You are on page 1of 16

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/324769890

KAJIAN DESAIN KESELAMATAN BERBASIS LOKALITAS DALAM


MENINGKATKAN KEPUASAN WISATAWAN TERHADAP DAYA TARIK WISATA
(Studi Kasus Gunung Api Purba di Desa Wisata Nglanggeran)

Article · January 2017

CITATION READS

1 830

1 author:

Hary Hermawan
Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA Yogyakarta
53 PUBLICATIONS   189 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

DAMPAK PENGEMBANGAN DESA WISATA NGLANGGERAN TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT LOKAL View project

metode penelitian View project

All content following this page was uploaded by Hary Hermawan on 26 April 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Ilmiah Pariwisata, Volume 22 No. 3 Nopember 2017

KAJIAN DESAIN KESELAMATAN BERBASIS LOKALITAS


DALAM MENINGKATKAN KEPUASAN WISATAWAN
TERHADAP DAYA TARIK WISATA
(Studi Kasus Gunung Api Purba di Desa Wisata Nglanggeran)

Hary Hermawan
STP ARS Internasional Bandung

haryhermawan8@gmail.com

Abstrack
The research is aimed to study more about the extent to which locality-based safety
design can increase the satisfaction of tourists to the tourist attraction in Ancient
Volcano Nglanggeran Tourism Village, Pathuk Sub-District, Gunungkidul Regency,
Yogyakarta Special Region. Quantitative research methods using linear regression
analysis were chosen to analyze the role of locality-based safety design allegedly to
moderate the influence of tourist attraction on the satisfaction of tourists. The results
showed that safety design based on locality proved unable to moderate the performance
of tourist attraction in influencing the satisfaction of tourists. The recommendation of
the research result is the implementation of safety with the design that has been proven
effective in ensuring the safety of tourists.

Keywords : Safety design, tourist attraction, tourist satisfaction.

148
Kajian Desain Keselamatan Berbasis Lokalitas Dalam Meningkatkan Kepuasan Wisatawan
Terhadap Daya Tarik Wisata (Studi Kasus Gunung Api Purba di Desa Wisata Nglanggeran)
(Hary Hermawan)

PENDAHULUAN pencapaian target 20 juta kunjungan


wisatawan mancanegara tahun 2019
Kunjungan wisatawan ke Daerah Indonesia (Teguh, 2016).
Istimewa Yogyakarta menunjukan Hasil penelitian terdahulu
kenaikan jumlah kunjungan wisata cukup membuktikan bahwa kebanyakan
besar, sejumlah 472.300 wisatawan per wisatawam tidak akan membelanjakan
tahun. Akan tetapi, dari beberapa jenis uangnya untuk pergi ke destinasi yang
destinasi yang ada, desa wisata belum keselamatanya kemungkinan dalam
mampu menarik jumlah kunjungan yang bahaya (Pizam dan Mansfeld, 1996).
memuaskan dibanding destinasi bentuk Wisatawan tidak ingin berkunjung ke
lain (Dinas Pariwisata, 2014). tempat yang menurutnya tidak aman
Data statistik Dinas Pariwisata tahun (Adom dkk, 2012). Keselamatan bahkan
2014 menunjukan walapun Kabupaten disebut sebagai salah satu dari lima faktor
Sleman memiliki 38 desa wisata, tetapi global yang akan menekan industri
hanya mampu menarik 218.512 pariwisata milenium baru (Chiang, 2000).
kunjungan wisatawan, atau sekitar 1,30% Jaminan keselamatan merupakan
dari total wisatawan yang berkunjung ke faktor utama yang menentukan tumbuh
destinasi wisata di Kabupaten Sleman dan berkembangnya suatu destinasi
sejumlah 16.774.235 wisatawan. Data wisata, sebagai daya tarik, dan juga
tentang berita desa wisata yang sedang termasuk nilai keunggulan yang akan
mati suri dapat kita temukan dengan menentukan kualitas sebuah destinasi
mudah dengan mencari di search engine wisata (Chiang, 2000). Tanpa jaminan
www.google.co.id dengan kata kunci keselamatan, destinasi wisata tidak akan
“Desa wisata di Yogyakarta mati suri.” mampu bersaing di pasar wisata (Adom
Kurangnya perhatian pengelola dkk, 2012).
terhadap keselamatan wisatawan Jaminan keselamatan wisata telah
diindikasikan sebagai salah satu faktor menjadi bagian dari tuntutan masyarakat
penyebab kurangnya minat masyarakat agar sebuah destinasi wisata mampu terus
untuk berkunjung ke desa wisata. berkelanjutan. Perlindungan terhadap
Beberapa desa wisata yang mengandalkan risiko dan kecelakaan berwisata, mulai
daya tarik wisata alam dinilai kurang dari tahap kedatangan wisatawan,
peduli terhadap aspek keselamatan dalam kegiatan selama di destinasi wisata,
operasionalnya. Masih sering ditemukan sampai saat kepulangan wisatawan,
pengelola desa wisata mengabaikan batas merupakan tanggung jawab pengelola
makasimal pengunjung (caring capacity), (Suharto, 2016).
termasuk mengabaikan daya dukung Kabar baiknya saat ini beberapa
lingkunganya pada saat desa wisata pengelola desa wisata mulai sadar tentang
tersebut naik daun. Hal ini demi mengejar pentingnya pengelolaan keselamatan
keuntungan yang sebesar-besarnya dari wisata. Bahkan trend dalam upaya
banyaknya wisatawan yang datang tanpa keselamatan saat ini semakin kreatif.
mau peduli terhadap aspek keselamatan. Desain keselamatan yang dibuat oleh
Perlu diketahui bahwa keselamatan pengelola desa wisata cenderung tidak
merupakan faktor utama yang menjadi mengacu pedoman-pedoman kaku. Akan
pertimbangan wisatawan untuk tetapi, aplikasi keselamatan dibuat lebih
memutuskan memilih destinasi wisata unik dan kreatif dengan desain bercorak
yang akan dikunjungi (Pizam dan lokalitas yang semakin kental, contohnya
Mansfeld, 1996), keselamatan juga upaya-upaya keselamatan di destinasi
menjadi isu strategis dalam visi wisata Gunung Api Purba Nglanggeran

