Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Roads is an infrastructure to support an economic pace, also play a major role in the progress and development of an area.
The progress of an economic development in an area can not be separated from the main function of road infrastructure. This
condition will make changes in the transportation of goods and services that are increasing in volume and weight load aspect, that
burden the road. Because of the changes, the road often has a very disturbing breakdown that can make people in danger. Road
damage is one of the problems for inter- district or region connections. So there need an analysis that discuss about the damage
of the road. There is a method that can be used to analyze road damage, it is called the Bina Marga method. This research aims
to evaluate the level of damage of the Banjarejo Street to Ngawen street STA 0 + 100 – 1 + 100 based on the Bina Marga method.
There is six kinds of road damage that occurred, among them: holes, fillings, grains release, udders, elongated cracks, and
crocodile cracks. From those six types of road damage, available extent of damage on the Banjarejo street to Ngawen street STA
0 + 100 – 1 + 100, as much as 20,24%. The type of handler that suits with that damage is put the roads in the road improvement
program, by doing a planning of new street
Keywords : Road damage, Bina Marga method, Road Damage Analysis, Road Planning
17
SIMETRIS Vol. 10, No. 1, Juni 2016 e-ISSN 2686-312X
2. Untuk menentukan penanganan kerusakan Jalan Condition Index (PCI) menunjukan bahwa nilai kondisi
Banjarejo-Ngawen jalan atau nilai PCI jalan Kalimantan Kota Bengkulu
sebesar 44,89. Angka ini menyatakan bahwa jalan
1.2 Batasan Masalah tersebut termasuk dalam klasifikasi kualitas perkerasan
Adapun batasan-batasan masalah dalam penelitian dengan tingkat sedang, sehingga pemeliharaan jalan
ini adalah sebagai berikut : yang sesuai adalah program pemeliharaan rutin.
1. Penelitian dilakukan pada ruas Jalan Banjarejo- Dalam penelitian Irwan Lie Keng Wong 2013 yang
Ngawen STA. 0+100 hingga 1+100. berjudul “Studi Perbandingan Perkerasan Jalan Lentur
2. Pengambilan data volume lalu lintas dilakukan Metode Bina Marga dan Aastho dengan Menggunakan
secara terbatas pada jam- jam sibuk antara pukul Uji Dynamic Cone Penetration (Ruas Jalan Bungku -
(06.00 WIB - 08.00 WIB) dan pukul (15.00 WIB - Funuasingko Kabupaten Morowali)” mengatakan Hasil
17.00 WIB) yang dilakukan pada hari Senin, Rabu, penelitian menunjukkan bahwa pada nilai CBR tanah
Sabtu. dasar yang sama maka tebal lapis perkerasan jalan
3. Penelitian hanya berdasarkan pengamatan secara dengan Metode AASHTO lebih besar atau lebih tebal
visual untuk menentukan jenis kerusakan. daripada menggunakan Metode Bina Marga khususnya
4. Metode dalam mencari nilai kerusakan pada lapisan pondasi bawah perkerasan jalan lentur.
menggunakan metode Bina Marga sesuai dengan Pada segmen I : Sta 00+000 – Sta 05+000 diperoleh
jenis kerusakannya. Nilai CBR tanah 5,2%, dengan Metode Bina Marga
5. Penelitian ini sangat bergantung pada data diperoleh tebal perkerasan pondasi dasar setebal 30 cm
perkerasan yang sebelumnya, sehingga apabila dan dengan Metode AASTHO setebal 49 cm. Pada
tidak mendapat data yang sesuai maka dilakukan segmen II : Sta 05+000 – Sta 10+000 diperoleh Nilai
perencanaan ulang atau perencanaan tebal lapis CBR tanah 4,7%, dengan Metode Bina Marga diperoleh
jalan baru tebal perkerasan pondasi dasar setebal 34 cm dan
dengan Metode AASTHO setebal 50,2 cm.
