You are on page 1of 7

KUALITAS DNA HASIL ISOLASI DARI BEBERAPA BAGIAN BATANG

RAMBUT UNTUK BAHAN ANALISIS DNA FORENSIK

Yuni Ahda, Ilva Rozi Muharni, Dwi Hilda Putri

Staf Pengajar Kimia di Jurusan Biologi Universitas Negeri Padang

ABSTRACT
Hair and blood spots are two examples of forensic evidence that may be found at
the crime scene. For DNA fingerprint analysis, those samples can be used as sources of
DNA. Part of hair that most often used in DNA fingerprint analysis is root of hair because
they contain much DNA. But in fact, samples found in the field are not always intact, such
as hair without a root. Therefore, DNA isolation should be done from the hair shaft. The
same thing happens to blood cells, in which fresh blood is a best source of DNA for isola-
tion. However, the reality on the scene, which is often found dried blood spots that should
be sought as much as possible to get DNA from the samples available. The purpose of this
study is to find the procedure of DNA isolation of the hair shaft and dried blood spots on
the fabric and to determine the quality of DNA isolation. The study was a descriptive study
with the working stages are the isolation of DNA from the hair shaft and dried blood spots
on the fabric by modifying the procedure of DNA isolation from sources of fresh cells,
DNA amplification using the primers Gaeno and STR D7S820, and electrophoresis of PCR
product to analyse the quality of DNA amplification. The results showed that DNA could
only be isolated from the hair shaft close to the roots. This is evidenced by the formation of
PCR products amplified using primers Gaeno and STR D7S820. DNA isolation that is per-
formed in the middle and the end of the hair shaft does not get the DNA, as evidenced by
the unsuccessful amplification using template DNA derived from both parts of the hair.
DNA isolation is also successfully carried out from dried blood spots with a volume of 300
ml, 400 ml and 500 ml. DNA amplification using the primers Gaeno gave positive results
using template DNA from dried blood of the three kind volume, but the amplification of
STR using D7S820 primers produce only positive on the source of DNA isolated from 500
ml of dried blood spots.
Keyword: Hair, blood spots, DNA isolation

PENDAHULUAN identifikasi, DNA tidak dapat berubah


Deoxyribonucleic acid (DNA) sepanjang hidup seseorang seperti halnya
alat identifikasi konvensional (sidik jari)
merupakan bagian dari sel yang dapat
dipakai sebagai alat identifikasi suatu yang dapat berubah karena luka atau
operasi (Betsch, 1994 dalam Jennifer et al.,
organisme termasuk manusia. Penggunaan
DNA sebagai alat identifikasi dikarenakan 2007). Bagian DNA yang dilacak adalah
keidentikannya pada setiap sel pada satu daerah yang kaya dengan pengulangan
organisme atau dapat ditelusuri kesama nukleotida-nukleotida tertentu yang dikenal
annya pada beberapa generasi yang dengan DNA fingerprint.
mempunyai hubungan kekerabatan. Karena Analisis DNA fingerprint pada
prinsipnya mengambil DNA dari sampel
keidentikan dari DNA pada setiap sel pada
satu organisme, maka bagian sel manapun sel hidup dari bagian tubuh yang paling
dari tubuh dapat dipakai sebagai sampel tidak memberikan rasa sakit pada individu
(Atmadja, 1996; Hays, 2008). Sebagai alat yang diambil dan dapat menyediakan DNA
genom dalam jumlah yang cukup untuk

