You are on page 1of 13

Available at http://jurnal.stie-aas.ac.id/index.

php/jie
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(02), 2021, 816-828

Implementasi Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 Tentang Pesantren


Terhadap Pengelolaan Pondok Pesantren
Panut1*), Giyoto2), Yusuf Rohmadi 3)
1,2,3
Program Doktor Manajemen Pendidikan Islam, IAIN Surakarta
*Email korespondensi: panut@gmail.com

Abstract
This study aims to describe the implementation of Law Number 18 of 2019 concerning Islamic Boarding Schools
on the management of pesantren in Kebumen Regency in 2020-2021; describe the problems of education
management, availability of infrastructure and financing in Islamic boarding schools; and describe strategies for
solving problems of education management, availability of infrastructure and financing in Islamic boarding
schools in terms of Law Number 18 of 2019 in Kebumen Regency in 2020-2021. This study used descriptive
qualitative method. The place of research is Islamic boarding school in Kebumen district, Central Java province.
The sample criteria in this study was to use purposive sampling. The sample taken in this study was from 2
salafiyah Islamic boarding schools consisting of one advanced salafiyah cottage and one undeveloped salafiyah
cottage. The participants of this research are the leaders of Islamic boarding schools. Informants in this study
were students, ustadz/ustadzah, managers, and guardians of students. Data collection techniques in this study
using documents, in-depth interviews, and observation. The method used to check the validity of the data is the
credibility test (triangulation, discussion with colleagues, and member check), transferability test, dependability
test, and confirmability test. The data analysis technique used in this research is through the field process. The
stages in analyzing the data in this study are analysis before in the field, analysis while in the field (data reduction,
data presentation, drawing conclusions). The results showed that: 1). implementation of Law Number 18 of 2019
concerning Islamic boarding schools for the management of Islamic boarding schools in Kebumen Regency in
2020-2021 has been carried out well, especially in advanced Salafiah Islamic Boarding Schools; 2). problems of
education management, availability of infrastructure and financing in Islamic boarding schools in terms of Law
Number 18 of 2019 in Kebumen Regency in 2020-2021 for salafiah Islamic boarding schools that have developed
almost none, but salafiah Islamic boarding schools that have not advanced in all three aspects experiencing
problems; 3). problem solving strategies, especially for salafiah Islamic boarding schools that have not developed
yet, by conducting comparative studies to Islamic boarding schools that have good governance, recruiting human
resources who understand information systems and technology, submitting infrastructure budgets to related
parties, collaborating with Lazis and Baznas in particular. related to the completion of education financing in
Islamic boarding schools, as well as developing a network of general donors and networks through alumni.

Keywords: implementation, Law Number 18 of 2019, Islamic boarding schools

Saran sitasi: Panut., Giyoto., & Rohmadi, Y. (2021). Implementasi Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019
Tentang Pesantren Terhadap Pengelolaan Pondok Pesantren. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(02), 816-828.
doi:http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v7i2.2671

DOI: http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v7i2.2671

1. PENDAHULUAN masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-


Salah satu praktik pendidikan Islam di nilai ajaran agamanya dan atau menjadi ahli ilmu
Indonesia adalah Pondok Pesantren atau Madrasah agama.
Diniyah. Sebagai bagian dalam pendidikan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2019
keagamaan, pondok pesantren telah secara sah diatur tentang Pesantren menjadi sejarah baru bentuk
dalam Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang rekognisi (pengakuan) negara terhadap pesantren
Sistem Pendidikan Nasional yang berfungsi yang eksistensinya sudah ada berabad-abad silam,
mempersiapkan peserta didik menjadi anggota jauh sebelum Indonesia merdeka. Tidak hanya

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(02), 2021, 817
rekognisi, Undang-undang tersebut juga bagian dari institusi ini terjadi dari kontak pribadi kiai dengan
afirmasi dan fasilitasi kepada dunia pondok pesantren masyarakat secara sendiri-sendiri. Kemudian
(Telaumbanua, 2019). Undang-undang Nomor 18 berkembang menjadi institusi yang bersifat non
Tahun 2019 tentang Pesantren muncul tidak secara formal yang memiliki materi-materi tertentu.
tiba-tiba. Wacana tentang perlunya Undang-Undang Perkembangan dari tahun ke tahun akhirnya institusi
yang mengatur tentang pesantren telah ada sejak itu melembaga secara formal seperti saat ini. Jika
sebelum diterbitkannya UU Sisdiknas. Hadirnya UU ditelaah lebih mendalam, peran kiai sebagai sentral
Sisdiknas yang kemudian diikuti dengan PP Nomor merupakan faktor penentu sukses atau gagalnya
55 Tahun 2007 juga menempatkan pesantren sebagai lembaga tersebut mencapai tujuan. Seorang kiai
bagian dari pendidikan keagamaan Islam jalur adalah piramida bagi para santri. Kiai merupakan
pendidikan nonformal. Fakta ini menunjukkan bahwa sosok yang memiliki banyak ilmu sehingga, mereka
pengakuan tersebut belum secara utuh mengakui berlomba-lomba menimba ilmu agama Islam dari kiai.
praktik pendidikan pesantren yang dilaksanakan Semakin besarnya keinginan santri untuk mengaji
secara terstruktur dan berjenjang, dan dari sisi beban ilmu agama, maka banyak dari para santri yang rela
belajar sama dengan pendidikan umum jalur sampai mondok di kediamannya. Dari sinilah
pendidikan formal. Pesantren sebagai subkultur, kemudian asal muasal istilah pondok pesantren.
memiliki kekhasan yang telah mengakar serta hidup Pernah K.H. Abdurrahman Wahid pada salah satu
dan berkembang di tengah-tengah masyarakat dalam kesempatan mengatakan, pesantren berasal dari kata
menjalankan fungsi pendidikan, fungsi dakwah, dan Al-Funduuk, yakni tempatnya orang toriqoh kholwat
fungsi pemberdayaan masyarakat. Secara historis, selama 40 hari setelah manaqib kubro. Lambat laun
keberadaan pesantren menjadi sangat penting dalam nama Al-Funduuk bagi orang Jawa menyebutkannya
upaya pembangunan masyarakat, terlebih lagi karena menjadi pondok yakni tempatnya orang mengaji
bersumber dari aspirasi masyarakat yang sekaligus (santri).
mencerminkan kebutuhan masyarakat sesungguhnya Istilah pesantren dalam dunia pendidikan sudah
akan jenis layanan pendidikan dan layanan umat tidak asing lagi, karena dalam spektrum pendidikan di
lainnya (Zayadi, 2019). Indonesia, pesantren diyakini sebagai cikal bakal
Banyak referensi mengatakan bahwa pondok lahirnya pendidikan di Indonesia. Pesantren telah
pesantren merupakan warisan dari Imam Al-Ghazali hadir di Indonesia seiring dengan masuknya Islam di
dengan kurikulumnya yang terkenal yakni Fikih, Indonesia pada abad ke-11 dan abad ke-14 (Dhofier,
Ilmu Kalam, dan Tasawuf. Ketiga kurikulum ini 2011). Jika disandingkan dengan lembaga pendidikan
paling dominan di pondok pesantren. Tidak hanya yang pernah muncul di Indonesia, Pesantren
itu, ketiga kurikulum ini diwariskan sampai dengan merupakan sistem pendidikan tertua yang diangggap
sekarang ini. Kehadiran pondok pesantren sebelum sebagai produk budaya Indonesia yang indigeous
Indonesia merdeka banyak lahir di pulau Jawa dengan (Sulthon, 2006). Istilah pesantren hanya dikenal dan
cikal bakalnya yakni pusat-pusat pendidikan Islam berkembang di Indonesia. Pesantren semula hanya
penamaannya. Namun, seiring dengan pendudukan pendidikan agama Islam yang kemudian
kolonial Belanda, maka perlahan-lahan pondok penyelenggaraannya menjadi semakin teratur
pesantren di Indonesia pada waktu itu dihancurkan dengan munculnya tempat- tempat pengajian. Bentuk
oleh Belanda. Kemudian, lahirlah pondok pesantren ini kemudian berkembang dengan pendirian tempat-
di tanah Jawa. Selanjutnya, lahirlah banyak pondok- tempat menginap para pelajar (santri).
pondok modern di Indonesia sampai sekarang ini. Dalam sejarahnya, pesantren tumbuh dan
Ini berarti bahwa jauh sebelum ada sistem pendidikan berkembang di tengah-tengah masyarakat Islam,
formal di Indonesia, pesantren telah ada secara luas dimana para ulama-ulama terdahulu mendirikan
diterapkan di Indonesia. pesantren di tengah-tengah keramaian yang
Lembaga pendidikan Islam seperti pondok menjadikan masyarakat sebagai objek dakwahnya
pesantren dengan segala keunikannya masing-masing dengan menilik berbagai realitas dan problematika
telah banyak menorehkan perannya sebagai lembaga kehidupan masyarakat sebagai media dakwahnya.
pendidikan yang turut serta mencerdaskan kehidupan Meskipun pesantren termasuk jenis pendidikan
bangsa. Kemudian jika ditelusuri sebelumnya nonformal, tidak berarti pesantren tertutup dari
lembaga ini dinamakan pesantren sesungguhnya inovasi. Sejumlah peneliti Barat mengakui bahwa

