You are on page 1of 14

JSW (Jurnal Sosiologi Walisongo) – Vol 4, No 1 (2020), 73-86

ISSN 2503-3166 (print); ISSN 2503-3182 (online)


DOI: 10.21580/jsw.2020.4.1.4272

Perubahan Sosial Masyarakat Desa Akibat Penggunaan


Sumber Air Bersama Perusahaan Daerah Air Mimum
(PDAM)

Desi Yunita,1∗∗ Nunung Nurwati,2 Wahju Gunawan3


1,2,3 Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Padjadjaran Bandung - Indonesia

Abstract

The water source in the Perhutani forest area is the main water source for the village community in Sumedang
Regency West Java. At present, the same source is also used by the Sumedang Regency water company to meet
the water needs of urban communities. This article describes the social changes that have occurred in rural
communities as a result of the shared use of water resources from the Perhutani Forest. This article is based on
qualitative research with a case study approach. Data collection techniques used were observation, interviews,
and questionnaires. It was found that there have been social changes in forest-edge communities. The change is
clearly seen in the changing pattern of planting and community agricultural commodities. Furthermore, it was
found that changes also occurred in the mode of production (infrastructure) which was marked by the shift of
control of the water source to the water company (PDAM), the changes in the mode of production directly affect
changes in the structure of the forest village community which is mainly seen from changes in community
livelihoods due to changes in agricultural patterns and systems in the community. Changes to the structure can
also be seen from the formation of the existing water user structure at the RW level to regulate household water
allocation and distribution.

Sumber air yang berada di kawasan hutan Perhutani merupakan sumber air utama bagi masyarakat desa yang
tinggal di tepian hutan di wilayah kabupaten Sumedang Jawa Barat. Saat ini sumber yang sama juga dipergunakan
oleh PDAM kabupaten Sumedang untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakat perkotaan. Artikel ini
menguraikan perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat desa tepian hutan sebagai akibat penggunaan
bersama pada sumber mata air dari hutan Perhutani tersebut. Artikel ini didasarkan pada penelitian kualitatif
dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan
kuesioner. Ditemukan bahwa telah terjadi perubahan sosial pada masyarakat tepian hutan Perhutani yang
dipengaruhi adanya pemanfaatan sumber air yang sama oleh PDAM. Perubahan terlihat jelas pada berubahnya
pola tanam dan komoditi pertanian masyarakat. Selanjutnya, ditemukan bahwa perubahan juga terjadi pada
mode produksi (infrastruktur) yang ditandai dengan beralihnya kendali atas kontrol pada sumber air oleh PDAM,
perubahan pada mode produksi ini secara langsung berpengaruh pada perubahan struktur masyarakat desa
yang terutama terlihat dari berubahnya mata pencaharian masyarakat akibat berubahnya pola dan sistem
pertanian di masyarakat desa tepian hutan. Perubahan pada struktur juga terlihat dari dibentuknya struktur
pemanfaat air yang ada ditingkat RW untuk mengatur alokasi dan distribusi air rumah tangga.

Keywords: water source; social changes; infrastructure; structure

__________

Korespondensi Penulis: Desi Yunita (desi.yunita@unpad.ac.id), Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Padjadjaran Bandung, Jl. Bukit Dago Utara No.25, Dago, Kecamatan Coblong, Kota Bandung, Jawa Barat 40135.

Copyright © 2020 JSW (Jurnal Sosiologi Walisongo) │ 73


Desi Yunita, Nunung Nurwati, Wahju Gunawan

Pendahuluan konsumsi (Wijitkosum 2012); (Morote-Seguido


dan Hernández-Hernández 2016)). Dengan
Indonesia tercatat sebagai negara dengan
begitu maka dapat dilihat bahwa pertumbuhan
jumlah penduduk terbesar keempat di dunia
populasi adalah penyebab utama kelangkaan air,
yang wilayah perkotaannya terus bertumbuh.
karena pertumbuhan populasi telah mendorong
Perkiraan (World Bank 2018) 67,5% populasi
meningkatnya permintaan dan persaingan dalam
penduduk Indonesia akan hidup di daerah per-
mendapatkan air untuk keperluan rumah tangga,
kotaan pada tahun 2025. Pertumbuhan wilayah
industri, ataupun kota (Mogelgaard, 2011;
perkotaan ini turut mempengaruhi peningkatan
McGrane, 2016).
kebutuhan akan air bersih, sehingga prediksi
terjadinya kelangkaan air akan terus meningkat. Salah satu wilayah dengan pertumbuhan
Faktor pendorong terjadinya kelangkaan air paling pesat di kabupaten Sumedang adalah
adalah meningkatnya populasi di wilayah per- Kecamatan Jatinangor yang direncanakan men-
kotaan (Falkenmark dan Widstrand 1992; Turton jadi kawasan pendidikan. Kecamatan ini telah
dan Ohlsson 2018). Sehingga, muncul ke- berkembang dengan peningkatan jumlah pen-
khawatiran adanya konflik akibat perebutan duduk yang sangat cepat. Peningkatan tersebut
akses pemenuhan kebutuhan air bersih. Akibat berpengaruh pada meningkatnya kebutuhan air,
adanya kekhawatiran itu, saat ini berkembang dan dalam upaya memenuhi kebutuhan air
pemahaman tentang manfaat luas bagi ekonomi, masyarakat perkotaan tersebut dibentuklah
pengguna, dan lingkungan jika air dikembangkan PDAM oleh pemerintah Kabupaten Sumedang
dan dikelola sebagai barang ekonomi, karena sebagai bentuk pelayanan dan pemenuhan ke-
dengan meminta pengguna membayar seluruh butuhan air masyarakat diperkotaan seperti
biaya penggunaan air akan dapat mengatasi Jatinangor. Mogelgaard (2011) menyebutkan
masalah-masalah tersebut (Briscoe, 2011). Selain bahwa semakin banyaknya permintaan air bersih
itu, kelangkaan juga terjadi bukan saja karena air dari wilayah perkotaan juga telah meningkatkan
bersih yang berkurang, tetapi juga disebabkan stres pada sumber air tawar, yang mana stres
oleh polusi yang meningkat akibat tekanan tersebut dipicu oleh meningkatnya permintaan
populasi (Liyanage dan Yamada 2017). air yang sudah menyebabkan kelangkaan air.
Terkait dengan stres air tawar itu, Falkenmark
Peningkatan populasi yang menyebabkan
dan Widstrand (1992) menyebutkan bahwa
polusi air tersebut ditandai dengan meningkatnya
suatu negara dinyatakan memiliki air yang langka
jumlah pemukiman (Glińska-Lewczuk et al.
jika terdapat kurang dari 1000 meter kubik air
2016), lahan pertanian untuk kebutuhan masya-
tawar terbarukan yang tersedia per orang per-
rakat luas (Stoyanova dan Harizanova 2019), dan
tahunnya, dan dinyatakan stres air jika tersedia
industri komersil (Literathy 1996). Indikasi
air antara 1000 hingga 1667 meter kubik
meningkatnya polusi air dikarenakan beberapa
perorang pertahunnya.
faktor tersebut juga teramati di wilayah
Sumedang, tentu saja hal ini akan berpengaruh Peningkatan jumlah hunian sebagai kon-
pada meningkatnya kebutuhan akan air untuk sekuensi dari meningkatnya jumlah penduduk

