Professional Documents
Culture Documents
ZAENAL MUTTAQIN
Mahasiswa Pascasarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon
Email: zaenalmuttaqin@gmail.com
Article Received: 10 April 2020, Review process: 10 April 2020, Accepted: 20 April 2020, Article
published: 30 April 2020
ABSTRACT
This research aims to understand implementation and muslim boarding school
response to education system ( modern ) which is introduced by the government
through equalization policy (mu’adalah). this policy is not only made and
implemented for giving recognition to education system which institutionalized in
muslim boarding school life, but for increasing muslim students quality. This research
is arranged use qualitative research with a field study approach. The research held at
Islamic school Al-Hikamus Salafiyah Muslim boarding school of Babakan Ciwaringin
Cirebon regency. As for technique for taking the data is done by using interview,
observation and documentation. The research result show that birth of equalization
policy (mu’adalah) toward education of muslim boarding school is received good by
clerics at Babakan Ciwaringin, So that is adopted and implemented toward system
of muslim boarding school at the Islamic school of Alhikamus Salafiyah Babakan
ciwaringin. Islamic school of Al-Hikamus Salafiyah declared integration religion
education and general education. Because of that Mu’adalah policy is not in harmony
with mission and orientation but also confirm of role Salaf boarding School and
enlarge move of alumni to create and benefit of muslim students opportunity for
developing education, social, economi aspect and politics. Islamic school of
Alhikamus Salafiyah application of salaf education system with study of yellow book
as characteristic muslim boarding school education. The birth of policy give
opportunity to muslim students and alumni for developing education with continue to
any college in this country or abroad and giving opportunity to muslim students for
active and giving big contribution in society about of social, economy and politics.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memahami implementasi dan respon pesantren
terhadap sistem pendidikan (modern) yang diintroduksi pemerintah melalui kebijakan
penyetaraan (mu’adalah). Kebijakan ini bukan hanya dirancang dan
PENDAHULUAN
Pesantren merupakan bagian dari pendidikan nasional yang telah ada jauh
sebelum kemerdekaan dan bahkan merupakan lembaga pendidikan yang memiliki
kekhasan, keaslian (indigeneous), dan keindonesiaan. Oleh karenanya pesantren
merupakan lembaga pendidikan Islam tertua yang memberikan banyak kontribusi
bagi pertumbuhan dan perkembangan Islam Nusantara dan sekaligus pemantik
pertumbuhan lembaga-lembaga pendidikan Islam lainnya di Indonesia.
Pertumbuhan dan perkembangan pesantren tersebut merupakan wujud
proses wajar perkembangan sistem pendidikan nasional yang terus bersinggungan,
berdialog, dan berintegrasi dengan perubahan, budaya dan pengalaman sosiologis
masyarakat di sekitar lingkungannya. Akar kultural inilah yang menjadi potensi dasar
yang telah menjadikan pesantren dapat bertahan, dan sangat diharapkan
masyarakat dan pemerintah hingga saat ini.
Keberadaan pesantren hingga saat ini memang tidak dapat lepas dari
pengalaman dan perjalanan sejarah yang panjang. Bahkan tidak jarang pesantren
mengalami ”diskriminasi” atau ”peminggiran” kebijakan yang sangat merugikan.
1
Peraturan Pemerintah RI Nomor 73 Tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Sekolah. Bab III pasal
3 ayat (1)
2
Ali Anwar, Pembaruan Pendidikan Pesantren di Lirboyo Kediri (Kediri: IAIT Press, 2008). 2
sekedar kumpulan dari bagian-bagian. Karena tingkah laku dan kata-kata peneliti
berpotensi mempengaruhi orang-orang yang diteliti, maka penelitian ini dilakukan
dalam konteks yang sesungguhnya secara wajar sehingga diperoleh pemahaman
yang relatif utuh dan obyektif. Subjek penelitian atau responden adalah orang yang
diminta untuk memberikan keterangan tentang suatu fakta atau pendapat.
