You are on page 1of 16

108

Vol. 4 No. 2 Desember 2020

ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL


BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 41 TAHUN
1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

Nurhaedah Hasan1, Ibrahim Fattah2, Risna3

Fakultas Hukum,
Universitas Muhammadiyah Parepare,Jalan Jendral Ahmad Yani KM 6 Kota Parepare kode
pos 91113, telepon 0421-22757/Fax 0421-2554 Sulawesi Selatan Indonesia
Email:edhachechank85@gmail.com, ibrahimfattah@ymail.com,risnaina216@gmail.com

Abstrack: This research is a research that aims to determine the extent of the analysis of air pollution
due to asphalt factories based on Government Regulation No. 41/1999 concerning air pollution
control, as well as knowing the role of laws and regulations on air pollution. This research is
normative research. Normative research is research conducted through library research in finding
theoretical data sources that are useful for solving problems. The legal materials used based on the
research approach are primary legal materials. Primary legal materials are legal materials that have
binding strength. such as laws, government regulations and Ministerial regulations. As well as
tertiary legal materials such as legal dictionaries, internet, and large Indonesian dictionaries. While
the data analysis used is to collect library data using a qualitative-descriptive approach. The results
of the study can be concluded that the first rules regarding air pollution are contained in the field of
regulations based on the constitution to the ministerial regulations, among others, the 1945
Constitution (article 33), Law NO. 32 of 2009 concerning Protection and management of the
environment, Law NO.3 of 2014 concerning Industry, Government Regulation of the Republic of
Indonesia NO.41 of 1999 concerning Air Pollution Control, Government Regulation NO.107 of 2015
concerning Industrial Permits, Government Regulation No. 27 of 2012 concerning Environmental
Permits, Ministerial Decree NO. 45 of 1997 concerning Air Pollutant Standard Index, Regulation of
the minister of state for the environment No 12 of 2010 concerning the implementation of air pollution
control in the area of the minister of state for the environment. The two supervision carried out by the
government on air pollution at the asphalt factory, among others; directing or recommending
improvements, suggesting that waste is suppressed; and optimizing work to achieve plan goals. The
researcher recommends that the government increase its supervision of the asphalt plant again in
order to create an environmentally friendly asphalt plant.

Keywords: Government, supervision, industry, and asphalt plant

Abstrack: Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana analisis
pencemaran udara akibat pabrik aspal berdasarkan peraturan pemerintah nomor 41 tahun 1999 tentang
pengendalian pencemaran udara, serta mengetahui bagaimana peran peraturan perundang-undangan
tentang pencemaran udara. Penelitian ini merupakan penelitian normatif, penelitian normatif yaitu
penelitian yang dilakukan melalui studi kepustakaan dalam mencari sumber data yang bersifat teori
yang berguna untuk memecahkan masalah.Adapun bahan hukum yang digunakan berdasarkan
pendekatan penelitian adalah bahan hukum primer.Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang
mempunyai kekuatan mengikat, dan Bahan hukum tersier seperti kamus hukum, internet dan kamus
besar Bahasa Indonesia.Sedangkan analisis data yang digunakan yaitu menghimpun data kepustakaan
dengan menggunakan pendekatan deskriftif-kualitatif. Hasil penelitian dapat disimpulkan yang
109
Vol. 4 No. 2 Desember 2020
pertama aturan tentang pencemaran udara dimuat dalam bidang regulasi yang didasarkan pada
undang-undang dasar sampai peraturan Menteri, antara lain UUD 1945 (Pasal 33), UU NO.32 Tahun
2009 Tentang Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, UU NO.3 Tahun 2014 Tentang
perindustrian, Peraturan Pemerintah RI NO 41 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara,
Peraturan pemerintah NO. 107 Tahun 2015 Tentang izin industri, Peraturan Pemerintah No. 27 tahun
2012 Tentang izin lingkungan , keputusan Menteri NO. 45 Tahun 1997 Tentang indeks standar
pencemar udara, peraturan menteri negara lingkungan hidup No. 12 Tahun 2010 tentang pelaksanaan
pengendalian pencemaran udara daerah menteri negara lingkungan hidup. Kedua pengawasan yang
dilakukan oleh pemerintah terhadap pencemaran udara pabrik aspal antara lain; mengarahkan atau
merekomendasikan perbaikan, menyarankan agar ditekan adanya pemborosan; dan mengoptimalkan
pekerjaan untuk mencapai sasaran rencana. Peneliti merekomendasikan, pemerintah meningkatkan
lagi pengawasannya terhadap pabrik aspal agar terwujudnya pabrik aspal yang berwawasan
lingkungan.

Kata kunci: Pemerintah, pengawasan, industri, dan pabrik aspal.

LATAR BELAKANG motor, mobil dan kegiatan-kegiatan


industri.
Undang-undang NO. 32 Tahun 2009
Tentang Perlindungan dan pengelolaan Pencemaran udara menurut Peraturan
lingkungan hidup adalah upaya sistematis Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41
dan terpadu yang dilakukan untuk Tahun 1999 tentang pengendalian
melestarikan fungsi lingkungan hidup dan pencemaran udara adalah masuknya atau
mencegah terjadinya pencemaran dan/atau dimasukkannya zat, energi, dan atau
kerusakan lingkungan hidup yang meliputi komponen lain ke dalam udara ambien
perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, oleh kegiatan manusia, sehingga mutu
pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan udara ambien turun sampai ke tingkat
1
hukum. Adapun Pencemaran yang tertentu yang menyebabkan udara ambien
dimaksud adalah Pencemaran Udara. tidak dapat memenuhi fungsinya. 2
Pencemaran udara akan terus berlangsung
Keputusan Menteri Negara
dengan laju pertumbuhan ekonomi.
Kependudukan dan Lingkungan hidup RI
Dengan semakin berkembangnya
No.KEP-03/MENKLH/II/1991
kehidupan ekonomi, masyarakat akan
menyebutkan: “Pencemaran udara adalah
semakin banyak menggunakan bahan-
masuknya atau dimasukkannya zat,
bahan berteknologi tinggi yang dapat
energi, dan/atau komponen lain ke dalam
menimbulkan pencemaran udara seperti
udara ambien oleh kegiatan manusia atau
proses alam, sehingga mutu udara ambien

