You are on page 1of 17

126

Global Political Studies Journal


Volume 5 Nomor 2 Edisi Oktober 2021
P-ISSN 2301-749X E-ISSN 2686-2905
DOI 10.34010/gpsjournal.v5i2

Pengaruh Prinsip Non-Intervensi ASEAN terhadap Upaya


Negosiasi Indonesia Dalam Menangani Konflik Kudeta Myanmar
Zahratunnisa Ramadhani*1, Mabrurah2
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Jl. Brawijaya, Bantul Yogyakarta, Indonesia

e-mail: *zahratunnisa.r.psc20@mail.umy.ac.id, mabrurah.psc20@mail.umy.ac.id.

Abstract
On 1 February 2021 Myanmar's democratization was once again threatened, following a
military junta coup against the Government of Myanmar, by detaining several leaders, including
Myanmar President Win Myint and Aung san suu kyi, the State Advisor. This study aims to analyze
the Indonesia government's efforts to disarm the current conflict in Myanmar, while still respecting
the principle of non-intervention, a mutual agreement between the ASEAN members. The method of
research chosen is qualitative descriptive using techniques used for data collection through journals,
papers, web sites and other reliable sources. Moreover, to strengthen the argument, the author uses
the constructivism theory of Alexander Went which is linked by an analysis of Indonesia's efforts in
the conflict in Myanmar. This study focuses on the effect of the ASEAN non-intervention principle on
Indonesia's conflict resolution efforts. The results of this study show that the application of the
ASEAN principle of non-intervention by ASEAN on the one hand gives Member States the flexibility
to solve their internal problems without any interference from other countries. however, on the other
hand, this principle becomes a barrier for ASEAN member countries to implement certain
mechanisms in some cases, such as the current case of the coup conflict.

Keywords : The principle of non-intervention, Myanmar Conflict, Negotiation

Abstrak
Pada tanggal 1 Februari 2021, demokratisasi Myanmar kembali terancam, dikarenakan
pelaksanaan kudeta yang dilakukan oleh Junta militer terhadap pemerintahan Myanmar, dengan cara
menahan beberapa pimpinan dari pemerintahan sipil, diantaranya yaitu presiden Myanmar, Win
Myint, dan penasihat negara, Aung san suu kyi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa upaya
apa saja yang telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk meredakan konflik yang sedang
terjadi di Myanmar, dengan tetap mematuhi prinsip non intervensi yang merupakan kesepakatan
bersama diantara anggota ASEAN. Metode penelitian yang dipilih adalah kualitatif deskriptif
menggunakan teknik pengumpulan data melalui jurnal, artikel, website internet dan sumber-sumber
terpercaya lainnya. Disamping itu untuk memperkuat argumentasi, penulis menggunakan teori
konstruktivisme milik Alexander Went, yang akan dikaitkan dengan analisis menegenai upaya
Indonesia dalam konflik kudeta Myanmar. Penelitian ini berfokus pada pengaruh dari prinsip non
intervensi ASEAN terhadap upaya penanganan konflik yang dilakukan oleh Indonesia. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa disatu sisi penerapan prinsip non intervensi ASEAN yang
dilakukan oleh ASEAN memberikan kelonggaran bagi negara-negara anggota untuk mengatur
permasalahan internalnya, tanpa ada campur tangan dari negara lain. akan tetapi, di sisi lain, prinsip
ini menjadi penghalang bagi negara-negara anggota ASEAN untuk melaksanakan mekanisme
tertentu dalam beberapa kasus, seperti kasus konflik kudeta yang sedang terjadi sekarang ini.

Kata Kunci : Prinsip Non-Intervensi, Konflik Myanmar, Negosiasi

https://ojs.unikom.ac.id/index.php/gps |
127
Global Political Studies Journal
Volume 5 Nomor 2 Edisi Oktober 2021
P-ISSN 2301-749X E-ISSN 2686-2905
DOI 10.34010/gpsjournal.v5i2

1. Pendahuluan dilakukan oleh Junta Militer. Kecaman juga


datang dari negara-negara anggota PBB dan
Myanmar atau lebih dikenal dengan juga negara anggota-anggota ASEAN. Dalam
Republic of Myanmar, merupakan salah satu menyikapi permasalahann yang terjadi,
negara yang sebagian besar perjalanannya ASEAN sebagai organisasi regional di Asia
diwarnai oleh pergolakan konflik internal, baik Tenggara yang diharapkan mampu
dalam hal politik, sosial maupun ekonomi. menyelesaikan konflik di Myanmar juga belum
Permasalahan yang terjadi di Myanmar bisa berbuat banyak. Hal ini karena ASEAN
sebagian besar disebabkan oleh adanya tersandera oleh doktrin dan prinsip tidak saling
ketidakstabilan politik yang merupakan akibat mengintervensi (non-interference principle)
dari berkuasanya rezim otoriter di Myanmar. urusan internal masing-masing negara yang
Kondisi sudah terjadi sejak tahun 1962, dimana harus dihormati (Sundari, 2021:179).
pada waktu itu Junta militer memperoleh Mekanisme penyelesaian konflik di ASEAN
kekuasaannya melalui kudeta militer yang sesuai dengan prinsip yang tertera pada piagam
dipimpin oleh Jendral Ne win. Kudeta militer ASEAN yang mana prinsip non-intervensi
inilah yang kemudian menjadi awal dari menjadi landasan pokok kaitannya dalam
keruntuhan demokrasi di Myanmar. Semenjak penyelesaian konflik yang terjadi di negara
adanya peralihan kekuasaan kepada militer, anggotanya. Begitupula dengan Indonesia dan
seluruh aspek baik dalam pemerintahan Myanmar yang tetap memegang teguh prinsip
maupun masyarkat juga diambil alih oleh non-intervensi yaitu melarang negara anggota
militer (Wema Styadinata, 2014:2). Junta mencampuri urusan domestik anggota ASEAN
militer dikenal dengan kediktatorannya yang lain. Bagi negara-negara anggota ASEAN,
seringkali menuai kecaman dari dunia prinsip non-intervensi adalah sebagai jaminan
internasional. Sejak tahun 1962, catatan politik keamanan, kedaulatan, dan kebebasan dalam
Burma menjadi salah satu yang terburuk di berhubungan dengan negara tetangga. Tetapi,
dunia, dikarenakan militer Myamar yang dalam perkembangannya, prinsip non-
membangun kekuatannya melalui penindasan, intervensi menjelma begitu kaku dan justru
penahanan sewenang-wenang dan eksekusi, menyabotase upaya-upaya kolektif penegakan
penyiksaan, pemerkosaan, kerja paksa, keadilan yang berkaitan dengan kemanusiaan di
penggunaan tentara anak, penggunaan warga negara-negara termasuk juga dalam kasus
sipil sebagai tukang kuli dan penyapu ranjau. konflik kudeta ini (Ikhsani, 2019:124).
Konflik yang terjadi yang didasari atas tuduhan Namun dalam hambatan prinsip non-
yang dikeluarkan oleh Junta Militer Myanmar Intervensi dan sikap tertutup serta respon yang
terhadap pemeritahan sipil yang telah ditunjukkan oleh Myanmar, melalui shuttle
menganggap bahwa ada kecurangan pemilu diplomacy, Indonesia berhasil melakukan
pada akhirnya berbuntut panjang dan berakhir negosiasi terhadap Myanmar demi upaya
dengan ditahannya Aung San Suu Kyi sebagai membantu menyelesaikan konflik kudeta yang
pemimpin sah Myanmar. Insiden kudeta terjadi. Disamping itu, KTT ASEAN Jakarta
tersebut kemudian memancing amarah rakyat 2021 berhasil diselenggarakan atas inisiasi
Myanmar dan konflik terus mengalir sehingga Indonesia dibantu dengan negara-negara
menimbulkan banyak polemik dan kekacauan anggota lain merupakan upaya lanjutan yang
dalam negeri Myanmar. Kekerasan yang juga dinilai berhasil untuk meredam konflik dan
dilakukan oleh Militer Myanmar terhadap memberikan solusi penyelesaian di Myanmar.
masyarakat sipil yang mengakibatkan lebih dari
700 ribu korban jiwa pada akhirnya menyedot
perhatian dunia. Masyarakat internasional
berbondong-bondong mengecam tindakan yang

https://ojs.unikom.ac.id/index.php/gps |
128
Global Political Studies Journal
Volume 5 Nomor 2 Edisi Oktober 2021
P-ISSN 2301-749X E-ISSN 2686-2905
DOI 10.34010/gpsjournal.v5i2

