You are on page 1of 12

Volume 4, No.

1, Oktober 2020: 14 – 25

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN KAKU DENGAN METODE


AASHTO 1993 PADA RUAS JALAN DUSUN BETUNG
KABUPATEN KATINGAN
Rut Magdalena Silitonga
Jurusan/Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Palangka Raya
Jln. Hendrik Timang, Palangka Raya, e-mail: srutmagdalena@gmail.com

Mohamad Amin
Jurusan/Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Palangka Raya
Jln. Hendrik Timang, Palangka Raya, e-mail: burhan_plk17@yahoo.co.id

Ina Elvina
Jurusan/Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Palangka Raya
Jln. Hendrik Timang, Palangka Raya, e-mail: inaelvina@eng.upr.ac.id

Abstract: Road pavement is a part of a road structure which is hardened with certain construction layers which
are located on the subgrade. the access road to the location of Betung Tumbang Liting Village, Central Kalimantan
which at present is still a 2200 m dirt road and with a road width of 5 meters. The existing condition of the access
road is badly damaged (The street was covered by underbrush and sleazy) and does not have a good drainage
system (there is puddles), so the road performance decreases.Road conditions do not support access roads to tour-
ism places. Therefore it is necessary to plan a pavement that needs to be more resistant to worse drainage and to
be more resistant to the prolonged maintenance period required using rigid pavement with the AASHTO 1993
method. The result of this research on the access road to the Betung Subvillage in STA 0 + 000 - STA 2 + 200
with AASHTO 1993 method CBR 18.5% obtained concrete plate thickness of 25.5 cm, learn concrete thickness
of 10 cm and class A aggregate foundation layer thickness of 15 cm, while calculations using the AASHTO 1993
method nomogram obtained a plate thickness of 26 cm. The results of plate thickness analysis using the input
parameters used by the AASHTO 1993 method.

Keywords: CBR, AASHTO 1993, rigid pavement.

Abstrak: Perkerasan jalan merupakan bagian dari struktur jalan yang diperkeras dengan lapis konstruksi tertentu
yang terletak di atas tanah dasar. Ruas jalan akses menuju lokasi Dusun Betung Desa Tumbang Liting Kabupaten
Katingan yang ada pada saat ini masih merupakan jalan tanah sepanjang 2200 m dan dengan lebar jalan 5 meter.
Kondisi eksisting jalan akses tersebut jalan tersebut mengalami kerusakan parah (jalan tertutup semak dan tidak
terawat) serta tidak memiliki sistem drainase yang baik (terjadi genangan), sehingga kinerja jalan menurun. Kon-
disi jalan demikian tidak mendukung sebagai jalan akses menuju obyek pariwisata. Oleh karena itu perlu dilakukan
perencanaan perkerasan jalan yang mampu lebih tahan terhadap drainase yang buruk dan lebih tahan terhadap
masa pemeliharaan yang berkepanjangan yaitu direncanakan menggunakan perkerasan kaku dengan metode
AASHTO 1993. Hasil penelitian pada jalan akses menuju lokasi Dusun Betung pada STA 0 + 000 – STA 2 + 200
dengan metode AASHTO 1993 CBR 18,5% didapatkan tebal pelat beton sebesar 25,5 cm, tebal learn concrete
sebesar 10 cm dan tebal lapis pondasi agregat kelas A sebesar 15 cm, sedangkan perhitungan dengan Nomogram
metode AASHTO 1993 didapat tebal pelat 26 cm. Hasil analisis tebal pelat menggunakan parameter input yang
digunakan oleh metode AASHTO 1993.

Kata kunci: CBR, AASHTO 1993, perkerasan kaku.

PENDAHULUAN tahanan dan keamanan untuk menunjang pem-


bangunan nasional. Jalan merupakan sarana
Latar Belakang penunjang dalam pembangunan suatu negara.
Jalan merupakan salah satu prasarana Dalam hal ini sarana dan prasarana transportasi
perhubungan darat yang mempunyai peranan adalah salah satu faktor yang utama, untuk itu di-
penting bagi pertumbuhan perekonomian, sosial perlukan pembangunan jaringan jalan yang me-
budaya, pengembangan wilayah, pariwisata, per- madai agar mampu memberikan pelayanan yang