1 2
Pasal 2 Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
tentang Perlindungan dan pengelolaan lingkungan 41 Tahun 1990 tentang pengendalian pencemaran
hidup udara
110
Vol. 4 No. 2 Desember 2020

turun sampai ke tingkat tertentu yang yang terbatas pada pengendalian


menyebabkan udara menjadi kurang atau pencemaran udara di kota-kota besar
tidak dapat memenuhi fungsinya lagi dengan kawasan industrinya. Dasar
sesuai dengan peruntukannya.3 pengambilan kebijakan yaitu berupa
undang-undang dan beberapa peraturan
Dari pengertian pencemaran udara
lain nya seperti presiden maupun menteri
berdasarkan peraturan perundangan di
telah banyak diterbitkan namun tidak di
atas, pencemaran diakibatkan oleh
dukung dengan adanya pengembangan
kegiatan manusia, baik disengaja atau
tujuan dan sasaran global dari adanya
tidak, sedangkan bencana alam seperti
pencemaran udara untuk melahirkan
gunung meletus, gas alam, panas bumi
kebijakan baru. 5
tidak di katagorikan sebagai
pencemaran.Hal ini disebabkan karena Berdasarkan hal tersebut
peraturan tersebut berkaitan dengan sanksi kebijaksanaan pemerintah selalu
tuntutan hukum. Bencana alam tidak bisa mempunyai tujuan tertentu atau tindakan
dilakukan penuntutan hukum, meskipun yang berorientasi pada tujuan itu
bencana alam dapat menyebabkan kualitas sendiri.Karena mempunyai suatu tugas,
udara menjadi buruk dan tidak dapat maka kebijaksanaan ini merupakan arah
mendukung kehidupan manusia dan bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang
lingkungan.4 harus dilakukan, kebijaksanaan itu berisi
tindakan atau pola tindakan dalam usaha
Berbicara mengenai pencemaran
mencegah atau menanggulangi masalah
udara, yang terbalut di dalam pikiran kita
yang senantiasa timbul secara berulang-
adalah Apakah telah ada kebijakan
ulang terjadi. atas Pasal 5 ayat (2) Undang-
pemerintah yang dibuat untuk Indonesia
Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang
yang dapat dijadikan arah dan pegangan
no. 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan
dalam mengoperasionalkan program dan
lingkungan hidup, setelah tujuan
menjabarkan undang-undang untuk
ditetapkan yang kemudian dijabarkan
kepentingan berbagai pihak ( stekholder ),
dalam bentuk sasaran yang lebih
jawabannya adalah kebijakan pemerintah
kuantitatif maka dalam usaha mencapai
sudah melakukan namun ruang lingkup
5
Kastiyowati.,Dampak dan Upaya
3
Arif Sumantri., Kesehatan Lingkungan, (Jakarta: Penanggulangan Pencemaran Udara, (Jakarta :
PT.Fajar Interpratama Mandiri, 2010) hlm. 191. Staf Puslitbang Tek Bakitbang Dephan, 2001)
4
Ibid hlm. 88.
111
Vol. 4 No. 2 Desember 2020