Sebagaimana dijelaskan oleh Arikunto4 subjek penelitian adalah subjek yang dituju
untuk diteliti oleh peneliti. Jadi, subjek penelitian itu merupakan sumber informasi
yang digali untuk mengungkap fakta-fakta di lapangan. Penentuan subjek penelitian
atau sampel dalam penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian kuantitatif. Lincoln
dan Guba5 mengemukakan bahwa:
Penentuan sampel dalam penelitian kualitatif (naturalistik) sangat
berbeda dengan penentuan sampel dalam penelitian konvensional
(kuantitatif). Penentuan sampel tidak didasarkan perhitungan statistik.
Sampel yang dipilih berfungsi untuk mendapatkan informasi yang
maksimum, bukan untuk digeneralisasikan.
4
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006). 145
5
Sugiyono, Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D (Bandung: ALFABETA, 2010). 301
6
Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: ALFABETA, 2013). 6
jalan dan kotanya. Lokasi penelitian merupakan tempat penelitian yang diharapkan
mampu memberikan informasi yang peneliti butuhkan dalam penelitian yang
diangkat. Adapun lokasi penelitian tentang Analisis Penerapan Kebijakan Pendidikan
Mu’adalah Pada Pondok Pesantren, dilakukan di Madrasah Al-Hikamus Salafiyah
Desa Babakan Kecamatan Ciwaringin Kabupaten Cirebon.
Adapun metode yang digunakan dalam mengumpulkan data dalam penelitian
ini meliputi:
a. Observasi
b. Wawancara
7
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001). 46
c. Dokumentasi
8
Sartono Kartodierjo, Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: Grafindo, 1986). 17
9
A Michael Huberman dan Mattew B. Milles, Data Management and Analysis Methods (Amerika: New
York Press, 1984). 429
secara terus menerus, bahkan setelah selesai penyajian data namun masih
dilakukan penelitian penyajian datanya. Kegiatan tersebut dimaksudkan agar data
yang disajikan betul-betul valid. Validasi data demikian dapat dilakukan dengan cara
triangulasi, yaitu untuk mengetahui kebenaran suatu data, maka perlu dilakukan
pengecekan atau perbandingan dengan pertemuan antara peneliti dengan informan
kunci.
1. Triangulasi
1. Triangulasi Teknik
Triangulasi sumber data ini peneliti bertujuan untuk mendapatkan data dari
sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. 12 Triangulasi sumber data
menggali kebenaran informai tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan
data. Misalnya, selain melalui wawancara dan observasi, peneliti bisa menggunakan
observasi terlibat (participant obervation), dokumen tertulis, arsip, dokumen sejarah,
catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi dan gambar atau foto. Tentu masing-
masing cara itu akan menghasilkan bukti atau data yang berbeda, yang selanjutnya
akan memberikan pandangan (insights) yang berbeda pula mengenai fenomena yang
diteliti. Berbagai pandangan itu akan melahirkan keluasan pengetahuan untuk
memperoleh kebenaran handal dari data yang penulis teliti di Madrasah Al-Hikamus
Salafiyah Babakan Ciwaringin Cirebon.
10
Sugiyono, Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. 330
11
Sugiyono.
12
Sugiyono.
13
M. Ishom Yusqi, Pedoman Penyelenggaraan Pondok Pesantren Mu’adalah (Jakarta: Dirjen Pendidikan
Islam, Direktorat PD Pontren, 2009). 11
14
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal 26 ayat 6
15
Yusqi, Pedoman Penyelenggaraan Pondok Pesantren Mu’adalah. 8-11
No Komponen Mu’adalah Jml Item Bobot Nilai Skor Nilai Jml Maks Per-
Per-Item Komponen
1 Kurikulum 30 5 5 750
2 Tenaga 24 4 5 480
Kependidikan
4 Manajemen 18 2 5 180
Pengelolaan
16
Ihsan, Profil Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo Jawa Timur. 106-110
17
Wawancara denga Ustadz Baedlowi, Staf administrasi Madrasah Al-Hikamus Salafiyah pada tanggal 23
April 2020 di Kantor MHS.
