You are on page 1of 14

Journal of Midwifery Information (JoMI) Volume 2 No 1 Bulan September Tahun 2021

Journal of Midwifery Information (JoMI)


Pengurus Cabang Ikatan Bidan Indonesia Kota Tasikmalaya
ISSN: 2747-0148 (Printed); 2747-0822 (Online)
Journal Homepage: http://https://jurnal.ibikotatasikmalaya.or.id/index.php/jomi

HUBUNGAN INISIASI MENYUSUI DINI (IMD) DENGAN


KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU
YANG MEMILIKI BAYI USIA 7-12 BULAN DI PUSKESMAS
TANJUNGSARI KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2020
Fadila Qurrota A’yun1, Yati Budiarti2, Endang Astiriyani3
1,2,3 Politeknik
Kesehatan Kemenkes Tasikmalaya
*Corresponding author: fadilaalfath@gmail.com

Info Artikel
Abstract
Keywords: Neonatal Mortality Rate (NMR) and Infant Mortality Rate (IMR) are one of
Early Initiation of several success indicator for giving Public Health Service in a Country . The
Breastfeeding, Success of purpose of this research are to find out the Correlation Beetween Early
Exclusive Breastfeeding Breastfeeding Initiation (IMD) With The Success of giving Exclusive
Breastfeeding for Mothers Who Have Babies Aged 7-12 Months at Tanjungsari
Public Health Center Sumedang Regency in 2020. The type of research used by
researchers is retrospective by using Cross Sectional design. Researchers set 62
person according with the criteria for inclusion and exclusion as the Sample of
this research. The results of this research are Most of respondents doing IMD as
much 40 person or 64.52% and whodoesn't doing IMD as much 22 people or
35.48%. Majority of newborn baby have an IMD in the first hour after birth.
Exclusive Breastfeeding given from 62 respondents had a total average of 17.82
or 89.1% and successful as much 37 person or 59.68%, while the unsuccessful as
much 25 person or 40.32%. The highest value is 100% that from 62 person there
are several person who was 100% successful in giving exclusive Breastfeeding,
meanwhile the lowest value is 20%. The success rate of exclusive breastfeeding is
100%, if below from that value will not Having success. The success was
achieved by 37 mothers in Tanjungsari Public Health Center, Sumedang
Regency in 2020. The chi square test obtained a significance value of 0.000. Based
on this value because the value of p < 0.05 can concluded that "There was a
Correlation Beetween Early Breastfeeding Initiation (IMD) With The Success of
giving Exclusive Breastfeeding for Mothers Who Have Babies Aged 7-12 Months
at Tanjungsari Public Health Center Sumedang Regency in 2020
Kata kunci: Abstrak
Inisiasi Menyusu Dini, Angka Kematian Neonatal (AKN) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan
Keberhasilan ASI Eksklusif salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu Negara. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui Hubungan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
Dengan Keberhasilan Pemberian Asi Eksklusif Pada Ibu Yang Memiliki Bayi
Usia 7-12 Bulan Di Puskesmas Tanjungsari Kabupaten Sumedang Tahun 2020.

114
Journal of Midwifery Information (JoMI) Volume 2 No 1 Bulan September Tahun 2021

Jenis penelitian yang akan digunakan oleh peneliti yaitu retrospektif dengan
menggunakan desain Cross Sectional. Peneliti menetapkan besar sampel
sebanyak 62 orang yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Hasil
penelitian Sebagian besar responden melakukan IMD sebanyak 40 orang atau
64,52% dan yang tidak melakukan IMD sebesar 22 orang atau 35,48%.
Kebanyakan bayi baru lahir melakukan IMD pada satu jam pertama setelah
lahir. Pemberian ASI Eksklusif dari 62 responden memiliki total rata-rata 17,82
atau 89,1% dan yang berhasil sebanyak 37 orang atau 59,68%, sedangkan yang
tidak berhasil sebanyak 25 orang atau 40,32%. Nilai tertinggi adalah sebesar
100% dimana dari 62 orang ada yang berhasil 100% dalam memberikan ASI
Ekslusif, sedangkan nilai terendah sebesar 20%. Angka keberhasilan ASI ekslusif
berada pada angka 100%, jika di bawah maka tidak tercapai keberhasilannya.
Keberhasilan dicapai oleh 37 orang ibu di Puskesmas Tanjungsari Kabupaten
Sumedang Tahun 2020. Uji chi square didapatkan nilai signifikansi 0.000.
Berdasarkan nilai tersebut karena nilai p < 0.05 dapat diambil kesimpulan
bahwa “Ada Hubungan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) Dengan Keberhasilan
Pemberian Asi Eksklusif Pada Ibu Yang Memiliki Bayi Usia 7-12 bulan di
Puskesmas Tanjungsari Kabupaten Sumedang Tahun 2020”..