74 │ JSW (Jurnal Sosiologi Walisongo) – Volume 4, No. 1, 2020


Perubahan Sosial Masyarakat Desa Akibat Penggunaan Sumber Air ....

yang memicu munculnya penyedia layanan air menggunakan sistem perpipaan teknis dan
bersih tersebut menjadi indikasi berubahnya barang ekonomi dengan menetapkan harga
makna air. Air yang karena perannya membentuk untuk setiap distribusi dan alokasi bagi masya-
karakter identitas sosial-budaya masyarakat rakat pengguna airtelah membentuk interaksi
awalnya merupakan matriks budaya, dasar ke- saling ketergantungan yang unik terutama pada
hidupan (Godina 2005; Shiva 2002). Saat ini air sumber air dari hutan Perhutani ini, keunikan
telah berubah makna menjadi barang ekonomi tersebut terlihat pada model pemanfaatan sum-
(Briscoe, 1996) Meskipun beberapa peneliti ber air dimana masyarakat desa dapat me-
menganggap air sebagai barang ekonomi tetapi manfaatkan air secara bebas tanpa dikenakan
peran air sebagai kebutuhan dasar,barang yang beban biaya oleh Perhutani, sedangkan PDAM
berharga, dan sebagai sumberdaya sosial, eko- yang memanfaatkan air dari hutan Perhutani
nomi, keuangan serta lingkungan, telah me- tersebut harus membayar untuk setiap meter
nyebabkan sumber daya ini tidak dapat dihapus kubik yang di distribusikannya. Saat ini interaksi
dari perannya sebagai barang publik (Perry, Rock, saling ketergantungan pada air dari hutan Per-
dan Seckler 1997). Terkait air sebagai barang hutani antara masyarakat desa dan PDAM
ekonomi (Briscoe 1996b), pendapat tersebut mengalami gesekan karena peningkatan jumlah
sejalan dengan empat prinsip Dublin, yaitu pelanggan PDAM yang mempengaruhi lonjakan
prinsip yang disepakati dalam konferensi air dan kebutuhan air yang dialokasikan untuk PDAM.
lingkungan yang diselenggarakan di Dublin Artikel ini berbasis penelitian perubahan
(World Meteorological Organization 1992). sosial yang terjadi pada masyarakat pedesaan
Dalam empat prinsip tersebut pada poin keempat yang menggunakan air dari kawasan hutan
disebutkan bahwa air memiliki nilai ekonomi dan Perhutani, dilihat dari basis, struktur, dan supra-
harus diakui sebagai barang ekonomi, dengan struktur yang telah berubah karena adanya
mempertimbangkan kriteria keterjangkauan dan penggunaan sumber air secara bersama dengan
kesetaraan (World Meteoro-logical Organization PDAM yang jumlah pelanggannya terus ber-
1992). Di Indonesia, salah satu sumber air berciri tambah.Melihat perubahan yang terjadi pada
sebagai barang ekonomi dan barang publik salah masyarakat desa yang juga memanfaatkan air
satunya adalah sumber air dari kawasan hutan dari sumber air yang sama akan memberikan
Perhutani, karena distribusi dan alokasi yang perspektif baru bahwa penambahan populasi
dilakukan PDAM telah mengembangkan tidak hanya meningkatkan polusi dan kelangkaan
mekanisme ekonomi dalam memenuhi ke- air, tetapi juga akan berdampak pada terjadinya
butuhan masyarakat akan air bersih. Sedangkan perubahan pada masyarakat desa yang me-
ciri publik dapat dilihat pada konteks pemanfaat- manfaatkan air dengan pola dan model peng-
an sumber air oleh masyarakat desa di tepian gunaan yang berbeda dari masyarakat diwilayah
hutan. perkotaan.
Penggunaan sumber air bersama antara Pendekatan yang dipergunakan dalam pe-
masyarakat desa dan perusahaan air minum yang nelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan

JSW (Jurnal Sosiologi Walisongo) – Volume 4, No. 1, 2020 │ 75


Desi Yunita, Nunung Nurwati, Wahju Gunawan

metode studi kasus instrumental (Denzin dan Lebih lanjut mengenai penelitian terkait
Lincoln 2009). Pemilihan studi kasus instru- pemanfaatan air telah banyak dilakukan di Eropa,
mental karena kasus pemanfaatan air dari hutan apakah itu yang berkorelasi dengan perubahan
Perhutani secara bersama dengan PDAM ini iklim atau privatisasi air (Alseaf 2017; Bakker
dapat menjadi informasi pendukung yang me- 2005; Grey dan Sadoff 2006), sebuah artikel
mudahkan pemahaman kita mengenai kasus- tentang distribusi air dan peraturan ditulis oleh
kasus pemanfaatan air dari hutan Perhutani di (Grey dan Sadoff 2006) yang berpendapat bagai-
lokasi-lokasi yang berbeda. Pemilihan metode mana pertumbuhan cepat yang terjadi di suatu
studi kasus ini dapat memberikan gambaran negara telah mendorong pengembangan infra-
tipikal bagi kasus-kasus pemanfaatan air bersama struktur sumber daya air tetapi perkembangan
antara masyarakat dan institusi bisnis yang itu mengarah pada persepsi yang cukup umum
terjadi di daerah yang lain.Oleh karena itu model bahwa pengembangan infrastruktur sumber
kualitatif studi kasus menjadi pilihan karena daya air pada hakekatnya buruk bagi orang
keberadaan tempat, kekhususan dan keunikan miskin, buruk bagi orang-orang yang terkena
kasus (Fisher dan Cresswell 1998). Teknik dampak proyek dan buruk bagi lingkungan.
pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan Namun, dari sejumlah penelitian, tidak ada yang
dengan cara observasi partisipatif dan wa- menganalisis secara khusus perubahan apa yang
wancara mendalam. Objek observasi partisipatif telah dialami oleh masyarakat pedesaan yang
pada penelitian ini adalah tempat atau latar sumber daya airnya digunakan oleh orang-orang
dimana penelitian ini dilakukan menyangkut di daerah lain, terutama di daerah perkotaan.
aktivitas-aktivitas interaksi berkaitan dengan pe- Oleh karena itu, tema yang akan digaris bawahi
manfaatan air, antara masyarakat dengan untuk dibahas dalam kajian ini adalah: Perubahan
masyarakat, masyarakat dengan Perhutani dan Sosial Masyarakat Pemanfaat air dari hutan
masyarakat dengan PDAM. Adapun wawancara Perhutani; Perubahan Mode Produksi (infra-
dimaksudkan untuk mengumpulkan data secara struktur); dan Pemanfaatan bersama sumber air
akurat, sedangkan beberapa aspek yang menjadi dan perubahan struktur masyarakat desa;
fokus dalam wawancara yaitu mengenai Perubahan yang terjadi di masyarakat di-
perubahan infrastruktur (mode produksi dan analisis menggunakan pendekatan teori material-
mode reproduksi) akibat pemanfaatan bersama isme historis dan materialisme budaya dengan
sumber air dengan PDAM, perubahan struktur melihat perubahan yang terjadi pada basis,
sosial masyarakat sebagai akibat dari adanya infrastruktur, struktur, dan superstruktur di
pemanfaatan sumber air oleh PDAM, dan per- masyarakat pedesaan. Pada analisis mengguna-
ubahan suprastruktur yang lebih melihat nilai kan teori materialisme historis, Marx (Sztompka,
dan cara pandang masyarakat desa tepian hutan 2007: 189), menyatakan bahwa ada tiga jenis
terhadap kondisi lingkungan akibat berkurang- faktor yang menyebabkan perubahan yang
nya pasokan air dari hutan Perhutani karena bekerja pada tiga tingkat berbeda, yaitu pada
pemanfaatan bersama dengan PDAM. tingkat sejarah dunia, pada tingkat struktur, dan

76 │ JSW (Jurnal Sosiologi Walisongo) – Volume 4, No. 1, 2020


Perubahan Sosial Masyarakat Desa Akibat Penggunaan Sumber Air ....

pada tingkat tindakan individu. Analisis dalam dari seluruh masyarakat, yaitu revolusi sosial.
penelitian ini difokuskan pada struktur dan Maka kisah ini akan terulang kembali.
tingkat tindakan individu untuk melihat per- Selain itu, Marx juga menyediakan analisis
ubahan sosial yang terjadi dan dialami oleh perubahan sosial yang berbeda. Menurut Marx
masyarakat desa yang tinggal di tepian hutan. (dalam Munandar 1998:116) terjadinya aku-
Pilihan untuk melihat pada tingkat struktur sosial mulasi modal (modal) sebagai dasar untuk
ini karena pengaruh determinan jauh lebih lemah, asumsi perubahan sosial. Marx memberikan
dan akan dapat diamati kelas yang mengambil posisi tertinggi pada realitas kondisi material
tindakan kolektif pada akhirnya dipandu oleh dalam interaksi dialektik dengan realitas gagasan
kepentingan ekonomi mereka dan bertujuan dan hubungan sosial. Proses perkembangan
untuk memperkuat atau mempertahankannya. kapitalisme melahirkan perubahan sosial.
Analisis pada tingkat tindakan individu juga Menurut Marx aktor utama perubahan sosial
diperlukan untuk mengetahui apakah terdapat bukanlah individu tertentu, tetapi kelas sosial,
elemen sukarela yang paling kuat, pilihan bebas, oleh karena itu kita hanya dapat memahami
keputusan spontan, kemungkinan, dan peluang sejarah dan perkembangan yang terjadi ketika
dalam praktik pemanfaatan air dari hutan kita memperhatikan kelas sosial dalam masya-
Perhutani ini di masyarakat. rakat. Marx menyebutkan bahwa setiap ma-
Marx (dalam Sztompka 2007:189) menge- syarakat terdapat kelas penguasa dan kelas yang
mukakan bahwa proses perubahan dimulai pada dikontrol, kelas atas dan kelas bawah (dalam
tingkat tindakan individu. Tindakan individu ini Suseno 2010).
yang merupakan kekuatan pendorong per- Selanjutnya, Marx juga mengungkapkan
ubahan sosial dan historis. Individu adalah agen bahwa masyarakat kapitalis terdiri dari tiga kelas,
dari perubahan terakhir. Tetapi dalam tindakan yaitu pekerja (mereka hidup dengan upah),
mereka, individu harus menyadari kondisi struk- pemilik modal (yang hidup dari laba), dan tuan
tural di sekitar mereka. Kesamaan kepentingan tanah, dalam perkembangan selanjutnya ada dua
ekonomi menyatukan orang ke dalam kelas sosial kelas yang tersisa, pekerja dan pemilik modal.
dan pada saat yang sama membedakan mereka Marx (dalam Suseno, 2010) berbagi ruang
dengan anggota kelas sosial lainnya. Untuk lingkup kehidupan manusia dalam dua bagian
mempertahankan kepentingan ekonomi mereka, utama, salah satunya adalah "basis nyata" atau
kelas sosial memasuki perjuangan kelas dengan "basis" dan yang lainnya adalah "bangunan atas".
kelas yang berlawanan. Kelas progresif, yaitu Basis nyata atau basis adalah bidang produksi
mereka yang memiliki minat dalam me- kehidupan material, sedangkan bangunan atas
ngembangkan "kekuatan produktif" akan lebih adalah proses kehidupan sosial, politik dan
unggul. Mereka menciptakan sistem produksi spiritual. Kehidupan di atas ditentukan oleh
baru. Kelas yang tersisa lainnya dipaksa untuk kehidupan berdasarkan bangunan atas. Ini
menyesuaikan diri dengan sistem ekonomi baru berarti bahwa perubahan sosial akan terjadi
ini. Transformasi fundamentalis yang lengkap ketika perubahan terjadi atas dasar perubahan

