You are on page 1of 15

Artikel Penelitian

 
NILAI RERATA TES SKRINING NEUROPSIKOLOGI LURIA NEBRASKA (ST-
LNNB) SEBAGAI PEMERIKSAAN FUNGSI KOGNITIF PADA POPULASI
NORMAL

Lani Septia*, Silvia F. Lumempow**, Diatri N.Lastri**, Herqutanto***

ABSTRACT

Introduction: ST-LNNB is a multidomain cognitive screening tool that can be applied


start form 13 years, in 20 minutes. This study is aimed to get the performance of ST-LNNB in
normal population according to demographic factors such as age, sex, and education.
Method: This is analitic cross-sectional study, used consecutive sampling on target
population in Jakarta. Subject was more than 13 years old, had fullfil inclusion and exclusion
criteria, and the MMSE score is normal.
Result: Total subject was 181, and divided into subgroups based on age and
education. For the subgroup of Elementary school graduation with age< 50 y.o the mean
was 7,5+0,381. Age 51-60 y.o the mean was 8,8+2,61, and >61y.o, the median was 8,0 (4-
14). For the subgroup of junior high school graduation with age <50 y.o the median was 3,0
(0-8), age 51-60 y.o the median was 5,0 (3-8), dan age >61 y.o the mean was 6,06+1,73. For
the subgroup of High school graduation age <50 y.o the median was 0 (0-5), age 51-60 y.o
the median was 2,0 (0-5), and >61 y.o the mean was 2,6+1,69. In correlation test, age and
education significantly had relationship with performance of ST-LNNB, which the score of
ST-LNNB performed better in youger aged with higher education, while in the lower
education the score perfomed worse in all aged group. Age significantly had correlation with
memory, executive, pshycomotor, and languaged function. While education significantly
influenced the executive function. ST-LNNB performance was not influenced by sex.
Conclusion: This study had got the mean and median score of ST-LNNB in normal
population. Aged and education significantly influenced the ST-LNNB performance. There
was no relationship between sex and ST-LNNB performance.
Keywords: Executive function, Luria Nebraska, memory, psychomotor.

ABSTRAK

Pendahuluan: ST-LNNB merupakan tes skrining neuropsikologi multidomain, dapat


digunakan pada usia produktif mulai dari 13 tahun keatas dalam waktu 20 menit. Penelitian
ini ditujukan untuk mendapatkan nilai rerata ST-LNNB versi Indonesia pada populasi
terjangkau di Jakarta berdasarkan faktor demografi yang meliputi usia, pendidikan, dan jenis
kelamin.
Metodologi: Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang yang dianalisis,
dengan pengambilan sampling secara konsekutif pada populasi umum di Jakarta. Yang
menjadi subjek penelitian adalah berusia >13 tahun, memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi,
dan mempunyai nilai MMSE normal.
Hasil penelitian: Telah didapatkan nilai rerata ST-LNNB pada 181 orang subjek
penelitian dan dibagi berdasarkan subgrup umur dan pendidikan. Subgrup tamat SD umur
<50 tahun didapatkan mean 7,5+0,381, umur 51-60 tahun mean 8,8+2,61, dan umur >61
tahun median 8,0 (4-14). Rerata subgrup pendidikan tamat SMP umur <50 tahun median 3,0
(0-8), umur 51-60 tahun median 5,0 (3-8), dan umur >61 tahun mean 6,06+1,73. Rerata
subgrup tamat SMA umur <50 tahun median 0 (0-5), umur 51-60 tahun median 2,0 (0-5), dan
Neurona Vol. 29 No. 1 Oktober 2011

 
Artikel Penelitian

 
umur >61 tahun mean 2,6+1,69. Pada uji statistik secara bermakna didapatkan hubungan
semakin tinggi pendidikan dan semakin muda usia seseorang maka nilai rerata ST-LNNB
akan semakin bagus, sementara apabila pendidikan rendah dilihat dari umur berapapun nilai
rerata ST-LNNB tetap jelek. Umur secara bermakna mempengaruhi fungsi memori,
eksekutif, psikomotor, dan pemahaman bahasa, sedangkan pendidikan secara bermakna
mempengaruhi fungsi eksekutif. Tidak didapatkan hubungan antara jenis kelamin dengan
nilai rerata ST-LNNB.
Kesimpulan : Penelitian ini telah mendapatkan nilai rerata ST-LNNB pada populasi
normal. Umur dan tingkat pendidikan secara bermakna mempengaruhi rerata ST-LNNB.
Jenis kelamin tidak mempengaruhi ST-LNNB.
Kata kunci: Fungsi eksekutif, Luria Nebraska, memori, psikomotor.

*Peserta Pendidikan Dokter Spesialis, Departemen Neurologi, FKUI/RSCM, Jakarta.


**Staf Departemen Neurologi, FKUI/RSCM, Jakarta.
***Staf Departemen Ilmu Kedokteran komunitas FKUI.

PENDAHULUAN
Pemeriksaan skrining neuropsikologi atau disebut juga sebagai skrining kognitif
bertujuan untuk mendeteksi seseorang mengalami gangguan kognitif akibat cedera otak.
Tujuan pemeriksaan skrining kognitif ini adalah untuk memudahkan pemeriksaan fungsi
kognitif seseorang karena waktu pemeriksaan yang sebentar dibandingkan pemeriksaan
neuropsikologi lengkap. Saat ini MMSE menjadi perangkat skrining gangguan kognitif yang
paling banyak dipakai di seluruh dunia. Meskipun cukup spesifik (62-92%) dan MMSE
kurang sensitif (59-64%) dalam mendeteksi adanya gangguan kognitif.1
Lonie et al2 melakukan systematic review berbagai pemeriksaan skrining kognitif
yang dilakukan sejak dikeluarkannya kriteria MCI menurut Petersen tahun 1999. Systematic
review dilakukan terhadap 57 perangkat skining kognitif, dan didapatkan 4 perangkat skining
kognitif multidomain dengan dianggap lengkap dan mempunyai sensitivitas dan spesifisitas
yang baik. Keempat perangkat itu meliputi Addenbrooke’s Cognitive Examination Revised
(ACE-R), Montreal cognitive examination ( MoCa), Consortium to establish registry for
Alzheimer disesase (CERAD), dan Cambriege cognitive examination (CAMCOG) . Keempat
perangkat skrining kognitif ini menjadikan kelompok lanjut usia sebagai subjek penelitian
dan lebih ditujukan untuk mendeteksi adanya MCI dan demensia Alzheimer.2 Perangkat ST-
LNNB dianggap penting untuk dikembangkan karena saat ini belum adanya perangkat
skrining kognitif yang dapat digunakan untuk mendeteksi gangguan kognitif akibat cedera
otak di usia produktif.
Salah satu pemeriksaan skrining neuropsikologi yang dapat dipakai adalah Tes
skrining Luria Nebraska (Screening Test Luria Nebraska Neuropsychological Battery / ST-
LNNB). Pemeriksaan ini merupakan versi singkat dari LNNB komprehensif, yang terdiri dari
15 pertanyaan yang diambil dari 279 pertanyaan LNNB yang dianggap paling representatif
dan dapat memperkirakan ada tidaknya gangguan fungsi kognitif. ST-LNNB merupakan tes
skrining neuropsikologi multidomain, yang mengevaluasi memori, bahasa, eksekutif, dan
psikomotor. Lama pemeriksaan cukup singkat, memakan waktu sekitar 20 menit. Dengan
form pemeriksaan yang dapat digunakan mulai usia > 13 tahun, maka aplikasi dari
pemeriksaan ST-LNNB ini lebih luas karena bisa dipakai pada usia muda. Meskipun tidak
terlalu banyak digunakan seperti halnya pemeriksaan skrining MCI yang lain, namun
pemeriksaan ini telah divalidasi baik pada populasi normal maupun populasi dengan
gangguan neurologis. Akurasi pemeriksaan ini dalam memperkirakan skor LNNB sebesar 87-
90%. 3 Validitas ST-LNNB versi Indonesia juga sangat baik yaitu 0,99.4
Neurona Vol. 29 No. 1 Oktober 2011

