You are on page 1of 20

Jurnal komunikasi, ISSN 1907-898X

Volume 8, Nomor 2, April 2014

Media Habit dan Interpretasi Anak Usia Dini Kota Bengkulu


tentang Tayangan Media
Gushevinalti
Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Bengkulu

Susri Adeni
Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Bengkulu

Lely Arrianie
Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Bengkulu

Abstract
Generally , the message from televison is not separated for the television viewers; it means
that anyone can watch television programs. Children without any parental supervision can
have a habit of consuming media where those television programs are not addressed to
their age. This study aims to assess media habits or television viewing habits and media
consumption patterns conducted by early childhood in the city of Bengkulu; the other goal is
to decipher the meaning of the impressions of early childhood about the for children
television shows as well as the shows for adults. This study is a qualitative study and
conducted in early childhood or kindergarten students at TK Intan Insani dan PAUD
Haqiqi in the city of Bengkulu. The main method of data collection is in-depth interviews
and observation. Results reveals that media habits or television viewing habits and media
consumption patterns conducted by early childhood in the city of Bengkulu is very high. The
watching time for children is mostly 3 to 5 hours per a day. The term dating , falling in love ,
lover is a term that is understood through songs and sinetron or adult movies they watch.
The interpretation of the child regarding special program in this study is illustrated
naturally .
Keywords: early childhood, media habit, television programs, interpretation.

Abstrak
Umumnya, pesan televisi tidak memberikan pemisahan bagi para pemirsanya, artinya siapa
saja dapat menyaksikan siaran-siaran televisi. Anak-anak tanpa pengawasan orang tua pun
dapat mempunyai kebiasaan mengkonsumsi media televisi yang sebenarnya bukan
ditujukan kepada khalayak seusia mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji media
habit atau kebiasaan menonton televisi dan pola konsumsi media yang dilakukan oleh anak
usia dini di Kota Bengkulu, tujuan lainnya adalah untuk menguraikan pemaknaan anak usia
dini tentang tayangan untuk anak-anak di televisi serta tayangan untuk orang dewasa.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dilakukan pada anak usia dini/siswa TK Intan
Insani dan PAUD Haqiqi Kota Bengkulu. Metode pengumpulan data yang utama adalah
wawancara mendalam dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media habit atau
kebiasaan menonton televisi dan pola konsumsi media yang dilakukan oleh anak usia dini di
Kota Bengkulu sangat mengkhawatirkan. Waktu anak menonton berkisar 3-5 jam per hari.
Istilah pacaran, jatuh cinta, kekasih merupakan istilah yang dimengerti anak melalui lagu dan
sinetron/film dewasa yang mereka tonton. Interpretasi anak mengenai tayangan khusus anak
dalam penelitian ini tergambar secara natural.
Kata kunci: anak usia dini, media habit, tayangan media, interpretasi.

215
Jurnal komunikasi, Volume 8, Nomor 2, April 2014

Pendahuluan perusahaan yang beriklan, maka stasiun

Mengutip pendapat Erica Panjaitan dalam televisi atau production house (PH) lain

Ilusi Sebuah Netralitas Matinya Rating akan segera berlomba-lomba membuat

Televisi (2006); program serupa dengan harapan kebagian


kue iklan. Jika tidak, stasiun televisi
Tidak ada yang tidak melihat
televisi. Kotak-kotak televisi itu, tersebut, atau program acaranya,
baik yang berukuran kecil sampai seringkali merasa tidak layak untuk bisa
raksasa, telah menyelinap masuk
kemana saja, tak peduli apakah itu terus bertahan.
ruang pribadi, ruang keluarga,
ruang publik, desa, atau kota. Akibatnya, muncullah program
hiburan anak-anak yang mendapat
Pendapat ini tentu saja polesan indah dari pemikiran orang
dilatarbelakangi dengan ragamnya tontonan dewasa. Isi atau materi siaran tidak lagi
yang menyeruak dari kotak televisi itu,
diperhatikan. Sehingga sekarang ini
menyemburkan budaya-budaya yang
seolah-olah anak-anak menganggap
membuat sejumlah orang riang dan murung
tayangan hiburan yang harusnya menjadi
durjana.
konsumsi remaja atau orang dewasa juga
Pada program hiburan anak,
menjadi konsumsi anak-anak. Hampir
fenomena ini diperparah oleh tidak
semua stasiun televisi punya acara
terbatasnya akses anak dalam menyikapi
hiburan seperti musik yang menampilkan
tayangan yang tidak ditujukan kepada
anak-anak sebagai penyanyinya. Namun
mereka. Anak-anak tidak mengerti mana
disayangkan, lagu-lagu yang anak-anak
tontonan yang ditujukan sesuai usia,
tampilkan adalah lagu-lagu orang dewasa.
sebaliknya televisi berlomba-lomba
Bahkan banyak kuis musik di televisi yang
menayangkan tayangan-tayangan tanpa
pesertanya anak-anak diminta menebak
memperhatikan lagi waktu, khalayak dan
lagu-lagu percintaan milik orang dewasa.
materi siaran. Ada segudang contoh
Tentunya seorang anak yang ikut dalam
betapa suatu genre tertentu mengalami
kuis tersebut harus mempunyai
duplikasi diri besar-besaran. Sinetron
pengetahuan yang luas untuk bisa menjadi
bertema cinta remaja barangkali adalah
the winner dalam kuis tersebut.
contoh terpopulernya, selain program-
Berdasarkan pemaparan diatas,
program seperti klenik, esek-esek,
menarik untuk diteliti tentang media
menjahili orang, kriminal yang berdarah-
habit dan pemaknaan anak usia dini
darah, gosip, dan sebagainya. Pola
tentang tayangan anak-anak dan tayangan
berpikirnya adalah, jika satu program
dewasa di televisi. Sehingga, tujuan
acara di sebuah stasiun televisi
penelitian ini adalah: untuk mengkaji
mendapatkan rating yang tinggi dari
media habit atau kebiasaan menonton
lembaga riset, dan karenanya banyak
televisi dan pola konsumsi media yang
216
Gushevinalti, Susri Adeni & Lely Arrianie, Media Habit dan Interpretasi
Anak Usia Dini Kota Bengkulu tentang Tayangan Media

