You are on page 1of 31

PENERAPAN AKUNTANSI LINGKUNGAN TERHADAP

PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA BERACUN (B3)


PADA RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR
SUCIATI
Suciati454@gmail.com

The development of the era that is so fast both technological and economic
development both regionally and globally, also changes the environment which
results in an environmental problem for life. Environmental damage that occurs
is not only caused by the environment itself, but the damage is most likely to
occur due to human activities. Environmental accounting is an accounting
science that has a function to identify, recognize, measure, assess, present, and
express environmental costs incurred in the purpose of managing the
environment. The use of environmental accounting concepts for companies
encourages the ability to minimize environmental problems faced. Social
businesses also in fact are able to produce waste from its operational activities
which have the potential to pollute the environment, such as hospitals.
The purpose of this study was to determine the application of
environmental accounting to the management of hazardous and toxic substances
at Dr Wahidin Sudirohusodo Hospital, starting from identification of
environmental costs, recognition, measurement, presentation and disclosure of
environmental costs in the financial statements.
Based on the results of the study, it was found that Dr Wahidin
Sudirohusodo Hospital has not implemented environmental accounting as a
whole, because the financial statements of environmental management and
sanitation costs are not presented separately with vehicle and building
maintenance costs and in the Notes to Financial Statements environmental
management costs are not carried out thoroughly.

Keyword: Environment, Environment Accounting, Environmental Costs Statement

1. Pendahuluan

Perkembangan zaman yang begitu cepat baik perkembangan teknologi

maupun ekonomi baik secara regional maupun global, memberikan perubahan

pula terhadap lingkungan yang mengakibatkan suatu permasalahan lingkungan

bagi kehidupan. Kerusakan lingkungan yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh

1
lingkungan itu sendiri, tetapi kerusakan tersebut kemungkinan besar dapat pula

terjadi akibat dari kegiatan manusia. Kerusakan lingkungan akibat ulah manusia

biasanya melalui aktivitas-aktivitas mereka untuk menunjang hidup yakni melalui

aktivitas bisnis. Aktivitas bisnis yang dilakukan semakin lama mampu

memberikan dampak yang sangat merugikan terhadap masyarakat. Dampak

negatif dari aktivitas bisnis yang dilakukan perusahaan adalah pencemaran suara,

limbah produksi, pencemaran air, pencemaran tanah, kesenjangan, dan lain-lain.

Biaya yang ditimbulkan akibat pengelolaan lingkungan harus diperhitungkan

secara bijak sehingga dana yang dikeluarkan sesuai dengan proporsi yang

seharusnya. Oleh karena itu, diperlukannya penerapan akuntansi lingkungan pada

setiap perusahaan baik itu perusahaan yang berskala kecil maupun besar.

Pentingnya akuntansi lingkungan didasari oleh tuntutan bagi perusahaan-

perusahaan maupun organisasi lainnya yang telah mengambil manfaat dari

lingkungan agar memiliki kesadaran penuh dalam melakukan konservasi

lingkungan.

Akuntansi lingkungan merupakan ilmu akuntansi yang memiliki fungsi

untuk mengidentifikasi, mengakui, mengukur, menilai, menyajikan, dan

mengungkapkan biaya lingkungan yang dikeluarkan dalam maksud mengelola

lingkungan. Penggunaan konsep akuntansi lingkungan bagi perusahaan

mendorong kemampuan untuk meminimalisasi persoalan-persoalan lingkungan

yang dihadapi. Tujuannya adalah meningkatkan efisiensi pengelolaan lingkungan

dengan melakukan penilaian kegiatan lingkungan dari sudut pandang biaya dan

manfaat atau efek.


Usaha sosial juga pada kenyataannya mampu menghasilkan limbah dari

kegiatan operasionalnya yang mempunyai potensi untuk mencemari lingkungan,

seperti rumah sakit. Jenis limbah yang dihasilkan rumah sakit seperti limbah

infeksius dan bahan habis pakai yang telah terkontaminasi seperti masker, sarung

tangan, dan bahan/alat kesehatan yang kontak dengan pasien, dengan risiko

penularan, potongan/bagian tubuh manusia, limbah bahan berbahaya beracun (B3)

yang merupakan hasil laboratorium, radiologi, kemasan-kemasan disinfektan,

bahan kimia/farmasi dan lain-lain. Selanjutnya istilah B3 akan digunakan untuk

limbah Bahan Berbahaya Beracun.

Menurut Permenkes No.1204/Menkes/PerXI/2004, yang mengatur tentang

Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, menyatakan bahwa “Rumah

sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit

maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta

memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan,

untuk menghindari risiko dan gangguan kesehatan maka perlu penyelenggaraan

kesehatan lingkungan rumah sakit”. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 74

Tahun 2001, “Limbah B3 yang dihasilkan rumah sakit perlu dikelola untuk

mencegah atau mengurangi risiko dampak B3 terhadap lingkungan hidup,

kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya”. Sehingga pengelolaan

lingkungan di rumah sakit perlu dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan.

Oleh karena itu, dibutuhkan akuntansi lingkungan dalam rumah sakit untuk

perhitungan biaya pengelolaan limbah sebagai bentuk pertanggungjawaban rumah

sakit terhadap lingkungan.


Hasil yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa jurusan

Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang yang melakukan uji turbititas dan

uji pada danau buatan yang terletak pada lingkungan Universitas Hasanuddin

diperoleh bahwa air danau tersebut terbilang keruh namun masih memenuhi

standar kekeruhan, dan hasil yang diperoleh dari Uji COD (Chemical Oxygen

Demand) dan BOD (Biological Oxygen Demand) bahwa tingkat COD dari air

danau tersebut tinggi karena banyaknya zat-zat kimia dari rumah sakit Wahidin

Sudirohusodo yang mengikut ke air danau dan hal ini mengakibatkan makhluk

hidup sulit untuk hidup karena oksigen yang masuk kedalam air terhambat akibat

keruhnya air danau tersebut yang harusnya masuk untuk digunakan berfotosintesis

dan walaupun terdapat beberapa spesies makhluk hidup yang hidup di danau

tersebut seperti ikan, masyarakat juga tidak dapat mengkonsumsinya karena

makhluk hidup yang hidup didanau tersebut hidup dari air danau yang

terkontaminasi zat-zat kimia dari rumah sakit.

Berdasarkan observasi awal, rumah sakit telah melakukan pengelolaan

lingkungan, namun pada laporan keuangan RSUP Wahidin Sudirohusodo

Makassar dalam hal ini laporan operasional, biaya yang dilakukan untuk

pengelolaan lingkungan masih terakumulasi dengan biaya pemeliharaan gedung

dan kendaraan dan dicatat dalam akun biaya pemeliharaan pada kategori beban

administrasi dan umum. Selain itu, pada Catatan atas Laporan Keuangan rumah

sakit belum dijelaskan secara detail tentang biaya pengelolaan lingkungan yang

dikeluarkan oleh rumah sakit. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

bagaimana penerapan akuntansi lingkungan dalam pengelolaan limbah bahan


berbahaya beracun (B3) pada Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan akuntansi

lingkungan terhadap pengelolaan limbah bahan berbahaya beracun (B3) pada

RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Diharapkan penelitian ini akan dapat

memberikan pemahaman mengenai akuntansi lingkungan serta pengembangan

ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan bidang akuntansi sosial dan lingkungan

bagi mahasiswa. Bagi rumah sakit, dapat memberikan sumbangan pemikiran

tentang pentingnya penerapan akuntansi lingkungan dan dapat memberikan

kontribusi pemikiran akan pentingnya kewajiban untuk menjaga lingkungan dan

dampak sosial yang ditimbulkan oleh rumah sakit, sebagai pertimbangan dalam

pembuatan kebijakan rumah sakit untuk lebih meningkatkan kepeduliannya pada

lingkungan. Bagi masyarakat, dapat melihat sampai sejauh mana pengelolaan

lingkungan yang dilakukan rumah sakit terhadap limbah yang dihasilkan. Bagi

Badan Penyusun Standar (Dewan Standar Akuntansi Keuangan), penelitian ini

diharapkan mampu dijadikan wahana untuk mencermati lingkungan hidup dan

mendorong pembakuan peraturan mengenai akuntansi lingkungan di Indonesia.

