Professional Documents
Culture Documents
Fakultas Hukum,
Universitas Muhammadiyah Parepare,Jalan Jendral Ahmad Yani KM 6 Kota Parepare kode
pos 91113, telepon 0421-22757/Fax 0421-2554 Sulawesi Selatan Indonesia
Email:edhachechank85@gmail.com, ibrahimfattah@ymail.com,risnaina216@gmail.com
Abstrack: This research is a research that aims to determine the extent of the analysis of air pollution
due to asphalt factories based on Government Regulation No. 41/1999 concerning air pollution
control, as well as knowing the role of laws and regulations on air pollution. This research is
normative research. Normative research is research conducted through library research in finding
theoretical data sources that are useful for solving problems. The legal materials used based on the
research approach are primary legal materials. Primary legal materials are legal materials that have
binding strength. such as laws, government regulations and Ministerial regulations. As well as
tertiary legal materials such as legal dictionaries, internet, and large Indonesian dictionaries. While
the data analysis used is to collect library data using a qualitative-descriptive approach. The results
of the study can be concluded that the first rules regarding air pollution are contained in the field of
regulations based on the constitution to the ministerial regulations, among others, the 1945
Constitution (article 33), Law NO. 32 of 2009 concerning Protection and management of the
environment, Law NO.3 of 2014 concerning Industry, Government Regulation of the Republic of
Indonesia NO.41 of 1999 concerning Air Pollution Control, Government Regulation NO.107 of 2015
concerning Industrial Permits, Government Regulation No. 27 of 2012 concerning Environmental
Permits, Ministerial Decree NO. 45 of 1997 concerning Air Pollutant Standard Index, Regulation of
the minister of state for the environment No 12 of 2010 concerning the implementation of air pollution
control in the area of the minister of state for the environment. The two supervision carried out by the
government on air pollution at the asphalt factory, among others; directing or recommending
improvements, suggesting that waste is suppressed; and optimizing work to achieve plan goals. The
researcher recommends that the government increase its supervision of the asphalt plant again in
order to create an environmentally friendly asphalt plant.
Abstrack: Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana analisis
pencemaran udara akibat pabrik aspal berdasarkan peraturan pemerintah nomor 41 tahun 1999 tentang
pengendalian pencemaran udara, serta mengetahui bagaimana peran peraturan perundang-undangan
tentang pencemaran udara. Penelitian ini merupakan penelitian normatif, penelitian normatif yaitu
penelitian yang dilakukan melalui studi kepustakaan dalam mencari sumber data yang bersifat teori
yang berguna untuk memecahkan masalah.Adapun bahan hukum yang digunakan berdasarkan
pendekatan penelitian adalah bahan hukum primer.Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang
mempunyai kekuatan mengikat, dan Bahan hukum tersier seperti kamus hukum, internet dan kamus
besar Bahasa Indonesia.Sedangkan analisis data yang digunakan yaitu menghimpun data kepustakaan
dengan menggunakan pendekatan deskriftif-kualitatif. Hasil penelitian dapat disimpulkan yang
109
Vol. 4 No. 2 Desember 2020
pertama aturan tentang pencemaran udara dimuat dalam bidang regulasi yang didasarkan pada
undang-undang dasar sampai peraturan Menteri, antara lain UUD 1945 (Pasal 33), UU NO.32 Tahun
2009 Tentang Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, UU NO.3 Tahun 2014 Tentang
perindustrian, Peraturan Pemerintah RI NO 41 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara,
Peraturan pemerintah NO. 107 Tahun 2015 Tentang izin industri, Peraturan Pemerintah No. 27 tahun
2012 Tentang izin lingkungan , keputusan Menteri NO. 45 Tahun 1997 Tentang indeks standar
pencemar udara, peraturan menteri negara lingkungan hidup No. 12 Tahun 2010 tentang pelaksanaan
pengendalian pencemaran udara daerah menteri negara lingkungan hidup. Kedua pengawasan yang
dilakukan oleh pemerintah terhadap pencemaran udara pabrik aspal antara lain; mengarahkan atau
merekomendasikan perbaikan, menyarankan agar ditekan adanya pemborosan; dan mengoptimalkan
pekerjaan untuk mencapai sasaran rencana. Peneliti merekomendasikan, pemerintah meningkatkan
lagi pengawasannya terhadap pabrik aspal agar terwujudnya pabrik aspal yang berwawasan
lingkungan.