JSW (Jurnal Sosiologi Walisongo) – Volume 4, No. 1, 2020 │ 77


Desi Yunita, Nunung Nurwati, Wahju Gunawan

dalam produksi kehidupan material. Dasar atau Basis (Base) dan Superstruktur, yang mana oleh
basis ditentukan oleh dua faktor: kekuatan Marvin Harris dua hal tersebut disebut sebagai
produktif (kekuatan yang digunakan oleh infrastruktur dasar. Selanjutnya untuk semakin
masyarakat untuk bekerja pada alam) dan memperkaya analisisnya, Marvin Harris me-
hubungan produktif (hubungan kerja sama atau modifikasi skema yang dikemukakan Marx
pembagian kerja antara manusia dalam proses dengan memasukkan unsur-unsur reproduksi
produksi). Bangunan atas terdiri dari dua elemen; manusia ke dalam infrastruktur bersama dengan
tatanan kelembagaan dan tatanan kesadaran mode produksi ekonomi. Harris juga meng-
kolektif juga disebut pembangunan ideologi usulkan "kategori menengah", yaitu struktur,
(Suseno, 2010). antara dasar dan superstruktur. Kategori ini tidak
Jika teori Marx tersebut dikaitkan dengan pola ditemukan dalam skema Marxis (Saifuddin
dan mekanisme pemanfaatan sumber air dari 2006:236). Penggunaan analisis materialisme
hutan Perhutani, dapat dilihat bahwa perubahan historis dari Marx yang mendasarkan perubahan
ini terjadi karena struktur yang dikembangkan sosial pada tiga tingkatan berbeda, yaitu sejarah
oleh PDAM adalah model penggunaan sumber air dunia, tingkat struktur, dan tindakan individu,
dengan teknologi, dan modal yang menyebabkan diyakini dapat memberikan pemahaman me-
perubahan pola dan mata pencaharian pada ngenai bagaimana perubahan sosial terjadi pada
masyarakat desa tepian hutan. Selanjutnya, pada masyarakat pemanfaat air dari hutan Perhutani,
analisis yang menggunakan teori materialisme sedangkan pada teori materialisme budaya,
budaya yang dikemukakan Marvin Harris ter- perubahan dilihat pada tingkat infrastruktur,
sebut berusaha melengkapi teori perubahan yang struktur dan suprastruktur. Sehingga peng-
dikemukakan oleh Marx, khususnya dalam meng- gunaan kedua teori tersebut memberikan pen-
analisis perubahan dalam masyarakat. (Saifuddin jelasan yang berbeda terkait dengan perubahan
2006:236) menjelaskan bahwa Marvin Harris sosial pada masyarakat desa pemanfaat air dari
sangat dipengaruhi oleh ide-ide Marx tentang hutan Perhutani.

Tabel 1.
Perbedaan Basis/Infrastruktur Antara Marx dan Marvin Harris
Basis (Infrastruktur) Basis (Infrastruktur)
Karl Marx Marvin Harris
Tenaga-Tenaga Mode Produksi
Produktif Teknologi subsistensi, hubungan tekno-lingkungan, ekosistem,
Hubungan-hubungan pola-pola kerja
Produksi
Mode Reproduksi
Teknologi dan praktik-praktik yang diterapkan untuk
memperluas, membatasi dan mempertahankan ukuran populasi
(demografi, pola-pola perkawinan, fertilitias, mortalitas)
Sumber: Suseno (2010)

78 │ JSW (Jurnal Sosiologi Walisongo) – Volume 4, No. 1, 2020


Perubahan Sosial Masyarakat Desa Akibat Penggunaan Sumber Air ....

Perubahan Sosial Masyarakat lahan yang tidak teraliri air tersebut diantaranya,
Pemanfaat air dari Hutan Perhutani hortikultura, dan palawija.

Sebagai sumber air utama yang dimanfaatkan Perubahan pola tanam dan komoditi per-
untuk berbagai keperluan masyarakat seperti tanian yang dibudidayakan oleh masyarakat
tumah tangga hinggapertanian, sumber air dari petani itu juga berpengaruh pada berubahnya
hutan Perhutani memiliki peran yang sangat vital. tingkat kebutuhan tenaga buruh tani. Pada pola
Oleh karena itu, adanya pemanfaatan sumber air pertanian padi sawah, sebelum berubah menjadi
dari pihak lain di luar masyarakat desa, me- pertanian hortikultura kebutuhan buruh tani jauh
nyebabkan pasokan air bagi masyarakat desa lebih banyak, tenaga buruh tani dibutuhkan
mengalami gangguan. Gangguan akibat pe- terutama pada awal tanam dan masa panen.
manfaatan sumber air yang sama oleh PDAM ini Sedangkan pada pola pertanian hortikulutra
paling terlihat pada sektor pertanian. Meskipun kebutuhan buruh sangat jauh berkurang, hanya
tidak semua lahan pertanian sawah yang pada saat penyiapan lahan, sehingga sebagian
mengalami gangguan, akan tetapi setidaknya buruh tani tersebut saat ini juga bekerja sebagai
terdapat 30 hektar lahan sawah yang saat ini buruh tani di desa lain, dan sebagian yang lainnya
tidak lagi teraliri oleh air dari sumber air tersebut. tidak lagi bekerja sebagai buruh tani melainkan
Bagi masyarakat desa air yang berasal dari hutan menjadi buruh bangunan, atau kuli angkut di
Perhutani merupakan basis produksi material pasar dan lain sebagainya. Ini menunjukkan
yang sejak awal dimanfaatkan untuk memenuhi bahwa berubahnya penguasaan sumber air telah
kebutuhan subsisten masyarakat. Masyarakat berpengaruh banyak terutama pada masyarakat
memandang air sebagai sumberdaya untuk desa tepi hutan.
menghasilkan produksi pertanian sebagai upaya Melihat perubahan pola yang terjadi tersebut,
memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Oleh maka dapat dilihat bahwa peralihan kontrol
karena itu, sebagai masyarakat yang meng- penguasaan pada sumber air dari sebelumnya
andalkan pertanian padi sawah sebagai komoditi sepenuhnya dimanfaatkan oleh masyarakat desa,
utamaterhambatnya pasokan air tersebut telah dengan masuknya PDAM yang turut memanfaat-
berdampak pada terjadinya perubahan pada kan sumber air yang sama untuk keperluan
masyarakat desa khususnya pada lahan-lahan melayani masyarakat wilayah perkotaan sejauh
yang tidak lagi teraliri oleh air dari sumber mata ini telah merubah kontrol penguasaan sumber air
air tersebut. Perubahan paling nyata terlihat pada menjadi berada di tangan PDAM. Meskipun
perubahan pola pertanian yang diterapkan oleh kawasan hutan tempat sumber air berada di
sebagian masyarakat. Jika sebelumnya seluruh bawah penguasaan Perhutani, namun Perhutani
masyarakat merupakan petani padi sawah, tidak sepenuhnya mengatur alokasi dan distribusi
dengan adanya fenomena sebagian lahan yang sumber air tersebut, hal itulah yang membuat
tidak teraliri air tersebut jenis pertanian yang kontrol sumber daya air tersebut mengalami
dibudidayakan mengalami perubahan. Beberapa peralihan. Peralihan kontrol pada sumber air
komoditi yang dibudidayakan masyarakat di tersebut juga dipengaruhi oleh adanya kesepakat-