tujuan dan sasran tersebut diperlukan disebut pencemaran. Pencemaran


kebijakan yaitu suatu pegangan atau lingkungan terjadi bila daur materi dalam
petunjuk yang dapat memberi arah bagi lingkungan hidup mengalami perubahan
pelaksanaan kegiatan maupun yang dapat sehingga keseimbangan dalam hal struktur
7
dijadikan pegangan bagi upaya atau usaha maupun fungsi terganggu.
untuk mengatasi hambatan yang senantiasa Pencemaran udara dapat ditimbulkan
secara berulang-ulang timbul dalam proses oleh sumber-sumber alami maupun
pelaksanaan rencana. Pegangan/petunjuk kegiatan manusia. Beberapa definisi
ini harus bersumber atau didasarkan atas gangguan fisik seperti polusi suara, panas,
Undang-Undang atau peraturan yang radiasi atau polusi cahaya dianggap
berlaku.6 sebagai polusi udara.Sifat alami udara
mengakibatkan dampak pencemaran udara
Peningkatan kualitas hidup dengan
dapat bersifat langsung dan lokal, regional,
memanfaatkan lingkungan telah dimulai
maupun global.8
sejak peradaban manusia ribuan tahun
silam, sebagai usaha mendapatkan Salah satu pencemaran lingkungan
kesenangan hidup yang akan dinikmati diri yang disebabkan oleh industri adalah
sendiri maupun untuk diwariskan kepada pencemaran udara oleh asap yang timbul
generasi yang akan datang. Peningkatan dari proses pengolahan atau hasil
kualitas hidup tentunya terasa sejak ada industri. Industri selalu dikaitkan dengan
revolusi di Eropa dengan ditandai dengan sumber pencemar karena industri
adanya revolusi industri.Tingginya merupakan kegiatanyang sangat tampak
kebutuhan dan keinginan manusia serta dalam pembebasan berbagai senyawa
perkembangan teknologi dan ilmu kimia kelingkungan. Kegiatan industri
pengetahuan yang sangat pesat membawa menyebabkan pencemaran udara karena
perubahan di bidang industri.Hal ini menimbulkan asap sebagai sumber titik
mendorong manusia untuk merubah dengan konsentrasi yang cukup tinggi.
lingkungannya sebagai gerakan industri Dalam kebijaksanaannya harus selalu
untuk meningkatkan kesejehteraan didasarkan pada ketentuan undang-
hidupnya. Perubahan lingkungan
7
tersebut menimbulkan masalah yang Kristanto.,Ekologi Industri , (Yogyakrta: Andi
offset, 2015) hlm. 31.
8
Emil Salim., Lingkungan Hidup dan
Pembangunan, (Jakarta : Mutiara Sumber Widya,
6
Ibid 2011)hlm. 16.
112
Vol. 4 No. 2 Desember 2020
undang Republik Indonesia Nomor 3 berkembangnya ilmu pengetahuan, makin
9
tahun 2014 tentang Perindustrian. banyak pula pabrik didirikan serta
Siklus pecemaran udara yang terjadi diproduksi mesin-mesin serta kendaraan
setiap hari dijelaskan oleh Arief Sumantri bermotor untuk mencukupi kebutuhan
sebagai berikut : “Pencemaran udara penduduk. Dalam analisis nya bahwa
diawali oleh adanya emisi. Emisi Pencemaran udara adalah kehadiran satu
merupakan jumlah pollutant (pencemar) atau lebih substansi fisik, kimia, atau
yang dikeluarkan ke udara dalam satuan biologi di atmosfer dalam jumlah yang
waktu. Emisi dapat disebabkan oleh proses dapat membahayakan kesehatan manusia,
alam maupun kegiatan manusia. Emisi hewan, dan tumbuhan, mengganggu
yang disebabkan proses alam disebut estetika dan kenyamanan, atau merusak
biogenic emissions, sebagai contoh gas properti.11
Methane (CH4) yang terjadi sebagai akibat
dekomposisi bahan organik oleh bakteri METODE PENELITIAN
pengurai. Emisi yang disebabkan kegiatan
Pendekatan Penelitian
manusia disebut anthropogenic
Dalam penelitian ini penulis
emissions.Emisi yang dihasilkan oleh
menggunakan Pendekatan normatif yaitu
pabrik-pabrik industri akibat aktivitas
pendekatan yang dilakukan melalui studi
produksi yang tidak sesuai dengan Baku
kepustakaan dalam mencari sumber data
Mutu Emisi perlu dikendalikan. Salah satu
yang bersifat teori yang berguna untuk
cara yang masih banyak digunakan adalah
memecahkan masalah. Pendekatan ini
dengan alat pengendali emisi.10
dikenal dengan nama pendekatan
Tingkat pencemaran udara di
kepustakaan atau yang biasa disebut
Indonesia sudah melebihi ambang batas
dengan studi kepustakaan atau studi
normal terutama dikota-kota besar akibat
dokumentasi, yakni dengan mempelajari
gas buangan kendaraan bermotor dan
buku-buku, peraturan perundangan-
industri. Selain itu, setiap tahun asap tebal
undangan dan dokumentasi lainnya yang
meliputi wilayah Nusantara bahkan sampai
bekaitan dengan penelitian ini.12
kenegara tetangga akibat pembakaran
hutan, pabrik indusrti. Makin besar jumlah 11
Daniel pandowo, “Pencemarasn Udara
penduduk, bersamaan dengan diIndonesia”, https://www.kompasiana.com.
Diakses 11 januari 2020.
9 12
Whardana, op.cit., hlm. 90. Ronny Hanitijo Soemitro., Metodologi Penelitian
10
Sumantri, op.cit., hlm. 199. Hukum, (Jakarta :Ghalia Indonesia, 2016) hlm.97.
113
Vol. 4 No. 2 Desember 2020
Objek Penelitian Teknik Analisis Data
Adapun objek penelitian yang akan Keseluruhan data yang telah disusun
diteliti yaitu Industri pabrik aspal, salah secara sistematis kemudian dianalisis
satu contoh kasus dalam penelitian ini menggunakan metode analisis Deskriftif-
adalah industri pabrik aspal yang Kualitatif yaitu dengan cara menguraikan
mengganggu kenyamanan dan kesehatan dan menjelaskan data yang diperoleh
masyarakat dikarenakan cerobong asap secara sistematis dan terperinci. Kemudian
pabrik mengarah kepemukiman warga dilakukan interpretasi data yaitu
sehingga masyarakat disekitar pabrik mengartikan data yang telah tersusun dan
merasakan bau yang sangat menyengat ditarik suatu kesimpulan yang bersifat
serta tanaman yang selalu terselimuti deduktif yang merupakan jawaban
dengan asap. permasalahan berdasarkan hasil penelitian
Teknik Pengumpulan Data yang dituangkan dalam bentuk skripsi.
Proses pengumpulan data terhadap
suatu penelitian yang penulis lakukan, HASIL DAN PEMBAHASAN
maka harus memiliki cara atau teknik 1. Analisis Pencemaran Udara Akibat
untuk mendapatkan data atau informasi Pabrik Aspal Berdasarkan Peraturan
yang baik serta akurat dari setiap apa yang Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999
diteliti, sehingga kebenaran informasi Tentang Pengendalian Pencemaran
data yang diperoleh dapat dipertanggung Udara
jawabkan, yaitu studi pustaka.
Dalam pencemaran udara, yang
Bahan Hukum
terbalut di dalam pikiran kita adalah
Berdasarkan jenis penelitian, maka
Apakah telah ada kebijakan pemerintah
Bahan Hukum yang digunakan dalam
yang dibuat untuk Indonesia yang dapat
penelitian ini adalah Bahan hukum primer
dijadikan arah dan pegangan dalam
yaitu bahan-bahan hukum yang
mengoperasionalkan program dan
mempunyai kekuatan mengikat. Bahan
menjabarkan undang-undang untuk
hukum primer yang digunakan dalam
kepentingan berbagai pihak (stekholder),
penelitian ini adalah peraturan perundang-
jawabannya adalah kebijakan pemerintah
undangan sertaBahan hukum tersier yaitu
sudah melakukan namun ruang lingkup
bahan hukum penunjang dari bahan hukum
yang terbatas pada pengendalian
sebelumnya.
pencemaran udara di kota-kota besar
114
Vol. 4 No. 2 Desember 2020
dengan kawasan industrinya. Dasar mencegah atau menanggulangi masalah
pengambilan kebijakan yaitu berupa yang senantiasa timbul secara berulang-