2. Kajian Pustaka dan Kerangka kepentingan material. Dalam hal ini, kaum
Pemikiran rasionalis melihat bantuan luar negeri sebagai
alat dalam kebijakan luar negeri untuk
mencapai keuntungan diplomatik dan ekonomi.
2.1 Kerangka Pemikiran Pandangan tersebut berbanding terbalik dengan
Dalam Penelitian ini, penulis pandangan kaum konstruktivis, yang melihat
menggunakan pendekatan konstruktivisme bahwa bantuan asing didorong oleh moral dan
yang difokuskan pada konsep identitas, norma, kekuatan budaya, seperti ide dan identitas yang
dan peran yang seringkali menjadi membuat negara memberikan bantuan
pertimbangan para aktor internasional terutama (Almezaini, 2012:2).
negara dalam membuat keputusan dan Konstruktivis menekankan aspek budaya,
melakukan tindakan di lingkup internasional. dimana ia percaya bahwa negara dipengaruhi
Pendekatan konstruktivisme, mengatakan oleh 'faktor sosial' seperti ide dan norma
bahwa terdapat pengaruh aspek non-material (Almezaini, 2012:4). Konstruktivisme,
dalam proses pembuatan kebijakan luar negeri, berpendapat bahwa perilaku dalam hubungan
diantaranya melalui dua konsep dasar yaitu, internasional tidak berasal dari kepentingan,
konsep identitas dan norma. Dalam hal ini, melainkan dimotivasi oleh identitas, norma,
tindakan atau perilaku yang diterapkan oleh keyakinan, dan nilai. Akibatnya, 'faktor
para aktor internasional, didasarkan pada ideasional' ini dapat membangun lingkungan
identifikasi mereka terhadap keberadaan aktor yang ditentukan oleh kepentingan tertentu.
lain dan respon mereka terhadap kaedah Faktor ideasional mempengaruhi pola perilaku
interaksi yang berlaku dalam lingkungan pembuat keputusan sehingga membedakannya
tertentu (Sato & Hirata, 2008). Menurut dengan perilaku aktor lain. Bagi kaum
pemahaman tersebut, kebijakan luar negeri konstruktivis, security dilemmas dan anarki
suatu negara dapat diartikan sebagai respon dalam sistem internasional diciptakan oleh
kognitif, psikologis dan sosial, serta merupakan negara itu sendiri, seperti yang dikemukakan
konstruksi sosial yang menghasilkan identitas oleh Alexander Wendt dalam (1992: 391–425),
dan kepentingan negara (Beach, 2012:234). anarchy is what states make of it. Wendt
Pendekatan konstruktivis terkait orientasi berpendapat bahwa negara mampu mengubah
kebijakan luar negeri bersifat humanis (human- kondisi anarki dan mengembangkan sistem
centric approach), yang berarti bahwa faktor interaksi baru, meskipun, dalam kondisi anarki,
intrinsik yang ada didalam setiap aktor aktor mungkin dimotivasi oleh kepentingan
(individu) juga berperan penting dalam sebuah selain kekuasaan dan kepentingan material saja
proses politik, dalam rangka menentukan arah (Wendt, 1999). Dalam hal ini, unsur budaya
tindakan tertentu dari suatu negara (Dugis, seperti nilai dan norma dapat membentuk
2018:169). kepentingan nasional atau kebijakan keamanan,
Perdebatan dalam hubungan internasional serta membentuk identitas suatu negara. Isu-isu
saat ini, antara konstruktivis dan rasionalis seperti hak asasi manusia atau kemiskinan
berpusat pada pembahasan terkait alasan di dapat menjadi preferensi aktor dalam
balik perilaku negara dalam sistem pengambilan keputusan secara umum. Oleh
internasional. Penganut konstruktivisme karena itu, identitas suatu negara menghasilkan
berasumsi bahwa kekuatan budaya, norma dan dan membentuk kepentingan negara tersebut
nilai memiliki dampak besar pada orientasi (Jepperson et. al., 1996:10).
hubungan eksternal negara, sedangkan Para penganut konstrukutivisme
rasionalis berpendapat bahwa negara menekankan bahwa terdapat pengaruh faktor
mendasarkan hubungan mereka pada identitas dalam pembuatan suatu kebijakan.

https://ojs.unikom.ac.id/index.php/gps |
129
Global Political Studies Journal
Volume 5 Nomor 2 Edisi Oktober 2021
P-ISSN 2301-749X E-ISSN 2686-2905
DOI 10.34010/gpsjournal.v5i2

Dalam Hubungan Internasional, pendekatan Terkait konsep identitas dalam lingkup


konstruktivis juga menganalisis sebab-akibat konstruktivisme, penulis mengambil gagasan
dari struktur pada identitas dan kepentingan. Alexander went mengenai identitas dan
Dalam hal ini negara sebagai aktor dapat kepentingan. Alexander Wendt merupakan
memiliki atribut yang mencakup kualitas salah satu tokoh yang mengutarakan
antropomorfik seperti identitas, kepentingan, gagasannya terkait konstruktivisme. Dalam
dan intensionalitas. Para penganut pengertian filosofisnya, identitas adalah salah
konstruktivisme memandang bahwa satu atribut yang membentuk tindakan atau
penerimaan maupun penolakan yang dilakukan perilaku tertentu. Identitas berada pada tingkat
dalam sebuah interaksi antar negara subjektif atau unit kualitas, berakar pada
dilatarbelakangi oleh faktor konsensus. Karena pemahaman diri aktor. Namun, identitas juga
itu, determinasi kekuatan fisik tidak terlalu bergantung pada pemahaman dari aktor
efektif untuk menciptakan kepatuhan dalam lainnya, sehingga identitas juga akan memiliki
sistem internasional, sebaliknya faktor-faktor kualitas intersubjektif atau sistemik. Dengan
non-fisik seperti kesepakatan bersama dapat kata lain, pembentukan Identitas harus
mendorong negara-negara untuk patuh kepada didukung oleh faktor internal dan struktur
kaidah internasional. konstruktivis juga eksternal (Wendt, 1999). Dalam teorinya,
mengatakan bahwa dalam proses penerimaan Wendt menekankan pentingnya shared ideas
norma internasional, terdapat perbedaan model (gagasan bersama) dalam hubungan
sosialisasi, yang didasarkan pada karakter relasi internasional. Ia menekankan, bahwa "identitas
sosial dan budaya yang berlangsung antar dan kepentingan pelaku tujuan dibangun oleh
masing-masing aktor (Dugis, 2018:170). ide-ide bersama". Wendt tidak setuju dengan
gagasan bahwa struktur asosiasi manusia
Menurut konstruktivisme, pembuatan dibangun oleh fenomena material, seperti yang
kebijakan luar negeri adalah sebuah proses didefinisikan oleh teori neorealisme dan
interaksi yang melibatkan banyak aktor, yang neoliberalisme.
meliputi struktur negara dan aspek masyarakat.
Interaksi politik antar aktor menjadi lebih Namun dia tidak menyangkal adanya fakta
kompleks, karena tidak hanya didominasi oleh obyektif, bahwa unsur material itu ada dan juga
persaingan materi tetapi juga melibatkan tidak bisa diabaikan. Wendt menjelaskan
gagasan, nilai dan institusi (Hill, 2003:159). bahwa meskipun dia mengakui keberadaan
Konstruktivis percaya bahwa serangkaian faktor material, faktor-faktor ini tidak
gagasan yang termasuk dalam standar norma memainkan peran penting dalam teorinya,
internasional juga menentukan bagaimana sebaliknya ia menunjukkan bahwa gagasan
aktor negara dan non-negara terlibat dalam bersama adalah elemen terpenting dalam
arena internasional, tanpa mengabaikan peran hubungan internasional menamakan asumsinya
dan efek pertimbangan kekuatan material sebagai rump materialism. Wendt memaknai
(Dugis, 2018). Konstruktivisme kemudian bahwa segala sesuatu memiliki basis material,
dapat didefinisikan sebagai paradigma HI yang misalnya badan untuk rakyat dan teritori bagi
menekankan makna dan interpretasi bersama negara. Tapi, yang benar-benar membedakan
sebagai komponen analitis kritis dari tindakan identitas para aktor adalah gagasan bersama,
para aktor. Konstruktivis lebih menekankan seperti kesadaran dan ingatan (Wendt, 1999).
pentingnya peran ide daripada teori HI Wendt (1999) mengilustrasikan pandangan
tradisional yang berkonsentrasi pada konstruktivis dengan pernyataan berikut: '500
kepentingan komponen material (Katzenstein senjata nuklir Inggris yang jelas kurang
ed. 1996). mengancam Amerika Serikat daripada 5 senjata
nuklir Korea Utara' karena 'Inggris adalah

https://ojs.unikom.ac.id/index.php/gps |
130
Global Political Studies Journal
Volume 5 Nomor 2 Edisi Oktober 2021
P-ISSN 2301-749X E-ISSN 2686-2905
DOI 10.34010/gpsjournal.v5i2

