You are on page 1of 20

Jurnal Akuntansi Trisakti ISSN : 2339-0832 (Online)

Volume. 10 Nomor. 1 Februari 2023 : 31-50


Doi : http://dx.doi.org/10.25105/jat.v10i1.15818

PENGARUH PENGENDALIAN INTERNAL, WHISTLEBLOWING


SYSTEM, DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP
PENCEGAHAN KECURANGAN DENGAN MORALITAS
INDIVIDU SEBAGAI VARIABEL MODERASI

Megawati1
Reskino2*,
1
Universitas Trisakti
*2
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
*Corresponding author: reskino@uinjkt.ac.id

Abstract
The aims of this research were to verify the effect of Internal control, Whistleblowing system,
and organizational commitment on Fraud prevention; and to verify whether individual morality
moderate the effect of Internal control, Whistleblowing system, and organizational commitment
on Fraud prevention. The research method uses explanatory research, data collection techniques
use primary data obtained from distributing questionnaires. The research sample consisted of
100 employees at state-owned banks consisting of Bank BNI, Bank BRI, Bank BTN, and Bank
Mandiri. Data analysis techniques were carried out with the help of statistics, namely Structural
Equation Modeling (SEM). The results of the study show that internal control, whistleblowing
systems, organizational commitment, and individual morality have an effect on fraud prevention.
Meanwhile, individual morality is able to moderate the influence between internal control,
whistleblowing system, and organizational commitment to fraud prevention. Meanwhile, the
magnitude of the influence of fraud prevention can be explained from the presence of internal
controls, white blowing systems, and organizational commitment, as well as the moderating
effect of individual morality at 81.2%.

Keywords : Fraud Prevention; Individual Morality; Internal Control; Organizational


Commitment; Whistleblowing System.

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh Pengendalian Internal, Whistleblowing
System, dan Komitmen Organisasional terhadap Pencegahan Fraud; dan untuk memverifikasi
apakah moralitas individu memoderasi pengaruh pengendalian internal, sistem Whistleblowing,
dan komitmen organisasi terhadap pencegahan Fraud. Metode penelitian menggunakan
explanatory research, teknik pengumpulan data menggunakan data primer yang diperoleh dari
penyebaran kuesioner. Sampel penelitian terdiri dari 100 pegawai pada bank BUMN yang
terdiri dari Bank BNI, Bank BRI, Bank BTN, dan Bank Mandiri. Teknik analisis data dilakukan
dengan bantuan statistik yaitu Structural Equation Modeling (SEM). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pengendalian internal, sistem whistleblowing, komitmen organisasi, dan
moralitas individu berpengaruh terhadap pencegahan kecurangan. Sedangkan moralitas
individu mampu memoderasi pengaruh antara pengendalian internal, sistem whistleblowing,
dan komitmen organisasi terhadap pencegahan kecurangan. Sedangkan besarnya pengaruh
pencegahan kecurangan dapat dijelaskan dari adanya pengendalian internal, whiteblowing
system, dan komitmen organisasi, serta efek moderasi moralitas individu sebesar 81,2%.

31
32 Pengaruh Pengendalian Internal, Whistleblowing___________________________

Kata Kunci : Pencegahan Fraud; Moralitas Individu; Pengendalian Internal; Komitmen


Organisasional; Sistem pelaporan Pelanggaran

Submission date: 29-12-2022 Accepted date: 02-02-2023


*Corresponding Author

PENDAHULUAN
Laporan keuangan merupakan salah satu alat yang digunakan oleh perusahaan
untuk memberikan informasi mengenai gambaran suatu perusahaan. Laporan keuangan
sangat diperlukan untuk pengambilan keputusan bagi manajemen perusahaan. Oleh
karena itu, laporan keuangan yang disajikan harus benar-benar akurat dan terbebas dari
salah saji material agar menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas. Akan tetapi,
laporan keuangan terkadang dibuat bertujuan untuk mendapatkan kesan baik dari
berbagai pihak. Hal inilah yang mendorong perusahaan untuk melakukan manipulasi di
bagian tertentu pada laporan keuangan agar terlihat baik sehingga informasi yang
disajikan tidak relevan.
Kecurangan laporan keuangan sangat rentan terjadi pada sebuah organisasi, salah
satunya pada sektor perbankan.Fungsi bank adalah menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit.
Terhimpunnya dana dari masyarakat yang jumlahnya tidak sedikit dapat membuka
peluang bagi setiap individu untuk melakukan tindak kecurangan demi mendapatkan
keuntungan pribadi/kelompok, di lain sisi terdapat juga pihak yang dapat dirugikan
(Sukadwilinda & Ratnawati, 2013).
Kecurangan atau yang sering disebut fraud berbeda dengan kesalahan. Kesalahan
ialah tindakan yang disebabkan karena ketidaksengajaan. Sedangkan kecurangan atau
fraud merupakan tindakan yang didasari atas kesengajaan bahkan hingga membuat
rencana untuk melakukan kecurangan tersebut. Siregar & Surbakti (2019) menyatakan
bahwa jenis kecurangan yang paling sering ditemukan di Indonesia adalah korupsi dan
dampak kerugian yang dihasilkan dari korupsi pun merupakan yang paling besar.
Menurut Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) (2014), menyatakan bahwa
bentuk dari cabang fraud lainnya selain korupsi yaitu penyalahgunaan aset dan
kecurangan laporan keuangan.
Antara News 15 September 2022 memberitakan adanya kasus penggelapan dana
nasabah sebesar Rp 1,9 miliar oleh mantan pegawai Bank Sultra. Hasil temuan Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan bahwa pelaku penggelapan dana dari 107 rekening
yang terdiri dari rekening pribadi, rekening sekolah, Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat (LPM), serta Kerja Sama Operasional (KSO) nasabah yang ada di Bank
Pembangunan Daerah Sultra. (Sumber: antaranews.com).
Pada praktiknya, kecurangan laporan keuangan berarti menyebarkan informasi
yang palsu dan telah dimanipulasikan jumlahnya untuk sebuah keperluan yang dibuat
secara sengaja/direncanakan yang memiliki tujuan untuk mengelabui para pengguna
informasi laporan keuangan tersebut. Menurut Person (1995) dalam Annafi & Yudowati
(2021), perusahaan yang memiliki profitabilitas rendah cenderung untuk mencatat
pendapatan yang tinggi atau beban yang rendah guna meningkatkan profitabilitas
perusahaan. Berikut ini data mengenai profitabilitas keempat bank Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang diproksikan melalui Return on Assets (ROA):
___________________________________________________Megawati/Reskino 33

Tabel 1
Data Return on Assets (ROA) Bank BUMN Periode 2017-2021
Tahun
No. Nama Bank
2017 2018 2019 2020 2021
1 PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 1,92 1,86 1,82 0,47 0,87
2 PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 2,57 2,49 2,43 0,97 1,19
3 PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk 1,16 0,92 0,07 0,31 0,41
4 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 1,84 2,08 2,08 1,00 1,17
Sumber: Annual Report