undang-undang dan beberapa peraturan ulang terjadi, kebijaksanaan harus selalu
lain nya seperti presiden maupun menteri didasarkan pada ketentuan undang-
telah banyak diterbitkan namun tidak di undang. 14 Salah satu instrument konkrit
dukung dengan adanya pengembangan pengelolaan lingkungan hidup adalah
tujuan dan sasaran global dari adanya izin.Izin dalam arti luas (perizinan) ialah
pencemaran udara untuk melahirkan suatu persetujuan dari penguasa
kebijakan baru. Adapun Pencemaran berdasarkan undang-undang atau peraturan
Udara Berdasarkan Peraturan Pemerintah pemerintah, untuk dalam keadaan tertentu
Nomor 41 Tahun 1999 Tentang menyimpang dari ketentuan-ketentuan
Pengendalian Pencemaran Udara adalah larangan perundangan. Selain izin usaha
masuknya atau dimasukkannya zat, energi, industri yang dimiliki oleh penanggujawab
dari komponen lain ke dalam udara industri sebaiknya juga terlebih dahulu
ambien oleh kegiatan manusia, sehingga memiliki izin lingkungan berupa amdal
mutu udara turun sampai ke tingkat untuk melakukan kegiatan industri.
tertentu yang menyebabkan udara ambien Adapun analisis yuridis tentang
tidak dapat memenuhi fungsinya. Berbeda Pencemaran Udara Akibat Pabrik Aspal
dengan proses alamiah, kegiatan manusia yaitu:
yang menghasilkan zat berlebih kemudian Pertama, Pengelolaan serta
masuk ke dalam udara mengakibatkan pengendalian pencemaran udara sangat
beban berat sehingga udara tidak dapat diperlukan agar dampak pencemaran udara
memenuhi fungsinya lagi. 13Oleh karena itu tidak terlalu parah.Salah satu yang dapat
kebijaksanaan pemerintah selalu dilakukan adalah dengan mengenali
mempunyai tujuan tertentu atau tindakan daerah-daerah yang rawan terhadap
yang berorientasi pada tujuan itu pemaparan konsentrasi pencemar yang
sendiri.Karena mempunyai suatu tugas, maksimum, terutama di wilayah yang
maka kebijaksanaan ini merupakan arah padat industri dan transportasi. Beberapa
bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang penelitian terkait dispersi pencemar udara,
harus dilakukan, kebijaksanaan itu berisi menunjukkan bahwa akan ada beberapa
tindakan atau pola tindakan dalam usaha
14
Daniel Pandowo “Pencemaran Udara Di
13
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 Indonesia”, https://www.kompasiana.com. diakses
Tentang Pengendalian Pencemaran Udara 14 Agustus 2020.
115
Vol. 4 No. 2 Desember 2020
lokasi di sekitar sumber pencemar yang pertanian, merusak bahan-bahan,
beresiko terpapar pencemar dalam berdampak negatif terhadap ekosistem,
konsentrasi tertentu. Walaupun konsentrasi dan menyebabkan gangguan estetika.Dari
tersebut berfluktuasi, tetapi jika arah angin seluruh dampak tersebut, dampak terhadap
dominan menuju ke wilayah tersebut, akan kesehatan dan kesejahteraan manusia
terjadi akumulasi pencemar, sehingga adalah yang dominan dengan kontribusi
berpotensi melampaui baku mutu udara kurang lebih 90% dari total kerusakan
ambien, dan resiko keterpaparan dalam akibat pencemaran udara.16
waktu lama akan mengancam kesehatan
Kedua, Pemantauan Baku Mutu
masyarakat di sekitar lokasi tersebut.
Kualitas Udara Ambien yang merupakan
Menyarankan fluktuasi konsentrasi
suatu ukuran pada batas atau kadar zat,
maksimum harus dipertimbangkan sebagai
energi, dan/atau komponen yang ada atau
faktor penting dalam menentukan resiko
yang seharusnya ada dan/atau unsur
keterpaparan, karena potensi dampak zat
pencemar yang ditenggang keberadaannya
berbahaya serta respon toksisitas akut oleh
dalam udara ambien. Indeks Standar
pajanan jangka pendek ditentukan oleh
Pencemar Udara (ISPU) berdasarkan
konsentrasi maksimum. Emisi pencemar
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
udara akan tersebar sesuai kondisi
No.41 Tahun 1999 yaitu suatu angka yang
meteorologi setempat terutama arah angin
tidak mempunyai satuan yang dimana
rata-rata dan fluktuasi kecepatan turbulen,
dapat menggambarkan kondisi mutu udara
serta stabilitas atmosfer yang sangat
ambien di suatu lokasi tertentu, yang
dinamis baik temporal maupun. Perbedaan
didasarkan oleh adanya dampak pada
stabilitas atmosfer urban cukup kontras
kesehatan manusia, nilai estetika dan
terjadi pada siang dan malam hari,
mahluk hidup lainnya.17
sehingga akan mempengaruhi pola dispersi
Adapun pemantauan kualitas udara
pencemar.15
ambien tertuang dalam pasal 11 Peraturan
Pencemaran udara dapat
Pemerintah Nomor 41 tahun 1999 Tentang
menyebabkan kerusakan terhadap manusia
dan lingkungan. Pencemaran udara 16
Sihotang., Kandungan Senyawa Kimia,
meningkat mempengaruhi produktivitas (Yogyakarta: Universiti press,2010). Hlm. 70.
17
Jainal Abidin, Ferawati Artauli
Hasibuan,"pengaruh dampak pencemaran udara
terhadapkesehatan", Jurnal Prosiding Seminar
15
Ana Turyanti1.,dkk, "Manusia dan Lingkungan”, Nasional Fisika Universitas Riau IV (SNFUR-4)
Vol. 23, No.2, (Juli 2016) : 170, Diakses 13 agustus Pekanbaru, (September 2019) : 3. Diakses 14
2020,jurnal.ugm.ac.id Agustus 2020. https://snf.fmipa.unri.ac.id
116
Vol. 4 No. 2 Desember 2020
Pengendalian Pencemaran Udara yang Tahun 1999 Tentang Pengendalian
dilaksanakan oleh bupati/walikota meliputi Pengendalian Pencemaran Udara;19
beberapa aspek yaitu :18
(1) Status mutu udara ambien ditetapkan
(1) Bupati/walikota melaksanakan
berdasarkan inventarisasi dan/atau
pemantauan kualitas udara ambien di
penelitian terhadap mutu udara
wilayahnya.
ambien, potensi sumber pencemar
(2) Pemantauan kualitas udara ambien
udara, kondisi meteorologis dan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
geografis, serta tata guna tanah.
meliputi:
(2) Instansi yang bertanggung jawab di
a. perencanaan;
bidang pengendalian dampak
b. persiapan;
lingkunga daerah melakukan kegiatan
c. pelaksanaan; dan
inventarisasi dan/atau penelitian
d. evaluasi.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Pemantauan kualitas udara ambien
(3) Gubernur menetapkan status mutu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
udara ambien daerah berdasarkan
dilakukan sesuai dengan pedoman
hasil inventarisasi sebagaimana
teknis pemantauan kualitas udara
dimaksud pada ayat (2).
ambien sebagaimana tercantum dalam
(4) Kepala instansi yang bertanggung
Lampiran VI yang merupakan bagian
jawab menetapkan pedoman teknis
yang tidak terpisahkan dari Peraturan
inventarisasi dan pedoman teknis
Menteri ini.
penetapan status mutu udara ambien.
(4) Bupati/walikota melaporkan hasil
pemantauan kualitas udara ambien koordinasi pelaksanaan pemantauan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kualitas udara ambien dalam usaha
kepada gubernur dengan tembusan ketepatan pelaksanaan pemantauan dalam
kepada Menteri paling sedikit 1 (satu) pengelolaan dan peningkatkan kualitas
kali dalam 1 (satu) tahun. udara serta membahas permasalahan-
permasalahan dalam upaya pengendalian
Adapun pembahasan mengenai
pencemaran kualitas udara, Selanjutnya
status mutu udara ambien terdapat dalam
dibahas dalam Pasal 10 Peraturan Menteri
pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 41
Negara Lingkungan Hidup Nomor 12

