Professional Documents
Culture Documents
net/publication/353314818
CITATIONS READS
0 110
3 authors, including:
Safar Uddin
PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk. Indonesia
73 PUBLICATIONS 0 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Safar Uddin on 17 July 2021.
Abstract
This study aims to determine several factors that hinder the achievement of the Hammer Crusher
production target in the form of technical and non-technical obstacles. Hammer Crusher production
target is 150,000 tons per month. These obstacles cause the Hammer Crusher unit to work less than
optimally so that the production target to be achieved is not achieved. To find out the obstacles that
make the crusher unit work not achieved, it is necessary to analyze the tool itself. analysis is needed to
determine the efficiency and productivity of the crusher unit in order to know the estimated daily
production of the Hammer Crusher and provide solutions to the factors that make the performance of
the unit work optimally so that it is hoped that an increase in the efficiency and productivity of the
Hammer Crusher unit will be obtained.
The research method is carried out by looking for library materials that can support research purposes
related to the understanding of comminution, types of crushers, crusher working principles, and
calculation methods obtained from: 1. PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk, 2. Library. 3. Internet 4.
Scientific journals. Observation activities were carried out by observing directly the production activities
of the Hammer Crusher as a crushing tool for limestone at PT Semen Baturaja (Persero) Tbk. These
observations will be used as a reference to determine the next data collection process. Data retrieval is
done to obtain the data needed in conducting research.
This study came to the following conclusions: 1. By maximizing the production of the Hammer
Crusher in accordance with the actual capacity of the tool design, the resulting production is 182,400
tons/month, which means that the production target for the Hammer Crusher is achieved. 2. The rock
fragmentation resulting from blasting and the characteristics of the rock to be crushed greatly affect the
performance of the Hammer Crusher. Different rock characteristics according to the location of the
blasting carried out make the capacity of the Primary Crusher different every day. 3. The value of the
availability of the Hammer Crusher tool is still high so that the tool does not work optimally. 4.
Standby time in Primary Crushing is still very high where non-technical factors are the biggest factors
that make standby time in Primary Crushing large.
1
Safaruddin, Raka Pratama Nugraha
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beberapa faktor yang menyebabkan
terhambatnya pencapaian target produsi Hammer Crusher berupa hambatan teknis
maupun non teknis. Target produksi Hammer Crusher yaitusebesar 150.000 ton per
bulan. Hambatan-hambatan tersebut menyebabkan kurang optimalnya kerja unit Hammer
Crusher sehingga tidak tercapainya target produksi yang ingin dicapai. Untuk mengetahui
hambatan yang membuat kerja unit crusher tidak tercapai diperlukan analisis pada alat itu
sendiri. analisis diperlukan untuk mengetahui efisiensi maupun produktivitas unit crusher
agar mengetahui perkiraan produksi Hammer Crusher harian dan memberikan solusi
terhadap faktor yang membuat kinerja dari unit tersebut agar bekerja secara optimal
sehingga diharapkan diperoleh peningkatan terhadap nilai efisiensi dan produktivitas unit
Hammer Crusher.
Metode penelitian dilakukan dengan mencari bahan-bahan pustaka yang dapat menunjang
keperluan penelitian berkaitan pengertian kominusi, jenis-jenis alat peremuk, prinsip kerja
alat peremuk, dan metode-metode perhitungan yang diperoleh dari: 1. PT. Semen Baturaja
(Persero) Tbk, 2.Perpustakaan. 3.Internet 4.Jurnal-jurnal ilmiah. Kegiatan pengamatan
dilakukan dengan mengamati secara langsung aktivitas produksi Hammer Crusher sebagai
alat peremuk batu kapur yang ada di PT Semen Baturaja (persero) Tbk. Pengamatan
tersebut nantinya digunakan sebagai acuan untuk menentukan proses pengambilan data
selanjutnya. Pengambilan data dilakukan untuk memperoleh data-data yang diperlukan
dalam melakukan penelitian.