 
Artikel Penelitian

 
Gangguan kognitif dapat ditemui baik pada usia muda maupun usia lanjut, yang
timbul akibat proses degenerasi dan cedera otak oleh sebab apapun. Di bangsal Neurologi
RSCM selama kurun waktu 2008- 2010 didapatkan beberapa penyakit terbanyak yakni stroke
iskemik (20-30%), stroke hemoragik (10-15%), cedera kepala (15-20%), dan meningitis (25-
35%.).5 Keempat penyakit ini paling banyak mengenai usia produktif dan menimbulkan
sekuele berupa gangguan kognitif. Diharapkan dengan perangkat ST-LNNB ini gangguan
kognitif pada pasien pasca rawatan di bangsal neurologi RSCM terutama yang usia produktif
dapat dideteksi lebih dini. Adanya gangguan kognitif terutama pada usia-usia produktif
menyebabkan menurunnya produktifitas dan ketergantungan seseorang dengan keluarganya.
Pentingnya mendeteksi gangguan kognitif dari awal pasca cedera otak akan membantu dalam
tindakan preventif dan penatalaksanaan.
Pencarian nilai rerata ST-LNNB versi Indonesia pada populasi target di jakarta
dilakukan untuk mengetahui gambaran umum fungsi kognitif pada orang normal
berdasarkan faktor demografi yang meliputi umur, pendidikan, dan jenis kelamin, dengan
memakai perangkat ST-LNNB.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan studi observasional analitik dengan desain cross-sectional.
Pengambilan subjek penelitian dilakukan pada komunitas umum, diambil dari pengunjung
RSCM, kelompok sosial kemasyarakatan, dan masyarakat di sekitar RSCM, yang dipilih
secara konsekutif, dari bulan Maret – April 2011. Yang menjadi populasi penelitian adalah
subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah : Bersedia
diikutsertakan dalam penelitian, usia ≥ 13 tahun, dapat berbahasa Indonesia, dapat membaca
dan menulis, dan fungsi kognitif normal yang ditandai dengan nilai MMSE normal menurut
umur dan tingkat pendidikan berdasarkan tabel Crum.6 Kriteria eksklusi : Penderita gangguan
pendengaran berat, penderita gangguan visus berat, adanya riwayat penyakit sistem saraf
pusat ( Stroke, Trauma Kepala, Infeksi, Tumor, Epilepsi, Parkinson ), penderita penyakit
metabolik ( DM, Hipertensi, Tiroid ), penderita gangguan depresi (skor Hamilton > 10) dan
gangguan psikiatrik (psikosis, skizoprenia). Semua populasi yang memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi dijadikan subjek penelitian. Pada subjek dilakukan pemeriksaan ST-LNNB
melalui kuesioner dengan memberikan 15 pertanyaan dengan skor 0 untuk jawaban betul dan
skor 1 atau 2 untuk jawaban salah. Data yang terkumpul kemudian diolah dengan SPSS dan
didapatkan nilai rerata.

Neurona Vol. 29 No. 1 Oktober 2011

 
Artikel Penelitian

KERANGKA OPERASIONAL
Populasi

Bersedia mengikuti penelitian


1. Lembar Informasi Subyek Penelitian
Usia > 13 tahun

Bisa berbahasa Indonesia

Bisa membaca, dan menulis

Tidak depresi ( skala Hamilton < 10)

Tidak mempunyai riwayat penyakit : SSP, Metabolik, dan


Neuropsikiatrik

MMSE

abnormal
normal

diekslusi
SUBJEK
PENELITIAN

ST-LNNB

Pengolahan dan
Analisa data

Hasil penelitian

HASIL PENELITIAN
Karakteristik umum
Penelitian dilakukan selama 3 bulan sejak bulan Maret 2011- April 2011, dan
didapatkan 181 subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi.

Neurona Vol. 29 No. 1 Oktober 2011

 
Artikel Penelitian

Tabel 1. Sebaran karakteristik demografi subjek penelitian

Sebaran Frekuensi
N %

Jenis kelamin :
Laki-laki 88 48,6
Perempuan 93 51,4
Umur :
<50 tahun 70 38,7
51-60 tahun 54 29,79
>61 tahun 57 31,49
Pendidikan :
Tamat SD 57 31,49
Tamat SMP 60 33,14
Tamat SMA 65 35,91

Sebaran subjek penelitian antara laki-laki dan perempuan hampir sama. Sebaran
subjek penelitian berdasarkan usia didapatkan subjek usia < 50 tahun paling banyak dengan
perbedaan kurang dari 10% dibandingkan 2 kelompok umur lainnya, sedangkan sebaran
subjek penelitian menurut tingkat pendidikan mempunyai proporsi yang hampir sama pada
ketiga kelompok penelitian. Rentang usia pada subgrup < 50 tahun cukup lebar sehingga
subjek penelitian yang direkrut menjadi lebih banyak dengan usia termuda 15 tahun. Sebaran
subjek penelitian <50 tahun adalah 23 orang (32,85%) berusia dari 13-30 tahun dan 47
orang(67,14%) berusia 31-50 tahun. Sedangkan pada subgrup >60 tahun didapatkan
sebanyak 5 orang (7,69%) berusia > 70 tahun.

Tabel 2. Sebaran nilai rerata dan standar deviasi ST-LNNB menurut jenis kelamin, umur
dan tingkat pendidikan.