18
Undang Undang Dasar 1945 Hasil Amandemen ke 4.
19
Undang Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
20
Peraturan Pemerintah RI Nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
pendidikan keagamaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan
ayat (4) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. PP yang muncul kemudian
adalah Peraturan Pemerintah nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan
Pendidikan Keagamaan.
Pada PP ini pasal 1 ayat (2) menyebutkan bahwa Pendidikan Keagamaan
adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan
peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama dan/atau
menjadi ahli ilmu agama dan menjalankan ajaran agamanya.Selanjutnya ayat (3)
menyebutkan bahwa Pendidikan diniyah adalah pendidikan keagamaan Islam yang
diselenggarakan pada semua jalur dan jenjang pendidikan. Ayat (4) Pesantren atau
pondok pesantren adalah lembaga pendidikan keagamaan Islam berbasis
masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan diniyah atau secara terpadu dengan
jenis pendidikan lainnya.
Terkait dengan fungsi pendidikan keagamaan, pasal 8 ayat (1) menyatakan,
pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau
menjadi ahli ilmu agama. Sedangkan tujuan pendidikan keagamaan tercantum dalam
pasal 8 ayat (2) Pendidikan keagamaan bertujuan untuk terbentuknya peserta didik
yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi
ahli ilmu agama yang berwawasan luas, kritis, kreatif, inovatif, dan dinamis dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang beriman, bertakwa, dan berakhlak
mulia.
Pasal 14 menyatakan bahwa, ayat (1) pendidikan keagamaan Islam
berbentuk pendidikan diniyah dan pesantren, (2) pendidikan diniyah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal,
dan (3) pesantren dapat menyelenggarakan 1 (satu) atau berbagai satuan dan/atau
program pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal.Pasal 26 ayat (2)
pesantren menyelenggarakan pendidikan diniyah atau secara terpadu dengan jenis
pendidikan lainnya pada jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar,
menengah, dan/atau pendidikan tinggi.21
21
Peraturan Pemerintah RI Nomor 55 tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan
Keagamaan.
22
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2014 Tentang Pendidikan
Keagamaan Islam
23
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 Tentang Satuan Pendidikan
Muadalah Pada Pondok Pesantren
24
Wawancara dengan KH. Zamzami Amin, Kepala Aliyah Madrasah Al-Hikamus Salafiyah dan juga
Pengasuh Pondok Pesantren Mu’alimin Mu’alimat, pada tanggal 10 Februari 2020 di Rumah Kediaman beliau.
25
Wawancara dengan Ustadz Sulhan, Staf Administrasi Madrasah Al-Hikamus Salafiyah (MHS), pada
tanggal 22 April 2020 di Kantor MHS.
dengan awal kegiatan belajar mengajar dimulai pada bulan Syawal dan berakhir di
bulan Sya’ban. Adapun untuk hari libur adalah hari Jum’at pada setiap minggunya.