1 2
Pasal 2 Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
tentang Perlindungan dan pengelolaan lingkungan 41 Tahun 1990 tentang pengendalian pencemaran
hidup udara
110
Vol. 4 No. 2 Desember 2020
18 19
Pasal 11 Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun
1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara
117
Vol. 4 No. 2 Desember 2020
Tahun 2010 Tentang pelaksanaan a. Mendapatkan data pemantauan
Pengendalian Pencemaran Udara Di kualitas udara yang mewakili ruang
daerah menteri negara Lingkungan Hidup, dan waktu sebagai dasar pengambilan
Adapun koordinasi dan pelaksanaan keputusan.
pemantauan kualitas udara yang dimaksud b. Menetapkan status mutu udara ambien
dalam pasal 10;20 daerah.
c. Bahan pertimbangan dalam
(1) Gubernur melaksanakan koordinasi
menetapkan baku mutu udara ambien
dan pemantauan kualitas udara
(selanjutnya disebut BMUA) daerah.
ambien skala provinsi.
d. Mengevaluasi efektivitas kebijakan
(2) Koordinasi pemantauan kualitas udara
pengendalian pencemaran udara.
ambien skala provinsi terdiri atas:
e. Mengamati kecederungan pencemaran
a. penyusunan rencana pemantauan
udara pada daerah yang diamati.
kualitas udara ambien di masing-
f. Memvalidasi model dispersi
masing kabupaten/kota;
pencemaran udara untuk memprediksi
b. pelaksanaan pemantauan kualitas
kontribusi sumber pencemar dan jenis
udara ambien oleh bupati/walikota;
pencemarnya.
dan
g. Memprediksi mutu udara di masa
c. evaluasi hasil pemantauan kualitas
depan.
udara ambien di kabupaten/kota.
h. Memberikan informasi mutu udara
(3) Gubernur melaporkan hasil
kepada masyarakat (ISPU).
pemantauan kualitas udara ambien
i. Pengawasan penaatan serta
skala provinsi sebagaimana dimaksud
penanganan kasus pencemaran udara.
pada ayat (1) dan ayat (2) kepada
j. Pelaksanaan audit lingkungan hidup,
Menteri paling sedikit 1 (satu) kali
ISO 14000.
dalam 1 (satu) tahun.
k. Pelaksanaan RKL/RPL atau UKL-
Adapun Tujuan Pemantauan Kualitas UPL.
21
Udara ambien yaitu: l. Metode Pemantauan Kualitas Udara
ambien
20
Pasal 10 Peraturan Menteri Negara Lingkungan
HidupNomor 12 Tahun 2010 Tentang pelaksanaan
Pengendalian Pencemaran Udara Di daerah
menteri negara Lingkungan Hidup Pelaksanaan Pengendalian Pencemaran Udara Di
21
Lampiran VI Peraturan Menteri Negara Daerah Menteri Negara Lingkungan Hidup.
Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2010 Tentang
118
Vol. 4 No. 2 Desember 2020
Adapun metode yang dapat Adapun Ketentuan Teknis
digunakan dalam melakukan pemantauan Pemantauan Kualitas Udara ambien yaitu
23
terhadap kegiatan industri yang dinilai dengan memperhatikan , Lokasi
berpotensi melakukan pencemaran yaitu:22 Pemantauan Kualitas Udara Ambien,
terdapat dua prinsip umum penempatan
1) Pemantauan secara otomatis
stasiun pemantau kualitas udara, yaitu
Pemantau kualitas udara otomatis
pada daerah di mana terdapat reseptor
terdiri dari Stasiun Pemantau Kualitas
yang akan terkena dampak dan pada
Udara (SPKU) permanen (fixed station)
daerah di mana diperkirakan terdapat
dan bergerak (mobile station). Dengan
sumber dan konsentrasi pencemar yang
melakukan; pertama, SPKU permanen
tinggi. Karena dampak dan karakteristik
dipasang di lokasi tertentu, dan mengukur
sumber setiap polutan berbeda-beda,
kualitas udara ambien secara kontinyu 24
sehingga parameter yang dipantau di setiap
jam secara terus menerus.Kedua,SPKU
lokasi dapat berbeda-beda. Dengan kata
bergerak dipasang di lokasi tertentu, dan
lain, tergantung pada karakteristik sumber
mengukur kualitas udara ambien minimal
dan pertimbangan lain seperti kondisi
7 (tujuh) hari secara terus menerus.
topografi, meteorologi dan tataguna lahan.
2) Pemantauan secara manual
Jenis lokasi pemantauan dapat
Frekuensi pemantauan secara manual
diklasifikasikan sebagai berikut ;
idealnya dilakukan setiap tiga atau enam
Pertama, Pusat kota, yang
hari. Mempertimbangkan satu dan lain hal,
merepresentasikan pajanan tipikal terhadap
pemantauan dapat dilakukan paling sedikit
populasi akibat kegiatan di pusat kota
dua minggu sekali. Dengan menggunankan
(contoh: daerah perbelanjaan, perdagangan
berbagai macam parameter yaitu;
dan jasa serta daerah publik).Kedua,Latar
Parameter SO2, NO2, dan CO, Parameter
kota(urban background), suatu lokasi di
O3, Parameter HC, Parameter PM10,
daerah perkotaan yang terletak cukup jauh
PM2.5 dan TSP (debu), Parameter Pb,
dari sumber pencemar sehingga tidak
Parameter Total Fluorides.
terkena pengaruh langsung dan dapat
secara umum merepresentasikan kondisi
22
Lampiran VI Peraturan Menteri Negara
23
Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Lampiran VI Peraturan Menteri Negara
Pelaksanaan Pengendalian Pencemaran Udara Di Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2010 Tentang
Daerah Menteri Negara Lingkungan Hidup. Pelaksanaan Pengendalian Pencemaran Udara Di
Daerah Menteri Negara Lingkungan Hidup.
119
Vol. 4 No. 2 Desember 2020
latar kualitas udara perkotaan (contoh: pemulihan. Hukum lingkungan
daerah pemukiman). administrasi memiliki fungsi preventif dan
Ketiga, Sub urban, misalnya lokasi fungsi korektif terhadap kegiatan-kegiatan
yang berada pada daerah pemukiman yang yang tidak memenuhi ketentuan atau
terletak di pinggir kota.Keempat, Tepi persyaratan-persyaratan pengelolaan
jalan (roadside), lokasi pengukuran pada lingkungan. Fungsi preventif terhadap
jarak 1 – 5 meter dari pinggir jalan raya. timbulnya masalah-masalah lingkungan
Kelima,Sisi jalan (kerbside), lokasi yang bersumber dari kegiatan usaha
pengukuran pada jarak 1 meter dari jalan diwujudkan dalam bentuk pengawasan
raya. yang dilakukan oleh aparat yang
Keenam, Industri, lokasi di mana berwenang di bidang pengawasan
kegiatan industri menjadi sumber yang lingkungan.24
dominan terhadap total beban polutan. Hakekatnya setiap kebijaksanaan
Ketujuh, Pedesaan (rural), lokasi yang dilakukan oleh pimpinan suatu badan
pemantauan di wilayah pedesaan dengan mempunyai fungsi tertentu yang
kepadatan penduduk yang rendah dan diharapkan dapat terlaksana sejalan
berjarak sejauh mungkin dari lokasi dengan tujuan kebijaksanaan
sumber pencemar seperti jalan, industri tersebut.Demikian pula halnya dengan
dan daerah padat penduduk. pelaksanaan pengawasan pada suatu
lingkungan kerja atau suatu organisasi
2. Pengawasan Pemerintah Terhadap tertentu.Pengawasan yang dilaksanakan
Pencemaran Udara Akibat Pabrik mempunyai fungsi sesuai dengan
Aspal Berdasarkan Peraturan tujuannya. Mengenai hal ini, ada empat hal
Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 yang terkait dengan fungsi pengawasan,
Tentang Pengendalian Pencemaran yaitu:25
Udara a. Mempertebal rasa tanggung jawab
terhadap pejabat yang diserahi tugas
Kerugian lingkungan dan kesehatan
dan wewenang dalam melaksanakan
akibat pencemaran dan pengrusakan
pekerjaannya;
lingkungan dapat bersifat tidak terpulihkan
(Irreversible).Oleh sebab itu, pengelolaan
lingkungan semestinya lebih didasarkan
24
Takdir Rahmadi. Hukum Lingkungan di
pada upaya pencegahan daripada
Indonesia, (Jakarta ; Rajawali. 2013). hlm. 208
25
Ibid., hlm 102.
