Professional Documents
Culture Documents
67-File Utama Naskah-101-1-10-20210101
67-File Utama Naskah-101-1-10-20210101
Ratih Probosiwi
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial
(B2P3KS) Yogyakarta, Kementerian Sosial RI
Jl. Kesejahteraan Sosial No. 1, Nitipuran, Yogyakarta
E-mail: ratih.probo@depsos.go.id
Abstract
Persons with disabilities are the most risky when the disaster occured. But in fact, persons
with disabilities tend to be marginalized and forgotten in the formulation of disaster prevention
policy. Disabilities are considered will eliminate their ability to hold opinions and participate in the
governance process. They were not involved in the policy formulation because it considered had
been handled by the right people (who do not carry disability). In the law of disaster management
and the disabled, we can not find any articles that regulate the involvement of persons with
disabilities in disaster management. Persons with disabilities were seen as a vulnerable group
who will treat with special treatment when the disaster occured, contrary with another article which
said that disaster management is a non-discriminatory process. This study tries to parse thoughts
on the importance of inclusion of persons with disabilities in disaster management to assess
and formulate a disaster management policy that suits their needs. Each type of disability needs
different requirement and different policies in disaster risk management, thereby it takes inputs
and direct involvement of persons with disabilities to map their needs.
78
14 Jurnal Penanggulangan Bencana Vol. 4, No. 2 Tahun 2013 Hal. 77-86
Jurnal Dialog 13-22
penjabaran definisi penyandang disabilitas. penanggulangan bencana dan pengurangan
WHO dalam World Report on Disability tahun risiko bencana mulai sebelum terjadi bencana
2011 memperkirakan, bahwa 15% populasi hingga setelah bencana terjadi. Selanjutnya
dunia merupakan penyandang disabilitas dan diharapkan dapat menjembatani kebutuhan
prevalensinya bahkan lebih tinggi di negara- dan kepentingan penyandang disabilitas
negara pascakonflik (Agenda, 2011). terhadap bencana.
Kembali pada UURI Nomor 24 tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana, disebutkan 2. Terminologi Disabilitas Sebuah
bahwa salah satu prinsip penanggulangan Perdebatan
bencana adalah nondiskriminatif dan
memberikan prioritas perlindungan terhadap Di tiap Negara, penyandang kecacatan
kelompok rentan, termasuk penyandang didefinisikan dan diekspresikan secara
disabilitas. Pelibatan penyandang disabilitas berbeda tergantung konteks yang digunakan.
dalam upaya pengurangan risiko bencana Di Indonesia, kita mengenal tiga istilah
didorong pemikiran bahwa penyandang untuk mengungkapkan kecacatan, yaitu
disabilitas menghadapi kesulitan yang lebih difabel, penyandang cacat, dan penyandang
besar pada saat situasi darurat bencana, disabilitas. Hal ini terkait dengan kenyamanan
kesulitan ini akan meningkat jika kebutuhan dan harga diri penyandang cacat. Melalui
khususnya tidak terpenuhi. Penyandang peraturan perundangan yang disahkan tahun
disabilitas sudah saatnya tidak hanya 1997, yaitu UURI Nomor 4 tahun 1997, kita
dipandang sebagai penerima manfaat, namun menggunakan istilah Penyandang Cacat, yaitu
juga aktor yang terlibat langsung dalam setiap orang yang mempunyai kelainan fisik
program. (Sahabat, 2011). dan/atau mental, yang dapat mengganggu
Penyandang disabilitas merupakan atau merupakan rintangan dan hambatan
kelompok berisiko tinggi saat terjadi bencana, baginya untuk melakukan secara selayaknya,
hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan yang terdiri dari (a) penyandang cacat fisik;
yang mereka miliki dan juga dikarenakan (b) penyandang cacat mental; (c) penyandang
keterbatasan akses atas lingkungan fisik, cacat fisik dan mental (Pasal 1: 1).
