari stockpile, namun proses
pengumpanan pada unit ini hanya dirancang
menggunakan 1 (satu) unit vibro feeder, karena
unit yang lain digunakan sebagai cadangan jika
sewaktu – waktu terjadi kekosongan material
Gambar 3. Produk (a) Abu batu, (b) screening, pada corong pengeluaran lainnya. Apabila
(c) split 1–2, (d) split 2–3 digunakan 2 (dua) unit feeder secara bersamaan
secara kontinu, maka akan terjadi overload pada
Distribusi masing – masing produk unit cone crusher.
secondary crusher diperoleh dari pengambilan Laju produksi stockpile setelah perbaikan
conto dengan selama 4 detik(c)
pada belt conveyor 260,06(d)ton/jam, sedangkan laju pengumpanan
produk sebanyak 20 kali pengambilan, yang oleh vibro feeder 182,84 ton/jam, sehingga
kemudian ditimbang dan dikalikan dengan terdapat selisih 69,72 ton/jam. Untuk kelebihan
kecepatan belt conveyornya, kemudian dihitung 60,72 ton/jam tersebut dapat diaktifkan 2 (dua)
produksi perjam produk yang dihasilkan dan unit vibro feeder secara bersamaan, jadi selama
selanjutnya diperoleh produksi totalnya 1 (satu) jam dihidupkan 1 (satu) unit vibro feeder
perjam. selama 38 menit dan selama 22 menit diaktifkan
Total produk yang dihasilkan unit secondary 2 (dua) unit vibro feeder dengan ketentuan tidak
crusher 20.424,92 ton/bulan dan masih belum harus kontinu, sehingga produksi unit secondary
mencapai target produksi 40.000 ton/bulan, crusher meningkat menjadi 53.352 ton/bulan.
sehingga perlu dilakukan usaha perbaikan guna

5
Produksi Crushing Plant Setelah dilakukan 3. Usaha perbaikan yang dilakukan untuk
Usaha Perbaikan meningkatkan produksi agar target tercapai
adalah sebagai berikut:
Setelah dilakukan usaha perbaikan efisiensi
a. Meningkatkan efisiensi kerja pada unit
kerja dan peningkatan laju pengumpanan pada
primary crusher dan unit secondary
unit secondary crusher, maka produksi unit
crusher, dimana pada unit primary crusher
primary crusher dan unit secondary crusher juga
efisiensi kerja sebelum perbaikan 32,67 %
meningkat seperti ditunjukkan pada Gambar 4 di
meningkat menjadi 75,69 % dengan total
bawah ini.
produksi yang dihasilkan 62.415,19
ton/bulan, sedangkan pada unit secondary
ton/bulan crusher efisiensi kerja meningkat dari
80000 42,45 % menjadi 78,15 %, sehingga toal
produksi yang dihasilkan 37.602,03
60000 62415,1 ton/bulan.
9 53352 Sebelum
b. Meningkatkan laju pengumpanan pada
40000 unit secondary crusher menjadi 260,06
Sesudah ton/ulan dengan pengaktifan 2 (dua) v ibr o
20000 26940,2 20424,9
2 feeder selama 22 menit/jam , sehingga
0 total produksi pada unit ini meningkat
Primary Secondary menjadi 53.352 ton/bulan melampaui
Crusher Crusher target produksi yang ditetapkan
perusahaan.
Gambar 4. Perbandingan produksi crushing plant
sebelum dan sesudah perbaikan Daftar Pustaka
Pada unit primary crusher setelah Arifin. M. 1997. Bahan Galian Industri. Pusat
peningkatan efisiensi kerja menjadi 75,69 %, Penelitian dan Pengembangan Teknologi
produksinya meningkat sebesar 62.415,19 Mineral. Bandung.
ton/bulan, sedangkan setelah peningkatan laju Currie. J.M. 1973.Mineral Processing. CSM
pengumpanan pada unit secondary crusher Press. Columbia.
produksinya meningkat menjadi 53.352 Drymala, J . 2007. Mineral Processing :
ton/bulan. Foundations of Theory and Practice of
Minerallurgy. Wroclaw University of
4. Kesimpulan Technology. Wroclaw.
Indonesianto. Y. 2012. Pemindahan Tanah
Berdasarkan pembahasan di atas, maka Mekanis. UPN Veteran Yogyakarta,
didapatkan kesimpulan sebagai berikut: Yogyakarta.
1. Nilai ketersediaan alat crushing plant King. 2001. Modelling and Simulation Of Mineral
meningkat menjadi kategori baik dan efisiensi Processing System. Butterworth. Heinemann.
kerja crushing plant batu granit PT BWAP Partanto. 1983. Pemindahan Tanah Mekanis.
yang terbagi menjadi unit primary crusher dan Jurusan Teknik Pertambangan. ITB.
unit secondary crusher sangat rendah, yaitu Bandung.
32,67 % dan 42,45 % dari total waktu kerja Sukandarrumidi. 1998. Bahan Galian Industri.
tersedia 8 jam/hari. Gadjah Mada Universiti Press. Yogyakarta.
2. Produksi unit crushing plant terbagi menjadi 2 Taggart, A.F. 1987. Hand Book of Mineral
(dua), yaitu : Dressing. New York.
a. Realisasi produksi unit primary crusher Taggart, A.F. 1964. Hand Book of Mineral
yang dihasilkan pada stockpile sebesar Dressing, New York.
26.940,20 ton/bulan. Tobing. 2002. Prinsip Dasar Pengolahan Bahan
b. Realisasi produksi unit secondary crusher Galian. Jurusan Teknik Pertambangan.
yang menghasilkan produk berupa abu UNISBA. Bandung.
batu sebesar 4.901,47 ton/bulan,
screening 3.497,54 ton/bulan, split 1 – 2
sebesar 5.675,73 ton/bula, dan split 2 – 3
sebesar 6.350,18 ton/bulan dengan total
produksi 20.424,92 ton/bulan dan tingkat
ketercapaian produksi hanya 51,06 % dari
target produksi 40.000 ton/bulan.

You might also like