teman dan Korea Utara tidak'. Karena itu, pandangan dan pikiran antar negara dalam
bukan fakta material tentang jumlah hulu ledak suatu kumpulan negara atau komunitas.
nuklir yang penting; yang penting bagaimana Identitas ini didapat dari rasa solidaritas yang
para aktor berpikir tentang satu sama lain, yaitu dimiliki negara karena tergabung dalam
ide dan keyakinan mereka. Fakta material komunitas tertentu. Identitas kolektif adalah
masuk ke gambar tetapi sekunder dari ide. kombinasi unik dari identitas peran dan
identitas tipe. Ia memiliki kekuatan kausal
Wendt mengkategorikan empat jenis sehingga dapat mendorong aktor untuk
identitas (Rosyidin, 2015), antara lain: (1) mendefinisikan kepentingan orang lain sebagai
identitas personal atau corporate identity yaitu bagian dari kepentingan pribadi, yaitu
Identitas aktor yang terdiri dari struktur memungkinkan mereka untuk memiliki
homeostatis yang membedakan aktor tersebut altruisme (Wendt, 1999:229).
dari entitas lainnya. Identitas ini muncul dari
kesadaran aktor itu sendiri tanpa memerlukan Mengacu pada penjelasan di atas, dapat
pihak lain. (2) identitas golongan atau type dikatakan bahwa tindakan atau keputusan yang
identity yaitu identitas yang menggolongkan diambil oleh suatu negara dalam konteks
suatu negara ke dalam kategori tertentu melalui Hubungan Internasional dilatarbelakangi oleh
interaksi internasional. Identitas ini dimiliki faktor identitas serta norma yang dimilikinya.
oleh suatu negara tanpa memerlukan pihak lain Oleh karena itu, identitas dan norma memiliki
untuk membenarkannya. Mengacu pada peran penting dalam mendefinisikan
kategori atau label sosial yang cocok untuk kepentingan dan menentukan arah tindakan
orang-orang yang memiliki satu atau lebih suatu negara. Dalam penelitian ini, penulis
karakteristik yang sama, dalam hal penampilan, berusaha menjelaskan tindakan yang diambil
fitur perilaku, sikap, nilai, keterampilan oleh Indonesia untuk menangani isu
(misalnya bahasa), pengetahuan, pendapat, kemanusiaan yang berkaiatan dengan
pengalaman, kesamaan sejarah (seperti wilayah terjadinya kudeta di Myanmar pada tahun 2021.
atau tempat lahir), dll. (3) identitas peran atau Keputusan Indonesia untuk aktif terlibat dalam
role identity yakni identitas yang terbentuk atas penanganan kasus kudeta Myanmar ini
dasar kedudukan aktor dalam suatu komunitas, didorong oleh adanya beberapa kepentingan
sehingga identitas peran bergantung pada yang ingin dicapai oleh Indonesia, diantaranya
budaya dan lebih mengandalkan interaksi yaitu untuk menghentikan kekerasan terhadap
denngan aktor lain. Adapun Wendt mengatakan rakyar Myanmar serta mengembalikan sistem
bahwa hal terpenting dalam mendefinisikan demokrasi yang ada di Myanmar. Dalam hal
peran bukanlah suatu pelembagaan tetapi ini, Indonesia sebagai negara di Asia tenggara
tingkat saling ketergantungan antara satu yang berhasil menerapkan sistem demokrasi,
negara dengan negara lainnya (Wendt, tentu saja merupakan sebuah identitas yang
1999:228). Dengan kata lain, identitas peran kemudian mendorong pemerintah Indonesia
terbentuk berdasarkan pada budaya dan untuk bertindak secara aktif.
harapan bersama, yang berarti identitas ini tidak
dapat diberlakukan hanya pada diri sendiri,
namun, terbentuk karena adanya posisi atau 2.2 Kajian Pustaka
kedudukan tertentu suatu aktor dalam struktur
sosial dan di sisi yang sama juga mengamati Di dalam penelitian ini, penulis mengambil
norma yang berlaku pada aktor lain yang beberapa sumber literatur dan penelitian
memiliki identitas kontra yang relevan terdahulu yang mendukung dan memiliki
(Behravesh, Maret 2011). (4) identitas kolektif keterkaitan dengan penelitian ini yang
atau collective identity yaitu kesamaan selanjutnya akan digunakan sebagai acuan
untuk melakukan tinjauan pustaka. Adapun

https://ojs.unikom.ac.id/index.php/gps |
131
Global Political Studies Journal
Volume 5 Nomor 2 Edisi Oktober 2021
P-ISSN 2301-749X E-ISSN 2686-2905
DOI 10.34010/gpsjournal.v5i2

beberapa kajian pustaka yang dijadikan Penelitian kedua, jurnal dengan judul
landasan sebagai berikut: “Upaya Diplomasi Pemerintah Indonesia
Dalam Mediasi Konflik Kemanusiaan di
Penelitian pertama diambil dari jurnal yang Myanmar” yang ditulis oleh Rio Sundari, Rendi
bertajuk “Diplomasi Kemanusiaan Indonesia Prayuda, dan Dian Venita Sary menjadi sumber
terhadap Myanmar di bawah Prinsip Non- literatur selanjutnya. Jurnal ynag dimuat dalam
Intervensi ASEAN” yang ditulis oleh Munadia jurnal NIARA yang diterbitkan pada tahun
Ikhsani pada tahun 2019. Jurnal yang dimuat di 2021 ini membahas tentang upaya diplomasi
dalam Jurnal Demokrasi & Otonomi Daerah ini pemerintah Indonesia dalam mediasi konflik
membahas tentang bagaimana cara diplomasi kemanusiaan di Myanmar. Masalah etnis
kemanusiaan Indonesia terhadap negara Rohingnya bukanlah masalah sepele dan wajib
Myanmar dalam upaya untuk membantu etnis dianggap sebagai kondisi yang memprihatinkan
Rohingya yang tengah mengalami diskriminasi. dan genting, hal tersebut yang juga dirasakan
Indonesia dan Myanmar sebagai negara yang Indonesia. Indonesia memiliki kepentingan
merupakan anggota ASEAN mau tidak mau dalam konflik ini, selain sebagai amanat UUD
harus menerapkan prinsip non-intervensi 1945 dalam menjaga perdamaian dunia, isu
ASEAN yang merupakan prinsip dasar yang konflik ini juga berada dalam kawasan Asia
termaktub dalam piagam ASEAN. Tetapi Tenggara yang jika tidak diselesaikan dengan
kemudian prinsip tersebut dinilai sangat kaku cepat akan berpengaruh pada keamanan
dan membuat sulit untuk mencapai penegakan regional. Masalah pengungsi etnis Rohingya
HAM di negara-negara anggota ASEAN dan pada negara sekitarnya akan menjadi masalah
hal tersebut kemudian menjadi masalah baru bagi kawasan termasuk di Indonesia.
kaitannya dalam hal penyelesaian konflik Jumlah etnis Rohingya yang tewas dan
Rohingya. Namun, dalam sikap tertutup mengungsi dikarenakan konflik ini hingga
Myanmar dan tanggapan negatif terhadap tahun 2019 selalu menunjukkan peningkatan
negara-negara lain yang ingin mengakhiri yang signifikan. Hasil dari penelitian ini
konflik Rohingya, Indonesia berhasil menunjukkan bahwa terdapat bebrapa strategi
melakukan diplomasi ke Myanmar dalam diplomasi yang dilakukan Indonesia dalam
upaya untuk mengakhiri konflik etnis upaya untuk menangani konflik etnis tersebut.
Rohingya, melalui Diplomasi Kemanusiaan. Pertama, dilakukan pengajuan proposal dan
Diplomasi kemusiaan yang diakukan Indonesia mengusulkan formula 4+1 bagi masyarakat
terhadap myamar diwujudkam. Pertama, Rohingya dimasa depan. Indonesia yang
diplomasi kemanusiaan melalui keterlibatan tergabung dalam OKI juga memanfaatkan
konstruktif melalui soft power Indonesia, organisasi ini karena dinilai cukup memberikan
kemudian diplomasi kemanusiaan melalui pengaruh besar selain OKI juga sebagai
peningkatan kapasitas dan yang terakhir organisasi Islam terbesar di dunia untuk bisa
melalui upaya rekonsiliasi. Dalam prakteknya menekan dan mendesak Myanmar untuk segera
kemudian, upaya diplomasi kemanusiaan yang menghentikan kekerasan terhadap etnis
dilakukan Indonesia tidak secara tuntas Rohingya. Terakhir dengan memberikan
menyelesaikan konflik yang ada tetapi hanya bantuan logistik dan melibatkan partisipasi
seagai jalan untuk mengurangi penderitaan masyarakat Indonesia dalam menyuarakan
etnis Rohingya mengingat konflik terkait penyelesaian konflik melalui media massa
Rohingnya ini merupakan salah satu konflik secara massif.
yang sudah mengakar dan sudah sejak lama ada
dan sentimen terhadap Rohingya baik vertikal Penelitian ketiga, milik Donald M. seekins
maupun horizontal tidak bisa dengan mudahnya dengan judul, “The February 1, 2021 Coup
dihilangkan. d’Etat in Burma: Some Reasons Why”.

https://ojs.unikom.ac.id/index.php/gps |
132
Global Political Studies Journal
Volume 5 Nomor 2 Edisi Oktober 2021
P-ISSN 2301-749X E-ISSN 2686-2905
DOI 10.34010/gpsjournal.v5i2