PENDAHULUAN
Angka Kematian Neonatal (AKN) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu
indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu Negara. Dari hasil Kebijakan dan Rencana Aksi
Program Kesehatan Masyarakat dalam Renstra tahun 2020 angka kematian bayi di Indonesia
mencapai 24 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatal sebesar 15 per 1000 kelahiran
hidup(1). Angka tersebut belum mencapai target yang telah ditetapkan dalam Renstra tahun 2020-
2024 yaitu 16 per 1000 kelahiran hidup(1). Selain itu PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) juga sudah
merumuskan kerangka kerja baru yaitu Sustainable Development Goals (SDGs) dengan target
menurunkan Angka Kematian Neonatal (AKN) yaitu 12 per 1000 kelahiran hidup yang akan
berlaku di tahun 2030(2). Dengan demikian angka kematian neonatal di Indonesia masih jauh dari
target terbaru sehingga perlu adanya upaya untuk menekan AKB di Indonesia.
Kematian bayi dan balita paling banyak disebabkan karena kekurangan nutrisi yaitu sebesar
58%, menyusui yang tidak optimal (tidak ASI eksklusif) menyumbang 45%. Kematian 30.000 anak
di Indonesia setiap tahunnya dapat dicegah dengan cara memberikan makanan terbaik yaitu
pemberian Air Susu Ibu (ASI)(3). Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dapat mengurangi
hingga 13% angka kematian balita karena menyusui merupakan salah satu investasi terbaik untuk
kelangsungan hidup dan meningkatkan kesehatan, perkembangan social, serta ekonomi
individu(4). Kandungan antibodi dalam ASI mampu menginduksi sistem imun tubuh sehingga
anak yang diberi ASI eksklusif tidak mudah sakit dan mengurangi morbiditas infeksi sistem
pencernaan dan diare(6). Anak yang diberikan ASI eksklusif memiliki resiko lebih rendah terkena
infeksi gastrointestinal dibanding anak yang hanya mendapat ASI selama 3-4 bulan. Selain itu anak
yang mendapatkan ASI eksklusif juga tidak mudah terkena infeksi saluran pernapasan atas
(ISPA)(7).
Menurut Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019, bayi yang mendapat ASI eksklusif yaitu
sebesar 67,74%. Angka tersebut sudah melampaui target Renstra 2019 yaitu 50%. Untuk Provinsi
Jawa Barat mencapai 63,53%(8), sedangkan untuk Kabupaten Sumedang mencapai 60%(14).
Namun, dalam pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun

115
Journal of Midwifery Information (JoMI) Volume 2 No 1 Bulan September Tahun 2021

2020-2024 dan juga Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan tahun 2020-2024
menetapkan target pencapaian ASI eksklusif sebesar 80%(5). Dapat dikatakan cakupan pemberian
ASI eksklusif di Indonesia belum mencapain target yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh
gencarnya pemasaran susu formula, belum tersedianya ruang laktasi dan dukungan tempat kerja,
terbatasnya tenaga konselor ASI, kurangnya dukungan tenaga kesehatan dalam menerapkan 10
Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM)(9). UNICEF (United Nations Children’s Fund)
dan WHO (World Health Organization) membuat rekomendasi pada ibu untuk menyusui
eksklusif selama 6 bulan kepada bayinya. Pemberlakuan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun
2012 tentang Pemberian ASI eksklusif merupakan salah satu upaya yang dilakukan dalam
memecahkan masalah terkait pencapaian cakupan ASI eksklusif di Indonesia (10). Banyak faktor
yang mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI eksklusif diantaranya yaitu usia, paritas, jenis
persalinan, dukungan suami, pengetahuan, pekerjaan, pendidikan dan yang lainnya(54).
Berdasarkan penelitian Fikawati dan Syafiq faktor pemungkin yang kuat dalam keberhasilan
ibu memberikan ASI eksklusif yaitu Inisiasi Menyusui Dini (IMD)(11). IMD merupakan program
yang dikeluarkan oleh WHO dan UNICEF pada tahun 2007 sebagai tindakan “penyelamatan
kehidupan”, karena dengan IMD angka kematian bayi usia 28 hari dapat di kurangi sebanyak 22%
dan angka kematian balita sebanyak 8,8%(9). IMD merupakan proses bayi menyusu segera setelah
dilahirkan tanpa dimandikan terlebih dahulu, seluruh badan bayi dikeringkan kecuali telapak
tangannya, bayi diletakkan tengkurap di dada ibu dengan kontak langsung antara kulit bayi dan
kulit ibu setidaknya selama satu jam sampai dengan bayi berhasil meraih puting ibu untuk
menyusu langsung sesuai kebutuhannya atau lamanya menyusu saat IMD ditentukan oleh bayi.
Menurut hasi penelitian Rahayu,dkk menunjukkan bahwa ibu yang melakukan IMD akan berhasil
memberikan ASI eksklusif. Namun, pada kenyataannya masih ada ibu yang gagal memberikan
ASI eksklusif walaupun telah melakukan IMD(12).
Berdasarkan data dari Kemenkes tahun 2017, cakupan IMD di Indonesia sebesar 57,90%
meningkat dibandingkan tahun 2016 yaitu 51,80%. Namun, meski meningkat angka tersebut masih
jauh dari target WHO yaitu sebesar 90%(55). Berdasarkan data Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Barat tahun 2017, cakupan IMD di Jawa Barat yaitu sebesar 58%. Kabupaten Sumedang merupakan
salah satu kabupaten dengan cakupan IMD yang masih rendah(13). Berdasarkan data Dinas
Kesehatan Kabupaten Sumedang tahun 2020, cakupan IMD di Kabupaten Sumedang yaitu sebesar
75,64% sedangkan Puskesmas Tanjungsari yaitu sebesar 69,81%. Selain itu, masih sedikitnya ibu
yang memberikan ASI Eksklusif sebanyak 60%(14).
Beberapa temuan diatas peneliti berasumsi bahwa terdapat keterkaitan antara pelaksanaan
IMD dengan keberhasilan ASI eksklusif, sehingga hal tersebut menarik peneliti untuk melakukan
penelitian dengan judul “Hubungan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dengan Keberhasilan ASI
Eksklusif Pada Ibu Yang Memiliki Bayi Usia 7-12 Bulan di Puskesmas Tanjungsari Tahun 2020”.