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(02), 2021, 818
pesantren telah berhasil menjadi penggerak dalam sharaf, ma’ani, badi’ dan bayan, ushul fiqh,
gejolak sosial, ekonomi, politik, dan budaya. musthalah hadidts, dan ilmu mantiq. Model
Perkembangan pesantren semakin menunjukkan pembelajarannya distandarisasikan dengan
geliat modernisasi terutama setelah kemerdekaan RI pengajaran kitab kitab wajib (kutubul muqarrarah)
yang ditandai dengan meningkatnya jumlah lulusan sebagai buku teks yang dikenal dengan sebutan kitab
pesantren yang belajar di lembaga-lembaga non kuning (kitab menjelaskan hukum hukum Islam yang
agama dan bertambahnya pengajar pesantren yang bertuliskan huruf Arab gundul). Dalam perjalanannya
bukan berpendidikan pesantren (Mufidah, 2012). institusi ini merupakan tempat menimba pendidikan
Kiprah pesantren yang dekat dengan kehidupan agama Islam yang tumbuh dan berkembang dan
masyarakat sekitar inilah yang menjadikan pesantren mendapat pengakuan dari masyarakat dari waktu ke
mampu bertahan dan dapat berkembang dari zaman ke waktu. Azra (2002) menyebutkan bahwa pertumbuhan
zaman. Kehadiran pesantren ini barangkali dapat pesantren dari waktu kewaktu cukup membaik, hal ini
dikatakan mewakili definisi pendidikan berbasis dikarenakan pesantren mampu bertahan bukan hanya
masyarakat. Pesantren dianggap sebagai pendidikan kemampuannya untuk melakukan adjusment, tetapi
yang berbasis kemasyarakatan, karena keberadaannya juga karena karakter eksistensialnya. Hal ini
yang tidak lepas dari peran masyarakat. Dalam disebabkan bahwa institusi ini tidak hanya identik
konteks ini pesantren yang dianggap sebagai dengan makna keislaman, tetapi juga mengandung
pendidikan berbasis masyarakat karena makna keaslian Indonesia (Indegenous). Sebagai
penyelenggaraannya yang dikelola masyarakat secara Indegenous, pesantren muncul dan berkembang dari
otonom, tumbuh atas kebutuhan masyarakat, pengalaman sosiologis masyarakat lingkungannya.
kurikulum sesuai karakteristik dan kebutuhan Pertumbuhan dan perkembangan pesantren di
masyarakat, serta menekankan pentingnya partisipasi Indonesia tidak diragukan lagi, Berdasarkan catatan
masyarakat (Fuad, 2012). Kementerian Agama, terdapat total sebanyak belasan
Sejatinya pesantren memiliki potensi besar dalam juta santri dan mendekati angka tiga puluh ribu
ikut andil dalam membangun bangsa. Pesantren yang pondok pesantren di berbagai wilayah se-Indonesia.
kebanyakan berada di pedesaan lebih memungkinkan Menteri Agama Fachrul Razi mendetailkan, jumlah
baginya dalam memahami persoalan masyarakat desa. pesantren hingga tahun 2020, tercatat sebanyak
Potensi- potensi itu meliputi tiga aspek. Pertama, 28.194 pesantren dengan 5 juta Pesantren sebagai
pondok pesantren hidup selama 24 jam, baik pesantren lembaga pendidikan Islam bertujuan menjadikan para
sebagai lembaga keagamaan, sosial kemasyarakatan, santrinya sebagai manusia yang mandiri dan pada satu
atau sebagai lembaga pengembangan potensi umat saat nanti dapat menjadi pemimpin umat menuju
yang dapat diterapkan secara tuntas, optimal, dan keridlaan Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu,
terpadu. Kedua, pesantren secara umum mengakar santri mukim. Jika ditotalkan dengan santri yang
pada masyarakat. Pesantren tumbuh dan berkembang bolak-balik rumah ke pondok pesantren dan
umumnya di daerah pedesaan, karena memang sebaliknya serta taman-taman pendidikan Al-Qur’an
tuntutan masyarakat yang menghendaki berdirinya dan madrasah, maka jumlah santri se-Indonesia
pesantren. Dalam konteks pelaksanaan pendidikan mencapai 18 juta orang dan sekira 1,5 juta tenaga
berbasis masyarakat, pondok pesantren dianggap telah pengajar (Wisnubroto, 2020).
menjalankan gerakan ini. Ketiga, pesantren dipercaya Saat ini pondok pesantren telah menerapkan
masyarakat. Kecenderungan masyarakat sistem pendidikan yang terpadu dengan
menyekolahkan anaknya ke pesantren tentu saja mengolaborasikan pendidikan agama Islam dengan
didasari oleh kepercayaan mereka terhadap pendidikan modern/ umum, baik ilmu agama sendiri,
pembinaan yang dilakukan oleh pesantren yang sains, ilmu sosial, sampai ilmu kejuruan. Dan dari
mengutamakan pendidikan agama (Zubaidi, 2007). sinilah, awal mula alumni pondok pesantren memiliki
Menurut Arifin pesantren bertugas untuk kesempatan yang sama dalam bidang pekerjaan
mencetak manusia yang benar benar ahli dalam seperti halnya para alumni dari pendidikan umum.
bidang agama dan ilmu pengetahuan Jadi, banyak santri yang saat ini tidak hanya mahir
kemasyarakatan serta berakhlak mulia (Arifin, 1993). dalam ilmu agama Islam, namun juga memiliki
Untuk mencapai tujuan tersebut pesantren kemahiran dari disiplin ilmu umum di atas. Para santri
mengajarkan ilmu tauhid, fiqh, tafsir, hadits, nahwu, banyak yang berhasil dalam membangun bangsa, ada