EKSAKTA Vol. 1 Tahun XIII Februari 2012 87


kegiatan analisis. Namun, kondisi ideal Dua inkubator dipanaskan masing-
tersebut terkadang tidak bisa terpenuhi masing suhu 37oC dan suhu 95oC. Lima be
dalam segala situasi, sehingga perlu las helai rambut diambil dengan memotong
diupayakan mendapatkan sampel DNA dari batang rambut pada bagian yang dekat ke
sumber sel yang cukup sulit. Salah satu akar rambut menggunakan pisau steril. Ba
contoh adalah dalam kasus pemerkosaan tang rambut bagian pangkal, tengah dan
atau pembunuhan dimana bukti di tempat ujung (masing-masing 5 cm) dipotong lebih
kejadian perkara hanyalah helaian rambut kurang 1,5 cm – 1,5 cm, lalu dimasukkan
yang tidak utuh. Helaian rambut hanyalah ke dalam tiga tabung eppendorf yang telah
disusun oleh sel-sel mati yang semakin ke berisi larutan untuk isolasi DNA. Tabung
ujung semakin tua umur sel matinya. Sel eppendorf tersebut selanjutnya dimasukkan
mati sebetulnya masih mengandung DNA, ke dalam inkubator suhu 37oC selama 42
namun kondisinya tidak sebagus sel hidup jam. Setelah itu tabung eppendorf
sehingga untuk mengisolasi DNA dari sel dimasukkan kembali ke dalam inkubator
mati diperlukan teknik khusus yang suhu 95oC selama 10 menit. Kemudian
dimodifikasi dari prosedur standar isolasi tabung eppendorf dan isinya disentrifugasi
DNA sel hidup. dengan kecepatan 13000 rpm selama 1
Keberhasilan isolasi DNA sangat menit. Ambil supernatannya, masukkan ke
ditentukan oleh kuantitas dan kualitas sel eppendorf baru. Terakhir, tabung eppendorf
yang diisolasi. Semakin banyak jumlah sel disimpan dalam kulkas dengan suhu -4oC.
sumber DNA dan semakin baik kualitas sel 2. Penentuan Kualitas DNA Hasil Isolasi
tersebut dalam arti tidak terkontaminasi Berdasarkan Kemampuan DNA
dengan sel dari organisme lain atau bahan- Sebagai Cetakan Dalam PCR
bahan pengganggu lainnya, maka semakin
a. PCR dengan primer GAENO
banyak jumlah dan bagus kualitas DNA
Masukkan campuran PCR ke dalam
yang didapatkan. Isolasi DNA dari batang
PCR tube, yaitu 36,85 µl dH2O + 5 µl
rambut telah berhasil dilakukan oleh
buffer 10x + 3 µl MgCl2 + 2 µl dNTP +
Chang, et al. (2002). Penelitian yang dila
0,75 µl taq polimerase + 4 µl primer for-
kukan Chang et al. (2002) memperlihatkan
ward 5'-ATGTTGGTCAGGCTGACTAT
konsentrasi DNA hasil isolasi dari pangkal
G-3' + 4 µl primer reverse 5'-GATTCCA
batang rambut berkisar dari 0.02-20 ng per
CATTTATCCTCATTGAC-3' + DNA ha
20 mg rambut. Namun Chang et al. (2002)
sil isolasi ke dalam PCR tube sebanyak 10
hanya mendapatkan DNA dari pangkal
µl (Fermentas, 2008). PCR tube yang telah
batang rambut dan belum berhasil
berisi campuran PCR dimasukkan ke dalam
mendapatkan DNA dari rambut bagian
mesin PCR.Setelah itu, dilakukan pengatu
tengah dan ujung rambut. Penelitian ini
ran temperatur pada mesin PCR dengan
bertujuan mendapatkan prosedur isolasi
temperatur siklus yang digunakan adalah
DNA dari beberapa bagian rambut
94oC selama 1 menit (denaturasi),
(pangkal, bagian tengah dan bagian ujung
annealing pada suhu 66oC selama 1 menit,
rambut) dan menentukan kualitas DNA dari
elongasi pada suhu 72oC selama 1 menit
hasil isolasi tersebut.
dengan jumlah siklus 40 dan dilengkapi
dengan 10 menit pada suhu 94oC
METODE PENELITIAN
(denaturasi awal) 1x di awal siklus, dan 1x
1. Isolasi DNA dari Batang Rambut pada 72oC selama 10 menit diakhir siklus.
Tiga buah eppendorf masing-
masing diisi dengan 100 µL larutan isolasi b. PCR dengan primer D7S820
Masukkan campuran PCR ke dalam
DNA (50 mM Tris, 1 mM EDTA, 0,5%
PCR tube, yaitu 36,85 µl dH2O + 5 µl
Tween-20, Proteinase K) (konsentrasi 200
µg/mL). buffer 10x + 3 µl MgCl2 + 2 µl dNTP +