Penelitian ini sampai pada kesimpulan berupa: 1. Dengan memaksimalkan produksi alat
Hammer Crusher sesuai dengan kapasitas nyata desain alat, produksi yang dihasilkan
menjadi 182.400 ton/bulan yang artinya target produksi pada Hammer Crusher tercapai.
2. Fragmentasi batuan hasil peledakan dan karakteristik dari batuan yang akan diremukkan
sangat mempengaruhi kinerja dari Hammer Crusher, Karakteristik batuan yang berbeda-
beda sesuai dengan lokasi peledakan yang dilakukan membuat kapasitas dari Primary
Crusher berbeda-beda setiap harinya. 3. Nilai kesediaan alat Hammer Crusher masih tinggi
sehingga alat bekerja belum maksimal. 4. Waktu standby pada Primary Crushing masih
sangat tinggi dimana faktor non teknis menjadi faktor terbesar yang membuat waktu
standby pada Primary Crushing menjadi besar.
Pendahuluan
Proses Penambangan batu kapur di PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk. yang
terletak di kabupaten Baturaja, Sumatera Selatan dilakukan dengan menggunakan
metode peledakan, dimana pada metode peledakan batuan yang masih kompak
diuraikan dengan cara diledakan sehingga batuan yang masih kompak tadi berubah
menjadi bongkahan-bongkahan dengan ukuran yang berbeda-beda. Ukuran batuan
yang berbeda-beda tersebut harus diseragamkan ukurannya agar dapat lebih mudah
Jurnal Kotamo
Volume 1 No. 4 (2021)
E-ISSN: 9677-0962
Website: https://jurnal.smbr.co.id/index.php/kotamo/index
diolah ke tahap selanjutnya atau untuk dipasarkan. Oleh sebab itu, perlu dilakukan
proses pengolahan untuk mereduksi ukuran batuan tersebut.
Proses Pengolahan batu kapur di PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk.
Dilakukan dengan dua tahap yaitu Primary Crushing dan Secondary Crushing
dimana pada Primary Crushing menggunakan Hammer Crusher sebagai alat
peremukan yang memiliki 150.000 ton per bulan. Proses pengolahan batuan
diawali dengan masuknya batuan yang diangkut oleh dumptruck ke hooper pada
Hammer Crusher untuk direduksi agar bongkahan hasil dari peledakan
sebelumnya memiliki fragmentasi yang sesuai untuk untuk diolah ke tahap
selanjutnya.
Beberapa faktor yang menyebabkan terhambatnya pencapaian target produsi
Hammer Crusher berupa hambatan teknis maupun non teknis. Target produksi
Hammer Crusher yaitusebesar 150.000 ton per bulan. Hambatan-hambatan
tersebut menyebabkan kurang optimalnya kerja unit Hammer Crusher sehingga
tidak tercapainya target produksi yang ingin dicapai.
Untuk mengetahui hambatan yang membuat kerja unit crusher tidak tercapai
diperlukan analisis pada alat itu sendiri. analisis diperlukan untuk mengetahui
efisiensi maupun produktivitas unit crusher agar mengetahui perkiraan produksi
Hammer Crusher harian dan memberikan solusi terhadap faktor yang membuat
kinerja dari unit tersebut agar bekerja secara optimal sehingga diharapkan diperoleh
peningkatan terhadap nilai efisiensi dan produktivitas unit Hammer Crusher.
Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini, yaitu; 1.Faktor apa saja yang
menyebabkan target produksi Hammer Crusher tidak tercapai? 2. Bagaimana
efisiensi kerja dan kesediaan alat unit Hammer Crusher di PT. Semen Baturaja
(Persero) Tbk.? 3. Bagaimana cara mengoptimalkan kerja unit Hammer Crusher
agar mencapai target produksi di PT Semen Baturaja (Pesero) Tbk.?
Permasalahan penelitian dibatasi hanya pada kajian teknis peremukan batu
kapur pada unit Hammer Crusher, faktor yang menyebabkan komponen alat tidak
dapat bekerja secara maksimal dalam mencapai target produksi di PT. Semen
3
Safaruddin, Raka Pratama Nugraha
Baturaja (Persero), Tbk. sehingga diharapkan ditemukan solusi yang tepat terhadap
permasalahan tersebut.