2. Metode Penelitian

Penelitian ini berlangsung selama empat bulan dimulai dari bulan April

sampai dengan bulan Juli 2018 dan akan dilakukan di RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar yang beralamat di Jalan Perintis Kemerdekaan KM 11,

Tamalanrea, Tamalanrea Indah, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Jenis data yang

diolah dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif

mencakup semua data yang menggambarkan proses dan tahapan pengelolaan


limbah rumah sakit, sedangkan data kuantitatif dalam penelitian ini yaitu laporan

keuangan rumah sakit dan Catatan atas Laporan Keuangan.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data

sekunder, yaitu diperoleh dari Laporan Realisasi Anggaran Instalasi Sanitasi

Rumah Sakit tahun 2016 dan 2017, Laporan Keuangan Rumah Sakit Tahun 2017,

dan Laporan Pengelolaan Limbah Rumah Sakit. Tipe penelitian yang dilakukan

yaitu penelitian kualitatif dengan rancangan studi kasus yaitu dengan

mengidentifikasi seluruh biaya lingkungan dan sanitasi yang selanjutnya akan

digunakan sebagai dasar dalam penyusunan laporan biaya lingkungan.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

telaah dokumen yang dilakukan dengan cara membaca data atau catatan yang

didokumentasikan oleh rumah sakit yang berkaitan dengan pengelolaan limbah

bahan berbahaya beracun (B3) yang ada dan perlakuan akuntansi dari biaya

lingkungan yang dilakukan rumah sakit pada laporan realisasi anggaran dan

laporan keuangan rumah sakit.

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif.

Peneliti mendeskripsikan hasil temuannya yang berasal dari data data yang

terkumpul melalui proses observasi di subjek penelitian yang kemudian akan

diperbandingkan dengan teori/konsep akuntansi yang dipakai dan menyajikan data

dari hasil peneltian mengenai komponen-komponen biaya yang berhubungan

dengan aktivitas pengolahan limbah bahan berbahaya beracun. Adapun langkah-

langkah dalam analisis deskriptif yatu sebagai berikut:


a) Mengidentifikasi komponen biaya lingkungan Rumah Sakit Dr. Wahidin

Sudirohudodo Makassar menurut Hansen dan Mowen;

b) Menganalisis pengakuan biaya lingkungan Rumah Sakit Dr. Wahidin

Sudirohudodo Makassar menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian

Laporan Keuangan (KDPPLK);

c) Menganalisis pengukuran biaya lingkungan Rumah Sakit Dr. Wahidin

Sudirohudodo Makassar menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian

Laporan Keuangan (KDPPLK);

d) Menganalisis penyajian dan pelaporan biaya lingkungan Rumah Sakit Dr.

Wahidin Sudirohudodo Makassar menurut Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan;

e) Menganalisis pengungkapan biaya lingkungan Rumah Sakit Dr. Wahidin

Sudirohudodo Makassar Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan;

f) Menarik kesimpulan.

3. Hasil Dan Pembahasan

3.1 Hasil

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa rumah sakit

Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar belum menerapkan akuntansi lingkungan

secara menyeluruh. Pengidentifikasian biaya lingkungannya hanya berdasarkan

jenis kegiatannya sehingga tidak dapat diketahui seberapa besar biaya

pencegahan, deteksi, kegagalan internal dan eksternal yang dikeluarkan setiap

tahun. Pengakuan dan pengukuran biaya lingkungannya telah sesuai dengan

kerangka dasar penyusunan penyajian laporan keuangan.


Rumah sakit belum menyajikan secara khusus laporan biaya lingkungan,

biaya lingkungan pada laporan operasional hanya dilaporkan dalam biaya

pemeliharaan yang terakumulasi dengan biaya pemeliharaan rumah sakit lainnya

diantaranya pemeliharaan gedung dan kendaraan, sedangkan pada laporan neraca,

biaya lingkungan tersebut dicatat pada akun aset tetap jalan, irigasi dan jaringan

karena beberapa biaya lingkungan yang dikeluarkan menambah nilai aset. Selain

itu, pada catatan atas laporan keuangan, biaya lingkungan tidak dijelaskan secara

rinci. Oleh karena itu penulis mengidentifikasi biaya lingkungan tersebut kedalam

empat kategori yaitu biaya pencegahan lingkungan, biaya deteksi lingkungan,

biaya kegagalan internal lingkungan, dan biaya kegagalan eksternal lingkungan

selanjutnya kategori biaya lingkungan tersebut akan menjadi dasar dalam

menyusun laporan biaya lingkungan rumah sakit Dr. Wahidin Sudiro Husodo

Makassar.

Laporan biaya lingkungan menunjukkan pengeluaran biaya rumah sakit

untuk setiap kategori yang berbeda. Pada Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK),

akan diuraikan secara rinci biaya-biaya yang termasuk dalam kategori biaya

pencegahan, biaya deteksi lingkungan, biaya kegagalan internal lingkungan, dan

biaya kegagalan eksternal lingkungan. Sedangkan pada laporan operasional, biaya

lingkungan tersebut harus disajikan secara terpisah dari Beban Pemeliharaan

dengan menggunakan akun tersendiri yaitu Beban Sanitasi dan Lingkungan.

Rincian biaya sanitasi akan dijelaskan di Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

3.2 Pembahasan

3.2.1 Pengidentifikasian Komponen Biaya Lingkungan Rumah Sakit Dr. Wahidin


Sudirohusodo Makassar Menurut Hansen dan Mowen
Rumah sakit merupakan suatu perusahaan jasa yang bergerak dalam bidang

sosial yang memberikan jasa berupa jasa pengobatan, perawatan dan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat. Rumah sakit tidak terlepas dari limbah yang

dihasilkan akibat dari kegiatan pelayanan jasa yang dilakukan. Dalam mengelola

limbah yang dihasilkan, tentunya rumah sakit mengeluarkan sejumlah biaya.

Berikut merupakan rincian biaya lingkungan Rumah Sakit Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar tahun 2017 dalam mengelola limbah yang dihasilkan:

Tabel 3.1 Daftar Biaya Lingkungan Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar tahun 2017

