Professional Documents
Culture Documents
Abstract
Indonesia is a country consisting of thousands of islands. Air transportation holds an important role as a means of connection between
them. An airline type called low-cost carrier that offers low price has certainly become the choice of many people for traveling.
Therefore, low-cost carrier is often considered to have poor performance and image. However, as one of Indonesia’s low- cost airlines,
PT Citilink Indonesia is able to prove otherwise. This descriptive study illustrates the quality of services which is performed in the
Surabaya branch of PT Citilink Indonesia using Parasuraman’s five dimensions of service quality. They comprise of tangibles,
responsiveness, reliability, assurance, and empathy. This research also describes the factors that influence the service quality of PT
Citilink Indonesia in Surabaya. The aforementioned factors are human resources, passengers’ characteristics, and public policy. This
study was conducted in the Surabaya branch of PT Citilink Indonesia and carried out using qualitative research method, descriptive
research, and purposive sampling technique. The data was collected through in-depth interviews, documentations, and direct
observations. Afterwards, the analysis was completed with data reduction, data presentation, and final conclusion. The results of this
research show that the service quality of PT Citilink Indonesia in Surabaya is satisfactory. Its finest attendance is shown during the in-
flight and post-flight processes. Citilink proves that despite the low prices, the provided service quality remains capable of meeting the
passengers’ expectations
Pendahuluan
pelanggan dan memberi keupasan atas penggunaan negatif adalah fasilitas check-in yang disediakan
produk itu. (b) Kualitas terdiri dari segala sesuatu yang Citilink. Citilink menyediakan empat sarana check in,
bebas kekurangan/kerusakan. Menurut Hutasoit (2011: yakni check in mobile (melalui aplikasi di smartphone),
66), kualitas pelayanan juga dapat diartikan sebagai check in melalui website, self check-in (check in secara
perbedaan antara pelayanan yang diharapkan dengan mandiri melalui mesin yang tersedia di bandara), serta
pelayanan yang diterima. Apabila harapan lebih besar check in melalui petugas counter di bandara
jika dibandingkan dengan kinerja, maka kualitas yang keberangkatan. Penggunaan teknologi semestinya
dirasakan lebih kecil jika dibandingkan dengan memudahkan konsumen atau penumpang dalam
kepuasannya, karenanya ketidakpuasan konsumen memperoleh pelayanan. Youseff (1993) menemukan
terjadi. Namun jika dilihat lebih dalam, memang masih bahwa perusahaan yang mengadopsi dan
terdapat beberapa kendala yang menghambat mengimplementasikan teknologi berbasis komputer
pemberian pelayanan yang baik oleh maskapai memiliki tingkat fleksibilitas lebih tinggi dibandingkan
penerbangan low cost carrier Citilink. Meski begitu, perusahaan yang tidak mengadopsi. Mesin self check in
secara keseluruhan penumpang yang menjadi informan dikategorikan dalam hard technology. Hard technology
dalam peneliti merasa cukup puas dengan pelayanan mencakup peralatan berbasis teknologi dan teknologi
yang diberikan Citilink sebagai maskapai low cost manufaktur manju. Teknologi berbasis komputer
carrier. Hal itu juga didukung pula oleh terus mewakili hardware berbasis teknologi dalam desain,
meningkatnya jumlah penumpang Citilink dari tahun pabrikasi, dan administrasi dari semua aktivitas yang
ke tahun serta tercapainya berbagai prestasi oleh diperlukan untuk memproduksi produk atau jasa
Citilink. Untuk melihat bagaimana kualitas pelayanan (Zammuto dan O‟Connor, 1992).