METODE
Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu retrospektif, merupakan suatu penelitian
berupa pengamatan terhadap peristiwa-peristiwa yang telah terjadi yang bertujuan untuk mencari
faktor yang berhubungan dengan penyebab. Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional
adalah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor- faktor risiko dengan

116
Journal of Midwifery Information (JoMI) Volume 2 No 1 Bulan September Tahun 2021

efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point
time approach)(42). Penelitian ini, mempelajari hubungan antara IMD dengan keberhasilan ASI
eksklusif melalui pendekatan, observasi atau pengumpulan data yang dilakukan dalam waktu
bersamaan.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas subjek/objek yang mempunyai
kuantitas dan kareakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya(43). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai bayi
usia 7 – 12 bulan yang berada di wilayah kerja Pukesmas Tanjungsari Kabupaten Sumedang Tahun
2020 yaitu sebanyak 162 orang.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dengan menggunakan teknik non random
sampling / non probability sampling dengan menggunakan metode purposive sampling. Dalam
non random sampling ini tidak semua individu dalam populasi diberi peluang yang sama untuk
ditugaskan menjadi anggota sampel. Dan pengambilan sampel secara purposive sampling adalah
cara cara penarikan sampel yang dilakukan dengan memilih subjek berdasarkan karakteristik
tertentu yang dianggap mempunyai hubungan dengan karakteristik populasi yang sudah
diketahui sebelumnya(46). Dalam penelitian ini peneliti menetapkan besar sampel sebanyak 62
orang yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
Dengan Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Yang Memiliki Bayi Usia 7-12 Bulan Di
Puskesmas Tanjungsari Kabupaten Sumedang Tahun 2020. Jumlah sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 62 orang yang melakukan IMD dan tidak IMD.
Melalui uji univariat dan bivariat yang telah dilakukan uji validitas dan reliabilitasnya
melalui bantuan SPSS. 26. Penelitian ini dilakukan menggunakan kuesioner penelitian dengan
jumlah soal ASI Ekslusif sebanyak 20 pernyataan dan pelaksanaan IMD sengan satu soal.
Di bawah ini merupakan kriteria penilaian yang akan di analisis menurut penilaian
Arikunto, adalah sebagai berikut.
Tabel 1 Kategori Penilaian Arikunto
Baik Cukup Kurang
Dimensi
>76% 60 - 75% < 60%

Gambaran IMD Pada Ibu Yang Memiliki Bayi Usia 7-12 Bulan di Puskesmas Tanjungsari
Inisiasi Menyusui Dini (IMD) merupakan proses bayi menyusu segera setelah lahir dengan
kontak langsung antara kulit ibu dan bayi, dimana bayi dibiarkan mencari putting susu ibu sendiri
tanpa disodorkan langsung ke puting susu ibu setidaknya selama 1 jam atau lebih. Adapun
distribusi lengkap mengenai gambaran IMD pada ibu yang memiliki bayi usia 7-12 Bulan di
Puskesmas Tanjungsari berdasarkan hasil dipaparkan pada tabel berikut:

117
Journal of Midwifery Information (JoMI) Volume 2 No 1 Bulan September Tahun 2021

Tabel 2 Distribusi Ibu Yang Memiliki Bayi Usia 7-12 Bulan Berdasarkan Pelaksanaan IMD di
Puskesmas Tanjungsari
Pelaksanaan IMD Total Jumlah Responden Persentase
IMD 40 62 64,52%
Tidak IMD 22 62 35,48%

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden melakukan IMD
sebanyak 40 orang atau 64,52% dan yang tidak melakukan IMD sebanyak 22 orang atau 35,48%.

Gambaran ASI Eksklusif Pada Ibu Yang Memiliki Bayi 7-12 Bulan Di Puskesmas Tanjungsari
Pemberian ASI yang diberikan dari hari pertama kelahiran sampai usia 6 bulan tanpa
tambahan makanan dan minuman apapun. Kandungan antibodi dalam ASI mampu menginduksi
sistem imun tubuh sehingga anak yang diberi ASI eksklusif tidak mudah sakit dan mengurangi
morbiditas infeksi sistem pencernaan dan diare.
Keberhasilan ASI Eksklusif dapat dijelaskan pada tabel di bawah ini:
Tabel 3 Distribusi Ibu Yang Memiliki Bayi Usia 7-12 Bulan Berdasarkan Keberhasilan ASI
Eksklusif Di Puskesmas Tanjungsari
Jumlah Responden Persentase
Berhasil 37 62 59,68%
Tidak Berhasil 25 62 40,32%
62 100%

Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa yang berhasil memberikan ASI eksklusif sebanyak
37 orang atau 59,68% dan yang tidak berhasil asi eksklusif sebanyak 25 orang atau 40,32%.
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden memberikan ASI
eksklusif kepada bayinya. Namun apabila dikaitkan dengan IMD, tidak semua yang melakukan
IMD berhasil ASI Ekslusif karena masih banyak faktor internal maupun eksternal yang
mempengaruhinya.
Di bawah ini merupakan distribusi frekuensi kategori penilaian dari Hasil Keberhasilan ASI
Eksklusif Pada Ibu Yang Memiliki Bayi 7-12 Bulan Di Puskesmas Tanjungsari.
Tabel 4Distribusi Frekuensi Keberhasilan ASI Eksklusif Pada Ibu Yang Memiliki Bayi 7-12
Bulan Di Puskesmas Tanjungsari
Kategori Kriteria Frekuensi Presentase (%)
Baik > 76% 53 85,48
Cukup 60 - 75% 3 4,84
Kurang < 60% 6 9,68
Total 62 100
Total Rata-rata 17,82 89,1

Diketahui bahwa tingkat keberhasilan yang memiliki kriteria > 76% dengan kategori baik
sebanyak 53 orang atau 85,48%, sedangkan kriteria 60 - 75% dengan kategori cukup sebanyak 3

118
Journal of Midwifery Information (JoMI) Volume 2 No 1 Bulan September Tahun 2021

orang atau 4,84% dan kriteria < 60% dengan kategori kurang sebanyak 6 orang atau 9,68%,
sehingga dapat diambil nilai rata-rata sebesar 17,82 atau 89,1%.