Kegiatan Uraian Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Capaian


(1) (2) (3) (4) (5)
Air Bersih Pemeriksaan Kualitas air bersih 46.280.000 40.168.000 87%
Pembelian air untuk kebutuhan HD 20.000.000 12.575.000 63%
Pengadaan karbon filter dan pasir
8.000.000 14.100.000 176%
kuarsal
Pembersihan bak penampungan air
7.000.000 9.063.000 129%
olahan
Pengurasan sumur dangkal 5.024.370 2.418.000 48%
Pengurasan/Pemeliharaan sumur
30.000.000 24.525.680 82%
dalam 1 kali setahun
Perbaikan wastafel 2.000.000 2.000.000 100%
Pemasangan wastafel 9.900.000 9.130.000 92%
Penggantian mesin pompa
pendorong Top Floor PCC dan
41.500.000 8.848.000 21%
pemasangan sistem Inverter, 3
buah dan panel pompa 1 set
Perbaikan instalasi air bersih 30.000.000 36.365.600 121%
Pemeliharaan pompa 60x40cm 21.000.000 19.861.700 95%
pemeliharaan mesin pompa air 4.250.000 2.544.500 60%
Pembersihan penampungan air
5.000.000 - 0%
bersih (tandon)
Pemeliharaan hydrant 1.200mtr +
Box hydrant 8 buah + selang & 25.000.000 23.837.000 95%
nozzle
Pemeliharaan mesin distribusi
40.000.000 30.565.000 76%
induk 5buah
Pencucian penampungan air bersih
reservator vol. 12M3 (IRD dan 6.000.000 4.020.600 67%
penampungan air HD)
Perbaikan/pemasangan keramik
6.714.000 5.992.000 89%
reservoar IRD
Pengurusan izin pemanfaatan air
32.000.000 - 0%
tanah sumur
339.668.370 246.014.080 72%
Sampah dan
Pemeriksaan kualitas air limbah 26.136.000 13.159.000 50%
Air Limbah
Tabel 4.2 Daftar Biaya Lingkungan Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar tahun 2017 (Lanjutan)
(1) (2) (3) (4) (5)
Pemeriksaan Emisi Boiler 5.500.000 1.430.000 26%
Pemeriksaan udara ambien 5.500.000 6.150.000 112%
Pemeriksaan emisi incenerator 8.500.000 3.375.000 40%
Pemeriksaan emisi genset 5.500.000 3.715.000 68%
Penyedotan/pengurasan septik tank 6.250.000 6.250.000 100%
Pengurasan lumpur stp 15.000.000 19.841.000 132%
Penyusunan laporan RPL dan RKL
4.000.000 2.983.600 75%
dan Proper
Pengadaan termocouple 3.500.000 5.395.500 154%
Pengadaan sensor cahaya
1.500.000 - 0%
incenerator
Pemeliharaan sarana air hujan 25.000.000 25.000.000 100%
106.386.000 87.299.100 82%
Pemeliharaan
Pemeliharaan instalasi pipa air
dan kebersihan 25.000.000 25.000.558 100%
limbah dalam gedung
lingkungan
Pemeliharaan bak sampit (tempat
7.500.000 7.500.000 100%
pompa air limbah)
Pemeliharaan bak kontrol limbah 15.000.000 15.000.000 100%
Pemeliharaan bak pengendapan
10.000.000 10.000.000 100%
dan kolam indikator limbah
Pemeliharaan/perbaikan mesin
20.000.000 20.000.000 100%
pengolahan limbah rotor disk
Pemeliharaan general pengolahan
30.000.000 29.305.300 98%
limbah (bak pengolahan) IPLC
Pemeliharaan/perbaikan mesin
40.000.000 38.000.000 95%
pengolahan limbah bio detox
Pemeliharaan WC/Klosed
17.500.000 14.783.000 84%
(persiapan)
Pemeliharaan panel kontrol
4.000.000 4.000.000 100%
otomatis pompa rotor disk
Pemeliharaan pompa submersibel
10.500.000 9.269.150 88%
air limbah di sampit
Penyerahan/pengangkutan limbah
66.000.000 55.000.000 83%
B3 ke pihak ke III
Izin pengelolaan Limbah B3/Izin
pengelolaan Lingkungan (TPS dan 20.000.000 28.256.000 141%
IPLC)
Revisi Amdal/penyusunan
400.000.000 396.711.000 99%
dokumen amdal
665.500.000 652.825.008 98%
Suku Cadang 184.694.630 123.212.950 67%
TOTAL 1.300.204.000 1.300.204.000
Sumber: Realisasi Rencana Kerja Tahunan RS Dr. Wahidin Sudirohusodo, 2017
Tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa pengidentifikasian biaya lingkungan

yang dilakukan oleh rumah sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo dilakukan

berdasarkan jenis kegiatannya yaitu kegiatan pengelolaan air bersih, sampah dan

air limbah, pemeliharaan dan kebersihan lingkungan dan suku cadang. Dari data

biaya lingkungan tersebut, peneliti selanjutnya akan mengelompokkan komponen

biaya lingkungan tersebut berdasarkan teori Hansen dan Mowen yaitu biaya

kualitas lingkungan yang terdiri dari biaya pencegahan, biaya deteksi lingkungan,

biaya kegagalan internal, dan biaya kegagalan eksternal. Berikut ini perbandingan

identifikasi biaya lingkungan rumah sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo dan teori

biaya kualitas lingkungan menurut Hansen dan Mowen:

Tabel 4.3 Perbandingan Identifikasi Biaya Lingkungan Menurut Rumah Sakit


Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar dengan Teori Hansen/Mowen.
Identifikasi Biaya
Identifikasi Biaya Lingkungan Menurut
No Lingkungan Menurut
RS Dr. Wahidin Sudirohusodo
Hansen/Mowen
(1) (2) (3)
1 Biaya Pencegahan Lingkungan Pengadaan karbon filter dan pasir kuarsa
(Environmental Prevention Pembersihan bak penampungan air olahan
Costs)
Pengurasan sumur dangkal
Pengurasan/Pemeliharaan sumur
Perbaikan wastafel
Pemasangan wastafel
Pemeliharaan pompa 60x40cm
Pemeliharaan mesin pompa air
Pembersihan penampungan air bersih (tandon)
Pemeliharaan hydrant 1.200mtr + Box hydrant 8 buah +
selang & nozzle
Pemeliharaan mesin distribusi induk
Pencucian penampungan air bersih reservator vol. 12M3
(IRD dan penampungan air HD)
Perbaikan/pemasangan keramik reservoar IRD
Pengurusan izin pemanfaatan air tanah sumur
Penyusunan laporan RPL dan RKL dan Proper
Pengadaan thermocouple
Pengadaan sensor cahaya incenerator
Pemeliharaan sarana air hujan
Pemeliharaan instalasi pipa air limbah dalam gedung
Pemeliharaan bak sampit (tempat pompa air limbah)
Pemeliharaan bak kontrol limbah
Tabel 4.3 Perbandingan Identifikasi Biaya Lingkungan Menurut Rumah Sakit Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar dengan Teori Hansen dan Mowen
(Lanjutan)
(1) (2) (3)
Pemeliharaan bak pengendapan dan kolam indikator
limbah
Pemeliharaan/perbaikan mesin pengolahan limbah
rotor disk
Pemeliharaan general pengolahan limbah (bak
pengolahan) IPLC
Penggantian mesin pompa pendorong dan pemasangan
sistem Inverter, 3 buah dan panel pompa 1 set
Pemeliharaan/perbaikan mesin pengolahan limbah bio
detox
Pemeliharaan WC/Klosed (persiapan)
Pemeliharaan panel kontrol otomatis pompa rotor disk
Pemeliharaan pompa submersibel air limbah di sampit
Izin pengelolaan Limbah B3/Izin pengelolaan Lingkungan
(TPS dan IPLC)
Revisi Amdal/penyusunan dokumen amdal
Suku Cadang
2 Biaya Deteksi Lingkungan Pemeriksaan Kualitas air bersih
(Environmental
Pemeriksaan kualitas air limbah
Detection Costs)
Pemeriksaan Emisi Boiler
Pemeriksaan udara ambien
Pemeriksaan emisi incenerator
Pemeriksaan emisi genset
3 Biaya Kegagalan Internal Pembelian air untuk kebutuhan HD
Lingkungan Perbaikan instalasi air bersih
(Environmental Internal
Failure Costs) Penyedotan/pengurasan septik tank
Pengurasan lumpur stp
Penyerahan/pengangkutan limbah B3 ke pihak ke III

Biaya Kegagalan Eksternal


4 Lingkungan
(Environmental External
Failure)
Sumber: Data Diolah, 2018

Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa rumah sakit DR. Wahidin

Sudirohusodo belum melakukan pengelompokkan biaya berdasarkan teori Hansen

dan Mowen, pengelompokkan biayanya hanya dilakukan berdasarkan jenis


kegiatan yang dilakukan yaitu kegiatan pengelolaan air bersih, sampah dan air

limbah, pemeliharaan dan kebersihan lingkungan dan suku cadang. Dari ke empat

jenis biaya kualitas lingkungan yang dikemukakan oleh Hansen dan Mowen,

terdapat biaya lingkungan rumah sakit yang tergolong dalam biaya pencegahan,

biaya deteksi dan biaya kegagalan internal lingkungan.