14
Silitonga, M. R., dkk/ Perencanaan Tebal Perkerasan… / Jurnal Teknika, Vol. 4, No. 1, Oktober 2020, hlm 14-25

optimal sesuai dengan kapasitas yang diper- buruk dan lebih tahan terhadap masa pemeli-
lukan. Karena kebutuhan tingkat pelayanan jalan haraan yang berkepanjangan dengan
semakin tinggi, maka perlu adanya peningkatan menggunakan perkerasan yang mampu mem-
kualitas sistem dan prasarana jalan, diantaranya buat jalan tidak berpengaruh terhadap genangan
adalah infrastruktur jalan yang baik untuk kebu- air (banjir), yaitu dengan menggunakan perkera-
tuhan akan jalan yang aman dan nyaman dengan san kaku (rigid pavement). Perkerasan kaku
salah satunya yaitu meningkatkan kunjungan ke (rigid pavement) yaitu perkerasan yang
suatu daerah pariwisata. menggunakan semen sebagai bahan
Terkait dengan hal tersebut di atas pengikatnya. Pelat beton yang bersambung
pemerintah Kabupaten Katingan sudah ada pro- (tidak menerus) dengan atau tanpa tulangan, atau
gram perencanaan untuk pengembangan kawa- menerus dengan tulangan dengan atau tanpa tu-
san pedesaan menjadi kampung wisata sejak ta- langan diletakkan diatas tanah dasar dengan atau
hun 2015, yaitu adanya rencana bahwa Dusun tanpa lapis pondasi bawah.
Betung Desa Tumbang Liting Kecamatan Kat- Sehubungan dengan kondisi akses menuju
ingan Hilir akan dijadikan pusat budaya lokasi objek wisata Dusun Betung Desa Tum-
Dayak. Hal tersebut dikarenakan bahwa Dusun bang Liting Kecamatan Katingan Hilir Kabu-
Betung masih mempunyai seni budaya dan adat paten Katingan seperti yang telah dijelaskan di-
istiadat Dayak, selain itu Desa Betung juga kaya atas maka penulis mengambil topik Jurnal ini
akan potensi wisata yang positif yaitu adanya dengan judul “Perencanaan Tebal Perkerasan
sungai serta titian bagi wisata yang ingin Kaku Dengan Metode ASSHTO 1993 Pada Ruas
bersantai dan memancing ikan, sehingga di- Jalan Dusun Betung Kabupaten Katingan”.
harapkan akan banyak wisatawan yang dating
ke desa ini. Rencana Dusun Betung dijadikan Tujuan Penelitian
pusat budaya Dayak akan berdampak pada pen- Adapun tujuan dari penulis Jurnal ini
ingkatan perekonomian warga Desa Betung, na- adalah sebagai berikut :
mun hingga penelitian ini dilaksanakan objek 1. Mengetahui tebal perkerasan kaku (rigid
wisata tersebut belum mengalami perkembangan pavement) yang sesuai dengan Metode
secara signifikan sehingga perlu adanya pem- AASHTO 1993 pada ruas jalan Dusun Be-
bangunan baik dari sarana maupun prasarana un- tung Kabupaten Katingan Kalimantan
tuk menunjang kunjungan wisatawan baik dari Tengah.
daerah maupun dari luar daerah yang datang ke 2. Merencanakan tebal perkerasan kaku pada
Dusun Betung, salah satunya yaitu dengan mem- tanah dasar dengan Metode AASHTO 1993
bangun jalan menuju lokasi wisata. pada ruas jalan Dusun Betung Kabupaten
Ruas jalan akses menuju lokasi Dusun Be- Katingan Kalimantan Tengah.
tung Desa Tumbang Liting Kecamatan Katingan
Hilir Kabupaten Katingan yang ada pada saat ini Manfaat Penelitian
masih merupakan jalan tanah sepanjang 2200 m Manfaat yang ingin dicapai dalam
dan dengan lebar jalan sebesar 5 meter. Kondisi penelitian ini yaitu:
eksisting pada jalan akses menuju Dusun Betung 1. Untuk mengetahui perencanaan tentang
Desa Tumbang Liting sebagai akses menuju ob- perkerasan kaku dengan Metode AASHTO
jek wisata saat ini merupakan jalan tanpa kon- 1993.
struksi perkerasan dimana pada ruas jalan terse- 2. Menambah pengetahuan tentang bagaimana
but mengalami kerusakan yang cukup parah, dan perencanaan tebal perkerasan jalan dengan
ruas jalan tersebut masih kurang layak untuk metode AASHTO 1993.
digunakan sebagai akses jalan menuju objek 3. Diharapkan dapat menjadi referensi dalam
wisata, karena secara umum memiliki tanah da- pemilihan metode perencanaan tebal
sar yang kurang baik. perkerasan jalan.
Berdasarkan kondisi jalan pada ruas jalan
akses menuju objek wisata Dusun Betung Desa
Tumbang Liting Kecamatan Katingan Hilir Ka-
bupaten Katingan yang mengalami penurunan
kinerja jalan yang terlihat dari kondisi eksisting
jalan saat ini, maka dibutuhkan perkerasan jalan
yang mampu lebih tahan terhadap drainase yang

15
Silitonga, M. R., dkk/ Perencanaan Tebal Perkerasan… / Jurnal Teknika, Vol. 4, No. 1, Oktober 2020, hlm 14-25

TINJAUAN PUSTAKA Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)


Perkerasan kaku adalah struktur perkera-
Perkerasan Jalan san yang terdiri dari tanah dasar, lapis pondasi
Perkerasan jalan adalah perkerasan yang bawah dan pelat beton semen Portland dengan
menggunakan campuran antara agregat dan ba- atau tanpa tulangan tulangan (Hardiyatmo,
han ikat yang digunakan untuk melayani beban 2015) sebagai berikut:
lalu lintas. Agregat yang digunakan antara lain 1. Perkerasan beton mempunyai kekakuan
adalah batu pecah, batu belah, batu kali, dan atau modulus elastisitas yang tinggi dari
hasil samping peleburan baja, sedangkan bahan perkerasan lentur.
ikat yang di pakai antara lain aspal, semen dan 2. Beban yang diterima sebagian besar ditahan
tanah liat (Sinaga, 2018). Fungsi utama perkera- oleh pelat beton dan sebagian kecil oleh
san adalah menyebarkan beban roda ke area per- tanah dasar.
mukaan tanah dasar yang lebih luas dibanding- 3. Tebal pelat beton di harapkan dapat mem-
kan luas kontak roda dengan perkerasan. Secara ikul beban dan tegangan yang timbul oleh
umum, fungsi perkerasan jalan adalah sebagai beban roda kendaraan, perubahan suhu dan
berikut (Sukirman, 1999): kadar air serta perubahan volume yang ter-
1. Untuk memberikan struktur yang kuat da- jadi pada lapisan di bawahnya.
lam mendukung beban lalu lintas. 4. Untuk memikul pengulangan pembebanan
2. Untuk memberikan permukaan rata bagi lalu lintas sesuai dengan konfigurasi dan
pengendaraan. beban sumbu, perhitungan tebal pelat beton
3. Untuk memberikan kekasatan atau bahan diterapkan prinsip kelelahan (fatigue).
gelincir (skid resistance) di permukaan Berdasarkan lapisannya jenis – jenis
perkerasan. perkerasan kaku (beton semen) dikelompokkan
4. Untuk mendistribusikan beban kendaraan menjadi empat jenis yaitu:
ke tanah dasar secara memadai, sehingga 1. Perkerasan kaku (beton semen) ber-
tanah dasar terlindung dari tekanan yang sambung tanpa tulangan.
berlebihan. 2. Perkerasan kaku (beton semen) ber-
Pembuatan tipe perkerasan yang akan sambung dengan tulangan.
dipilih terkait dengan dana pembangunan yang 3. Perkerasan kaku (beton semen) menerus
tersedia, biaya pemeliharaan, volume lalu lintas dengan tulangan
yang dilayani, serta kecepatan pembangunan 4. Perkerasan kaku (beton semen) pratekan.
agar lalu lintas tidak terlalu lama terganggu oleh
pelaksanaan proyek. Berdasarkan bahan Perencanaan Tebal Perkerasan Kaku
pengikatnya, konstruksi perkerasan jalan Menggunakan Metode AASHTO 1993
dibedakan sebagai berikut (Saodang, 2005): Perencanaan tebal perkerasan mengacu
1. Konstruksi Perkerasan Lentur (flexible pada AASHTO 1993 (American Association of
pavement), yaitu perkerasan yang State Highway and Transportation Officials)
menggunakan aspal sebagai bahan yang memuat mengenai landasan teori dan taha-
pengikatnya. Lapisan – lapisan perkerasan pan praktis dalam perencanaan rigid pavement
bersifat memikul dan menyebarkan beban dengan berbagai kondisi/parameter perkerasan
lalu lintas ke tanah dasar. jalan beton semen portland yang umum diap-
2. Konstruksi Perkerasan Kaku (Rigid Pave- likasikan di lapangan secara computerized pro-
ment), yaitu perkerasan yang menggunakan gram, dilengkapi juga spesifikasi pekerjaan
semen sebagai bahan pengikatnya. Pelat perkerasan jalan beton semen portland, masalah
beton dengan atau tanpa tulangan diletak- dan cara penanganan yang umum terjadi di
kan diatas tanah dasar dengan atau tanpa la- lapangan. Untuk merencanakan tebal perkerasan
pis pondasi bawah. terdapat beberapa parameter yang harus diper-
3. Konstruksi Perkerasan Komposit (Compo- hatikan sebagai berikut:
site Pavement), yaitu perkerasan kaku yang 1. Analisis lalu lintas: mencakup umur
dikombinasikan dengan perkerasan lentur rencana, jenis kendaraan, lalu lintas harian
dapat berupa perkerasan lentur di atas rata-rata, faktor distribusi arah, faktor dis-
perkerasan kaku atau perkerasan kaku di tribusi lajur, pertumbuhan lalu-lintas ta-
atas perkerasan lentur. hunan, vehicle damage factor, equivalent