149
Jurnal Ilmiah Pariwisata, Volume 22 No. 3 Nopember 2017

berikut: 1. Pengaplikasian informasi tarik wisata, baik dari segi originalitas,


keselamatan dengan bahasa populer maupun otentisitasnya.
(bahasa gaul); 2. Pembuatan papan Desa Wisata Nglanggeran merupakan
keselamatan dengan desain bercorak desa wisata yang mengandalkan daya tarik
lokal; 3. Infrastuktur atau fasilitas alam berupa Kawasan Ekowisata Gunung
keselamatan dibuat dengan bahan-bahan Api Purba Nglanggeran. Oleh karena itu
lokal. pengembangan daya tarik wisata mengacu
Experimen Wibowo (2015) mengenai pada pengembangan daya tarik wisata
simulasi desain rambu keselamatan di alam seperti disebutkan diatas.
destinasi wisata Pantai Parangtritis
mendukung paradigma baru dalam desain Keselamatan Wisata Berbasis Lokalitas
rambu keselamatan. Penelitian yang Pengelolaan keselamatan wisata akan
dilakukanya telah membuktikan bahwa selalu terkait dengan upaya-upaya
plang atau rambu peringatan dengan meminalkan risiko dan kecelakaan.
desain berciri budaya lokal terbukti lebih Risiko didefinisikan sebagai sumber-
efektif dalam mentransformasikan sumber yang mengandung unsur perusak
informasi serta meningkaatkan yang potensial bagi wisatawan, operator
keselamatan wisata. atau destinasi, dan komunitas. Elemen-
Berdasarkan latar belakang diaatas elemen risiko dilihat dari siapa atau apa
peneliti tertarik untuk mengkaji lebih jauh yang terkena dampak, atau apa yang
mengenai sejauh mana desain keselamatan mengalami kerugian dari setiap keadaan
berbasis lokalitas mampu meningkatkan yang mengandung bahaya. Elemen-
kepuasan wisatawan terhadap daya tarik elemen tersebut termasuk : manusia,
wisata alam Gunung Api Purba di Desa lingkungan, fasilitas, infrastruktur, sarana
Wisata Nglanggeran, Kecamatan Pathuk, umum, dan ekonomi (AICST, 2006).
Kabupaten Gunungkidul, D.I.Yogyakarta. Risiko secara umum adalah segala sesuatu
yang dapat terjadi pada diri manusia yang
Kajian Pustaka tidak diharapkan muncul. Semua kegiatan
manusia pada dasarnya akan memiliki
Daya Tarik Wisata risiko meskipun kegiatan tersebut
Menurut Undang-Undang Republik bertujuan untuk mencapai kesenangan saja
Indonesia Nomor 10 Tahun 2009, daya (Yudistira & Susanto, 2012).
tarik wisata dapat dijelaskan sebagai Sedangkan kecelakaan didefinisikan
segala sesuatu yang memiliki keunikan, sebagai kejadian yang tidak diinginkan,
keindahan, dan nilai yang berwujud yang dapat menimbulkan cidera,
keanekaragaman kekayaan alam, budaya, kematian, kerugian, dan kerusakan pada
dan hasil buatan manusia yang menjadi property. Kecelakaan dapat terjadi karena
sasaran atau tujuan kunjungan wisata. kondisi simultan dari faktor manusia,
Secara lebih spesifik disebutkan bahwa faktor lingkungan, dan faktor alam
daya tarik wisata alam, merupakan segala sendiri (AICST, 2006).
sesuatu yang memiliki keunikan, The Workers Compensation Board
keindahan, keaslian, dan nilai yang berupa (WCB) of British Columbia 2002 dalam
keanekaragaman kekayaan alam yang Yudistira dan Susanto (2012)
menjadi sasaran atau tujuan kunjungan menyebutkan bahwa program keselamatan
wisatawan. dan kesehatan adalah semua kegiatan
Damanik dan Weber (2006) dalam yang meliputi pengembangan proses
bukunya menekankan pentingnya keaslian perencanaan manajemen resiko mencakup
dalam menentukan kriteria kualitas daya enam hal: 1. Perencanaan manajemen

150
Kajian Desain Keselamatan Berbasis Lokalitas Dalam Meningkatkan Kepuasan Wisatawan
Terhadap Daya Tarik Wisata (Studi Kasus Gunung Api Purba di Desa Wisata Nglanggeran)
(Hary Hermawan)

risiko dengan melakukan identifikasi tidak dapat dihilangkan (Ewert dkk dalam
hingga memberlakukan proses manajemen Entwistle, 1923).
risiko; 2. Perencanaan pariwisata dengan Cox dalam Pitana (2009) mengatakan
memberlakukan prosedur yang akan bahwa “Pembangunan dan pengembangan
menjamin keselamatan pengunjung; 3. pariwisata didasarkan pada kearifan lokal
Perencanaan respon tanggap darurat dan special local sense yang
apabila munculnya kecelakaan yang merefleksikan keunikan peninggalan
terjadi di tempat wisata; 4. Aturan dan budaya dan keunikan lingkungan.” Oleh
prosedur dalam menghadapi kecelakaan karena itu, setiap penembangan dan
yang terjadi dengan mengutamakan upaya keselamatan yang dilakukan dapat
keselamatan dan keamanan pengunjung; dilakukan dengan mengadopsi nilai
5. Perencanaan media yang ada untuk kearifan lokal, termasuk dalam aplikasi
meminimalisir kejadian dan memunculkan pembuatan infrastuktur dan fasilitas
kesan yang positif; dan 6. Perencanaan keamanan.
setelah kejadian dengan berbagai upaya
yang membutuhkan pengembalian seperti Kepuasan Wisatawan
sedia kala dari tempat wisata sebelum Kepuasan wisatawan adalah tingkat
adanya kejadian yang merugikan. perasaan seseorang setelah
Dalam Guidelines for safe membandingkan kinerja (atau hasil) yang
recreational water (2003) disebutkan dirasakan dibandingkan dengan
bahwa pencegahan resiko kecelakaan harapannya (Kotler dan Makens, 1999).
dapat dilakukan dengan peningkatan Dalam bukunya yang lain, Kotler
keselamatan. Peningkatan keselamatan (2002) mendefinisikan kepuasan sebagai
tersebut dapat diintervensi dengan 5 perasaan senang atau kecewa seseorang
pendekatan yaitu : 1. Pekerjaan/ yang muncul setelah membandingkan
perekayasaan (engineering); antara persepsi/ kesannya terhadap kinerja
2.Memperkuat (enforment); 3. Pendidikan (atau hasil) suatu produk dan harapan-
(education); 4. Tindakan untuk harapannya. Kepuasan tentang daya tarik
memberanikan (encouragement); dan 5. wisata dibandingkan dengan harapan
Kesiapan bahaya (emergency wisatawan sebelum berkunjung di daya
preparadness). tarik wisata tersebut.
Pengelola destinasi wisata yang Daya tarik wisata dan keselamatan
mengandung risiko tinggi seperti wisata sebagai variabel penentu kepuasan dikaji
alam wajib memperhatikan keselamatan dengan pendekatan control attribution
pengunjung dengan perencanaan dan theory. Control attribution theory
pengendalian risiko, seperti diamanahkan merupakan aspek-aspek yang dalam
dalam Undang-Undang Republik kendali dan tanggung jawab manusia,
Indonesia No 10 Tahun, 2009 Pasal 26. yang sebenarnya dapat diupayakan
Desa Wisata Nglanggeran merupakan pengelola untuk lebih baik (Hasan, 2008).
desa wisata yang mengadalkan wisata Bukan terhadap faktor-faktor risiko yang
alam Kawasan Gunung Api Purba tidak bisa diprediksi dan diantisipasi.
Nglanggeran serta aktifitas petualangan
pendakian atau tracking sebagai daya tarik Hasil Penelitian Terhadulu
wisata utamanya. Petualangan merupakan Daya tarik wisata terbukti secara
kegiatan yang sengaja mencari risiko dan empiris sebagai faktor yang dapat
ketidakpastian hasil. Dalam wisata menentukan tingkat kepuasan wisatawan
petualangan komersial, risiko dan saat berwisata di sebuah destinasi
ketidakpastian harus dikelola erat jika (Naidoo dkk., 2011); (Adom et al., 2012);