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa profitabilitas pada BUMN mengalami


fluktuasi yang cenderung menurun pada tahun 2017-2022. Kondisi ini mengindikasikan
bahwa keempat bank BUMN belum mampu menghasilkan peningkatan laba, hal ini
sebagaimana menurut Arifin et al. (2016) yang menyatakan bahwa profitabilitas yang
rendah dapat mendorong perusahaan untuk melakukan kecurangan laporan keuangan.
Oleh karena itu, perusahaan harus menerapkan kepatuhan yang kuat terhadap standar
operasional perusahaan yang telah ditetapkan, sehingga dibutuhkan suatu pengendalian
internal dengan tujuan untuk membantu manajemen agar semua kegiatan berjalan sesuai
prosedur yang tertata dan terencana secara baik (Rustendi, 2018).
Pengendalian internal adalah satu faktor yang dapat mencegah terjadinya
kecurangan atau fraud. Peranan dari pengendalian internal tersebut diharapkan dapat
digunakan sebagai alat untuk mengarahkan, mengawasi, dan mengukur sumber daya
yang ada di perusahaan (Carmenita, 2017). Dalam mencegah terjadinya kecurangan
laporan keuangan di sektor perbankan, sebuah bank harus mempunyai pengendalian
internal yang baik. Peranan dari pengendalian internal tersebut diharapkan dapat
digunakan sebagai alat untuk mengarahkan, mengawasi, dan mengukur sumber daya
yang ada di perusahaan.
Faktor lainnya yang dapat mencegah terjadinya kecurangan yaitu penerapan
whistleblowing system. Teknologi informasi yang sudah modern saat ini bisa
dikembangkan untuk mengurangi tindak kecurangan, dengan menyediakan sarana
pelaporan bagi internal perusahaan dan masyarakat untuk melaporkan sebuah tindak
kecurangan. Maka dari itu dengan adanya whistleblowing system ini, para pelapor dan
karyawan lain diharapkan bisa lebih berani untuk melaporkan apabila melihat suatu
tindakan yang berpotensi menjadi kecurangan pada perusahaan (Siregar & Surbakti,
2019).
Komitmen organisasi juga menjadi faktor yang penting dalam pencegahan
kecurangan. Komitmen organisasi merupakan salah satu ukuran yang dilakukan untuk
memahami hubungan antara tujuan dan hasil kerja. Tinggi rendahnya komitmen
karyawan terhadap organisasi tempat mereka bekerja sangat menentukan kinerja yang
akan dicapai organisasi. Individu yang memiliki komitmen organisasi yang tinggi
menyebabkan individu tersebut berupaya untuk semaksimal mungkin meraih tujuan
organisasi, sehingga mereka akan patuh pada aturan-aturan yang berlaku dan dapat
mengurangi terjadinya kecurangan (Widyawati & Sari, 2017).
Penelitian pengendalian internal, whistleblowing system, komitmen organisasi,
dan pencegahan kecurangan telah banyak dilakukan, namun menunjukkan
ketidakkonsistenan. Penelitian Inawati & Sabila (2021) diperoleh hasil bahwa
whistleblowing system tidak berpengaruh terhadap pencegahan kecurangan, sementara
penelitian Anggraeni Mersa et al. (2021) diperoleh hasil bahwa whistleblowing system
berpengaruh terhadap pencegahan kecurangan dan komitmen organisasi tidak
34 Pengaruh Pengendalian Internal, Whistleblowing___________________________

berpengaruh terhadap pencegahan kecurangan. Menurut Sugiyono (2017) perlu


dilakukan pendekatan kontijensi dengan menambahkan variabel moderasi yang dapat
memperkuat atau memperlemah pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen.
Teori kecurangan hexagon oleh Vousinas (2019) menyebutkan bahwa
kecurangan terjadi karena adanya enam elemen yaitu stimulus (rangsangan), capability
(kapabilitas), opportunity (kesempatan), rationalization (pembenaran), ego (dorongan),
dan collusion (dukungan). Keenam elemen ini dapat dicegah jika individu memiliki sikap
moral yang tinggi dalam membedakan tindakan benar dan salah. Individu yang bermoral
baik tidak akan melakukan kecurangan meskipun ada rangsangan, kapabilitas,
kesempatan, pembenaran, dorongan, dan dukungan. Oleh karena itu, moralitas individu
dijadikan sebagai variabel moderasi dalam penelitian ini.
Moralitas individu mampu menjauhi berbagai penyelewengan dan tindakan
kecurangan. Manajemen juga perlu menyusun program peningkatan moralitas individu
yang berdampak pada tingginya usaha individu untuk berusaha mematuhi aturan yang
ditetapkan dengan melakukan tindakan yang benar. Dengan kata lain, upaya pencegahan
kecurangan akan membaik dengan sendirinya karena adanya perubahan sikap dan
perilaku individu untuk bekerja dengan lebih baik, bukan hanya sekedar memenuhi
formal administratif saja (Kartadjumena & Indriyati, 2021)
Tujuan dari penulisan paper ini adalah untuk menganalisis pengendalian internal,
whistleblowing system, komitmen organisasi, dan moralitas individu, dan pengaruh
antara pengendalian internal, whistleblowing system, komitmen organisasi terhadap
pencegahan kecurangan, serta efek moderasi moralitas individu pada pengaruh
pengendalian internal, whistleblowing system, dan komitmen organisasi terhadap
pencegahan kecurangan.

REVIU LITERATUR DAN HIPOTESIS

Pengendalian internal
Pengendalian internal merupakan bagian yang sangat penting agar tujuan
perusahaan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Semakin besar perusahaan semakin
penting pula arti dari pengendalian internal dalam perusahaan tersebut. Menurut Hery
(2017) mengemukakan pengendalian internal merupakan seperangkat kebijakan dan
prosedur untuk melindungi aset atau kekayaan perusahaan dari segala bentuk tindakan
penyalahgunaan, menjamin tersedianya informasi akuntansi yang akurat dan memadai,
serta memastikan seluruh ketentuan hukum dan kebijakan manajemen telah dipatuhi
sebagaimana mestinya. Sedangkan menurut The Committee of Sponsoring
Organizations of the Treadway Commission (COSO) (2013) menjelaskan pengendalian
internal adalah proses, karena hal tersebut menembus kegiatan operasional organisasi
dan merupakan bagian integral dari kegiatan manajemen dasar.

Whistleblowing System
Cara paling sederhana untuk mendeteksi serta mencegah terjadinya kecurangan
dalam internal perusahaan yaitu dengan mengoptimalkan efisiensi sistem pelaporan
kecurangan dalam perusahaan atau disebut dengan whistleblowing system. Menurut
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKT), whistleblowing system merupakan
bagian dari sistem pengendalian internal dalam mencegah praktik penyimpangan dan
kecurangan di dalam perusahaan guna memperkuat peningkatan praktik good
___________________________________________________Megawati/Reskino 35

governance. Sedangkan Menurut perusahaan (Siregar & Surbakti, 2019), whistleblowing


system merupakan wadah yang disediakan untuk mencegah, memperkecil kerugian yang
mungkin terjadi, dan menindaklanjuti pelanggaran dengan melaporkan jika terdapat hal-
hal yang mencurigakan dan menyimpang terjadi.