16
Silitonga, M. R., dkk/ Perencanaan Tebal Perkerasan… / Jurnal Teknika, Vol. 4, No. 1, Oktober 2020, hlm 14-25

single axle load. Terminal serviceability in- dengan, MR = Resilient modulus, CBR =
dex, initial serviceability, dan Serviceability California Bearing Ratio, dan K =Modulus
loss. of subgrade reaction.
2. Reliability 4. Modulus Elastisitas Beton
Penentuan nilai reliability (R) ditunjukkan Perhitungan Modulus Elastisitas Beton
pada Tabel (1) dan penentuan nilai standard yaitu:
normal diviate (ZR) ditunjukan Tabel (2) Ec = 57000 √𝑓′𝑐 (3)
berikut: dengan, Ec = Modulus elastisitas beton
(psi), dan 𝑓′𝑐 = Kuat tekan beton, silinder
Tabel 1. Nilai Reabilitas (R) (psi).
Klasifikasi Reliability: R (%) 5. Flextural strength
Jalan Urban Rural Spesifikasi kuat lentur beton untuk perkera-
Jalan tol 85 – 99.9 80 – 99.9 san kaku di Indonesia disarankan (S’c) = 45
Arteri 80 – 99 75 – 95 kg/cm2 = 640 psi
Kolektor 80 – 95 75 – 95 6. Drainage coefficient
Lokal 50 – 80 50 – 80 Koefisien drainase (Cd) digunakan untuk
Sumber : AASHTO, (1993) modifikasi tebal beton rancangan dengan
memperhatikan kondisi drainase. Hardi-
Tabel 2. Nilai ZR yatmo (2015) menyarankan untuk penen-
R (%) ZR tuan persentase struktur perkerasan dalam
50 0.000
setahun terkena air sampai ke tingkat jenuh
60 - 0.253
70 - 0.524
dinyatakan dalam Persamaan (4).
75 - 0.674
Th rata−rata Tj
80 - 0.841 Pheff = 𝑥 𝑥 𝑊𝐿 𝑥 100 (4)
365 24
85 - 1.037
90 - 1.282
91 - 1.340
dengan, Pheff = Persentase hari efektif hu-
92 - 1.405 jan dalam setahun yang akan
93 - 1.476 mempengaruhi perkerasan (%), Tj = Jumlah
94 - 1.555 jam hujan rata-rata per hari (jam), Th rata-
95 - 1.645 rata = Jumlah rata-rata hari hujan per tahun
96 - 1.751 (hari), dan WL = Faktor air hujan yang ma-
97 - 1.881 suk ke pondasi jalan.
98 - 2.054 Hujan yang terjadi menjadikan seba-
99 - 2.327 gian air akan berinfiltrasi ke struktur
99.9 - 3.090
perkerasan. Perkerasan air yang berinfiltrasi
99.99 - 3.750
masuk ke perkerasan ditentukan dalam per-
Sumber: AASHTO, (1993)
samaam (5) berikut ini :
3. CBR dan modulus reaksi tanah dasar
WL = 1 – C (5)
Berdasarkan cara mendapatkan contoh
dengan, WL = Faktor air hujan yang masuk
tanahnya. CBR dapat dibagi atas: CBR
ke pondasi jalan, dan C = Koefisien penga-
lapangan, CBR lapangan rendam, CBR
liran.
rencana titik. Modulus reaksi tanah dasar
7. Load transfer coefficient
(k) menggunakan gabungan formula dan
8. Koefisien Penyaluran Beban (J)
grafik penentuan modulus reaksi tanah da-
AASHTO (1993) menyarankan untuk
sar berdasar ketentuan CBR tanah dasar.
perkerasan kaku bersambungan tanpa
AASHTO (1993) menyarankan penentuan
dilengkapi alat transfer beban pada sambun-
nilai modulus of subgrade reaction (k)
gan maka direkomendasikan nilai transfer
dapat ditentukan dengan Persamaan (1) dan
beban sebesar 3,8 – 4. Nilai koefisien trans-
Persamaan (2).
fer beban (J) yang digunakan sebagai pa-
MR = 1.500 x CBR (1)
𝑀𝑅 rameter desain dapat dilihat pada Tabel (3)
𝐾= (2) berikut:
19,4

17
Silitonga, M. R., dkk/ Perencanaan Tebal Perkerasan… / Jurnal Teknika, Vol. 4, No. 1, Oktober 2020, hlm 14-25

Tabel 3. Koefisien transfer beban (J)


Pelat Beton Semen Port-
Bahu Jalan Aspal
land Terikat
Alat Transfer Beban Ya Tidak Ya Tidak
Tipe Perkerasan
Perkerasan Beton Tak Bertulang
Bersambungan (JPCP) dan Bertu- 3,2 3,8 – 4,4 2,5 - 3,2 3,6 – 4,2
lang Bersambungan JRCP)
Perkerasan Beton Bertulan
2,9 – 3,2 Tidak Ada 2,3 – 2,9 Tidak Ada
Kontinyu (CRCP)
Sumber: AASHTO (1993)