Sebaran Rerata
Mean/ Varian Kemaknaan (p)
Median SD/ Min-max
Jenis Kelamin :
Laki-laki 5,00 0-14 p= 0,230*

Perempuan 4,00 0-14

Umur : p= 0,03**
<50 tahun 3,00 0-13

51-60 tahun 4,50 0-13

>61 tahun 5,82 +3,53

Pendidikan : p= 0,000**
Tamat SD 8,37 +3,01

Tamat SMP 4,00 0-9

Tamat SMA 2,00 0-5

*Mann Whitney test


**Kruskal-Wallis test
Neurona Vol. 29 No. 1 Oktober 2011

 
Artikel Penelitian

Sebaran nilai rerata ST-LNNB berdasarkan jenis kelamin, umur dan pendidikan.
Sebagian besar sebaran nilai rerata ST-LNNB berdasarkan 3 kategori diatas tidak normal
sehingga nilai rerata yang dipakai adalah median, kecuali nilai skor ST-LNNB pada subgrup
pendidikan tamat SD dengan nilai mean 8,37 + 3,01 dan subgrup umur >61 tahun dengan
nilai mean 5,82 + 3,53. Pada uji korelasi dengan tes Mann Whitney antara jenis kelamin
terhadap skor ST-LNNB tidak didapatkan perbedaan yang bermakna, dimana nilai ST-LNNB
antara lelaki dan perempuan adalah sama. Sedangkan korelasi antara umur terhadap skor ST-
LNNB dengan tes Kruskal Wallis didapatkan perbedaan yang bermakna, dimana semakin
bertambah umur nilai rerata ST-LNNB semakin jelek. Pada kelompok pendidikan juga
didapatkan perbedaan nilai rerata ST-LNNB yang bermakna pada masing-masing subgrupnya
dimana semakin tinggi pendidikan, nilai rerata ST-LNNB akan semakin bagus.

Tabel 3. Sebaran rerata nilai ST-LNNB dan SD berdasarkan umur dan tingkat pendidikan.

Umur
Tingkat pendidikan <50 tahun 51-60 tahun >61 tahun Kemaknaan
Tamat SD
N 22 16 19 p= 0,381**
Mean 7,50 8,81 9,00
SD +2,99 +2,61 +3,27
Minimum 3 5 4
Median 8 8 8
Maximum 13 13 14

Tamat SMP
N 27 14 18 p= 0,000**
Mean 3,10 4,36 6,06
SD +1,73 +1,00 +1,73
Minimum 0 3 3
Median 3 5 6
Maximum 8 8 9

Tamat SMA
N 21 24 20 p=0,006**
Mean 1,1 2,08 2,60
SD +1,53 +1,5 +1,69
Minimum 0 0 0
Median 0 2 3
Maximum 5 5 5

**Kruskal Wallis test

Tabel 3 merupakan tabel silang nilai ST-LNNB berdasarkan umur dan tingkat
pendidikan. Dalam hal ini jenis kelamin tidak dipisahkan karena perbedaan nilai ST-LNNB
pada laki-laki dan perempuan tidak berbeda bermakna. Pada tabel ini sebaran nilai normal
didapatkan pada subgrup tingkat pendidikan SD umur < 50 tahun, dan subgrup usia >61
tahun dengan tingkat pendidikan SMP dan SMA. Pada beberapa subjek penelitian usia >61
tahun dengan tingkat pendidikan SD yaitu subjek nomor 35, 48, dan 159 mempunyai nilai
rerata ST-LNNB yang jauh lebih baik dibandingkan subjek lainnya pada subgrup yang sama.
Demikian juga pada subjek penelitian pada 2 subgrup yang berusia < 60 tahun dengan tingkat
pendidikan SMP didapatkan rentang nilai rerata yang lebar, misalnya pada subjek nomor 42,
dan 45 mempunyai nilai 0, sementara subjek lain nomor 86 dan 153 mempunyai nilai 9. Pada

Neurona Vol. 29 No. 1 Oktober 2011

 
Artikel Penelitian

 
uji korelasi antara pendidikan dan umur terhadap nilai rerata ST-LNNB dengan tes Kruskal
Wallis didapatkan pada tingkat pendidikan tamat SD nilai rerata ST-LNNB tidak berbeda
bermakna, dimana nilai rerata ST-LNNB pada subgrup ini tetap jelek dilihat dari semua
umur. Pada tingkat pendidikan tamat SMP dan SMA didapatkan hubungan yang bermakna
dimana semakin bertambah usia nilai rerata ST-LNNB semakin jelek.

Tabel 4. Hubungan masing-masing domain ST-LNNB dengan umur, tingkat


pendidikan, dan jenis kelamin.

No. Penilaian Skor 0 Skor 1 Skor 2 Kemaknaan (p)*


N % N % N % Umur Pendidikan Sex
1. Pengenalan 177 97,8 4 2,2 0 0 p=0,894 p=0,475 p=0,342
angka 1
2. Pengenalan 181 100 0 0 0 0 - - -
angka 2
3. Kalkulasi1 168 92,8 8 4,4 5 2,8 p=0,763 p=0,619 p=0,190
(eksekutif)
4. Immediate 129 71,3 46 25,4 6 3,3 p=0,03 p= 0,404 p=0,862
memory
auditorik 1
5. Immediate 95 52,5 60 33,1 26 14,4 p=0,004 p=0,111 p=0,968
memory visual
6. Pemahaman 131 72,4 39 21,5 11 6,1 p=0,000 p=0,715 p=0,254
bahasa
7. Working 91 50,3 69 38,1 21 11,6 p=0,187 p=0,747 p=0,542
memory
8. Abstraksi dan 137 75,5 34 18,8 10 5,5 p=0,210 p=0,986 p=0,096
bahasa
9. Kalkulasi2 139 76,8 41 22,7 1 0,6 p=0,003 p=0,063 p=0,218
(eksekutif)
10. Kalkulasi 3 82 45,3 90 49,7 9 5,0 p=0,000 p= 0,01 p=0,950
(eksekutif)
11. Psikomotor 1 150 82,9 29 16,0 2 1,1 p=0,312 p= 0,793 p=0,385

12. Psikomotor 2 153 84,5 28 15,5 0 0 p= 0,135 p=0,348 p=0,510

13. Psikomotor 3 127 70,2 53 29,3 1 0,6 p=0,018 p=0,402 p=0,082

14.New learning 53 29,3 109 60,2 19 10,5 p=0,000 p=0,669 p=0,966


ability
15. Immediate 114 63,0 59 32,6 8 4,4 p= 0,377 p=0,319 p=0,981
memory dan
atensi
*Spearman rank test
Tabel 4. menggambarkan hubungan masing-masing domain ST-LNNB dengan
umur, tingkat pendidikan, dan jenis kelamin. Fungsi memori paling banyak dipengaruhi oleh
umur baik itu pada immediate memory auditorik dan visual maupun pada kemampuan new
learning ability. Kesalahan paling banyak didapatkan pada subjek usia lanjut. Demikian juga
pada kemampuan eksekutif yang diwakili oleh pertanyaan no.10 tentang kemampuan
kalkulasi didapatkan kesalahan terbanyak pada kelompok usia lanjut dengan pendidikan
rendah. Sementara pada penilaian kemampuan psikomotor dan pemahaman bahasa rata-rata
subjek penelitian dapat menjawab dengan baik, namun beberapa kesalahan didapatkan pada
subjek usia lanjut. Pada uji korelasi antara umur, tingkat pendidikan, dan jenis kelamin
dengan masing-masing domain ST-LNNB didapatkan hubungan yang bermakna antara
fungsi memori,eksekutif, pemahaman bahasa dan kemampuan oromotor dengan umur,
Neurona Vol. 29 No. 1 Oktober 2011

 
Artikel Penelitian

 
dimana semakin bertambah usia maka fungsi keempat domain ini semakin jelek. Sedangkan
pada uji korelasi untuk melihat hubungan antara tingkat pendidikan dengan skor masing-
masing domain ST-LNNB didapatkan hubungan yang bermakna antara fungsi eksekutif
(kalkulasi 3) dengan tingkat pendidikan (p= 0,01) dimana semakin tinggi pendidikan maka
fungsi eksekutif semakin bagus. Sementara pada uji korelasi untuk melihat hubungan antara
jenis kelamin dengan skor masing-masing domain ST-LNNB tidak didapatkan hubungan
yang bermakna, dimana tidak didapatkan perbedaan skor masing-masing domain antara laki-
laki dan perempuan.