Citilink, terdapat lima dimensi yang disajikan. Dimensi Dengan berbagai macam jenis check in yang
tersebut antara lain Tangible (bukti fisik), didukung dengan teknologi tersebut, penumpang
Responsiveness (daya tanggap), Reliability seharusnya merasa dimudahkan. Namun, ternyata
(kehandalan), Assurance (jaminan), dan Emphaty banyak penumpang yang masih memilih menggunakan
(Empati). check in konvensional atau check in melalui petugas
counter. Hal itu dikarenakan banyak penumpang yang
a. Tangible (bukti fisik) merasa bahwa check in mobile dan website kurang
Merujuk pada Prasuraman, Zeithaml, dan efisien. Sebab, usai melakukan check in di website atau
Berry (1988), tangible berkenaan dengan daya tarik mobile, penumpang yang ingin menitipkan bagasi
fasilitas fisik, perlengkapan, dan material yang digunak berbayar masih harus mengantri di counter yang sama
an perusahaan, sarana dan prasarana, serta penampilan tempat penumpang yang lain melakukan check in
karyawan. Menurut Moenir (2001: 120), Sarana kerja counter. Penyebab lain antrian pada counter check-in
ditinjau dari segi kegunaannya (utilization) terdiri atas terjadi adalah karena jumlah mesin self check-in yang
3 golongan: tersedia di bandara juga dirasa kurang mencukupi.
- Peralatan kerja, yaitu semua jenis benda yang Setiap bandara semestinya dibekali 3 (tiga) mesin self
berfungsi langsung sebagai alat produksi untuk check-in. Namun kenyataannya sering kali mesin
menghasilkan barang atau berfungsi memproses suatu tersebut rusak. Alhasil, penumpang masih tetap harus
barang menjadi barang lain yang berlainan fungsi dan mengantri di counter check in kepada petugas. Citilink
kegunaannya. Dalam penelitian ini, peralatan kerja menyediakan 3 (tiga) hingga 4 (empat) counter check
yang mendukung petugas dalam memberikan in di setiap bandara.
pelayanan antara lain komputer yang dilengkapi Sedangkan saat proses in-flight, bukti fisik
dengan sistem GoNow bagi petugas check in, bisa dinilai dari kondisi kabin pesawat serta kerapian
petugas pemberi pelayanan. Secara keseluruhan,
komputer yang dilengkapi dengan sistem Skyspeed
Citilink telah menaati kelayakan kondisi dan fasilitas
bagi petugas customer service, serta printer. Peralatan
kabin pesawat sesuai dengan PM 185 tahun 2015.
kerja tersebut mempermudah petugas dalam Karena berlabel maskapai penerbangan low cost
memberi pelayanan. carrier, tentunya fasilitas kabin yang diberikan juga
- Perlengkapan kerja, yaitu semua jenis benda yang berbeda dengan maskapai medium service dan full
berfungsi sebagai alat bantu tidak langsung dalam service. Ketersediaan dan kelengkapan fasilitas kabin
produksi, mempercepat proses, membangkitkan dan tersebut tergolong dalam quality-enhancing factors,
menambah kenyamanan dalam pekerjaan. Contoh, salah satu dari tiga dimensi kualitas jasa yang
perlengkapan komunikasi, perlengkapan pengolahan dijelaskan oleh Johnston & Silvestri (1990). Quality-
data, furnitur; enhancing factors, yakni atribut-atribut jasa yang bila
- Perlengkapan bantu atau fasilitas, yaitu semua jenis tingkat kinerjanya tinggi akan berdampak positif pada
benda yang berfungsi membantu kelancaran gerak persepsi kualitas, namun bila kinjerjanya sudah
dalam pekerjaan. Misalnya mesin pendingin ruangan, mencapai tingkat rendah, tidak ada dampak negative
mesin absensi, dan mesin pembangkit tenaga. signifikan. Sebagai ilustrasi, friendliness dan
attentiveness, kebersihan dan ketersediaan. Sebagai
Selain sarana kerja, terdapat pula fasilitas ilustrasi, friendliness dan attentiveness para awak kabin
pelayanan yang memudahkan penumpang dalam pesawat dan kebeersihan kamar kecil pesawat
memperoleh pelayanan. Salah satunya yang dinilai merupakan quality-enhancing factors yang secara linier
meningkatkan persepsi kualitas. Akan tetapi, jika
kinerja pada atribut-atribut ini telah mencapai titik
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 4, Nomor 3, September - Desember 2016
rendah tertentu, para penumpang akan begitu frustasi kesediaan dan kemampuan para karyawan untuk
atau jengkel sehingga sekalipun kinerja jauh lebih membantu pelanggan dan merespons permintaan
buruk pun sudah tidak akan menurunkan lagi persepsi mereka, serta menginformasikan kapan jasa akan
kualitas mereka. diberikan dan kemudian memberikan jasa secara cepat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa petugas yang
b. Responsiveness (daya tanggap) berada pada tahap pre-flight sudah memberikan daya
Menurut Parasuraman, Zeithaml, dan Berry tanggap yang cukup baik dan mampu mengenali
(1985), responsiveness atau daya tanggap merupakan kebutuhan serta keinginan penumpang. Begitu pula
kesediaan dan kesiapan para karyawan untuk dengan petugas yang berada pada proses in-fligth dan
membantu para pelanggan dan menyampaikan jasa post flight yang telah mampu memberikan pelayanan
secara cepat. Sedangkan menurut Levine (1990: 188), jasa dengan cukup cepat.