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan di unit kerja Produksi bagian crushing plant di PT. Semen
Baturaja (persero), Tbk.PT. Semen Baturaja (Persero), Tbk yang berlokasi terletak di Desa
Pusar Kecamatan Baturaja Barat Kabupaten OKU Provinsi Sumatera Selatan. Secara
geografis terletak pada koordinat 104o08’35,52” BT-104o09’09,08” BT dan 04o06’58,94”
LS-04o07’32,25” LS (Kantor Bagian EPT PTSB, 2017). Lokasi pabrik Baturaja berjarak
±2,5 km dari pusat Kota Baturaja dan berjarak 198 km dari Kota Palembang, serta ±270
km daripabrik Panjang, Provinsi Lampung.
Studi Literatur dilakukan dengan mencari bahan-bahan pustaka yang dapat
menunjang keperluan penelitian berkaitan pengertian kominusi, jenis-jenis alat peremuk,
prinsip kerja alat peremuk, dan metode-metode perhitungan yang diperoleh dari: 1. PT.
Semen Baturaja (Persero) Tbk, 2.Perpustakaan. 3.Internet 4.Jurnal-jurnal ilmiah.
Kegiatan pengamatan dilakukan dengan mengamati secara langsung aktivitas produksi
Hammer Crusher sebagai alat peremuk batu kapur yang ada di PT Semen Baturaja
(persero) Tbk. Pengamatan tersebut nantinya digunakan sebagai acuan untuk menentukan
proses pengambilan data selanjutnya. Pengambilan data dilakukan untuk memperoleh
data-data yang diperlukan dalam melakukan penelitian. Data tersebut terdiri dari: a. Data
primer, adalah data yang diperoleh langsung dari penelitian sebagai sumber dari informasi
yang dicari. Data primer yang diambil antara lain: -Data ukuran umpan Primary Crushing
dan Data ukuran produk Primary Crushing; b. Data sekunder adalah data yang diperoleh
dari pihak lain, tidak langsung diperoleh dari peneliti dari subyek penelitiannya. Data
sekunder yang menunjang penelitian tugas akhir ini meliputi :
- Data total produksi Hammer Crusher.
- Data total input dan output Hammer Crusher.
- Data waktu kerja efektif unit Hammer Crusher.
- Data hambatan operasional unit Primary Crushing.
- Data target produksi batu kapur per bulan.
Jurnal Kotamo
Volume 1 No. 4 (2021)
E-ISSN: 9677-0962
Website: https://jurnal.smbr.co.id/index.php/kotamo/index
5
Safaruddin, Raka Pratama Nugraha
Proses pemecahan batu kapur (Lampiran C) antara lain batu kapur yang
digali, dimuat, dan diangkut dari area penambangan Kuari Pusar dengan
Jurnal Kotamo
Volume 1 No. 4 (2021)
E-ISSN: 9677-0962
Website: https://jurnal.smbr.co.id/index.php/kotamo/index
menggunakan excavator Komatsu (kapasitas bucket 2,1 m3) dan dump truck Nissan
(kapasitas 20 ton) langsung dituangkan kedalam limestone hopper. Appron feeder
(15-CC-01) dengan variable speed, kemudian memasukkan bongkahan batu kapur
kedalam single shaft Hammer Crusher (15-CR-01) secara bertahap. Kemudian,
bongkahan batu kapur akan langsung dipukul oleh hammers dan dibenturkan ke
impact wall linin agar bongkahan material batu kapur pecah.
Produk reduksi batu kapur yang lolos saringan akan masuk kedalam
discharge steel conveyor (15-CC-03), sedangkan material jatuhan dari appron feeder
(15-CC-01) kemudian ditampung oleh drag chain (15-CC-02) dan langsung
masuk kedalam discharge steel conveyor. Selanjutnya produk reduksi akan melalui
serangkaian seri belt conveyor, yaitu inclined belt conveyor (15-BC-02). Produk
reduksi dicurahkan ke tempat penumpukkan yang dibagi menjadi dua bagian,
yaitu stockpile I dan stockpile II (Gambar 4.2) dengan menggunakan moveable and
reversible belt conveyor (15-BC-06).