151
Jurnal Ilmiah Pariwisata, Volume 22 No. 3 Nopember 2017

(Basiya & Rozak, 2012); dan (Darsono,


Daya Tarik Kepuasan
2015).
wisata (x) wisatwan
Penelitian Ayob dan Masroni (2014) (y)
dengan pendekatan kualitatif, menemukan
fakta bahwa jika wisatawan merasa tidak
aman dan jiwanya terancam, akan tidak Desain keselamatan
puas dan cenderung menumbuhkan kesan (berbasis lokalitas)
negatif terhadap destinasi wisata.
Hasil penelitian lain menemukan Gambar 1. Kerangka Pemikiran
bahwa keselamatan merupakan faktor
utama yang menjadi pertimbangan Hipotesis Penelitian
wisatawan untuk memutuskan memilih Berdasarkan kajian literatur yang telah
destinasi wisata yang akan dikunjungi dilakukan sebelumnya, maka hipotesis
(Pizam dan Mansfeld, 1996); (Adom et alternatif penelitianya (Ha) telah
al., 2012); dan (Chiang, 2000). dirumuskan peneliti sebagai berikut :
1. Atraksi wisata berpengaruh terhadap
Kerangka Pemikiran kepuasan wisatawan (p≠ 0)
Penelitian hasil penelitian terdahulu 2. Upaya keselamatan dengan desain
membuktikan bahwa daya tarik wisata bercorak lokal (lokalitas) berpengaruh
merupakan faktor yang terbukti secara terhadap kepuasan wisatawan (p≠0)
empiris mempengaruhi kepuasan 3. Atraksi wisata dengan moderasi
wisatawan. Sedangkan keselamatan turut keselamatan berpengaruh terhadap
menjadi pertimbangan calon wisatawan kepuasan wisatawan (p≠0)
dalam memilih destinasi. Penelitan
terdahulu menemukan bahwa jaminan
METODE PENELITIAN
keselamatan juga turut menentukan
kualitas suatu destinasi wisata.
Subjek yang menjadi sampel
Masih minimnya penelitian
penelitian adalah wisatawan sejumlah 100
keselamatan di suatu destinasi wisata,
wisatawan yang dipilih secara acak
serta logika bahwa variabel keselamatan
(acidencial sampling). Sedangkan yang
tidak mungkin berdiri sendiri dalam
menjadi objek studi adalah variabel
menentukan kepuasan wisatwan, maka
independent daya tarik wisata (x1), desain
patut diduga bahwa keselamatan
keselamatan berbasis lokalitas yang
merupakan variabel moderating, yang
diduga sebagai variabel moderating, serta
mendukung kinerja daya tarik wisata
variabel dependent kepuassan (y).
dalam mempengaruhi tingkat kepuasan
Metode penelitian kuantitatif dengan
wisatawan. Trend desain keselamatan
menggunakan analisis regresi linear
dengan konsep lokalitas yang sedang
dipilih untuk menganalisis peran desain
marak diterapkan di berbagai desa wisata
keselamatan berbasis lokalitas yang
turut menentukan fokus dan tema
diduga memoderasi pengaruh variabel
penelitian ini.
independent daya tarik wisata (x)
Oleh karena itu kerangka pemikiran
terhadap variabel dependent kepuasan
akan digambarkan seperti pada bagan
wisatawan (y).
berikut :

152
Kajian Desain Keselamatan Berbasis Lokalitas Dalam Meningkatkan Kepuasan Wisatawan
Terhadap Daya Tarik Wisata (Studi Kasus Gunung Api Purba di Desa Wisata Nglanggeran)
(Hary Hermawan)