responsiveness atau responsivitas adalah daya tanggap
penyedia layanan terhadap harapan, keinginan, aspirasi, c. Reliability (kehandalan)
maupun tuntutan pengguna layanan. Berkaitan dengan Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (1958)
hal tersebut, Citilink sebagai perusahaan penyedia menjelaskan bahwa reliabilitas meliputi dua aspek
layanan jasa sudah memiliki daya tanggap yang baik utama, yaitu konsistensi kinerja (performance) dan
terhadap penumpang, terutama dalam hal delay atau sifat dapat dipercaya (dependability). Hal ini berarti
keterlambatan penerbangan. Seperti yang kita ketahui, perusahaan mampu menyampaikan jasanya secara
daya tanggap terhadap penumpang dalam hal benar sejak awal (right at the first time), memenuhi
pemberitahuan delay atau keterlambatan sering kali janjinya secara akurat dan andal (misalnya,
menjadi masalah bagi maskapai low cost carrier. menyampaikan jasa sesuai dengan jadwal yang
Untuk menghadapi dan menangani delay, disepakati), menyimpan data (record) secara tepat, dan
Citilink berpedoman pada PM 89 tahun 2015. Citilink mengirimkan tagihan yang akurat. Secara keseluruhan,
juga telah menetapkan delay management yang kehandalan petugas Citilink dalam melayani pelanggan
bersertifikasi ISO 9001: 2015 dari British Standard dinilai sudah cukup bagus, terutama kehandalan yang
Institute (BSI). Berdasarkan hasil penelitian, Citilink dilakukan oleh flight attendat atau pramugari.
telah memberikan daya tanggap yang cukup baik dalam Pramugari yang bertugas melayani saat penerbangan
hal pemenuhan hak pelanggan saat terjadi delay. Salah yakni pramugari. Setiap orang yang menggunakan jasa
satu bentuk daya tanggap dari Citilink adalah dengan layanan penerbangan Citilink pasti berhadapan
memberi tahu penumpang jika terjadi delay beserta langsung dengan pramugari.
faktor penyebab keterlambatan tersebut melalui Pramugari memiliki peranan penting dalam
pengumuman langsung (jika delay terjadi mendadak memberkan pelayanan terhadap penumpang saat proses
ketika penumpang sudah berada di waiting room), in-flight. Oleh karena itu, pramugari dituntut memiliki
melalui SMS dan e-mail. kehandalan dalam berbagai hal, terutama dalam hal
Menurut Whiting dan Donthu (2006), ada dua safety dan security. Pramugari berhadapan dan
teknik mengelola waktu tunggu, yaitu pengelolaan memberikan pelayanan secara langsung terhadap
operasional dan pengelolaan persepsi. Pengelolaan penumpang, oleh karena itu pramugari memiliki kontak
operasional melibatkan level staf dan strategi antrian, yang tinggi dengan penumpang atau pelanggan. Pada
sedangkan pengelolaan persepsi melibatkan perubahan pelayanan dengan kontak pelanggan tinggi, isu desain
persepsi pelanggan terhadap „menunggu‟ dan tidak pekerjaan pelayanan difokuskan pada keahlian
mengurangi waktu tunggu aktual tetapi mengurangi keperilakuan yang diperlukan dalam menghasilkan dan
pengaruh persepsi terhadap „menunggu‟. Pengelolaan menyampaikan pelayanan. Hal ini meliputi keahlian
persepsi terhadap „menunggu‟ sangat penting karena intrapersonal, keahlian ko-produksi (pelatihan
waktu tunggu aktual tidak selalu dapat dikendalikan pelanggan), keahlian komunikasi non-verbal, dan
dan karena pelayanan yang dipersepsikan sebagai keahlian pemonitoran diri (self-monitoring) (Wathern
pengganti pelayanan aktual berpengaruh pada kepuasan & Anderson, 1995). Pramugari Citilink telah
pelanggan. Waktu tunggu aktual atau waktu tunggu memberikan pelayanan sesuai dengan motto
sesungguhnya adalah ketepatan waktu sesungguhnya pelayanannya, yakni Young, Fun, Respectful,
yang digunakan oleh pelanggan untuk menunggu. Hospitable, Passionate. Dengan begitu, penumpang
Semakin tinggi waktu tunggu yang dipersepsikan, merasa nyaman dan percaya menggunakan jasa layanan
maka evaluasi kualitas pelayanan semakin rendah, Citilink.