informasi dan komunikasi di masyarakat. Dalam perkembangannya, muncul istilah
Bahkan, penyandang disabilitas cenderung lebih difabel untuk menggantikan istilah penyandang
tidak terlihat selama terjadi bencana. Menurut cacat. Difabel merupakan akronim dari different
Roland Hansen, korban bencana alam, baik itu ability yang berarti orang yang memiliki
saat terjadi bencana ataupun pascabencana, perbedaan kemampuan. Adalah Mansoer
biasanya didominasi oleh kelompok lansia Fakih yang pertama kali memperkenalkan
dan penyandang disabilitas (Malteser istilah difabel pada tahun 1996, baginya
International, 2012). Perubahan lingkungan kaum difabel bukanlah cacat, melainkan
dan fasilitas yang tidak memadai yang terjadi berbeda kemampuan. Perbedaan ini tentu
akibat bencana membuat aksesibilitas difabel saja merupakan anugerah Tuhan sehingga
makin menurun. Seperti halnya wanita dan tidak ada istilah cacat, tidak normal, dan tidak
anak-anak, penyandang disabilitas dilaporkan sempurna. Sejalan dengan Mansoer Fakih,
menjadi korban bencana alam baik itu terluka Setia Adi Purwanta juga menggunakan istilah
maupun tewas akibat bencana dalam jumlah difabel, yang menilai bahwa cacat merupakan
yang signifikan. Oleh karena itu, kerentanan rekayasa dan konstruksi ketidakadilan sosial
dan kebutuhan khusus penyandang disabilitas yang “sengaja” dibangun melalui system
perlu diperhatikan dalam perencanaan kekuasaan, baik kuasa melalui jalur struktural
program-program penanggulangan bencana, maupun kultural (Muhammadun, 2011).
berdasarkan kemampuan mereka sendiri. Penggunaan istilah difabel tidak lepas
Kajian ini bertujuan untuk memberikan dari pro dan kontra. Mereka yang kontra
gambaran dan pemikiran mengenai pentingnya berpendapat bahwa kata tersebut hanya
pelibatan penyandang disabilitas dalam upaya sebuah euphemism, tidak kontekstual, dan
80
16 Jurnal Penanggulangan Bencana Vol. 4, No. 2 Tahun 2013 Hal. 77-86
Jurnal Dialog 13-22
dalam jangka panjang mengalami disabilitas. gangguan pendengaran dan fungsi bicara
Penyandang disabilitas selalu berinteraksi sehingga ia tidak dapat berkomunikasi dengan
dengan pandangan dan sikap serta batasan- baik. Disabilitas intelektual yaitu orang yang
batasan lingkungan yang antaranya lingkungan menderita penyimpangan pertumbuhan dan
alam, etika dan norma, kepercayaan, perkembangan mental yang terjadi pada masa
kebiasaan, kebijakan, hukum, sumberdaya kehamilan ataupun saat masih anak-anak
keuangan, dogma, dan lain-lain. dimana gangguan tersebut disebabkan oleh
Disabilitas fisik, mental, atau fisik/mental faktor biologis, organis, ataupun fungsional.
memiliki gangguan tertentu sebagai akibat Disabilitas kejiwaan adalah orang yang
dari terdapat bagian, peralatan, system menderita gangguan kejiwaan dikarenakan
syaraf, struktur tulang, sendi, dan otot, faktor biologis, organis atau fungsional yang
serta metabolisme tubuh yang tidak/kurang menyebabkan perubahan pola pikir, suasana
mampu difungsikan sebagaimana mestinya. hari, ataupun tindakan. Sedangkan disabilitas
Penyebabnya dapat karena faktor internal gabungan adalah orang yang menderita
seperti penyakit, genetik/keturunan ataupun gangguan fisik, mental, atau penyimpangan
faktor eksternal seperti kecelakaan, bencana emosi sehingga membutuhkan perawatan
alam, dan kelalaian manuasia. Di Indonesia, yang intensif dan menyeluruh.
terdapat dua jenis pendefinisian disabilitas Walaupun penyandang disabilitas
yaitu secara medis dan hukum (Japan didefinisikan sebagai orang yang memiliki
International Cooperation Agency, 2002). kekurangan dan keterbatasan, penyandang
Secara hukum, disabilitas didefinisikan seperti disabilitas juga memiliki keinginan dan
pada UURI Penyandang Cacat yang membagi kebutuhan yang sama dengan orang tanpa
disabilitas menjadi tiga yaitu disabilitas fisik, disabilitas. Mereka memiliki kapasitas,
mental, dan gabungan fisik-mental. Secara kemampuan, dan ide-ide yang dapat
hukum, gangguan mental adalah mereka yang mendukung pembangunan dan kesejahteraan
secara intelektual terganggu dan mengalami sosial.