Penelitian ini menggambarkan tentang intervensi ASEAN, sehingga banyak anggapan


perisitiwa kudeta militer yang terjadi di bahwa langkah Indonesia dalam menangani
Myanmar pada 2021, dan bagaimana kemudian kudeta Myanmar ini masih kurang efektif.
masyarakat Myanmar melakukan demonstrasi Sejauh ini, penelitian terkait peran Indonesia
terhadap Pemerintahan Junta militer Myanmar. dalam konflik kudeta Myanmar 2021 masih
Penelitian ini juga menggambarkan belum banyak dibahas, dikarenakan isu yang
keterlibatan Tiongkok dalam krisis politik ini. diangkat masih terbilang baru. Oleh karena itu
Dalam hal ini, Beijing mendukung militer diharapkan agar penelitian ini mampu
Myanmar melalui prinsip non-intervensi yang memberikan pemikiran-pemikiran baru yang
berkaitan dengan urusan dalam negeri suatu dapat dijadikan acuan dalam pembahasan
negara, kemudian Tiongkok juga terkait respon dunia internasional terhadap
berkepentingan bisnis dan mengambil Konflik kudeta Myanmar yang terjadi pada
keuntungan dari peluang ekonomi dalam tahun 2021.
negeri, terutama eksploitasi kekayaan Burma
sumber daya alam.
Penelitian keempat, dengan judul 3. Metode Penelitian
“Political Crisis in Myanmar and ASEAN
intervention”, yang ditulis oleh Sita Hidriyah, Dalam penelitian ini, kualitatif dipilih
berupaya menggambarkan upaya intervensi sebagai metode dengan berfokus pada sifat
ASEAN sebagai tanggapan atas krisis politik di pendekatan deskriptif. Metode kualitatif dipilih
Myanmar. Dalam hal ini, kapasitas ASEAN karena penulis ingin menjelaskan data secara
sebagai organisasi regional tampak dibatasi mendalam dengan elaborasi penjelasan tanpa
pada prinsip non-intervensi yang tercantum menggunakan angka. Disamping itu, data yang
dalam Piagam ASEAN. Ini artinya, setiap krisis dihimpun digunakan untuk menguatkan
politik di setiap negara anggota ASEAN argumentasi dan menjelaskan isu serta
ASEAN merupakan masalah internal. oleh fenomena yang terjadi secara mendalam.
karena itu, negara anggota ASEAN lainnya Pendekatan kualitatif yang digunakan dalam
tidak memiliki kewenangan untuk melakukan penelitian ini adalah bersumber pada data
intervensi. Dengan “intervensi”, ditafsirkan sekunder, data sekunder yang dipilih
sebagai mengganggu orang lain masalah lokal difokuskan pada jenis studi kepustakaan atau
negara. Bagaimanapun, terkait konflik kudeta dokumen yang sumber datanya dianalisis dari
Myanmarr, ASEAN sebagai organisasi yang buku, jurnal, perjanjian Internasional (piagam
bertujuan memperkuat demokrasi dan PBB), makalah, artikel, serta situs-situs internet
melindungi Hak Asasi Manusia harus berupaya yang bermanfaat dengan objek yang diteliti.
untuk memperjuangkan hak-hak demokrasi Hasil temuan kemudian dianalisis dengan
milik rakyat Myanmar. Namun sayangnya, menggunakan teori konstruktivisme dengan
dalam hal ini wewenang intervensi ASEAN melibatkan metode analisis kualitatif dengan
sangat terbatas. penguraian secara deskriptif (pemaparan), hal
ini dilakukan sebagai proses lanjutan untuk
Perbedaan penelitian ini dengan men-declare fakta yang akan diuraikan
penelitian sebelumnya yaitu, penelitian ini nantinya.
lebih menekankan pada peran Indonesia dalam
menangani konflik kudeta Myanmar 2021
dengan menggunakan teori konstruktivisme 4. Hasil dan Pembahasan
milik Alexander Wendt. Dimana dalam hal ini
upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia 4.1 Dinamika dan Sejarah Hubungan
dipengaruhi oleh keberadaan prinsip non- Indonesia-Myanmar

https://ojs.unikom.ac.id/index.php/gps |
133
Global Political Studies Journal
Volume 5 Nomor 2 Edisi Oktober 2021
P-ISSN 2301-749X E-ISSN 2686-2905
DOI 10.34010/gpsjournal.v5i2

pembebasan negara-negara tersebut dari


Indonesia dan Myanmar adalah dua dari kungkungan imperialisme dan kolonialisme.
sebelas negara yang berada di kawasan Asia Selain di dalam bidang politik khususnya sektor
Tenggara. Kedua negara ini secara historis dan diplomatik, kedua negara juga menjalin
budaya memiliki banyak kesamaan. Hubungan hubungan dan kerjasama diberbagai aspek
Indonesia Myanmar secara historis sudah seperti ekonomi, sosial, dan keamanan. Di
dimulai jauh sebelum kemerdekaan, fakta dalam bidang politik kedekatan Indonesia
sejarah mengungkapkan bahwa Indonesia Myanmar ditunjukkan ketika pada tahun 2008
ketika masih berbentuk kerajaan-kerajaan pra- indonesia mengadakan forum tahunan antar
kemerdekaan telah menjalin kontak dengan negara pertama di Asia yaitu Bali Democracy
wilayah yang sekarang menjadi negara Forum (BDF) yang secara hormat mengundang
Myanmar. Di dalam kitab Negarakertagama, Myanmar untuk ikut serta (Ikhsani, 2019).
disebutkan bahwa Majapahit telah menjalin Forum ini mengangkat tema tentang demokrasi
hubungan baik dengan negeri bernama dan secara khusus membahas tentang praktik
Marutma yang kemungkinan negara tersebut demokrasi di berbagai negara tetapi tidak
adalah Myanmar (Yusuf, 2013:25). menutup kemungkinan bagi negara non
Secara bilateral, hubungan kedua negara demokrasi untuk ikut serta di dalamnya yang
sudah terjalin baik sejak era kolonialisme. mana salah satunya adalah Myanmar sebagai
Tetapi secara resmi hubungan Indonesia negara yang baru merintis proses dan
Myanmar dimulai sejak tahun 1949. Myanmar memperkuat demokrasi di negaranya (Ikhsani,
secara penuh mendukung dan mengakui 2019). Kedekatan hubungan dengan Myanmar
kemerdekaan Indonesia dari penjajah, membuat Indonesia senantiasa berupaya aktif
sebaliknya Indonesia pun mendukung upaya dalam proses penyelesaian di Myanmar,
Myanmar untuk terlepas dari penjajahan dengan mendukung proses demokratisasi di
Inggris. Sejarah juga mencatat bahwa pada Myanmar dan rekonsiliasi nasional Myanmar,
penyelenggaraan Asian Relation Conference di serta mengurangi keterisolasian Myanmar dari
New Delhi tahun 1947, Myanmar ikut komunitas internasional. Upaya yang
mendesak dilaksanakannya Conference of dilakukan Indonesia untuk menyongsong
Indonesia Affairs yang mengutuk keras agresi demokatisasi Myanmar yang lebih baik
militer yang dilakukan Belanda dengan dipandang perlu untuk dilakukan disamping
mendesak negara itu untuk segera hengkang untuk mempererat hubungan bilateral juga
diri dari Indonesia (Nugroho, 2016). Disamping sebagai upaya pembuktian bahwa Indonesia
itu pula di tahun yang sama, cikal bakal adalah negara yang demokrasinya sudah cukup
Kedutaan Besar Republik Indonesia di matang untuk bisa ditiru oleh negara lain.
Myanmar berhasil didirikan atas diizinkannya Kedekatan Indonesia Myanmar terus
pembukaan Indonesian Office di Yangon oleh terjalin dengan diadakannya berbagai
pemerintah Myanmar. Selain itu, Indonesia dan kunjungan yang diwakili oleh pemimpin dari
Myanmar juga memiliki sejarah perjuangan masing-masing negara. Di tahun 2011, presiden
panjang dalam keikutsertaan konferensi Thein Sein lebih dulu mengunjungi Indonesia
internasional. Indonesia dan Myanmar dengan fokus kunjungan untuk membahas
merupakan perwakilan dua dari lima negara di peluang kerjasama antar Indonesia dan
tahun 1954 yang mengikuti konferensi Myanmar di bidang politik, keamanan,
Kolombo yang kemudian kelima negara ekonomi, perikanan, sosial budaya dan
tersebut memprakarsai digelarnya konferensi kekonsuleran. Selanjutnya pada tahun 2013,
Asia-Afrika di tahun 1955. KAA dibentuk presiden keenam Indonesia Susilo Bambang
untuk mengembangkan solidaritas antar sesama Yudhoyono dalam tugas kenegaraannya beliau
negara Asia-Afrika yang juga mendukung berkunjung menemui presiden Myanmar yang

https://ojs.unikom.ac.id/index.php/gps |
134
Global Political Studies Journal
Volume 5 Nomor 2 Edisi Oktober 2021
P-ISSN 2301-749X E-ISSN 2686-2905
DOI 10.34010/gpsjournal.v5i2