9. Lapis Pondasi Bawah (Subbase) yang digunakan sama seperti tebal pelat
Tebal lapisan pondasi disarankan minimum menggunakam formulasi. Parameter yang
ialah 10 cm yang mana memiliki mutu digunakan yaitu modulus reaksi tanah dasar
sesuai dengan SNI No.03-6388-2000 dan efektif (K), modulus elastisitas beton (Ec), kuat
AASHTO M-15. lentur beton (SC), koefisien transfer beban (J),
koefisien drainase (Cd), kehilangan kemampuan
Penentuan Tebal Pelat Beton (D) dengan pelayanan (PSI), standar deviasi keseluruhan
Formulasi (So), reliability (R), dan lalu lintas rancangan
Penentuan tebal perkerasan pelat beton (W18).
dalam perancangan perlu dipilih kombinasi yang
paling optimum/ekonomis dari tebal pelat beton Menentukan Segmen Pelat Beton
dan lapis pondasi. AASHTO (1993) menentukan Ukuran segmen pelat sangat dipengaruhi
tebal perkerasan beton dapat ditentukan dengan oleh banyak hal, seperti tebal pelat, lebar joint,
Persamaan sebagai berikut : ukuran sambungan memanjang, dan ukuran
sambungan melintang. AASHTO 1993
𝑙𝑜𝑔10 𝑊18 = 𝑍𝑅 𝑆0 + 7,35 𝑙𝑜𝑔10 (𝐷 + 1) − menyarankan penentuan ukuran segmen pelat
⧍𝑃𝑆𝐼
log[4,5−1,5]
0,06 + + (4,22 − 0,32∗ 𝑃𝑡) × beton sebagai berikut:
1,624×107
1+
(𝐷+1)8,64
1. Panjang pelat (feet) = 2 × Tebal pelat (7)
𝐶𝑑 ×𝑆𝐶 [𝐷 0,75 −1,132] 2. Perbandingan antara lebar dan panjang pelat
𝑙𝑜𝑔10 (6) tidak lebih dari 1,25. (8)
18,42
215,63 ×𝐽 ×[𝐷 0,75 − 0,25 ]
(𝐸𝐶⁄𝐾)
Perencanaan Sambungan
dengan W18 = Traffic design, Equivalent Single Perencanaan sambungan pada perkerasan
Axle Load (ESAL), ZR = Standar normal deviasi, kaku merupakan bagian yang harus dilakukan
SO = Standar deviasi (0,30 - 0,40), D = Tebal baik jenis perkerasan beton bersambung tanpa
pelat beton (inches), ⧍PSI = Selisih antara nilai atau dengan tulangan, maupun pada jenis
PSI diawal dan akhir masa layan struktur perkerasan beton menerus dengan tulangan.
perkerasan, ⧍PSI = po – pt, po = Initial 1. Dowel (ruji)
Dowel berupa batang baja tulangan polos
serviceability index, Pt = Terminal serviceability
index, Sc= Modulus keruntuhan beton (psi), Cd (maupun profil) yang digunakan sebagai
= Koefisien drainase, J = Koefisien transfer sarana penyambung/pengikat pada beberapa
jenis sambungan pelat beton perkerasan
beban (dengan dowel J = 2,5 – 3,1), EC = Mod-
jalan.
ulus elstisitas (psi), dan K = Modulus reaksi
tanah dasar (psi). 2. Batang Pengikat (tie bar).
Batang tulangan atau baja ulir yang
digunakan untuk menjaga agar tepi/ujung-
Penentuan Tebal Pelat Beton (D) dengan
ujung pelat beton yang berdampingan tetap
Nomogram AASHTO 1993
Penentuan tebal pelat selain dalam kontak yang baik antara satu dengan
menggunakan formulasi dapat juga ditentukan yang lainnya dan membantu terjadinya ikatan
sempurna antar sambungan. Batang pengikat
dengan menggunakan nomogram. Penentuan
dipasang pada sambungan memanjang.
tebal pelat menggunakan nomogram, parameter

18
Silitonga, M. R., dkk/ Perencanaan Tebal Perkerasan… / Jurnal Teknika, Vol. 4, No. 1, Oktober 2020, hlm 14-25

METODE PENELITIAN yang dimulai dari penyusunan latar belakang di-


mana diperoleh suatu permasalahan dan tujuan
Lokasi dan waktu penelitian dari penelitian yang akan dicari solusinya. Tahap
Penelitian dilakukan pada “Dusun kedua adalah tinjauan pustaka. Permasalahan
Betung Desa Tumbang Liting Kecamatan dan tujuan penelitian kemudian dikaji secara
Katingan Hilir Kabupaten Katingan Kalimantan lebih mendalam berdasarkan pustaka yang
Tengah” yang berlokasi di dusun Betung menuju berkaitan dengan penelitian ini. Tahap ketiga
Objek wisata Dusun Betung Desa Tumbang adalah metode penelitian. Tahap ini bertujuan
Liting Pusat Budaya Dayak. Penelitian dil- untuk menyusun metode penelitian dan langkah
akukan selama 2 minggu dimulai dari hari Senin langkah sehingga seluruh data penelitian yang
pada tanggal 18 November 2019 sampai tanggal diperlukan dapat diperoleh dan digunakan untuk
2 Desember 2020. Adapun lokasi penelitian proses analisis. Tahap keempat berupa proses
merujuk pada gambar (1) berikut ini: pembahasan dan analisis data, yaitu pengolahan
data sampai hasil analisis telah diperoleh. Tahap
kelima adalah tahap kesimpulan dan saran.
Tahap ini merupakan tahap akhir penelitian
dengan menyimpulkan hasil penelitian dan
memberikan saran.
Adapun tahapan-tahapan penelitian ini
adalah:
1. Survei pendahuluan
2. Persiapan pelaksanaan penelitian
3. Pelaksanaan penelitian
Analisis Data
Pengolahan data dilakukan setelah data
primer dan sekunder diperoleh. Studi pustaka
digunakan sebagai acuan untuk menyiapkan lan-
Sumber: www.google.com – Data Peta (2019) dasan teori bagi analisis yang mengacu pada
Gambar 1. Peta Dusun Betung Desa Tumbang
buku-buku, pendapat-pendapat, teori-teori yang
Liting Kabupaten Katingan sehubungan dengan penelitian. Berikut merupa-
kan tahapan-tahapan analisis data dalam
Pengumpulan Data perencanaan perkerasan:
Jenis data dalam penelitian dibedakan men- 1. Menghitung traffic design
jadi dua jenis, yaitu data primer dan data Data dan parameter lalu lintas yang
sekunder. Data primer adalah data yang dik- digunakan untuk perencanaan tebal
umpulkan secara langsung oleh peneliti dimana perkerasan meliputi:
data tersebut bukan suatu hasil dari data yang te- a. Pada umumnya umur rencana perkera-
lah dikumpulkan atau diperoleh oleh peneliti san kaku direncanakan dengan Umur
sebelumnya. Sedangkan data sekunder adalah Rencana (UR) 20 tahun sampai 40 ta-
data yang diterima oleh peneliti melalui pihak hun.
lain atau sumber yang sudah ada sebelumnya. b. Jenis kendaraan
Pada penelitian ini, jenis data yang Dari jenis kendaraan yang telah di-
digunakan adalah sebagai berikut. jelaskan sebelumnya maka kita akan
1. Data primer berupa; mendokumentasi menentukan parameter golongan ken-
kondisi eksisting jalan, menghitung nilai daraan untuk menghitung volume lalu
CBR dengan menggunakan alat DCP dan lintas harian rata - rata, Pertumbuhan
data LHR (Lalu Lintas Harian Rata-rata). lalu-lintas tahunan, serta menentukan
2. Data sekunder berupa data Hidrologi. vehicle damage factor.
c. Volume lalu lintas harian rata – rata
Tahapan Penelitian setelah mengetahui jenis kendaraan
Penelitian ini dilakukan dalam lima tahap serta penggolonganya, langkah selan-
dimana setiap tahap ini saling berhubungan satu juntnya yaitu menghitung Lalu lintas
sama lain. Tahap pertama berupa pendahuluan, Harian Rata – rata dan konfigurasi