Debu material batu kapur hasil dari proses pemecahan agar tidak
berhamburan dan beterbangan keluar (udara bebas) dan menyebabkan
pencemaran udara, maka langsung dimasukkan kedalam bag filter (15-DC-01)
dengan bantuan isapan bag filter fan (15-FN-01). Selanjutnya debu-debu
7
Safaruddin, Raka Pratama Nugraha
9
Safaruddin, Raka Pratama Nugraha
d. Grate bar bengkok, Komponen dari alat Hammer Crusher yang tidak kalah
pentingnya adalah Grate Bar yang berfungsi sebagai penyaring material
dengan ukuran tertentu yang berupa lubang-lubang berdimensi panjang
dan lebar nya masing-masing antar segmen yaitu 500 mm x 80 mm.
Segmen pada Grate Bar seringkali bengkok akibat adanya material yang
ukurannya melebihi 80 mm yang lolos dikarenakan hammer tidak
berfungsi maksimal dikarenakan haus sehingga material ukuran besar
yang lolos menumpuk di Grate Basket dan terdorong secara paksa oleh
hammer sehingga membuat segmen menjadi bengkok bahkan terkadang
apabila semakin parah materialukuran besar yang lolos dari hammer bisa
menyebabkan patah sehingga perlu diadakan perbaikan dan penggantian
yang dapat menyebabkan produksi terganggu. Contoh segmen yang
bengkok dapat dilihat pada (Gambar 4.4)
e. Grate Bar buntu, Saat proses pemecahan oleh hammer bertekanan tinggi,
beberapa material pecah menjadi butiran-butiran halus seperti debu.
Material halus ini apabila bercampur atau memiliki kandungan air yang
tinggi dan ditambah dengan adanya material sisipan seperti lempung
akan mengalami pengerasan dan mengendap di antara segmen-segmen
pada Grate Bar. Material yang mengendap (coating) ini akan
menghalangi batuan yang akan melewati Grate Bar sehingga tertahan di
dalam dan apabila menumpuk semakin banyak akan menyebabkan
Grate Bar menjadi bengkok bahkan patah. Grate Bar yang mengalami
kebuntuan dapat dilihat pada (Gambar 6.)
Material coating seperti ini tidak dapat dibiarkan begitu saja karena
semakin lama akan semakin tebal dan sulit untuk dibersihkan. Perlu
adanya pengecekan rutin dan melakukan pembersihan di Grate Basket
maupun komponen crusher lainnya.
11
Safaruddin, Raka Pratama Nugraha
Primary Crusher siap untuk melakukan produksi akan tetapi produksi tidak dapat
dilakukan. Hambatan-hambatan non-mekanis, antara lain :
a. Waiting Equipment. Hambatan ini terjadi karena tidak adanya umpan produk
yang masuk ke dalam hopper pada crusher. Keterlambatan dump truck yang
biasanya disebabkan karena sedang dilakukan kegiatan blasting sehingga
dump truck harus berhenti beroperasi untuk keamanan alat merupakan salah
satu yang mengurangi waktu kerja efektif crusher yang mengakibatkan crusher
aktif namun dalam keadaan hopper kosong sehingga menyebabkan kegiatan
Primary Crushing tidak dapat dilakukan. Hal ini menyebabkan adanya waktu
tunggu pada Primary Crushing.
b. Stone Block. Hambatan ini terjadi dikarenakan umpan produk yang masuk ke
dalam mulut hooper tersangkut pada gape crusher. Hal tersebut menyebabkan
produk tidak dapat masuk untuk dilakukan peremukan sehingga dibutuhkan
waktu untuk mengeluarkan stone block tersebut. Stone block yang terjadi
dikarenakan ukuran produk yang masuk ke dalam hooper terlalu besar
sehingga produk tidak dapat masuk untuk dilakukan peremukan.
c. Stockpile Penuh. Hambatan ini terjadi dikarenakan terhambatnya proses
Secondary Crushing sehingga stockpile Primary Crushing penuh yang
menyebabkan Primary Crushing tidak dapat melakukan aktifitas produksi.