Penyusunan kalender pendidikan yang meliputi jadual pembelajaran,
penugasan pendidik pada mata pelajaran, pemilihan dan penetapan kitab dan buku
teks pelajaran yang digunakan untuk setiap mata pelajaran, pelaksanaan ulangan,
ujian, kegiatan ekstra kurikuler, hari libur, penyusunan rencana anggaran belanja dan
pendapatan madrasah dserta kegiatan lainnya dibahas dan laksanakan pada bulan
Syawal sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai dalam rapat musyawarah dewan
eksekutif dan dewan staf harian Madrasah Al-Hikamus Salafiyah Babakan
Ciwaringin. Kemudian selanjutnya dievaluasi dalam rapat laporan triwulan setelah
pelaksanaan ulangan/ujian dan ditutup dengan rapat laporan akhir kegiatan belajara
mengajar sebelum pelaksanaan Haflah Imtihan dan Akhirus Sanah pada bulan
Sya’ban dengan pemberian syahadah dan Ijazah untuk lulusan tingkat Ibtidaiyah,
Tsanawiyah dan Aliyah serta dimeriahkan oleh tradisi Atraksi Sepak Bola Api yang
telah menjadi warisan tradisi khas pesantren Babakan Ciwaringin selama puluhan
tahun.26
b. Sistem Pembelajaran
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa sistem pembelajaran muadalah yang
diterapkan di Madrasah Al-Hikamus Salafiyah Babakan Ciwaringin adalah jenis
model Salafiyah, yakni dengan menjaga dan mempertahankan ciri khas pendidikan
pondok pesantren dengan kajian kitab kuning yang kemudian dikembangkan atas
dasar tradisi epistemologi Islam yang meyakini bahwa ilmu tidak hanya diperoleh
melalui kajian dan eksperimen yang dilakukan secara rasional, tetapi juga
merupakan nûr Allah yang terpancar ke dalam hati manusia yang meniscayakan
adanya kesucian.
Seiring dengan itu maka pembelajaran dalam kurikulum satuan pendidikan
muadalah dipahami bukan sekedar sebagai proses capaian rasional secara kasbi,
tetapi juga merupakan suatu proses intuitif suci secara ladunni dari Allah SWT
kepada peserta didik. Oleh karena itu, dalam pembelajaran pada satuan pendidikan
muadalah di Madrasah Al-Hikamus Salafiyah Babakan Ciwaringin dibarengi dengan
proses penyucian hati yang dilakukan melalui berbagai kegiatan ubûdiyah,
mujâhadah dan riyâdhah yakni melalui kegiatan Jam’iyah Hadiyu, Rawatib, Aurad
26
Wawancara dengan KH. Zamzami Amin, Kepala Aliyah Madrasah Al-Hikamus Salafiyah dan juga
Pengasuh Pondok Pesantren Mu’alimin Mu’alimat, pada tanggal 10 Februari 2020 di Rumah Kediaman beliau.
dan ziarah masyayikh Babakan Ciwaringin yang dilaksanakan setiap hari Jum’at. Hal
tersebut bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mengajarkan kepada
santri untuk tidak mencari kemegahan dan kedudukan dunia semata. 27
Berkaitan dengan Kegitan Belajar Mengajar (KBM) di Madrasah Al-Hikamus
Salafiyah Babakan Ciwaringin, dibagi pelaksanaannya sesuai jengjang tingkatannya
masing-masing, mulai dari tingkat Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah. Pembagiannya
adalah sebagai berikut:
1) Tingkat Ibtidaiyah
Jengjang tingkat Ibtidaiyah di Madrasah Al-Hikamus Salafiyah Babakan
Ciwaringin ditempuh selama empat tahun yang dimuali dari tingkat kelas tiga sampai
kelas enam. Hal tersebut tidak sesuai dengan standar aturan dalam Peraturan
Menteri Agama nomor 18 tahun 2014 tentang Satuan Pendidikan Muadalah Pada
Pondok Pesantren, dalam pasal 7 dijlaskan bahwa satuan pendidikan muadalah
setingkat Madrasah Ibtidaiyah diselenggarakan selama enam tahun.
Oleh karena hal tersebut, tingkat Ibtidaiyah di Madrasah Al-Hikamus
Salafiyam dalam hal ini belum terdaftar sebagai Madrasah yang di muadalahkan,
dikarenakan standar jenjang yang diselenggarakan belum memenuhi sesuai aturan
PMA nomor 18 tahun 2014.
Adapun kegiatan belajar mengajar tingkat Ibtidaiyah Madrasah Al-Hikamus
Salafiyah Babakan Ciwaringin dimulai pukul 13.00 – 16.00 WIB setiap harinya
dengan seragam baju berwarna putih dan wajib memakai sarung. Jumlah
mudaris/pengajarnya adalah sejumlah 56 mudaris, dengan mata pelajaran Al-Qur’an,
Tafsir dan Ilmu Tafsir, Hadits, Ilmu Tauhid, Ilmu Fikih, Ilmu Nahwu, Ilmu Shorof, Ilmu
Tajwid, Tarikh Islam, Ilmu Akhlaq, Bahasa Arab, Do’a-Do’a, Qiro’at, Khot Imla,
Fasholatan dan Muhafadzoh.