19
Silitonga, M. R., dkk/ Perencanaan Tebal Perkerasan… / Jurnal Teknika, Vol. 4, No. 1, Oktober 2020, hlm 14-25

sumbu, menggunakan data terakhir Liting Kecamatan Katingan Hilir Kabupaten


atau data 2 tahun terakhir. Kendaraan Katingan Kalimantan Tengah.
yang ditinjau untuk perencanaan
perkerasan kaku adalah yang mempu-
nyai berat total minimum 2 ton. HASIL DAN PEMBAHASAN
d. Faktor distribusi arah
Dimana faktor distribusi arah (DD) = Data Geometrik Jalan
0,3-0,7 dan umumnya diambil 0,5 Panjang Ruas jalan akses menuju lokasi
e. Faktor distribusi lajur Dusun Betung Desa Tumbang Liting Kecamatan
Untuk menentukan faktor distribusi Katingan Hilir Kabupaten Katingan yang
arah diambil 100 %. dimanfaatkan sebagai lokasi penelitian studi
f. Vehicle Damage factor perkerasan kaku yaitu sepanjang 2,2 km (STA 0
VDF (Vehicle Damage factor) adalah + 000 – STA 2 + 200), dengan lebar jalan 5 meter
faktor yang digunakan untuk perkera- dan diambil lokasi survei lalu lintas langsung
san pada jalan akses menuju Objek wisata Dusun
g. Kemampuan pelayanan (Serviceabil- Betung Desa Tumbang Liting Kecamatan Kat-
ity) ingan Hilir Kabupaten Katingan.
h. Pertumbuhan lalu – lintas tahunan
Setelah menghitung volume lalu lintas Kondisi Eksisting
harian rata-rata langkah selanjutnya Dalam penyusunan jurnal ini, hal pertama
yaitu menghitung pertumbuhan lalu yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi
lintas kondisi eksisting lokasi perencanaan,
i. Angka Ekivalen Esal identifikasi ini bertujuan untuk mengetahui
Untuk menghitung Angka Ekivalen kondisi awal lokasi perancangan rekonstruksi
Esal dapat dihitung menggunakan per- pada ruas jalan akses menuju lokasi objek wisata
samaan: Dusun Betung Desa Tumbang Liting Kecamatan
𝑊18 = 𝐿𝐻𝑅𝑗 × 𝑉𝐷𝐹𝑗 × 𝐷𝐷 × 𝐷𝐿 × Katingan Hilir Kabupaten Katingan.
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑠𝑒𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 (9) Kondisi tata guna lahan pada ruas jalan
2. Menentukan nilai Reliability. Standard nor- tersebut merupakan akses jalan menuju Dusun
mal deviate, dan Standard deviation Betung Desa Tumbang Liting Kecamatan Kat-
3. Menghitung CBR dan Modulus reaksi tanah ingan serta merupakan jalan tanah sepanjang
dasar berdasarkan grafik koreksi effective 2200 m dimana daya dukung tanah dasar di
modulus of subgrade reaction. sepanjang jalan tersebut masih kurang baik yaitu
4. Menghitung Modulus elastisitas beton adanya nilai CBR tanah dasar masih di bawah
5. Menentukan nilai Flexural strength yang 6% sehingga perlu dipersiapkan tanah dasar bagi
sesuai dengan spesifikasi kuat lentur beton subgrade. Sedangkan lebar pada jalan secara
untuk perkerasan kaku di Indonesia. eksisting sebesar kurang lebih 5 meter dimana
6. Penetapan Drainage coefficient pada STA tertentu ada beberapa tikungan berupa
7. Menentukan nilai Load transfer coefficient full circle maka untuk itu perlu dipersiapkan
8. Menentukan lapis pondasi bawah (subbase) tanah dasar bagi subgrade yang disesuikan
sesuai dengan yang disarankan oleh dengan tikungan yang ada pada jalan tersebut.
ASSHTO 1993. Akses jalan menuju objek wisata Dusun
9. Penentuan tebal pelat beton (D) dengan for- Betung Desa Tumbang Liting, secara umum
mulasi melihat kondisi eksisting di lapangan seperti
10. Penentuan tebal pelat beton (D) dengan tanah dasar, kondisi drainase yang kurang baik
Nomogram ASSHTO 1993. yang sudah dijelaskan sebelumnya dengan
11. Menentukan segmen pelat beton demikian maka dibutuhkan program untuk
12. Perencanaan sambungan dowel dan ruji meningkatkan kinerja ruas jalan ini yaitu
Hasil dari analisis ini akan merencanakan perencanaan perkerasan jalan menuju objek
dan memberikan analisis desain serta per- wisata Dusun Betung. Dalam pemilihan
bandingan tebal perkerasan dengan kondisi penggunaan jenis perkerasan kaku dibandingkan
lapangan yang dilakukan pada jalan akses dengan perkerasan lentur yaitu dilihat dari segi
menuju lokasi ruas jalan Betung Desa Tumbang umur rencana, komponen perkerasan, tebal
perkerasan, biaya pemeliharaan yang berbeda,