dilakukan oleh anak usia dini di Kota Konsep tentang Media Habit
Bengkulu. Selanjutnya, untuk mengu- Media habit adalah pola kebiasaan
raikan pemaknaan anak usia dini tentang memanfaatkan media yang dapat
tayangan untuk anak-anak di televisi. Dan dijelaskan dengan frekuensi atau waktu
terakhir, untuk menguraikan pemaknaan seseorang mengkonsumsi media. Dalam
anak usia dini tentang tayangan untuk seminggu, anak-anak di Indonesia
orang dewasa di televisi. menonton televisi selama 30-35 jam, atau
1560-1820 jam setahun. Angka ini jauh

Tinjauan Pustaka lebih besar ketimbang jumlah jam belajar


di sekolah dasar yang tak lebih dari 1000
Media
jam/tahun. Maka, ketika seorang anak
Televisi merupakan salah satu jenis menginjak usia SMP, dia sudah
media massa elektronik yang bersifat audiovisual, menyaksikan televisi selama 15.000 jam.
direct, dan dapat membentuk sikap. Beragam Sementara, waktu yang dihabiskannya
tayangan dari mulai hiburansampai ilmu untuk belajar tak lebih dari 11.000 jam
pengetahuan ada dalamnya. Adanya beragam saja (Nielsen Index). Kesimpulannya,
channel televisi membuatpenonton lebih banyak waktu dihabiskan untuk
sekehendaknya memilih tayangan yang nonton tivi daripada belajar! Kidia,
diinginkan. Fungsi televisi yaitu mendesain sebuah lembaga riset dan advokasi media
program-program mereka untuk anak mencatat, saat ini jumlah acara TV
menghibur. serta menyampaikan untuk anak usia prasekolah dan sekolah
informasi untuk mendapatkan perhatian dasar mencapai 80 judul setiap minggu,
dari khalayak sebanyak mungkin sehingga yang ditayangkan dalam 300 kali
mereka dapat menjual hal ini kepada penayangan selama 170 jam. Padahal,
pengiklan. (Devito, 1994) dalam seminggu ada 24 jam x 7 = 168 jam!
Sebagai media massa, tayangan Artinya, porsi tayangan program anak di
televisi memungkinkan bisa ditonton televisi sudah berlebihan, melebihi jumlah
anak-anak termasuk acara-acara yang jam dalam setiap minggu. Bisa
ditujukan untuk orang dewasa. Saat ini dibayangkan betapa banyaknya program
setiap stasiun televisi telah menyajikan televisi yang membombardir anak-anak.
acara-acara khusus untuk anak. Walaupun Padahal, dari sekian banyak program
acara khusus anak tersebut masih sangat televisi, hanya 15 persen saja yang
minim. dikonsumsi anak-anak (diunduh dari
http://health.kompas.com/read/2012/07/
19/)

217
Jurnal komunikasi, Volume 8, Nomor 2, April 2014

Guntarto (dalam Goonosakera, kognitif sedang mengalami masa yang


2000) aktivis media mengungkapkan, terceppat dalam rentang perkembangan
anak-anak menonton apa saja karena hidup manusia. Anak usia dini terbagi
kebanyakan keluarga tidak memberi menjadi 4 (empat) tahapan yaitu masa
batasan menonton yang jelas. Mulai dari bayi dan usia lahir sampai 12 (dua belas)
acara gosip selebritis, berita kriminal yang bulan, masa kanak-kanak/batita dari usia 1
berdarah-darah, sinetron remaja yang sampai 3 tahun, masa prasekolah dari
permisif dan penuh kekerasan, intrik, usia3 sampai 5 tahun dan masa sekolah
mistis, amoral, film dewasa yang diputar dasar dari usia 6 sampai 8 tahun. Setiap
dari pagi hingga malam, penampilan grup tahapan usia yang dilalui anak akan
musik berpakaian seksi dengan lirik orang menunjukkan karakteristik yang berbeda.
dewasa yang tidak mendidik, sinetron Proses pembelajaran sebagai bentuk
berbungkus agama yang banyak perlakuan yang diberikan pada anak
menampilkan rekaan azab, hantu, iblis, haruslah memperhatikan karakteristik
siluman, dan seterusnya. Acara-acara yang dimiliki setiap tahapan
semacam itu sama sekali jauh dari definisi perkembangan (NAEYC, 1992).
‘aman’ bagi anak-anak karena masih
mengandung, atau bahkan sarat dengan
Metodologi Penelitian
adegan kekerasan, seks, dan mistis.
Sebuah program televisi dinyatakan aman Penelitian ini dilakukan pada