DISKUSI
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam kurun waktu 2 bulan dari bulan Maret 2011
hingga April 2011 guna mencari nilai rerata pemeriksaan skrining neuropsikologi Luria
Nebraska (ST-LNNB) pada populasi normal. Beberapa hal yang menjadi keterbatasan dalam
penelitian ini adalah dalam metode pengambilan subjek penelitian dan jumlah subjek
penelitian yang masih sedikit. Subjek penelitian diambil dari komunitas umum yang
memenuhi kriteria inklusi. Beberapa kendala yang ditemui saat pengambilan subjek
penelitian salah satunya latar belakang aktivitas sosial dan status ekonomi subjek yang tidak
homogen. Subjek penelitian yang awalnya direkrut dari pengunjung RSCM, ternyata dalam
tengat waktu yang diharapkan jumlah subjek yang direkrut belum memenuhi jumlah minimal
subgrup sesuai dengan pembagian usia dan pendidikan. Sebagian besar pengunjung laki-laki,
usia lanjut dan pengunjung dengan pendidikan rendah menolak untuk ikut serta dalam
penelitian. Sehingga akhirnya peneliti mengambil subjek penelitian dari kelompok komunitas
lain di luar RSCM, seperti kelompok pensiunan dan organisasi keagamaan serta masyarakat
di sekitar RSCM seperti pedagang, sopir bajaj, dan petugas parkir. Rata-rata subjek penelitian
yang berasal dari kelompok komunitas yang terstruktur seperti kelompok pensiunan dan
organisasi keagamaan mempunyai status ekonomi menengah keatas, dan aktif dalam kegiatan
sosial kemasyarakatan, walaupun mempunyai latar belakang pendidikan yang cukup
beragam. Sedangkan subjek penelitian yang diambil dari masyarakat di sekitar RSCM seperti
pedagang dan sopir rata-rata berasal dari ekonomi menengah ke bawah, dengan tingkat
pendidikan rendah.
Latar belakang sosial ekonomi dan aktivitas sosial yang beragam ini kemungkinan
dapat berpengaruh terhadap lebarnya rentang nilai rerata ST-LNNB. Sebagai contoh kasus
pada subjek no. 35, seorang wanita usia 69 tahun, pendidikan tamat SD dengan skor ST-
LNNB 4, jauh lebih baik dibandingkan nilai rerata ST-LNNB subjek lainnya dalam subgrup
yang sama dengan nilai median ST-LNNB 9,0. Subjek ini mempunyai pendidikan rendah
karena faktor sosial saat itu tidak memungkinannya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi, namun subjek sangat aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan dan
sering menang dalam perlombaan mengaji. Kasus lainnya subjek no.48, laki-laki usia 65
tahun, pendidikan terakhir SD, dengan nilai rerata ST-LNNB 5, lebih baik dibandingkan nilai
rerata pada kelompoknya yaitu 9,0.Walaupun berpendidikan rendah, subjek secara ekonomi
termasuk mapan dengan bekerja sebagai pengusaha mebel dan dapat menyekolahkan anak-
anaknya hingga sarjana.
Begitu banyak faktor yang melatarbelakangi fungsi kognitif dari subjek penelitian
ini. Namun sayang sekali hal ini baru sebatas asumsi dan secara statistik belum dapat
dibuktikan tingkat kemaknaannya. Pada berbagai penelitian didapatkannya pengaruh sosio
ekonomi dan aktivitas sosial terhadap fungsi kognitif seseorang. Penelitian McInnes et al6
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi performa LNNB mendapatkan skor LNNB tidak
semata-mata ditentukan oleh umur dan pendidikan, namun juga ditentukan oleh faktor
ekonomi, pemeliharaan kesehatan dan fungsi sosial kemasyarakatan. Basta et al8 meneliti
Neurona Vol. 29 No. 1 Oktober 2011

 
Artikel Penelitian

 
tentang pengaruh status sosioekonomi dan fungsi kognitif pada usia lanjut mendapatkan
faktor risiko timbulnya gangguan kognitif meningkat secara signifikan sebanyak 2,3x pada
orang dengan status sosioekonomi yang rendah. Penelitian lain oleh Glei et al9 mendapatkan
aktivitas sosial secara signifikan dapat memelihara fungsi kognitif seseorang di usia lanjut.
Weuve dan Churhill et al10 juga mendapatkan menjaga aktivitas di usia tua, pendidikan
tinggi, interaksi sosial yang luas, dan stimulasi kognitif dapat menghambat penurunan fungsi
kognitif. Sedangkan studi Middleton et al11 juga mendapatkan adanya aktivitas yang tinggi
pada wanita di usia remaja berperan besar terhadap fungsi kognitif di usia tua.
Keterbatasan lainnya yang didapatkan pada penelitian ini adalah masih sedikitnya
jumlah subjek penelitian. Pada penelitian ini didapatkan sebanyak 181 subjek penelitian dan
dibagi menjadi 18 subgrup berdasarkan jenis kelamin, umur, dan tingkat pendidikan. Pada
satu subgrupnya didapatkan total sekitar 10 orang subjek. Dalam pengolahan data didapatkan
jenis kelamin ternyata tidak bermakna terhadap nilai rerata ST-LNNB sehingga akhirnya
jumlah subgrup diperkecil menjadi 9 dengan menghilangkan pembagian berdasarkan jenis
kelamin, sehingga pada masing-masing subgrup didapatkan jumlah subjek menjadi sekitar 20
orang. Rentang nilai rerata ST-LNNB pada masing-masing subgrup ini cukup lebar sehingga
menjadikan distribusi nilai rerata menjadi tidak normal. Untuk itu pada penelitian selanjutnya
diperlukan penambahan jumlah sampel dengan memperhatikan homogenitas subjek
penelitian sehingga nantinya didapatkan distribusi nilai yang normal.