JSW (Jurnal Sosiologi Walisongo) – Volume 4, No. 1, 2020 │ 79


Desi Yunita, Nunung Nurwati, Wahju Gunawan

an yang saling menguntungkan antara pihak dan distribusi murni hanya diselesaikan antara
Perhutani dan PDAM mengenai hak untuk me- PDAM dan masyarakat desa pemanfaat air.
manfaatkan sumber air dari hutan Perhutani, Perhutani tidak menetapkan suatu syarat atau
sedangkan masyarakat dalam konteks Perhutani ketentuan yang secara explisit mengatur tentang
tidak memberikan keuntungan finansial karena pemanfaatan air dari hutan Perhutani, Perhutani
masyarakat desa memanfaatkan air tersebut hanya menetapkan syarat agar semua pemanfaat
secara cuma-cuma. berperan dalam menjaga kondisi hutan agar tetap
Lebih jauh lagi, perubahan kontrol tersebut baik yang akan berpengaruh pada stabilitas
juga terjadi karena PDAM terus menambah jumlah air.
jumlah pelanggan, sehingga alokasi air yang
Perubahan Mode Produksi
dialirkan untuk pelanggan PDAM menjadi lebih
(Infrastruktur)
besar. Adapun dalam perkembangnya, untuk
memberikan menjamin ketersediaan pasokan Perubahan pola pertanian yang terjadi karena
yang cukup bagi PDAM dan masyarakat, PDAM dipengaruhi oleh berkurangnya pasokan air pada
mendorong terbentuknya struktur pengelola air lahan pertanian masyarakat dimana sebelumnya
yang ada di tingkat desa yang disebut “ulu-Ulu”. jenis komoditi tanaman pertanian masyarakat
Yang mana tugas utama dari ulu-ulu ini adalah didominasi oleh pertanian padi. Sebelum ada
mengatur alokasi air sehingga dapat mencukupi PDAM yang ikut memanfaatkan air dari mata air
kebutuhan semua pemanfaat air dari hutan yang sama dengan masyarakat, masyarakat desa
Perhutani tersebut baik PDAM maupun masya- dapat bertanam padi sepanjang tahun, karena
rakat. Meskipun ulu-ulu mengatur alokasi air pasokan air yang mengalir terus menerus se-
untuk masyarakat dan PDAM, namun dalam panjang tahun. Saat ini hampir semua lahan yang
praktiknya ulu-ulu lebih berperan memastikan ada di wilayah desa ini diketahui hanya dapat
bahwa alokasi untuk PDAM tidak mengalami menanam padi pada musim penghujan, hanya
kendala. sebagian kecil saja yang masih dapat ditanami
sepanjang tahun terutama yang aliran airnya
Adanya struktur ulu-ulu yang dibentuk ber-
tidak terganggu oleh PDAM. Saat ini diketahui
dasarkan kesepakatan bersama antara PDAM
bahwa pada musim kemarau khususnya,
dan masyarakat desa, menunjukkan bahwa
sebagian besar lahan sawah yang ada didesa ini
dominasi penguasaan telah berada di PDAM,
tidak berproduksi. Perubahan pola pertanian
sehingga, masyarakat makin sedikit saja peran- yang hanya bertanam pada musim hujan ini
nya dalam penguasaan air tersebut. Disisi lain, berpengaruh pada tenaga-tenaga produktif dan
pada konteks Perhutani sebagai lembaga yang hubungan hubungan produksi. Tenaga-tenaga
diberi hak dan kewenangan untuk mengelola produktif dalam hal ini di wakili oleh masyarakat
hutan secara tegas mengatakan bahwa air dari yang bekerja sebagai buruh tani, hubungan-
mata air yang ada di wilayah hutan Perhutani hubungan produksi tersebut terganggu karena
dapat dimanfaatkan seluas-luasnya oleh masya- saat ini dengan berkurangnya pasokan air
rakat, sehingga mekanisme pengaturan alokasi tersebut masyarakat yang bekerja sebagai buruh

80 │ JSW (Jurnal Sosiologi Walisongo) – Volume 4, No. 1, 2020


Perubahan Sosial Masyarakat Desa Akibat Penggunaan Sumber Air ....