karena kekuatan ceritanya: sederhana, tahun 2012 akhir. Metode pengkajian

dan mudah dipahami. Anak-anak boleh yang digunakan dalam penelitian ini

menonton tanpa didampingi. Dan, jangan adalah pendekatan kualitatif. Sedangkan

lupa, mengandung nilai-nilai positif yang tipe penelitian ini menggunakan tipe

bisa ditransfer kepada anak-anak. deskripsi kualitatif, dimana peneliti-


peneliti mendeskripsikan atau
mengkonstruksi wawancara-wawancara
Konsep Anak Usia Dini mendalam terhadap subjek penelitian
Anak usia dini adalah sosok (Kriyantono, 2006). Kegiatan media
individu yang sedang menjalankan proses habit/kebiasaan menonton anak dalam
perkembangan dengan pesat dan sangat wawancara mengenai interval waktu (jam
fundamental bagi kehidupan selanjutnta. tayang) yang ditonton, jumlah (lama)
Anak usia dini adalah anak yang berada menonton, selektifitas acara yang
pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ditonton, jenis acara yang ditonton,
ini proses pertumbuhan dan pemanfaatan waktu dan ruang.
perkembangan dalam berbagai aspek Penelitian ini dilakukan pada dua
seperti: fisik, sosio emosional, bahasa dan lokasi/sekolah taman Kanak-kanak/PAUD

218
Gushevinalti, Susri Adeni & Lely Arrianie, Media Habit dan Interpretasi
Anak Usia Dini Kota Bengkulu tentang Tayangan Media

di kota Bengkulu yang berada penelitian Informasi yang digali dari


akhirnya ditetapkan sebagai lokasi hanya pemaknaan ini antara lain pengetahuan
di perbatasan kota saja dengan asumsi anak terhadap beberapa tayangan di
anak-anak yang tinggal di perbatasan televisi dan pemahaman anak tentang
cenderung lebih menarik untuk dikaji tayangan untuk anak dan dewasa.
melalui media habit karena mereka di Kemampuan anak-anak memaknai
duga tidak secara inten akses ke media tayangan untuk anak dan dewasa diawali
televisi. Dengan asumsi itulah maka oleh data tentang media habit anak-anak.
ditetapkan PAUD Haqiqi dan TK Intan Salah satu jenis data yang dibutuhkan
Insani sebagai lokasi penelitian. Informan adalah deskripsi mengenai keberadaan
dalam penelitian ini adalah anak-anak media di sekitar anak, cara mereka
usia dini yang sekolah di taman kanak- berinteraksi dengan media tersebut,
kanak dengan kriteria yaitu Laki-laki atau pemaknaan terhadap media, dan faktor
perempuan berusia kurang dari 7 tahun penggunaan media lainnya. Inilah yang
dan dinilai cakap untuk memberikan disebut dengan media consumption, atau
informasi atau komunikatif (penilaiannya konsumsi media, yang terdiri faktor media
dari guru sekolah). habit, media use, media access dan

Wawancara dalam penelitian ini pemaknaan terhadap media.

dilakukan untuk menggali informasi dari Sebagai sebuah studi yang berpijak
anak-anak tentang pemaknaan mereka pada pendekatan kualitatif, maka hasil
terhadap tayangan televisi untuk anak- studi dokumen dianalisis dengan cara
anak dan tayangan televisi untuk dewasa. (Miles, 1992): yaitu dengan melakukan
Tentu saja proses wawancara yang reduksi data dan interpretasi data.
dilakukan mempertimbangkan karak- Sementara itu, teknik keabsahan data
teristik anak sehingga wawancara yang dalam penelitian ini menggunakan
dilakukan sifatnya santai. Upaya untuk triangulasi sumber dan triangulasi waktu.
lebih akrab dengan informan, peneliti di
izinkan dan ikut dalam proses belajar Hasil Dan Pembahasan
mengajar sebagai guru baru. Pada saat Profil Informan Penelitian
jam istirahat, peneliti mengajak informan
untuk bermain sekaligus cara ini Nina, 5 tahun, Perempuan
digunakan untuk melakukan wawancara. Merupakan sosok sangat aktif dan
Sehingga proses yang dilalui sangat santai komunikatif. Nina adalah murid PAUD
dan natural. Ketika proses wanawancara, Haqiqi Kota Bengkulu Anggapan ini
peneliti kerap membawa makanan ringan peneliti dapatkan selama proses
untuk anak-anak tersebut. wawancara dan observasi langsung. Nina
memperlihatkan kemampuan ber-