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(02), 2021, 819
yang jadi pengusaha, politisi, pengacara, bahkan Berdasarkan latar belakang masalah di atas,
menjadi presiden. peneliti mengadakan penelitian mengenai
Salah satu wilayah di Indonesia yang juga implementasi Undang-Undang Nomor 18 tahun
memiliki sejarah berdirinya pesantren adalah 2019 tentang pesantren terhadap pengelolaan
Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Sejarah awal pesantren di Kabupaten Kebumen Tahun 2020-2021.
mulanya adanya Kebumen tidak dapat dipisahkan
dengan sejarah Mataram Islam. Hal ini disebabkan 2. KAJIAN TEORI
adanya beberapa keterkaitan peristiwa yang ada dan 2.1. Implementasi kebijakan
dialami Mataram membawa pengaruh bagi Kebijakan adalah keputusan pemerintah yang
terbentuknya Kebumen yang masih di dalam lingkup bersifat umum dan berlaku untuk seluruh anggota
kerajaan Mataram. Di dalam struktur kekuasaan masyarakat Abidin (2006). Sebuah kebijakan
Mataram lokasi Kebumen termasuk di daerah Manca merupakan usaha untuk mendefinisikan dan
Negara Kulon (wilayah Kademangan Karanglo) dan menyusun basis rasional untuk melakukan atau tidak
masih di bawah Mataram. Di dalam perjalanan sejarah melakukan suatu tindakan. Kinerja suatu kebijakan
Indonesia pada saat dipegang Pemerintah Hindia atau program/kegiatan pada akhirnya akan tergambar
Belanda telah terjadi pasang surut dalam pengadaan pada hasil dan dampak yang dicapai dari implementasi
dan pelaksanaan belanja negara. Salah satu kebijakan atau program/kegiatan tersebut (Dunn,
perwujudan pengetatan anggaran belanja negara itu 2002). Oleh karena itu, implementasi kebijakan harus
adalah penyederhanaan tata pemerintahan dengan berdasar pada perencanaan strategi kebijakan yang
penggabungan daerah-daerah kabupaten. Dan, jelas. Dalam perencanaan strategi kebijakan perlu
sampai pada akhirnya jadilah wilayah Kabupaten disusun model dan kriteria, sebagai dasar pemilihan
Kebumen saat ini. alternatif-alternatif strategi kebijakan yang terbaik.
Kabupaten Kebumen juga menyadari betul Kriteria tersebut harus bersifat objektif (ilmiah dan
bahwa salah satu faktor pendukung keberhasilan dapat diterima oleh semua pihak) dan subjektif
pembangunan adalah adanya sumber daya manusia (berorientasi pada tujuan), yang meliputi seluruh
yang berkualitas. Melalui jalur pendidikan, aspek kelayakan politik, ekonomi, keuangan,
pemerintah Kebumen berupaya untuk menghasilkan administrasi, teknologi, sosial budaya, serta aspek-
dan meningkatkan sumber daya manusia yang aspek khusus yang diperlukan (Barlian, 2012).
berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia Proses penyusunan kebijakan pendidikan harus
sekarang ini lebih diutamakan dengan memberikan menerapkan prinsip partisipasi dan interaksi antara
kesempatan kepada penduduk untuk mengikuti penentu kebijakan, pelaksana kebijakan, dan
pendidikan yang seluas-luasnya, terutama pada pemangku kepentingan, serta dilaksanakan dengan
kelompok umur 7-24 tahun yaitu kelompok usia memperhatikan fungsi-fungsi manajemen. Hal
sekolah. Salah satu lembaga pendidikan yang ada di tersebut agar penyelenggaraan kebijakan pendidikan
wilayah kabupaten Kebumen adalah pondok dapat transparan, akuntabel, efektif, dan efisian.
pesantren. Dalam sejarah lahirnya Kebumen, Menurut Eliyanto, dkk (2018), dalam menentukan
pesantren juga memiliki peran nyata dalam kebijakan, baik dari kebijakan pendidikan
pergerakan dan perjuangan meraih kemerdekaan nasional/pusat atau kebijakan pendidikan provinsi
Indonesia. Sampai saat ini pesantren-pesantren di maupun kebijakan pendidikan kota, dinas pendidikan
wilayah Kabupaten Kebumen masih terus berperan perlu menerapkan fungsi manajemen khususnya
dalam pembangunan nasional Negara Kesatuan perencanaan (planning), pengorganisasian
Republik Indonesia. Maksudnya adalah bahwa selain (organizing), pelaksanaan (actuating), dan
melahirkan insan yang beriman atau dalam hal pengendalian (controlling). Di samping itu, kebijakan
dakwah, pesantren-pesantren di wilayah kabupaten pendidikan juga harus dilaksanakan dengan good
Kebumen juga melakukan fungsi pendidikan dalam governance. Sebagai salah satu alternatif pendekatan
rangka mewujudkan pembangunan nasional yang memuat konsep- konsep dasar dalam pembuatan
Indonesia. Pesantren-pesantren masih terus berperan kebijakan secara rasional, maka langkah- langkah
dalam fungsi pemberdayaan masyarakat berdasarkan dalam analisis kebijakan adalah: (1) perumusan
tradisi dan kekhasannya. permasalahan; (2) perumusan tujuan; (3) perumusan
alternatif; (4) perumusan model; (5) perumusan

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(02), 2021, 820
kriteria; (6) perumusan alternatif; dan (7) perumusan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Kiai
rekomendasi ebijakan (Barlian, 2012). sebagai pemimpin pondok pesantren harus mampu
Sasaran implementasi atau pelaksanaan menyeimbangkan perannya antara sebagai manager
kebijakan pendidikan adalah masyarakat, sebagai dan sebagai leader, sehingga akan mampu membawa
pengguna kebijakan. Sedangkan hasil yang dicapai perubahan yang baik bagi lembaganya (Eliyanto, dkk.,
dari pelaksanaan kebijakan pendidikan adalah mutu 2018).
pendidikan masyarakat. Menurut Eliyanto, dkk Diperlukan kompetensi yang baik bagi pemimpin
(2018), untuk menjamin pelaksanaan kebijakan untuk mengelola lembaga yang dipimpinnya.
pendidikan maka pelaksanaan harus good governance, Kompetensi pada dasarnya merupakan kapasitas atau
yaitu: transparan, akuntabel, fairness, dan responsif. kemampuan seorang individu untuk mengerjakan
Berikut ini penulis uraikan masing-masing. berbagai tugas dalam pekerjaan (Robbins, 2001).
2.2. Manajemen Pendidikan Pesantren Kemampuan tersebut dapat berupa kegiatan, maupun
Manajemen pendidikan adalah segenap perilaku yang hasilnya dapat ditunjukkan dan dapat
pengelolaan yang berhubungan dengan pendidikan diukur tingkat keberhasilannya. Selanjutnya, menurut
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Spancer & Spancer (1993), bahwa kompetensi di
Manajemen pendidikan sangat penting bagi samping menentukan perilaku dan kinerja seseorang,
peningkatan mutu pendidikan. Tujuan dari juga menentukan apakah seseorang melakukan
manajemen pendidikan adalah sebagai tolok ukur pekerjaannya dengan baik berdasarkan standar kriteria
dan untuk mempermudah proses dalam mencapai yang telah ditentukan ataukah tidak. Untuk
tujuan pendidikan (Eliyanto, dkk., 2018). Tujuan mengerjakan pekerjaannya tersebut, seseorang harus
manajemen pendidikan tentu mencapai tujuan mempunyai kemampuan, baik berupa pengetahuan,
pendidikan, sebagaimana tertuang dalam Undang- keterampilan, maupun sikap yang sesuai dengan
undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3. bidang pekerjaannya.
Manajemen pendidikan pesantren merupakan suatu Dalam hal ini, pemimpin lembaga pendidikan
proses kegiatan menyeluruh untuk mencapai suatu pesantren harus mampu menjadi pemimpin yang baik,
tujuan yang diselenggarakan dan diawasi. yang mampu membawa perubahan organisasi yang
Manajemen pendidikan pesantren yang baik ialah dipimpinnya ke arah yang lebih baik. Penyelenggara
yang tidak menyimpang jauh dari konsep, tujuan ,visi, pendidikan pondok pesantren harus memahami dan
dan misi yang telah direncanakan dan sesuai dengan menerapkan fungsi- fungsi manajemen. Optimalisasi
objek yang ditanganinya serta tempat pesantren itu sumber daya pondok pesantren juga harus
berada (Pidarta, 2004). Lebih lanjut, dikemukakan diperhatikan guna pencapaian tujuan secara efektif
oleh Awaluddin (2011), bahwa aplikasi manajemen dan efisien.
pendidikan pesantren harus dilandaskan oleh nilai- 2.3. Pondok Pesantren
nilai keimanan dan ketauhidan, sehingga pelaku Pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama
manajemen menyadari akan adanya pengawasan dari pendidikan Islam tradisional, dimana para santri
Yang Maha Tinggi yaitu Allah SWT, yang akan tinggal dan belajar bersama dibawah bimbingan
mencatat setiap amal perbuatan yang baik dan yang seorang kiai. Asrama para santri tersebut berada di
buruk. Manajemen pendidikan pesantren harus komplek pesantren, dimana sang kiai juga
diintegrasikan dengan nilai-nilai dan jiwa pesantren, bertempat tinggal di situ dengan fasilitas utama
yaitu keikhlasan, kesederhanaan, berdikari, ukhuwah berupa musholla/langgar/masjid sebagai tempat
Islamiyah, yang dipadukan dengan sistem manajemen ibadah, ruang belajar, dan pusat keagamaan lainnya.
modern yaitu integrasi sistem pesantren dengan sistem Kompleks ini pada umumnya di kelilingi pagar atau
sekolah (madrasah). didnding tembok yang berguna untuk mengontrol
Sebagian besar ilmu manajemen sebagai ilmu keluar masuknya santri menurut peraturan yang
tata kelola yang objektif dan ilmiah sangat baik berlaku di suatu pesantren (Soebahar, 2013). Dalam
diterapkan dalam dunia pendidikan Islam, termasuk perjalanannya, institusi ini merupakan tempat
pondok pesantren (Asifudin, 2016). Dengan demikian, menimba pendidikan agama Islam yang tumbuh dan
pelaksanaan manajemen pendidikan pesantren tidak berkembang dan mendapat pengakuan dari
akan lepas dari fungsi-fungsi manajemen, seperti masyarakat dari waktu kewaktu, Azra menyebutkan
planning, organizing, actuating, dan controlling bahwa pertumbuhan pesantren dari waktu kewaktu