Hubungan IMD Dengan Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif


Analisa bivariat dilakukan untuk melihat ada tidaknya Hubungan IMD Terhadap
Keberhasilan ASI Eksklusif. Setelah melakukan penelitian mengenai Hubungan Inisiasi Menyusui
Dini (IMD) Dengan Keberhasilan Asi Eksklusif Pada Ibu Yang Memiliki Bayi Usia 7-12 bulan di
Puskesmas Tanjungsari Kabupaten Sumedang Tahun 2020 memiliki perbedaan yang
signifikan/bermakna.
Tabel 5 Hubungan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) Dengan Keberhasilan Pemberian ASI
Eksklusif di Puskesmas Tanjungsari
ASI Eksklusif
% %
Tidak Total P-Value Korelasi
Berhasil
Berhasil

Tidak 21 84 1 3 22
IMD
Ya 4 16 36 97 40 0,000 0,644
Total 25 100 37 100 62

Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa dari yang tidak melakukan IMD sebanyak 22 orang ada
yang tidak berhasil ASI Ekslusif sebanyak 21 orang dan berhasil ASI Eksklusif 1 orang, sedangkan
dari yang melakukan IMD ada yang berhasil ASI Eksklusif sebanyak 36 orang dan tidak berhasil
asi eksklusif sebanyak 4 orang.
Berdasarkan hasil analisa data dengan uji chi square didapatkan nilai signifikansi 0.000
dengan nilai koefisien kontingensi korelasi sebesar 0,644. Berdasarkan nilai tersebut karena nilai p
value < 0.05 dapat diambil kesimpulan bahwa “Ada Hubungan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
Dengan Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Yang Memiliki Bayi Usia 7-12 bulan di
Puskesmas Tanjungsari Kabupaten Sumedang Tahun 2020” dan memiliki besar hubungan cukup
kuat.

PEMBAHASAN
Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
IMD merupakan proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan, dimana bayi dibiarkan
mencari puting susu ibunya sendiri (tidak dituntun ke puting susu). Dua puluh empat jam
pertama setelah ibu melahirkan adalah saat yang sangat penting untuk keberhasilan menyusui
selanjutnya. Pada jam-jam pertama setelah melahirkan dikeluarkan hormon oksitosin yang
bertanggung jawab terhadap produksi ASI. IMD dapat dilakukan dalam semua jenis kelahiran
normal maupun dengan bantuan vakum atau operasi(9).
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden melakukan IMD sebanyak 40
orang atau 64,62% dan yang tidak melakukan IMD sebanyak 22 orang atau 35,48%. Isapan bayi
sangat penting dalam meningkatkan kadar hormon prolaktin, yaitu hormon yang merangsang
kelenjar susu untuk memproduksi ASI. Isapan itu akan meningkatkan produksi susu 2 kali lipat.
119
Journal of Midwifery Information (JoMI) Volume 2 No 1 Bulan September Tahun 2021

Rangsangan ini harus segera dilakukan karena jika terlalu lama dibiarkan, bayi akan kehilangan
kemampuan ini(18). Oleh karena itu, inisiasi menyusui dini akan lebih bermanfaat untuk
keberlanjutan pemberian ASI eksklusif dibandingkan tidak inisiasi menyusui dini. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian yang mengatakan bahwa IMD pada satu jam pertama dapat meningkatkan
potensi keberhasilan secara eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan dengan makanan
pendamping ASI sampai berumur 2 tahun(62).
Ada banyak sekali faktor yang dapat menghambat pelaksanaan IMD yaitu kurangnya
kepedulian terhadap pentingnya IMD, kurangnya konseling oleh tenaga kesehatan tentang praktik
IMD, masih kuatnya kepercayaan keluarga bahwa ibu memerlukan istirahat yang cukup setelah
melahirkan dan menyusui sulit dilakukan, adanya kepercayaan masyarakat yang menyatakan
bahwa kolostrum yang keluar pada hari pertama tidak baik untuk bayi, adanya kepercayaan
masyarakat yang tidak mengizinkan ibu untuk menyusui dini sebelum payudaranya dibersihkan
sehingga faktor-faktor tersebut mengakibatkan cakupan IMD masih rendah(18).
Hal tersebut didukung dengan data dari Kemenkes tahun 2017, cakupan IMD di Indonesia
sebesar 57,90% meningkat dibandingkan tahun 2016 yaitu 51,80%. Namun, meski meningkat angka
tersebut masih jauh dari target WHO yaitu sebesar 90%(55). Berdasarkan data Profil Kesehatan
Provinsi Jawa Barat tahun 2017, cakupan IMD di Jawa Barat yaitu sebesar 58%. Kabupaten
Sumedang merupakan salah satu kabupaten dengan cakupan IMD yang masih rendah (13).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang tahun 2020, cakupan IMD di Kabupaten
Sumedang yaitu sebesar 75,64% sedangkan Puskesmas Tanjungsari yaitu sebesar 69,81%.

ASI Eksklusif
Pemberian ASI yang diberikan dari hari pertama kelahiran sampai usia 6 bulan tanpa
tambahan makanan dan minuman apapun. Kandungan antibodi dalam ASI mampu menginduksi
sistem imun tubuh sehingga anak yang diberi ASI eksklusif tidak mudah sakit dan mengurangi
morbiditas infeksi sistem pencernaan dan diare. Sistem pencernaan bayi dibawah usia 6 bulan
belum mampu menyerap makanan atau minuman selain ASI. Akibatnya walaupun bayi menelan
makanan yang diberikan kepadanya selain ASI, tetapi tidak ada zat-zat yang mampu diserap oleh
tubuhnya(32).
Menyusui secara eksklusif merupakan cara pemberian makan bayi yang alamiah. Namun,
seringkali ibu-ibu kurang mendapatkan informasi yang salah tentang manfaat ASI eksklusif
tentang bagaimana cara menyusui yang benar dari apa yang harus dilakukan bila timbul
kesukaran dalam menyusui bayinya(31).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah responden yang memberikan asi eksklusif
kepada bayinya sebanyak 37 orang (59,68%), sedangkan yang tidak berhasil asi eksklusif adalah
sebanyak 25 orang (40,32%) dengan memiliki total rata-rata sebesar 17,82 atau 89,1%. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar responden memberikan ASI eksklusif kepada bayinya tanpa
tambahan makanan atau minuman apapun hingga bayi berusia 6 bulan.
Keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada bayi dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor
internal dan eksternal. Faktor internal diantaranya pendidikan, pengetahuan, usia, pekerjaan,
keadaan fisik, paritas, sedangkan faktor eksternal diantaranya yaitu dukungan suami, dukungan
tenaga kesehatan dan IMD(33).. Ketidakberhasilan ASI eksklusif saat ini diperkirakan karena masih