219
Jurnal komunikasi, Volume 8, Nomor 2, April 2014

komunikasi yang baik, terkadang Daffa, 5 tahun , Laki-laki


imajinatif dan mampu menghadirkan Daffa merupakan sosok yang
topik pembicaraan diluar pertanyaan yang sedikit ego dan semua kemauannya harus
peneliti ajukan. Peneliti juga melihat, diikuti. Dalam bergaul dengan teman-
ketika ia bermain bersama teman- temannya Daffa anak pertama dari 2
temannya, Nina cenderung dipandang bersaudara dan mempunyai adik berumur
sebagai leader. Hal ini mungkin dilatar 4 tahun. Ayahnya sudah meninggal dunia
belakangi oleh umurnya dan postur tubuh sedangkan pekerjaan ibunya swasta. Daffa
yang lebih besar dari murid yang lain. bertempat tinggal di Perumnas Unib.
Peneliti juga mendapatkan informasi dari
gurunya bahwa Nina adalah anak yang
Faros, 5 tahun, Laki-laki
aktif dikelas. Sering sekali bertanya ketika
proses belajar dan bermain dikelas. Faros merupakan murid PAUD

Disamping itu, peneliti juga memperoleh Haqiqi Kota Bengkulu, anak pertama dari

informasi bahwa Nina adalah anak ketiga dua bersaudara, usia adiknya 3 bulan.

dari tiga bersaudara. Kakak pertamanya Ayahnya bekerja di perusahaan batubara

saat ini berstatus mahasiswi di sebuah sedangkan ibunya bekerja sebagai PNS.

perguruan tinggi negeri di Bengkulu Sosok Faros merupakan pribadi yang

(Unib). Sedangkan kakak keduanya adalah menyenangkan dikalangan teman-teman

pelajar sekolah menengah atas (SMUN 2). karena Faros memiliki sifat lebih mudah
mengalah ketika bermain dengan teman-
temannya. Sepanjang penelitian
Noval, 5 tahun, Laki-laki
dilaksanakan Faros memiliki rasa ingin
Anak ini berperawakan tinggi dan tahu yang tinggi terbukti Faros sangat
sedikit kurus. Awalnya terlihat sangat banyak bertanya tentang banyak hal
pemalu ketika wawancara dengan peneliti. kepada peneliti. Dengan kata lain, faros
Noval merupakan anak tunggal. Noval sangat talkactive.
murid PAUD Haqiqi Kota Bengkulu.
Kedua orangtuanya bekerja. Sosok Noval
Atiyah, 6 tahun, Perempuan
sangat santun dalam berinteraksi dengan
peneliti dan sangat cepat memahami Informan ini merupakan murid TK

materi wawancara sehingga bagi peneliti Intan Insani kelas B. atiyah anak pertama

sosok Noval adalah pribadi yang dari dua bersaudara. Kedua orang tuanya

menyenangkan, luwes dan cerdas. bekerja sebagai PNS. Sehari-hari menurut


informasi guru disekolahnya, Athiyah ini
adalah murid yang cerdas. Artinya daya
tangkapnya mengenai pelajaran atau
permainan sangat bagus. Sehingga Atiyah

220
Gushevinalti, Susri Adeni & Lely Arrianie, Media Habit dan Interpretasi
Anak Usia Dini Kota Bengkulu tentang Tayangan Media

dipilih oleh gurunya untuk menjadi Daya empatinya sangat tinggi. Dengan
informan penelitian ini. Dari semua kata lain, sosok Aidil adalah pribadi yang
informan, Athiyyah sangat antusias dalam sangat menyenangkan.
menjawab semua pertanyaan dan lebih
agresif untuk diberikan pertanyaan. Tipe Media Habit anak
anak ini sangat unik karena Penelitian ini berhasil menggali
pengetahuannya tentang acara televisi informasi pada anak usia dini tentang
sangat luas bukan hanya acara anak-anak tayangan media baik tayangan dewasa dan
namun juga acara yang ditujukan untuk tayangan untuk anak. Informasi tersebut
orang dewasa. Sehingga cara dia berbicara didukung media habit anak yang
pun seperti orang dewasa. cenderung mengarah pada kebiasaan
seperti pola menonton orang dewasa.
Diva, 5 tahun, Perempuan Informan penelitian ini cenderung

Diva juga merupakan murid TK mempunyai jawaban yang sama walaupun

Islam Intan Insani namun berbeda kelas terdapat perbedaan-perbedaan dalam

dengan Atiyah. Kedua orang tuanya pun kebiasaan menonton dan tayangan yang

bekerja sebagai PNS atau guru. Diva anak ditonton. Informan berjumlah 7 orang

bungsu dari 2 bersaudara. Diva bertubuh bersekolah di PAUD dan Taman Kanak-

besar dan berkulit putih, secara fisik kanak di Kota Bengkulu. Hampir semua

barangkali banyak yang tidak yakin kalau informan berumur diatas 5 tahun, karena

umurnya 5 tahun. Namun begitu, Diva informan ini dinilai cakap dan mampu

merupakan sosok yang menyenangkan memberikan informasi sesuai dengan

walaupun pada awalnya dia nampak tujuan penelitian.