120
Vol. 4 No. 2 Desember 2020
b. Mendidik para pejebat agar mereka Pengawasan bisa dilakukan oleh
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan instansi Pemerintah sesuai dengan jenjang
prosedur yang telah ditentukan; dan fungsinya, tetapi juga tidak melupakan
c. Untuk mencegah terjadinya hak pengawasan masyarakat yang
penyimpangan, kelaian, dan kelemahan berkeinginan untuk turut serta dalam
agar tidak terjadi kerugian yang tidak pembangunan di bidang pengawasan itu
diinginkan; sendiri.Pengawasan masyarakat pada
d. Untuk memperbaiki kesalahan dan hakikatnya adalah untuk membantu
penyelewengan agar pelaksanaan Pemerintah, sehingga jangan ada pihak
pekerjaan tidak mengalami hambatan- yang memandang negatif atas pengawasan
hambatan dan pemborosan. yang dilakukan oleh masyarakat.
Pengawasan terhadap sumber tidak Begitupun sebaliknya pengawasan yang
bergerak seperti industri khususnya dilakukan masyarakat jangan dijadikan
industri pabrik aspal yang juga perlu alat untuk mencari-cari “kesempatan
dilakukan pengawasan baik itu oleh negosiasi” atas kekeliruan dalam proses
pemerintah maupun masyarakat, guna pelaksanaannya. Dimensi pengawasan
untuk menanggulangi terjadinya suatu masyarakat bisa dilakukan dari adanya
pencemaran udara akibat dari industri. indikator keterbukaan informasi teknis,
Adapun yang dimaksud dalam Pasal 28 seperti volume (panjang dan ketebalan)
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun dan nilai proyek. Dengan adanya
1999 Tentang Pengendalian Pencemaran keterbukaan atas volume dan nilai
Udara yaitu; Penanggulangan pencemaran perusahaan paling tidak akan memudahkan
udara sumber tidak bergerak pengawasan apakah proses suatu industri
meliputipengawasan terhadap penaatan yang beroperasi berlangsung sesuai
baku mutu emisi yang telah dengan izin yang telah diberikan atau
ditetapkanpemantauan emisi yang keluar tidak.