Dengan melakukan pengidentifikasian biaya sesuai dengan teori Hansen

Mowen, yaitu dengan mengidentifikasi biaya lingkungan kedalam empat

kelompok yaitu biaya pencegahan lingkungan, biaya deteksi lingkungan, biaya

kegagalan internal lingkungan dan biaya kegagalan eksternal lingkungan maka

rumah sakit akan lebih mudah melakukan evaluasi terhadap kinerja

lingkungannya serta dapat melakukan efisiensi biaya lingkungan dengan

meminimalisir biaya yang dianggap tidak memberikan manfaat terhadap

pengeloaan lingkungan atau dengan mengeluarkan biaya yang lebih banyak pada

kategori biaya tertentu untuk meminimalisir biaya yang lain atau meminimalisir

sampah dan limbah yang dihasilkan. Hansen Mowen (2008: 417) menyatakan

bahwa “Biaya kegagalan lingkungan dapat dicegah dengan menginvestasikan

lebih banyak aktivitas pencegahan dan deteksi”.

3.2.2 Pengakuan Biaya Lingkungan Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo


Makassar Menurut Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan
Keuangan (KDPPLK)
“Pengakuan berhubungan dengan masalah transaksi akan dicatat atau tidak

kedalam sistem pencatatan, sehingga pada akhirnya transaksi tersebut akan

berpengaruh pada laporan keuangan perusahaan” (Mulyani, 2013:39). Biaya yang

dikeluarkan oleh Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar dalam


pengelolaan lingkungannya memberikan manfaat ekonomi dan dapat diukur

secara akurat dan andal, maka biaya tersebut dapat diakui. Biaya tersebut yaitu

biaya yang bersumber dari kegiatan pengelolaan air bersih, sampah dan air

limbah, pemeliharaan kebersihan lingkungan, dan suku cadang. Rumah sakit

mengakui biaya tersebut ketika biaya tersebut terjadi.

Meskipun pada awal periode akuntansi instalasi sanitasi memperoleh dana

anggaran untuk pengelolaan lingkungan untuk satu tahun, namun dana anggaran

ini belum dapat diakui sebagai biaya karena pada dasarnya kas tersebut masih

berbentuk alokasi anggaran dan sejatinya rumah sakit belum memperoleh manfaat

dari dana anggaran tersebut. Rumah sakit mengakui biaya lingkungannya ketika

biaya tersebut telah digunakan untuk mengelola lingkungan rumah sakit atau

dengan kata lain ketika rumah sakit telah menerima manfaat dari biaya tersebut,

hal ini berarti rumah sakit mengakui biaya lingkungan menggunakan cash basis,

dimana setiap biaya lingkungan akan dicatat ketika kas telah dikeluarkan untuk

mengelola limbah atau lingkungan. Biaya tersebut kemudian dicatat dan

dilaporkan setiap tiga bulan pada laporan realisasi rencana kerja tahunan dan

diakumulasi pada akhir periode akuntansi. Berdasarkan hal tersebut, peneliti

selanjutnya melakukan perbandingan pengakuan biaya lingkungan menurut

Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Kengangan (KDPPLK) dan

pengakuan biaya lingkungan yang dilakukan oleh Rumah Sakit Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar seperti pada tabel dibawah ini:


Tabel 4.4 Perbandingan Pengakuan Biaya Lingkungan Menurut Kerangka Dasar
Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) dan Menurut
Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
Pengakuan Menurut Kerangka Dasar Pengakuan Menurut Rumah Sakit
Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar
(KDPPLK)
Beban diakui dalam laporan laba rugi kalau Biaya lingkungan diakui ketika biaya
penurunan manfaat ekonomi masa depan yang tersebut telah digunakan rumah sakit untuk
berkaitan dengan penurunan aktiva atau mengelola lingkungan rumah sakit (ketika
peningkatan kewajiban dapat diukur dengan rumah sakit memperoleh manfaat dari biaya
andal (KDPPLK Paragraf 94) tersebut)
Sumber: Data Diolah, 2018

Berdasarkan tabel 4.4, dapat dilihat bahwa Rumah Sakit Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar tidak melakukan pengakuan biaya sesuai dengan

Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK). Rumah

sakit pada awal periode telah melakukan penyusunan rencana anggaran biaya

(RAB) terkait dengan perencanaan kegiatan yang akan dilakukan kedepannya.

Nilai yang dianggarkan tersebut merupakan nilai estimasi dan merupakan

proyeksi dari periode sebelumnya yang berarti rumah sakit telah menilai apa yang

menjadi kebutuhan pada periode selanjutnya. Biaya lingkungan tersebut akan

diakui sebagai biaya ketika biaya tersebut terjadi atau ketika rumah sakit

menerima manfaat atas biaya tersebut (cash basis) sedangkan menurut Kerangka

Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan, beban diakui ketika beban

tersebut telah terjadi walaupun rumah sakit atau perusahaan belum mengeluarkan

kas untuk mengelola lingkungan (accrual basis).

3.2.3 Pengukuran Biaya Lingkungan Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo


Makassar Menurut Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan
Keuangan (KDPPLK)
Rumah sakit mengukur biaya-biaya yang dikeluarkan terkait dengan

pengolahan limbah dengan menggunakan satuan moneter dan mengacu pada

realisasi anggaran biaya pengelolaan limbah periode sebelumnya. Laporan

realisasi anggaran ini digunakan sebagai acuan untuk menyusun laporan Bill of

Quality, laporan ini berisi daftar yang diperlukan oleh rumah sakit dalam hal ini

oleh bagian sanitasi dalam mengelola lingkungan rumah sakit. Selanjutnya

dilakuan persetujuan anggaran untuk menentukan maksimal biaya yang dapat

dikeluarkan, kemudian setelah dilakukan persetujuan anggaran selanjutnya adalah

pembelian bahan sesuai dengan anggaran yang telah disetujui. Jadi, dalam

pengukuran biaya lingkungan rumah sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo mengacu

pada realisasi anggaran pada periode sebelumnya.

Dalam Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan

(KDPPLK) pengukuran suatu unsur laporan keuangan dapat dilakukan

berdasarkan biaya historis, biaya kini, nilai realisasi/penyelesaian, dan nilai

sekarang. Berikut perbandingan pengukuran biaya lingkungan menurut Rumah

Sakit DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar dan Kerangka Dasar Penyusunan

Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK):

Tabel 4.5 Perbandingan Pengukuran Biaya Lingkungan Menurut Menurut


Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan
(KDPPLK) dan Menurut Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo
Pengukuran Berdasarkan Kerangka Dasar
Pengukuran Menurut Rumah Sakit
Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan
DR. Wahidin Sudirohusodo
(KDPPLK)
Suatu unsur laporan keuangan dapat dilakukan Pengukuran biaya lingkungan mengacu pada
berdasarkan biaya historis, biaya kini (current realisasi anggaran periode sebelumnya untuk
costi), nilai realisasi/penyelesaian menentukan besarnya biaya lingkungan pada
(realisable/settlement value), dan nilai sekarang periode berjalan
(present value) (KDPPLK Paragraf 100)
Sumber: Data Diolah, 2018
Berdasarkan tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa rumah sakit Dr. Wahidin

Sudirohusodo telah melakukan pengukuran biaya lingkungan sesuai dengan

Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK), hal

tersebut terbukti dari biaya yang dikeluarkan mengacu pada rencana anggaran

biaya yang terlah disusun berdasarkan dengan realisasi anggaran periode

sebelumnya.