18 19
Pasal 11 Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun
1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara
117
Vol. 4 No. 2 Desember 2020
Tahun 2010 Tentang pelaksanaan a. Mendapatkan data pemantauan
Pengendalian Pencemaran Udara Di kualitas udara yang mewakili ruang
daerah menteri negara Lingkungan Hidup, dan waktu sebagai dasar pengambilan
Adapun koordinasi dan pelaksanaan keputusan.
pemantauan kualitas udara yang dimaksud b. Menetapkan status mutu udara ambien
dalam pasal 10;20 daerah.
c. Bahan pertimbangan dalam
(1) Gubernur melaksanakan koordinasi
menetapkan baku mutu udara ambien
dan pemantauan kualitas udara
(selanjutnya disebut BMUA) daerah.
ambien skala provinsi.
d. Mengevaluasi efektivitas kebijakan
(2) Koordinasi pemantauan kualitas udara
pengendalian pencemaran udara.
ambien skala provinsi terdiri atas:
e. Mengamati kecederungan pencemaran
a. penyusunan rencana pemantauan
udara pada daerah yang diamati.
kualitas udara ambien di masing-
f. Memvalidasi model dispersi
masing kabupaten/kota;
pencemaran udara untuk memprediksi
b. pelaksanaan pemantauan kualitas
kontribusi sumber pencemar dan jenis
udara ambien oleh bupati/walikota;
pencemarnya.
dan
g. Memprediksi mutu udara di masa
c. evaluasi hasil pemantauan kualitas
depan.
udara ambien di kabupaten/kota.
h. Memberikan informasi mutu udara
(3) Gubernur melaporkan hasil
kepada masyarakat (ISPU).
pemantauan kualitas udara ambien
i. Pengawasan penaatan serta
skala provinsi sebagaimana dimaksud
penanganan kasus pencemaran udara.
pada ayat (1) dan ayat (2) kepada
j. Pelaksanaan audit lingkungan hidup,
Menteri paling sedikit 1 (satu) kali
ISO 14000.
dalam 1 (satu) tahun.
k. Pelaksanaan RKL/RPL atau UKL-
Adapun Tujuan Pemantauan Kualitas UPL.
21
Udara ambien yaitu: l. Metode Pemantauan Kualitas Udara
ambien