88 Yuni Ahda
0,75 µl taq polimerase + 4 µl primer for- HASIL DAN PEMBAHASAN
ward 5'-CATGAGGCTCAGCCCCAGA
1. Optimasi Isolasi DNA dari Batang
AC-3' + 4 µl primer reverse 5'-AGTCAA
Rambut
TCCCTTTGGTGTTCAC -3' + DNA hasil
Optimasi isolasi DNA dari batang
isolasi ke dalam PCR tube sebanyak 10 µl.
rambut perlu dilakukan untuk menemukan
PCR tube yang telah berisi campuran PCR
cara isolasi yang tepat agar menghasilkan
dimasukkan ke dalam mesin PCR. Setelah
DNA dengan kualitas yang diharapkan.
itu, dilakukan pengaturan temperatur pada
Optimasi dilakukan berdasarkan cara
mesin PCR dengan temperatur siklus yang
isolasi DNA dari akar rambut. Dalam
digunakan adalah 94oC selama 1 menit
penelitian ini, isolasi DNA dari batang
(denaturasi), annealing pada suhu 62oC se
rambut mengacu pada cara isolasi DNA
lama 1 menit, elongasi pada suhu 72oC
yang telah dilakukan oleh Kotsimbos et al.
selama 1 menit dengan jumlah siklus 40
(1994) dalam Fatchiyah dkk. (2008) dan
dan dilengkapi dengan 10 menit pada suhu
Asrizal (2006) yang dapat dilihat pada
94oC (denaturasi awal) 1x di awal siklus,
Tabel 2.
dan 1x pada 72oC selama 10 menit diakhir
Isolasi DNA merupakan proses
siklus.
pengeluaran DNA dari tempatnya berada
c. Elektroforesis Gel Agarose
(Fatchiyah dkk, 2008). Untuk mengeluar
Gel agarose dibuat dengan
kan DNA, diperlukan proses pelisisan
melarutkan agarose sebanyak 1,5 gram ke
membran sel. Pada proses isolasi DNA dari
dalam 100 ml TAE 1X. Larutan
batang rambut digunakan beberapa zat,
dihomogenkan dengan menggunakan hot
seperti EDTA, Tween-20 dan proteinase K
plate magnetic stirer. Setelah homogen,
sebagai perusak membran sel. EDTA
larutan didiamkan pada suhu ruangan. Jika
berperan dalam menghilangkan ion Mg2+
suhu gel agarose sudah mencapai ± 60oC,
yang penting untuk mempertahankan
tambahkan 1 µl etidium bromida (EtBr) ke
struktur sel (Brown, 1991). Penambahan
dalam agar. Agar dituang ke dalam cetakan Tween-20 dalam larutan isolasi DNA akan
yang sebelumnya sudah dibatasi dan telah membantu menghilangkan lipid yang
diletakkan sisir. Tunggu sampai keras. membangun membran sel. Untuk memecah
Setelah agar keras, pembatas dibuka dan protein yang membangun membran sel,
sisir diangkat. Agar dan cetakan diletakkan dibutuhkan enzim Proteinase K yang akan
dalam elektroforesis chamber. Lalu
bekerja optimal pada suhu inkubasi 37oC –
masukkan TAE 1X kira-kira 300 ml
56oC. Suhu yang terlalu rendah atau terlalu
(sampai menutup gel agarose). Campuran
tinggi akan menyebabkan menurunnya
DNA dan loading dye dengan komposisi
aktivitas proteinase K (Promega, 2010).
5:1 (DNA: loading dye) dimasukkan ke
Pada penelitian ini, suhu inkubasi
dalam sumur gel agarose. Lalu chamber yang digunakan adalah 37oC. Untuk lang
ditutup dan diberi arus listrik 90 volt
kah awal, inkubasi pada suhu 37oC dilaku
selama 1 jam. Gel hasil elektroforesis kan selama 1 malam (Kotsimbos et al.,
diamati pada UV Transluminator dan 1994 dalam Fatchiyah, 2008). Hasil isolasi
difoto (Asrizal, 2006). menujukkan konsentrasi DNA yang relatif
3. Teknik Analisis Data kecil karena pita yang terbentuk pada visua
Data kualitas DNA hasil isolasi lisasi hasil elektroforesisnya sangat tipis.
dianalisis secara deskriptif dengan melihat Oleh karena itu, dilakukan penambahan
kemampuan DNA sebagai cetakan pada waktu inkubasi untuk mendapatkan hasil
proses amplifikasi dengan menggunakan yang optimal. Waktu inkubasi yang lebih
primer GAENO untuk daerah gen dan lama pada suhu 37oC – 56oC kadang dibu
primer D7S820 untuk daerah STR D7S820. tuhkan untuk optimalisasi kerja proteinase
K (Promega, 2010). Dari beberapa waktu