Muhammad Nauval Araka Aris dkk 2015 dalam
2. Kerangka Teori penelitiannya yang berjudul “Analisis Perbandingan
Perencanaan Tebal Perkerasan Jalan Lentur
2.1 Pustaka Rujukan Menggunakan Beberapa Metode Bina Marga Studi
Gunawan, (2018), telah melakukan penelitian tentang Kasus: (Ruas Jalan Piringsurat – Batas Kedu Timur)”
Evaluasi Kerusakan Perkerasan Lentur Dengan Metode menyimpulkan bahwa: Tebal Perkerasan Lentur Pd.T-
Bina Marga (Studi Kasus Ruas Jalan Lamreung 01-2002-B” yang mengacu pada AASHTO 1993.
Kecamatan Krueng Barona Jaya Kabupaten Aceh Pedoman ini memiliki parameter perencaan tebal
Besar. Penelitian dilaksanakan di jalan Lamreung perkerasan yang cukup baik namun, dalam beberapa
Kecamatan Krueng Barona Kabupaten Aceh Besar. parameter perencanaan tidak memiliki parameter acuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi jalan, tertulis yang jelas sehingga membingungkan para
jenis kerusakan jalan dan dapat ditentukan jenis perencana dalam merencanakan tebal perkerasan jalan
penanganan sesuai kondisi permukaan jalan, sehingga lentur.
dapat dilakukan perbaikan atau pemeliharaan Yasruddin 2011 dalam penelitiannya yang berjudul
secepatnya untuk kenyamanan dan keamanan bagi “Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Ruas Jalan
pengguna jalan. Berdasarkan dari penelitian ini Paringin-Muara Pitap Kabupaten Balangan”
diperoleh data lubang sebesar 0,34%, retak kulit buaya mengatakan bahwa dengan menggunakan metode Pt T-
sebesar 0,47%, tambalan sebesar 0,97%, amblas sebesar 01-2002-B yang mengacu pada AASHTO 1993,
3,13%, retak memanjang sebesar 9,13%, dan pelepasan perencanaan tebal struktur perkerasan lentur ini didapat
butir sebesar 20,71%. tebal D1 = 5,00 cm (AC-WC; a1 = 0,4); D1‟ = 6,00 cm
Hardiansyah dan Mawardi, (2013), dalam (AC-Base; a1 = 0,4); D2 = 16,00 cm (Batu pecah kelas
penelitiannya yang berjudul Analisis Dan Evaluasi A, CBR 100%; a2 = 0,14 ); D3 = 11,00 cm ( Batu pecah
Tingkat Kerusakan Jalan Dengan Membandingkan kelas B, CBR 50%; a3 = 0,12).
Metode Bina Marga Dan Pavement Condition Index
(PCI). Penelitian bertujuan untuk menganalisis kondisi 2.2 Jalan
perkerasan jalan guna mengetahui jenis dan tingkat Jalan adalah prasarana transportasi darat yang
kerusakan yang terjadi pada ruas jalan tersebut serta meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan
menentukan jenis pemeliharaan jalan yang baik dan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan
sesuai dengan kerusakan jalan yang terjadi pada jalan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di
Kalimatan Kota Bengkulu. Kawasan ini panjang ruas atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah, di
jalan sekitar 2,656 km dimana sekitar 6071,38 bawah permukaan tanah dan atau air, serta di atas
mengalami kerusakan. Hasil evaluasi kerusakan jalan permukaan air kecuali jalan kereta api, jalan lori dan
berdasarkan metode Bina Marga mununjukan urutan jalan kabel. (UU No. 38 tahun 2004). Jalan raya pada
prioritas untuk jalan Kalimantan sebesar 8,56 > 7 dari umumnya dapat digolongkan dalam 4 (empat)
yang berada pada kelas A dan jenis penanganannya klasifikasi yaitu: klasifikasi menurut fungsi jalan,
adalah pemeliharaan rutin. Sedangkan hasil evaluasi klasifikasi menurut kelas jalan, klasifikasi menurut
kerusakan jalan berdasarkan metode Pavement
18
SIMETRIS Vol. 10, No. 1, Juni 2016 e-ISSN 2686-312X
medan jalandan klasifikasi menurut wewenang Atau Kota Madya Dan Jalan Desa.