kepuasan pelanggan semakin rendah (Whiting &
Donthu, 2006). d. Assurance (jaminan)
Menyesuaikan waktu tunggu dengan waktu Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (1985)
aktual keterlambatan penerbangan itulah yang menjelaskan bahwa jaminan atau assurance merupakan
dilakukan Citilink. Citilink menginformasikan kepada perilaku para karyawan mampu menumbuhkan
penumpang mengenai berapa lama waktu kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan dan
keterlambatan berlangsung. Sebab, jenis informasi perusahaan bisa menciptakan rasa aman bagi para
seperti itulah yang diperlukan pelanggan. Dengan pelanggannya. Jaminan juga berarti bahwa para
begitu, penumpang akan merasa nyaman dan percaya. karyawan selalu bersikap sopan dan menguasai
Sikap dan daya tanggap petugas juga menjadi pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan untuk
salah satu hal yang diperhatikan dalam dimensi menangani setiap pertanyaan atau masalah pelanggan.
responsiveness. Responsiveness berkenaan dengan Fandy Tjiptono (1997: 14) dalam bukinya “Prinsip-
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 4, Nomor 3, September - Desember 2016
Prinsip Total Quality Service” mengemukakan bahwa indikator tersebut, maka dimensi empati pada kualitas
jaminan (assurance), mencakup pengetahuan, pelayanan yang diberikan oleh petugas Citilink
kemampuan, kesopanan, dan dapat dipercaya yang terhadap penumpang bisa dikatakan sudah cukup baik.
dimiliki para staf, bebas dari bahaya, resiko atau Hal itu dapat dilihat dari sikap petugas yang ramah
keragu-raguan. dan memberikan pendekatan personal terhadap
Dimensi jaminan terdiri atas indikator: petugas penumpang. Petugas juga bersaha memenuhi keinginan
memberikan jaminan tepat waktu dalam pelayanan, penumpang yang berbeda-beda. Petugas memberikan
petugas memberikan jaminan biaya dalam pelayanan, perhatian khusus terhadap penumpang berkebutuhan
petugas memberikan jaminan legalitas dalam khusus, yakni lansia, anak-anak dan penyandang cacat.
pelayanan, petugas memberikan jaminan kepastian Sikap empati ditunjukkan petugas dengan memberikan
biaya dalam hal pelayanan. kemudahan terhadap kategori penumpang tersebut.
Jika dilihat dalam aspek assurance, Citilink telah Perhatian juga ditunjukkan oleh pramugari yang
memberikan pelayanan dengan cukup baik. Citilink memberi perhatian khusus terhadap ketiga kategori
telah memberikan pelayanan dengan tepat waktu, dan penumpang tersebut serta senantiasa mendengarkan
mampu memberikan kepastian biaya dalam pelayanan. keinginan penumpang dengan sikap ramah dan sopan.
Citilink telah menaati kebijakan publik yang telah Selain itu, petugas juga cukup bersikap adil terhadap
ditetapkan dalam hal ketepatan waktu dan kepastian penumpang dan tidak membeda-bedakan penumpang.
biaya. Ketepatan waktu penerbangan yang diberikan Sikap tersebut diperkuat dengan pengakuan
Citilink dibuktikan dengan terus meningkatnya grafik penumpang yang merasa cukup puas dengan empati
On Time Performance yang kini stabil pada posisi yang diberikan oleh sebagian besar petugas Citilink.