gangguan tingkah laku baik itu bawaan maupun Konsorsium Nasional Untuk Hak Difabel
disebabkan oleh suatu penyakit. Secara Indonesia melakukan analisis terhadap
hukum juga dijelaskan bahwa orang dengan kebijakan nasional yang berkaitan dengan
disabilitas mental disebabkan faktor intrinsik penyandang disabilitas dan realitas hidup
dan ekstrinsik yang menghalangi pertumbuhan sehari-hari para penyandang disabilitas.
secara normal dan baik, hal ini kemudian Analisa ini dilakukan berdasarkan pasal-
menyebabkan ketidakmampuan intelektual, pasal dalam Konvensi Hak-hak Penyandang
kurangnya kemauan, akal, penyesuaian sosial, Disabilitas (Convention on the Rights of
dan kesulitan lainnya. Persons with Disabilities/CRPD) untuk
Secara medis, disabilitas dikelompokkan menemukan permasalahan yang masih
menurut jenis kekurangan yang dialami ada, dengan harapan dapat memberikan
yaitu fisik, visual, pendengaran, intelektual, pemahaman bahwa masih ada kesenjangan
kejiawaan, dan gabungan (Kementerian antara Konvensi yang telah diratifikasi oleh
Kesehatan RI, 2002). Disabilitas fisik yaitu Negara Republik Indonesia pada tanggal 10
mereka yang menderita ke kekurangan motorik November 2011 ke dalam Undang-undang
dari bagian tubuh termasuk tulang, otot, dan nomor 19 tahun 2011 dengan upaya pemajuan,
gabungan dari struktur dan fungsi sehingga penghormatan, perlindungan dan pemenuhan
mereka tidak dapat melakukan aktivitas secara hak-hak penyandang disabilitas di Indonesia.
normal. Disabilitas visual yaitu mereka yang Analisis masalah dan rekomendasi
secara visual tidak dapat menghitung objek dikelompokkan ke dalam 8 (delapan) ranah
dari jarak satu meter. Menurut WHO, disabilitas penting dalam hidup sehari-hari penyandang
visual adalah orang yang tidak menghitung disabilitas yang termaktub dalam CRPD, yaitu
jari dari jarak 3 meter atau lebih. Disabilitas mobilitas; bencana alam (situasi darurat);
pendengaran yaitu orang yang mengalami rehabilitasi, habilitasi, jaminan sosial; informasi
82
18 Jurnal Penanggulangan Bencana Vol. 4, No. 2 Tahun 2013 Hal. 77-86
Jurnal Dialog 13-22
bagaimana hal tersebut dapat meningkatkan menghadapi bencana, metode yang digunakan
risiko bencana. Langkah selanjutnya adalah terutama dalam mengkomunikasikan risiko dan
dengan meningkatkan kesadaran penyandang sistem peringatan dini adalah berbeda pada tiap
disabilitas terhadap risiko yang mereka hadapi jenis disabilitas. Kekhususan dan kompleksitas
dan cara menghadapinya, meningkatkan yang dimiliki tiap jenis disabilitas membuat
keamanan rumah dan tempat kerja, penanganan dan kebutuhan mereka spesifik
menindahkan mereka ke tempat yang aman pula. Tabel 1 menunjukan sistem peringatan
saat terjadi bencana, dan memenuhi kebutuhan yang disesuaikan dengan jenis disabilitas yang
khusus mereka setelah keadaan darurat. Dalam umum.