pembinaan jalan (Bina Marga 1997) a. Jalan Nasional
1. Klasifikasi menurut fungsi jalan Jalan nasional merupakan jalan arteri dan kolektor
Klasifikasi menurut fungsi jalan terdiri atas 3 dalam sistem jaringan primer yang
golongan yaitu: menghubungkan antar ibu kota provinsi dan jalan
a. Jalan arteri yaitu jalan yang melayani angkutan strategis nasional, serta jalan tol.
utama dengan ciri–ciri perjalanan jarak jauh, b. Jalan Provinsi
kecepatan rata–rata tinggi, dan jumlah Jalan provinsi merupakan jalan kolektor dalam
kendaraan masuk dibatasi secara efisien. sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan
b. Jalan kolektor yaitu jalan yang melayani ibu kota provinsi dengan ibu kota kabupaten atau
angkutan pengumpul atau pembagi dengan kota, atau antar ibu kota kabupaten atau kota dan
ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan jalan strategis provinsi.
rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk c. Jalan Kabupaten
dibatasi. Jalan kabupaten merupakan jalan lokal dalam
sistem jaringan jalan primer yang tidak termasuk
c. Jalan lokal yaitu jalan yang melayani angkutan jalan yang menghubungkan ibu kota kabupaten
setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak
dengan ibu kota kecamatan, antar ibu kota
dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah
kecamatan, ibu kota kabupaten dengan pusat
jalan masuk tidak dibatasi
kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem
2. Klasifikasi jalan menurut kelas jalan
jaringan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan
Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan
jalan strategis kabupaten.
kemampuan jalan untuk menerima beban lalu lintas,
d. Jalan Kota
yang dinyatakan dalam Muatan Sumbu Terberat (MST)
Jalan kota merupakan jalan umum dalam sistem
dalam satuan ton.
jaringan jalan sekunder, yang menghubungkan
antar pusat pelayanan dalam kota,
Tabel 2. 1 Klasifikasi Menurut Kelas Jalan menghubungkan pusat pelayanan dengan persil,
menghubungkan antar persil, serta
menghubungkan antar pusat permukiman yang
berada di dalam kota.
e. Jalan Desa
Jalan desa merupakan jalan umum yang
menghubungkan kawasan atau antar permukiman
di dalam desa serta jalan lingkungan
19
SIMETRIS Vol. 10, No. 1, Juni 2016 e-ISSN 2686-312X
Buku :
Anonim, 1987. metode analisa komponen SKBI-
2.3.26.1987
Dinas Perhubungan Kota Surabaya. 2012. Formulir
LHR. Surabaya.
Direktorat Jenderal Bina Marga. 1983. Manual
Pemeliharaan Jalan No. 03/MN/B/1983.
Departemen Pekerjaan Umum.Dirjen Bina Marga.
(1990). Panduan Survei dan Perhitungan Waktu
Perjalanan Lalu Lintas. Departemen Pekerjaan
Umum. Jakarta.
Direktorat Jendral Bina Marga, 1990, Petunjuk
Perencanaan Trotoar (nomor 007/T/BNKT/1990),
Jakarta.
Direktorat Jenderal Bina Marga, 1997, Tata Cara
Perencanaan Geometri Jalan Antar Kota
(No.038/TBM/1997), Jakarta: Kementerian
Pekerjaan Umum RI.
Dirjen Bina Marga. (1990). Petunjuk Tertib
Pemanfaatan Jalan, Departemen Pekerjaan Umum,
Jakarta.
Hardiyatmo, Hary Cristady. 2007. Pemeliharaan Jalan
Raya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
24