3.2.4 Penyajian Biaya Lingkungan Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo


Makassar Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
Biaya-biaya yang dikeluarkan setiap organisasi baik itu organisasi yang

berorientasi profit maupun nirlaba harus disajikan dalam laporan keuangan, tak

terkecuali biaya lingkungan. Penyajian berkaitan dengan masalah bagaimana

suatu informasi keuangan akan disajikan dalam laporan keuangan (Mulyani,

2013:42). Biaya yang dikeluarkan oleh Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar dalam mengelola lingkungan dibagi menjadi empat kategori

berdasarkan jenis kegiatannya. Keempat jenis biaya pengelolaan lingkungan

disajikan bersama dalam laporan operasional dalam satu akun, yaitu biaya

pemeliharaan dan digolongkan dalam pos beban umum dan administrasi pada

laporan operasional.

Pada laporan pengelolaan limbah bahan berbahaya beracun (B3) rumah

sakit tidak menyajikan biaya-biaya lingkungan yang telah dikeluarkan. Laporan

ini hanya menjelaskan proses pengelolaan limbah B3 tanpa menyajikan biaya

yang dikeluarkan terkait dengan pengelolaan limbah tersebut, penyajian secara

mendetail biaya lingkungan tersebut hanya disajikan dalam rencana kerja tahunan

yang dimiliki rumah sakit. Berikut perbandingan penyajian biaya lingkungan


menurut rumah sakit DR. Wahidin Sudirohusodo dan menurut Pernyataan Standar

Akuntansi Keuangan (PSAK):

Tabel 4.6 Perbandingan Penyajian Biaya Lingkungan Menurut Pernyataan


Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Menurut Rumah Sakit Dr.
Wahidin Sudirohusodo
Penyajian Berdasarkan Pernyataan Standar Pengukuran Menurut Rumah Sakit
Akuntansi Keuangan (PSAK) DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar
PSAK No. 1 tentang Penyajian Laporan Biaya lingkungan hanya dicatat dan disajikan
Keuangan Paragraf 12 menyatakan bahwa dalam laporan operasional pada akun biaya
entitas dapat pula menyajikan, terpisah dari pemeliharaan dalam kategori biaya administrasi
laporan keuangan, laporan mengenai dan umum.
lingkungan hidup dan laporan nilai tambah
(value aded statement), khususnya bagi industri
dimana faktor lingkungan hidup memegang
peranan penting dan bagi industri yang
menganggap karyawan sebagai kelompok
pengguna laporan yang memegang peranan
penting.
Sumber: Data Diolah, 2018

Berdasarkan tabel 4.6, Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo belum

melakukan penyajian biaya lingkungan secara khusus, biaya lingkungan tersebut

hanya disajikan dalam laporan keuangan secara umum dalam akun biaya

pemeliharaan dalam kategori biaya administrasi dan umum. “Pelaporan biaya

lingkungan adalah penting jika sebuah organisasi serius memperbaiki kinerja

lingkungannya dan mengendalikan biaya lingkungannya” (Hansen Mowen,

2008:416). Dengan melaporkan biaya lingkungan pada laporan khusus maka

rumah sakit dapat mengetahui dampak biaya lingkungan terhadap

profitabilitasnya dan jumlah relatif yang dihabiskan untuk setiap kategori.

Hal tersebut dikemukakan Hansen Mowen (2008, 416) bahwa langkah

pertama yang dilakukan untuk melaporkan biaya lingkungan adalah laporan yang

memberikan perincian biaya lingkungan menurut kategori. Pelaporan menurut


kategori memberikan dua hasil yang penting yaitu dampak biaya lingkungan

terhadap profitabilitas perusahaan dan jumlah relatif yang dihabiskan dalam setiap

kategori. Laporan biaya lingkungan rumah sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar tahun 2016 menunjukkan bahwa rumah sakit mengeluarkan biaya

lingkungan sebesar 0,1373% dari total biaya operasional rumah sakit. Biaya

terbesar yang dikeluarkan rumah sakit yaitu biaya kegagalan internal sebesar

48,34%, sedangkan biaya pencegahan lingkungan sebesar 42,85%, biaya deteksi

lingkungan yang merupakan biaya terkecil yang dikeluarkan oleh rumah sakit

yaitu sebesar 8,81% dan rumah sakit tidak mengeluarkan biaya untuk kegagalan

eksternal. Berikut ini laporan biaya lingkungan Rumah Sakit Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar menurut Hansen Mowen:


BLU RS DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR
LAPORAN BIAYA LINGKUNGAN
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2016
Persentase
Persentase dari Biaya
Biaya Lingkungan Per
Operasional
Kategori
Rp 617.384.775.115
Biaya Pencegahan Lingkungan
Pengadaan karbon filter dan pasir kuarsal Rp 20.594.200
Pembersihan bak penampungan air olahan Rp 8.470.000
Pengurasan/Pemeliharaan sumur Rp 49.511.000
Pembersihan penampungan air bersih (tandon) Rp 6.038.100
Pemeliharan mesin distribusi induk 5 buah Rp 3.620.000
Pengadaan bak penampungan/Fiber Rp 16.055.000
Penyusunan laporan RPL, RKL dan Proper Rp 2.512.200
Pemeliharaan instalasi pipa air limbah dalam gedung Rp 68.910.971
Pemeliharaan bak sampit (tempat pompa air limbah) Rp 2.303.000
Pemeliharaan bak kontrol limbah Rp 12.862.500
Pemeliharaan bak pengolahan limbah IPLC Rp 9.260.120
Pemeliharaan WC/Klosed (persiapan) Rp 65.482.700
Suku Cadang Rp 97.637.400
Total Biaya Pencegahan Lingkungan Rp 363.257.191 42,85% 0,0588%
Biaya Deteksi Lingkungan
Pemeriksaan kualitas air bersih Rp 40.568.000
Pemeriksaan kualitas air limbah Rp 17.302.000
Pemeriksaan emisi boiler Rp 5.545.000
Pemeriksaan emisi incenerator Rp 7.970.000
Pemeriksaan emisi genset Rp 3.295.000
Total Biaya Deteksi Lingkungan Rp 74.680.000 8,81% 0,0121%
Biaya Kegagalan Internal Lingkungan
Perbaikan wastafel Rp 5.430.900
Perbaikan instalasi air bersih Rp 96.632.900

Pembersihan dan perbaikan instalasi pipa distribusi dan sumur


gali depan poliklinik ke Reservoar IRD Rp
2.230.000
Penggantian instalasi pipa distribusi HD dari penampungan
Rp 10.670.000
induk dekat masjid ke ruangan HD
Penyedotan/pengurasan septik tank Rp 11.760.000
Penyerahan/pengangkutan limbah B3 ke pihak ke III Rp 283.008.000
Total Biaya Kegagalan Internal Lingkungan Rp 409.731.800 48,34% 0,0664%
Biaya Kegagalan Eksternal Lingkungan Rp - 0,00% 0,0000%
TOTAL Rp 847.668.991 100,00% 0,1373%
Sumber: Data Diolah, 2018