2) Tingkat Tsanawiyah
Jengjang tingkat Tsanawiyah Madrasah Al-Hikamus Salafiyah Babakan
Ciwaringin ditempuh selama tiga tahun. Hal tersebut sesuai dengan pedoman
standar aturan dalam Peraturan Menteri Agama nomor 18 tahun 2014 tentang
Satuan Pendidikan Muadalah Pada Pondok Pesantren.
Tingkat Tsanawiyah Madrasah Al-Hikamus Salafiyah Babakan Ciwaringin
dimuadalahkan sejak tahun 2016 dengan Nomor Pokok Sekolah Nasional (NPSN)
27
Wawancara dengan KH. Zamzami Amin, Kepala Aliyah Madrasah Al-Hikamus Salafiyah dan juga
Pengasuh Pondok Pesantren Mu’alimin Mu’alimat, pada tanggal 10 Februari 2020 di Rumah Kediaman beliau.
69937237. Sejak dimuadalahkan tahun 2016, jumlah santri yang belajar dan
mendaftar mengalami peningkatan, namun jumlahnya tidak signifikan. Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM) dibagi menjadi kelas pagi dan kelas malam. Kelas malam
dibuka bagi santri yang terkendala dengan kegiatan sekolah formal yang
dilaksanakan pada pagi hari, khususnya bagi santri lulusan tingkat Ibtidaiyah
Madrasah Al-Hikamus Salafiyah yang ingin melanjutkan ke tingkat Tsanawiyah,
namun sedang menempuh pendidikan formal pada pagi harinya.
Secara khusus syarat untuk masuk tingkat Tsanawiyah adalah bagi santri
lulusan Ibtidaiyah Madrasah Al-Hikamus Salafiyah, namun bagi santri yang bukan
lulusan Ibtidaiyah Madrasah Al-Hikamus Salafiyah dapat mendaftar dengan syarat-
syarat tertentu sesuai standar yang ditetapkan oleh Panitia Penerimaan Siswa Baru,
seperti kemampuan baca tulis Al-Qur’an, membaca kitab kuning dan lain
sebagainya. Selanjutnya mereka yang dinyatakan telah mampu dan sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan akan diterima di tingkat Tsanawiyah, sedangkan yang
dianggap belum mampu dan belum memenuhi standar akan direkomendasikan
untuk masuk kelas Ibtidaiyah sesuai dengan tingkat kemampuannya. 28
Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) tingkat Tsanawiyah Madrasah
Al-Hikamus Salafiyah Babakan Ciwaringin dibagi menjadi kelas pagi dan malam.
Untuk kelas pagi dimulai pukul 08.00 – 12.00 WIB dan kelas malam mulai pukul
20.00 – 22.30 WIB pada setiap harinya dengan seragam baju berwarna putih dan
batik khusus tingkat Tsanawiyah. Mata pelajaran yang diajarkan di tingkat
Tsanawiyah Madrasah Al-Hikamus Salafiyah Babakan Ciwaringin adalah Al-Qur’an,
Tafsir dan Ilmu Tafsir, Hadits dan Mustholahul Hadits, Ilmu Tauhid, Ilmu Fikih, Ilmu
Ushul Fikih, Ilmu Nahwu, Ilmu Shorof, Ilmu Tajwid, Tarikh Islam, Ilmu Akhlaq, Bahasa
Arab, Muhadatsah, Qiro’at, Khot Imla, Muhafadzoh dan Bahasa Inggris.