Karakteristik umum
Pembagian subjek penelitian ke dalam subgrup-subgrup dengan jumlah proporsi
yang sama dilakukan dengan tujuan untuk mencari nilai rerata pemeriksaan ST-LNNB yang
dibagi berdasarkan umur, tingkat pendidikan dan jenis kelamin.
Pada penelitian ini umur dibagi menjadi 3 kelompok yaitu < 50 tahun, 51-60 tahun,
dan >61 tahun. Pembagian ini berdasarkan teori bahwa degenerasi pada sel-sel neuron baru
terjadi setelah usia 50 tahun dan secara klinis penurunan fungsi kognitif akan terlihat setelah
usia 60 tahun. Dalam hal ini sebelum usia 50 tahun fungsi kognitif diasumsikan normal, dan
tidak berbeda baik pada usia sebelum 30 tahun ataupun setelah 30 tahun. Umur minimal yang
direkrut menjadi subjek penelitian adalah 13 tahun sesuai dengan perangkat ST-LNNB versi
aslinya yang dikeluarkan oleh Golden et al. Pada penelitian ini umur termuda yang menjadi
subjek adalah 15 tahun, dan usia tertua 84 tahun.
Tingkat pendidikan juga dibagi menjadi 3 kelompok yaitu tamat SD, tamat SMP,
dan Tamat SMA. Dalam hal ini untuk tingkat akademi atau lebih dimasukkan ke dalam grup
tamat SMA karena kemampuan subjek penelitian dalam menjawab kuesioner pada kedua
kelompok ini dianggap sama. Pada penelitian Dari 65 orang subjek dengan pendidikan tamat
SMA, 30 orang diantaranya mempunyai tingkat pendidikan akademi dan SI. Pada uji korelasi
antara tamat SMA dengan tamat Akademi dan SI terhadap nilai rerata ST-LNNB tidak
didapatkan hubungan yang bermakna diantara keduanya dengan p=0,183.
Faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi kognitif seperti penyakit metabolik (DM,
dan hipertensi), riwayat penyakit SSP seperti stroke, epilepsi, infeksi, neoplasma, cedera
kepala, serta gangguan depresi dieksklusi dari penelitian ini, sehingga diharapkan faktor yang
mempengaruhi fungsi kognitif pada subjek penelitian ini semata-mata adalah faktor usia,
jenis kelamin, dan pendidikan. Dalam hal ini faktor sosioekonomi, dan aktivitas sosial tidak
dimasukkan dalam kriteria demografi, walaupun akhirnya berdasarkan proses dilapangan
timbul asumsi bahwa kedua faktor ini ikut mempengaruhi fungsi kognitif subjek penelitian,
Asumsi ini didukung oleh beberapa teori yang meyatakan faktor sosioekonomi dan aktivitas
sosial secara signifikan mempengaruhi fungsi kognitif seseorang.

Neurona Vol. 29 No. 1 Oktober 2011

 
Artikel Penelitian

 
Pada uji statistik didapatkan umur dan pendidikan mempunyai hubungan yang
bermakna terhadap nilai rerata ST-LNNB, sedangkan terhadap jenis kelamin didapatkan nilai
rerata ST-LNNB tidak berbeda antara laki-laki dan perempuan.

Hubungan jenis kelamin dengan terhadap nilai rerata ST-LNNB


Pada penelitian ini tidak didapatkan korelasi yang kuat yang menyatakan jenis
kelamin mempengaruhi skor ST-LNNB (p= 0,203), sehingga dalam penelitian ini akhirnya
nilai rerata ST-LNNB tidak dibedakan berdasarkan jenis kelamin. Nilai rerata yang
didapatkan pada kedua grup baik laki-laki maupun perempuan sangat bervariasi. Hasil yang
tidak bermakna kemungkinan juga dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi. Sebagian besar
subjek penelitian wanita usia lanjut walaupun tidak bekerja, namun rata-rata aktif pada
kegiatan sosial dan mempunyai status ekonomi menengah keatas. Pada grup wanita dengan
pendidikan rendah juga banyak yang tidak bekerja, sebagian kecil bekerja sebagai
wiraswasta, dan buruh. Sementara subjek penelitian laki-laki usia lanjut terbanyak adalah
pensiunan dan kurang aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. Sedangkan subjek
penelitian laki-laki pendidikan rendah rata-rata berprofesi sebagai pedagang, sopir,dan
wiraswasta.
Pada berbagai penelitian tentang LNNB oleh Golden juga tidak didapatkan
perbedaan nilai rerata LNNB antara laki-laki dan perempuan. Penelitian lain oleh Mcinnes et
al, 1981, 1982 yang meneliti masing-masing skala LNNB didapatkan laki-laki lebih baik
pada skala visual, sedangkan wanita lebih baik pada skala bahasa ekspresif dan
patognomonik.12
Penelitian oleh Zhang13 mendapatkan wanita usia lanjut lebih banyak mengalami
gangguan kognitif daripada laki-laki usia lanjut. Hal ini berhubungan dengan status sosial
ekonomi, kesempatan wanita yang lebih sedikit dalam bersosialisasi dan menikmati waktu
luangnya. Artero14 melaporkan faktor risiko yang bermakna pada pria untuk mengalami
perburukan MCI menjadi demensia adalah mutasi gen ApoE4allele, stroke,obesitas, DM,
tingkat pendidikan yang rendah, penurunan kemampuan IADL, dan usia. Pada wanita
penurunan fungsi kognitif lebih banyak dipengaruhi oleh penurunan kemampuan IADL,
ApoE4allele, pendidikan yang rendah, adanya depresi subklinis, pemberian obat
antikolinergik, dan usia. Keterbatasan lingkungan pergaulan dan imsomnia juga
menyebabkan perburukan fungsi kognitif pada wanita.

Hubungan umur terhadap nilai rerata ST-LNNB


Pada penelitian ini, nilai rerata ST-LNNB pada populasi normal di Indonesia
menurut kelompok umur adalah median 3,0 (0-13) pada umur < 50 tahun, 4,5 (0-13) pada
umur 51-60 tahun, dan 5,82 + 3,53 pada umur >61 tahun. Adanya distribusi skor yang tidak
normal pada kelompok <50 tahun, dan kelompok 51-60 tahun menyebabkan nilai rerata yang
dipakai adalah median. Sedangkan pada kelompok umur > 61 tahun distribusi skornya
normal sehingga rerata yang dipakai adalah mean. Pada uji korelasi menggunakan tes
Kruskal-Wallis didapatkan nilai rerata ST-LNNB berbeda secara bermakna pada kelompok
umur yang berbeda, dengan nilai p = 0,03. Hasil penelitian ini sama dengan berbagai
penelitian tentang tes neuropsikologi Luria Nebraska yang dikembangkan oleh Golden dkk.
Galbraith,Golden, et al15 meneliti pengaruh faktor umur terhadap nilai LNNB dengan
membagi subjek penelitian menjadi 3 grup yaitu usia 17-30 tahun sebagai kelompok dewasa
muda, 50-55 tahun sebagai kelompok usia pertengahan, dan >65 tahun sebagai kelompok
usia lanjut. Galbraith menyimpulkan faktor umur berpengaruh pada penilaian LNNB,
dimana pada usia lanjut terlihat penurunan fungsi kognitif secara umum terutama pada fungsi
eksekutif dan psikomotor.25 Penelitian oleh Golden, Marvel et al16 mendapatkan umur
mempunyai hubungan yang bermakna terhadap skor LNNB pada 11 dari 14 skala
Neurona Vol. 29 No. 1 Oktober 2011