Berdasarkan laporan biaya lingkungan tersebut dapat dilihat bahwa kinerja

lingkungan rumah sakit belum optimal, hal ini ditunjukkan dari persentase biaya

kegagalan internal lebih besar dari persentase biaya pencegahan lingkungan yang

artinya biaya yang dikeluarkan untuk menangani limbah yang dihasilkan dari

kegiatan operasional lebih besar dibandingkan biaya yang dikeluarkan untuk

mencegah diproduksinya limbah. Pada tahun 2017 terjadi perbedaan persentase

kategori biaya lingkungan, rumah sakit mengeluarkan biaya pencegahan lebih

besar dibanding dengan biaya kegagalan internal. Laporan biaya lingkungan 2017
tersebut menunjukkan bahwa biaya terbesar yang dikeluarkan rumah sakit yaitu

biaya pencegahan lingkungan yaitu sebesar 81,43%, sedangkan biaya yang paling

sedikit yang dikeluarkan oleh rumah sakit yaitu biaya deteksi sebesar 6,13%, dan

biaya kegagalan internal yaitu sebesar 12,44%. Rumah sakit mengeluarkan total

biaya lingkungan sebesar 0,1695% dari total biaya operasional. Laporan biaya

lingkungan tahun 2017 menunjukkan bahwa kinerja lingkungan rumah sakit pada

tahun 2017 sudah cukup baik, hal tersebut ditunjukkan dari presentase biaya

pencegahan lingkungan lebih besar dari biaya kegagalan internal lingkungan. Jika

dibandingkan dengan laporan biaya lingkungan tahun 2016, terjadi peningkatan

biaya lingkungan di tahun 2017 yaitu sebesar 0,0322%. Berikut Laporan Biaya

Lingkungan tahun 2017 Rumah Sakit DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar:


BLU RS DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR
LAPORAN BIAYA LINGKUNGAN
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2017
Persentase
Persentase dari
Biaya Lingkungan Per
Biaya Operasional
Kategori
Rp 654.296.894.468
Biaya Pencegahan Lingkungan
Pengadaan karbon filter dan pasir kuarsa Rp 14.100.000
Pembersihan bak penampungan air olahan Rp 9.063.000
Pengurasan sumur dangkal Rp 2.418.000
Pengurasan/pemeliharaan sumur Rp 24.520.000
Pemasangan wastafel Rp 9.130.000
Pemeliharaan pompa 60x40cm Rp 19.861.700
Pemeliharaan mesin pompa air Rp 2.544.500
Pemeliharaan hydrant, Box Hydrant, selang dan nozzle Rp 23.837.000
Pemeliharaan mesin distribusi induk 5buah Rp 30.565.000
Pencucian penampungan air bersih reservator Rp 4.020.600
Penyusunan laporan RPL dan RKL dan Rp 2.983.600
Proper Pengadaan thermocouple Rp 5.395.500
Pemeliharaan sarana air hujan Rp 25.000.000
Pemeliharaan instalasi pipa air limbah dalam Rp 25.000.000
gedung
Pemeliharaan bak sampit (tempat pompa air limbah) Rp 7.500.000
Pemeliharaan bak kontrol limbah Rp 15.000.000
Pemeliharaan bak pengendapan dan kolam indikator limbah Rp 10.000.000
Pemeliharaan/perbaikan mesin pengolahan limbah rotor Rp 20.000.000
disk Pemeliharaan general pengolahan limbah (bak
pengolahan) IPLC Rp 29.305.300
Pemeliharaan/perbaikan mesin pengolahan limbah bio Rp 38.000.000
detox
Rp 14.783.000
Pemeliharaan WC/Klosed (persiapan)
Pemeliharaan panel kontrol otomatis pompa rotor Rp 4.000.000
disk Pemeliharaan pompa submersibel air limbah di Rp 9.269.150
sampit
Izin pengelolaan Limbah B3/Izin pengelolaan
Rp 28.256.000
Lingkungan (TPS dan IPLC)
Revisi Amdal/penyusunan dokumen amdal Rp 396.711.000
Penggantian mesin pompa pendorong, pemasangan sistem
Rp 8.848.000
Inverter dan panel pompa
Suku Cadang Rp 123.212.950
Total Biaya Pencegahan Lingkungan Rp 903.324.300 81,43% 0,1381%
Biaya Deteksi Lingkungan
Pemeriksaan kualitas air bersih Rp 40.168.000
Pemeriksaan kualitas air limbah Rp 13.159.000
Pemeriksaan Emisi Boiler Rp 1.430.000
Pemeriksaan udara ambien Rp 6.150.000
Pemeriksaan emisi incenerator Rp 3.375.000
Pemeriksaan emisi genset Rp 3.715.000
Total Biaya Deteksi Lingkungan Rp 67.997.000 6,13% 0,0104%
Biaya Kegagalan Internal Lingkungan
Perbaikan wastafel Rp 2.000.000
Perbaikan/pemasangan keramik reservoar IRD Rp 5.992.000
Pembelian air untuk kebutuhan HD Rp 12.575.000
Perbaikan instalasi air bersih Rp 36.365.000
Penyedotan/pengurasan septik tank Rp 6.250.000
Pengurasan lumpur stp Rp 19.841.000
Penyerahan/pengangkutan limbah B3 ke pihak ke III Rp 55.000.000
Total Biaya Kegagalan Internal Lingkungan Rp 138.023.000 12,44% 0,0211%
Biaya Kegagalan Eksternal Lingkungan Rp - 0,00% 0,0000%
TOTAL Rp 1.109.344.300 100% 0,1695%
Sumber: Data Diolah, 2018

Berikut ini perbandingan biaya lingkungan rumah sakit Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar tahun 2016 dan 2017:


Tabel 4.7 Perbandingan Laporan Biaya Lingkungan Rumah Sakit Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar Tahun 2016 dan 2017
Total Biaya
Kenaikan/Penurunan
No Biaya 2016 2017
(Rp) (%) (Rp) (%) (Rp) (%)
Biaya Pencegahan
1 363.257.191 42,85 903.324.300 81,43 540.067.109 60
Lingkungan
2 Biaya Deteksi Lingkungan 74.680.000 8,81 67.997.000 6,13 (6.683.000) -10
Biaya Kegagalan Internal
3 409.731.800 48,34 138.023.000 12,44 (271.708.800) -197
Lingkungan
Biaya Kegagalan Eksternal
4 - 0,00 - 0,00 - 0
Lingkungan
TOTAL 847.668.991 100,00 1.109.344.300 100,00 261.675.309 24
Sumber: Data Diolah, 2018

Tabel 4.7 diatas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan biaya

pencegahan lingkungan sebesar 60%, penurunan biaya deteksi lingkungan sebesar

10% dan penurunan biaya kegagalan internal lingkungan sebesar 197% serta

terjadi peningkatan biaya lingkungan secara keseluruhan sebesar 24%. Hansen

Mowen (2008:147) menyatakan bahwa “Biaya kegagalan lingkungan dapat

dikurangi dengan menginvestasikan lebih banyak aktivitas pencegahan dan

deteksi”. Terjadinya peningkatan biaya pencegahan lingkungan pada tahun 2017

artinya rumah sakit mengurangi biaya deteksi dan biaya kegagalan eksternal

dengan lebih banyak melakukan tindakan pencegahan.

Peningkatan biaya pencegahan lingkungan pada tahun 2017 disebabkan

karena adanya penambahan biaya pemasangan wastafel, pemeliharaan pompa,

pemeliharaan mesin pompa air, pencucian penampungan air bersih reservoar,

pengadaan termocouple, pemeliharaan sarana air hujan, pemeliharaan mesin

pengolahan limbah bio detox, pemeliharaan pompa submersibel air limbah, izin

pengolahan limbah B3, revisi amdal, serta penggantian mesin pendorong dan

sistem inverter. Penurunan biaya kegagalan internal disebabkan karena adanya


pengurangan biaya dari tahun 2016 ke 2017 yaitu biaya pembersihan dan

perbaikan instalasi pipa distribusi dan sumur gali, penggantian instalasi pipa

distribusi HD serta adanya penurunan biaya pengangkutan limbah B3 ke pihak

ketiga sehingga menyebabkan terjadinya penurunan biaya kegagalan internal

lingkungan.