baru, presiden Thei Sein. Pertemuan tersebut kolonial Inggris dan kaum nasionalis Burma,
membahas tentang penguatan hubungan yang pada saat itu dipimpin oleh Thakin Nu
bilateral kedua negara. Tidak hanya itu, di era (Irewati, 2016). Pada awalnya, Myanmar
kepemimpinan presiden SBY melalui dikenal dengan sebutan Burma, namun pada
diplomasi kemanusiannya presiden SBY tahun 1989, terdapat perubahan nama dari
mengutus Menteri luar negeri Marty Burma menjadi Myanmar. Sejak saat itu
Natalegawa untuk aktif dan bekerjasama pemerintahan Myanmar didominasi oleh rezim
dengan kementerian Luar negeri Myanmar Junta Militer Myanmar atau yang dikenal
dalam menangani isu konflik etnis Rohingya. sebagai Tatmadaw. Junta militer Myanmar
Dimasa kepemimpinan presiden Joko dengan sistem kepemimpinannya yang otoriter
Widodo, disaat gejolak isu Rakhine State memperoleh kekuasaannya melalui kudeta
tengah memanas dimana terjadi penyerangan militer yang terjadi pada tahun 1962. Kudeta
pasukan keamanan Myanmar oleh kelompok militer inilah yang menjadi awal dari
bersenjata pada 25 Agustus 2017, pemerintah keruntuhan sistem demokrasi di Myanmar
RI baik melalui tingkat pimpinan yaitu Menteri (Kompas, Maret 2021).
Luar Negeri maupun KBRI Yangon melakukan
pendekatan kemanusiaan dalam menjaga dan Semenjak adanya peralihan kekuasaan
membina hubungan bilateral dengan Uni kepada militer, seluruh aspek baik dalam
Republik Myanmar (Ikhsani, 2019:26). Di pemerintahan maupun masyarakat juga diambil
tahun ini pula, bantuan kemanusiaan RI ke alih oleh militer. Sejak itu pula, Tatmadaw
Myanmar di distribusikan dalam beberapa mempertahankan kekuasaannya dengan
periode. Secara simbolis Menteri Luar Negeri, memblokir semua partai oposisi dan
Retno Marsudi menyerahkan bantuan dari RI mengambil alih keseluruhan kegiatan bisnis
kepada Menteri kesejahteraan Sosial Myanmar dan industri di bawah kendali mereka, yang
dengan disaksikan oleh chief of state Myanmar. kemudian berdampak pada kondisi ekonomi
Disamping itu, PKPU Human Right sebagai Myanmar yang semakin memburuk, dan
Lembaga kemanusiaan Indonesia berhasil tingkat kemiskinan serta pengangguran
membangun dua sekolah yang terleta di dua meningkat. Tatmadaw dikenal dengan
desa di Sittwe, Rakhine State tidak luput juga kediktatorannya yang seringkali menuai
ikut diresmikan oleh Retno Marsudi. Berbagai kecaman dari dunia internasional. Sejak tahun
macam upaya telah dilakukan oleh pemerintah 1962, catatan politik Burma menjadi salah satu
Indonesia untuk bisa semakin mengerakan yang terburuk di dunia, dikarenakan militer
hubungan baik kedua negara, baik melalui Myanmar yang membangun kekuatannya
kerjasama bilateral maupun bentuk-bentuk melalui penindasan, penahanan sewenang-
kerjasama lainnya. Pasang surut dan hubungan wenang dan eksekusi, penyiksaan,
kedua negara diwarnai dengan beragam pemerkosaan, kerja paksa, penggunaan tentara
dinamika tetapi tidak pernah mengalami anak, penggunaan warga sipil sebagai tukang
pemutusan diplomatik meskipun terdapat kuli dan penyapu ranjau (Satyadinata, 2014:2).
konflik-konflik internal yang terjadi diantara Kuatnya kekuasaan dari Junta Militer
kedua negara. Myanmar membuatnya hampir tak tertandingi,
sampai pada akhirnya masyarakat Myanmar
terlibat dalam pemberontakan “8888” yang
4.2 Dinamika Konflik di Myanmar
terjadi pada tanggal 8 Agustus 1988. Dalam
Myanmar merupakan sebuah negara di aksi ini, mahasiswa dan aktivis pro demokrasi
kawasan Asia Tenggara, yang memperoleh menyerukan protes terhadap Junta militer.
kemerdekaannya pada 4 Januari 1948 dari Akan tetapi upaya pemberontakan ini tidak
Inggris melaui perdamaian antara pemerintah berakhir seperti yang diharapkan oleh

https://ojs.unikom.ac.id/index.php/gps |
135
Global Political Studies Journal
Volume 5 Nomor 2 Edisi Oktober 2021
P-ISSN 2301-749X E-ISSN 2686-2905
DOI 10.34010/gpsjournal.v5i2

masyarakat. Dalam peristiwa ini, banyak warga selama 50 tahun. Meskipun begitu, pemilu 2010
sipil yang dibunuh, disiksa, dan dipenjara ini tidak luput dari pro dan kontra, dikarenakan
karena keterlibatan mereka. Namun, adanya pihak oposisi yang menyatakan adanya
pemberontakan ini, melahirkan Liga Nasional kecurangan yang terjadi, dimana dalam pemilu
Demokrasi yang kemudian menjadi partai besar tersebut, USDP memenangkan kursi terbanyak
yang menyuarakan perlunya demokrasi dalam sejumlah 883 dari 1.154 kursi di Parlemen (The
politik Myanmar. Pemimpin NLD, Aung San Irrawady, Februari 2010). Dalam masa
Suu Kyi, menuntut agar militer menyerukan kepemimpinannya, Thein Sein mengeluarkan
pemilihan pada tahun 1990 (p2P-Lipi, April beberapa kebijakan besar yang mengedepankan
2021). sistem demokrasi. Salah satu kebijakannya
yaitu membebaskan para tahanan politik yang
Meskipun begitu, Tatmadaw masih pada masa pemerintahan sebelumnya
mendominasi sebagian besar pemerintahan ditangkap, tokoh besar Aung San Suu Kyi dan
Myanmar, dan terus mengahalangi upaya teman- temannya menjadi salah satu yang
demokratisasi rakyat Myanmar. Berkaitan dibebaskan oleh Thein Sein (Krisman, 23 Mei
dengan hal ini, Keterlibatan militer dalam 2012).
upaya demokratisasi juga terjadi pada tahun
1990, dimana pada saat itu, Jenderal Saw Seiring berjalannya waktu, keinginan
Maung membatalkan hasil pemilu 27 Mei 1990 rakyat Myanmar untuk memiliki pemerintahan
yang menghasilkan kemenangan bagi National demokrasi tetap teguh dan terus dipertahankan.
Leaque for Democration (NLD) yang dipimpin Hal ini terlihat dari besarnya dukungan
oleh Aung San Suu Kyi. Hasil pemilu masyarakat terhadap Pemilu 2015 yang
membuktikan bahwa demokrasi memang yang kembali dimenangkan NLD dengan
diinginkan rakyat Myanmar, seperti yang memperoleh kursi sebanyak 77%
ditunjukkan dengan kemenangan NLD tesebut, (Theguardian, November 2015). Namun, Aung
dimana NLD berhasil merebut sekitar 60% san suu kyi sebagai ketua dari NLD tidak
suara populer dan 392 kursi (Parline, April diperbolehkkan untuk menjabat sebagai
2018). Sayangnya, militer menolak mengakui presiden karena pernikahannya dengan orang
hasil pemilu tersebut dan malah melakukan asing, yang mana kemudian sebagai gantinya
penangkapan terhadap Aung Suu Kyi. Setelah Suu Kyi diangkat sebagai penasihat negara
peristiwa itu, Myanmar kembali diperintah oleh (Mckirdy, 2016). Kemenangan NLD tersebut
junta militer yang berada dibawah tidak lantas menjadikan Myanmar sebagai
kepemimpinan Jenderal Than Shwe. Hingga negara dengan sistem demokrasi demokrasi
tahun 2003, di bawah kekuasaan Jenderal Than penuh. Tidak semua kursi di Hluttaw
Shwe, kehidupan politik, sosial dan ekonomi (parlemen) diperebutkan. Konstitusi yang
masyarakat Myanmar masih sangat didominasi dirancang militer menjamin bahwa perwakilan
oleh militer. Terkait Kondisi ini, David I. militer yang tidak dipilih mengambil 25% kursi
Steinberg menempatkan Myanmar sebagai di Hluttaw dan memiliki hak veto atas
“The most monolithically military-controlled in perubahan konstitusi. Inilah yang disebut para
the world” (Firnas, 2003). jenderal sebagai "disciplined democracy"
(BBC, Desember 2015).
Namun kemudian pada bulan Februari
tahun 2011, dunia perpolitikan Myanmar Pada November 2020, Myanmar
mengalami perubahan yang cukup besar, melaksanakan pemilihan umum kembali, dan
dimana terpilihnya Thein Sein sebagai presiden menghasilkan kemenangan bagi partai National
melalui pemilu tahun 2010, mengakhiri rezim League for Democracy (NLD), yang dipimpin
otoriter yang sebelumnya dikuasai oleh oleh Aung San Suu Kyi. Terkait hasil pemilu
pemerintah junta militer yang telah berkuasa tersebut, partai oposisi pertama yaitu Union

https://ojs.unikom.ac.id/index.php/gps |
136
Global Political Studies Journal
Volume 5 Nomor 2 Edisi Oktober 2021
P-ISSN 2301-749X E-ISSN 2686-2905
DOI 10.34010/gpsjournal.v5i2