sangat pemalu berinteraksi. Dibalik sifat


pemalunya, Diva ternyata sangat pintar Interval waktu (jam tayang) yang
menjawab pertanyaan walaupun terlihat ditonton
sangat hati-hati menjawab pertanyaan.
Semua informan menjelaskan
bahwa sebuah tayangan yang ditonton
Aidil, 5 tahun, Laki-laki
selalu tuntas ditonton artinya tidak
Aidil merupakan anak tunggal dan menonton setengah tayangan. Ketika
murid PAUD Haqiqi Kota Bengkulu. peneliti konfirmasi dengan melihat
Ayahnya bekerja di BRI sedangkan ibunya tayangan anak di salah satu stasiun
sebagai ibu rumah tangga bertempat televisi swasta, sebuah acara film berkisar
tinggal di Medan Baru Pematang antara satu jam sampai satu jam setengah.
Gubernur Bengkulu. Aidil merupakan Acara ini diselingi iklan selama stengah
sosok yang cepat akrab dan sangat ramah. jam. Anak-anak yang menonton pada pagi

221
Jurnal komunikasi, Volume 8, Nomor 2, April 2014

hari yaitu pukul 06.00 WIB, siang hari memanfaatkan waktu untuk menonton
pukul 12.00 WIB dan malam hari jam apalagi pada acara-acara yang menjadi
18.00-21.00 WIB. Waktu malam hari lebih favoritnya.
banyak anak-anak menonton televisi. Flm-film kartun Spongbob, Tom
Pada pagi hari, sebelum ke sekolah, and Jerry, Tingker bell menjadi
informan umumnya menyaksikan favoritnya setiap hari. Biasanya ditonton
tayangan film kartun. sebelum berangkat kesekolah atau setelah
Namun disayangkan tayangan mandi sore. Nina menonton acara selalu
pada malam hari ini cenderung anak-anak sampai habis tayangannya dan selama
menikmati tayangan dewasa/tidak iklan atau jeda acara maka Nina langsung
ditujukan kepada anak-anak seperti menonton acara yang lain yang dianggap
sinetron remaja dan dewasa bersama menarik olehnya. Fenomena ini terjadi
anggota keluarga yang lain (ibu, ayah, jika ia menonton sendiri. Tapi kalau
kakak dan sepupu). menonton bersama keluarga yang lain,
Nina mengaku tidak boleh memegang
Lama Waktu Menonton remote karna khawatir untuk mengganti

Hasil penelitian menunjukkan, siaran ke saluran anak-anak. Muncullah

bahwa informan menonton televisi rata- kebiasaan baru yang di dapat Nina yaitu

rata 3 jam perhari pada hari biasa dan 5 menonton tayangan dewasa bahkan

jam per hari pada hari libur bahkan ada sampai malam hari pun Nina selalu

informan yang mengatakan pada hari menonton tayangan yang disukai

libur menonton dari pagi hingga sore hari kakaknya kemudian menjadi kesukaannya

sekitar 7-8 jam dan hanya diselingi juga. Anak sangat mudah terpengaruh

dengan mandi dan makan. Dari data di media audio dan visual karena stimulus

atas terlihat anak menonton di atas batas yang lebih intens dan lebih menarik bagi

waktu yang ditoleransi para ahli anak. Melalui media, pola pikir anak

(maksimal 2 jam per hari). Artinya dalam cenderung konkret, apa yang dilihat

aktivitas sehari-hari, sepertiga waktu anak dianggap benar sehingga anak

tersebut tersita oleh televisi. Dari dikhawatirkan akan meniru mentah-

penjelasan Diva, ternyata dia sangat mentah apa yang disajikan televisi. anak

leluasa menonton televisi karena tidak ada rentan karena belum kritis berpikir dan

larangan yang tegas dari orang tua. cenderung meniru. Anak menyerap

Bahkan waktu libur hampir setengah hari tawaran dari media karena ia belum

Diva memuaskan diri untuk menonton memiliki kemampuan untuk menentukan

dan hal tersebut sudah menjadi pilihan bagi dirinya sendiri.

kebiasaannya. Tidak berbeda jauh dari


Diva, informan Nina juga sangat banyak
222
Gushevinalti, Susri Adeni & Lely Arrianie, Media Habit dan Interpretasi
Anak Usia Dini Kota Bengkulu tentang Tayangan Media

Selektifitas Acara yang Ditonton dirinya menonton. Sehingga dengan

Anak-anak semestinya memiliki kondisi ini secara tidak langsung

selera tersendiri dalam menonton, begitu membuat anak secara otomatis menonton

juga hasil penelitian menunjukkan bahwa acara tertentu dan menjadi kebiasaan.

anak-anak sangat selektif pada acara yang Dari penjelasan Diva, sebenarnya
ditonton. Artinya, anak-anak mempunyai dia selektif pada tontonannya karena
acara favorit yang selalu ditonton. cenderung mengikuti selera orang lain,
Sebagian informan juga memberi jawaban dengan kata lain bukan keinginan dia
sama atas pilihan acara yang mereka sukai namun lebih menyesuaikan dengan
masing-masing. Ada informan yang suka tontonan kakaknya. Namun, ketika kakak
sekali acara hiburan seperti Inbox, atau orang tuanya tidak sedang menonton,
Dahsyat, Infotainment, film dan sinetron. Diva bisa memilih acara yang dia sukai.