Komitmen Organisasi
Komitmen organisasi dipandang sebagai suatu orientasi nilai terhadap organisasi
yang menunjukan individu sangat memikirkan dan mengutamakan pekerjaan dan
organisasinya. Menurut Sutrisno (2016), komitmen organisasi merupakan kemauan
usaha yang tinggi karyawan untuk organisasi dan suatu keyakinan tertentu dalam
penerimaan terhadap nilai-nilai organisasi. Komitmen pada organisasi tersebut juga
membahas kedekatan karyawan merefleksikan kekuatan keterlibatan dan kesetiaan
karyawan pada organisasi. Sedangkan Menurut (P & Judge, 2013) menyatakan bahwa
komitmen pada organisasi didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana seorang
karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuannya, serta berniat
memelihara keanggotaan dalam organisasi itu.

Moralitas Individu
Moralitas mempunyai arti yang pada dasarnya sama dengan moral, yaitu
kemampuan memahami hal yang benar dan salah. Menurut Radhiah & Hariyani (2016)
menyatakan moralitas merupakan kualitas mengenai baik buruknya perilaku seseorang,
seseorang yang tidak bermoral cenderung bertindak yang akan merugikan orang lain.
Sedangkan menurut Ariani et al. (2014), di dalam akuntansi moralitas individu
berbanding terbalik terhadap kecenderungan kecurangan. Artinya semakin tinggi
moralitas individu yang dimiliki maka kecenderungan untuk melakukan kecurangan
akuntansi akan semakin menurun.

Pencegahan Kecurangan
Kecurangan berkenaan dengan adanya keuntungan yang diperoleh seseorang
dengan menghadirkan sesuatu yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Menurut Anderson (2017) menjelaskan pencegahan kecurangan laporan keuangan
adalah tindakan yang dilakukan dengan untuk mencegah manipulasi, memalsukan, atau
mengubah catatan akuntansi atau mendukung dokumen dari mana laporan keuangan
disiapkan, salah menggambarkan, atau dengan sengaja menghilangkan, peristiwa,
transaksi, atau informasi penting lainnya, serta sengaja salah menerapkan prinsip
akuntansi yang berkaitan dengan jumlah, klasifikasi, cara presentasi, atau pengungkapan.
36 Pengaruh Pengendalian Internal, Whistleblowing___________________________

Kerangka Konseptual dan Hipotesis

Pengendalian Internal
(X1)

Whistleblowing System Pencegahan Kecurangan


(X2) (Y)

Komitmen Organisasi
(X3)

Moralitas Individu
(Y)

Gambar 1.
Kerangka Konseptual
Pengaruh Pengendalian Internal Terhadap Pencegahan Kecurangan
Pengendalian internal adalah satu faktor yang dapat mencegah terjadinya
kecurangan atau fraud. Peranan dari pengendalian internal tersebut diharapkan dapat
digunakan sebagai alat untuk mengarahkan, mengawasi, dan mengukur sumber daya
yang ada di perusahaan (Carmenita, 2017). Menurut The Committee of Sponsoring
Organizations of the Treadway Commission (COSO) (2013), aktivitas pengendalian
internal dapat memberikan jaminan yang meyakinkan bahwa tujuan perusahaan akan
dapat dilakukan secara efektif dan efisien, penyajian laporan keuangan yang dapat
dipercaya, serta ketaatan terhadap undang-undang dan aturan yang berlaku dalam sistem
akuntansi.
H1 : Pengendalian internal berpengaruh langsung terhadap pencegahan
kecurangan

Pengaruh Whistleblowing System Terhadap Pencegahan Kecurangan


Penerapan whistleblowing system merupakan faktor lainnya yang dapat mencegah
terjadinya kecurangan. Teknologi informasi yang sudah modern saat ini bisa
dikembangkan untuk mengurangi tindak kecurangan dengan menyediakan sarana
pelaporan bagi internal perusahaan dan masyarakat untuk melaporakan sebuah tindak
kecurangan. Maka dari itu dengan adanya whistleblowing system ini, para pelapor dan
karyawan lain diharapkan bisa lebih berani untuk melaporkan apabila melihat suatu
tindakan yang berpotensi menjadi kecurangan pada perusahaan perusahaan (Siregar &
Surbakti, 2019).
H2 : Whistleblowing system berpengaruh langsung terhadap pencegahan
kecurangan

Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Pencegahan Kecurangan


Komitmen organisasi juga menjadi faktor yang penting dalam pencegahan
kecurangan. Komitmen organisasi merupakan salah ukuran yang dilakukan untuk
___________________________________________________Megawati/Reskino 37

memahami hubungan antara tujuan dan hasil kerja. Tinggi rendahnya komitmen
karyawan terhadap organisasi tempat mereka bekerja sangat menentukan kinerja yang
akan dicapai organisasi. Individu yang memiliki komitmen organisasi yang tinggi
menyebabkan individu tersebut berupaya untuk semaksimal mungkin meraih tujuan
organisasi, sehingga mereka akan patuh pada aturan-aturan yang berlaku dan dapat
mengurangi terjadinya kecurangan (Widyawati & Sari, 2017).
H3 : Komitmen organisasi berpengaruh langsung terhadap pencegahan
kecurangan

Pengaruh Moralitas Individu Terhadap Pencegahan Kecurangan


Teori kecurangan hexagon oleh Vousinas (2019) menyebutkan bahwa kecurangan
terjadi karena adanya enam elemen yaitu stimulus, capability, opportunity,
rationalization, ego, dan collusion. Keenam elemen ini dapat dicegah jika individu
memiliki sikap moral yang tinggi dalam membedakan tindakan benar dan salah. Individu
yang bermoral baik tidak akan melakukan kecurangan meskipun ada Individu yang
bermoral baik tidak akan melakukan kecurangan meskipun ada rangsangan, kapabilitas,
kesempatan, pembenaran, dorongan, dan dukungan.
H4 : Moralitas individu berpengaruh langsung terhadap pencegahan kecurangan

Pengaruh Pengendalian Internal Terhadap Pencegahan Kecurangan yang


Dimoderasi oleh Moralitas Individu
Pengendalian internal pada dasarnya merupakan sebuah proses yang melibatkan
Sumber Daya Manusia (SDM) pada suatu perusahaan yang direncanakan untuk
membantu mengefektifkan dan mengefisiensikan segala aspek yang dapat menunjang
kelancaran perusahaan. Dalam mencegah terjadinya kecurangan laporan keuangan,
perusahaan harus mempunyai pengendalian internal yang baik di dalamnya. Adanya
moralitas yang tinggi oleh karyawan membuat peranan dari pengendalian internal lebih
efektif sehingga dapat digunakan sebagai alat untuk mengarahkan, mengawasi, dan
mengukur sumber daya yang ada di perusahaan (Carmenita, 2017).
H5 : Moralitas individu mampu memperkuat pengaruh pengendalian internal
terhadap pencegahan kecurangan

Pengaruh Whistleblowing System Terhadap Pencegahan Kecurangan yang


Dimoderasi oleh Moralitas Individu
Whistleblowing system menjadi sarana bagi pelapor untuk dapat melaporkan fakta-
fakta yang terjadi terkait hal-hal yang mencurigakan dan menyimpang, melanggar
hukum, adanya ketidakpatuhan terhadap undang-undang, tindakan kriminal, serta
berbagai tindakan yang menutup-nutupi perbuatan yang tidak benar. Semakin tinggi
moralitas individu maka akan semakin aktif peran dan kesadaran mereka untuk
melaporkan segala bentuk indikasi yang mengarah pada kecurangan dalam setiap
kegiatan operasionalnya. Hal ini diharapkan dapat meminimalisir berbagai kecurangan
yang mungkin akan terjadi.
H6 : Moralitas individu mampu memoderasi pengaruh whistleblowing system
terhadap pencegahan kecurangan

Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Pencegahan Kecurangan yang


Dimoderasi oleh Moralitas Individu
38 Pengaruh Pengendalian Internal, Whistleblowing___________________________

Komitmen organisasi mencerminkan kemampuan individu dalam menjalankan


tugas dan tanggung jawabnya untuk kepentingan bersama. Kurangnya komitmen dapat
memicu tindakan yang tidak jujur dan mengabaikan tanggung jawab demi memenuhi
kepentingan pribadi. Dalam upaya menumbuhkan komitmen organisasi, seorang
karyawan perlu memiliki rasa kesatuan dengan organisasi mereka. Melalui moralitas
yang tinggi, akan semakin kuat komitmen individu untuk menjalankan tugasnya sesuai
tujuan organisasi dan akan mengurangi berbagai kecurangan.
H7 : Moralitas individu mampu memoderasi pengaruh komitmen organisasi
terhadap pencegahan kecurangan

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menganalisis mengenai pengaruh pengendalian internal,


whistleblowing system, dan komitmen organisasi terhadap pencegahan kecurangan
dengan moralitas individu sebagai variabel moderasi. Objek yang menjadi responden
dalam penelitian ini adalah karyawan pada bank BUMN Kantor Pusat yang terdiri dari
Bank BNI, Bank BRI, Bank BTN, dan Bank Mandiri. Metode dalam penelitian ini
menggunakan metode explanatory research. Menurut Sugiyono (2017), metode
explanatory research menjelaskan hubungan dan pengaruh melalu pengujian hipotesis.
Metode ini ditujukan untuk mengetahui apakah pengendalian internal, whistleblowing
system, kesadaran anti fraud, dan komitmen organisasi berpengaruh terhadap
pencegahan kecurangan baik secara langsung maupun dimoderasi oleh moralitas
individu.
Populasi dalam penelitian ini yaitu karyawan keempat bank BUMN yang bersifat
infinite, artinya tidak dapat ditentukan dengan pasti karena tidak diperoleh data jumlah
anggota populasi. Penentuan jumlah sampel dilakukan sebagaimana menurut ( Aaker
(1995) yang menyatakan jika jumlah populasi bersifat infinite, maka jumlah sampel yang
ideal manakala menggunakan derajat kepercayaan 95% dan sampling error sebesar 10%
adalah minimal sejumlah 100 responden.
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas: pengendalian internal,
whistleblowing system, dan komitmen organisasi, variabel terikat: pencegahan
kecurangan, dan variabel moderasi: moralitas individu. Secara rinci pengukuran variabel
dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 2
Operasional Variabel
Variabel Indikator Skala
1. Lingkungan pengendalian (control environment)
2. Penilaian risiko (risk assessment)
Pengendalian 3. Kegiatan pengendalian (control activities)
Internal 4. Informasi dan komunikasi (information and communication) Ordinal
(X1) 5. Aktivitas pemantauan (monitoring activities)

COSO (2017:18)

1. Aspek struktural
Whistleblowing 2. Aspek operasional
System 3. Aspek perawatan Ordinal
(X2)
Komite Nasional Kebijakan Governansi/KNKG (2000)
___________________________________________________Megawati/Reskino 39

Variabel Indikator Skala

1. Komitmen afektif
Komitmen 2. Komitmen kontinuan
Organisasi 3. Komitmen normatif Ordinal
(X3)
Meyer dan Allen (1997) dalam Sopiah (2018:63)

1. Modelling
Moralitas 2. Situasional
Individu 3. Lingkungan Ordinal
(Z) 4. Diri sendiri
Santrock (2003)

1. Mengurangi tekanan situasional yang menimbulkan kecurangan


Pencegahan 2. Mengurangi kesempatan melakukan kecurangan
Kecurangan 3. Mengurangi pembenaran untuk melakukan kecurangan dengan Ordinal
(Y) memperkuat integritas auditor
Arens, et al. (2014:407)

Analisis yang digunakan untuk menjawab hipotesis yang diajukan dilakukan


dengan bantuan statistik, yaitu Structural Equation Modeling (SEM) atau teknik yang
dikenal dengan analisis jalur. SEM memainkan berbagai peran penting, di antaranya
sebagai sistem persamaan simultan, analisis kausal linear, analisis lintasan (path
analysis), analysis of covariance structure, dan model persamaan struktural. Meskipun
demikian, ada beberapa hal yang membedakan SEM dengan regresi biasa maupun teknik
multivariat yang lain, yaitu SEM membutuhkan lebih dari sekedar perangkat statistik
yang didasarkan atas regresi biasa dan analisis varian (Sukarman, 2018). Melalui SEM,
peneliti dapat melakukan tiga kegiatan sekaligus, yaitu pemeriksaan validitas dan
reliabilitas, pengujian model hubungan antar variabel, serta mendapatkan model yang
bermanfaat untuk diprediksi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Deskriptif
Penelitian ini dilakukan terhadap 100 responden karyawan pada bank BUMN
Kantor Pusat. Berikut ini adalah tanggapan responden mengenai variabel-variabel
penelitian yaitu pengendalian internal, whistleblowing system, komitmen organisasi,
pencegahan kecurangan, dan moralitas individu:

Pengendalian internal
Tabel 3
Tanggapan Responden Mengenai Variabel Pengendalian Internal
Rata-
No. Pernyataan SS S N TS STS Skor Keterangan
Rata
1 Pernyataan 1 26 30 13 15 16 335 3,35 Kurang
2 Pernyataan 2 28 23 18 25 6 342 3,42 Baik
3 Pernyataan 3 20 38 6 36 0 342 3,42 Baik
40 Pengaruh Pengendalian Internal, Whistleblowing___________________________

Rata-
No. Pernyataan SS S N TS STS Skor Keterangan
Rata
4 Pernyataan 4 23 31 10 32 4 337 3,37 Kurang
5 Pernyataan 5 27 30 8 24 11 338 3,38 Kurang
6 Pernyataan 6 26 28 12 18 16 330 3,30 Kurang
7 Pernyataan 7 28 23 17 26 6 341 3,41 Baik
8 Pernyataan 8 20 37 7 35 1 340 3,40 Baik
9 Pernyataan 9 22 30 10 33 5 331 3,31 Kurang
10 Pernyataan 10 26 30 7 24 13 332 3,32 Kurang
Rata-Rata Keseluruhan 3,37 Kurang

Tabel di atas menjelaskan bahwa tanggapan responden mengenai pengendalian


internal pada bank BUMN Kantor Pusat secara keseluruhan berada dalam kategori
kurang dengan rata-rata 3,37, karena berada pada interval 2,60 – 3,39. Kondisi ini
memberikan kesan bahwa upaya yang dilakukan manajemen untuk melindungi aset atau
kekayaan perusahaan dari segala bentuk tindakan penyalahgunaan belum dapat
dikatakan optimal.