 
Artikel Penelitian

 
pemeriksaan LNNB, dimana semakin bertambah usia maka nilai LNNB akan semakin
jelek.26
Usia menjadi faktor resiko utama penurunan fungsi kognitif. Penelitian oleh
Shankar17 mendapatkan volume dan berat otak menurun sekitar 5% pada usia 40 tahun yang
diikuti dengan mulai menurunnya fungsi kognitif, penurunannya bertambah besar setelah
berusia 70 tahun. Pada penelitian lain oleh Gunten et al18 mendapatkan proses degenerasi
otak didapatkan pada usia 50 tahun dan meningkat sesuai bertambahnya usia. Pada usia 60
tahun gangguan kognitif didapatkan pada 1 dari 10 orang, dan pada usia 82 tahun gangguan
kognitif didapatkan pada 1 dari 2 orang.

Hubungan pendidikan terhadap nilai rerata ST-LNNB


Nilai rerata ST-LNNB pada populasi normal di Indonesia berdasarkan tingkat
pendidikan adalah 8,37 + 3,01 untuk tamat SD; 4,0 (0-9) untuk tamat SMP; dan 2,0 (0-5)
untuk tamat SMA. Pada uji korelasi dengan menggunakan tes Kruskal Wallis didapatkan nilai
rerata ST-LNNB berbeda bermakna sesuai dengan tingkat pendidikan dengan p<0,001.
Pendidikan sangat mempengaruhi fungsi kognitif seseorang. Berbagai penelitian
tentang plastisitas otak didapatkan pada proses pendidikan sel-sel neuron akan diaktivasi
dan distimulasi untuk terus berkembang, sehingga semakin dini seorang anak mendapat
pendidikan dan semakin lama pendidikan berjalan, maka fungsi kognitif akan semakin baik.
Pendidikan yang rendah berhubungan dengan peningkatan prevalensi demensia (Mortimer,
Snowdon dan Markesbery 2003). Penelitian lain oleh Cummings, Vinter, Cole, dan
Khachaturian, 1998 mendapatkan tingkat pendidikan yang tinggi akan memperlambat onset
timbulnya demensia. Graves et al mendapatkan orang yang berpendidikan tinggi mempunyai
kapasitas otak yang jauh lebih besar dengan jumlah sinaps yang lebih banyak dibandingkan
dengan yang berpendidikan rendah.10
McKay, Golden et al15 yang meneliti perangkat LNNB mendapatkan umur dan
pendidikan berpengaruh pada hampir semua skala yang terdapat pada LNNB. McInnes et al7
mendapatkan hasil yang sedikit berbeda, dimana skor LNNB tidak semata-mata ditentukan
oleh umur dan pendidikan, namun juga sangat ditentukan oleh faktor ekonomi dan fungsi
sosial kemasyarakatan. Pada penelitian McInnes didapatkan seseorang dengan usia lanjut dan
tingkat pendidikan rendah dapat mempunyai skor LNNB yang tinggi jika mempunyai
pekerjaan yang mapan, dan aktif bersosialisasi. Hal serupa juga didapatkan pada penelitian
ini dimana subjek penelitian yang diambil dari kelompok komunitas sosial yang terstruktur
seperti kelompok keagamaan, perkumpulan lansia, rata-rata mempunyai skor ST-LNNB
tinggi walaupun tingkat pendidikan rendah.
Skor rerata ST-LNNB pada kelompok pendidikan tamat SD mempunyai varian nilai
minimun dan maksimum yang cukup lebar. Hal ini disebabkan karena pada subjek penelitian
yang tamat SD banyak yang mempunyai skor rata-rata lebih jelek namun ada juga subjek
penelitian ini yang mendapatkan skor ST-LNNB bagus, yang kemungkinan disebabkan oleh
faktor kecerdasan yang bagus namun status ekonomi yang rendah menyebabkan subjek
penelitian ini tidak melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. Pada subjek
penelitian dengan tingkat pendidikan tamat SMA keatas tidak didapatkan adanya perbedaan
skor antara subjek yang tamat SMA saja atau subjek yang melanjutkan pendidikan pada
jenjang yang lebih tinggi.

Sebaran nilai rerata ST-LNNB pada subjek penelitian berdasarkan umur dan
pendidikan
Karena jenis kelamin dianggap tidak berhubungan secara bermakna dengan nilai
rerata ST-LNNB, maka dalam penelitian ini peneliti membagi nilai rerata ST-LNNB menurut
kelompok umur dan pendidikan saja. Subjek penelitian dibagi menjadi 3 kelompok umur
Neurona Vol. 29 No. 1 Oktober 2011

 
Artikel Penelitian

 
yaitu <50 tahun (13-50 tahun), umur 51-60 tahun, dan >61 tahun, dan 3 kelompok pendidikan
yaitu tamat SD, tamat SMP, dan tamat SMA. Adanya jarak umur yang tidak sama antara 3
kelompok ini menyebabkan subjek penelitian terdistribusi tidak merata, sehingga nilai rerata
yang diharapkan tersebar tidak normal. Selain itu adanya faktor lain diluar tingkat
pendidikan, seperti kecerdasan, aktivitas sosial, dan tingkat ekonomi, diduga juga
mempengaruhi nilai rerata ST-LNNB. Hal ini menjadikan nilai rerata yang diambil pada
sebagian besar nilai ST-LNNB adalah median, sementara nilai mean didapatkan pada 2
kelompok umur dibawah 60 tahun dengan pendidikan tamat SD, dan 1 kelompok usia >61
tahun dengan pendidikan tamat SMP dan SMA.
Pada uji statistik dengan Kruskal-Wallis untuk menilai perbedaan nilai rerata ST-
LNNB antara kelompok pendidikan dengan kelompok umur didapatkan hasil untuk
kelompok SD nilai ST-LNNB tidak berbeda bermakna dilihat dari umur berapapun
(p=0,230). Hasil yang berbeda didapatkan pada kelompok dengan tingkat pendidikan tamat
SMP dan SMA, didapatkan semakin bertambah usia maka skor ST-LNNB semakin jelek
dengan p= 0,03 untuk pendidikan SMP, dan p=0,000 untuk tingkat pendidikan SMA.
Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan pendidikan mempunyai pengaruh yang lebih
besar terhadap nilai rerata ST-LNNB dibandingkan umur. Semakin tinggi pendidikan dan
semakin muda usia seseorang maka nilai rerata ST-LNNB akan semakin bagus, sementara
apabila pendidikan rendah dilihat dari umur berapapun nilai rerata ST-LNNB tetap jelek.