Lalu peneliti menelusuri dengan Artinya seletifitas berlaku bila hanya

pertanyaan pancingan dengan meminta dirinya saja yang mau menonton.

informan menyanyikan lagu band Jadi dapat ditarik dugaan


favoritnya. Tanpa malu-malu Aidil sementara bahwa Diva tidak bisa untuk
menyanyikan salah satu lagu yang menentukan acara apa yang ditonton
dimaksud. Dari hasil wawancara di atas ketika ada anggota keluarga yang lain mau
terlihat bahwa anak-anak juga sudah menonton. Disamping itu kecenderungan
selektif memilih acara yang disukainya. lain dalam kaitannya dengan selektifitas
Umumnya mereka lebih menyukai acara ternyata tidak semua anak menyesuaikan
hiburan, namun tidak menyukai iklan. tontonan dengan usianya. Anak-anak

Jika Aidil dan Faros menyukai cenderung mengkonsumsi tayangan yang

acara musik, lain lagi yang disukai Atiyah. diperuntuk bagi dewasa.

Informan ini lebih menyukai sinetron atau


film. Menurutnya, sinetron dan film Jenis Acara yang ditonton
menampilkan artis-artis yang cantik, Penelitian ini mendapatkan data
bajunya juga bagus. Dengan kepoloson bahwa terdapat keseimbangan yang
informan ini, peneliti menilik lebih lanjut ditonton antara tayangan dewasa dan
tentang sinetron apa yang dia suka atau tanyangan anak. Kendati belum
ikuti jalan ceritanya. mengkhawatirkan, kondisi ini akan
Pada temuan lain, hasil penelitian berimbas pada pengetahuan anak
menujukkan bahwa anak-anak ada juga terhadap kehidupan orang dewasa seperti
yang tidak selektif terhadap tontonannya. yang mereka saksikan selama ini. Acara
Hal ini terjadi karena mengikuti selera yang diperuntukkan orang dewasa yang
orang lain yang juga menonton pada saat sering disaksikan anak adalah sinetron,

223
Jurnal komunikasi, Volume 8, Nomor 2, April 2014

musik dan infotainment. Walaupun anak yang lainnya akhirnya nonton bersama.
tidak mengetahui secara persis jenis Ketika diarahkan pertanyaan kepada
acaranya apa saja, namun peneliti berhasil stasiun mana yang sering mereka tonton,
menggali dan mengelompokkan acara Athiyyah menjawab SCTV karena ada FTV
yang disukai anak-anak. dan Inbox. Sementara Diva memilih RCTI

Berkaitan dengan jenis acara yang sebagai stasiun televisi yang sering

ditonton, umumnya anak-anak menyukai ditontonnya. Dengan tegas Diva

acara hiburan. Tidak ada yang menyukai menjelaskan:

acara formal seperti menonton berita “RCTI itu yang ada acara
Dahsyat-nya tante..ada Olga, Kak
bahkan semua informan mengaku tidak
Rafi dan Ayu ting-ting…asiik
suka kategori berita yang dibawakan nonton itu sebelum ke sekolah
diantar ayah.” (Sambil menyanyi
presenter seperti bulletin siang di RCTI,
“Alamat Palsu Ayu Ting-Ting, Diva
atau dialog seperti Kick Andy di Metro TV. juga melakukan goyang Dangdut
setelah memberi penjelasan di
Namun, ada hal lain yang menarik adalah
atas)
Nina juga mengetahui salah satu program
Kondisi ini membuat peneliti
TV yaitu On the Spot yang berisi tentang
makin miris, bagaimana tidak, anak-anak
sesuatu yang ekstrim di dunia ini; salah
yang masih di bawah umur pun beitu
satu contohnya 7 binatang aneh di dunia
mudahnya menghapal lagu-lagu orang
versi On the Spot.
dewasa hanya karena serinya mereka
Secara tidak langsung, informan Nina
saksikan di televisi. Padahal belum tentu
lebih menyukai acara yang menambah
anak-anak ini memahami apa makna yang
ilmu pengetahuan walaupun bukan berita
terkandung dalam lagu tersebut.
televisi. Lebih lanjut Nina mengatakan
kalau dia juga suka menonton acara
Interpretasi Anak tentang Tayangan
‘Pencari Rahasia’ yang mengisahkan
Dewasa
tentang hantu-hantu. Nina dengan
Tayangan dewasa dalam penelitian
bersungguh-sungguh mengatakan bahwa
ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu
dia tidak takut dan suka menonton acara
sinetron/film, lagu dan realityshow atau
ini dengan kakaknya di pagi hari.
Infotainment.