d. Hambatan Akibat Persiapan Awal. Persiapan awal merupakan kegiatan rutin
dimana dilakukan pemanasan dan pengecekan terhadap alat crusher sebelum
beroperasi. Pengecekan dilakukan untuk melihat keadaan crusher apakah baut
sudah mengendur atau harus diberikan pelumas ataupun pembersihan
material yang lengket, pengecekan elektrik, pengecekan Appron Feeder, dan
lain lain.
e. Hambatan Akibat Istirahat. Waktu kerja yang disediakan dalam 1 hari pada
dasarnya akan berkurang sebanyak 30 menit/hari atau 60 menit/hari secara
idealnya 120 menit/hari pada hari jumat. Hambatan akibat istirahat dapat
ditoleransi jika sesuai waktu idealnya.
Jurnal Kotamo
Volume 1 No. 4 (2021)
E-ISSN: 9677-0962
Website: https://jurnal.smbr.co.id/index.php/kotamo/index
13
Safaruddin, Raka Pratama Nugraha
mekanis dan non-mekanis alat. Nilai kesediaan fisik unit Hammer Crusher
sebesar 74%.
c. Kesediaan Penggunaan (Use Of Availability). Kesediaan penggunaan dapat
dihitung dengan menghitung banyaknya waktu yang digunakan crusher
untuk menghancurkan bijih dibagi waktu crusher beroperasi. Manfaat
mengetahui kesediaan penggunaan adalah dapat mengetahui seberapa
efektif alat dapat digunakan dalam kondisi baik. Selain itu menghitung
kesediaan penggunaan dapat menganalisa total produksi yang dihasilkan
berdasakan analisis regresi linier. Kesediaan Penggunaan pada Jaques
Crusher sebesar 67%. Data tersebut menunjukkan bahwa kinerja alat
tersebut beroperasi per harinya masih sangat sedikit. Hal tersebut
diakibatkan karena masih banyak waktu tunggu yang terjadi ketika
Primary Crusher beroperasi dan juga dikarenakan proses repair dari Primary
Crusher berlangsung cukup lama. Faktor-faktor yang menyebabkan waktu
tunggu diantaranya stockpile penuh, waiting equipment, stone block, electric,
hujan, power.
Nilai beban produksi per jam ini menunjukkan besarnya jumlah produksi
yang harus dicapai oleh alat setiap jamnya, dengan memperhatikan jumlah
waktu kerja efektif dan persentase nilai rata-rata kesediaan alat. Dengan target
produksi sebesar 150.000 ton/bulan, waktu kerja efektif (We) pada Hammer
Crusher sebesar 228 jam/bulan dan persentase rata-rata kesediaan sebesar 69 %
atau setara dengan 0,69. Berdasarkan data tersebut, maka didapat nilai beban
produksi Jaw Crusher 953,4 ton/jam. Nilai beban produksi masih sangat tinggi
dikarenakan nilai kesediaan alat dan waktu efektif operasi yang masih sangat
rendah.
15
Safaruddin, Raka Pratama Nugraha
proses penambangan, maka produksi crusher dalam waktu kerja efektif 228
jam/bulan adalah maksimal sebesar:
Kesimpulan
Jurnal Kotamo
Volume 1 No. 4 (2021)
E-ISSN: 9677-0962
Website: https://jurnal.smbr.co.id/index.php/kotamo/index
Daftar Pustaka
Indonesianto, Y. (2013). Pemindahan Tanah Mekanis. Yogyakarta: Universitas
Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta.
Lawrence, A.C. (1974). The importance Of Human Factors in Mining Productivity.Journal
of South African Institute of Mining and Metallurgy, 399-404.
Mardiono, D. (2012). Optimalisasi Truck Usage Studi Kasus: Penerapan Roaster 12 jam
Dalam Operasional Tambang Di Mining Operasion Division-PT. Kaltim Prima
Coal. Prosiding TPT XXI Perhapi 2012. Jakarta: Perhapi
17
Safaruddin, Raka Pratama Nugraha