tani tersebut hanya bisa bekerja pada satu musim sebut adalah terciptanya pembelahan sosial
tanam saja, sedangkan setelah masa tanam ter- mendasar, suatu hubungan kelas, antara pemilik
sebut berakhir masyarakat yang menjadi buruh kekuatan produktif dan buruh yang melakukan
tani tersebut harus bekerja yang ditempat lain pekerjaan. Dalam konteks pemanfaatan air dari
untuk dapat melanjutkan hidupnya. hutan Perhutani oleh masyarakat, turut sertanya
Selain itu, berkurangnya pasokan air, juga perusahaan air minum daerah kabupaten
telah merubah pola pertanian dan sistem per- Sumedang memanfaatkan sumber air yang di-
tanian masyarakat. Perubahan sistem pertanian manfaatkan oleh masyarakat desa ini sesuai
ini dapat dilihat pada masyarakat yang lahan dengan pola pengendalian alat produksi oleh
sawahnya sama sekali tidak mendapatkan penguasa yang dalam konteks ini bukan alat
pasokan air. pada lahan pertanian seperti ini, yang produksi yang dikendalikan tetapi sumberdaya
dilakukan oleh masyarakat menanam komoditi produksi masyarakat. hal tersebut sangat ber-
lainnya selain padi sawah yaitu palawija, atau pengaruh pada terjadinya pembelahan sosial di
tembakau, itupun hanya mungkin dilakukan masyarakat, yang mana pembelahan tersebut
ketika musim hujan tiba, sehingga lahan per- terjadi karena kepentingan untuk memenuhi
tanian mendapatkan cukup pasokan dari air kebutuhan air mereka terganggu.
hujan dan ketika musim kemarau tiba lahan Berubahnya pola dan sistem pertanian ter-
sudah bisa dipanen. Perubahan pola dan sistem sebut lebih jauh juga berpengaruh pada per-
pertanian tersebut memperlihatkan bahwa ber- ubahan dalam struktur masyarakat, terutama
kurangnya air secara sosial telah berdampak perubahan pada mata pencaharian masyarakat
berubahnya basis kehidupan masyarakat, ber- desa. perubahan pada mata pencaharian ini
kurangnya pasokan air artinya berkurangnya secara langsung dipengaruhi oleh perubahan pola
pendapatan masyarakat petani. dan sistem pertanian, yang mana perubahan pada
Merujuk pada analisa materialisme historis pola dan sistem pertanian tersebut sangat ber-
yang dikemukakan oleh Marx perubahan yang pengaruh pada pendapatan petani. Perubahan
terjadi pada masyarakat disebabkan oleh di- pola tanam dari yang bisa bertanam sepanjang
kendalikannya alat produksi material yang dalam tahun menjadi hanya satu kali dalam satu tahun
hal ini alat produksi material tersebut adalah air, secara signifikan berpengaruh pada pendapatan
air yang selama ini dikuasai sepenuhnya dalam masyarakat petani, terganggunya pendapatan ini
kontrol masyarakat, ketika PDAM turut me- juga berpengaruh pada kemampuan masyarakat
manfaatkan sumber air yang sama tersebut, telah petani untuk mempekerjakan buruh tani.
mendorong beralihnya kontrol pada sumber air Sehingga hal ini berpengaruh pada ketersediaan
tersebut. Peet dan Hartwick (2009:95–96) pekerjaan bagi anggota masyarakat yang meng-
mengemukakan bahwa dalam teori Marxis andalkan kehidupannya dengan menjadi buruh
diketahui bahwa transformasi historis kedua tani. Pada pola pertanian padi, masyarakat yang
terjadi ketika alat-alat produksi dikendalikan oleh bekerja sebagai buruh tani tidak pernah ke-
penguasa. Konsekuensi dari pengendalian ter- hilangan pekerjaan di dalam desa. Berkembang-

JSW (Jurnal Sosiologi Walisongo) – Volume 4, No. 1, 2020 │ 81


Desi Yunita, Nunung Nurwati, Wahju Gunawan

nya pola pertanian akibat pasokan air yang kepada masyarakat melalui pengaturan yang
terganggu, banyak buruh tani yang kesulitan dilakukan oleh ulu-ulu.
untuk mendapatkan pekerjaansebagai buruh tani Secara keseluruhan, perubahan mode
karena beberapa komoditi pertanian yang produksi ditandai dengan terjadinya perubahan
dikembangkantidak memerlukan banyak tenaga kontrol pada sumber air sebagai implikasi dari
kerja. Akibatnya, tidak tersedianya pekerjaan bertambahnya pengguna jasa PDAM sehingga
sebagai buruh tani di desamenyebabkan banyak alokasi air yang diperuntukkan bagi PDAM
buruh tani harus mencari pekerjaan lain di luar menjadi lebih besar. Perubahan pada kontrol
desa7untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tersebut selanjutnya berpengaruh pada pola dan
terutama pada musim selain musim tanam. system pertanian masyarakat yang mana hal
Beberapa jenis pekerjaan yang dipilih oleh buruh tersebut pada akhirnya berpengaruh pada
taniketika tidak menjadi buruh tani adalah men- terganggunya hubungan-hubungan produksi
jadi kuli bangunan, tukang parkir, kuli angkut di pertanian dan tenaga-tenaga produktif dalam
pasar, dan lain-lain. pola pertanian padi sawah. Ketiga perubahan
Persoalan pemanfaatan air yang dilakukan yang terjadi tersebut pada akhirnya berdampak
PDAM sebagai interpretasi dari struktur yang pada perubahan struktur di dalam masyarakat
mapan memperlihatkan bahwa terjadinya per- desa. selanjutnya, perubahan juga terjadi pada
ubahan pola pertanian pada masyarakat desa pola pemanfaatan air rumah tangga, semakin
memperlihatkan bagaimana kelas sosial tertentu berkurangnya pasokan air juga mendorong
memainkan peran dalam mendorong perubahan masyarakat menciptakan kesepakatan untuk
pada masyarakat khususnya pada masyarakat mengatur mekanisme dan distribusi air yang
kelas sosial dibawahnya. Perubahan yang terjadi dimanfaatkan untuk rumah tangga. Sejauh ini,
pada masyarakat desa bukan disebabkan oleh karena air yang dimanfaatkan tidak dikenakan
individu sebagai pelakuknya, perubahan pola dan beban biaya, maka salah satu bentuk pengaturan
system pertanian masyarakat ini dilakukan oleh yang dilakukan adalah dengan memungut iuran
struktur dan kelas sosial tertentu. Marx (dalam dari warga desa dimana iuran tersebut hanya
Suseno, 2010) menyebutkan bahwa pelaku-
dipergunakan untuk perawatan pada jaringan
pelaku utama perubahan sosial bukanlah
perpipaanyang mengalami kerusakan. Perubah-
kelompok atau individu tertentu, melaikan kelas-
an pada masyarakat desa ini memperlihatkan
kelas sosial. Dalam melihat perubahan pola dan
bahwa air sebagai basis produksi material
system pertanian pada masyarakat, PDAM se-
masyarakat desa sangat penting, terjadinya
bagai representasi dari kelas menengah dan kelas
kelangkaan air telah menyebabkan terjadinya
atas telah menjadi penyebab perubahan pada
perubahan pada mode produksi masyarakat,
masyarakat desa. PDAM sebagai representasi
yaitu air yang langka menjadi pendorong per-
kekuasaan, saat ini telah sepenuhnya mengontrol
ubahan pada berubahnya teknologi subsistensi,
dan menguasai masyarakat desa, karena pola dan
system pertanian masyarakat sangat bergantung hubungan teknologi lingkungan, ekosisten dan
pada pengaturan yang ditetapkan oleh PDAM pola kerja.