Rumus regresi liner sederhana : luas wilayah 762,7909 hektar yang secara
y=a+bx (Santoso, 2016) administratif terbagi ke dalam 5 dusun
Rumus regresi liner dengan variabel yaitu Karangsari, Doga, Nglanggeran
moderator : Kulon, Nglanggeran Wetan, Gunung
y=a+b1x1+b2x2+b3x1x2 (Umar, Butak (Handoko, 2017). Seluruh
2000) pengelolaan daya tarik wisata yang ada
dalam wilayah Desa Wisata Nglanggeran
Untuk menentukan efektifitas peranan sejak tahun 2010 resmi dikelola oleh
variabel moderat dengan melihat selisih masyarakat lokal yang tergabung dalam
nilai r-square variabel independent Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis)
dengan variabel mederat dibanding nilai r- Desa Wisata Nglanggeran (Hermawan,
square variabel independent tanpa 2016b).
variabel moderat.
Intrumen pencarian data Pengelolaan Daya Tarik Wisata dan
menggunakan kuisionair dengan skala Keselamatan di Gunung Api Purba
likert. Sebelum proses pencarian data Nglanggeran
dilakukan, instrumen penelitian telah diuji Pariwisata berbasis masyarakat atau
validitas dan reabilitas guna menjamin Community Based Tourism (CBT) menjadi
kesahihan data penelitian yang diperoleh. pedoman dalam pengelolaan pariwisata di
Uji validitas instrumen dilakukan dengan Gunung Api Purba Nglanggeran
menggunakan analisis korelasi Pearson (Hermawan, 2016b). Pegelolaan ala CBT
Product Moment. Sedangkan untuk uji tersebut terefleksi dalam langkah-langkah
realibilitas instrumen digunakan Guttman pengelolaan atraksi wisata beserta upaya
Split-Half Coefficient dengan taraf keselamatan yang diterapkan.
signifikansi 0,05 pada dk atau N 30. Pengelolaan atraksi wisata dan
keselamatan wisata tersebut diduga
HASIL DAN PEMBAHASAN peneliti sebagai faktor utama yang
menentukan kepuasan serta berdampak
Profil Gunung Api Purba Nglanggeran kepada loyalitas wisatawan. Sehingga,
Gunung Api Purba Nglanggeran dari pengelolaan ketiga variabel tersebut
merupakan kawasan ekowisata. Berupa menghasilkan performa kunjungan
bentang alam perbukitan yang terbentuk wisatawan di Gunung Api Purba
akibat letusan gunung api pada masa Nglanggeran dari tahun ke tahun yang
prasejarah. Gunung Api Purba cenderung menunjukan trend positif
Nglanggeran Terletak di Desa (Hermawan, 2016a).
Nglanggeran wilayah Kecamatan Patuk, Daya tarik utama Kawasan Gunung
Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Api Purba Nglanggeran adalah puncak-
Istimewa Yogyakarta. Jarak desa puncak gunung dengan pemandangan
Nglanggeran ke ibu kota kecamatan yang unik, otentik dan indah di dalam satu
adalah 7 km, jarak dengan ibu kota kawasan. Masing-masing puncak
kabupaten adalah 20 km, sedangkan jarak memiliki keindahan, keunikan dan nilai
dengan ibu kota provinsi sekitar 25 km historis dan nilai lokalitas yang memiliki
(Hermawan, 2016a). nilai luhur tersendiri, baik nilai sejarah,
Gunung Api Purba Nglanggeran mitologi dan filosofi (Handoko, 2017).
merupakan daya tarik wisata alam yang Pengembangan daya tarik wisata di
termasuk salah satu dari beberapa Gunung Api Purba Nglangeran yang
destinasi yang ada di Desa Wisata ditawarkan meliputi beberapa puncak
Nglanggeran. Desa Nglanggeran memiliki gunung berikut: Gunung kelir, Gunung

153
Jurnal Ilmiah Pariwisata, Volume 22 No. 3 Nopember 2017

Gede, Gunung Bongos, Gunung 2. Memperkuat (Enforment)


Blencong, dan lain sebagainya. Upaya enforment dilakukan dengan
penambahan talut di beberapa area
Gunung Api Purba yang bentang alamnya
miring untuk mencegah bahaya longsor.
Upaya penguatan juga bertujuan untuk
memperkuat kondisi lingkungan alam dan
menambah daya dukung kawasan Gunung
Api Purba Nglanggeran.

3. Pendidikan (Education)
Wisatawan cenderung merasa nyaman
Sumber : www.gunungapipurba.com, (15 Mei jika mengenal karakter lingkungan di
2017)
Gambar 2. Salah Satu Puncak di Gunung destinasi wisata yang dikunjungi (Ross,
Api Purba Nglanggeran 1998).
Simbol-simbol dan papan peringatan
Jaminan pengelolaan keselamatan yang telah dibuat pengelola ditujukan
yang baik telah menjadi syarat yang wajib untuk memberi informasi, pengenalan
dipenuhi sesuai ASEAN Community Based lingkungan juga berarti memberi
Tourism Standart tahun 2016. Oleh karena pemahaman baru atau edukasi kepada
itu, pengelola Gunung Api Purba wisatawan. Upaya edukasi diantaranya :
Nglanggeran telah mengupayakan penyediaan rambu petunjuk, papan
keselamatan wisata berbasis lokalitas informasi, peringatan, papan larangan, dan
sebagai berikut : sebagainya.
1. Pembangunan (enginering) Pengelola membuat rambu-rambu
Pembangunan keselamatan dengan keselamatan berbasis lokalitas, hal ini
penambahan penambahan pagar untuk sesuai dengan prinsip CBT yang
pegangan pengunjung; perbaikan jalur menekankan lokalitas sebagai acuan
tracking dan tangga pendakian yang dalam membangun segala unsur produk
berkarakter alam lokal; penambahan wisatanya
rambu penunjuk; rambu keamanan seperti
batas aman pijakan di tebing; penanda
arah jalur; penanda jalur evakuasi dan
seterusnya yang semuanya dibuat dengan
bahan dan desain lokal.

Sumber : www.gunungapipurba.com, (18 April


2017) Sumber : Dokumentasi peneliti (2017)
Gambar 3. Pembangunan Tangga Gambar 4. Trend Desain Papan
Pendakian dengan Desain Lokal Keselamatan dengan Desain Lokal

154
Kajian Desain Keselamatan Berbasis Lokalitas Dalam Meningkatkan Kepuasan Wisatawan
Terhadap Daya Tarik Wisata (Studi Kasus Gunung Api Purba di Desa Wisata Nglanggeran)
(Hary Hermawan)

4. Tindakan untuk Memberanikan informasi wajib disediakan tuan rumah


(Encouragement) wisata (ASEAN Community Based
Tindakan untuk memberanikan Tourism Standart, 2016).
(encouragement), dilakukan dengan
5. Kesiapan Bahaya (emergency
upaya-upaya pemberian informasi preparadness)
mengenai gejala alam yang ada di Prosedur evakuasi keselamatan dan
Gunung Api Purba beserta cara kesiapan bahaya telah dipahami oleh
menghadapinya, termasuk informasi dan pengelola, sehingga pengelola selalu siap
batas-batas menganai daerah mana yang siaga jika terjadi kondisi darurat setiap
aman untuk aktifitas wisatawan dan saat, misalnya dengan standar prosedur
dalam kecelakaan meliputi : a) Naik
daerah mana yang tidak aman untuk
melawati jalur evakuasi membawa korban
aktifitas wisatawan. cidera dengan drakbar untuk di bawa ke
Tindakan untuk memberanikan posko; b) Memberikan pertolongan
(encouragement) dapat diimplementasikan pertama oksigen dan obat-obatan yang
dalam bentuk fasilitas keselamatan yang diperlukan; c) Penanganan lebih lanjut
memudahkan dan membuat wisatawan dengan dibawa ke puskesmas jika perlu
merasa aman dan nyaman melakukan (Mursidi, wawancara 28 Desember 2016).
Kesiapan menghadapi risiko bahaya
pendakian di Gunung Api Nglanggeran, juga dilakukan dengan cara pelatihan
contohnya dengan pembuatan peta sebagai personil dalam penanggulangan bahaya,
orientasi atau pengenalan karakter alam bekerjasama dengan Badan Sars Nasional
sekitar. (BASARNAS) (Mursidi, wawancara 28
Dalam ilmu psikologi lingkungan, Desember 2016).
wisatawan yang mengenal gambaran Tindakan kesiapan bahaya seperti
diatas tidak setiap saat dapat diamati
lingkungan yang dikunjunginya akan
wisatawan. Oleh karena itu, kesiapan
cenderung merasa tenteram (Ross, 1998). bahaya atau emergency preparadness
yang digunakan sebagai indikator
penelitian adalah tindakan emergency
preparadness yang dapat langsung
diamati (observable). Tindakan kesiapan
bahaya diamati dan diukur dalam
penelitian ini adalah “Ada tidaknya
pengelola yang terlihat siap-sedia berjaga
di destinasi wisata untuk menjamin
keselamatan wisatawan.”