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(02), 2021, 821
cukup membaik, hal ini dikarenakan pesantren sosial, pesanten ditandai dengan adanya kesibukan
mampu bertahan bukan hanya kemampuannya untuk akan kedatangan para tamu dari masyarakat,
melakukan adjusment, tetapi juga karena karakter kedatangan mereka adalah untuk bersilaturahim,
eksistensialnya (Azra, 2002). Hal ini disebabkan berkonsultasi, minta nasihat “doa”, berobat, dan minta
bahwa institusi ini tidak hanya identik dengan makna ijazah yaitu semacam jimat untuk menangkal
keislaman, tetapi juga mengandung makna keaslian gangguan dan lain sebagainya (Mastuhu, 1994).
Indonesia (Indegenous). Sebagai Indegenous, Pondok pesantren mempunyai fungsi yang telah
pesantren muncul dan berkembang dari pengalaman dimilikinya sejak awal perkembangannya, harus
sosiologis masyarakat lingkungannya. diarahkan kepada satu pendirian bahwa pondok
Ditinjau dari segi historisnya, pondok pesantren pesantren adalah lembaga pendidikan Islam untuk
adalah bentuk lembaga pendidikan pribumi tertua di mengajarkan ilmu agama Islam guna mencetak
Indonesia. Pondok pesantren sudah dikenal jauh ulama, dan sekaligus juga sebagai lembaga
sebelum Indonesia merdeka, bahkan sejak Islam pembinaan untuk mempersiapkan kader-kader umat
masuk ke Indonesia, tumbuh dan berkembang yang berguna bagi pembangunan masyarakat (Sulton
sejalan dengan berkembangnya dunia pendidikan & Khusnuridlo, 2006).
pada umumnya. Pada masa awal-awal pesantren Keberadaan pesantren diperkuat dengan tradisi
sudah memiliki tingkatan yang berbeda-beda. keilmuannya yang integral. Pada masanya, integralitas
Tingkatan pesantren yang paling sederhana hanya itu dapat dilacak pada pengembangan fiqh dan alat-
mengajarkan cara membaca huruf Arab dan al- alat bantunya yang disatukan dengan fiqh sufistik.
Qur`an. Sementara pesantren yang agak tinggi adalah Dengan kata lain yang diutamakan dalam pesantren
pesantren yang mengajarkan berbagai kitab fiqih, ilmu bukan hanya aspek pengamalan hukum atau aspek
aqidah, dan kadang-kadang amalan sufi, disamping akhlak semata, melainkan juga pemekaran pengertian
tata bahasa Arab (Nahwu Sharf). Secara umum tradisi tentang kehidupan dan hakikat manusia serta
intlektual pesantren baik sekarang maupun waktu itu kehidupan masyarakat (A’la, 2006). Di kalangan para
ditentukan tiga serangkai mata pelajaran yang terdiri santri masih berlaku budaya tawadu’ dan mohon doa
dari fiqih madzhab Imam syafi`I, aqidah menurut restu dari san kiai. Meskipun para santri memiliki
Asy`arid an amalan-amalan sufi dari karya-karya pilihan untuk mengekspresikan nilai-nilai reformatif
Imam Ghazali. Sebagai suatu lembaga pendidikan dan transformatif, mereka tidak bisa melepaskan diri
Islam, pesantren dari sudut historis kultural dapat dari identitas budaya santri yang ikhlas, tawadu’,
dikatakan sebagai “training center” yang otomatis zuhd, dan wara’ (Aly, 2011).
menjadi “cultural central” Islam yang disahkan atau 2.4. Pengelolaan Pendidikan di Pondok Pesantren
dilembagakan oleh masyarakat, setidak-tidaknya Pendidikan Pesantren adalah pendidikan yang
oleh masyarakat Islam sendiri yang secara defacto diselenggarakan oleh Pesantren dan berada di
tidak dapat diabaikan oleh pemerintah (Djamaluddin lingkungan Pesantren dengan mengembangkan
& Abdullah, 1998). kurikulum sesuai dengan kekhasan Pesantren dengan
Pengertian sebagai lembaga dakwah, melihat berbasis kitab kuning atau dirasah islamiah dengan
kiprah pesantren dalam kegiatan dakwah dikalangan pola pendidikan muallimin. (Undang-undang Nomor
masyarakat, dalam arti kata melakukan suatu aktifitas 18 Tahun 2019 tentang Pesantren). Pendidikan
menumbuhkan kesadaran beragama atau pesantren harus dikelola dengan baik, terutama
melaksanakan ajaran-ajaran agama secara konsekuen pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan,
sebagai pemeluk agama Islam (Ghazali, 2003). pengelolaan sumber daya manusia pendidikan, dan
Sebagai lembaga sosial, pesantren menampung anak pengelolaan pembiayaan Pendidikan.
dari segala lapisan masyarakat muslim tanpa Sarana pendidikan adalah fasilitas atau peralatan
membeda-bedakan tingkat sosial ekonomi orang dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan
tuanya. Biaya hidup di pesantren relatif lebih murah dalam PBM. Contoh sarana pendidikan yaitu: gedung,
dari pada di luar pesantren, sebab biasanya para santri ruang kelas, meja, kursi, dan media belajar.
mencukupi kebutuhan sehariharinya dengan jalan Sedangkan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang
patungan atau masak bersama, bahkan ada diantara secara tidak langsung menunjang jalannya PBM.
mereka yang gratis, terutama bagi anak-anak yang Contoh prasarana pendidikan yaitu: halaman sekolah,
kurang mampu atau yatim piatu. Sebagai lembaga tempat parkir kendaraan, taman sekolah, dan pagar