Pemanfaatan Waktu dan Ruang a. Sinetron/film dewasa


Hasil penelitian menunjukkan
Semua anak mengaku paling
kecenderungan informan menge-tahui
sering menonton televisi di rumah.
beberapa sinetron atau film dewasa.
Namun, terkadang ketika sedang bermain
Bahkan beberapa anak sangat menguasai
di rumah teman ada acara yang menarik
sinetron dan film-film Korea yang
untuk ditonton bersama teman-teman
idealnya ditujukan untuk remaja dan
224
Gushevinalti, Susri Adeni & Lely Arrianie, Media Habit dan Interpretasi
Anak Usia Dini Kota Bengkulu tentang Tayangan Media

dewasa. Hal yang menarik atau kemampuan sang Sutradara menyajikan


kontadiktif bahwa anak-anak memiliki sebuah tayangan. Meski secara penilaian
tingkat selektifitas terhadap sinetron. tersebut diungkapkan dengan bahasa yang
Misalnya Diva sangat menyukai sinetron sederhana. Seperti “Hebat orang yang
Putri yang Ditukar tapi tidak sama dengan buat filmnya itu”. Nina pun tidak
Nina bahkan lebih menyukai film Korea. mengetahui istilah seperti sutradara yang
Berikut ungkapan Nina atau interpretasi- berada dibelakang sebuah tayangan.
nya tentang sinetron Putri yang Ditukar,
Lebih lanjut, pernyataan suka
seperti yang dibawah ini:
menonton film Korea menarik peneliti
“PUTRI yang ditukar, nggak suka untuk menilih lebih lanjut dan dalam
nonton, pemainnya jelek, filmnya
tentang hal ini. Peneliti mencari informasi
jelek. Yang suka nontonnya itu
bunda Nina. Kata bunda nggak kapan dan dengan siapa informan sering
boleh nonton sinetron, bolehnya
menonton film Korea. Juga berkaitan
nonton film Ayah (film bola trus
film berita). Nina nggak suka dengan cuplikan-cuplikan apa yang
nonton berita. Bosan.”
membekas di dalam memori Nina tentang
Dari pernyataan diatas terlihat film Korea seperti film berudul Tuxcedo..
bahwa Nina kurang menyukai sinetron
Terakhir, peneliti mencantumkan
Putri yang Ditukar. Meski juga mengakui
pernyataan Nina terkait pengalamannya
beberapa kali pernah menonton sinetron
menonton film yang berbau “porno” bagi
tersebut, bahkan mengetahui nama-nama
seumurannya. Pengalaman in tidak hanya
tokohnya. Disamping itu, hal yang
didapatinya ketika menonton tayangan
kontradiktif peneliti temukan dalam
dewasa tetapi tayangan anak-anak (film
interpretasinya terhadap film Korea. Nina
kartun) seperti film Barby.
mengungkapkan kesukaannya menonton
film Korea karena 2 alasan: “Kan ada cowo’ kan. Dia ngasih
kamera isinya orang-orang
“Suka film Korea karena telanjang di kamar mandi. Kalo’
pemainnya cantik dan ganteng. ada film ciuman Nina tutup mata.
Hebat orang yang buat filmnya Pernah di film barby juga ada.”
tuh.”
Dari pernyataan Nina, sangat miris
Sangat menarik ketika mengetahui apabila anak sebayanya memahami apa
alasan Nina diatas. Betapa anak berumur yang ditampilkan film apalagi diselipkan
5 tahun telah mampu menilai kualitas dalam film kartun Barbie. Peneliti terus
sebuah tayangan. Penilaian awal tentu mengejar interpretasi Nina tentang
sangat natural sekali, yakni tentang ciuman. Sangat mengejutkan ketika Nina
penampilan para aktor dan aktrisnya, menghubungakan adegan ciuman itu
gantengkah atau cantikkah. Tetapi lebih hanya boleh ditonton orang dewasa bukan
dari itu, Nina juga menilai dari sisi
225
Jurnal komunikasi, Volume 8, Nomor 2, April 2014

anak-anak.dari informasi ini secara time, sinetron tampak mendominasi.