20
Pasal 10 Peraturan Menteri Negara Lingkungan
HidupNomor 12 Tahun 2010 Tentang pelaksanaan
Pengendalian Pencemaran Udara Di daerah
menteri negara Lingkungan Hidup Pelaksanaan Pengendalian Pencemaran Udara Di
21
Lampiran VI Peraturan Menteri Negara Daerah Menteri Negara Lingkungan Hidup.
Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2010 Tentang
118
Vol. 4 No. 2 Desember 2020
Adapun metode yang dapat Adapun Ketentuan Teknis
digunakan dalam melakukan pemantauan Pemantauan Kualitas Udara ambien yaitu
23
terhadap kegiatan industri yang dinilai dengan memperhatikan , Lokasi
berpotensi melakukan pencemaran yaitu:22 Pemantauan Kualitas Udara Ambien,
terdapat dua prinsip umum penempatan
1) Pemantauan secara otomatis
stasiun pemantau kualitas udara, yaitu
Pemantau kualitas udara otomatis
pada daerah di mana terdapat reseptor
terdiri dari Stasiun Pemantau Kualitas
yang akan terkena dampak dan pada
Udara (SPKU) permanen (fixed station)
daerah di mana diperkirakan terdapat
dan bergerak (mobile station). Dengan
sumber dan konsentrasi pencemar yang
melakukan; pertama, SPKU permanen
tinggi. Karena dampak dan karakteristik
dipasang di lokasi tertentu, dan mengukur
sumber setiap polutan berbeda-beda,
kualitas udara ambien secara kontinyu 24
sehingga parameter yang dipantau di setiap
jam secara terus menerus.Kedua,SPKU
lokasi dapat berbeda-beda. Dengan kata
bergerak dipasang di lokasi tertentu, dan
lain, tergantung pada karakteristik sumber
mengukur kualitas udara ambien minimal
dan pertimbangan lain seperti kondisi
7 (tujuh) hari secara terus menerus.
topografi, meteorologi dan tataguna lahan.
2) Pemantauan secara manual
Jenis lokasi pemantauan dapat
Frekuensi pemantauan secara manual
diklasifikasikan sebagai berikut ;
idealnya dilakukan setiap tiga atau enam
Pertama, Pusat kota, yang
hari. Mempertimbangkan satu dan lain hal,
merepresentasikan pajanan tipikal terhadap
pemantauan dapat dilakukan paling sedikit
populasi akibat kegiatan di pusat kota
dua minggu sekali. Dengan menggunankan
(contoh: daerah perbelanjaan, perdagangan
berbagai macam parameter yaitu;
dan jasa serta daerah publik).Kedua,Latar
Parameter SO2, NO2, dan CO, Parameter
kota(urban background), suatu lokasi di
O3, Parameter HC, Parameter PM10,
daerah perkotaan yang terletak cukup jauh
PM2.5 dan TSP (debu), Parameter Pb,
dari sumber pencemar sehingga tidak
Parameter Total Fluorides.
terkena pengaruh langsung dan dapat
secara umum merepresentasikan kondisi