Hubungan masing-masing domain ST-LNNB dengan umur, tingkat pendidikan, dan


jenis kelamin.
Cattell (1968) membagi fungsi kognitif menjadi 2 istilah yakni “crystalized
inteligence” dan “fluid inteligence”. Crystalized inteligence diartikan sebagai kemampuan
kognitif yang meliputi kemampuan belajar dan pembentukkan kebiasaan dan keterampilan,
dimana fungsi kognitif ini tidak dipengaruhi oleh pertambahan usia. Sedangkan fluid
inteligence diartikan sebagai kemampuan pemecahan masalah secara aktif dan adaptasi
terhadap stimulus baru, dimana kemampuan ini menurun sesuai pertambahan usia. Teori ini
dipakai oleh Golden et al dalam menilai domain yang dinilai pada pemeriksaan LNNB.19
McKay, Golden et al15 yang meneliti perangkat LNNB mendapatkan umur dan
pendidikan berpengaruh pada hampir semua skala yang terdapat pada LNNB. Selain itu
Golden et al20 membandingkan pemeriksaan LNNB-III dengan pemeriksaan the Wechsler
Adult Intelligence Scale-Third Edition (WAIS-III) . Pada penelitian ini Golden mendapatkan
hubungan yang signifikan antara LNNB-III dengan WAIST –III dalam penilaian skala
inteligensia, visuospasial, kompleks auditorik, dan aritmatika.
Pada penelitian ini didapatkan umur mempunyai hubungan yang bermakna dengan
kemampuan memori, eksekutif, psikomotor, dan bahasa. Pendidikan secara signifikan
mempengaruhi fungsi eksekutif, sedangkan jenis kelamin tidak mempengaruhi secara
signifikan semua domain yang ada di ST-LNNB.
Pada penelitian ini, umur<50 tahun mempunyai penilaian memori yang paling baik.
Pada uji korelasi Spearman untuk melihat hubungan memori dengan umur dan pendidikan
didapatkan hubungan yang bermakna pada hampir semua item pertanyaan tentang fungsi
memori pada STLNNB. Berdasarkan penelitian ini didapatkan bahwa perangkat ini
sepertinya cukup sensitif untuk menilai adanya gangguan memori, karena pada subjek normal
sendiripun banyak didapatkan kesalahan terutama pada new learning ability.
Penelitian yang dilakukan oleh Golden dan Teichner21 yang melakukan studi uji
reliabilitas skala memori pda LNNB-III terhadap pasien cedera kepala didapatkan
pemeriksaan ini dapat dijadikan perangkat untuk menilai gangguan memori pada pasien
cedera kepala. Bradley dan Gordon21 juga melaporkan adanya gangguan recall dan memori
verbal dan visual pada pasien pasca cedera kepala. Pada penelitian lain Bradley dan Gordon22
Neurona Vol. 29 No. 1 Oktober 2011

 
Artikel Penelitian

 
juga membandingkan skala memori pada LNNB-III dengan WMS-R, dan didapatkan hasil
korelasi yang kuat antara skala memori pda LNNB-III dengan skala memori dan atensi pada
WMS-R. Berdasarkan hal ini perangkat STLNNB ini termasuk sangat baik dalam melakukan
penilaian adanya gangguan memori.31
Selain fungsi memori, umur juga mempunyai hubungan yang bermakna dengan
fungsi pemahaman bahasa dan kemampuan psikomotor. Pada 2 domain ini skor terbaik
didapatkan pada usia < 60 tahun, dimana kesalahan didapatkan pada sebagian kecil subjek
yang berusia >61 tahun . Uji korelasi Spearman dilakukan untuk melihat hubungan umur
dengan fungsi psikomotor dan bahasa pada subjek penelitian ini didapatkan umur mempunyai
hubungan yang bermakna dengan kemampuan oromotor (p=0,018) dan pemahaman bahasa (
p=0,000) Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Galbraith15 pada
penilaian faktor motorik LNNB, yang mendapatkan fungsi psikomotor lebih rendah
didapatkan pada usia lanjut.
Pada penelitian oleh Golden et al (1980) yang menganalisis skala motorik, taktil, dan
ritme dalam pemeriksaan LNNB didapatkan bahwa fungsi psikomotor melibatkan fungsi
feedback kinestetik otak. Selain itu, untuk fungsi bahasa sendiri Golden memasukkannya
kepada skala patognomonik, dimana fungsi bahasa secara khusus menggambarkan fungsi
hemisher kiri. Golden yang membandingkan subjek penelitian dengan defisit neurologis dan
subjek normal didapatkan bahwa gangguan fungsi psikomotor maupun bahasa dapat menjadi
penanda adanya suatu lateralisasi pada otak.23,24
Stambrook25 membandingkan keakuratan LNNB dengan Halstead-Reitan
Neuropsychological Test Battery (HRNTB) dalam mendiagnosis kerusakan otak, didapatkan
hasil yang sebanding yaitu 70 -80%. Namun LNNB mempunyai keunggulan dibandingkan
HRNTB berupa waktu pemeriksaan yang lebih singkat yakni 2,5 jam, dibandingkan waktu
pemeriksaan HRNTB hingga 6 jam. Penelitian lain oleh Mcinnes15 yang membandingkan
kelompok pasien usia lanjut yang sehat dengan kelompok usia lanjut yang mengalami
kerusakan otak termasuk didalamnya demensia didapatkan kelompok dengan kerusakan otak
mempunyai nilai yang buruk pada seluruh skala kecuali menulis.
Pada penelitian ini, selain umur, pendidikan sendiri mempengaruhi kemampuan
kalkulasi, yang termasuk pada fungsi eksekutif. Fungsi eksekutif adalah adalah proses
kognitif yang berhubungan dengan perencanaan, penggunaan logika, pemecahan masalah,
pengaturan tingkah laku, pertimbangan dan pengambilan keputusan. Dalam berbagai tes
neuropsikologi fungsi eksekutif dapat dinilai dengan memberikan pertanyaan umum guna
menilai fungsi penerimaan dan penyimpanan informasi, aritmatika yang sederhana hingga
kompleks, tilikan, dan interpretasi dari pemikiran abstrak. Pada uji korelasi Spearman yang
menilai hubungan antara fungsi eksekutif dengan umur dan pendidikan didapatkan hubungan
yang bermakna. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Galbraith et
al dan Golden yang meneliti faktor eksekutif pada LNNB, dan juga mendapatkan umur dan
pendidikan mempunyai hubungan yang bermakna terhadap fungsi eksekutif. Selain itu
penelitian McKay et al yang meneliti pengaruh umur dan pendidikan terhadap skor LNNB
juga mendapatkan hubungan yang bermakna antara umur dan pendidikan dengan kemampuan
eksekutif.16
Pada penelitian ini jenis kelamin tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan
masing-masing domain dalam ST-LNNB, dimana skor antara laki-laki tidak berbeda jika
dibandingkan perempuan. Penelitian Mcinnes et al yang meneliti masing-masing skala
LNNB didapatkan laki-laki lebih baik pada skala visual, sedangkan wanita lebih baik pada
skala bahasa ekspresif dan patognomonik, sedangkan pada penelitian ini kedua domain
tersebut tidak berbeda antara laki-laki dan perempuan. Hal ini mungkin disebabkan karena
item yang diperiksa pada masing-masing skala memori visual dan bahasa dalam LNNB jauh