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(02), 2021, 822
sekolah (Burhanuddin, 2005). Sarana dan prasarana sarana prasarana serta metode kerja yang ada dalam
pendidikan harus dikelola dengan baik guna pendidikan, tetapi bila kemampuan manusia yang
memberikan kontribusi yang maksimal terhadap menjalankan programnya tidak memadai, maka tujuan
Proses Belajar Mengajar (PBM). Sarana dan prasarana pendidikan akan sulit dicapai. Menurut Eliyanto, dkk
yang lengkap dan berkualitas tentu akan lebih baik (2018), ruang lingkup manajemen personil sekolah
bagi sekolah. Umumnya, jika sekolahnya kecil, maka meliputi: (1) desain pekerjaan dan analisis informasi
sarana dan prasarana dapat ditangani langsung oleh pekerjaan; (2) perencanaan atau analisis dan rancang
kepala sekolah. Akan tetapi, jika sekolahnya besar, bangun pekerjaan; (3) rekrutmen atau pengadaan
maka dapat ditangani oleh pegawai sarana dan tenaga kerja; (4) proses seleksi calon pegawai; (5)
prasarana. Secara umum, manajemen/pengelolaan orientasi dan penempatan pegawai; (6) pelatihan dan
sarana dan prasarana meliputi: (1) Perencanaan, pengembangan; (7) pembinaan dan pemberdayaan
kegiatan ini disesuaikan dengan kebutuhan sekolah; SDM pendidikan; (8) membangun komunikasi; (9)
(2) Pengadaan, kegiatan ini bisa dilakukan melalui membangun motivasi kerja; (10) mengembangkan
pembelian, pembuatan, hibah/bantuan, penyewaan, budaya sekolah; (11) penilaian kinerja; (12)
peminjaman, daur-ulang, penukaran, atau perbaikan; pemberian kompensasi atau imbalan; (13)
(3) Inventarisasi, kegiatan ini meliputi pencatatan dan pemberhentian.
pembuatan kode barang; (4) Penataan, kegiatan ini Sistem pembiayaan pendidikan merupakan
dilakukan dengan menempatkan barang pada tempat proses dimana pendapatan dan sumber daya tersedia
yang tepat, aman, mudah dijangkau, dan tidak untuk memformulasikan dan mengoperasionalkan
mengganggu secara tata ruang; (5) Pemeliharaan, pendidikan (Fattah, 2017). Pengelolaan pembiayaan
kegiatan ini dilakukan dengan cara merawat barang pendidikan tersebut berkenaan dengan penataan
secara baik dan berkala, memastikan bahwa barang sumber, penggunaan, dan pertanggung jawaban dana
dalam kondisi baik, dan mengoptimalkan pendidikan di sekolah atau lembaga pendidikan.
pemanfaatannya; dan (6) Penghapusan, kegiatan ini Pengelolaan pembiayaan pendidikan dilakukan
dilakukan jika barang sudah tidak dapat dipakai lagi guna: (1) meningkatkan efektivitas dan efisiensi
atau tidak sesuai kebutuhan, rusak berat, atau hilang. penggunaan biaya pendidikan; (2) meningkatkan
Penghapusan barang inventaris sekolah dapat akuntabilitas dan transparansi biaya pendidikan; dan
dilakukan dengan cara pelelangan atau pemusnahan (3) meminimalkan penyalahgunaan anggaran
barang. pendidikan. Langkah-langkah pengawasan
Sumber daya manusia merupakan unsur pokok pembiayaan pendidikan yaitu: (1) menetapkan standar
dalam pendidikan yang menentukan unsur-unsur yang atau patokan, baik berupa ukuran kuantitas, kualitas,
lain. Betapapun baiknya pendidikan dan sarana biaya, maupun waktu; (2) mengukur dan
prasarananya, namun jika SDM pendidikannya kurang membandingkan antara kenyataan yang sebenarnya
baik, maka akan mengalami hambatan dalam dengan standar yang telah ditetapkan; dan (3)
kelancaran prosesnya. Pengelolaan SDM pendidikan menentukan tindak perbaikan atau koreksi yang
adalah segenap proses penataan SDM pendidikan. kemudian menjadi materi rekomendasi (Fattah,
Pengelolaan SDM pendidikan penting untuk 2017). Dalam pengelolaan biaya pendidikan, seorang
dilakukan. Minarti (2012), mengemukakan bahwa manajer pendidikan harus memegang prinsip:
manajemen tenaga kependidikan/pegawai adalah Keadilan, Transparansi, Akuntabilitas (dapat
untuk mendayagunakan tenaga-tenaga kependidikan dipertanggung-jawabkan) Publik, Efektivitas, dan
agar efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang Efisiensi (Undang- undang Republik Indonesia
optimal. Selanjutnya menurut Notoatmodjo (2003), Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 48). Sumber dana
bahwa tujuan utama MSDM adalah untuk pendidikan adalah lembaga atau pihak-puhak yang
meningkatkan kontribusi sumber daya manusia memberikan dana, baik berupa natura atau uang untuk
(karyawan) terhadap organisasi dalam rangka keperluan penyelenggaraan pendidikan (Ghozali,
mencapai produktivitas organisasi yang bersangkutan. 2010). Pembiayaan pendidikan merupakan aktivitas
SDM pendidikan memegang peranan penting dalam yang berkenaan dengan perolehan dana (pendapatan)
menentukan kelancaran pelaksanaan program yang diterima dan bagaimana penggunaan dana
pendidikan. SDM pendidikan menentukan pencapaian tersebut dipergunakan untuk membiayai seluruh
visi pendidikan. Betapapun lengkap dan modernnya

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(02), 2021, 823
program pendidikan yang telah ditetapkan (Akdon, lebih baik. Hal tersebut karena pendidikan merupakan
Kurniady, & Darmawan, 2017). hal penting yang sangat mempengaruhi
2.5. Permasalahan Pendidikan Pesantren dan perkembangan dan peradaban manusia. Untuk
Solusinya mengatasi problematika pengelolaan Pendidikan di
Dalam penyelenggaraannya, lembaga pendidikan pondok pesantren, maka pesantren dituntut untuk
tersebut tidak lepas dari problematika atau mampu bersaing dengan lembaga pendidikan umum
permasalahan. Permasalahan-permasalahan tersebut yang lebih modern. Diperlukan peningkatan kualitas
antara lain tatakelola pendidikan pondok pesantren, dan mutu pesantren. Pesantren harus mempertahankan
ketersediaan sarana prasarana, dan pembiayaan kekhasannya agar dapat terus mempertahankan
pendidikan di pondok pesantren. Seiring eksistensinya dan diminati oleh masyarakat.
perkembangan zaman, problem yang dihadapi oleh Pesantren tidak boleh lebih mengutamakan
pesantren semakin kompleks. Pesantren dituntut untuk pendidikan formalnya daripada pendidikan
mampu bersaing dengan lembaga pendidikan umum diniyahnya.Semakin banyaknya tantangan yang
yang lebih modern. Jumlah pesantren di Indonesia dihadapi oleh pesantren perlu dikelola dengan baik,
terus mengalami peningkatan yang sangat pesat. sehingga akan menjadi sebuah peluang untuk maju
Sayangnya peningkatan jumlah tersebut tidak diiringi dan berkembang menjadi lebih baik. Kurikulum
dengan peningkatan kualitas dan mutu pesantren. pendidikan di pondok pesantren perlu ditinjau ulang
Bahkan pendidikan di pesantren mengalami agar dapat sesuai dengan tuntutan jaman, seperti
kemerosotan yang tajam. Hal ini disebabkan banyak halnya globalisasi. Globalisasi melibatkan perubahan,
pesantren khususnya pesantren modern, yang lebih sehingga sering ditakuti. Tidak semua tren globalisasi
mengutamakan pendidikan formalnya daripada diharapkan atau dianggap positif. Keniscayaan
pendidikan diniyahnya. Sehingga saat ini sangat globalisasi memiliki implikasi penting untuk
sulit mencari pesantren yang dapat memberikan perencanaan dan kebijakan pendidikan (Slamet PH,
pendidikan formal dan diniyah secara seimbang 2019). Hal tersebut tentu temasuk dalam lembaga
(Buchori, 2000). pendidikan Islam seperti pesantren, yang perlu
Pondok pesantren sebagai Lembaga Pendidikan mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan
Islam juga perlu menyediakan sarana dan prasarana globalisasi terssebut.
yang memadai. Namun demikian, kenyataan bahwa Pengembangan Sumber Daya Manusia pesantren
tidak semua sekolah bisa menyediakan parasarana dan juga perlu dilakukan untuk ditujukan dalam
prasarana sesuai yang diharapkan. Beberapa sekolah meningkatkan kompetensi manusia, baik dalam aspek
kota yang notabene favorit memiliki ketersediaan afektif, kognitif maupun psikomotor. Sebagaimana
perabotan secara lengkap tetapi lahan yang dimiliki Notoatmodjo (2003) yang menjelaskan bahwa
sangat terbatas dan tidak sesuai dengan indikator pengembangan sumber daya manusia diarahkan pada
kelayakan. Masih banyak lagi problematika lain yang pengembangan kualitas fisik (kemampuan fisik) dan
memerlukan perhatian semua pihak. Dengan kondisi kualitas non fisik (kemampuan non fisik) yang dapat
yang terjadi sebagaimana diuraikan di atas perlu berupa kemampuan bekerja, kemampuan berpikir, dan
dipikirkan bagaimana cara untuk mengatasinya. keterampilan-keterampilan lainnya (Lahir, dkk.,
Diperlukan identifikasi dari pihak pesantren untuk 2017).
mengetahui bagaimana kondisi riil permasalahan yang Sarana dan prasarana pesantren perlu didata
dihadapi. Selanjutnya mencocokkan dengan kriteria secara berkala. Hal tersebut untuk memastikan bahwa
yang ditetapkan sesuai standar nasional. Pondok keberadaannya dapat dimanfaatkan secara baik.
pesantren perlu mengomunikasikan kepada pihak- Sarana dan prasarana pendidikan harus memenuhi
pihak terkait dalam upaya penyelesaian problematika standar/kriteria minimum, sebagaimana diatur dalam
tersebut. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Dari berbagai problematika pendidikan pesantren Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar
di atas, maka perlu adanya solusi atau strategi Sarana dan Prasarana Madrasah. Pondok pesantren
pemecahannya. Sebagaimana dikemukakan oleh perlu melengkapi diri dengan sarana dan prasarana
beberapa teori sebagai berikut. Pendidikan pesantren yang memadai. Hal tersebut agar pengelolaan
harus bermutu, agar mampu menjawab tuntutan jaman Pendidikan dapat berjalan dengan lancar. Kriteria
dan mampu membawa perubahan jaman ke arah yang minimum sarana dan prasarana Pendidikan perlu