sekitar 80 persen. Selain itu, sebagian besar Hal tersebut berkaitan dengan teori dimensi
penumpang juga jarang mengeluhkan mengenai delay kualitas jasa yang dikemukakan oleh Gronroos (1990,
atau keterlambatan penerbangan Citilink. Meski begitu, 2000). Gronroos memaparkan tiga dimensi utama
Citilink juga member jaminan terhadap keterlambatan kualitas jasa yang hampir serupa: outcome-related
bagi penumpang dengan memberikan kompensasi (technical quality), process-related (functional quality),
sesuai dengan faktor penyebab keterlambatan dan lama dan image-related dimensions. Kepuasan pelanggan
waktu keterlambatan berlangsung. Dalam hal tersebut, Citilink terhadap sikap empati yang diberikan petugas
Citilink telah menaati PM 89 tahun 2015. Selain itu, tersebut memenuhi dimensi process-related dimension
Citilink juga memberikan jaminan penanganan delay dalam kriteria attitudes and behaviour, yakni pelanggan
terhadap penumpang dengan ditetapkannya sertifikasi merasa bahwa para karyawan kontak memperhatikan
ISO 9001: 2005 Delay Management terhadap Citilink. mereka dan berusaha membantu memecahkan masalah
Sedangkan dalam hal kepastian biaya, Citilink pelanggan secara spontan dan senang hati.
menaai peraturan batas atas dan batas bawah seperti
yang tertuang dalam Peraturan Mentari Perhubungan 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas
Republik Indonesia (KM 26 tahun 2010). Untuk itu, pelayanan PT. Citilink Indonesia
meski penumpang membeli tiket dari beragam tempat,
range harga tiket yang didapat pun sama. Selain itu, Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa
dalam tiket Citilink juga termasuk dalam biaya airport faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan Citilink
tax atau Passenger Service Charge (PSC). Dengan terhadap penumpang. Faktor-faktor tersebut dijelaskan
begitu, penumpang akan lebih mudah dalam sebagai berikut:
melakukan pembayaran dan mengurangi check point di
bandara sehingga terhindar dari ketidak-efektifan. a. Sumber Daya Manusia
Jika melihat indikator tersebut, maka jaminan Keberhasilan pemberian pelayanan disebabkan
pelayanan Citilink bisa dibilang cukup baik. Jaminan karyawan yang ahli, fasilitas pelayanan yang
juga diberikan oleh para petugas, terutama petugas fungsional, dan memiliki estetika tinggi. Ada dua
yang bertugas selama penerbangan berlangsung (in- faktor penting dalam keberhasilan pemberian
flight), yakni flight attendant atau pramugari. Citilink pelayanan atau jasa baru adalah proses pengembangan
juga memberikan jaminan berupa klaim kerusakan atau berorientasi pasar dan adanya sinergi antara kebutuhan
kehilangan bagasi berbayar di counter Lost and Found pelayanan baru dan sumber daya perusahaan
di masing-masing bandara. Dengan begitu, penumpang (Ottenbach et al., 2006). Karyawan perusahaan jasa
akan merasa aman selama menggunakan jasa merupakan faktor penting dalam keberhasilan
pelayanan Citilink. organisasi jasa, bukan hanya disebabkan oleh
hubungan langsungnya dengan pelanggan, tetapi juga
e. Emphaty (empati) disebabkan karyawan atau penyedia jasa merupakan
Menurut Rahmayanty (2010: 69), empati/emphaty pusat dari the positive mouth-of-mouth yang bersifat
adalah memahami segala sesuatu dan menempatkan subyektif (Ariani, 2009). Sumber daya manusia
diri pada posisi pelanggan. Hardiyansyah (2011: 47), merupakan faktor yang cukup krusial dalam
emphaty terdiri atas indikator mendahulukan menentukan kualitas pelayanan jasa yang diberikan
kepentingan pemohon/pelanggan, petugas memahami oleh Citilink. Sumber daya manusia merupakan faktor
dengan sikap ramah, petugas memahami dengan sikap yang mendukung kualitas pelayanan Citilink. Sumber
sopan santun, petugas melayani dengan tidak daya manusia dituntut untuk mampu memberikan
diskriminatif (membeda-bedakan), petugas melayani pelayanan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh
dan menghargai setiap pelanggan. Berdasarkan penumpang. Sumber daya manusia (SDM) Citilink
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 4, Nomor 3, September - Desember 2016
dapat dilihat dari kualitas dan kuantitas SDM yang karakteristik perilaku penumpang sering kali
memberikan pelayanan, tingkat pendidikan, dan mempengaruhi kualitas pelayanan yang diberikan
kompetensi SDM tersebut. Tingkat pendidikan SDM di Citilink. Beragamnya karakteristik perilaku penumpang
Citilink menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan tersebut menjadi faktor yang menghambat pemberian
memiliki latar belakang pendidikan Sekolah Menengah pelayanan berkualitas oleh Citilink. Sering kali terdapat
Atas (SMA). Latar belakang pendidikan strata 1 (S1) penumpang yang tidak bisa menyampaikan
juga paling banyak kedua setelah SMA. Dengan latar keinginannnya dengan baik. Kemudian hal tersebut
belakang pendidikan yang cukup tinggi menunjukkan memicu penyedia layanan untuk memberikan pelayanan
bahwa karyawan mampu memahami kinerja dan job yang kurang baik.