Sumber : Data Primer 2017 Karakteristik Data Penelitian


Gambar 5. Tindakan Encouragement Responden dalam penelitian ini adalah
dengan Peta Destinasi wisatawan Gunung Api Purba
Nglanggeran yang berjumlah 100
Dalam standar pengelolaan CBT, wisatawan. Karakteristik responden
informasi mengenai kondisi alam dan digunakan untuk mengetahui gambaran
lingkungan yang menjadi daya tarik umum profil responden yang menjadi
wisata wajib diinformasikan kepada subjek penelitian. Secara umum,
wisatawan. Oleh karena itu media karakteristik responden yang semakin

155
Jurnal Ilmiah Pariwisata, Volume 22 No. 3 Nopember 2017

bervarisi akan menghasilkan data yang yang berwisata ke Gunung Api Purba
juga lebih bervariasi. Nglanggeran memiliki motivasi untuk
Karakteristik responden dalam melepas kejenuhan dari rutinitas kerja
penelitian ini ditinjau berdasarkan sehari-hari. Sedangkan sisanya sebanyak
beberapa aspek yang terkait dengan 49% adalah wisatawan dengan motif
tipologi wisatawan (I. G. Pitana & Putu, petualangan.
2009), diantaranya : usia responden, jenis Sedangkan karakteristik wisatawan
kelamin, asal wisatawan, dan motivasi ditinjau berdasarkan daerah asal,
berwisata di Gunung Api Purba menunjukan mayoritas adalah wisatawan
Nglanggeran. dari luar daerah sebesar 81%. Kemudian,
Karakteristik responden berdasarkan responden yang berasal dari Yogyakarta
usia didominasi responden oleh wisatawan diketahui sebesar 19 %. Responden yang
usia dewasa awal atau early adhulthood berasal dari tempat yang jauh dari daerah
dengan presentase sebesar 76%, kemudian asalnya cenderung tidak mengenal
disusul wisatawan usia paruh baya 18%, karakteristik daya tarik wisata yang
dan terakhir usia remaja 6%. Karakteristik dikunjunginya, baik dalam segi
usia early adhulthood memiliki pemikiran lingkungan alam yang berbeda, maupun
yang telah matang dalam berwisata, tidak adat dan budaya baru di destinasi yang
tergesa-gesa atau penuh pertimbangan. dikunjunginya. Sehingga, informasi
Hasil analisis karakteristik responden tentang destinasi wisata sangat peting
berdasarkan jenis kelamin, terlihat bahwa baginya (Ross, 1998).
responden didominasi wanita sebesar
54%, sedangkan presentase responden Hasil Uji Instrumen
pria sebesar 46%. Responden wanita
umumnya cenderung meninjau kualitas Uji Validitas
destinasi wisata berdasarkan fasilitas yang Variabel dayatarik wisata diukur
disediakan untuk memenuhi segala menggunakan 5 indikator variabel
kebutuhanya dibanding minat meliputi keunikan, keindahan, keaslian,
berpetualang. Hal ini didukung hasil otentisitas dan nilai. Adapun hasil uji
analisis selanjutnya. validitas intrumen menggunakan analisis
Karakteristik responden berdasarkan korelasi Pearson Product Momment
motivasi terlihat bahwa 51% responden tersaji seperti tabel berikut :

Tabel 1. Uji Validitas Variabel Dayatarik Wisata

Indikator Pernyataan R-hitung R-tabel Kesimpulan


Keunikan Pemandangan alam disini yang tidak sama 0,777 0,361 Valid
dengan tempat wisata lain
Keindahan Pemandangan alam Nglanggeran sangat 0,816 0,361 Valid
membuat saya terpesona.
Keaslian Gunung Api Purba Nglanggeran benar 0,833 0,361 Valid
masih alami
Otentisitas Gunung Api Nglanggeran terbentuk oleh 0,656 0,361 Valid
fenomena alam pada masa prasejarah
Nilai Pengalaman berwisata di Nglanggeran 0,796 0,361 Valid
sebanding dengan waktu libur yang saya
korbankan untuk berkunjung.
Sumber : Data primer (2017)

156
Jurnal Ilmiah Pariwisata, Volume 22 No. 3 Nopember 2017

Uji Validitas Variabel desain pendidikan, kesiapan bahaya, penguatan.


keselamatan berbasis lokalitas diukur Adapun hasil uji validitas intrumen tersaji
menggunakan 5 indikator variabel seperti pada tabel berikut.
meliputi : merekayasa, memberanikan,

Tabel 2. Uji Validitas Variabel Upaya Keselamatan


Indikator Pernyataan R-hitung R-tabel Kesimpulan
Rekayasa Pengelola telah membangun pagar 0,719 0,361 Valid
pembatas yang mecegah bahaya
kecelakaan wisata
Memberanikan Tersedia papan petunjuk membuat saya 0,727 0,361 Valid
yakin melakukan perjalanan wisata
Pendidikan Tersedia papan larangan yang membuat 0,651 0,361 Valid
saya mengetahui bahaya alam
Kesiapan Ada petugas keamanan yang bersedia 0,678 0,361 Valid
bahaya menolong wisatawan
Penguatan Adanya bangunan yang membuat struktur 0,739 0,361 Valid
Gunung Api Purba Nglanggeran lebih
kokoh.
Sumber : Data Primer (2017)

Variabel kepuasan diukur apa yang telah diharapkan sebelum


menggunakan indikator kesesuaian daya berwisata. Adapun hasil uji validitas
tarik dan keselamatan yang di dirasakan intrumen tersaji seperti pada tabel berikut.
konsumen di selama destinasi terhadap