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(02), 2021, 824
dipenuhi untuk mendukung kelancaran pendidikan. melalui pendidikan, dakwah Islam, keteladanan, dan
Hal tersebut karena sarana dan prasarana yang pemberdayaan masyarakat dalam kerangka Negara
memadai akan mempermudah pembelajaran Kesatuan Republik Indonesia.
(Burhanuddin, 2005). Pondok pesantren sebagai Undang-Undang Nomor 18 tahun 2019 tentang
Lembaga Pendidikan Islam juga perlu menyediakan Pesantren mengatur mengenai penyelenggaraan
sarana dan prasarana yang memadai. Pondok fungsi pendidikan, fungsi dakwah, dan fungsi
pesantren perlu menyediakan parasarana dan pemberdayaan masyarakat. Melalui Undang-
prasarana sesuai yang diharapkan. Undang tentang Pesantren, penyelenggaraan
Dalam mengelola pembiayaan pendidikan, Pendidikan Pesantren diakui sebagai bagian dari
seorang pengelola pendidikan perlu menerapkan skala penyelenggaran pendidikan nasional. Undang-
prioritas (Tho’in, 2017). Hal tersebut karena cara Undang Nomor 18 tahun 2019 tentang Pesantren
(yang terbaik) mengalokasikan sumber daya (terutama memberikan landasan hukum bagi rekognisi
uang) terbatas terhadap penggunaan yang saling terhadap peran Pesantren dalam membentuk,
bersaing. Selain itu, yang perlu diketahui oleh para mendirikan, membangun, dan menjaga Negara
manajer pendidikan yaitu mengenai tiga konsep Kesatuan Republik Indonesia, tradisi, nilai dan norma,
penting dalam manajemen pembiayaan pendidikan: varian dan aktivitas, profesionalisme pendidik dan
ekonomis, efisiensi, dan evektifitas (Martin, 2014). tenaga kependidikan, serta proses dan metodologi
Pembiayaan pendidikan di pondok pesantren penjaminan mutu.
merupakan komponen terpenting dalam pelaksanaan
program pendidikan, segala sumber pendapatan 3. METODOLOGI PENELITIAN
pembiayaan pendidikan perlu di hitung dan dikelola Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
dengan baik demi keberlangsungan program kualitatif. Tempat penelitian adalah Pondok
pendidikan. Biaya pendidikan tentu mempengaruhi Pesantren di kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa
kualitas pendidikan. Besarnya pembiayaan Tengah. Kriteria sampel dalam penelitian ini
pendidikan secara tersirat menunjukkan komitmen adalah menggunakan purposive sampling yaitu
serta prioritas kegiatan dari suatu kebijakan (Eliyanto, teknik pengambilan sampel dengan menentukan
dkk., 2020). Pembiayaan pendidikan di pondok kriteria-kriteria tertentu (Sugiyono, 2010). Sampel
pesantren harus diperhatikan. Para pengelola pondok yang diambil dalam penelitian ini adalah dari
pesantren harus mencari sumber-sumber pembiayaan pondok pesantren salafiyah sebanyak 2 pondok
penyelenggaraan Pendidikan. Krisis pembiayaan terdiri dari satu pondok salafiyah yang sudah maju
pendidikan di pondok pesantren akan dapat teratasi dan satu pondok salafiyah yang belum maju.
manakala para pengelola pondok pesantren dapat Partsipan penelitian ini adalah para pimpinan
bertindak kreatif dan inovatif serta menerapkan pondok pesantren di kabupaten Kebumen. Sumber
manajemen. data tersebut dipilih karena merupakan orang yang
2.6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 memiliki informasi kunci mengenai pengelolaan
tentang Pesantren pendidikan pondok pesantren. Selanjutnya,
Undang-Undang Nomor 18 tahun 2019 tentang sebagai informan dalam penelitian ini adalah
Pesantren merupakan kesepakatan bersama dengan para santri, ustadz/ustadzah, pengelola, dan wali
melibatkan pihak yang mewakili komunitas santri. Teknik pengumpulan data penelitian ini
Pesantren, yang masing-masing telah memvalidasi dengan menggunakan dokumen, wawancara
rumusan norma hukum secara optimal sesuai dengan mendalam, dan observasi. Metode yang digunakan
karakteristik dan kekhasan Pesantren. Pesantren untuk memeriksa keabsahan data adalah dengan uji
merupakan lembaga yang berbasis masyarakat dan kredibilitas (triangulasi, diskusi dengan teman
didirikan oleh perseorangan, yayasan, organisasi sejawat, dan member check), uji trasferabilitas, uji
masyarakat Islam dan/atau masyarakat yang dependabilitas, dan uji konfirmabilitas. Teknik
menanamkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
SWT, menyemaikan akhlak mulia, serta memegang adalah melalui proses lapangan. Tahap-tahap dalam
teguh ajaran Islam rahmatan lil'alamin yang tercermin menganalisis data pada penelitian ini ialah analisis
dari sikap rendah hati, toleran, keseimbangan, sebelum di lapangan, analisis selama di lapangan
moderat, dan nilai luhur bangsa Indonesia lainnya (reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan).