3) Tingkat Aliyah
Seperti halnya tingkat Tsanawiyah, sesuai dengan pedoman standar aturan
dalam Peraturan Menteri Agama nomor 18 tahun 2014 tentang Satuan Pendidikan
Muadalah Pada Pondok Pesantren, untuk tingkat Aliyah Madrasah Al-Hikamus
Salafiyah Babakan Ciwaringin ditempuh selama tiga tahun. Syarat untuk masuk
tingkat Aliyah adalah bagi santri lulusan Tsanawiyah Madrasah Al-Hikamus
Salafiyah, bagi santri yang bukan lulusan Tsanawiyah Madrasah Al-Hikamus
28
Wawancara dengan KH. A Najiullah Fauzi Amrin, Kepala Tsanawiyah Madrasah Al-Hikamus Salafiyah
Babakan Ciwaringin, pada tanggal 22 April 2020 di Rumah Kediaman beliau.
29
Wawancara dengan KH. Zamzami Amin, Kepala Aliyah Madrasah Al-Hikamus Salafiyah dan juga
Pengasuh Pondok Pesantren Mu’alimin Mu’alimat, pada tanggal 10 Februari 2020 di Rumah Kediaman beliau.
tidak dapat menerima lulusan pesantren Muadalah. Apalagi dalam aturan masuk
perguruan tinggi tertentu, terdapat klausul bahwa mahasiswa pendaftar harus dapat
menunjukan ijazah dan transkrip nilai ujian nasional.
Umumnya santri lulusan Aliyah Madrasah Al-Hikamus Salafiyah Babakan
Ciwaringin yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi adalah mereka yang
telah mendapat rekomendasi dan kerjasama antara pihak madrasah dengan
perguruan tinggi yang dituju, teruatama dengan perguruan tinggi-perguruan tinggi
yang ada di Timur Tengah seperti Mesir, Maroko, Tunisia, Yaman, Lebanon dan
beberapa Negara Timur Tengah Lainnya.
Sebelum terbitnya payung hukum sebagai pengakuan yang jelas dari
pemerintah terhadap madrasah pada pondok pesantren yang dimuadalahkan,
pengakuan kesetaraan tersebut belum berjalan dan diterima secara maksimal. Hal
tersebut dikarenakan kurangnya sosialisasi dan perhatian dari pemerintah terhadap
penerapan status muadalah tersebut.
Baru Pasca terbitnya Peraturan Menteri Agama nomor 13 tentang Pendidikan
Keagamaan Islam dan Peraturan Menteri Agama nomor 18 tentang Satuan
Pendidikan Muadalah Pada Pondok Pesantren, status kesetaraan telah
mendapatkan payung hukum yang jelas dan pasti, sehingga lulusan dari Madrasah
Al-Hikamus Salafiyah dapat melanjutkan di perguruan tinggi baik di dalam maupun
luat negeri, terutama perguruan tinggi-perguruan tinggi Islam seperti UIN, STAIN dan
perguruan tinggi Islam lainnya yang sesuai dengan output lulusan pondok pesantren
yang memiliki kemampuan dalam memahami dan menguasai khazanah keislaman
baik klasik maupun kontemporer.
Lulusan Madrasah Al-Hikamus Salafiyah yang melanjutkan ke perguruan
tinggi kini sudah tersebar beberapa perguruan tinggi dalam negeri seperti IAIN Syekh
Nurjati Cirebon, UIN Bandung, UIN Jakarta, UIN Malang, UIN Jogjakarta, UIN
Semarang, UNU dan perguruan tinggi lainya. Tak sedikit pula yang melanjutkan
diperguruan tinggi luar negeri terutama Timur Tengah Seperti Mesir, Maroko,
Tunisia, Yaman dan beberapa Negara lainnya. Bahkan sejak tahun 2016
dilingkungan yayasan Madrasah Al-Hikamus salafiyah kini telah berdiri Ma’had Aly
Al-Hikamus Salafiyah yang mana dapat menampung lulusan tingkat Aliyah untuk
menempuh pendidikan lebih tinggi dengan konsentrasi Maqosidus Syari’ah Fiqih dan
Ushul Fiqih yang lulusannya diberi gelar Sarjana Agama (S.Ag).30
3. Tenaga Pendidik dan Kependidikan
Tenaga pendidik di Madrasah Al-Hikamus Salafiyah adalah para Kyai
pengasuh pondok pesantren di Babakan Ciwaringin dan santri/ustadz senior yang
memiliki kompetensi sesuai dengan kemampuan dan keilmuan mata pelajaran yang
diampunya dengan lulusan yang beragam, mulai dari yang hanya lulusan dari
pondok pesantren sampai dengan lulusan dari perguruan tinggi.