120
Journal of Midwifery Information (JoMI) Volume 2 No 1 Bulan September Tahun 2021

adanya ibu-ibu yang tidak melakukan IMD sehingga berpengaruh terhadap cakupan asi eksklusif.
Hal tersebut dapat dilihat dari Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019 cakupan bayi yang
mendapat ASI eksklusif yaitu sebesar 67,74%, angka tersebut belum melampaui target Renstra
tahun 2020-2024 yaitu sebesar 80%.
Berdasarkan hasil penelitian Kadir, praktik IMD merupakan salah satu penyebab
keberhasilan ASI eksklusif. Inisiasi menyusui dini yang terunda terbukti terkait dengan durasi
menyusui yang singkat(59). IMD pada satu jam pertama dapat meningkatkan potensi keberhasilan
secara eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan dengan makanan pendamping ASI sampai
berumur 2 tahun(62).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Shaliha Anindita (2019) ibu yang memberikan ASI
eksklusif mayoritas ibu yang tidak bekerja 46,5%. Ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif
mayoritas ibu yang bekerja sebesar 74,8%. Dan disimpulkan bahwa ada hubungan antara
pekerjaan terhadap praktik pemberian ASI eksklusif. Ibu bekerja yang memberikan ASI eksklusif
dimungkinkan karena pekerjaan ibu diperkirakan dapat mempengaruhi pengetahuan dan
kesempatan ibu yang bekerja di luar rumah memiliki akses yang lebih baik terhadap berbagai
informasi, termasuk mendapatkan informasi tentang pemberian ASI eksklusif, komitmen yang
tinggi untuk memberikan ASI eksklusif, pengetahuan yang baik tentang ASI eksklusif, serta faktor
dukungan keluarga.
Tingkat pendidikan ibu adalah salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
ketidakberhasilan ASI eksklusif. Tingkat pendidikan mempengaruhi kemampuan ibu dalam
menerima dan memahami setiap informasi yang diperoleh. Ibu yang memiliki tingkat pendidikan
yang tinggi akan semakin baik dalam menerima dan memahami setiap informasi tentang ASI
Eksklusif. Hasil penelitian Hartini (2014) menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antar
tingkat pendidikan ibu dengan keberhasilan ASI Eksklusif pada bayi yang menunjukkan bahwa
dari 100% responden ibu menyusui, masih terdapat 41,6% responden ibu ibu yang memiliki
tingkat pendidikan yang rendah sehingga sulit dalam menerima informasi tentang ASI eksklusif (58).
Pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif juga merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
ketidakberhasilan ASI eksklusif. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui seseorang
yang dapat mempengaruhi sikap dan perilakunya. Hasil penelitian Juliastuti (2011) menunjukkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antar pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan
pemberian ASI eksklusif kepada bayi, semakin tinggi pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif
semakin baik pemberian ASI eksklusif pada bayi(62).
Hasil penelitian Abdullah, M.Tahir, dkk (2013) menujukkan bahwa kesehatan fisik ibu dapat
mempengaruhi keputusan ibu untuk menyusui bayinya dan ada peningkatan untuk tidak
menyusui secara eksklusif. Hasil penelitian Sopiyani (2014) menunjukkan bahwa ada hubungan
yang signifikan antar dukungan social suami dengan motivasi ibu dalam memberikan ASI
eksklusif. Ibu yang memiliki dukungan dan perhatian yang tinggi dari suaminya memiliki
motivasi yang tinggi dalam memberikan ASI eksklusif.
Penelitian di Siak dalam Azriani (2014) juga menujukkan bahwa ibu yang mendapat
dukungan petugas kesehatan mempunyai peluang 5,6 kali menyusui secara eksklusif
dibandingkan denga ibu yang tidak mendapat dukungan tenaga kesehatan. Hasil penelitian
Garudiwai (2014) menujukkan bahwa semua partisipan yang dilakukan IMD merasa senang,

121
Journal of Midwifery Information (JoMI) Volume 2 No 1 Bulan September Tahun 2021

nyaman, dan termotivasi untuk memberikan ASI kepada bayinya(60). Ketidakberhasilan ASI
eksklusif saat ini perkirakan karena masih adanya ibu ibu yang tidak melakukan IMD.
Berdasarkan data diatas maka dapat disimpulkan bahwa keberhasilan asi eksklusif dapat
dipengaruhi oleh banyak faktor internal dan eksternal diantaranya yaitu pendidikan, pekerjaan,
pengetahuan, usia, dukungan keluarga, IMD, keadaan fisik ibu dan faktor lainnya.