82 │ JSW (Jurnal Sosiologi Walisongo) – Volume 4, No. 1, 2020


Perubahan Sosial Masyarakat Desa Akibat Penggunaan Sumber Air ....

Table 2.
Komposisi Pemanfaaat Air sebagai Pelanggan PDAM
Jumlah
No Kecamatan Jumlah Pelanggan %
Populasi Kota
1 Tanjungsari 66.030 26.202 39,68%
2 Pamulihan 21.214 10.395 49,00%
3 Jatinangor 68.452 24.036 35,11%
4 Cimanggung 7.691 601 7,81%
5 Sukasari 33.506 0 0

Sumber: Data PDAM Tirta Medal Kabupaten Sumedang, Tahun 2018

Pemanfaatan Bersama Sumber Air dan tersebut, memperlihatkan bahwa ketika pola dan
Perubahan Struktur Masyarakat Desa system pertanian berubah maka menjadi pen-
dorong berubahnya komposisi masyarakat yang
Pada struktur masyarakat desa, perubahan
terjadi sebagai implikasi dari berubahnya pola secara struktur memperlihatkan bahwa masing-
tanam pada masyarakat petani di desa. Per- masing individu buruh tani tersebut menjadi
ubahan pola tanam yang terjadi sebagai akibat kelas sosial yang paling terdampak dari berubah-
dari berkurangnya pasokan air ini, berpengaruh nya pola dan system pertanian tersebut. Selanjut-
sangat besar pada masyarakat, karena ber- nya, kelangkaan air yang disebabkan adanya pe-
dampak pada ekonomi keluarga, dan hubungan manfaatan sumber air oleh PDAM juga ber-
produksi yang selama ini terbangun antara petani pengaruh pada terbentuknya struktur pemanfaat
pemilik lahan dengan buruh tani yang bekerja air ditingkat RW, dimana struktur tersebut hanya
sebagai penggarap sawah. Pada konteks buruh bertanggung jawab mengatur alokasi dan distri-
tani, perubahan pola tanam tersebut juga ber- busi air bagi warga masyarakat di RW. Adapula
pengaruh secara langsung pada kehidupan stuktur pengelola air (ulu-ulu) yang berperan
mereka karena tidak adanya pekerjaan, juga mengatur distribusi dan alokasi air yang secara
karena tidak adanya sisa bagi hasil panen padi. khusus mengatur kepentingan PDAM, dimana
Sebelum terjadi perubahan pola tanam padi struktur tersebut memastikan bahwa alokasi
tersebut, buruh tani bisa mendapatkan uang dan yang diberikan kepada masyarakat cukup dan
beras sebagai hasil dari bekerja di lahan sawah alokasi untuk PDAM tidak kurang.
ketika musim panen tiba. Ketika pola pertanian Melihat perubahan yang telah terjadi pada
berubah, hasil yang bisa diperoleh seorang buruh masyarakat akibat adanya pemanfaatan sumber
tani hanyalah uang, sedangkan beras harus dibeli air bersama antara masyarakat dan PDAM ini,
dengan uang yang diperoleh tersebut. hal secara jangka panjang sangat memungkinkan
tersebut pada akhirnya, mendorong buruh tani bahwa perubahan yang terjadi tersebut ber-
untuk bekerja di tempat lain untuk memenuhi ke- potensi menjadi pemicu konflik antara masya-
butuhan hidupnya. rakat dengan PDAM. Jika PDAM tidak berupaya
Perubahan struktur yang dipengaruhi oleh mencari sumber air lain untuk memenuhi ke-
perubahan pola dan sistem pertanian masyarakat butuhan pelanggannya yang terus bertambah,

JSW (Jurnal Sosiologi Walisongo) – Volume 4, No. 1, 2020 │ 83


Desi Yunita, Nunung Nurwati, Wahju Gunawan

maka kehidupan ekonomi masyarakat yang desa terutama pada masyarakat yang selama ini
tinggal di desa tepi hutan ini akan sangat ter- menjadi buruh tani. Selain itu, akibat beralihnya
ganggu. Pemanfaatan sumber air yang telah kendali atas sumber air pada PDAM juga telah
dilakukan selama ini saja telah mendorong menyebabkan perubahan struktur pada masya-
perubahan cukup besar pada masyarakat desa rakat desa yang mana hal tersebut diperlihatkan
yang mana perubahan tersebut dapat mendorong dengan dibentuknya struktur pemanfaat air yang
terjadinya proses pemiskinan pada masyarakat ada ditingkat RW yang mana tugas utama
akibat tidak mendapatkan alokasi air yang cukup. struktur ini adalah mengatur alokasi dan
Ditambah lagi trend perkembangan pemukiman distribusi air untuk kebutuhan rumah tangga.
di wilayah perkotaan juga semakin berkembang Keberadaan struktur ini memperlihatkan betapa
dimana perkembangan kota tersebut akan ber- kendali atas sumber air benar-benar telah beralih
muara pada penambahan pelanggan bagi PDAM. kepada PDAM.[]
Disisi lain, PDAM sebagai institusi penyedia
layanan air bersih juga menarik bagi masyarakat Daftar Pustaka
perkotaan karena kepraktisan yang ditawarkan.
Alseaf, Hassan F. 2017. “Water Privatization: Is
Kesimpulan Privatization of Water Utilities the Right
approach to Achieve Efficient Water
Berdasarkan pada uraian yang telah Resources Management?” Revista de
dikemukakan tersebut, beberapa hal yang dapat Arquitetura IMED 6(1):3–13.
disimpulkan adalah sebagai berikut. Pertama,
Bakker, Karen. 2005. “Neoliberalizing Nature?
dimanfaatkannya sumber air masyarakat desa Market Environmentalism in Water Supply
yang berada di kawasan hutan Perhutani oleh in England and Wales.” Annals of the
PDAM, telah menyebabkan terjadinya perubahan Association of American Geographers
sosial pada masyarakat desa tepian hutan, 95(3):542–65.
perubahan tersebut terlihat dari berubahnya pola Briscoe, John. 1996a. Water as an Economic Good:
tanam dan komoditi pertanian masyarakat. Old and New Concepts and Implications for
Kedua, perubahan juga secara jelas terlihat pada Analysis and Implementation. Colombo.
perubahan mode produksi (infrastruktur) yang Briscoe, John. 1996b. “Water as an Economic
terlihat dari beralihnya kendali atas kontrol Good: The Idea and What it Means in
sumber air yang selama ini dalam kontrol Practice.” in a paper presented at the
masyarakat desa menjadi pada PDAM. Ketiga, World Congress of the International
Commission on Irrigation and Drainage.
beralihnya kendali atas sumber air yang selama
Cairo.
ini dalam kendali masyarakat menjadi pada
PDAM secara lebih jauh telah menyebabkan Briscoe, John. 2011. “Water as an Economic Good:
Old and New Concepts and Implications
perubahan pada struktur masyarakat yang mana
for Analysis and Implementation.” pp. 61–
perubahan struktur tersebut sangat jelas terlihat
65 in Treatise on Water Science. Vol. 1, ed. P.
dari berubahnya mata pencaharian masyarakat Wilderer. London: Elsevier.