Neurona Vol. 29 No. 1 Oktober 2011

 
Artikel Penelitian

 
lebih banyak. Sementara penelitian LNNB lainnya yang dilakukan oleh Golden et al tidak
mendapatkan hubungan jenis kelamin dengan skor LNNB.16

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
1. Penelitian ini dilakukan pada komunitas umum dan didapatkan subjek penelitian
dengan pembagian proporsi yang sama menurut kelompok umur, tingkat pendidikan,
dan jenis kelamin, sehingga didapatkan nilai rerata ST-LNNB pada populasi normal.  
2. Umur secara bermakna mempengaruhi nilai rerata ST-LNNB terutama fungsi
memori, eksekutif, psikomotor, dan pemahaman bahasa dimana semakin bertambah
umur maka fungsi domain diatas akan semakin jelek.
3. Pendidikan secara bermakna mempengaruhi nilai rerata ST-LNNB terutama fungsi
eksekutif, dimana semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka fungsi
eksekutifnya semakin baik.
4. Tidak terdapat perbedaan nilai rerata ST-LNNB antara laki-laki dan perempuan.
Saran
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam penapisan awal adanya
gangguan fungsi kognitif oleh sebab apapun, berdasarkan pemeriksaan ST-LNNB.
2. Pada penelitian selanjutnya dengan menggunakan perangkat ST-LNNB sebaiknya
juga dinilai faktor sosioekonomi dan aktivitas sosial dari subjek penelitian.
3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan metode pengambilan subjek penelitian
yang lebih homogen baik dari latar belakang sosioekonomi, umur, dan pendidikan,
dan dengan jumlah subjek yang lebih banyak.

DAFTAR PUSTAKA
1. Folstein MF, Folstein SE, McHugh PR. Mini mental state exam (MMSE). Rush J. Psychiatric
Measures. APA: Washington DC, 2000.
2. Lonie J.A, Tieney K, Ebmeier K. Screening for Mild Cognitive Impairment : a Systematic Review. Int
J.Geriatric Psychiatriy; 2009;24:902-915.
3. Golden,CJ. Screening Test for the Luria-Nebraska Neuropsychological Battery (ST-LNNB) Adult and
Children's Forms.
4. Syahroni, Lumenpow SF, Nari Lastri D, Herqutanto. Validasi transkultural dan reliabilitas Skrining Test
Luria Nebraska (STLNNB).2010.
5. Data pasien rawatan bangsal Neurologi RSCM 2008-2010. Depertemen Neurologi RSCM/ Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
6. Crum R, Folstein M, Basset S, Anthony J. Population-based Norms for the Mini Mental State
examination by age and education level.JAMA; 1993:12:18.
7. Macinnes W, Gillen R, Golden C, Graber B. Aging and Performance on Luria Nebraska
Neuropsychological Battery. Intern. J. Neuroscience, 1983; vol.19: 179-190.
8. Basta NE, Mattews FE, Chatfield M, Brayne C. Community-level Socioeconomic Status and Cognitive
and Functional Impairment in the older population. European Journal of Public Health. 2007; 21:48-54.
9. Glei DA, Landau D, Goldman N, Chuang Yi, Rodriguez G, Weinstein M. Participating in Social
Activity Help Preserve Cognitive Function : an Analysis of a Longitudinal Population Based Study of
the Elderly. International J.Epidemiology. 2005; 34(4): 864-871.
10. Kolb B, Gibb R, Robinson T. Brain plasticity and Behavior. J.American Psychological Society; 2003;
12:1:1-5.
11. Middleton et al. Physical Activity Over the Life Course and Its Association with Cognitive Performance
and Impairment in Old Age; The Journal of the American Geriatrics Society, July 2010.
12. Catherine Erickson Barrett. In Search of Brain-Behavior Relationships in Dementia and the Luria-
Nebraska Neuropsychological Battery. Phys Occup Ther Geriatry; 1986. Download from
www.informalheath.com.
13. Zhang Z. Gender Differentials in Cognitive Impairment Decline of the Oldest Old in China.J.
Gerontology B Psychol Sci Social;2006:61:2:S107-S115.
Neurona Vol. 29 No. 1 Oktober 2011

 
Artikel Penelitian

 
14. Artero et al. Risk profiles for mild cognitive impairment and progression to dementia are gender
spesific.J. Neurol Neurosurg Psychiatry 2008;79:979-984.
15. McKay S E, Golden C, Wolf B. Effect of Age and Education on The Luria Nebraska
Neuropsychological Battery Performance of Selected Populations. Intern.J. Neuroscience, 1983; vol.21:
25-38.
16. McKinzey K, Roecker C, Puente A, Rogers E. Performance of normal Adults on The Luria nebraska
Neuropsychological Battery Form I. Arch Clin Neuropsy; 1998: 13:397-413.
17. Shankar SK. Biology of Aging. Indian J.Pathol Microbiol.2010;Oct-Des;53(4):595-604.
18. Gunten et al. Brain aging in tke oldest-old. J.Current Gerontology and Geriatric research; vol.2010: 3:
611-17.
19. Aldila Alfredo. Luria’s Approach to Neuropsychological Assessment. Intern. J . Neuroscience, 1992,
Vol. 66, pp. 3.5-43.
20. Gordon T, Golden CJ, Bradley J, Crum T. Prediction of WAIS-R indices Based on Performance on The
The Luria Nebraska Neuropsychological Battery –III. Int J Neurosciense;2000:101:157-163.
21. Gordon T, Golden CJ, Bradley J, Crum T. Internal Consistency and Discriminat Validity of The Luria
Nebraska Neuropsychological Battery –III. Int J Neurosciense, 1999;98:141-152.
22. Gordon T, Golden CJ, Bradley J, Crum T. Concurrent Validity and Analysis of Learning curves of the
Memory Scale of The Luria Nebraska Neuropsychological Battery –III. Int J Neurosciense, 2000;
103:115-126.
23. Golden C, Hammeke T, Osmon D, Sweet J, Purisch A, Graber B. Factor Analysis of the Luria Nebraska
Neuropsychological Battery : IV.Inteligence and Patognomonic Scales. Intern. J. Neuroscience, 1981,
vol.13:87-92.
24. Golden C, Hammeke T, Osmon D, Sweet J, Purisch A, Graber B. Factor Analysis of the Luria Nebraska
Neuropsychological Battery : I. Motor, Rhythm, and Tactil Scales. Intern. J. Neuroscience, 1980,
vol.11:91-99.
25. Stambook M, Hawryluk GA, Martin D. Lateralizing Brain Damage With The Luria Nebraska
Neuropsychological Battery : Diagnostic Effectiveness as Compared to the Halsted Reitan
Neuropsychological Battery-III. Int J Neuroscience, 1999;98:141-152.

Neurona Vol. 29 No. 1 Oktober 2011

You might also like