EKSAKTA Vol. 1 Tahun XIII Februari 2012 89


inkubasi yang telah dilakukan, didapatkan primer GAENO. Primer GAENO berperan
hasil yang paling baik pada waktu inkubasi dalam mendeteksi mutasi pada gen yang
42 jam. bertanggung untuk hipertensi. Namun, pada
penelitian ini, primer GAENO hanya
2. Konfirmasi DNA Hasil Isolasi
digunakan untuk proses amplifikasi untuk
dengan PCR
melihat kemampuan DNA hasil isolasi
Keberhasilan proses isolasi DNA
dapat dilihat dari kemampuan DNA hasil sebagai cetakan pada PCR. Produk PCR
harus dielektroforesis untuk memisahkan
isolasi untuk dapat digunakan sebagai
cetakan pada proses amplifikasi (Sambrook DNA berdasarkan berat molekulnya
dengan bantuan arus listrik (Campbell, Jane
dan David, 2001). Oleh karena itu,
dan Lawrence, 2002). Hasil elektro
dilakukan amplifikasi DNA hasil isolasi
foresisnya dapat dilihat pada Gambar 3.
dari batang rambut dengan menggunakan

Gambar 3. Visualisasi Hasil Elektroforesis Produk PCR dengan Primer GAENO (M:
Marker 100 bp, P: DNA cetakan hasil isolasi bagian pangkal, T: DNA
cetakan hasil isolasi bagian tengah, U: DNA cetakan hasil isolasi bagian
ujung)
Gambar 3 menunjukkan keber amplifikasi STR dengan menggunakan
hasilan proses isolasi pada bagian batang DNA hasil isolasi dari rambut. Pada proses
rambut yang dekat ke akar dan amplifikasi STR, primer yang digunakan
keberhasilan proses amplifikasinya. Hal ini adalah primer D7S820 yang berperan untuk
dibuktikan dengan terlihatnya pita DNA mengenali daerah STR D7S820 (National
yang berada diantara pita marker 200 bp Institute of Standards and Technology,
dan 300 bp. Hal ini sesuai dengan yang 2007). Untuk tahap pertama, dilakukan
diharapkan bahwa primer akan amplifikasi pada DNA hasil isolasi dari
mengamplifikasi DNA dan menghasilkan akar rambut. Produk PCR kemudian
pita dengan panjang tertentu. Gambar 3 dielektroforesis untuk digunakan sebagai
menunjukkan bahwa DNA hasil isolasi dari kontrol positif bagi proses amplifikasi
batang rambut memiliki kualitas yang berikutnya. Langkah ini juga berperan
relatif bagus karena dapat digunakan dalam proses optimasi primer. Namun
sebagai cetakan pada proses amplifikasi. dalam penelitian ini, optimasi primer yang
dilakukan hanya sampai primer D7S820
3. Deteksi STR Menggunakan Primer
dapat berkerja dalam proses amplifikasi
D7S820
dan menghasilkan produk yang spesifik.
Untuk menguji kemampuan DNA
Hasil elektroforesis produk PCRnya dapat
sebagai cetakan dalam teknik DNA
dilihat pada Gambar 4.
Forensik, maka dilakukan proses