description masing-masing dalam melayani Misalnya yang terjadi saat salah satu penumpang
penumpang. Standar pendidikan juga berbeda-beda melakukan komplain tentang pembatalan penerbangan
bagi setiap posisi kerja karyawan. Karyawan dengan yang tidak diinfokan. Penumpang menyampaikan
latar belakang pendidikan SMA sering kali komplainnya terhadap petugas customer service
ditempatkan pada bagian front liner. dengan cara yang kurang sopan. Menanggapi hal
Selain menetapkan standar latar belakang tersebut, petugas customer service pun terpancing
pendidikan yang berbeda pada tiap-tiap jabatan, untuk melakukan sikap yang kurang ramah pula.
Citilink juga memberikan pelatihan bagi karyawan. Pengaruh karakteristik penumpang juga dibuktikan
Semua karyawan perusahaan, mulai dari manajer oleh flight attendant atau pramugari saat penerbangan
puncak samoai karyawan operasional, wajib berlangsung. Sering kali pramugari menghadapi
mendapatkan pendidikan mengenai kualitas. Pelatihan penumpang yang menginginkan pelayanan khusus.
terutama terhadap karyawan yang baru diterima dan Jika diamati, hal tersebut disebabkan adanya gap
belum memiliki kemampuan yang sesuai dengan komunikasi antara Citilink dengan pelanggan perihal
harapan Citilink. Latihan dan pengembangan dapat tugas utama apa yang semestinya diberikan pramugari
didefinisikan sebagai usaha yang terencana dari terhadap penumpang. Tak dapat dimungkiri lagi bahwa
organisasi untuk meningkatkan pengetahuan, komunikasi merupakan faktor esensial dalam menjalin
keterampilan, dan kemampuan pegawai (Hariandja, kontak dan relasi dengan pelanggan. Bila terjadi gap
2002). komunikasi, maka bisa timbul penilaian atau persepsi
Pelatihan atau training dalam Citilink paling negatif terhadap kualitas jasa (Tjiptono dan Tjandra,
banyak diberikan kepada karyawan yang memiliki latar 2006).
belakang pendidikan yang tidak berfokus pada job
description jabatan. Misalnya karyawan check in dan c. Kebijakan Publik
customer service yang sebagian besar merupakan Kebijakan publik adalah suatu tujuan tertentu,
lulusan SMA. Petugas check in menerima training atau serangkaian asas tertentu, atau tindakan yang
berupa pelatihan menggunakan sistem GoNow yang dilaksanakan oleh pemerintah pada suatu waktu
digunakan untuk memproses data penumpang yang tertentu dalam kaitannya dengan suatu subyek atau
check-in. Sedangkan petugas di customer service sebagai respon terhadap suatu keadaan yang krisis”
menerima training performa, proses sistem Skyspeed, (Parker, 1975, hal 144). Untuk itu, Citilink sebagai
dan laporan keuangan. Sedangkan pramugari atau penyedia layanan jasa low cost carrier tak luput dari
flight attendant, mendapat dua training, yakni ground peran pemerintah dalam menjalankan pelayanan.
training dan flight training. Semua pelatihan tersebut Citilink sangat berpedoman pada peraturan yang
diterima oleh karyawan sebelum karyawan dikeluarkan oleh Menteri Perhubungan Republik
ditempatkan pada jabatannya. Indonesia. (PM 185 tahun 2015) yang menjelaskan
bahwa terdapat tiga tahap standar pelayanan
b. Faktor Karakteristik Penumpang penerbangan, yakni pre-flight, in-flight dan post-flight.