Seperti lembaga pendidikan pada umumnya, beberapa tenaga pendidik telah
mendapatkan sertifikasi dari pemerintah dengan jumlah insentif yang ditentukan,
namun tidak semua tenaga pendidik seperti para kyai menerima pemberian
sertifikasi dan insentif. Hal tersebut dikarenakan para kyai menjaga nilai luhur dan
keikhlasan dalam mengajarkan dan mengamalkan ilmu agama sebagai ciri khas
pendidikan pondok pesantren salaf.31
Untuk tenaga kependidikan seperti tenaga administrasi, tenaga perpustakaan
dan lainnya adalah para santri senior alumni Madrasah Al-Hikamus Salafiyah yang
berkhidmah dan mengabdi yang mana juga beberapa merangkap sebagai tenaga
pendidik. Mereka menjalankan tugasnya dengan khidmah dan ikhlas, tidak seperti
halnya tenaga-tenaga kependidikan di sekolah atau lembaga pendidikan formal
lainya yang mempunyai SK dan mendapatkan insentif bulanan.
Dalam hal pembinaan tenaga kependidikan, pemerintah kurang serius dalam
memberikan pembinaan dan pelatihan terutama dalam hal tertib administrasi. Seperti
halnya pendataan lulusan yang melanjutkan pedidikan tinggi, pembagian tugas-tugas
adminstrasi yang masih belus terstruktur dan lain sebagainya.
Dalam upaya meningkatkan kualitas lulusan pesantren melalui sitem
muadalah, pemerintah perlu memberikan perhatian penuh terhadap pendampingan
pelaksanaan sistem muadalah tersebut melalui pelatihan-pelatihan administrasi,
kurikulum, pengelolaan dan lain sebagainya yang berkaitan dengan sistem
pelaksanaan muadalah secara menyeluruh, agar institusi pendidikan pesantren
sebagai bagian dari sistem pendidikan di Indonesia dapat bersaing dengan institusi
30
Wawancara dengan KH. Arwani Syaerozi , Pengasuh Pondok Pesantren Assalafi, pada tanggal 22 April
2020 di Pondok Pesantren Assalafi.
31
Wawancara dengan KH. A Najiullah Fauzi Amrin, Kepala Tsanawiyah Madrasah Al-Hikamus Salafiyah
Babakan Ciwaringin, pada tanggal 22 April 2020 di Rumah Kediaman beliau.
dan lembaga pendidikan formal lainya dengan lulusan yang mumpuni dalam
khasanah keilmuan agama dan juga skil administrasi yang baik.
4. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang dimiliki Madrasah Al-Hikamus Salafiyah adalah
kelas dan gedung madrasah, perpustakaan, kantin/koprasi madrasah, serta mushola
dan aula yang menyatu dengan kelas tempat pembelajaran. Sarana dan prasarana
yang dimiliki Madrasah Al-Hikamus Salafiyah Babakan Ciwaringin dibangun secara
mandiri, baik dari dana yayasan maupun sumbangan dari donator, usaha pesantren
dan dari wali santri. Guna memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana
pembelajaran, selama ini pembiayaannya dibebankan melalui Syahriyah bulanan
santri. Untuk tingkat Ibtidaiyah, setiap santri dibebankan untuk membayar Syahriyah
bulanan sebesar Rp. 20.000; tingkat Tsanawiyah sejumlah Rp. 25.000 dan tingkat
Aliyah sejumlah Rp. 30.000. 32
Untuk satuan muadalah belum ada aturan terhadap pemebrian dana BOS
seperti halnya sekolah formal lainnya, walaupun secara status telah dimuadalahkan.