dari kegiatan dan mutu udara ambien Apabila dikaitkan dengan
disekitar lokasi kegiatan, dan pemeriksaan akuntabilitas publik, pengawasan
penaatan terhadap ketentuan persyaratan merupakan salah satu cara untuk
teknis pengendalian pencemaran udara.26 membangun dan menjaga legitimasi warga
masyarakat terhadap kinerja pemerintahan
dengan menciptakan dengan menciptakan
26
Pasal 28 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun
1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara. suatu system pengawasan yang efektif,
121
Vol. 4 No. 2 Desember 2020
baik pengawasan intern (internal control) Setiap penanggung jawab usaha dan/atau
maupun pengawasan eksternt (external kegiatan wajib :28
control) serta mendorong adanya a. mengizinkan pengawas memasuki
pengawasan masyarakat (social control). lingkungan kerjanya dan membantu
Sasaran pengawasan adalah temuan yang terlaksananya tugas pengawasan
menyenangkan terjadinya penyimpangan tersebut;
atas rencana atau target.27 b. memberikan keterangan dengan benar
Adapun Bentuk-Bentuk baik secara lisan maupun tertulis
Pengawasan yaitu intern dan ekstern dalam apabila hal itu diminta pengawas;
hal ini dijabarkan dalam bentuk c. memberikan dokumen dan/atau data
pengawasan Sebagai berikut: yang diperlukan oleh pengawas.
Pertama,Pengawasan Intern adalah d. mengizinkan pengawas untuk
pengawasan yang dilakukan oleh satu melakukan pengambilan contoh udara
badan yang terorganisir masih termasuk emisi dan/atau contoh udara ambien
dalam linkungan pemerintah sendiri. Atau dan/atau lainnya yang diperlukan
seluruh proses kegiatan audit, review, pengawas, dan
pemantauan, evaluasi, dan kegiatan e. mengizinkan pengawas untuk
pengawasan terhadap penyelenggaraan melakukan pengambilan gambar
tugas dan fungsi organisasi. dan/atau melakukan pemotretan di
Dalam pengawasan yang dilakukan lokasi kerjanya.
oleh pejabat pengawas penanggung jawab
Kedua,Pengawasan Eksternatau
usaha dan/atau kegiatan mempunyai
pengawasan dari luar, yakni pengawasan
kewajiban sebagaimana diatur Dalam
yang menjadi subyek pengawas adalah
pasal 48 Peraturan Pemerintah Nomor 41
pihak luar dari organisasi obyek yang
Tahun 1999 Tentang Pengendalian
diawasi, misalnya, BPK (Badan Pemeriksa
Pencemaran Udara menyebutkan bahwa
Keuangan) adalah perangkat pengawasan
ekstern terhadap Pemerintah, karena ia
berada di luar susunan organisasi
27
Pemerintah (dalam arti yang sempit). Ia
Lucy Auditya dkk. 2013. “Analisis Pengaruh
Akuntabilitas dan TransparansiPengelolaan tidak mempertanggungjawabkan
Keuangan Daerah terhadap Kinerja Pemerintah
Daerah”. Jurnal Fairness Vol. 2 No. 1, (April pelaksanaan tugasnya kepada Kepala
2013): 21-41.Diakses 17 agustus 2020. Online-
28
journal.unja.ac.id Pasal 48 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun
1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara
122
Vol. 4 No. 2 Desember 2020
Pemerintah (Presiden) tetapi kepada sebagimana diungkapkan L.W Friedman31,
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) olehnya dibutuhkan sikap, dukungan dan
29
Republik Indonesia. partispasi masyarakat mencegad
pencemaran lingkungan. dari masyarakat
Adapun bentuk pengawasan
eksternal yaitu Pengawasan masyarakat
KESIMPULAN
yang pada hakikatnya adalah untuk
Berdasarkan hasil penelitian dan
membantu Pemerintah, sehingga tidak ada
pembahasan mengenai Pencemaran Udara
pihak yang memandang negatif atas
akibat Pabrik Aspal Berdasarkan Peraturan
pengawasan yang dilakukan oleh
Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999
masyarakat. Begitupun sebaliknya
Tentang Pengendalian Pencemaran Udara
pengawasan yang dilakukan masyarakat
Maka dapat disimpulkan Sebagai Berikut:
jangan dijadikan alat untuk mencari-cari
“kesempatan negosiasi” atas kekeliruan Pertama, Berdasarkan analisis penulis
dalam proses pelaksanaannya. Dimensi mengenai pencemaran udara berdasarkan
pengawasan masyarakat bisa dilakukan peraturan pemerintah Nomor 41 Tahun
dari adanya indikator keterbukaan 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran
informasi teknis, seperti volume (panjang udara dapat dikatakan sudah maksimal,
dan ketebalan) dan nilai proyek. Dengan hanya saja dari pihak pabrik yang tidak
adanya keterbukaan atas volume dan nilai mengedepannya peraturan pemerintah
perusahaan paling tidak akan memudahkan Nomor 41 Tahun 1999 Tentang
pengawasan apakah proses suatu industri Pengendalian Pencemaran udara sebagai
yang beroperasi berlangsung sesuai landasan untuk mencegah terjadinya
dengan izin yang telah diberikan atau Pencemaran udara Pabrik Aspal.