Hubungan IMD dengan Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif


Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara IMD dengan keberhasilan
pemberian ASI eksklusif. Hal ini dibuktikan berdasarkan Uji Bivariat chi square didapatkan nilai
signifikansi 0.000. Berdasarkan nilai tersebut karena nilai p < 0.05 dapat diambil kesimpulan bahwa
“Ada Hubungan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) Dengan Keberhasilan Pemberian Asi Eksklusif
Pada Ibu Yang Memiliki Bayi Usia 7-12 bulan di Puskesmas Tanjungsari Kabupaten Sumedang
Tahun 2020”. Penelitian ini didukung oleh banyak penelitian lainnya yang telah dilakukan dengan
hasil yang sama.
Sebanyak 40 responeden (64,52%) dalam penelitian ini melakukan IMD segera setelah lahir,
sedangkan sisanya 22 responden (35,48%) tidak melakukan IMD. Dari 40 responden yang
melakukan IMD ada sebanyak 36 orang (58,068%) berhasil asi eksklusif, dan 4 orang (6,452%) tidak
berhasil asi eksklusif.
Dari 22 responden yang tidak melakukan imd ada yang berhasil asi eksklusif hanya 1 orang
(1,61%), sedangkan yang tidak berhasil asi eksklusif sebanyak 21 orang (33,86%). Hal ini
menunjukkan bahwa hasil penelitian sesuai dengan teori dan dari hasil penelitian yang telah ada
sebelumnya. Berdasarkan telaah terhadap kuesioner, kegagalan responden yang melakukan IMD
namun gagal dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayinya , di alami oleh responden nomor 7,
58, 60, 61.
Keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada bayi dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor
internal dan eksternal. Faktor internal diantaranya pendidikan, pengetahuan, usia, pekerjaan,
keadaan fisik, paritas, sedangkan faktor eksternal diantaranya yaitu dukungan suami, dukungan
tenaga kesehatan dan IMD(33)..
Berdasarkan hasil penelitian Kadir, praktik IMD merupakan salah satu penyebab
keberhasilan ASI eksklusif. Inisiasi menyusui dini yang terunda terbukti terkait dengan durasi
menyusui yang singkat(59). IMD pada satu jam pertama dapat meningkatkan potensi keberhasilan
secara eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan dengan makanan pendamping ASI sampai
berumur 2 tahun(62).
IMD dapat meningkatkan angka pemberian asi eksklusif secara signifikan, sama seperti hasil
penelitian serupa yang telah dilakukan sebelumnya oleh Jessica (2018) dengan judul Hubungan
IMD dan pemberian ASI eksklusif di RSUD Wangaya Kota Denpasar dengan hasil penelitian
menyatakan bahwa Pelaksanaan IMD mempunyai hubungan yang signifikan dengan pemberian
ASI eksklusif (p value=0,04), ibu yang melaksanakan IMD memiliki peluang 5 kali lebih besar
untuk memberikan ASI eksklusif. Selain itu juga penelitian yang dilakukan oleh Sofia (2018)
dengan judul Hubungan IMD dengan Pemberian ASI Eksklusif pada bayi menyatakan bahwa nilai
p = 0,001. Hal ini menunjukkan terdapat hubungan antara variabel IMD dengan pemberian ASI
eksklusif (p < 0,05). Nilai OR 9,17 (95% CT) menunjukkan bahwa responden yang tidak diberikan

122
Journal of Midwifery Information (JoMI) Volume 2 No 1 Bulan September Tahun 2021

IMD 9,17 kali lebih beresiko tidak mendapatkan asi eksklusif dibandingkan dengan responden
yang dilakukan IMD.

SIMPULAN
Setelah penulis melakukan penelitian mengenai Hubungan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
Dengan Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Yang Memiliki Bayi Usia 7-12 Bulan Di
Puskesmas Tanjungsari Kabupaten Sumedang Tahun 2020 melalui pengujian univariat dan
bivariat. Sampai akhir kegiatan maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa:
1. Sebagian besar responden melakukan IMD sebanyak 40 orang atau 64,52% dan yang tidak
melakukan IMD sebesar 22 orang atau 35,48%. Kebanyakan bayi baru lahir melakukan IMD
satu jam pertama setelah lahir.
2. Pemberian ASI Eksklusif dari 62 responden memiliki total rata-rata sebesar 17,82 atau 89,1%.
Nilai tertinggi adalah sebesar 100% dimana dari 62 orang ada yang berhasil 100% dalam
memberikan ASI Eksklusif, sedangkan nilai terendah sebesar 20%. Angka keberhasilan ASI
ekslusif berada pada angka 100%, jika <100% maka tidak tercapai keberhasilannya.
Keberhasilan dicapai oleh 36 orang ibu di Puskesmas Tanjungsari Kabupaten Sumedang
Tahun 2020.
3. Uji chi square didapatkan nilai signifikansi 0.000. Berdasarkan nilai tersebut karena nilai p <
0.05 dapat diambil kesimpulan bahwa “Ada Hubungan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) Dengan
Keberhasilan Pemberian Asi Eksklusif Pada Ibu Yang Memiliki Bayi Usia 7-12 bulan di
Puskesmas Tanjungsari Kabupaten Sumedang Tahun 2020”.

DAFTAR PUSTAKA

1. Arah Kebijakan dan Rencana Aksi Program Kesehatan Masyarakat Tahun 2020-2024
2. WHO.Sustainable Development Global solutions Network (SDGs). Jakarta: United Nation;
2015.
3. Fatimah, Soto.2017.Hubungan Kralterikstik dan Pengetahuan Ibu dengan Pemberian ASI
eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Turi tahun 2017. Diakses melalui
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1574/. Pada tanggal 10 November 2020 pukul 12.00 WIB
4. Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI.2019.Berikan ASI
untuk Tumbuh Kembang Optimal.
5. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020-2024 dan Rencana
Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan tahun 2020-2024
6. Setjaningsih, r. (2012). Asi: petunjuk untuk tenaga kesehatan. Jakarta:EGC.
7. Hartinah dan Dewi ( 2016) “Hubungan Kepatuhan Pemberian Air Susu Ibu Dengan Kejadian
Diare pada Anak Usia 1-2 Tahun di Puskesmas Dinoyo,” Nursing News, 1(2). Tersedia pada:
https://publikasi.unitri.ac.id/index.php/fikes/article/view/426/344 (Diakses: Oktober 2020).
8. Kementerian Kesehatan RI. (2020). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. Jakarta :
Kementerian Kesehatan RI. 2020