Tabel 3. Uji Validitas Variabel Kepuasan Wisatawan


Indikator Pernyataan R-hitung R-tabel Kesimpulan
Kep. DTW 1 Segala yang dapat saya lihat sangat 0,855 0,361 Valid
indah, sesuai yang saya harapkan
sebelumnya
Kep. DTW 2 Alam yang saya lihat berbeda dari yang 0,856 0,361 Valid
lain telah sesuai harapan saya
sebelumnya
Kep. Disini saya merasa tenteram, sesuai yang 0,803 0,361 Valid
Keselamatan1 saya harapkan sebelumnya.
Kep. Disini saya merasa nyaman seperti yang 0,820 0,361 Valid
Keselamatan2 saya harapkan sebelumnya.
Sumber : Data primer (2017)

Berdasarkan hasil analisis tabel 1,2 Uji Realibilitas Variabel


dan 3, diketahui bahwa semua item Uji reliabilitas dilakukan dengan
pernyataan dalam instrumen memiliki menggunakan Guttman Split-Half
nilai r-hitung lebih besar dari nilai r-tabel Coefficient. Hasil uji realibiltas seperti
sebesar 0,361 pada taraf signifikansi 0,05 pada tabel 4.12, menunjukan nilai
dan N 30. Oleh karena itu dapat Guttman Split-Half Coefficient masing-
disimpulkan bahwa instrumen valid masing variabel lebih dari nilai r-tabel
sehingga dapat digunakan untuk analisis pada taraf signifikansi 0,05 dan df/N 30,
selanjutnya. yaitu 0,361. Oleh karena itu dapat

157
Jurnal Ilmiah Pariwisata, Volume 22 No. 3 Nopember 2017

dinyatakan bahwa instrumen seluruh Gunung Api Purba Nglanggeran adalah


variabel yang diuji memiliki reliabilitas positif atau memenuhi kriteria
yang baik. keselamatan.

Tabel 4. Hasil Uji Reabilitas Instrumen Kepuasan Wisatawan di Gunung Api


Var G.Koefisien R-tabel Kesimpulan Purba Nglanggeran
X1 0,861 0,361 Reliabel Berdasarkan hasil analisis diskriptif
X2 0,717 0,361 Reliabel dari persepsi 100 responden menunjukan
bahwa penelitiaan, sebesar 25%
Y 0,699 0,361 Reliabel
responden menyatakan “sangat setuju”
Sumber: Data primer (2017)
terhadap keseluruhan item pernyataan
yang diajukan. Kemudian juga diketahui
Hasil Analisis Diskriptif
terdapat 49% pernyataan “setuju.”
Daya Tarik Wisata Gunung Api Purba
Pernyatan “netral/ tidak memihak,”
Hasil analisis deskriptif yang diolah
diketahui terdapat sebesar 21% dari
berdasarikan persepsi 100 responden
keseluruhan item pertanyaan yang
penelitiaan, ditemukan sebesar 36%
diajukan. Sedangkang pernyataan negatif
pernyataan “sangat setuju” terhadap item
“tidak setuju” ditemukan sebesar 3% dari
pernyataan yang diajukan (sebanyak 5
keseluruhan item pertanyaan yang
item). Kemudian pernyataan “setuju”
diajukan, disusul pernyataan “sangat tidak
sebesar 54 %. Sedangkan pernyatan
setuju” sebesar 2%.
“netral/ tidak memihak sebesar 9%.
Berdasarkan kecenderungan data yang
Terakhir hanya ditemukan sebanyak
mayoritas menunjukan sikap positif
sebesar 1% pernyataan “tidak setuju”.
seperti diatas, maka ,dapat disimpulkan
Dari data diatas terlihat bahwa
bahwa secara umum tingkat kepuasan
sebagian besar responden memiliki
responden terhadap daya tarik wisata,
persepsi yang positif atau dapat
keselamatan, dan sarana wisata di Gunung
disimpulkan bahwa Gunung Api Purba
Api Purba Nglanggeran adalah
Nglanggeran memiliki daya tarik wisata
memuaskan.
alam yang berkualitas.
Hasil Uji Normalitas Data
Desain Keselamatan Wisata Berbasis
Analisis regresi mensyaratkan data
Lokalitas
berdistribusi normal, untuk mengetahui
Hasil analisis deskriptif berdasarkan
normalitas data dapat dilihat menurut
persepsi 100 responden penelitiaan,
tabel PP-Plots hasil regresi berikut :
ditemukan sebesar 9% pernyataan “sangat
setuju” terhadap keseluruhan item
pernyataan yang diajukan (15 item).
Kemudian juga diketahui terdapat sebesar
45% pernyataan “setuju.” Pernyatan
“netral/ tidak memihak,” sebesar 29%.
sedangkan pernyataan negatif “tidak
setuju” ditemukan sebesar 14%, disusul
pernyataan “sangat tidak setuju” sebesar
3%.
Dari data diatas dapat disimpulkan
bahwa kecenderungan pandangan
responden terhadap desain dan upaya-
upaya keselamatan yang diterapkan di Gambar 6. P-P Plots

158
Kajian Desain Keselamatan Berbasis Lokalitas Dalam Meningkatkan Kepuasan Wisatawan
Terhadap Daya Tarik Wisata (Studi Kasus Gunung Api Purba di Desa Wisata Nglanggeran)
(Hary Hermawan)

Dari gambar 6 terlihat bahwa adalah 4.465 dan terbukti signifikan.