tidak.30
Kedua,Pengawasan yang dilakukan
Pengawasan masyarakat ini
pemerintah daerah lingkungan hidup yaitu
berkaitan dengan budaya eksternal yaitu
pengawasan intern dan pengawasan
budaya hukum dari masyarakat,
ekstern, dimana pengawasanini digunakan
untuk memantau dan mengawasi
29
beroperasinya kegiatan pabrik aspal agar
Sujamto, Beberapa Pengertian di Bidang
Pengawasan, ( Jakarta : Ghalia Indah, 1986) hlm.
31
81-82. Firmansyah, Asram AT. "Kiprah Densus 88
Dalam Penanganan Teroris Di
30
Takdir Rahmadi, Hukum Lingkungan di Indonesia." PROSIDING KONFERENSI
Indonesia, (Jakarta ; Rajawali. 2013). hlm. 208. NASIONAL KE-6 (2017).hlm.153
123
Vol. 4 No. 2 Desember 2020
tidak terjadi pencemaran udara yang dapat 1, (April 2013): 21-41.Diakses 17
mengganggu kualitas udara ambien. agustus 2020. Online-
journal.unja.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Firmansyah, Asram AT. "Kiprah Densus
Kastiyowati.Dampak dan Upaya 88 Dalam Penanganan Teroris Di
Penanggulangan Pencemaran Indonesia." PROSIDING
Udara. Jakarta : Staf Puslitbang Tek KONFERENSI NASIONAL KE-
Bakitbang Dephan, 2001. 6 (2017).
Kristanto.Ekologi Industri. Yogyakrta : Turyanti, ana .,dkk, "Manusia dan
Andi offset, 2015. Lingkungan”, Vol. 23, No.2, (Juli
Rahmadi, Takdir. Hukum Lingkungan di 2016) : 170, Diakses 13 agustus
Indonesia, Jakarta ; Rajawali. 2013. 2020,jurnal.ugm.ac.id
Jainal Abidin, Ferawati Artauli
Salim, Emil. Lingkungan Hidup dan Hasibuan,"pengaruh dampak
Pembangunan.Jakarta : Mutiara pencemaran udara
Sumber Widya, 2011. terhadapkesehatan", Jurnal Prosiding
Seminar Nasional Fisika Universitas
Sihotang.Kandungan Senyawa Kimia.
Riau
Yogyakarta: Universiti press, 2010.
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun
Sujamto.Beberapa Pengertian di Bidang 1999 Tentang Pengendalian
Pengawasan.Jakarta : Ghalia Indah, Pencemaran Udara
1986. Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Sukirman, Silvia. Beton Aspal Campuran HidupNomor 12 Tahun 2010
Panas.Bandung : Grafika Yuana Tentang pelaksanaan Pengendalian
Marga, 2003. Pencemaran Udara Di daerah
Sumantri, Arif. Kesehatan Lingkungan. menteri negara Lingkungan Hidup
Jakarta: PT.Fajar Interpratama Daniel pandowo, “Pencemarasn Udara
Mandiri, 2010. diIndonesia”,
Auditya, Lucy dkk. 2013. “Analisis https://www.kompasiana.com.
Pengaruh Akuntabilitas dan Diakses 11 januari 2020.
TransparansiPengelolaan Keuangan
Daerah terhadap Kinerja Pemerintah
Daerah”. Jurnal Fairness Vol. 2 No.