20
Silitonga, M. R., dkk/ Perencanaan Tebal Perkerasan… / Jurnal Teknika, Vol. 4, No. 1, Oktober 2020, hlm 14-25

dimana dalam perkerasan kaku umur rencana 2. Faktor Dsitribusi Arah : DD = 0,3-0,
lebih panjang dan biaya pemeliharaan lebih kecil umumnya diambil 0,5.
dibandingkan dengan perkerasan lentur, dan 3. Faktor Distribusi Lajur (DL) untuk jumlah
juga perkerasan kaku lebih tahan terhadap lajur setiap arah 1 yaitu 100%.
drainase yang buruk. Maka untuk meningkatkan 4. LHR
kinerja ruas jalan ini yaitu perencanaan Lalu lintas harian rata-rata diambil pada ruas
perkerasan jalan menuju objek wisata Dusun jalan akses menuju lokasi objek wisata Dusun
Betung Desa Tumbang Liting Kecamatan Betung Desa Tumbang Liting Kecamatan
Katingan Hilir Kabupaten Katingan yaitu Katingan Hilir Kabupaten.
perkerasan kaku (rigid pavement). 5. Pertumbuhan Lalu - Lintas
(1+𝑔)𝑛 −1
𝐺𝑟𝑜𝑤𝑡ℎ 𝐹𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟 = (10)
Perencanaan Tebal Perkerasan Kaku 𝑔
(1+0,0514)20 −1
Metode perhitungan yang digunakan =
0,0514
untuk menghitung tebal perkerasan kaku pada = 33,55945
perancangan ini ialah metode AASHTO 1993. dengan, n (umur rencana) = 20 tahun, dan
Perancangan tebal perkerasan kaku pada ruas g (faktor pertumbuhan) = 5,14%.
jalan ini yaitu sepanjang 2200 m pada STA 0 + 6. Serviceability (Tingkat Kemampuan
000 – STA 2 + 200. Seperti yang dijelaskan di Pelayanan)
dasar teori sebelumnya terdapat beberapa Nilai kehilangan pelayanan total (total loss of
parameter yang digunakan untuk menghitung serviceability) dinyatakan dengan persamaan
tebal perkerasan kaku. sebagai berikut. ⧍PSI = Po – Pt (11)
= 4,5 – 2,5
Perhitungan Faktor ESAL = 2,0
Untuk menghitung faktor ESAL ada 7. Vehicle Damage Factor
beberapa parameter yang harus dihitung dan Nilai Vehicle Damage Factor dapat dilihat
diperhatikan, parameter - parameter yang pada tabel berikut dengan penggolongan
digunakan adalah sebagai berikut: kendaraan dan konfigurasi sumbu
1. Umur Rencana = Dalam perancangan berdasarkan Bina Marga MST-10 yang
perkerasan ini umur rancangan nya yaitu 20 merujuk pada tabel (4) berikut ini:
tahun.

Tabel 4. Vehicle Damage Factor beradasarkan Bina Marga MST-10


No Tipe Kendaraan dan Konfigurasi Sumbu Nilai VDF
1 Sedan, jeep, s.t wagon 2 1.1 0,0005
2 pick-up, combi 3 1.2 0,2174
3 Truck 2 As (L), micro truck, mobil hantaran 4 1.2L 0,2174
4 Bus kecil 5a 1.2 0,2174
5 Bus Besar 5b 1.2 0,3006
6 Truck 2 As (H) 6 1.2H 2,4159
7 Truck 3 As 7a 1.2.2 2,7416
8 Truck Semi Trailer 7b 1.2 + 2.2 3,9083
9 Truck Trailer + Gandengan 7c 1.2.2 + 2.2 4,1718
Sumber: Ari Suryawan, (2016)

Setelah memperoleh total ekivalensi 𝑊18 pada jenis kendaraan = LHR × VDF ×
beban sumbu kendaraan (Vehicle Damage DD × DL × Jumlah hari setahun (12)
Faktor) W18 (ESAL), nilai LHR = 716, nilai DD = 716 x 0,0005 x 0,5 x 1 x 365
= 0,5, dan nilai DL = 1. Maka setahun umur = 65,33500 ESAL
rancangan dapat dicari menggunakan formula
berikut:

21
Silitonga, M. R., dkk/ Perencanaan Tebal Perkerasan… / Jurnal Teknika, Vol. 4, No. 1, Oktober 2020, hlm 14-25

Setelah di dapat nilai W18 pada jenis 3 sampai ke golongan 7c dapat dilihat pada
kendaraan golongan 2 kemudian untuk golongan rangkuman pada tabel (5) berikut ini :
Tabel 5. Perhitungan W18
Faktor Faktor Jumlah
Jenis LHR Distribusi Distrbusi Hari
𝑿𝒏 VDF W18 (ESAL)
Kendaraan (Kend/hari) Arah Lajur Dalam
𝑺𝒏 (DD) (DL %) Setahun
Golongan 2 716 0,0005 0,5 1 365 65,33500
Golongan 3 125 0,2174 0,5 1 365 4959,43750
Golongan 4 326 0,2174 0,5 1 365 12934,21300
Golongan 5a 97 0,2174 0,5 1 365 3834,35368
Golongan 5b 103 0,3006 0,5 1 365 5642,69143
Golongan 6 118 2,4159 0,5 1 365 52026,40650
Golongan 7a 16 2,7416 0,5 1 365 7773,17036
Golongan 7b 9 3,9083 0,5 1 365 6419,38275
Golongan 7c 1 4,1718 0,5 1 365 761,35350
Total 94416,34371
Sumber: Hasil Penelitian, (2020)