90 Yuni Ahda
Gambar 4. Visualisasi Hasil Elektroforesis Produk PCR dengan Primer D7S820
menggunakan DNA cetakan hasil isolasi dari akar rambut (M: marker 100
bp, 1: produk PCR)
Dari visualisasi hasil elektroforesis DNA dengan pita yang pendek setelah
pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa primer elektroforesis. Hal ini juga menandakan
D7S820 telah bekerja. Kerja dari primer kurangnya konsentrasi DNA cetakan pada
dapat dilihat dengan dihasilkannya DNA reaksi PCR (Yuwono, 2006).
dengan pita yang terdapat diantara marker Berdasarkan hasil pada Gambar 4,
200 bp dan 300 bp dari pita-pita marker dapat dikatakan bahwa individu pemilik
100 bp DNA Ladder. Pita DNA pada DNA untuk isolasi memiliki daerah STR
Gambar 3 diyakini sebagai pita STR yang homozigot pada kromosom no 7 nya.
D7S820 karena daerah ini memiliki unit Artinya, kedua kromosom no 7 pada indi
pengulangan 4 basa dengan jumlah vidu tersebut memiliki daerah STR D7S820
pengulangan 16-44. Jika dilihat dari posisi dengan panjang basa yang sama. Hal ini
pita yang dihasilkan, diperkirakan daerah dapat diketahui dari terbentuknya pita
STR pada DNA hasil isolasi memiliki tunggal setelah elektroforesis.
jumlah pengulangan 39-44 kali. Langkah berikutnya adalah deteksi
Pada Gambar 4 juga terdapat sebuah daerah STR pada DNA hasil isolasi dari
pita yang berada di bawah pita 100 bp. Pita batang rambut dengan primer D7S820.
ini diyakini sebagai dimer karena dimer Proses amplifikasi dilakukan dengan
juga terdapat pada sumur lainnya. Dimer menggunakan DNA cetakan yang merupa
merupakan keadaan dimana kedua primer kan hasil isolasi dari bagian pangkal, te
yang digunakan pada proses amplifikasi ngah dan ujung batang rambut. Hasil elek
membentuk ikatan sehingga dihasilkan troforesisnya dapat dilihat pada gambar 5.

a b
Gambar 5. Visualisasi Hasil Elektroforesis Produk PCR dengan Primer D7S820
Menggunakan DNA Cetakan Hasil Isolasi dari Batang Rambut (a: produk
PCR dengan DNA cetakan dari pangkal batang rambut, b: produk PCR