Terdapat dua jenis pelanggan, yakni pelanggan Selain itu terdapat pula peraturan Peraturan Menteri
internal dan pelanggan eksternal. Pelanggan internal Perhubungan Republik Indonesia (KM 26 tahun 2010)
adalah orang-orang di dalam organisasi yang yang mengatur tentang batas penetapan harga tiket
pelayanannya tergantung pada anda dan hanya seluruh maskapai penerbangan di Indonesia. Lalu,
memiliki sedikit pilihan atau tidak memiliki pilihan terdapat pula Peraturan Menteri Perhubungan Republik
sama sekali untuk menerima pelayanan. Sedangkan Indonesia (PM 89 tahun 2015) yang menjadi patokan
pelanggam eksternal adalah orang-orang di luar Citilink dalam memberikan kompensasi delay. Selain
organisasi/perusahaan yang pelayannya tergantung itu, Citilink juga berpedoman pada PM 77 tahun 2015
pada penyedia layanan dan berbisnis dengan penyedia dalam memberikan perlindungan bagasi berbayar bagi
layanan karena pilihan mereka sendiri. Pelanggan penumpang.
eksternal setiap industri jelas adalah masyarakat umum
yang menerima produk industri tersebut. Sebagai
penyedia layanan berupa jasa, Citilink harus Kesimpulan
berhadapan dengan berbagai jenis karakter penumpang
yang tergolong sebagai pelanggan eksternal. Kepuasan 1. Kualitas Pelayanan Maskapai Penerbangan PT
penumpang menjadi salah satu tolak ukur kualitas Citilink Indonesia Cabang Surabaya
pelayanan di Citilink. Berdasarkan hasil penelitian, analisis dan
Citilink merupakan maskapai low cost carrier interpretasi yang dilakukan peneliti, dapat disimpulkan
yang memiliki segmen penumpang yang lebih banyak
dibandingkan maskapai full service. Oleh karena itu,
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 4, Nomor 3, September - Desember 2016
bahwa kualitas pelayanan PT Citilink Indonesia cabang customer service kepada penumpang. Sehingga,
Surabaya sudah cukup baik. Dikatakan cukup baik beberapa penumpang merasa kurang puas dengan
karena masih terdapat beberapa kekurangan yang tidak pelayanan yang diberikan.
mendominasi di dalam pemberian kualitas pelayanan. Secara keseluruhan, kualitas pelayanan yang
Hal tersebut seperti yang terlihat dalam beberapa diberikan oleh Citilink terhadap penumpang sudah
dimensi kualitas pelayanan sebagai berikut: cukup baik. Pelayanan paling baik diberikan oleh
Citilink saat proses in-flight dan post-flight. Hal itu
a. Tangible (bukti fisik) dapat dilihat dari baiknya pelayanan Citilink pada dua
Tahapan in-flight memiliki bukti fisik yang paling tahapan tersebut dalam tiap-tiap dimensi. Oleh karena
baik. Sebagian besar penumpang merasa puas dengan itu, dapat disimpulkan bahwa image negatif yang
kondisi dan kelayakan interior kabin serta fasilitas bagi selama ini melekat pada maskapai low cost carrier
penumpang yang berada di dalam pesawat. Sedangkan dapat dipatahkan oleh Citilink. Citilink mampu
tahapan yang paling buruk adalah pre-flight, terutama membuktikan bahwa dengan harga yang murah,
dalam hal fasilitas check-in. Meski memiliki beragam kualitas pelayanan yang diberikan tetap baik dan tidak
jenis check-in, yakni self check-in, mobile check-in dan mengorbankan kepuasan penumpang.
web check-in, hal tersebut dirasa kurang efektif oleh
penumpang. Jumlah mesin self check-in di masing- 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas
masing bandara masih dirasa kurang memadai jumlah pelayanan PT. Citilink Indonesia
penumpang. Pengguna ketiga layanan check-in tersebut
juga masih harus melakukan print boarding pass di a. Sumber Daya Manusia
counter check-in dan menitipkan bagasi berbayar bagi Sumber daya manusia merupakan faktor yang
penumpang yang membawa bagasi. Sehingga antrian di mendukung kualitas pelayanan di Citilink. Citilink
counter check-in bandara pun tidak berkurang secara didominasi dengan sumber daya manusia yang
signifikan. memiliki tingkat pendidikan SMA dan Strata 1 (S1).