Solidarity and Development Party (USDP), menghormati keadilan dan ketertiban hukum di
tidak terima dengan kemenangan partai NLD, dalam negara-negara di kawasan ASEAN.
dan menuduh adanya ketidakadilan dan
kecurangan dalam pemilu November 2020 Tujuan tersebut kemudian
(VOA, September 2020). Kemudian atas dasar diimplementasikan melalui penerapan Prinsip
tuduhan tersebut, pada tanggal 1 Februari 2021, non-interference, yang terdapat dalam Treaty of
militer Burma (Tatmadaw) melakukan kudeta Amity and Cooperation in Southeast Asia
dalam rangka merebut kendali kekuasaan dari (TAC), 24 Februari 1976 yang dalam Pasal 2
pemerintahan demokratis. Kudeta militer yang dijelaskan bahwa dalam menjalin hubungannya
dilakukan oleh tatmadaw ini akan membawa antar anggota, didasarkan pada prinsip
Myanmar kembali dalam pemerintahn yang fundamental yaitu: (a) menghormati kebebasan,
diktator dan otoriter. Dalam aksi kudetanya, kedaulatan, kesamaan, kesatuan wilayah dan
Militer Myanmar melakukan penangkapan identitas nasional setiap bangsa; (b) setiap
terhadap beberapa pemimpin parta LND, negara memiliki hak untuk mengatur
diantaranya yaitu, Aung san Suu kyi dan penyelenggaraan negaranya bebas dari
Presiden Win Myint, dan telah mengumumkan intervensi eksternal; (c) adanya prinsip non-
penggantian sejumlah menteri. Tentara juga intervensi dalam hubungan internal sesama
melakukan pemblokiran dalaan di ibu kota, nay anggota. Dengan adanya pasal tersebut
Pyi Taw dan kota utama, Yangon. Selain itu menguatkan eksistensi prinsip non-intervensi
layanan komunikasi, seperti internet dan dalam kerangka kerja sama ASEAN
telepon juga terganggu (BBC, Februari 2021). (Rahmanto, 2017). Prinsip non intervensi ini
Walaupun sudah banyak teknanan yang diciptakan sebagai sebuah wujud perlindungan
diberikan terhadap aksi kudeta Junta militer untuk menjamin kemerdekaan dan kedaulatan
Myanmar, namun kondisi di Myanmar belum negara-negara anggota dan dalam rangka
dapat dikatakan membaik dan malah semakin mencegah adanya kemungkinan intervensi
memburuk, dengan lebih banyak warga sipil asing yang tidak diinginkan terahadap urusan
yang terbunuh atau ditahan oleh militer. dalam negeri dari masinng-masing negara
anggota.
Prinsip non-interference yang diterapkan
4.3 Prinsip Non Intervensi ASEAN oleh ASEAN dalam upaya penyelesaian konflik
lebih menekankan pada cara-cara diplomatik
Association of South East Asian Nations dan kekeluargaan. Seperti yang dikatakan
(ASEAN) merupakan sebuah organisasi perdana mentri Thaliand pada pertemuan
regional yang didirikan secara resmi melalui ASEAN ke-42 di Thailand, bahwa pendekatan
penandatanganan Deklarasi Bangkok yang secara halus (ASEAN way) lebih efektif untuk
dilaksanakan pada 8 Agustus 1967. Tujuan dilakukan daripada menggunakan pemberian
awal dari pembentukan ASEAN salah satunya sanksi kepada Myanmar. Pendekatan ASEAN
yaitu untuk mendorong perdamaian dan way lebih berfokus pada proses diplomatik
stabilitas wilayah (Khoman, 1992). Sebagai yaitu meyakinkan pemerintah Myanmar untuk
organisasi regional kawasan Asia Tenggara, bekerja sama dengan ASEAN dalam rangka
ASEAN tentu saja memiliki urgensi besar menekan tindak kekerasan di Myanmar yang
untuk terlibat dalam penyelesaian konflik- masih cukup tinggi. ASEAN sendiri lebih
konflik yang terjadi di wilayah Asia tenggara, memposisikan diri sebagai wadah atau media
khususnya yang melibatkan isu kemanusiaan, yang dapat digunakan untuk mendiskusikan
dimana hal ini sesuai dengan salah satu tujuan masalah-masalah yang terjadi dan bukan
utama ASEAN yaitu meningkatkan perdamaian sebagai aktor utama yang berhak melakukan
dan stabilitas regional dengan jalan tindakan kepada negara anggotanya. Salah satu

https://ojs.unikom.ac.id/index.php/gps |
137
Global Political Studies Journal
Volume 5 Nomor 2 Edisi Oktober 2021
P-ISSN 2301-749X E-ISSN 2686-2905
DOI 10.34010/gpsjournal.v5i2

upaya ASEAN adalah pelaksanaan The ASEAN negara lain, khususnya negara-negara anggota
Inter-Parliamentary Myanmar Caucus ASEAN sebagai organisasi negara-negara Asia
(AIPMC), pembentukan komisi khusus dalam Tenggara. Dalam hal ini, Indonesia merupakan
rangka menangani konflik di Myanmar. Pada salah satu negara yang cukup aktif dalam
pertemuan di Bali, AIPMC menghimbau menyikapi permasalahan kudeta Myanmar
Presiden Myanmar Thein Sein untuk tersebut.
melanjutkan tugasnya memajukan proses
demokratisasi dan penegakan Hak Asasi Dalam kasus Myanmar, upaya diplomatik
Manusia di Myanmar. yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia
seringkali mendapatkan penolakan dari
Namun, seiring berjalannya waktu, pemerintah Myanmar. Pada kondisi seperti itu,
kefektifan dari prinsip non-intervensi Indonesia tidak dapat melakukan banyak hal
tampaknya semakin banyak dipertanyakan, karena adanya penerapan prinsip non-
dikarenakan banyaknya tantangan dan isu-isu interference. Di satu sisi, penerapan prinsip
baru yang muncul dari proses globalisasi, serta non-interference yang dilakukan oleh ASEAN
tuntutan yang semakin besar untuk memberikan kelonggaran dan kebebasan bagi
demokratisasi, dan meningkatnya perhatian negara-negara anggota untuk mengatur urusan
internasional terahadap isu-isu kemanusiaaan internalnya. Negara memiliki kedaulatan penuh
dibandingkan dengan isu kedaulatan negara. atas pengaturan dalam negerinya tanpa ada
Dalam upayanya untuk mempertahankan campur tangan dari negara lain. akan tetapi, di
efektivitas dan legitimasinya di kancah sisi lain, prinsip ini sangat membatasi
domestik dan internasional, cara tradisional kewenangan negara-negara anggota ASEAN
ASEAN dalam melakukan urusan regional untuk melaksanakan mekanisme-mekanisme
semakin menuai pro dan kontra, dimana tertentu dalam beberapa kasus. Hal ini
keberadaan prinsip non-interferensi dianggap berkaitan dengan pandangan Jorn Dosch,
sebagai batu sandungan bagi kapasitas ASEAN seorang peneliti Asia Pasific studies, Leeds
untuk merespons masalah internal dan University, yang mengatakan bahwa organisasi
tantangan eksternal (Tan, 2011). Seperti yang seperti ASEAN terlihat baik dalam peraturan,
dinyatakan Narine, “It is the commitment to tetapi buruk dalam implementasinya (Good on
non-interference, and all of the complications papers, lack of implementation) (Wakhidah &
that emerge from this principle, that is at the Mas'oed, 2014:3). Prinsip non-interference
heart of the controversies over ASEAN’s yang diterapkan ASEAN selama ini memang
development today” (Narine, 2008). telah menjadikan Asia Tenggara sebagai salah
satu kawasan yang memiliki tingkat stabilitas
dan perdamaian yang cukup baik (Triono,
4.4 Analisis upaya Indonesia dalam menangani 2014). Akan tetapi kehadiran prinsip non-
Konflik kudeta Myanmar interference tersebut juga menjadi suatu
hambatan yang cukup besar karena dinilai
Berbagai macam konflik yang terjadi di membatasi keterlibatan Indonesia dalam upaya
Asia Tenggara, khususnya yang berkaitan penyelesaian konflik kudeta di Myanmar.
dengan keamanan masyarakat kemudian Sehingga pada akhirnya upaya yang dilakukan
mendorong negara-negara di Asia Tenggara oleh Indonesia akan terwujud apabila pihak
untuk bersama-sama mengedepankan perhatian yang berkonflik bisa membuka diri serta
mereka terhadap isu kemanusiaan, seperti membuka akses seluas-luasnya atas berbagai
konflik yang sedang terjadi di Myanmar. upaya pemberian bantuan yang ditawarkan oleh
Melihat kondisi Myanmar yang sedang indonesia.
mengalami konflik kudeta, tentu saja
menimbulkan reaksi yang beragam dari negra-

https://ojs.unikom.ac.id/index.php/gps |
138
Global Political Studies Journal
Volume 5 Nomor 2 Edisi Oktober 2021
P-ISSN 2301-749X E-ISSN 2686-2905
DOI 10.34010/gpsjournal.v5i2