22
Lampiran VI Peraturan Menteri Negara
23
Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Lampiran VI Peraturan Menteri Negara
Pelaksanaan Pengendalian Pencemaran Udara Di Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2010 Tentang
Daerah Menteri Negara Lingkungan Hidup. Pelaksanaan Pengendalian Pencemaran Udara Di
Daerah Menteri Negara Lingkungan Hidup.
119
Vol. 4 No. 2 Desember 2020
latar kualitas udara perkotaan (contoh: pemulihan. Hukum lingkungan
daerah pemukiman). administrasi memiliki fungsi preventif dan
Ketiga, Sub urban, misalnya lokasi fungsi korektif terhadap kegiatan-kegiatan
yang berada pada daerah pemukiman yang yang tidak memenuhi ketentuan atau
terletak di pinggir kota.Keempat, Tepi persyaratan-persyaratan pengelolaan
jalan (roadside), lokasi pengukuran pada lingkungan. Fungsi preventif terhadap
jarak 1 – 5 meter dari pinggir jalan raya. timbulnya masalah-masalah lingkungan
Kelima,Sisi jalan (kerbside), lokasi yang bersumber dari kegiatan usaha
pengukuran pada jarak 1 meter dari jalan diwujudkan dalam bentuk pengawasan
raya. yang dilakukan oleh aparat yang
Keenam, Industri, lokasi di mana berwenang di bidang pengawasan
kegiatan industri menjadi sumber yang lingkungan.24
dominan terhadap total beban polutan. Hakekatnya setiap kebijaksanaan
Ketujuh, Pedesaan (rural), lokasi yang dilakukan oleh pimpinan suatu badan
pemantauan di wilayah pedesaan dengan mempunyai fungsi tertentu yang
kepadatan penduduk yang rendah dan diharapkan dapat terlaksana sejalan
berjarak sejauh mungkin dari lokasi dengan tujuan kebijaksanaan
sumber pencemar seperti jalan, industri tersebut.Demikian pula halnya dengan
dan daerah padat penduduk. pelaksanaan pengawasan pada suatu
lingkungan kerja atau suatu organisasi
2. Pengawasan Pemerintah Terhadap tertentu.Pengawasan yang dilaksanakan
Pencemaran Udara Akibat Pabrik mempunyai fungsi sesuai dengan
Aspal Berdasarkan Peraturan tujuannya. Mengenai hal ini, ada empat hal
Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 yang terkait dengan fungsi pengawasan,
Tentang Pengendalian Pencemaran yaitu:25
Udara a. Mempertebal rasa tanggung jawab
terhadap pejabat yang diserahi tugas
Kerugian lingkungan dan kesehatan
dan wewenang dalam melaksanakan
akibat pencemaran dan pengrusakan
pekerjaannya;
lingkungan dapat bersifat tidak terpulihkan
(Irreversible).Oleh sebab itu, pengelolaan
lingkungan semestinya lebih didasarkan
24
Takdir Rahmadi. Hukum Lingkungan di
pada upaya pencegahan daripada
Indonesia, (Jakarta ; Rajawali. 2013). hlm. 208
25
Ibid., hlm 102.
120
Vol. 4 No. 2 Desember 2020
b. Mendidik para pejebat agar mereka Pengawasan bisa dilakukan oleh
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan instansi Pemerintah sesuai dengan jenjang
prosedur yang telah ditentukan; dan fungsinya, tetapi juga tidak melupakan
c. Untuk mencegah terjadinya hak pengawasan masyarakat yang
penyimpangan, kelaian, dan kelemahan berkeinginan untuk turut serta dalam
agar tidak terjadi kerugian yang tidak pembangunan di bidang pengawasan itu
diinginkan; sendiri.Pengawasan masyarakat pada
d. Untuk memperbaiki kesalahan dan hakikatnya adalah untuk membantu
penyelewengan agar pelaksanaan Pemerintah, sehingga jangan ada pihak
pekerjaan tidak mengalami hambatan- yang memandang negatif atas pengawasan
hambatan dan pemborosan. yang dilakukan oleh masyarakat.
Pengawasan terhadap sumber tidak Begitupun sebaliknya pengawasan yang
bergerak seperti industri khususnya dilakukan masyarakat jangan dijadikan
industri pabrik aspal yang juga perlu alat untuk mencari-cari “kesempatan
dilakukan pengawasan baik itu oleh negosiasi” atas kekeliruan dalam proses
pemerintah maupun masyarakat, guna pelaksanaannya. Dimensi pengawasan
untuk menanggulangi terjadinya suatu masyarakat bisa dilakukan dari adanya
pencemaran udara akibat dari industri. indikator keterbukaan informasi teknis,
Adapun yang dimaksud dalam Pasal 28 seperti volume (panjang dan ketebalan)
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun dan nilai proyek. Dengan adanya
1999 Tentang Pengendalian Pencemaran keterbukaan atas volume dan nilai
Udara yaitu; Penanggulangan pencemaran perusahaan paling tidak akan memudahkan
udara sumber tidak bergerak pengawasan apakah proses suatu industri
meliputipengawasan terhadap penaatan yang beroperasi berlangsung sesuai
baku mutu emisi yang telah dengan izin yang telah diberikan atau
ditetapkanpemantauan emisi yang keluar tidak.
dari kegiatan dan mutu udara ambien Apabila dikaitkan dengan
disekitar lokasi kegiatan, dan pemeriksaan akuntabilitas publik, pengawasan
penaatan terhadap ketentuan persyaratan merupakan salah satu cara untuk
teknis pengendalian pencemaran udara.26 membangun dan menjaga legitimasi warga
masyarakat terhadap kinerja pemerintahan
dengan menciptakan dengan menciptakan
26
Pasal 28 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun
1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara. suatu system pengawasan yang efektif,
121
Vol. 4 No. 2 Desember 2020
baik pengawasan intern (internal control) Setiap penanggung jawab usaha dan/atau
maupun pengawasan eksternt (external kegiatan wajib :28
control) serta mendorong adanya a. mengizinkan pengawas memasuki
pengawasan masyarakat (social control). lingkungan kerjanya dan membantu
Sasaran pengawasan adalah temuan yang terlaksananya tugas pengawasan
menyenangkan terjadinya penyimpangan tersebut;
atas rencana atau target.27 b. memberikan keterangan dengan benar
Adapun Bentuk-Bentuk baik secara lisan maupun tertulis
Pengawasan yaitu intern dan ekstern dalam apabila hal itu diminta pengawas;
hal ini dijabarkan dalam bentuk c. memberikan dokumen dan/atau data
pengawasan Sebagai berikut: yang diperlukan oleh pengawas.
Pertama,Pengawasan Intern adalah d. mengizinkan pengawas untuk
pengawasan yang dilakukan oleh satu melakukan pengambilan contoh udara
badan yang terorganisir masih termasuk emisi dan/atau contoh udara ambien
dalam linkungan pemerintah sendiri. Atau dan/atau lainnya yang diperlukan
seluruh proses kegiatan audit, review, pengawas, dan
pemantauan, evaluasi, dan kegiatan e. mengizinkan pengawas untuk
pengawasan terhadap penyelenggaraan melakukan pengambilan gambar
tugas dan fungsi organisasi. dan/atau melakukan pemotretan di
Dalam pengawasan yang dilakukan lokasi kerjanya.
oleh pejabat pengawas penanggung jawab
Kedua,Pengawasan Eksternatau
usaha dan/atau kegiatan mempunyai
pengawasan dari luar, yakni pengawasan
kewajiban sebagaimana diatur Dalam
yang menjadi subyek pengawas adalah
pasal 48 Peraturan Pemerintah Nomor 41
pihak luar dari organisasi obyek yang
Tahun 1999 Tentang Pengendalian
diawasi, misalnya, BPK (Badan Pemeriksa
Pencemaran Udara menyebutkan bahwa
Keuangan) adalah perangkat pengawasan
ekstern terhadap Pemerintah, karena ia
berada di luar susunan organisasi