distribusi data cenderung mengikuti garis Sedangkan nilai koefisien sebesar 0,717,
regresi, sehingga dapat disimpulkan yang bermakna bahwa setiap upaya
bahwa data telah memenuhi asumsi peningkatan daya tarik wisata sebesar 1
normalitas. satuan akan mempengaruhi kepuasan
sebanyak 0,717. Nilai 0,000 lebih kecil
Pengaruh Dayatarik Wisata terhadap dari nilai alpa 0,05 bermakna bahwa
kepuasan Wisatawan pengaruh daya terik wisata terhadap
Hasil uji pengaruh variabel daya tarik kepuasan wisatawan terbukti dan
wisata terhadap kepuasan wisatawan terpercaya pada taraf kepercayaan 95%.
terlihat pada tabel-tabel berikut : Dari tabel 6 dapat dirumuskan garis
regresi sebagai berikut : y=4,465+0,717x
Tabel 5. Model Sumary 1
R Adjusted Std. Error of the Pengaruh Keselamatan Wisata dengan
R Square R Square Estimate Desain Lokal terhadap Kepuassan
.584 a
.340 .334 2.118 Wisatawan
a. Predictors: (Constant), Daya Tarik Wisata
Hasil uji pengaruh keselamatan
(X) wisata dengan desain lokal terhadap
kepuasan wisatawan tersaji dalam tabel
b. Dependent Variable: Kepuasan (Y)
berikut :
Sumber : Data primer (2017)
Tabel 7. Model Sumary 2
Tabel 6. Koefisien 1
Std. Error
R Adjusted of the
Std. Model R Square R Square Estimate
B Error t Sig. .191a .036 .027 2.560
1 (Constant) 4.465 1.728 2.584 .011 a. Predictors: (Constant), Keselamatan
Daya .717 .101 7.113 .000 b. Dependent Variable: Kepuasan (Y)
Tarik Sumber : Data primer (2017)
Wisata (X)
a. Dependent Variable: Kepuasan (Y) Tabel 8. Koefisien 2
Sumber : Data primer (2017)
Std.
Berdasarkan analisis regresi tabel 5 Model B Error t Sig.
(model sumary) diketahui nilai r-square
(Constant) 14.069 1.369 10.274 .000
sebesar 0,34 atau 34%. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa daya tarik Kes (X2) .153 .079 1.926 .057
wisata di Desa Wisata Nglanggeran a. Dependent Variable: Kepuasan (Y)
mempengaruhi kepuasan wisatawan Sumber : Data primer (2017)
sebesar 34%, sedangkan 66% sisanya
dipengaruhi variabel lain diluar variabel Berdasarkan analisis regresi tabel 7
daya tarik wisata. (model sumary 2) diketahui nilai r-square
Berdasarkan tabel 6 atau output sebesar 0,036 atau 3,6%. Akan variabel
koefisien, menunjukan nilai konstan/ keselamatan pada tabel 8 memiliki nilai
alpha sebesar 4.465 dan signifikasi 0,011 signifikansi 0,057 yang lebih besar
lebih kecil dari 0,05. Bermakna, tanpa dibanding alpha 0,05 pada taraf
variabel daya tarik wisata kepuasan kepercayaan 95%. Hal ini menunjukan
wisatawan di desa wisata Nglanggeran bahwa desain keselamatan berbasis

159
Jurnal Ilmiah Pariwisata, Volume 22 No. 3 Nopember 2017

lokalitas tidak berpengaruh terhadap Akan tetapi jika melihat analisis koefisien
kepuasan wiatawan. pada tabel 10 terlihat bahwa daya tarik
wisata dengan moderasi justru tidak
Pengaruh Dayatarik Wisata terhadap signifikan.
Kepuasan Wisatawan dengan Desain Dengan begitu dapat disimpulkan
Keselamatan Berbasis Lokalitas bahwa desain keselamatan berbasis
sebagai Variabel Moderating lokalitas tidak berperan dalam
Hasil uji pengaruh variabel dayatarik meningkatkan kepuasan wisatawan
wisata terhadap kepuasan wisatawan terhadap daya tarik wisata di Gunung Api
dengan keselamatan sebagai variabel Purba Nglanggeran.
moderating tersaji dalam tabel berikut :
SIMPULAN
Tabel 9. Model Sumary 3
Wisatawan di Gunung Api
R Adj R Std. Error of
Nglanggeran didominasi wisatawan muda
Model R Square Square the Estimate
dengan usia antara 21 tahun sampai 40
1 .587a .345 .324 2.132 tahun. Wisatawan dengan rentang usia ini
a. Predictors: (Constant), Daya Tarik Wisata tergolong wisatwan dewassa awal yang
(X1), Keselamatan (X2), Moderasi (X1*X2) telah matang dalam berfikir serta
b. Dependent Variable: Kepuasan (Y) mengambil keputusan didukung kondisi
fisik yang masih prima. Mayoritass
Sumber : Data primer (2017) wisatawan gunung api purba adalah
wanita. Ditinjau dari daerah asal
Tabel 10. Koefisien 3 wisatawan, mayoritas wisatawan berasal
Unstandardized
Coefficients dari luar wilayah D.I.Yogyakarta.
Std. Berdasarkan hasil anlisis terlihat jelas
Model B Error Beta t Sig. bahwa daya tarik wisata di Destinasi
(Constant) 7.443 10.290 .723 .471 Wisata Nglanggeran terbukti berpengaruh
Daya Tarik .500 .582 .407 .859 .393 terhadap kepuasan wiatawan sesuai
Wisata (X1) dengan teori dan hasil-hasil penelitian
Keselamatan -.156 .594 -.196 -.263 .793 terdahulu (Naidoo dkk., 2011); (Adom
(X2)
Moderasi .012 .033 .335 .348 .728
dkk., 2012); (Basiya & Rozak, 2012); dan
(X1*X2) (Darsono, 2015). Bahkan Gunung Api
a. Dependent Variable: Kepuasan (Y) Purba Nglenggeran dengan segala
Sumber : Data primer (2017) keunikan, keindahan, keaslian, serta nilai
yang ditawarkan mampu memikat
Berdasarkan analisis output pada tabel memikat pengujung yang mayoritas
9 (model sumary), diketahui bahwa berasal dari luar Daerah Istimewa
pengaruh variabel dayatarik wisata Yogyakarta.
terhadap kepuasan wisatawan dengan Keselamatan tidak terbukti
keselamatan berbasis lokalitas sebagai berpengaruh terhadap kepuasan
variabel moderating menunjukan nilai r- wisatawan. Hal ini dapat dimungkinkan
square 0,345 atau 34,5%. Jika karena sebagian responden adalah
dibandingkan dengan nilai r-square wisatawan dengan motif petualang. Yang
pengaruh daya tarik wisata terhadap senang mengunjungi daerah baru yang
kepuasan tanpa variabel moderat pada belum diketahuinya, senang mencari hal
tabel 6 sebesar 34% sekilas terlihat baru yang tidak umum (I. G. Pitana &
peningkatan sebesar 0,5%. Gayatri, 2005). Motif petualang biasanya