Meskipun dibatasi oleh prinsip non- mengimbau agar Myanmar menggunakan


intervensi, Indonesia tetap berusaha melakukan prinsip-prinsip yang terkandung dalam Piagam
berbagai upaya untuk menekan pihak militer ASEAN, "di antaranya komitmen pada hukum,
Myanmar, melalui pendekatan yang lebih kepemerintahan yang baik, prinsip-prinsip
mengedepankan aktivitas diplomatik dan demokrasi dan pemerintahan yang
dialog. Berdasarkan konsep identitas dan konstitusional” (BBC, Februari 2021).
kepentingan dalam pendekatan konstruktivisme
milik Went, penulis menganalisis upaya dan Upaya aktif Indonesia juga terlihat dari
peran aktif Indonesia dalam merespon konflik aktivitas shuttle diplomacy yang dilakukan oleh
kudeta yang terjadi di Myanmar. Dalam hal ini, Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi,
identitas Indonesia sebagai negara demokrasi yaitu dengan berkunjung ke sejumlah negara
yang cukup kuat khususnya di wilayah Asia ASEAN, diantaranya, Brunei Darussalam,
Tenggara, tentu saja menjadi salah satu faktor Singapura dan Thailand, dalam rangka
pendorong bagi pemerintah Indonesia untuk berdiskusi dan berkonsultasi untuk mencari
bertindak secara tegas dalam kasus kudeta solusi bersama, terkait kudeta militer Myanmar.
Myanmar ini. Kemudian, identitas Indonesia Dalam kunjungannya tersebut, menlu Retno
sebagai "jangkar" dalam lingkup ASEAN, Marsudi mengatakan “Indonesia memilih tidak
dimana sekitar 50% penduduk ASEAN berada tinggal diam. Berpangku tangan bukanlah
di Indonesia, juga menjadi faktor pendukung pilihan". Selain itu, Di luar lingkup ASEAN,
dari tindakan pemerintah Indonesia. Selain itu, Retno Marsudi mengatakan bahwa Indonesia
seperti yang dijelaskan dalam pendekatan juga telah menjalin komunikasi dengan China,
konstruktivisme, dimana tindakan yang diambil Australia, India, Jepang, Inggris serta utusan
oleh suatu negara juga dipengaruhi oleh nilai khusus sekjen PBB (BBC, Maret 2021).
dan norma serta interaksi antar dengan negara Upaya lain ditunjukkan pada pertemuan
lain. Asumsi ini dapat dikaitkan dengan KTT ASEAN Jakarta 2021 yang dilaksanakan
kedekatan hubungan antara Indonesia dan pada hari Sabtu 24 April bertempat di kantor
Myanmar yang sudah terjalin cukup lama. kesekretariatan ASEAN, yang mana disamping
Berdasarkan pemaparan konstruktivisme secara khusus membahas upaya Myanmar
menurut Alexander Wendt, maka kemudian keluar dari krisis kudeta Militer juga membahas
diperoleh keterkaitan antara faktor idenntitas pembangunan masyarakat ASEAN, hubungan
dan norma dengan keputusan Indonesia untuk eksternal ASEAN dan isu-isu regional serta
mengambil tindakan tegas terhadap internasional. Pertemuan ini merupakan
pemerintahan militer Myanmar. Pemerintah pertemuan kali pertama secara fisik selama
Indonesia menunjukkan keprihatinan atas masa pandemi yang dihadiri oleh sembilan
terganggunya upaya demokratisasi di Myanmar perwakilan pemimpin Asia Tenggara. Para
dengan memberikan beberapa statement, salah petinggi negara yang tercatat hadir dalam
satunya yaitu statement yang mendesak semua konferensi ini adalah presiden Indonesia Joko
pihak yang ada di Myanmar untuk menahan diri Widodo didampingi Menteri Luar Negeri Retno
dan mengedapankan dialog, sehingga situasi Marsudi, Perdana Menteri Kamboja Hun Sen,
tidak semakin memburuk. Keinginan Indonesia Perdana Menteri Vietnam Pham Minh Chinh,
untuk membantu Myanmar pertama kali Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yasssin,
diumumkan dalam pernyataan bersama antara dan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien
Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Loong. Selain itu hadir pula petinggi negara
Malaysia, Muhyiddin Yassin di Jakarta pada 5 lain seperti Menteri Luar Negeri Filipina,
Februari 2021. Selain itu, Melalui laman Menteri Luar Negeri Thailand, Menteri Luar
Kementerian Luar Negeri, Indonesia juga Negeri Laos dan panglima junta Militer
Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing. Dalam

https://ojs.unikom.ac.id/index.php/gps |
139
Global Political Studies Journal
Volume 5 Nomor 2 Edisi Oktober 2021
P-ISSN 2301-749X E-ISSN 2686-2905
DOI 10.34010/gpsjournal.v5i2

sambutannya Retno Marsudi mengatakan harus ada dialog konstruktif mencari solusi
bahwa “komitmen para pemimpin untuk damai, ASEAN akan memfasilitasi mediasi,
bertemu secara fisik merupakan refleksi ASEAN akan memberikan bantuan
kekhawatiran yang dalam ASEAN terhadap kemanusiaan melalui AHA Centre, dan akan
situasi yang terjadi di Myanmar dan tekad ada utusan khusus ASEAN ke Myanmar.
ASEAN untuk membantu Myanmar keluar dari Kesuksesan konferensi ini dibarengi dengan
krisis ini”. (KTT ASEAN 2021, Youtube). disepakatinya proposal untuk mengakhiri
kekerasan di Myanmar oleh Jenderal Min Aung
Konferensi ini merupakan salah satu Hlaing walaupun kemudian hasil dari
bentuk kerja keras Indonesia untuk memastikan konsensus tersebut menimbukan berbagai
ASEAN Leaders Meeting ini dapat polemik dari warga Myanmar karena di dalam
terselenggara dengan baik. Dalam pidatonya konsensus tidak disebutkan poin pembebasan
Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa tahanan politik dan tidak ada jaminan bagi 700
“perkembangan situasi di Myanmar merupakan lebih demonstran yang menjadi korban
sesuatu yang tidak dapat diterima dan tidak kekerasan Militer Myanmar.
boleh terus berlangsung. Kekerasan harus
dihentikan dan demokrasi, stabilitas dan
perdamaian di Myanmar harus segera
dikembalikan. Kepentingan rakyat Myanmar 5. Kesimpulan dan Rekomendasi
harus selalu menjadi prioritas” (Kompastv, Mei Myanmar merupakan salah satu negara di
2021). Dalam sambutannya presiden Joko Asia Tenggara yang saat ini tengah mengalami
Widodo juga menegaskan permintaan konflik yang sangat sulit untuk diselesaikan.
komitmen untuk Junta Militer Myanmar. Disamping karena terhalang oleh prinsip non-
Permintaan komitmen pertama bahwa harus intervensi ASEAN, Myanmar juga cukup
dilaksanakan penghentian penggunaan menutup diri dari intevensi negara lain di dalam
kekerasan dari militer Myanmar, disaat yang urusan negaranya. Konflik kudeta yang
sama semua pihak harus menahan diri sehingga dilakukan oleh militer terhadap pemerintahan
ketegangan dapat diredakan. Permintaan sipil yang terjadi pada 1 Februari lalu belum
komitmen kedua proses dialog yang inklusif menemukan titik terang. Indonesia sebagai
harus dimulai, tahanan politik harus segera negara terbesar dan paling berpengaruh di
dilepaskan dan perlu dibentuk special envoy ASEAN juga sebagai negara yang
ASEAN yaitu Sekjen dan Ketua ASEAN untuk demokrasinya sudah cukup matang berani hadir
mendorong dialog dengan semua pihak di untuk memberikan upaya dan juga solusi dalam
Myanmar. Permintaan komitmen ketiga, menyelesaikan konflik yang terjadi, tetapi
pembukaan akses bantuan kemanusiaan dari kembali lagi kepada regulasi di dalam piagam
ASEAN yang dikoordinir oleh Sekjen ASEAN ASEAN yang melimitasi intervensi terhadap
bersama dengan AHA Centre dan Indonesia negara anggota lain sehingga upaya-upaya
berkomitmen untuk mengawal terus tindak penyelesaian konflik tidak bisa terealisasi
lanjut dari komitmen tersebut agar krisis politik secara maksimal. Berbagai upaya dan
di Myanmar dapat segera diatasi (Kompastv, pendekatan diplomasi dilakukan Indonesia,
Mei 2021). Pertemuan tersebut dinilai berhasil melalui multitrack diplomasinya yang
oleh berbagai pihak karena telah meghasilkan diimplementasikan dalam bentuk pertemuan
beberapa lima kesepakatan konsensus yang dengan negara-negara ASEAN, juga
garis besarnya sama degan apa yang berkoordinasi dengan sesama negara anggota
disampaikan oleh presiden Joko Widodo. PBB sebagai upaya serius untuk bisa segera
Konsesus tersebut menegaskan bahwa mengatasi konflik ini dan level formal lain
kekerasan di Myanmar harus segera dihentikan, seperti G to G (Government to Government)

https://ojs.unikom.ac.id/index.php/gps |
140
Global Political Studies Journal
Volume 5 Nomor 2 Edisi Oktober 2021
P-ISSN 2301-749X E-ISSN 2686-2905
DOI 10.34010/gpsjournal.v5i2