Whistleblowing System
Tabel 4
Tanggapan Responden Mengenai Variabel Whistleblowing System
Rata-
No. Pernyataan SS S N TS STS Skor Keterangan
Rata
1 Pernyataan 1 12 16 16 26 30 254 2,54 Kurang
2 Pernyataan 2 8 30 26 24 12 298 2,98 Kurang
3 Pernyataan 3 6 20 17 34 23 252 2,52 Kurang
4 Pernyataan 4 14 14 30 30 12 288 2,88 Kurang
5 Pernyataan 5 18 21 20 29 12 304 3,04 Kurang
6 Pernyataan 6 20 20 19 30 11 308 3,08 Kurang
Rata-Rata Keseluruhan 2,84 Kurang

Tabel di atas menjelaskan bahwa tanggapan responden mengenai whistleblowing


system pada bank BUMN Kantor Pusat secara keseluruhan berada dalam kategori kurang
dengan rata-rata 2,84, karena berada pada interval 2,60 – 3,39. Kondisi ini memberikan
kesan bahwa tindakan yang dilakukan untuk mencegah, memperkecil kerugian yang
mungkin terjadi, dan menindaklanjuti pelanggaran dengan melaporkan jika terdapat hal-
hal yang mencurigakan atau menyimpang juga belum dapat dikatakan optimal.

Komitmen Organisasi
Tabel 5
Tanggapan Responden Mengenai Variabel Komitmen Organisasi
Rata-
No. Pernyataan SS S N TS STS Skor Keterangan
Rata
1 Pernyataan 1 28 15 8 29 20 302 3,02 Kurang
2 Pernyataan 2 14 30 22 18 16 308 3,08 Kurang
3 Pernyataan 3 13 36 24 23 4 331 3,31 Kurang
4 Pernyataan 4 18 41 14 17 10 340 3,40 Tinggi
5 Pernyataan 5 17 40 14 18 11 334 3,34 Kurang
6 Pernyataan 6 18 39 14 17 12 334 3,34 Kurang
___________________________________________________Megawati/Reskino 41

Rata-
No. Pernyataan SS S N TS STS Skor Keterangan
Rata
Rata-Rata Keseluruhan 3,25 Kurang

Tabel di atas menjelaskan bahwa tanggapan responden mengenai komitmen


organisasi pada bank BUMN Kantor Pusat secara keseluruhan berada dalam kategori
kurang dengan rata-rata 3,25, karena berada pada interval 2,60 – 3,39. Kondisi ini
memberikan kesan bahwa keyakinan yang tinggi dari para karyawan dalam penerimaan
terhadap nilai-nilai organisasi belum dapat dikatakan optimal.

Moralitas Individu
Tabel 6
Tanggapan Responden Mengenai Variabel Moralitas Individu
Rata-
No. Pernyataan SS S N TS STS Skor Keterangan
Rata
1 Pernyataan 1 20 60 0 15 5 375 3,75 Tinggi
2 Pernyataan 2 52 28 0 10 10 402 4,02 Tinggi
3 Pernyataan 3 35 41 0 7 17 370 3,70 Tinggi
4 Pernyataan 4 47 24 0 25 4 385 3,85 Tinggi
5 Pernyataan 5 38 42 0 15 5 393 3,93 Tinggi
6 Pernyataan 6 46 26 0 25 3 387 3,87 Tinggi
7 Pernyataan 7 47 29 0 19 5 394 3,94 Tinggi
8 Pernyataan 8 35 45 0 14 6 389 3,89 Tinggi
Rata-Rata Keseluruhan 3,87 Tinggi

Tabel di atas menjelaskan bahwa tanggapan responden mengenai moralitas


individu pada bank BUMN Kantor Pusat secara keseluruhan berada dalam kategori
tinggi dengan rata-rata 3,87, karena berada pada interval 3,40 – 4,19. Kondisi ini
memberikan kesan bahwa kualitas mengenai baik buruknya perilaku seseorang dalam
membedakan tindakan benar dan salah dapat dikatakan optimal.

Pencegahan Kecurangan
Tabel 7
Tanggapan Responden Mengenai Variabel Pencegahan Kecurangan
Rata-
0 Pernyataan SS S N TS STS Skor Keterangan
Rata
1 Pernyataan 1 39 38 0 17 6 387 3,87 Tinggi
2 Pernyataan 2 30 36 13 12 9 366 3,66 Tinggi
3 Pernyataan 3 38 39 5 11 7 390 3,90 Tinggi
4 Pernyataan 4 25 52 5 11 7 377 3,77 Tinggi
5 Pernyataan 5 37 34 5 22 2 382 3,82 Tinggi
6 Pernyataan 6 25 51 11 6 7 381 3,81 Tinggi
Rata-Rata Keseluruhan 3,81 Tinggi

Tabel di atas menjelaskan bahwa tanggapan responden mengenai pencegahan


kecurangan pada bank BUMN Kantor Pusat secara keseluruhan berada dalam kategori
tinggi dengan rata-rata 3,81, karena berada pada interval 3,40 – 4,19. Kondisi ini
memberikan kesan bahwa upaya yang dilakukan untuk mencegah suatu tindakan curang
42 Pengaruh Pengendalian Internal, Whistleblowing___________________________

atau tidak jujur terhadap laporan keuangan yang sengaja dilakukan dapat dikatakan
optimal.

Hasil Verifikatif
Analisis data verifikatif bertujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan oleh
penulis dalam penelitian ini dengan menggunakan bantuan alat statistik. Berikut adalah
analisis hasil penelitian yang diperoleh:

Evaluasi Outer Model

Gambar 2.
Output Outer Model
Covergent Validity
Covergent validity merupakan prinsip bahwa pengukur-pengukur dari suatu
konstruk seharusnya berkorelasi tinggi. Indikator reflektifnya adalah untuk menilai
loading factor pada variabel laten dengan setiap indikator konstruk, dimana nilai yang
diharapkan adalah loading factor lebih dari 0,70 dan nilai AVE lebih dari 0,50.
Berdasarkan gambar di atas, diketahui bahwa seluruh konstruk memiliki nilai loading
factor > 0,70. Selain itu, diperoleh pula nilai Average Variance Extracted (AVE) sebagai
berikut:
Tabel 8
Nilai Average Variance Extracted (AVE)
Konstruk/Variabel AVE
X1 0.854
X2 0.831
X3 0.809
Y 0.818
Z 0.735
X1*Z 1.000
X2*Z 1.000
X3*Z 1.000
___________________________________________________Megawati/Reskino 43

Berdasarkan data-data di atas, diketahui bahwa masing-masing indikator pada


konstruk secara keseluruhan memiliki nilai loading factor > 0,70. Di samping itu seluruh
nilai AVE juga > 0,50, sehingga semua indikator dinyatakan valid dan layak untuk
dianalisis lebih lanjut karena memenuhi syarat covergent validity.

Discriminant Validity
Discriminant validity reflektif indikator dinilai berdasarkan cross loading
pengukuran dengan konstruk. Nilai Heterotrait-Monotrait Ratio (HTMT) yang di bawah
0,90 menunjukkan bahwa validitas konstruk deskriminan terpenuhi.

Tabel 9
Nilai Heterotrait-Monotrait Ratio (HTMT)
Mod_X1 Mod_X2 Mod_X3 X1 X2 X3 Y Z
Mod_X1
Mod_X2 0.297
Mod_X3 0.411 0.734
X1 0.164 0.034 0.039
X2 0.034 0.242 0.311 0.438
X3 0.018 0.347 0.336 0.633 0.575
Y 0.358 0.577 0.493 0.585 0.291 0.419
Z 0.254 0.841 0.674 0.223 0.598 0.525 0.342
Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa masing-masing HTMT setiap
konstruk/variabel penelitian secara keseluruhan memiliki nilai < 0,90. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa konstruk memiliki discriminant validity yang baik.

Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas menilai bahwa suatu konstruk mempunyai reliabilitas yang tinggi.
Konstruk yang memiliki reliabilitas yang tinggi memiliki data dengan nilai cronbach's
alpha ≥ 0,70 dan composite reliability ≥ 0,70.

Tabel 10
Nilai Cronbach's Alpha dan Composite Reliability
Cronbach's Alpha Composite Reliability
Mod_X1 1.000 1.000
Mod_X2 1.000 1.000
Mod_X3 1.000 1.000
X1 0.981 0.983
X2 0.959 0.967
X3 0.952 0.962
Y 0.955 0.964
Z 0.948 0.957
Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa nilai cronbach's alpha berada di atas
0,70 dan nilai composite reliability juga berada di atas 0,70. Dengan demikian masing-
masing konstruk/variabel menunjukkan konsistensi dan stabilitas instrumen yang tinggi,
sehingga dapat digunakan untuk mengukur konstruk dengan reliabilitas yang baik.
44 Pengaruh Pengendalian Internal, Whistleblowing___________________________

Evaluasi Inner Model

Gambar 3.
Output Inner Model

Uji R-Square
Uji R-Square merupakan koefisien determinasi pada konstruk endogen. Perubahan
nilai R2 digunakan untuk tujuan menilai pengaruh konstruk laten endogen.

Tabel 11
Nilai R-Square
R Square
R Square
Adjusted
Y 0.826 0.812
Berdasarkan tabel nilai R-Square di atas, diketahui bahwa nilai koefisien
determinasi adalah sebesar 0.812 atau 81,2%. Artinya pencegahan kecurangan dapat
dijelaskan dari adanya pengendalian internal, whistleblowing system, dan komitmen
organisasi, serta efek moderasi dari moralitas individu. Adapun sisanya yaitu sebesar
18,8% mengindikasikan bahwa variansi pencegahan kecurangan dipengaruhi faktor lain
di luar penelitian ini.

Uji Q-Square
Uji Q-Square bertujuan untuk mengukur seberapa baik nilai observasi yang
dihasilkan oleh model dan juga estimasi parameternya, dimana nilai Q2 yang semakin
mendekati 1 berarti model semakin baik.

Tabel 12
Nilai Q-Square
Q Square
Y 0.614
___________________________________________________Megawati/Reskino 45

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai Q-Square adalah sebesar 0,614.
Hal ini menunjukkan bahwa model yang diuji memiliki predictive relevance yang baik
karena Q2 > 0 dan mendekati 1.

Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis merupakan jawaban terhadap rumusan masalah penelitian. Adapun
kriteria dalam penelitian ini dilihat dari nilai probabilitas (p value) dengan signifikansi
5%. Jika nilai p value < 0,05 maka hipotesis diterima. Sebaliknya jika nilai p value >
0,05 maka hipotesis ditolak.
Tabel 13
Nilai P Value
Path
P Values
Coefficient
Mod_X1 -> Y 0.136 0.004
Mod_X2 -> Y 0.275 0.005
Mod_X3 -> Y 0.184 0.008
X1 -> Y 0.305 0.000
X2 -> Y 0.244 0.000
X3 -> Y 0.397 0.000
Z -> Y -0.332 0.001

Pengaruh Pengendalian Internal Terhadap Pencegahan Kecurangan


Hasil pengujian untuk variabel pengendalian internal (X1-Y) diperoleh nilai p
value sebesar 0,000. Dikarenakan nilai p value lebih kecil dari signifikansi (0,000 < 0,05),
maka Ho ditolak dan H1 diterima. Artinya pengendalian internal berpengaruh langsung
terhadap pencegahan kecurangan pada bank BUMN Kantor Pusat. Selanjutnya dapat
dilihat pula nilai path coefficient X1-Y yaitu sebesar 0,305 bertanda positif. Artinya
semakin baik pengendalian internal, maka akan semakin tinggi pula upaya pencegahan
kecurangan.

Pengaruh Whistleblowing System Terhadap Pencegahan Kecurangan


Hasil pengujian untuk variabel whistleblowing system (X2-Y) diperoleh nilai p
value sebesar 0,000. Dikarenakan nilai p value lebih kecil dari signifikansi (0,000 < 0,05),
maka Ho ditolak dan H2 diterima. Artinya whistleblowing system berpengaruh langsung
terhadap pencegahan kecurangan pada bank BUMN Kantor Pusat. Selanjutnya dapat
dilihat pula nilai path coefficient X2-Y yaitu sebesar 0,244 bertanda positif. Artinya
semakin baik whistleblowing system, maka akan semakin tinggi pula upaya pencegahan
kecurangan.

Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Pencegahan Kecurangan


Hasil pengujian untuk variabel komitmen organisasi (X3-Y) diperoleh nilai p value
sebesar 0,000. Dikarenakan nilai p value lebih kecil dari signifikansi (0,000 < 0,05),
maka Ho ditolak dan H3 diterima. Artinya komitmen organisasi berpengaruh langsung
46 Pengaruh Pengendalian Internal, Whistleblowing___________________________

terhadap pencegahan kecurangan pada bank BUMN Kantor Pusat. Selanjutnya dapat
dilihat pula nilai path coefficient X3-Y yaitu sebesar 0,397 bertanda positif. Artinya
semakin tinggi komitmen organisasi, maka akan semakin tinggi pula upaya pencegahan
kecurangan.

Pengaruh Moralitas Individu Terhadap Pencegahan Kecurangan


Hasil pengujian untuk variabel moralitas individu (Z-Y) diperoleh nilai p value
sebesar 0,001. Dikarenakan nilai p value lebih kecil dari signifikansi (0,001 < 0,05),
maka Ho ditolak dan H4 diterima. Artinya moralitas individu berpengaruh langsung
terhadap pencegahan kecurangan pada bank BUMN Kantor Pusat. Selanjutnya dapat
dilihat pula nilai path coefficient Z-Y yaitu sebesar -0,332 bertanda negatif. Artinya
semakin tinggi moralitas individu, maka akan semakin rendah upaya pencegahan
kecurangan.

Pengaruh Pengendalian Internal Terhadap Pencegahan Kecurangan yang


Dimoderasi Moralitas Individu
Hasil pengujian untuk variabel pengendalian internal terhadap pencegahan
kecurangan yang dimoderasi moralitas individu (MOD X1-Y) diperoleh nilai p value
sebesar 0,004. Dikarenakan nilai p value lebih kecil dari signifikansi (0,004 < 0,05),
maka Ho ditolak dan H5 diterima. Artinya moralitas individu mampu memoderasi
pengaruh pengendalian internal terhadap pencegahan kecurangan pada bank BUMN
Kantor Pusat. Selanjutnya dapat dilihat pula nilai path coefficient MOD X1-Y yaitu
sebesar 0,136 bertanda positif. Artinya semakin tinggi moralitas individu, maka akan
semakin memperkuat pengaruh pengendalian internal terhadap pencegahan kecurangan.