Berdasarkan hasil perhitungan Tabel 5 Nilai CBRsegmen dengan metode grafis


diperoleh nilai W18 dalam 1 tahun. Lalu lintas merupakan nilai persentil dari data CBR
yang digunakan untuk perencanaan tebal yang ada dalam segmen.
perkerasan kaku adalah lalu lintas kumulatif 4. CBR Desain
selama umur rencana. Hasil perhitungan beban Berdasarkan hasil analisis nilai CBR pada
gandar selama umur rancangan (Wt) adalah perhitungan didapat beberapa nilai CBR
sebagai berikut. semen, dimana CBR segmen tersebut
Wt = W18 x Growth factor (13) harus disesuaikan kemudian dengan faktor
Wt = 94416,34371 x 33,55945 penyesuaian minimum untuk CBR dari
Wt = 3168560,56606 ESAL pengujian DCP sehingga diperoleh nilai
desain (CBR/lendutan).
CBR dan Modulus Reaksi Tanah Dasar Modulus reaksi tanah dasar dipengaruhi
CBR (California Bearing Ratio) oleh nilai CBR. Nilai CBR yang diperoleh dari
merupakan suatu perbandingan antara beban hasil uji DCP beragam ada yang lebih kecil dari
percobaan (test load) dengan beban standar 6%, sehingga tanah dasar harus diperbaiki
(standar load) dan dinyatakan dalam untuk mencapai nilai CBR minim sebesar 6%
persentase. Dalam studi perkerasan ini sesuai prediksi umum pekerjaan jalan 2010
pengujian dilakukan dengan menggunakan alat revisi 3. CBR tanah dasar yang digunakan
Dynamic Cone Penetrometer. sebagai parameter desain adalah sebesar 6%
1. Nilai CBR dari Satu Titik Pengamatan dengan dukungan subbase. Setelah didapatkan
Analisis data lapangan dilakukan dengan nilai CBR tanah dasar, selanjutnya dicari nilai
menggunakan nilai kumulatif tumbukan CBR gabungan dengan menggunakan
untuk mencapai kedalaman penetrasi persamaan yang mana direncanakan tebal tanah
tertentu. dasar (subgrade) existing ialah 75 cm (asumsi)
2. Nilai CBR Segmen Jalan dengan Metode dengan nilai CBR tanah dasar ialah 6%, serta
Analitis direncanakan tebal agregat kelas B (subbase)
Nilai CBR Segmen ditentukan dengan eksisting ialah 25 cm (asumsi) dengan nilai
menggunakan metode analitis. Dimana CBR untuk agregat kelas B ialah 65% dan tebal
dalam metode analitis ini dilakukan agregat kelas A (base) eksisting ialah 15 cm
dengan Metode Japan Road Ass dengan nilai CBR untuk material agregat kelas
3. Nilai CBR Segmen Jalan dengan Metode A ialah 90% (Sumber : Manual Konstruksi dan
Grafis Bangunan Pekerjaan Lapis Pondasi Jalan).

22
Silitonga, M. R., dkk/ Perencanaan Tebal Perkerasan… / Jurnal Teknika, Vol. 4, No. 1, Oktober 2020, hlm 14-25

1 1 1 3 data parameter yang digunakan untuk mencari


h1 CBR1 ⁄3 + h2 CBR2 ⁄3 + … + ℎ𝑛 𝐶𝐵𝑅𝑛 ⁄3
CBR= ( ) tebal pelat beton yang merujuk pada tabel (6)
ℎ1 +ℎ2 + ℎ3
berikut ini :
1 1 1 3
75 𝑋 6,00 ⁄3 + 25 𝑋 65 ⁄3 + 15 𝑋 90 ⁄3
= ( ) (14) Tabel 6. Data parameter perencanaan
75+25+15
No Data Parameter Simbol Nilai
Perencanaan
CBR = 18,5 %
Umur Rencana UR 20 Tahun
Sehingga nilai modulus reaksi tanah 1
dasar efektif dapat dihitung dengan 2 Jumlah Lajur DL 2
menggunakan persamaan sebagai berikut: Rencana
3 Jumlah Arah DD 2
MR = 1.500 x CBR = 1500 x 18,5 = 27750 pci Rencana
4 CBR CBR 18,5%
𝑀𝑅 27750 5 Reabilitas R 95%
K = = = 1.430,41 pci (15) 6 Standart Normal ZR -1,645
19,4 19,4
Deviate
Setelah didapatkan nilai modulus reaksi 7 Standart So 0,40
tanah dasar sebesar 1.430,41 pci, selanjutnya Deviation
dikoreksi untuk mendapatkan modulus tanah 8 Indeks Po 4,5
dasar efektif (Keff ) menggunakan grafik koreksi Permukaan
modulus reaksi tanah dasar dan faktor Awal
kehilangan daya dukung dari LC (Lean 9 Indeks Pt 2,5
Concrete) yang digunakan sebagai lapis Permukaan
pondasi sehingga faktor kehilangan daya Akhir
dukung ditetapkan (LS) = 1, yang dimana grafik 10 PSI PSI 2
koreksi modulus reaksi tanah dasar merujuk 11 Modulus Mr 27750 pci
pada gambar (2) berikut ini : Resilent
12 Modulus of Keff 455 pci
Subgrade
Reaction
13 Kelas Beton fc` K250
14 Modulus Ec 3.398.557.782
Elastisitas Beton
15 Kuat Tarik S`c 640 psi
Lentur B
16 Koefisien Cd 0,90
Drainase
17 Koefisien J 3,8
Transfer Beban
Sumber : Hasil Analisis Data, (2020)
Hasil: Hasil Perhitungan, (2020)
Gambar 2. Modulus reaksi tanah dasar
dikoreksi terhadap potensi kehilangan dukungan la-
pis pondasi Setelah seluruh parameter ditentukan,
maka nilai-nilai parameter tersebut dimasukkan
Hasil yang didapat dari Gambar (2) dengan menggunakan persamaan (6), maka
adalah nilai modulus reaksi tanah dasar efektif diperoleh nilai W18 sebagai berikut:
(K) dikoreksi terhadap potensi kehilangan
dukungan lapis pondasi adalah 455 pci. 𝑙𝑜𝑔10 𝑊18 = −1,645 × 0,40 +
7,35 𝑙𝑜𝑔10 (10 + 1) − 0,06 +
2
Perhitungan Tebal Pelat Beton dengan CBR log[4,5−1,5]
1,624×107
+ (4,22 −
18,5 % 1+
(10+1)8,64
Menghitung tebal pelat beton didapatkan
berdasarkan parameter-parameter yang telah
dianalisis sebelumnya. Berikut merupakan tabel

23
Silitonga, M. R., dkk/ Perencanaan Tebal Perkerasan… / Jurnal Teknika, Vol. 4, No. 1, Oktober 2020, hlm 14-25

0,32∗ 2,5) ×
0,90 ×640 [100,75 −1,132]
𝑙𝑜𝑔10
18,42
215,63 ×3,8 ×[100,75 − 0,25 ]
(3.398.557,782⁄455)