160
Kajian Desain Keselamatan Berbasis Lokalitas Dalam Meningkatkan Kepuasan Wisatawan
Terhadap Daya Tarik Wisata (Studi Kasus Gunung Api Purba di Desa Wisata Nglanggeran)
(Hary Hermawan)

memiliki kecenderungan untuk lebih kecelakaan perlu dikelola dengan sistem


mementingkan kepuasan pengalaman dan manajemen keselamatan yang baik.
cenderung suka mengambil risiko. Saran untuk penelitian berikutnya
Desain keselamatan berbasis pada dalam hal kajian desain keselamatan
lokalitas (special local sense), terbukti adalah dengan melakukan uji tehnik,
tidak mampu memoderasi kinerja daya meninjau efektifitas desain atau upaya
tarik wisata dalam mempengaruhi keselamatan dengan experiment yang
kepuasan wisatawan. Penemuan ini jelas terukur.
tidak sesuai dengan saran Cox, yang
menyarankan agar setiap pembangunan DAFTAR PUSTAKA
atau pengembangan pariwisata didasarkan
pada kearifan lokal dan special local Adom, Y. A., Jussem, B., Pudun, J., &
sense, merefleksikan keunikan Azizan, Y. (2012). Factors that
peninggalan budaya, serta keunikan Influence Visitor’s Satisfaction
lingkungan” (Cox dalam Pitana, 2009). Toward Kuching Waterfront. Journal
Hal ini juga tidak mendukung penemuan for the Advancement of Scient & Art,
sebelumnya dari Wibowo (2015) bahwa 45.
keselamatan dengan desain dan arsitekstur AICST, A. (2006). Plan of Action for
bercorak lokal lebih efektif. Sustainable Tourism Management in
Implikasi manajerial dari penemuan Asia and the Pacific. Phase Ⅱ (2006-
ini adalah masukan dalam upaya 2012).
keselamatan. Aplikasi desain keselamatan ASEAN Community Based Tourism
wisata hendaknya jangan semata-mata Standart. (2016). Jakarta: ASEAN
mempertimbangkan special local sense, Secretariat. Retrieved from
atau dengan tujuan mengikuti trend public@asean.org
semata. Karena telah terbukti keselamatan Ayob, N. M., & Masroni, T. (2014).
berbasis lokalitas tidak memiliki peran Issues of Safety and Security: New
sama sekali dalam meningkatkan kinerja Challenging to Malaysia Tourism
daya tarik wisata dalam mempengaruhi Industry. In SHS Web of Conferences
kepuasan wisatawan. (Vol. 12, pp. 1–10).
Desain dan upaya keselamatan yang Basiya, R., & Rozak, H. A. (2012).
telah teruji efektifitasnya jauh lebih baik Kualitas Daya Tarik Wisata,
baik untuk diterapkan, mengingat jaminan Kepuasan dan Niat Kunjungan
keselamatan pengunjung merupakan hal Kembali Wisatawan Mancanegara di
yang utama serta mutlak menjadi Jawa Tengah. Jurnal Ilmiah
kewajiban pengelola destinasi wisata, Dinamika Kepariwisataan, 11(2).
walaupun banyak wisatwan petualang Chiang, L. C. (2000). Strategies for safety
yang kurang memperhatikan hal-hal and security in tourism: a conceptual
terkait keselamatan wisata misalnya framework for the Singapore hotel
rambu-rambu. Akan tetapi, perlu industry. Journal of Tourism Studies,
dipertimbangkan pengunjung lain yang 11(2), 44.
belum memiliki pemahaman yang baik Damanik, J., & Weber, H. F. (2006).
mengenai karakter alam, karena hasil Perencanaan Ekowisata dari Teori ke
penelitian menunjukan bahwa sebagian Aplikasi. diterbitkan atas kerjasama
besar wisatawan adalah wisatawan dengan Pusat Studi Pariwisata (PUSPAR)
motif bersenang-senang (leisure). Universitas Gadjah Mada dan
Sehingga, faktor risiko serta potensi Penerbit Andi. Yogyakarta.

161
Jurnal Ilmiah Pariwisata, Volume 22 No. 3 Nopember 2017

Darsono, R. (2015). Pengaruh Kualitas Jakarta: Prenhalindo.


Daya Tarik Wisata terhadap Tingkat Kotler, P., & Makens, J. C. (1999).
Kepuasan Wisatawan, Studi Kasus di Marketing for Hospitality and
Waduk Jatiluhur-Kabupaten Tourism, 5/e. Pearson Education
Purwakarta. JURNAL NASIONAL India.
PARIWISATA, 5(1), 14–22. Naidoo, P., Ramseook-Munhurrun, P., &
Dinas Pariwisata, D. I. Y. (2014). Statistik Seegoolam, P. (2011). An
Kepariwisataan 2014. Yogyakarta, Assessment of Visitor Satisfaction
DIY. Retrieved April (Vol. 21). D.I. with Nature-Based Tourism
Yogyakarta Indonesia. Attractions.
Entwistle, W. J. (1923). The Adventure Pitana, I. (2009). Pengantar Ilmu
of“ Le Cerf au Pied Blanc” in Pariwisata. Yogyakarta: andi.
Spanish and Elsewhere. The Modern Pitana, I. G., & Gayatri, P. G. (2005).
Language Review, 18(4), 435–448. Sosiologi pariwisata. Yogyakarta:
Guidelines for safe recreational water. Penerbit Andi.
Volume 1, coastal and fresh waters. Pitana, I. G., & Putu, G. (2009). Sosiologi
(2003). Risk Management (Vol. 1). Pariwisata. Yogyakarta: Andi.
Handoko, S. (2017). Gunung Api Purba Pizam, A., & Mansfeld, Y. (1996).
Nglanggeran. Retrieved April 3, Tourism, crime, and international
2017, from security issues. John Wiley & Son
www.gunungapipurba.com Ltd.
Hermawan, H. (2016a). Dampak Ross, G. F. (1998). Psikologi Pariwisata.
Pengembangan Desa Wisata Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Nglanggeran Terhadap Ekonomi Santoso. (2016). Statistika Hospitalitas.
Masyarakat Lokal. Jurnal Yogyakarta: Deepublish.
Pariwissata, III(2). Suharto. (2016). Dengan, Hubungannya
Hermawan, H. (2016b). Dampak Destinasi, Citra Kasus, Studi Loka,
Pengembangan Desa Wisata Gembira. Jurnal Media Wisata,
Nglanggeran Terhadap Sosial 14(1), 287–304.
Budaya Masyarakat Lokal. In Umar, H. (2000). Metodologi Penelitian.
Seminar Nasional Ilmu Pengetahuan Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
dan Teknologi Komputer Nusa Wibowo, A. (2015). Kajian Simulasi
Mandiri Pertama Tahun 2016 (Vol. Desain Rambu Informasi
1, pp. 426–435). SNIPTEK Nusa Keselamatan di Tempat Wisata
Mandiri. Pantai Parangtritis Berdasatkan
Indonesia, P. R. Undangundang No. 10 Perilaku Budaya. JURNAL ITENAS
Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, REKARUPA, 3(1), 20088–5121.
Sekretariat Negara. Jakarta § (2009). Yudistira, I. G. A. A., & Susanto, A.
Kotler, P. (2002). Manajemen Pemasaran, (2012). Keselamatan Pengunjung
terjemahan Hendra Teguh, edisi Tempat Wisata. WIDYA, 29(320).
Millenium, cetakan pertama (1st ed.).

162

View publication stats

You might also like