Pada laporan operasional dan laporan realisasi anggaran instalasi Sanitasi

Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar terdapat perbedaan jumlah

biaya yang dikeluarkan. Pada tahun 2016, Laporan operasional yang bersumber

dari bagian akuntansi rumah sakit mencatat biaya sanitasi sebesar Rp416.030.900

sedangkan biaya suku cadang sanitasi dicatat bersama dengan biaya suku cadang

(kelontong) intsalasi lainnya, namun pada laporan realisasi anggaran instalasi

Sanitasi tercatat biaya sanitasi dan lingkungan sebesar Rp847.668.991. Sedangkan

di tahun 2017, biaya sanitasi yang tercatat hanya sebesar Rp923.863.352 dan suku

cadang sanitasi terakumulasi dengan suku cadang (kelontong) dari instalasi lain,

namun pada instalasi sanitasi total biaya yang tercatat sebesar Rp1.109.344.300.

Pada tahun 2017, terdapat beberapa biaya lingkungan yang pencapaiannya

tidak sesuai dengan rencana anggaran biaya, yaitu biaya pembelian air untuk

kebutuhan HD hanya terealisasi 63% karena anggaran biaya untuk pembelian air

digunakan untuk perbaikan dan pembersihan imperler mesin pompa transfer.

Penggantian mesin pompa pendorong terealisasi 21% karena tidak dilakukan

penggantian mesin pompa namun hanya dilakukan perbaikan instalasi air bersih

dan reservoar air bersih, biaya pemeriksaan emisi boiler terealisasi 26% karena

pemeriksaan hanya dilakukan setiap satu semester.


Biaya pemeriksaan emisi genset terealisasi 68% karena pemeriksaan emisi

genset juga dilakukan setiap satu semester, biaya pengurasan lumpur STP

terealisasi 132% karena selain dilakukan pengurasan lumpur juga dilakukan

penggantian mesin instalasi pipa yang pecah pada IPAL sentral. Pengadaan

termocouple terealisasi sebesar 154% karena adanya penambahan pengadaan

termocouple, serta biaya pemeliharaan WC yang terealisasi sebesar 84% karena

hanya dilakukan renovasi instalasi pipa pembuangan WC dan penggantian closed

jongkok dengan closed duduk.

3.2.5 Pengungkapan Biaya Lingkungan Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo


Makassar Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 tentang Penyajian

Laporan Keuangan Paragraf 12 menyatakan bahwa “Perusahaan dapat pula

menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan

laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri di mana

faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang

menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang

peranan penting”.

Rumah sakit telah melakukan penyajian biaya lingkungan di laporan

operasional rumah sakit pada biaya pemeliharaan dalam sub biaya umum dan

administrasi. Namun, jika hanya melihat laporan operasional saja, biaya

pengelolaan lingkungan tersebut tidak nampak. Pengungkapan biaya lingkungan

rumah sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo diungkapkan pada Catatan atas Laporan

Keuangan (CaLK), namun pengungkapannya hanya sebatas total dari biaya

lingkungan pada akun Pemeliharaan Lingkungan dan Sanitasi yang tergabung


dengan biaya pengungkapan biaya pemeliharaan lain yang termasuk dalam biaya

pemeliharaan pada laporan operasional.

Walau biaya lingkungan telah diungkapkan dalam Catatan atas Laporan

Keuangan (CaLK), informasi yang diperoleh oleh pengguna laporan keuangan

hanya terbatas pada total biaya yang dikeluarkan oleh rumah sakit untuk

mengelola lingkungannya. Berdasarkan hal tersebut peneliti melakukan

perbandingan pengungkapan akuntansi lingkungan menurut Standar Akuntansi

Keuangan (SAK) dan pengungkapan yang dilakukan oleh rumah sakit DR.

Wahidin Sudirohusodo pada tabel berikut:

Tabel 4.8 Perbandingan Pengungkapan Akuntansi Lingkungan Menurut Standar


Akuntansi Keuangan dan Menurut Rumah Sakit Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar
Pengungkapan Akuntansi Lingkungan Pengungkapan Akuntansi Lingkungan
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Menurut Rumah Sakit
DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Rumah sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo
Nomor 1 Paragraf 117 (2015) menyatakan bahwa Makassar mengungkapkan biaya
entitas dapat mengungkapkan dalam catatan atas lingkungan pada catatan atas laporan
laporan keuangan tentang dasar pengukuran yang keuangan hanya sebatas total biaya
digunakan dalam menyusun laporan keuangan lingkungan tersebut yang tergabung
dan kebijakan akuntansi lain yang diterapkan dengan biaya pemeliharaan lain pada akun
yang relevan lebih memahami laporan keuangan. beban pemeliharaan tanpa memberikan
informasi lebih rinci terkait dengan biaya
lingkungan tersebut.
Sumber: Data Diolah, 2018

Tabel 4.8 diatas menunjukkan bahwa rumah sakit belum sepenuhnya

mengungkapkan informasi biaya lingkungan pada Catatan atas Laporan Keuangan

(CaLK), hal tersebut terlihat dari catatan atas laporan keuangan yang hanya

dijelaskan terkait dengan total dari biaya-biaya yang tergabung dalam biaya

pemeliharaan salah satunya yaitu biaya pemeliharaan lingkungan dan sanitasi.


3.2.6 Penerapan Akuntansi Lingkungan Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar
Berdasarkan hasil perbandingan penerapan akuntansi lingkungan pada

rumah sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar dengan menggunakan teori

Hansen Mowen untuk membandingkan identifikasi biaya lingkungan, Kerangka

Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) untuk

membandingkan pengakuan dan pengukuran biya lingkungan, serta Standar

Akuntansi Keuangan (SAK) untuk membandingkan penyajian dan pengungkapan

biaya lingkungan rumah sakit, selanjutnya penulis menarik kesimpulan dari setiap

perlakuan akuntansi biaya lingkungan yang ada pada Rumah Sakit Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar, tujuannya untuk mengetahui kesesuaian penerapan

akuntansi lingkungan rumah sakit dengan teori maupun standar yang digunakan.

Berikut tabel kesesuaian atau ketidaksesuaian perlakuan akuntansi biaya

lingkungan Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar:

Tabel 4.9 Kesesuaian Perlakuan Akuntansi Biaya Lingkungan Rumah Sakit Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar dengan Teori dan Standar yang
Digunakan
Tahap Perlakuan
Tidak
No. Akuntansi Biaya Sesuai Keterangan
Sesuai
Lingkungan
1. Identifikasi √ Identifikasi biaya lingkungan yang dilakukan
oleh Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirhusodo
tidak sesuai dengan teori Hansen dan Mowen.
2. Pengakuan √ Pengakuan biaya lingkungan yang dilakukan
oleh Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirhusodo
tidak sesuai dengan Kerangka Dasar
Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan
(KDPPLK) paragraf 94 tentang pengakuan
beban.
3. Pengukuran √ Pengukuran biaya lingkungan yang dilakukan
oleh Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirhusodo
telah sesuai dengan Kerangka Dasar
Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan
(KDPPLK) paragraph 100 tentang dasar
pengukuran biaya.
4. Penyajian √ Pengukuran biaya lingkungan yang dilakukan
oleh Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirhusodo
tidak sesuai dengan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 tentang
Penyajian Laporan Keuangan Paragraf 12
5. Pengungkapan √ Pengukuran biaya lingkungan yang dilakukan
oleh Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirhusodo
tidak sesuai dengan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 tentang
Penyajian Laporan Keuangan Paragraf 117
Sumber: Data Diolah, 2018

Tabel 4.9 diatas menunjukkan bahwa, rumah sakit belum menerapkan

akuntansi lingkungan secara menyeluruh karena berdasarkan tahap perlakuan

akuntansi biaya lingkungan, terdapat ketidaksesuaian penerapan pada rumah sakit

dengan standar dan teori yang digunakan.