84 │ JSW (Jurnal Sosiologi Walisongo) – Volume 4, No. 1, 2020


Perubahan Sosial Masyarakat Desa Akibat Penggunaan Sumber Air ....

Denzin, Norman K. dan Yvonna S. Lincoln, ed. mics, and Urban Water Management: A
2009. Handbook of Qualitatif Reseserch. Review.” Hydrological Sciences Journal
Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar. 61(13):2295–2311.
Falkenmark, M. dan C. Widstrand. 1992. Popula- Mogelgaard, Kathleen. 2011. Why Population
tion Bulletin. Washington DC: Population Matters to Water Resources.
Reference Bureau.
Morote-Seguido, Álvaro Francisco dan María
Fisher, Darrell dan John Cresswell. 1998. “Actual Hernández-Hernández. 2016. “Green
and Ideal Principal Interpersonal Be- Areas and Water Management in
haviour.” Learning Environments Research Residential Developments in the European
1:231–47. Western Mediterranean. A Case Study of
Alicante, Spain.” Geografisk Tidsskrift -
Glińska-Lewczuk, Katarzyna, Iwona Gołaś, Józef
Danish Journal of Geography 116(2):190–
Koc, Anna Gotkowska-Płachta, Monika
201.
Harnisz, dan Andrzej Rochwerger. 2016.
“The Impact of Urban Areas on the Water Munandar, Soelaeman M. 1998. Dinamika
Quality Gradient along a Lowland River.” Masyarakat Transisi: Mencari Alternatif
Environmental Monitoring and Assessment Teori Sosiologi dan Arah Perubahan. Yogya-
188(11):624. karta: Pustaka Pelajar.
Godina, Elena. 2005. “Water Wars: Privatization, Peet, Richard dan Elaine Rachel Hartwick. 2009.
Pollution, and Profit. By Vandana Shiva. Pp. Theories of Development: Contentions,
221. (Pluto Press, London, 2002.) £12.99, Arguments, Alternatives. London: Guilford
ISBN 0-745-318371, paperback.” Journal of Press.
Biosocial Science 37(3):381–82.
Perry, C. J., M. Rock, dan D. Seckler. 1997. Water as
Grey, David dan Claudia W. Sadoff. 2006. Water an Economic Good: A Solution, or a
for Growth and Development: A Theme Problem? Colombo: International Irrigation
Document of the 4th World Water Forum. Management Institute.
Mexico City: National Water Commission
Saifuddin, Achmad Fedyani. 2006. Antropologi
of Mexico.
Kontemporer: Pengantar Kritis untuk Para-
Literathy, P. 1996. “Industrial Wastes and Water digma. Jakarta: Kencana.
Pollution.” h. 21–32 in Regional Approaches
Shiva, Vandana. 2002. Water Wars: Privatization,
to Water Pollution in the Environment.
Pollution, and Profit. London: Pluto Press.
NATO ASI Series (Series 2: Environment), ed.
P. E. Rijtema dan V. Eliáš. Dordrecht: Stoyanova, Zornitsa dan Hristina Harizanova.
Springer. 2019. “Impact of Agriculture on Water
Pollution.” Agrofor 4(1):111–18.
Liyanage, Chamara P. dan Koichi Yamada. 2017.
“Impact of Population Growth on the Suseno, Suseno. 2010. “Analisis Faktor-faktor
Water Quality of Natural Water Bodies.” yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan
Sustainability 9(8):1405–18. di Indonesia.” Fenomena Ekonomi 1(1):30–
40.
McGrane, Scott J. 2016. “Impacts of Urbanisation
on Hydrological and Water Quality Dyna-

JSW (Jurnal Sosiologi Walisongo) – Volume 4, No. 1, 2020 │ 85


Desi Yunita, Nunung Nurwati, Wahju Gunawan

Sztompka, Piotr. 2007. Trust: A Sociological World Bank. 2018. Water Scarce Cities.
Theory. Cambridge: Cambridge University Washington, DC: World Bank.
Press.
World Meteorological Organization. 1992. Inter-
Turton, A. R. dan L. Ohlsson. 2018. Water Scarcity national Conference on Water and the
and Social Stability: Towards a Deeper Environment: Development Issues for the
Understanding of the Key Concepts Needed 21st Century, 26-31 January 1992, Dublin,
to Manage Water Scarcity in Developing Ireland: The Dublin Statement and Report of
Countries. Sweden. the Conference. Geneva, Switzerland: World
Meteorological Organization.
Wijitkosum, Saowanee. 2012. Evaluation of
Impacts of Spatial Land Use Changes on Soil
Loss Using Remote Sensing and Gis in Huay
Sai Royal Development Center. Thailand.

86 │ JSW (Jurnal Sosiologi Walisongo) – Volume 4, No. 1, 2020

You might also like