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(02), 2021, 825
4. HASIL PENELITIAN tata kelola yang dilakukan pondok pesantren di
4.1. Implementasi UU No. 18 Tahun 2019 tentang Kabupaten Kebumen sudah sesuai. Sedangkan
pesantren terhadap pengelolaan pesantren di pesantren salafiyah yang belum maju mengalami
Kabupaten Kebumen Tahun 2020-2021 permasalahan-permasalahan sebagai berikut:
Implementasi UU No. 18 Tahun 2019 tentang Permasalahan aspek kelembagaan, terutama
pesantren terhadap pengelolaan pesantren di menyeimbangkan kurikulum pendidikan formal dan
Kabupaten Kebumen Tahun 2020-2021 sudah diniyah dimana kurikulum pendidikan formal lebih
terlaksana dengan baik khususnya pada pesantren mendominasi daripada kurikulum pendidikan diniyah
salafiah yang sudah maju, dimana semua aspek yang pada pondok pesantren di Kabupaten Kebumen, hal
dicanangkan sebagai pondok pesantren mampu itu tentunya tidak sesuai dengan Undang-undang
terpenuhi dengan baik meskipun masih ada beberapa Nomor18 Tahun 2019. Sebab dalam Undang undang
hal yang belum maksimal, tetapi semua bila terpenuhi tersebut pesantren merupakan kesepakatan bersama
baik dari segi tata kelola yang dilakukan oleh pihak dengan melibatkan pihak yang mewakili komunitas
manajemen pondok pesantren, sarana prasarana Pesantren, yang masing-masing telah memvalidasi
pondok pesantren yang disyaratkan, serta standar rumusan norma hukum secara optimal sesuai
pembiayaan pendidikan di pondok pesantren yang dengan karakteristik dan kekhasan Pesantren.
ideal dalam rangka mewujudkan pondok pesantren Pesantren merupakan lembaga yang berbasis
yang baik mewujudkan santri dan lulusan yang masyarakat dan didirikan oleh perseorangan, yayasan,
memahami pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan organisasi masyarakat Islam dan/atau masyarakat
umum dengan baik. Hal itu tentunya mendukung yang menanamkan keimanan dan ketakwaan kepada
Sistem Pendidikan Nasional. Sedangkan Allah SWT, menyemaikan akhlak mulia, serta
implementasi UU No. 18 Tahun 2019 tentang memegang teguh ajaran Islam rahmatan lil'alamin
pesantren terhadap pengelolaan pesantren di yang tercermin dari sikap rendah hati, toleran,
Kabupaten Kebumen Tahun 2020-2021 belum dapat keseimbangan, moderat, dan nilai luhur bangsa
terlaksana dengan baik khususnya pada pesantren Indonesia lainnya melalui pendidikan, dakwah Islam,
salafiah yang belum maju dengan adanya berbagai keteladanan, dan pemberdayaan masyarakat dalam
keterbatasan yang ada, baik keterbatasan sumber daya kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
manusia, keterbatasan sarana prasarana, maupun Dengan kata lain kurikulum pendidikan formal dan
keterbatasan pada finansial atau pembiayaan. kurikulum pendidikan diniyah harus seimbang. selain
Berbagai keterbatasan itulah yang menjadikan permasalahan kelembagaan, pondok pesantren
implementasi UU No. 18 Tahun 2019 tentang salafiyah yang belum maju juga mengalami
pesantren terhadap pengelolaan pesantren belum permasalahan tidak mampu mengikuti tren perubahan
dapat terlaksana dengan baik sesuai yang diharapkan. arus globalisasi yang berkembang pesat sehingga
4.2. Permasalahan pengelolaan pendidikan, pondok pesantren tersebut mengalami ketertinggalan
ketersediaan sarana prasarana dan dari segi sistem informasi dan teknologi.
pembiayaan di pondok pesantren ditinjau Pondok pesantren salafiyah yang sudah maju di
dari Undang-undang Nomor18 Tahun 2019 di Kabupaten Kebumen dalam sarana dan prasarana
Kabupaten Kebumen Tahun 2020-2021 pendidikan pesantren secara umum atau fisik seperti
Pondok pesantren di Kabupaten Kebumen dalam gedung, ruang kelas, meja, kursi serta tempat parkir
tata kelola pendidikan pesantren, bagi pesantren kendaraan sudah baik hampir tidak ada permasalahan,
salafiyah yang sudah maju hampir tidak ada sebab sarana prasarana terus dilakukan peremajaan.
permasalahan yang berarti, sebab tata kelola yang Untuk pesantren salafiyah yang belum maju
dilakukan sudah modern serta kurikulum yang permasalahan sarana prasarana ini sangat
dicanangkan seimbang antara kurikulum pendidikan memprihatinkan, dimana berbagai kondisi sarana dan
formal dan kurikulum pendidikan diniyah, demikian prasarana banyak yang sudah tidak layak pakai seperti
pula dengan adanya tren globalisasi yang terus ruang belajar yang tidak representatif, bahkan
berkembang tidak menyebabkan pondok pesantren beberapa fasilitas seperti tempat parkir kendaraan,
salafiah yang sudah maju di Kabupaten Kebumen toilet tidak memenuhi standar dan tidak layak pakai.
mengalami ketertinggalan. Dengan demikian jika Pondok pesantren salafiyah yang sudah maju di
mengacu pada Undang-undang Nomor18 Tahun 2019 Kabupaten Kebumen dalam pembiayaan pendidikan

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(02), 2021, 826
pesantren tidak ada kendala yang berarti, sebab kita ajukan sumbangan atau hibah untuk sarana
sumber keuangan dan operasional pesantren sudah prasaran. Meskipun dengan berbagai strategi tersebut
tersistem dengan baik antara pesantren dan wali santri belum dapat dikatakan mampu menyelesaikan
serta manajemen kerjasama dengan beberapa instansi permasalahan terhadap sarana prasarana yang ada,
sebagai donatur pesantren sudah berjalan dengan baik namun paling tidak mampu memperbaiki sarana
pula yang menyebabkan pembiayaan di pondok prasarana secara bertahap; c). Strategi penyelesaian
pesantren salafiyah yang sudah maju di Kabupaten untuk pembiayaan pendidikan yang dilakukan dengan
Kebumen tidak ada permasalahan serius. Untuk melakukan kerjasama dengan pihak Lazis maupun
pesantren salafiyah yang belum maju permasalahan Baznas setempat, dimana sebagian perolehan
pembiayaan pendidikan pesantren sering terjadi setiap penghimpunan dana zakat, infaq, dan shadakah yang
saat yang diakibatkan sumber pembiayaan untuk mereka peroleh didistribusikan sebagian kepada
operasional pesantren sangat kecil, padahal pesantren sebagai biaya pendidikan santri-santri yang
pembiayaan ini akan mempengaruhi berbagai aspek kurang mampu; melalui penambahan SDM yang telah
pendidikan di pesantren yang mengakibatkan tata dijabarkan sebelumnya akhirnya pesantren mumbuka
kelola serta sarana dan prasarana tadi tidak baik dan unit-unit usaha dimana sebagian besar hasilnya
terus ada permasalahan yang muncul setiap saat. Hal digunakan untuk membantu pembiayaan pendidikan
itu tentunya sangat berpengaruh pula terhadap proses, dipesantren; selain itu, program tebar berkah donatur
output amaupun outkam luaran yang dihasilkan oleh (masyarakat umum) serta melalui jaringan alumni
pondok pesantren salafiyah yang belum maju itu. pula pesantren membuka open donasi bagi biaya
4.3. Strategi penyelesaian permasalahan pendidikan yang ada di pesantren.
pengelolaan pendidikan, ketersediaan sarana
prasarana, dan pembiayaan di pondok 5. KESIMPULAN
pesantren ditinjau dari Undang-undang Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat
Nomor18 Tahun 2019 di kabupaten Kebumen disimpulkan bahwa: 1). implementasi UU No. 18
Tahun 2020-2021 Tahun 2019 tentang pesantren terhadap pengelolaan
Strategi penyelesaian permasalahan pada pondok pesantren di Kabupaten Kebumen Tahun 2020-2021
pesantren di Kabupaten Kebumen baik penyelesaian sudah terlaksana dengan baik khususnya pada
permasalahan pengelolaan pendidikan, ketersediaan pesantren salafiah yang sudah maju; 2). permasalahan
sarana prasarana, dan pembiayaan dilakukan pengelolaan pendidikan, ketersediaan sarana
khususnya terhadap pondok pesantren salafiyah yang prasarana dan pembiayaan di pondok pesantren
belum maju yang terdapat beberapa permasalahan ditinjau dari Undang-undang Nomor18 Tahun 2019 di
tersebut. a). Strategi penyelesaian untuk tata kelola Kabupaten Kebumen Tahun 2020-2021 bagi pondok
yang dilakukan dengan melakukan study banding ke pesantren salafiah yang sudah maju hampir tidak ada,
pondok pesantren yang sudah memiliki tata kelola tetapi pondok pesantren salafiah yang belum maju
yang baik termasuk tata kelola kurikuumnya. Study dalam tiga aspek tersebut semuanya mengalami
banding dilakukan ke pondok salafiah yang sudah permasalahan; 3). strategi penyelesaian permasalahan
maju saja, akan tetapi juga ke pondok pesantren pengelolaan pendidikan, ketersediaan sarana
modern non salafiah khususnya terhadap penguasaan prasarana, dan pembiayaan di pondok pesantren
teknologi di pesantren. Selain itu pula dalam rangka ditinjau dari Undang-undang Nomor18 Tahun 2019 di
agar tidak tertinggal dengan arus globalisasi dilakukan kabupaten Kebumen Tahun 2020-2021 khususnya
perekrutan SDM yang menguasai sistem informasi terhadap pondok pesantren salafiah yang belum maju
dan teknologi khususnya dalam rangka mendukung dengan melakukan study banding ke pesantren yang
pelaksanaan pembelajaran di pondok pesantren di memiliki tata kelola yang baik, perekrutan SDM yang
Kabupaten Kebumen dengan multimedia yang memahami sistem informasi dan teknologi, pengajuan
canggih; b). Strategi penyelesaian untuk sarana anggaran sarana prasarana kepada pihak-pihak terkait,
prasarana yang dilakukan dengan melakukan melakukan kerjasama dengan Lazis maupun Baznas
pengajuan anggaran sarana prasarana kepada khususnya terkait penyelesaian pembiayan
departemen agama dengan mengajukan proposal, pendidikan di pesantren, serta mengembangkan
kemudian melakukan pengembangan jaringan alumni jaringan donatur umum maupun jaringan melalui
pondok pesantren, dimana alumni yang sudah berhasil alumni.