EKSAKTA Vol. 2 Tahun XI Juli 2010 91


dengan DNA cetakan dari tiga bagian batang rambut (pangkal (P),
tengah(T) dan ujung(U))
Dari hasil elektroforesis pada ujung batang rambut karena dapat
Gambar 5, dapat dilihat adanya pita DNA digunakan sebagai cetakan pada proses
antara marker 200 bp dan 300 bp sama amplifikasi daerah STR D7S820.
seperti yang terlihat pada Gambar 4.
Gambar 5a menunjukkan kualitas DNA DAFTAR PUSTAKA
hasil isolasi dari batang rambut hampir Anonimous. (2010). “Hair”. http://wikipe
sama dengan isolasi DNA dari akar rambut. dia.org/hair.htm. Diunduh tanggal 20
Hasil yang ditunjukkan pada Gambar 5b sJuli 2010.
menandakan hasil yang konsisten terhadap Asrizal, A. (2006). “Kualitas dan
hasil isolasi DNA dari batang rambut. Hasil Kuantitas DNA Hasil Isolasi dari
penelitian menunjukkan bahwa bagian Beberapa Jaringan Yang Berbeda
batang rambut yang memiliki DNA dengan Untuk Bahan Dasar Analisis DNA
kualitas paling baik untuk dijadikan bahan Finger print”. Tugas Akhir tidak
analisis DNA forensik adalah batang diterbitkan. Fakultas Matematika dan
rambut yang paling dekat dengan akar Ilmu Pengetahuan Alam – Universitas
(Gambar 3 dan Gambar 5b). Pada Negeri Padang.
penelitian ini juga ditemukan bahwa bagian Atmadja, D. S. (1996). “Ilmu Kedokteran
lain dari batang rambut (tengah dan ujung) Forensik Molekuler dan Perkem
tidak dapat digunakan sebagai bahan isolasi bangannya di Indonesia”. Presenta
DNA untuk bahan analisis DNA forensik. si Syukuran Dicapainya Ge lar PhD
Batang rambut tidak mengalami dari Kobe University School of Medi
aktivitas biokimia atau dengan kata lain cine. Jakarta.
selnya telah mati. Saat tumbuh ke luar Chang, H. W. et al. (2002). “Genotype
kulit, sel-sel rambut berhenti menyerap Analysis Using Human Hair Shaft”.
nutrisi dan mulai menghasilkan keratin. Cancer Epidemiology, Biomarkers
Proses ini dinamai keratinisasi. Saat dan Prevention (Vol. 11).
keratinisasi, sel-sel rambut pun mati. Fatchiyah, dkk. (2008). Analisa Biologi
Bersama keratin, sel-sel mati itu kemudian Molekuler. Malang: Universitas
membentuk batang rambut (Anonimous, Brawijaya.
2010). Kemungkinan faktor inilah yang Hays, Dustin. (2008). DNA, Forensics,
menyebabkan mengapa sulitnya megisolasi and the Law. Washington DC: Ge
DNA pada bagian tengah dan ujung batang netics and Public Policy Center.
rambut. Logikanya, semakin ke ujung, usia Jennifer, et al. (2007). “DNA Finger
selnya semakin tua dan lapisan keratinnya printing”. An Interactive Qua lifying
makin tebal. Project Report. Faculty of Worcester
Polytechnic Institute.
KESIMPULAN Lutfig, M. A. et al. (2001). “DNA and Fo
1. Telah ditemukan prosedur isolasi DNA rensic Science”. New England Law
genom dari batang rambut dengan Review (Vol. 35).
modifikasi cara kerja Kotsimbos et al. Promega. 2010. “Proteinase K”. http://
(1994) dan Kotsimbos et al. (1994) promega.com/proteinase K/pdf. Di
dengan menambah waktu inkubasi unduh tanggal 20 Juli 2010.
pada suhu 37oC menjadi 42 jam. Riany, H. (2008). “Isolasi DNA Genom
2. DNA hasil isolasi dari pangkal batang dan Amplifikasi Gen rpoB Myco
rambut memiliki kualitas yang paling bacterium tuberculosis Dari Sputum
baik dibandingkan bagian tengah dan Pasien Positif Pewarnaan Basil Ta

92 Yuni Ahda
han Asam (BTA)”. Tugas Akhir Yuwono, T. (2006). Teori dan Aplikasi
tidak diterbitkan. Fakultas Matema Polymerase Chain Reaction.
tika dan Ilmu Pengetahuan Alam- Yogyakarta: Andi.
Universitas Negeri Padang.

EKSAKTA Vol. 1 Tahun XIII Februari 2012 93

You might also like