6,50086 = 6,55083

Setelah memasukkan parameter input


Sumber : Hasil Analisis Data, (2020)
desain perkerasan kaku didapat nilai tebal pelat
Gambar 4. Penentuan tebal perkerasan
10 inci (asumsi) = 6,55083 ≥ W18 traffic yaitu = menggunakan nomogram
6,50086 maka asumsi tebal pelat dapat AASHTO 1993 dengan CBR 18.5 %
digunakan sehingga didapat tebal pelat beton
adalah 10 inchi = 25,4 cm ~ 25,5 cm dengan Dari hasil penentuan tebal perkerasan
nilai W18 desain ≥ W18 traffic 6,55083 ≥ menggunakan nomogram tebal slab (D) yang
6,50086 (ok). Stuktur tebal perkerasan kaku diperoleh sebesar 10,3 inchi (26,162 cm
metode AASHTO 1993 seperti yang dibulatkan menjadi 26,0 cm).
ditunjukkan pada gambar (3) berikut:
Menentukan Segmen Pelat Beton
Penentuan ukuran segmen pelat yang dis-
arankan AASHTO 1993 sesuai dengan Persa-
maan (2). Sehingga dalam ruas jalan akses
menuju lokasi Dusun Betung Desa Tumbang
Liting Kabupaten Katingan ukuran segmen ada-
lah sebagai berikut dengan tebal pelat yang
digunakan adalah 25,5 cm (10 inchi):
Dengan menggunakan persamaan (7) dan
Sumber : Hasil Analisis Data, (2020) (8) dan tebal pelat diperoleh:
Gambar 3. Tebal perkerasan metode AASHTO Panjang pelat maksimum 20 feet (6,096 m) dan
1993 dengan CBR 18.5% Lebar pelat maksimum 4,8768 m.
Berdasarkan perhitungan diatas maka
Penentuan Tebal Pelat Beton (D) dengan digunakan ukuran segmen pelat beton adalah
Nomogram AASHTO 1993 dengan CBR panjang pelat sebesar 6,0 meter dan lebar pelat
18,5% sebesar 4,0 meter.
Penentuan tebal pelat selain
menggunakan formulasi dapat juga ditentukan Perencanaan Sambungan
dengan menggunakan nomogram. Penentuan Perhitungan sambungan yang digunakan
tebal pelat menggunakan nomogram parameter dalam perencanaan perkerasan kaku ruas jalan
yang digunakan sama seperti tebal pelat akses akses menuju lokasi objek wisata Dusun
menggunakan formulasi. Parameter yang Betung berdasarkan pada prinsip desain
digunakan yaitu modulus reaksi tanah dasar perkerasan (Yoder & Witczak, 1975) adalah se-
efektif (k), modulus elastisitas beton (Ec), kuat bagai berikut:
lentur beton ( Sc`), koefisien transfer beban (J), a. Batang pengikat (Tie Bar)
koefisien drainase (Cd), kehilangan Penentuan tie bar dengan tebal perkerasan
kemampuan pelayanan (PSI), standar deviasi 255 mm (10 inchi) apabila menggunakan
keseluruhan (So), reliability (R), dan lalu lintas diameter batang sambungan baja ulir ½ in,
rancangan (W18). Penentuan tebal perkerasan maka panjang tulangan 635 mm dan jarak
dapat di lihat menggunakan pada gambar (4) antar sambungan yang dipakai 1463 mm.
berikut : b. Menentukan Dowel
Ukuran dowel yang digunakan untuk tebal
perkerasan 10 inchi yaitu baja tulangan po-
los berdiameter 32 mm, dengan panjang
dowel 450 mm dan jarak antar dowel 300
mm.

24
Silitonga, M. R., dkk/ Perencanaan Tebal Perkerasan… / Jurnal Teknika, Vol. 4, No. 1, Oktober 2020, hlm 14-25

PENUTUP Jalan Akses Menuju Lokasi Pelabuhan


Tanjung Kalab Di Bumi Harjo Kabu-
Kesimpulan paten Kotawaringin Barat Provinsi Kali-
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah mantan Tengah”. Jurnal Teknik Sipil
dilakukan dengan metode AASHTO 1993 maka Universitas Palangka Raya. Palangka
diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Raya.
1. Tebal struktur perkerasan kaku pada ruas Standar Nasional Indonesia. (2000). SNI 03-
jalan akses menuju lokasi Dusun Betung 6388-2000. Spesifikasi Agregat Lapis
Desa Tumbang Liting Kecamatan Kat- Pondasi Bawah, Lapis Pondasi Atas Dan
ingan Hilir Kabupaten Katingan Provinsi Lapis Permukaan. Jakarta.
Kalimantan Tengah berdasarkan perhi- Sukirman, Silvia. (1999). Perkerasan Lentur
tungan dengan formula metode AASHTO Jalan Raya. Penerbit Nova: Bandung.
1993 dengan CBR 18,5 % didapat tebal Suryawan, Ari. (2016). Perkerasan Jalan Beton
pelat 25,5 cm, tebal lean concrete sebesar Semen Portland (Rigid Pavement).
10 cm dan tebal lapis pondasi agregat kelas Penerbit Beta Offset: Yogyakarta.
A sebesar 15 cm, sedangkan perhitungan Yoder, E.J. dan M.W.Witczak. (1975). Princi-
dengan nomogram metode AASHTO 1993 ples of Pavement Design. 2 nd Edition
didapat tebal pelat 26 cm, tebal lean con- New York: John Wiley & Sons, inc.
crete sebesar 10 cm dan tebal lapis pondasi
agregat kelas A sebesar 15 cm.

Saran
Adapun saran dari penulis jurnal ini yaitu:
1. Dalam perencanaan perkerasan kaku
metode AASHTO 1993 terdapat pem-
bacaan grafik, sehingga dalam pembacaan
grafik harus lebih teliti untuk mendapatkan
menghasilkan hasil yang lebih akurat.
2. Dalam pelaksanaan pekerjaan dilapangan
baiknya melaksanakan sesuai dengan spe-
sifikasi yang ada dan sesuai dengan data
perencanaan agar perkerasan yang
dihasilkan dapat maksimal.
3. Untuk penelitian sejenis selanjutnya pada
pengambilan data, keakuratan data lapan-
gan harus lebih diperhatikan dengan mem-
berikan arahan yang jelas kepada surveyor
terlebih dahulu.
4. Aasd
5. a
DAFTAR PUSTAKA

American Association of State Highway And


Transportation Officials (AASHTO).
(1993). Intern Guide For Design of Pave-
ment Structures. USA.
Hardiyatmo, H.C. (2015). Perencanaan
Perkerasan Jalan & Penyelidikan Tanah.
Yogyakarta: UGM Press.
Saodang, Hamirhan. (2005). Konstruksi Jalan
Raya. Penerbit Nova: Bandung.
Sinaga, D.M. (2018). “Perencanaan Tebal
Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)
Dengan Metode AASHTO 1993 Pada

25

You might also like