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(02), 2021, 827
6. DAFTAR PUSTAKA Fuad, N. (2012). Pendidikan Berbasis Masyarakat di
Abidin, S. Z. (2006). Kebijakan Publik. Jakarta: Suara Pondok Pesantren (Studi Kasus Pendidikan
Bebas. Berbasis Masyarakat di Pesantren Al-Ittifaq
Akdon, K, Dedy A., & Darmawan, D. (2017). Bandung, Jawa Barat)”, Jurnal Manajemen
Manajemen Pembiayaan Pendidikan. Bandung: Pendidikan Islam. Jurnal Manajemen
Remaja Rosdakarya. Pendidikan Islam Universitas Negeri Jakarta,
A’la, A. (2006). Pembaruan Pesantren, Yogyakarta: Vol 3, No.1.
Pustaka Pesantren. Ghazali, M. B. (2003). Pesantren Berwawasan
Aly, A. (2011). Pendidikan Islam Multikultural di Lingkungan. Jakarta: Prasasti.
Pesantren, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Lahir, S., Ma’ruf, M. H., & Tho’in, M. (2017).
Arifin, I. (1993). Kepemimpinan Kyai: Pondok Peningkatan Prestasi Belajar Melalui Model
Pesantren Tebu Ireng. Malang: Kalimashada Pembelajaran Yang Tepat Pada Sekolah Dasar
Press. Sampai Perguruan Tinggi. Jurnal Ilmiah
Asifudin, A. J. (2016). Manajemen Pendidikan untuk Edunomika, 1(01).
Pondok Pesanten. Manageria: Jurnal Martin. (2014). Manajemen Pembiayaan Pendidikan:
Manajemen Pendidikan Islam. Vol. 1, No. 2, Th. Konsep dan Aplikasinya, Jakarta: Raja Grafindo
2016. Persada.
Azra, A. (2002). Pendidikan Islam: Tradisi & Mastuhu. (1994). Dinamika Sistem Pendidikan
Modernisasi Menuju Millenium Baru. Jakarta: Pesantren. Jakarta: INIS.
Logos. Minarti, S. (2012). Manajemen sekolah. Yogyakarta:
Barlian, U. C. (2012). Analisis Kebijakan Publik. Ar-Ruzz Media.
Bandung: Aghniya Ilma Press. Mufidah, C.H. (2012). Pesantren Rakyat: Perhelatan
Buchori, M. (2000). Spektrum Problematika Tradisi Kolaboratif Kaum Abangan dengan
Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Tiara Kaum Santrei Pinggiran di desa Sumberpucung
Wacana. Kabupaten Malang. Jurnal el Harakah, UIN
Burhanuddin, Y. (2005). Administrasi Pendidikan. Maulana Malik Ibrahim Malang Vol.14 No.1.
Bandung: Pustaka Setia. Notoatmodjo, S. (2003). Pengembangan sumber
Dhofier, Z. (2011). Tradisi Pesantren: Studi daya manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
Pandangan Hidup Kyai dan Visinya Mengenai Pidarta, M. (2004). Manajemen Pendidikan
Masa Depan Indonesia. Jakarta: LP3ES. Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamaluddin & Aly, A. (1998). Kapita Selekta Robbins, S.P. (2001). Organizational behavior. (9th
Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia. ed.). Upper Saddle River: Prentice Hall.
Dunn, W. N. (2002). Pengantar Analisis Kebijakan Soebahar, A. H. (2013). Modernisasi Pesantren; Studi
Publik. (Terjemahan Samodra Wibawa, dkk.). Transformasi Kepemimpinan Kiai dan Sistem
Yogyakarta: Gajahmada University Press. Pendidikan Pesantren, Yogyakarta: LKiS
Eliyanto, Yakino, Faizin, & Zakiyah. (2020). Printing Cemerlang.
Manajemen Pendidikan. Kebumen: IAINU Spancer, S.M. & Spancer, M.L. Jr. (1993).
Kebumen. Competency at work: Models for superior
Eliyanto, Yakino, Faizin, & Zakiyah. (2018). performance. New York: John Wiley & Sons,
Manajemen Sumber Daya Manusia Inc.
Pendidikan. Yogyakarta: Prodi MPI FITK UIN Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif,
Sunan Kalijaga Yogyakarta. Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Fattah, N. (2017). Manajemen Pembiayaan Sulthon, M. (2006). Manajemen pondok pesantren
Pendidikan Berbasis Aktivitas Pembelajaran. dalam perspektif global. LaksBang PRESSindo.
Bndung: Remaja Rosdakarya. Telaumbanua, D. (2019). Undang-undang Republik
Indonesia No. 18 Tahun 2019 Tentang Pesantren.

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(02), 2021, 828
Tho’in, M. (2017). Pembiayaan Pendidikan Melalui Zayadi, A. (2019). UU Nomor 18 Tahun 2019
Sektor Zakat. Al-Amwal: Jurnal Ekonomi dan tentang Pesantren, Untuk
Perbankan Syari'ah, 9(2). Siapa?.https://diy.kemenag.go.id/2772-uu-
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun nomor-18-tahun-2019-tentang- pesantren-untuk-
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. siapa.html. Diakses pada Tanggal 05 Februari
Undang-undang Nomor 18 Tahun 2019 tentang 2021.
Pesantren Zubaidi. (2007). Pemberdayaan Masyarakat Berbasis
Wisnubroto, K. (2020). Dukungan Bagi Santri Era Pesantren: Kontribusi Fiqh Sosial Kiai Sahal
Kenormalan Baru. Mahfudh dalam Perubahan Nilai-nilai
http://infopublik.id/kategori/sorot-sosial- Pesantren. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
budaya/460465/dukungan-bagi- santri-era-
kenormalan-baru. Diakses pada Tanggal 04
Maret 2021.

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534

You might also like