123
Journal of Midwifery Information (JoMI) Volume 2 No 1 Bulan September Tahun 2021

9. Kemenkes. (2014). Profil kesehatan indonesia tahun 2013. Jakarta Kementrian Kesehatan RI
10. Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2012 Tentang Pemberian ASI Eksklusif
11. Fikawati, S. & Ahmad, S. (2009). Penyebab Keberhasilan dan Kegagalan praktik Pemberian ASI
Eksklusif. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Fakultas Kesehatan Masyaraka Universitas
Indonesia. 4(3): 120-131.
12. Rahayu, RD., Kuswati., Kurniawati, A. (2012). Keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan
Lama Pemberian ASI. Kementrian Kesehatan Politeknik Surakarta Jurusan Kebidanan.
13. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. 2017. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2017.
Diakses melalui
http://diskes.jabarprov.go.id/dmdocuments/01b3018430a412a520e2b4a4b9d9864f.pdf pada
tanggal 10 Oktober 2020.
14. Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang. 2020. Laporan Tahunan Cakupan Inisiasi Menyusui
Dini (IMD) Kabupaten Sumedang tahun 2020.
15. Siswosuharjo, S. & Firtria, C. (2010). Panduan super lengkap hamil sehat. Jakarta: Penebar
Plus.
16. UNICEF.(2014).Breastfeeding.(http://www.unicef.org/nutrition/index_24824.html dikutip
pada 10 Oktober 2020 pukul 11:00 WIB)
17. Martini. (2012). Hubungan inisiasi menyusu dini dengan tinggi fundus uteri ibu postpartum
hari ke-tujuh di wilayah kerja puskesmas kotabumi II lampung utara. Tesis Magister Ilmu
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
18. Aprillia,Y. (2010). Hipnostetri: rileks, nyaman dan aman saat hamil & melahirkan. Jakarta:
GagasMedia.
19. Aritonang, I., dan E. Priharsiwi. 2006. Busung Lapar, Potret Buram Anak Indonesia Di Era
Otonomi Daerah. Media Pressindo : Yogyakarta
20. Roesli, U. (2012). Panduan Inisiasi Menyusui Dini plus ASI eksklusif.Jakarta: Pustaka Bunda.
21. UNICEF Indonesia. (2015). Paket konseling: pemberian makan bayi dan anak. Booklet Pesan
Utama.
22. Roesli, U. (2009). Mengenal ASI Ekslusif. Seri 1. Jakarta: Puspa Swara.
23. Queensland Maternity and Neonatal Clinical Guidelines Program. (2010). Breastfeeding
initiation. MN10.19-V2-R15.
24. Manuaba, I.G.G. (2015). Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk
pendidikan bidan. Jakarta : EGC.
25. Anisa Karnadi (2014) Makanan Pendamping ASI: MPASI Bergizi SeimbangWHO /
UNICEF/Makanan. On line https : // Dunia Sehat. Net/2014 (5 Oktober 2020).
26. Kementerian Kesehatan RI. Buku Panduan Kader Posyandu Menuju Keluarga Sadar Gizi
Jakarta: Kemenkes RI; 2011.
27. Arifah, I.N. (2009). Perbedaan Waktu Keberhasilan Inisiasi Menyusui Dini antara Persalinan
Normal dengan Caesar di Ruang An Nisa RSI Sultan Agung Semarang. Skripsi Program
Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
28. Desmawati. (2010). Perbedaan waktu pengeluaran ASI ibu post sectio caesarea dengan post
partum normal. Jurnal Bina Widya Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta. 22(1):
11-6

124
Journal of Midwifery Information (JoMI) Volume 2 No 1 Bulan September Tahun 2021

29. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 450/MENKES/SK/IV/2004


tentang pemberian air susu ibu (ASI) secara eklusif pada bayi di Indonesia. Menteri Kesehatan
ditetapkan di Jakarta pada tanggal 7 April 2004
30. Juliastuti, R. (2011). Hubungan tingkat pengetahuan, status pekerjaan dan pelaksanaan inisiasi
menyusu dini dengan pemberian ASI eksklusif. Tesis Program Studi Magister Kedokteran
Keluarga Universitas Selebas Maret.
31. Budiasih, K.S. (2008). Handbook ibu menyusui. Bandung: Hayati Qualiti.
32. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS).(2013).Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementrian Kesehatan RI.
(http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/rkd2013/Laporan Riskesdas 013.PDF
dikutip pada 10 Oktober 2020 pukul 11:04 WIB)
33. Purwanti, H.S. (2004). Konsep Penerapan ASI Eksklusif: Buku Saku untuk Bidan. Jakarta:
EGC.
34. Sherwood,L.(2011).Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Ed.6.Jakarta :EGC.
35. Manuaba, Manuaba,C & Manuaba, F. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC.
36. UNICEF. (2010). The UNICEF UK Baby Friendly Initiative Orientation to Breastfeeding for
General Practitioners. Orientation handbook
37. Arvin, B.K. (2007). Nelson ilmu kesehatan anak edisi 15 volume 3.Jakarta: EGC.
38. Jannah, Nurul. (2012). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan.Yogyakarta: ANDY
39. Bahiyatun. (2009). Buku ajar asuhan kebidanan nifas normal. Jakarta:EGC
40. Hegar, Badriul, dkk. 2008. Bedah ASI Kajian dari Berbagai Sudut Pandang Ilmiah. Jakarta:
Ikatan Dokter Anak Indonesia Balai Penerbit FKUI pp
41. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
42. Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metode Penelitian Kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta
43. Eriyanto. (2007). Teknik sampling analisi opini publik. Yogyakarta: LkiS
44. Dinartiana, A. & Ni Luh, S. (2011). Hubungan pelaksanaan inisiasi menyusu dini dengan
keberhasilan pemberian ASI Ekslusif pada ibu yang mempunyai bayi usia 7-12 bulan di kota
semarang. Vol.1 No.2. Jurnal Dinamika Kebidanan.
45. Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan metodelogi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika
46. Masturoh, Imas dan Nauri Anggita. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Pusat
Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
47. Riyanto slamet dan aglis andhita H.(2020).Riyanto, Slamet dan Aglis Andhita H. 2020. Metode
Riset Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: CV Budi Utama
48. Arikunto, S. (2013). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Aritonang, I. & Priharsiwi, E.
(2006). Busung lapar. Yogyakarta: Media Pressindo.
49. A Muri Yusuf. (2017). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitan. Gabungan.
Jakarta: Prenadamedia Group
50. Notoatmodjo, Soekidjo. (2012). Metode Penelitian Kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta
51. Sukardi. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Tindakan Kelas : Implementasi dan
Pengembangannya. Jakarta : PT Bumi Aksara.