Pengaruh Whistleblowing System Terhadap Pencegahan Kecurangan yang


Dimoderasi Moralitas Individu
Hasil pengujian untuk variabel whistleblowing system terhadap pencegahan
kecurangan yang dimoderasi moralitas individu (MOD X2-Y) diperoleh nilai p value
sebesar 0,005. Dikarenakan nilai p value lebih kecil dari signifikansi (0,005 < 0,05),
maka Ho ditolak dan H6 diterima. Artinya moralitas individu mampu memoderasi
pengaruh whistleblowing system terhadap pencegahan kecurangan pada bank BUMN
Kantor Pusat. Selanjutnya dapat dilihat pula nilai path coefficient MOD X2-Y yaitu
sebesar 0,275 bertanda positif. Artinya semakin tinggi moralitas individu, maka akan
semakin memperkuat pengaruh whistleblowing system terhadap pencegahan kecurangan.

Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Pencegahan Kecurangan yang


Dimoderasi Moralitas Individu
Hasil pengujian untuk variabel komitmen organisasi terhadap pencegahan
kecurangan yang dimoderasi moralitas individu (MOD X3-Y) diperoleh nilai p value
sebesar 0,008. Dikarenakan nilai p value lebih kecil dari signifikansi (0,008 < 0,05),
maka Ho ditolak dan H7 diterima. Artinya moralitas individu mampu memoderasi
___________________________________________________Megawati/Reskino 47

pengaruh komitmen organisasi terhadap pencegahan kecurangan pada bank BUMN


Kantor Pusat. Selanjutnya dapat dilihat pula nilai path coefficient MOD X3-Y yaitu
sebesar 0,184 bertanda positif. Artinya semakin tinggi moralitas individu, maka akan
semakin memperkuat pengaruh komitmen organisasi terhadap pencegahan kecurangan

SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

Simpulan
Berdasarkan pengolahan data dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat
disimpulkan bahwa pengendalian internal, whistleblowing system, komitmen organisasi,
dan moralitas individu berpengaruh signifikan terhadap pencegahan kecurangan pada
bank BUMN Kantor Pusat. Adapun variabel moralitas individu terbukti dapat
memoderasi pengaruh pengendalian internal, whistleblowing system, dan komitmen
organisasi terhadap pencegahan kecurangan. Artinya seluruh hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini diterima.
Hasil temuan dalam penelitian ini mengindikasikan bahwa semakin baik upaya
pengendalian internal, semakin baik penerapan whistleblowing system, dan semakin
tinggi komitmen organisasi, maka akan semakin tinggi pula pencegahan kecurangan
yang mungkin akan terjadi. Akan tetapi, individu dengan moral tinggi saja tidak dapat
mencegah terjadinya perilaku kecurangan. Kesadaran dalam menjunjung tinggi moralitas
merupakan kewajiban untuk mematuhi hukum, bukan karena takut pada sanksinya,
sehingga individu bisa saja memiliki moralitas yang rendah namun tetap dapat
melakukan pencegahan kecurangan dengan adanya lingkungan kerja yang mendukung,
serta atasan sebagai model/panutan yang karakter moral baiknya cenderung ditiru.

Keterbatasan
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini masih belum sesuai dengan apa yang
diharapkan peneliti, karena masih terdapat adanya beberapa keterbatasan dan kekurangan
sebagai berikut:
1. Dalam pengumpulan data masih ada banyak kendala dalam penyebaran
kuesioner, seperti kuesioner yang tidak terisi dengan baik, sehingga
membutuhkan waktu yang lama sampai target responden terpenuhi.
2. Penelitian ini hanya dilakukan pada bank BUMN Pusat, sehingga akan lebih baik
bila sampel yang diambil di beberapa kota dengan cakupan lebih luas.
3. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah dengan kuesioner,
akan lebih baik jika dilakukan lagi wawancara agar mendapatkan hasil penelitian
yang lebih mendalam.

Saran Untuk Penelitian Selanjutnya


Disarankan bagi peneliti yang tertarik untuk meneliti topik ini, model kami bisa
dilanjutkan dengan menggunakan pendekatan analisis fraud heptagon theory yang
dikembangkan oleh Reskino & Bilkis (2022) dalam disertasinya yang berjudul “Fraud
Prevention Mechanisms and Their Influence on Performance of Islamic Financial
Institutions”. Fraud Heptagon dikembangkan oleh Reskino & Bilkis (2022) untuk
mengisi kekosongan literatur yang menjelaskan motivasi orang melakukan kecurangan
disebabkan karena faktor agama dan budaya. Teori fraud sebelumnya seperti fraud
triangle, fraud diamond, dan fraud pentagon tidak menjelaskan motivasi orang
48 Pengaruh Pengendalian Internal, Whistleblowing___________________________

melakukan kecurangan disebabkan oleh faktor agama dan budaya. Oleh sebab itu
Reskino & Bilkis (2022) mencoba untuk mengisi kekosongan literatur dengan
menambahkan dua dimensi yaitu dimensi religiousity dan dimensi culture.
Selanjutnya, riset yang akan datang untuk tidak hanya terpaku pada faktor-faktor
pengendalian internal, whistleblowing system, komitmen organisasi, dan moralitas
individu, namun dapat menambah faktor-faktor lain yang tentunya dapat mempengaruhi
pencegahan kecurangan seperti integritas, profesionalisme, independensi, dan lainnya.
Agar penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang audit internal serta dapat
mengetahui keadaan yang sebenarnya dalam penerapan teori-teori yang telah diperlajari,
disarankan pula untuk tidak hanya terpaku pada bank BUMN Kantor Utama sebagai
objek penelitian, namun dapat menggunakan objek penelitian lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, berikut ini
dipaparkan mengenai upaya-upaya yang dapat ditempuh untuk memberikan kontribusi
praktis bagi pihak bank BUMN Kantor Pusat dalam usaha melakukan pencegahan
kecurangan. Hasil penelitian diperoleh bahwa pengendalian internal, whistleblowing
system, komitmen organisasi, dan moralitas individu berpengaruh signifikan terhadap
pencegahan kecurangan pada bank BUMN Kantor Pusat. Adapun variabel moralitas
individu terbukti dapat memoderasi pengaruh pengendalian internal, whistleblowing
system, dan komitmen organisasi terhadap pencegahan kecurangan. Maka dapat
dirumuskan tujuan dari implikasi manajerial adalah untuk meningkatkan penerapan
pengendalian internal, meningkatkan efektivitas whistleblowing system, meningkatkan
komitmen organisasi, meningkatkan moralitas individu, sehingga dapat diusulkan
variabel-variabel yang dapat digunakan untuk mencegah kecurangan yaitu sebagai
berikut:
1. Dari variabel pengendalian internal, dapat dilakukan dengan memperhatikan
indikator kegiatan pengendalian dan aktivitas pemantauan, dengan cara:
• Memisahkan tugas sesuai dengan tanggung jawab masing-masing.
• Melakukan pemeriksaan kembali oleh atasan atas setiap pekerjaan yang
dilakukan karyawan.
• Melakukan penilaian secara berkala yang oleh atasan.
• Melakukan pengawasan secara efektif oleh auditor internal.
2. Dari variabel whistleblowing system, dapat dilakukan dengan memperhatikan
indikator aspek operasional pada variabel whistleblowing system, dengan cara:
• Berani melaporkan tindakan pelanggaran karena ada kekebalan atas
sanksi administratif.
• Melibatkan atasan khususnya kepala bagian keuangan dalam efektivitas
penerapan whistleblowing system.
3. Dari variabel komitmen organisasi, dapat dilakukan dengan memperhatikan
indikator komitmen afektif, dengan cara:
• Meningkatkan keterlibatan karyawan dengan perusahaan tidak hanya
sebatas hubungan antara pekerja dan pemberi upah.
• Membuat karyawan merasa memiliki ikatan secara emosional pada
perusahaan.
4. Dari variabel moralitas individu, dapat dilakukan dengan memperhatikan diri
sendiri, dengan cara:
• Meningkatkan keinginan karyawan untuk melaksanakan tugas sesuai
SOP agar menjadi pribadi yang bernurani.
• Menghindari segala kecurangan meskipun tidak diketahui oleh atasan.
___________________________________________________Megawati/Reskino 49