84
20 Jurnal Penanggulangan Bencana Vol. 4, No. 2 Tahun 2013 Hal. 77-86
Jurnal Dialog 13-22
ikut dalam proses pembangunan. Kerentanan Upaya pengurangan risiko bencana
penyandang disabilitas menjadi masalah yang dapat dimulai dengan pendidikan inklusi bagi
kompleks antara keterbatasan/kekurangan fisik, anak berkebutuhan khusus di SLB melalui
pengetahuan yang rendah, dan kemiskinan. penyuluhan, sosialisasi, dan praktek simulasi
Pelibatan penyandang disabilitas dalam evakuasi bencana, atau dalam tindakan yang
kegiatan penanggulangan bencana akan lebih lebih lanjut dengan memasukkan manajemen
menjamin terpenuhinya kebutuhan penyandang risiko bencana ke dalam kurikulum sekolah
disabilitas dan tertanganinya mereka pada saat baik sekolah biasa maupun sekolah luar biasa.
bencana terjadi. Namun harus disadari, bahwa Upaya evakuasi atau penyelamatan
pelibatan penyandang disabilitas dalam upaya penyandang disabilitas harus disesuaikan
penanggulangan bencana bukanlah hal yang dengan hambatan yang dialami oleh mereka,
mudah. penyediaan fasilitas fisik dan non fisik salah
Dibutuhkan kemampuan teknis, satunya. Pelibatan keluarga menjadi penting
pengetahuan, dan niat baik dari pihak yang karena keluarga adalah orang terdekat dan
terlibat di dalamnya. Pengarusutamaan terpercaya oleh penyandang disabilitas,
penyandang disabilitas dalam semua aspek sehingga peran mereka menjadi penting.
pelayanan sosial dan program pembangunan Pelatihan penyelamatan penyandang
kesejahteraan sosial harus diwujudkan tidak disabilitas haruslah diikuti oleh pihak keluarga.
hanya dibicarakan. Pengarusutamaan tidak Pembuatan basis data yang akurat dan up
hanya masalah pemenuhan hak asasi manusia, to date penting dilakukan sebagai dasar
namun juga melalui program dan kebijakan assessment kebutuhan penyandang disabilitas
efektif mulai tahap sebelum sampai sesudah itu sendiri. Perlu adanya kerjasama lintas
bencana itu terjadi disesuaikan dengan tipe sektoral dari Kementerian Sosial, Kementerian
atau jenis disabilitas yang ada. Pendidikan Nasional, Kementerian Kesehatan,
serta pihak LSM dalam rangka menghasilkan
5.2. Rekomendasi data disabilitas yang akurat dan tidak simpang
siur antar lembaga/organisasi.
Banyak hal yang dapat dilakukan dalam Penguatan kapasitas juga dapat dilakukan
rangka memberikan kesempatan penyandang melalui penguatan sosial ekonomi penyandang
disabilitas dalam upaya penanggulangan disabilitas. Pemberian program padat karya,
bencana. Hal mudah yang dapat dilakukan pemberian pendidikan vokasional dan persiapan
adalah dengan menumbuhkan pengetahuan dunia kerja, perluasan kesempatan pendidikan
mengenai penyandang disabilitas dan dan kerja penyandang disabilitas dapat menjadi
kebutuhan khusus mereka pada pemangku pilihan dalam rangka pengurangan risiko
kepentingan dan juga masyarakat. Melalui bencana penyandang disabilitas.
kegiatan sosialisasi, pendidikan dan pelatihan
diharapkan masyarakat lebih mengenal dan DAFTAR PUSTAKA
menerima penyandang disabilitas dalam
kehidupan sehari-hari. Agenda. (2011) Dipetik November 19, 2012,
Peningkatan partisipasi penyandang dari Disabilitas di Negara-negara Asia
disabilitas dalam program pengurangan Tenggara: http://www2.agendaasia.org/
risiko harus terus digalakkan dalam bentuk index.php/id/informasi/disabilitas-di-
kebijakan dan kegiatan pengurangan risiko negara-negara-asean/103-disabilitas-di-
bencana dengan masyarakat yang lain. negara-negara-asia-tenggara
Pembuatan program pengurangan risiko Bahrul, Fuad. (2010). Difabel dan Bencana
yang memperhitungkan kebutuhan khusus Alam. Dipetik November 12, 2012, dari
penyandang disabilitas harus menggunakan Cak Fu: Berbagi Gagasan untuk
media yang aksesibel pula bagi penyandang Membangun Kesetaraan: http:/ cakfu.info
disabilitas tentunya disesuaikan dengan jenis 2010/08/difabel-sebuah-simbol-
disabilitas dialami. perlawanan-idiologis/
86
22 Jurnal Penanggulangan Bencana Vol. 4, No. 2 Tahun 2013 Hal. 77-86
Jurnal Dialog 13-22