125
Journal of Midwifery Information (JoMI) Volume 2 No 1 Bulan September Tahun 2021

52. Hendri, Jhon. (2009). Riset Pemasaran. Merancang Kuesioner. Universitas Gunadarma.
53. Riyanto,A.(2011).Aplikasi metodelogi penelitian kesehatan. Yogyakarta: nuha medika.
54. Lumbantoruan, Mestika. 2018. Hubungan Karakteristik Ibu Menyusui Dengan Pemberian Asi
Eksklusif Pada Bayi Di Desa Bangun Rejo Dusun 1 Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2018.
Diakses melalui http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/6/article/view/634 pada
tanggal 9 Oktober 2020 pukul 13.00 WIB.
55. PUSDATIN.Analisis Lansia di Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2017.
56. Arifiati, Nurce 2017. Analisis Faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Ekslusif pada bayi di
kelurahan warnasari kecamatan citangkil kota cilegon. Diakses melalui
http://eprints.uad.ac.id/5411/1/18.%20ANALISIS%20%20FAKTOR%20%20YANG%20%20M
EMPENGARUHI%20PEMBERIAN%20%20ASI%20EKSLUSIF%20PADA%20BAYI%20DI%20K
ELURAHAN%20WARNASARI%20KECAMATAN%20CITANGKIL%20KOTA%20CILEGON.
pdf pada tanggal 15 Oktober 2020 pukul 17.00 WIB.
57. Shaliha Anindita M. 2019. Hubungan karaktertistik ibu, pengertahuan, dukungan suami dan
dukungan keluarga terhadap ASI ekslusif di wilayah kerja puskesmas purwodadi 1
Kabupaten Grobogan. Diakses melalui
http://eprints.ums.ac.id/70721/12/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf pada tanggal 15 Oktober
2020 pukul 13.20 WIB.
58. Hartini, Susi, (2014). Hubungan tingkat pendidikan Ibu dengan keberhasilan ASI Eksklusif
pada bayi umur 6 – 12 bulan di Puskesmas Kasihan II Yogyakarta. Naskah Publikasi DIV
Bidan Pendidik. Stikes Aisyiah Yogyakarta.
59. Kadir, A. Nurhira, (2014). Menelusuri Akar Masalah Rendahnya Presentase Pemberian ASI
Eksklusif di Indonesia. Jurnal Al Hikmah. Vol. XV. Nomor 1/2014. http://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/al_hikmah/article/view/393/pdf_11
60. Garudiwati, D. Baik (2014). Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Perilaku Pemberian ASI
pada Ibu Post PartU PKU Muhamadiyah Yogyakarta. Naskah Publikasi. Skripsi. DIV Bidan
Pendidik STIKES Aisyiah Yogyakarta.
http://opac.unisayogya.ac.id/915/1/Naskah%20Publikasi%20BAIK%20DYSA%20GARUDIW
ATI.pdf
61. Abdullah,M.Tahir, (2013). Kondisi Fisik, Pengetahuan, Pendidikan, Pekerjaan ibu dan Lama
Pemberian ASI secara Penuh. Jurnal Kesehatan Masyrakat Nasional. Vol. 6. No.5 , Desember
2013.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=269517&val=7113&title=Kondisi%20Fi
sik,%20Pengetahuan,%20Pendidikan,%20Pekerjaan%20Ibu,%20dan%20Lama%20Pemberian%
20ASI%20Secara%20Penuh
62. Juliastuti, Rany (2011). Hubungan Tingkat Pengetahuan, Status Pekerjaan Ibu, dan
Pelaksanaan IMD dengan Pemberian ASI Eksklusif. Naskah Publikasi. Thesis. Magister
Kesehatan. Program Studi Magister Kedokteran Keluarga. PPS. Universitas Sebelas Maret
Surakarta. https://eprints.uns.ac.id/5255/1/208091011201110151.pdf
63. Rachmaniah, Nova, (2014). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI dengan
Tindakan ASi Ekskulsif. Naskah Publikasi. Sarjana Kedokteran. FK. Universitas Surakarta.
http://eprints.ums.ac.id/29462/12/NASKAH_PUBLIKASI.pdf

126
Journal of Midwifery Information (JoMI) Volume 2 No 1 Bulan September Tahun 2021

64. Pertiwi, Handayani,Sri (2012). Faktor Faktor yang mempengaruhi Proses Laktasi Ibu denga
Bayi Usia 0 – 6 bulan di Desa Cibeusi kecamatan Jatinangor. Bandung : FIK. UNPAD
65. Sopiyani, Lia, (2014). Hubungan Antara Dukungan Sosial (Suami) dengan Motivasi
Memberikan ASI Eksklusif pada Ibu Ibu di Kabupaten Klaten. Naskah Publikasi. Skripsi
Sarjana Psikologi. Fakultas Psikologi Unversitas Muhamadiyah Surakarta.
http://eprints.ums.ac.id/30744/11/02._naskah_publikasi.pdf
66. Azriani, Devi & Wasnidar, (2014). Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif. Jurnal Helath
Quality Vol. 4. No.2 Mei 2014 ,Hal.77 – 141
http://www.poltekkesjakarta1.ac.id/file/dokumen/28Ok1%20Kebidanan%20Devi,%20wasni
dar77-82_Keberhasilan%20Pemberian%20Asi%20Eksklusif.pdf
67. Damanik, Y. Riris, dkk (2015). Hambatan Kinerja Konselor Menyusui dalam Meningkatkan
Cakupan Pemberia ASI Eksklusif di Kota Kupang. Indonesian Journal of Human Nutrition,
Juni 2015, Vol.2 No.1 : 1 -10
68. Afriyani, Rahmalia, dkk. 2015. Pengaruh pemberian ASI Ekslusif di BPM Maimunah
Palembang. Diakses melalui
https://www.researchgate.net/publication/334745185_Pengaruh_Pemberian_ASI_Eksklusif_
di_BPM_Maimunah_Palembang/fulltext/5d3f16af92851cd04690c4ee/Pengaruh-Pemberian-
ASI-Eksklusif-di-BPM-Maimunah-Palembang.pdf pada tanggal 15 Oktober 2020 pukul 19.30
WIB

127

You might also like