b. Responsiveness (daya tanggap) Hal tersebut menunjukkan bahwa sumber daya
Dalam dimensi responsiveness, seluruh tahapan manusia di Citilink memiliki latar belakang yang cukup
dapat dikatakan sudah berjalan dengan baik. Terutama mumpuni. Selain itu, Citilink juga memberikan training
dalam hal daya tanggap ketika terjadi delay atau atau pelatihan yang menunjang kompetensi sumber
keterlambatan penerbangan secara mendadak. Citilink daya manusia terkati.
menginformasikan kepada penumpang jika terjadi b. Karakteristik Penumpang
keterlambatan, serta menyampaikan seberapa lama Sebagai maskapai low cost carrier, Citilink
keterlambatan berlangsung. Sehingga, kepastian waktu memiliki banyak segmen penumpang. Oleh karena itu,
tersebut bisa membuat menumpang merasa nyaman karakteristik penumpang pun beragam. Dengan
dan aman. beragamnya penumpang, maka makin banyak pula
c. Reliability (kehandalan) jenis perilaku penumpang. Karakteristik penumpang
Seluruh tahapan dalam dimensi reliability sudah tersebut menjadi faktor yang menghambat kualitas
berjalan dengan baik. Tahapan yang memiliki kualitas pelayanan Citilink. Terdapat beberapa alasan yang
paling baik adalah in-flight dimana pramugari (petugas mendasari penumpang bersikap menyulitkan petugas,
in-flight) yang handal dalam pemeragaan alat standar yakni penumpang berusaha mempertahankan ego atau
keselamatan di pesawat. Pramugari mampu harga diri mereka, penumpang terburu-buru karena
memperagakan sesuai dengan prosedur yang benar. kesibukan, serta terjadi gap komunikasi antara job
Kehandalan pramugari juga dapat dinilai dari description petugas dengan apa yang diinginkan
kecekatan pramugari dalam memenuhi keinginan penumpang.
penumpang. c. Kebijakan Publik
d. Assurance (jaminan) Kebijakan publik yang dibuat oleh pemerintah menjadi
Dalam melayani penumpang, Citilink telah faktor yang mendukung kualitas pelayanan. Kebijakan
memberikan jaminan yang sangat baik terhadap publik yang mempengaruhi kualitas pelayanan tersebut
penumpang. Bentuk jaminan atau assurance yang antara lain Peraturan Menteri Perhubungan Republik
paling menonjol adalah dalam tahapan pre-flighty, Indonesia (KM 26 tahun 2010) yang mengatur tentang
terutama dalam hal pemberian kompensasi saat terjadi batas penetapan harga tiket seluruh maskapai penerbangan
delay atau keterlambatan. Citilink selalu memberikan di Indonesia. Lalu, terdapat pula Peraturan Menteri
kompensasi sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia (PM 89 tahun 2015)
Perhubungan Republik Indonesia (PM 89 tahun 2015) yang menjadi patokan Citilink dalam memberikan
tanpa diminta oleh penumpang. kompensasi delay. Selain itu, Citilink juga berpedoman
e. Emphaty (empati) pada PM 77 tahun 2015 dalam memberikan perlindungan
Dalam dimensi emphaty, tahapan in-flight bagasi berbayar bagi penumpang. Seluruh peraturan
merupakan tahapan yang paling baik. Pramugari selaku tersebut berorientasi terhadap kepuasan penumpang. Oleh
petugas in-flight mampu memberikan perhatian secara karena itu, Citilink pun memiliki pedoman dan batas
personal kepada penumpang dengan baik, terutama yang kuat dalam memberikan pelayanan yang baik dan
bagi penyandang cacat, anak-anak, lansia, dan mampu meningkatkan kepuasan penumpang.
penumpang berkebutuhan khusus lainnya. Sedangkan
tahapan yang paling buruk adalah pre-flight, terutama
kurangnya sikap emphaty yang diberikan oleh petugas
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 4, Nomor 3, September - Desember 2016