baik antara Indonesia dengan pemerintah yang dituju bisa membuka akses seluas-luasnya
Myanmar secara intens pun dilakukan. untuk menerima segala bentuk bantuan dari
negara lain termasuk Indonesia. Dengan adanya
Dengan menggunakan teori penelitian ini penulis mengharapkan sajian
konstruktivisme dengan berfokus pada konsep informasi yang diuat dalam tulisan ini bisa
identitas, penulis kemudian menganalisis semakin memperkaya khazanah keilmuan dan
kebijakan yang diambil Indonesia atas konflik dengan multitrack diplomasi yang dilakukan
yang terjadi di Myanmar dengan berkiblat Indonesia bisa sepenuhnya diimplementasikan
kepada konsep besar ini. Dalam pandangannya, dalam praktek-praktek diplomasi.
konstruktivisme lebih menekankan kepada
aspek budaya, dimana ia percaya bahwa negara
dipengaruhi oleh 'faktor sosial' seperti ide dan
norma. Konstruktivisme juga berpendapat Daftar Pustaka
bahwa perilaku dalam hubungan internasional Adian, Muhamad Firnas. 2003 “Prospek
tidak berasal dari kepentingan, melainkan Demokrasi di Myanmar”, dalam Jurnal
dimotivasi oleh identitas, norma, keyakinan, Universitas Paramadina Vol. 2 No. 2,
dan nilai. Maka dari itu, definisi kepentingan pp. 128-141.
dan penentuan arah tindakan satu negara
ditentukan oleh identitas dan norma sehingga Almezaini, Khalid S. 2012. The UAE and
kebijakan yang diambil Indonesia kaitannya Foreign Policy Foreign, Aid, Identities
dalam mengupayakan pemulihan dan and Interest. USA: Routledge.
penyelesaian konflik kudeta pemerintahan oleh Beach, D. (2012). Analyzing Foreign Policy:
militer adalah refleksi dari kepentingan Research Strategies and Methods.
nasional ynag dimiliki oleh Indonesia. Dalam Analyzing Foreign Policy, pp. 213–242.
hal ini, Indonesia sebagai negara di Asia
tenggara yang berhasil menerapkan sistem Behravesh, Maysam. 2011. “The Thrust of
demokrasi, tentu saja merupakan sebuah Wendtian Constructivism”, dalam
identitas yang kemudian mendorong http://www.e-ir.info/2011/03/09/the-
pemerintah Indonesia untuk bertindak secara thrust-of-wendtian-constructivism/
aktif. diakses 7 Juni 2021.
Berdasarkan uraian dari elaborasi diatas, Dugis, Visensio (Ed. Rev.). 2018.Teori
pengaruh prinsip non intervensi ASEAN Hubungan Internasioanl: Perspektif-
terhadap upaya negosiasi Indonesia dalam Perspektif Klasik. Surabaya: Arilangga
menangani konflik kudeta di Myanmar dapat University Press.
dilihat melaui dua sisi. Pertama, penerapan
Final Myanmar results show Aung San Suu
prinsip non-interference yang dilakukan oleh
Kyi's party won 77% of seats, The
ASEAN memberikan kelonggaran bagi negara-
Guardian, dalam
negara anggota untuk mengatur permasalahan
https://www.theguardian.com/world/20
internalnya, tanpa ada campur tangan dari
15/nov/23/final-myanmar-results-
negara lain. akan tetapi, di sisi lain, prinsip ini
show-aung-san-suu-kyis-party-won-77-
menjadi penghalang bagi negara-negara
of-seats diakses 9 Juni 2021.
anggota ASEAN untuk melaksanakan
mekanisme-mekanisme tertentu dalam Hasil Perhitungan Resmi Pemilu Myanmar
beberapa kasus, seperti kasus konflik kudeta Kukuhkan Kemenangan Partai Suu Kyi,
yang sedang terjadi sekarang ini. Sehingga Voa, september 2020 dalam
segala upaya yang dilakukan Indonesia akan https://www.voaindonesia.com/a/hasil-
bisa terlaksana secara maksimal apabila negara perhitungan-resmi-pemilu-myanmar-

https://ojs.unikom.ac.id/index.php/gps |
141
Global Political Studies Journal
Volume 5 Nomor 2 Edisi Oktober 2021
P-ISSN 2301-749X E-ISSN 2686-2905
DOI 10.34010/gpsjournal.v5i2

kukuhkan-kemenangan-partai-suu- Khoman, Thanat. 1992. “ASEAN Conception


kyi/5659389.html diakses 9 Juni 2021. and Evolution”, dalam www.asean.org.
diakses 30 Mei 2021.
Hill, C. 2003. The Changing Politics of Foreign
Policy. New York: Palgrave Macmillan. Kudeta Myanmar: Barat mengecam, Indonesia
dan tiga negara ASEAN minta konflik
Ikhsani, Munadia. 2019. “Diplomasi diselesaikan melalui 'mekanisme
Kemanusiaan Indonesia Terhadap hukum' dan 'dialog yang damai', BBC,
Myanmar di Bawah Prinsip Non februari 2021 dalam
Intervensi ASEAN” dalam Jurnal https://www.bbc.com/indonesia/dunia-
Demokrasi & Otonomi Daerah Vol. 17 55887214 diaskes 15 Juni 2021.
No. 2, pp. 85-166.
Kudeta Myanmar: Mengapa Indonesia
Indra, Erizon. 2014. “Kepatuhan Negara- diharapkan membantu mengatasi krisis
Negara ASEAN untuk Tidak Campur politik 'sahabat lama'?. BBC. maret
Tangan Dalam Menangani Persekusi 2021 dalam
Etnis Rohingnya di Myanmar” dalam https://www.bbc.com/indonesia/dunia-
Journal of Internasional Relations, Vol. 56222076 diakses ( Juni 2021.
4 No. 3, pp. 376-383.
Limsiritong, Nattapat. 2018. “Why ASEAN
Inter-Parliamentary Union, “Myanmar, Fails to Play Role in the Rohingya
Parliamentary Chamber: Pyithu Situation from the Perspective of
Hluttaw,” 27 May 1990, dalam ASEAN Charter”, dalam Asian Political
http://archive.ipu.org/parline- Science Review Vol. 1 No.2, pp. 73–79.
e/reports/arc/2388_90.htm diakses 10 https://doi.org/10.12778/235108617x1
Juni 2021. 5452339029761
Irewati, Awani. 2016. “Myanmar dan Matinya McKirdy, Euan. 2016 “New government role
Penegakan Demokrasi” dalam Jurnal created for Myanmar’s Aung San Suu
Penelitian Politik Vol. 4 No. 1, pp. 5-17. Kyi”, dalam
Jackson, Robert. & Sorensen, George (Ed). https://edition.cnn.com/2016/04/06/asia
2007. Introduction to International / aung-san-suu-kyi-state-counsellor-
Relations Theories and Approaches role-created/index.html diakses 7 Juni
Dritte. Oxford: Oxford University 2021.
Press. Myanmar’s Military Coup and Political Crises:
Jepperson, Wendt, & Katzenstein. 1996. The Way Forward. April 2021. dalam
Norms, Identity, and Culture in http://www.politik.lipi.go.id diakses 9
National Security. The Culture of Juni 2021.
National Security: Norms and Identity Myanmar's 2015 landmark elections explained.
in World Politics. New York: Columbia Desember 2015. dalam
University Press. https://www.bbc.com/news/world-asia-
Khanisa Krisman, Garis Awal Jalan Demokrasi 33547036 diakses 10 Juni 2021.
Myanmar. Diakses dalam Narine, Shaun. 2008. “Forty years of ASEAN:
http://www.politik.lipi.go.id/en/column a historical review”, dalam The Pacific
s/politik-internasional/624-garis-awal- Review Vol. 21 No. 4, pp. 411-429.
jalandemokrasi-myanmar.html.

https://ojs.unikom.ac.id/index.php/gps |
142
Global Political Studies Journal
Volume 5 Nomor 2 Edisi Oktober 2021
P-ISSN 2301-749X E-ISSN 2686-2905
DOI 10.34010/gpsjournal.v5i2

Nugroho, Arifin Surya. 2016. “Soekarno dan Wakhidah, W. & Mohtar, Mas'oed.
Diplomasi Indonesia”, dalam Jurnal 2014. Prinsip Non-Intervensi ASEAN
Sejarah dan Budaya Vol. 10 No. 2, pp. dalam Upaya Penyelesaian Konflik
125-131. Rohingya di Myanmar. UNSPECIFIED
https://dx.doi.org/10.17977/um020v10i thesis, Studi Ilmu Hubungan
22016p125. Internasional: Universitas Gadjah
Mada.
Rahmato, T. Y. (2017). “Prinsip Non-
Intervensi Bagi ASEAN Ditinjau dari Wema Satyadinata, K. Upaya Menuju
Perspektif Hak Asasi Manusia”. Dalam Demokrasi Di Myanmar Tahun 1990.
Jurnal HAM Vol 8 No. 2, pp. 145-159 Skripsi: Jurusan Ilmu Hubungan
Internasional.
Rosyidin, Mohamad. 2015. The Power of Ideas
Konstruktivisme dalm Studi Hubungan Wendt, Alexander. 1992. “Anarchy is What
Internasional. Yogyakarta: Tiara States Make of It: The Social
Wacana. Construction of Power Politics”, dalam
International Organization Vol. 46 No.
Saragih, Hendra Maulana. 2017. “Indonesia 2, pp. 391-425.
dan Responsibility to Protect Etnis
Muslim Rohingnya Myanmar”, dalam Wendt, Alexander. 1999. Social Theory of
Jurnal Kajian Keislaman dan International Politics First Edition.
Kemasyarakatan Vol. 2 No. 2, pp. 107- Cambridge: Cambridge University
124. Press.
Sato, Y., & Hirata, K. (Eds.). (2008). Norms, Yusuf., Choirul F. 2013. Dinamika Islam
Interests, and Power in Japanese Filipina, Burma, dan Thailand (Jakarta:
Foreign Policy. Puslitbang Lektur dan Khazanah
Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat,
Sundari, Rio., Rendy, Sary Prayuda, & Venita, Kementerian Agama RI, 2013).
Dian. 2021. “Upaya Diplomasi
Pemerintah Indonesia Dalam Mediasi Zartman, William., & Faure, Guy Oliver. 2005.
Konflik Kemanusiaan di Myanmar” Escalation and Negotiation in
dalam Jurnal Niara Vol. 14 No. (1), pp. International Conflict. Cambridge:
177-187. Cambridge University Press.
https://doi.org/10.31849/niara.v14i1
Tan, See Seng. 2011. “Is Asia-Pasific
Regionalism Outgrrowing ASEAN?”,
dalam The RUSI Journal Vol. 156 No.
1, pp.58–62.
The Irrawady, Burma Election 2010, Februari
2010, Vol. 18 No. 2, diakses dalam
https://www2.irrawaddy.com/article.ph
p?art_id=17712 diakses 11 Juni 2021.
Triono. 2014. “Peran ASEAN dalam
Penyelesaaian Konflik Etnis Rohingya”
dalam Jurnal TAPIs Vol .10 No. 2, pp.
1-11.

https://ojs.unikom.ac.id/index.php/gps |

You might also like