Harapannya pemerintah lebih serius dalam hal pemberian biaya tahunan untuk
kebutuhan fasilitas belajar mengajar dan kebutuhan pembelajaran lainnya guna
mendukung suksesi pembelajaran yang diterapkan di satuan pendidikan muadalah
pada pondok pesantren. kurangnya saran penunjang seperti laboratorium komputer,
perpustakaan, bahan kitab rujukan belajar serta kurangnya gedung kelas sebagai
sarana tempat pembelajaran menjadi salah satu yang menghambat peningkatan
kualitas belajar mengajar dilingkungan pendidikan muadalah.
5. Akreditasi
Pemberian akreditasi terhadap satuan pendidikan muadalah pada pondok
pesantren belum berjalan maksimal, walaupun secara regulasi dalam Peraturan
Menteri Agama nomor 18 tahun 2014 tentang Satuan Pendidikan Muadalah pada
Pondok Pesantren mengatur itu. Madrasah Al-Hikamus Sakafiyah sampai saat ini
pun belum mendapatkan akreditasi33, maka pemerintah perlu untuk memberikan
akreditasi terhadap satuan pendidikan muadalah pada pondok oesantren sebagi
apresiasi dan pengakuan terhadap sistem pembelajaran yang dijalankan di pondok
pesantren melalui penerapan muadalah.
32
Wawancara dengan Ustadz Sulhan, Staf Administrasi Madrasah Al-Hikamus Salafiyah (MHS), pada
tanggal 22 April 2020 di Kantor MHS.
33
Wawancara denga Ustadz Baedlowi, Staf administrasi Madrasah Al-Hikamus Salafiyah pada tanggal 23
April 2020 di Kantor MHS.
34
http://pendis.kemenag.go.id/file/dokumen/DaftarMuadalah2016.pdf Diakses tanggal 11 Mei 2020
formal, namun santri yang mengikuti kelas malam umumnya adalah santri
yang mengikuti sekolah formal pada pagi harinya.
7. Adanya seleksi atau tes masuk bagai santri yang bukan berasal dari
lulusan satuan muadalah Madrasah Al-Hikamus Salafiyah terutama untuk
masuk tingkat Tsanawiyah dan Aliyah.
8. Pada aspek sarana dan prasarana dalam hal pembelajaran sudah
terpenuhi walaupun masih terbatas jumlahnya dan masih membutuhkan
sarana penunjang lainnya, seperti laboratorium komputer dan sebagainya.
9. Aspek sumber pembiayaan masih bertumpu pada kontribusi wali santri,
donatur dan usaha pondok pesantren. Sementara pemanfaatan
pembiayaan digunakan untuk proses pembelajaran, gaji guru/ustadz dan
pengembangan lainnya. Sertifikasi bagi guru/ustadz masih terbatas dan
satuan muadalah belum menerima dana Bantuan Oprasiona Sekolah
(BOS) sebagaimana sekolah/madrasah formal pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Ali. Pembaruan Pendidikan Pesantren di Lirboyo Kediri. Kediri: IAIT Press,
2008.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2006.
Huberman, A Michael, dan Mattew B. Milles. Data Management and Analysis
Methods. Amerika: New York Press, 1984.
Ihsan, Nur Hadi. Profil Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo Jawa Timur.
Ponorogo: Pondok Modern Darussalam Gontor, 2006.
Kartodierjo, Sartono. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Grafindo,
1986.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001.
Satori, Djam’an, dan Aan Komariah. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
ALFABETA, 2013.
Sugiyono. Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung:
ALFABETA, 2010.
Yusqi, M. Ishom. Pedoman Penyelenggaraan Pondok Pesantren Mu’adalah. Jakarta:
Dirjen Pendidikan Islam, Direktorat PD Pontren, 2009.