27
Pemerintah (dalam arti yang sempit). Ia
Lucy Auditya dkk. 2013. “Analisis Pengaruh
Akuntabilitas dan TransparansiPengelolaan tidak mempertanggungjawabkan
Keuangan Daerah terhadap Kinerja Pemerintah
Daerah”. Jurnal Fairness Vol. 2 No. 1, (April pelaksanaan tugasnya kepada Kepala
2013): 21-41.Diakses 17 agustus 2020. Online-
28
journal.unja.ac.id Pasal 48 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun
1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara
122
Vol. 4 No. 2 Desember 2020
Pemerintah (Presiden) tetapi kepada sebagimana diungkapkan L.W Friedman31,
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) olehnya dibutuhkan sikap, dukungan dan
29
Republik Indonesia. partispasi masyarakat mencegad
pencemaran lingkungan. dari masyarakat
Adapun bentuk pengawasan
eksternal yaitu Pengawasan masyarakat
KESIMPULAN
yang pada hakikatnya adalah untuk
Berdasarkan hasil penelitian dan
membantu Pemerintah, sehingga tidak ada
pembahasan mengenai Pencemaran Udara
pihak yang memandang negatif atas
akibat Pabrik Aspal Berdasarkan Peraturan
pengawasan yang dilakukan oleh
Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999
masyarakat. Begitupun sebaliknya
Tentang Pengendalian Pencemaran Udara
pengawasan yang dilakukan masyarakat
Maka dapat disimpulkan Sebagai Berikut:
jangan dijadikan alat untuk mencari-cari
“kesempatan negosiasi” atas kekeliruan Pertama, Berdasarkan analisis penulis
dalam proses pelaksanaannya. Dimensi mengenai pencemaran udara berdasarkan
pengawasan masyarakat bisa dilakukan peraturan pemerintah Nomor 41 Tahun
dari adanya indikator keterbukaan 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran
informasi teknis, seperti volume (panjang udara dapat dikatakan sudah maksimal,
dan ketebalan) dan nilai proyek. Dengan hanya saja dari pihak pabrik yang tidak
adanya keterbukaan atas volume dan nilai mengedepannya peraturan pemerintah
perusahaan paling tidak akan memudahkan Nomor 41 Tahun 1999 Tentang
pengawasan apakah proses suatu industri Pengendalian Pencemaran udara sebagai
yang beroperasi berlangsung sesuai landasan untuk mencegah terjadinya
dengan izin yang telah diberikan atau Pencemaran udara Pabrik Aspal.
tidak.30
Kedua,Pengawasan yang dilakukan
Pengawasan masyarakat ini
pemerintah daerah lingkungan hidup yaitu
berkaitan dengan budaya eksternal yaitu
pengawasan intern dan pengawasan
budaya hukum dari masyarakat,
ekstern, dimana pengawasanini digunakan
untuk memantau dan mengawasi

29
beroperasinya kegiatan pabrik aspal agar
Sujamto, Beberapa Pengertian di Bidang
Pengawasan, ( Jakarta : Ghalia Indah, 1986) hlm.
31
81-82. Firmansyah, Asram AT. "Kiprah Densus 88
Dalam Penanganan Teroris Di
30
Takdir Rahmadi, Hukum Lingkungan di Indonesia." PROSIDING KONFERENSI
Indonesia, (Jakarta ; Rajawali. 2013). hlm. 208. NASIONAL KE-6 (2017).hlm.153
123
Vol. 4 No. 2 Desember 2020
tidak terjadi pencemaran udara yang dapat 1, (April 2013): 21-41.Diakses 17
mengganggu kualitas udara ambien. agustus 2020. Online-
journal.unja.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Firmansyah, Asram AT. "Kiprah Densus
Kastiyowati.Dampak dan Upaya 88 Dalam Penanganan Teroris Di
Penanggulangan Pencemaran Indonesia." PROSIDING
Udara. Jakarta : Staf Puslitbang Tek KONFERENSI NASIONAL KE-
Bakitbang Dephan, 2001. 6 (2017).
Kristanto.Ekologi Industri. Yogyakrta : Turyanti, ana .,dkk, "Manusia dan
Andi offset, 2015. Lingkungan”, Vol. 23, No.2, (Juli
Rahmadi, Takdir. Hukum Lingkungan di 2016) : 170, Diakses 13 agustus
Indonesia, Jakarta ; Rajawali. 2013. 2020,jurnal.ugm.ac.id
Jainal Abidin, Ferawati Artauli
Salim, Emil. Lingkungan Hidup dan Hasibuan,"pengaruh dampak
Pembangunan.Jakarta : Mutiara pencemaran udara
Sumber Widya, 2011. terhadapkesehatan", Jurnal Prosiding
Seminar Nasional Fisika Universitas
Sihotang.Kandungan Senyawa Kimia.
Riau
Yogyakarta: Universiti press, 2010.
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun
Sujamto.Beberapa Pengertian di Bidang 1999 Tentang Pengendalian
Pengawasan.Jakarta : Ghalia Indah, Pencemaran Udara
1986. Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Sukirman, Silvia. Beton Aspal Campuran HidupNomor 12 Tahun 2010
Panas.Bandung : Grafika Yuana Tentang pelaksanaan Pengendalian
Marga, 2003. Pencemaran Udara Di daerah
Sumantri, Arif. Kesehatan Lingkungan. menteri negara Lingkungan Hidup
Jakarta: PT.Fajar Interpratama Daniel pandowo, “Pencemarasn Udara
Mandiri, 2010. diIndonesia”,
Auditya, Lucy dkk. 2013. “Analisis https://www.kompasiana.com.
Pengaruh Akuntabilitas dan Diakses 11 januari 2020.
TransparansiPengelolaan Keuangan
Daerah terhadap Kinerja Pemerintah
Daerah”. Jurnal Fairness Vol. 2 No.

You might also like