• Selanjutnya, diperlukan pedoman yang logis untuk mencegah


kecurangan. Pedoman tersebut dapat diperoleh dengan cara
menggunakan informasi yang relevan yang telah dijelaskan berdasarkan
hasil penelitian. Variabel-variabel penelitian akan diurutkan berdasarkan
besarnya pengaruh. Urutan besarnya pengaruh tersebut dapat dilihat pada
nilai path coefficient. Variabel yang mempunyai pengaruh paling kuat
adalah variabel komitmen organisasi (0.397), variabel berikutnya adalah
moralitas individu (0,332), selanjutnya adalah variabel pengendalian
internal (0,305), dan terakhir adalah variabel whistleblowing system
(0,244). Penyusunan strategi lebih lanjut perlu dilakukan agar rencana
tindakan yang telah diuraikan dapat diaktualisasikan. Diharapkan
rencana tindakan tersebut dapat menjadi implikasi yang baik bagi
perusahaan dalam mencegah terjadinya kecurangan.

DAFTAR PUSTAKA

Aaker, J. L. (1995). Brand Personality: Conceptualization, Measurement And


Underlying Psychological Mechanisms. UMI.
Anderson, R. C. (2017). Board Characteristics Accounting Report Integrity and Cost of
Debt. Journal Accounting and Economics, 37(3).
Anggraeni Mersa, N., Sailawati, S., & Malini, N. E. L. (2021). Pengaruh Whistleblowing
System, Sistem Pengendalian Internal, Budaya Organisasi, dan Keadilan Organisasi
Terhadap Pencegahan Kecurangan. Jurnal Akuntansi Keuangan Dan Bisnis,
14(Vol. 14 No. 1 (2021)), 85–92. https://doi.org/10.35143/jakb.v14i1.4613
Annafi, G. D., & Yudowati, S. P. (2021). Analisis Financial Distress , Profitabilitas dan
Materialitas Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan. Jurnal Akuntansi Kompetif,
4(3), 255–262.
Ariani, K. S., Musmini, L. S., & Herawati, N. T. (2014). Analisis Pengaruh Moralitas
Individu, Asimetri Informasi Dan Keefektifan Sistem Pengendalian Internal
Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi Di Pdam Kabupaten Bangli. Ketut
Sulasmi Ariani Lucy Sri Musmini Nyoman Trisna Herawati, 2(1).
Arifin, B., Nofianti, N., & Kautsar, H. F. (2016). Pengaruh Likuiditas, Solvabilitas,
Profitabilitas, Nilai Pasar, Dan Pemanfaatan Aset Terhadap Financial Statement
Fraud. Tirtayasa Ekonomika, 11(2), 255–279.
Association of Certified Fraud Examiners (ACFE). (2014). Report to The Nation on
Occupational Fraud And Abuse Global Fraud Study. In Association of Certified
Fraud Examiners.
Carmenita, J. (2017). Pengendalian Internal untuk Mendukung Kualitas Produksi pada
PT. Angkasa Putra. Universitas Katolik Parahayangan.
Hery. (2017). Auditing (Pemeriksaan Akuntansi I) (Cetakan Pe). CAPS.
Inawati, W. A., & Sabila, F. H. (2021). Pencegahan Fraud : Pengaruh Whistleblowing
System, Government Governance dan Kompetensi Aparatur Pemerintah. E-Jurnal
Akuntansi, 31(3).
Kartadjumena, E., & Indriyati, N. (2021). Pengaruh Moderasi Kesadaran Anti
Kecurangan dan Moralitas pada Hubungan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
dengan Pencegahan Kecurangan di Balai Besar Kementerian Perindustrian Kota
Bandung. Jurnal Riset Akuntansi, 7(1).
P, R. S., & Judge, T. A. (2013). Periolaku Organisasi (12th ed.). Salemba Empat.
50 Pengaruh Pengendalian Internal, Whistleblowing___________________________

Radhiah, T., & Hariyani, E. (2016). Pengaruh Efektifitas Pengendalian Internal,


Kesesuaian Kompensasi, Dan Moralitas Individu Terhadap Kecenderungan
Kecurangan Akuntansi (Studi Kasus Pada PT. POS Indonesia KCU Kota
Pekanbaru). Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu Ekonomi, 3(1), 1279–
1293.
Reskino, & Bilkis, M. S. (2022). Apakah Good Corporate Governance Memoderasi
Hubungan Kecenderungan Kecurangan Manajemen Terhadap Fraudulent Financial
Statement? Jurnal Kajian Akuntansi, 6(2), 280–305.
Rustendi, T. (2018). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan
(Studi Pada BUMN Di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Akuntansi, 13(2), 49–58.
Siregar, A., & Surbakti, A. S. (2019). Analisis Pengaruh Whistleblowing System Dan
Rapat Komite Audit Terhadap Jumlah Kecurangan. BALANCE: Jurnal Akuntansi,
Auditing Dan Keuangan, 16(1), 41–61.
https://doi.org/10.25170/balance.v16i1.1286
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.
Sukadwilinda, S., & Ratnawati, R. A. (2013). Pengendalian Internal Terhadap
Kecurangan. Jurnal ASET (Akuntansi Riset), 5(1), 11–21.
https://doi.org/10.17509/jaset.v5i1.10031
Sukarman. (2018). NoAnalisis Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar
Fisika Peserta Didik dengan Menggunakan Metode SEM (Structural Equation
Modeling) pada Kelas XI Matematika Ilmu Alam (MIA) SMA Negeri se-Kecamatan
Bolo Kabupaten Bima. UIN Alauddin Makassar.
Sutrisno, E. (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia. Kencana Prenada Media Group.
The Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO).
(2013). Internal Control — Integrated Framework Executive Summary. Coso, May,
1–20.
The Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO).
(2017). Enterprise Risk Management, Aligning Risk With Strategy and
Performance : Frequently Asked Questions. COSO.
Vousinas, G. L. (2019). Advancing Theory of Fraud: The S.C.O.R.E Model, Journal of
Financial Crime. Journal of Financial Crime, 26(1).
Widyawati, I. A., & Sari, M. M. R. (2017). Pengaruh Komitmen Organisasi Pada Kinerja
Manajerial Dengan Locus of Control Sebagai Variabel Moderasi. E-Jurnal
Akuntansi, 19(1), 311–336.

You might also like