4. Kesimpulan Dan Saran

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang dilakukan, diketahui

bahwa rumah sakit DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar belum menerapkan

akuntansi lingkungan secara menyeluruh, pengidentifikasian biaya lingkungan

tidak sesuai dengan penidentifikasian biaya kualitas lingkungan menurut Hansen

dan Mowen, pengakuan biaya lingkungan yang dilakukan telah sesuai dengan

Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK),

pengukuran biaya lingkungan yang dilakukan telah sesuai dengan Kerangka Dasar

Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan dengan menggunakan biaya hisoris.

Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo hanya menyajikan biaya lingkungan

pada laporan keuangan diakun biaya pemeliharaan yang terakumulasi bersama

dengan biaya pemeliharaan gedung dan kendaraan dan hal ini tidak sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan, pengungkapan yang dilakukan oleh RS Dr.

Wahidin Sudirohusodo tidak seusai dengan Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan. RS Dr. Wahidin Sudirohusodo tidak melakukan pengungkapan secara

rinci atas biaya lingkungan yang dikeluarkan pada catatan atas laporan keuangan

selain itu terdapat perbedaan pencatatan biaya sanitasi instalasi Sanitasi dan

bagian Akuntansi dan Verifikasi.

4.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang dapat diberikan bagi pihak

rumah sakit agar pengidentifikasian biaya lingkungan yang dilakukan sebaiknya

mengacu pada teori Hansen Mowen yaitu dengan mengklasifikasikan biaya

lingkungan menjadi empat kategori yaitu biaya pencegahan lingkungan, biaya

deteksi lingkungan, biaya kegagalan internal lingkungan, dan biaya kegagalan

eksternal lingkungan sehingga akan mudah diketahui seberapa besar biaya yang

dikeluarkan untuk setiap kategori biaya lingkungan. Setelah dilakukan

pengklasifikasian biaya, sebaiknya rumah sakit membuat laporan khusus biaya

lingkungan yaitu laporan biaya lingkungan, hal ini untuk mempermudah pihak

rumah sakit melakukan evaluasi terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan, aktivitas

yang belum maksimal ataupun aktivitas yang dikeluarkan namun tidak memberi

manfaat bagi rumah sakit. Biaya lingkungan tersebut juga sebaiknya diungkapkan

secara lebih rinci dalam laporan keuangan untuk lebih memudahkan pengguna

laporan keuangna untuk menelusuri biaya-biaya yang dikeluarkan untuk

pengelolaan ligkungan, namun sebelum melakuka pengungkapan biaya

lingkungan pada laporan keuangan sebaiknya dilakukan sinkronisasi data antara


instalasi Sanitasi dan bagian Akuntansi dan Verifikasi terkait biaya lingkungan

yang terealisasi.

Daftar Pustaka

Aditya, Yodha Fitria. 2012. Pengaruh Pelaksanaan Audit Lingkungan Terhadap


Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial. Bandung
Asmarhany, ChanDr.a Dewi. 2014. Pengelolaan Limbah Medis Padat di Rumah
Sakit Umum Daerah Kelet Kabupaten Jepara. Skripsi. Semarang: Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang
Burhany, D.I. 2011. Pengaruh Implementasi Akuntansi Lingkungan terhadap
Kinerja Lingkungan dan Pengungkapan Informasi Lingkungan serta
Dampaknya Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan. Dalam Indonesian
Journal of Economics and Business 1(2): 257-270
Effendie. 2016. Ekonomi Lingkungan. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Surabaya:
UPP STIM YKPN
Hansen, Don R dan Maryanne M. Mowen. 2009. Akuntansi Manajerial. Buku 2.
Edisi 8. Jakarta: Salemba 4
Hasyim. 2011. Akuntansi Lingkungan: Apakah Sebuah Pilihan atau Kewajiban?.
Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Ujung Pandang
Homan. 2016. Environmental Accounting Roles in Improving The Environmental
Performance And Financial Performance of The Company. South East Asia
Journal of Contemporary Business, Vol II: 9-15
Ikatan Akuntan Indonesia. 2015. Standar Akuntansi Keuangan Per Efektif 1
Januari 2015. Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia
IFAC (International Federation of Accountants). 2005. International Guidance
Document: Environmental Management Accounting, Massachusetts: EMARI.
Ikhsan, Arfan. 2008. Akuntansi Lingkungan dan Pengungkapannya. Edisi
pertama. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Karmila, Katarina Nathania. 2017. Analisis Potensi Pelaporan Akuntansi
Lingkungan Sebagai Bentuk Pertanggungjawaban Perusahaan Terhadap
Lingkungan. Skripsi. DI Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Sanata
Dharma
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit. 2004. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Nur’ainun, Unun dan Rini Lestari. 2017. Pengungkapan Kinerja Lingkungan dan
Kinerja Keuangan. Dalam: Profesionalisme Akuntan Menuju Sustainable
Business Practice. 107-116
Mulyani, Nita Sri. 2013. Analisis Penerapan Akuntansi Biaya Lingkungan Pada
Pabrik Gondorukem dan Terpentin (PGT) Garahan-Jember. Skripsi. Jember:
Fakultas Ekonomi Universitas Jember
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Bahan
Berbahaya Beracun. 2001. Jakarta: Kementrian Lingkungan Hidup
Putri, Pramitha Arinda Hartono dan Imam Mas’ud. 2016. Analisis Perlakuan
Akuntansi atas Biaya Lingkungan pada PT Sejahtera Usaha Bersama Unit
Jember. Skripsi. Jember: Fakultas Ekonomi Universitas Jember
Salam, ST Hardianty. 2013. Ganbaran Pengelolaan Limbah Medis Padat di
Rumah Sakit Dr. Tadjuddin Chalid Kota Makassar. Makassar: Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Setiawan, Temy. 2016. Penerapan Akuntansi Manajemen Lingkungan Pada Dua
Puluh Lima Perusahaan Yang Terdaftar di Indeks SRI SRIKEHATI 2013.
Jurnal Akuntansi : Riset dan Artikel Akuntannsi. April (2):110-129
Shapiro, Karen dkk. 2010. Healthy Hospitals: Environmental Improvements
Throuh Environmental Accounting. Dalam Tellus Institute Resource and
Environmental Strategies
Suartana, I Wayan. 2010. Akuntansi Lingkungan dan Triple Bottom Line
Accounting: Paradigma Baru Akuntansi Bernilai Tambah. Jurnal Bumi
Lestari, X: 105-112
Tirtakusuma, E. 2014. Pengaruh Akuntansi Manajemen Lingkungan Terhadap
Inovasi Produk. Skripsi. Bandung: Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. 2009. Jakarta: Kementria
Lingkungan Hidup
Wanggono, Antonius Wasi. 2016. Analisis Perlakuan Akuntansi Biaya
Lingkungan. Skripsi. DI Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Sanata
Dharma
Wahyudi, Iman Marcellinus. 2014. Penerapan Akuntansi Lingkungan pada PT
Swastisiddhi Amagara. Skripsi. Salatiga: Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana

You might also like