kognitif dan konatif, Nina sangat Produser dan stasiun televisi berpegang
memahami batasan apa yang boleh pada rating yang menunjukkan banyaknya
ditonton dewasa dan anak-anak. penonton tersedot menyaksikan program
di jam-jam itu. Padahal, di sisi lain,
Tidak jauh berbeda dari Nina,
tingginya peringkat rating sama sekali
informan Atiyah juga memahami sinetron
tidak berkorelasi dengan kualitas
yang selalu diiukutinya yaitu Nada dan
programnya.
Cinta yang sekarang sudah habis masa
tayangnya (pada saat penelitian sinetron Tidak jauh berbeda dari sinetron
ini masih tayang). Atiyah mengetahui yang ditonton ditonton oleh informan
nama-nama peran pemain sinetron lain, pada sinetron Antara Cinta dan
tersebut, seperti Nada, Cinta, Faris, Nia. Dusta ini juga menceritakan tentang lika
Sinetron ini menurut Atiyah sangat liku percintaan. Informan Diva ternyata
menegangkan karena ada tokoh jahat. sangat memahami arti pacaran. Ia
Informan Atiyah sangat sangat menguasai menjelaskan bahwa
jalan cerita sinetron tersebut.
“Pacaran itu seperti Atikah dan
Aryo, mereka itu mau menikah
Sementara itu, Informan Diva
tapi Ibu Aryo tidak boleh..tapi
mengaku penonton setia sinetron” Antara ayahnya boleh. Makanya mbah
marni jadi sedih. Oya, ada juga
Cinta dan Dusta” yang ditayangkan di
yang mau pacaran sama Atikah
Indosiar. Diva juga sangat hafal nama- namanya Fahri, tapi Fahri itu
adik Aryo..”
nama pemeran di sinetron tersebut yaitu
Aryo, Atikah, Sultan, Mbah Marni. Dari Sinetron yang ditayangkan dari
penjelasan Diva, terkesan ia sangat pukul 20.00-21.00 ini mendapat
menyukai sosok Atikah dalam sinetron perhatian besar dari Diva. Bahkan Ia
tersebut. Karena Diva menilai Atikah itu mengaku sangat kagum dengan Atikah
sosok yang lucu, baik, sabar dan cantik. dan ingin menjadi Atikah. Hanya saja dia
Informan Diva selalu menonton sinetron tidak menyukai peran Naira yang selalu
ini bersama sepupu yang tinggaldi jahat terhadap Atikah karena Naira
rumahnya, terkadang kakaknya yang SMP pacarnya Sultan. Awalnya, Diva terlihat
juga ikut menonton sinetron ini. malu-malu menceritakan sinetron
tersebut namun setelah peneliti juga
Temuan ini kiranya relevan dari
mengatakan suka menonton sinetron itu
hasil survey Harian Kompas (April, 2008)
juga maka Diva sangat leluasa
mengenai tanggapan responden terhadap
menceritakan.
sinetron anak dan remaja. Dari ragam
program yang disiarkan pada jam prime

226
Gushevinalti, Susri Adeni & Lely Arrianie, Media Habit dan Interpretasi
Anak Usia Dini Kota Bengkulu tentang Tayangan Media

Ada hal menarik lainnya ketika Lagu Dewasa


peneliti menelusuri pemahaman Atiyah
Sebagai media komunikasi lagu
tentang kesukaannya menonton sinetron
mempunyai arti penting. Berdasarkan
Dia Anakku di RCTI. Dari penjelasan
hasil penelitian, ternyata semua informan
Atiyah terlihat bahwa sebenarnya ada
mengenal lebih dari satu lagu dewasa dan
ketidakpahaman dia mengenai istilah dan
menyanyikannya dengan lancar. Temuan
fungsi dari alat pemeriksa kehamilan.
ini diduga berhubungan dengan jenis
Yang ia tahu bahwa tespack itu adalah
acara musik dewasa yang selalu ditonton
tensi (alat untuk mengukur tekanan
anak. Pada saat menyanyikan lagu,
darah), sehingga temuan ini menggelitik
ekspresi anak-anak terlihat datar-datar
naluri peneliti betapa kepoloson anak
atau biasa saja. Hal ini mengindikasikan
menjadi sesuatu yang lucu jika
tidak pahamnya mereka dengan makna
menanggapi aktivitas orang dewasa.
yang terkandung dalam lagu tersebut.
Berikut ungkapan Atiyah:
Temuan ini relevan dengan hasil
“Fatia itu kan muntah-muntah penelitian yang dilakukan YPMA (2009)
habis dari pesta karena makan
menyebutkan sekeliling anak beredar lagu
kue ulang tahun..nah, ia lalu
masuk ke kamar mandi dan bawa yang bukan untuk anak, namun anak-
tensi (maksudnya tespack)
anak begitu hafal dan mampu
bersama mamanya. Lalu
mamanya marah-marah dan menyanyikannya dengan fasih. Parahnya,
Fatia ditampar setelah periksa
lagu-lagu tersebut mengandung lirik-lirik
tensi itu di air gelas.”
yang tidak pas untuk dikonsumsi anak-
Menurut Atiyah, penyebab Fatia
anak, karena mengajarkan moralitas yang
hamil adalah karena makan kue ulang
buruk.
tahun, maka air dimasukkan ke gelas dan
Sedikitnya ada delapan
menggunakan tensi untuk melihat hamil
kecenderungan lagu-lagu popular
atau tidak. Dari pernyataan itu, ada
sekarang yang banyak dikenal informan:
pemahaman yang keliru dalam tataran
konsep yaitu air yang dimasukkan ke Pertama, lagu milik Bagindas dengan
dalam gelas jenis apa (sebenarnya adalah syair “Mengapa kau tak mau
air seni) dan itu tidak mampu Atiyah cium pipi ku, mengapa kau tak
pahami. Namun, jika ditilik dari usia mau genggam tangan ku,
Atiyah yang masih kecil, rasanya terlalu biasanya kalau kau bertemu aku
dini anak mengenal alat cek kehamilan. cium pipi kanan dan pipi
Atiyah mengaku tau tensi (tespack dari kiriku”..
beberapa sinetron yang dilihatnya. Kedua, lagu milik Smash dengan syair
“Mengapa hatiku cenat-cenut tak
ada kamu.”
227
Jurnal komunikasi, Volume 8, Nomor 2, April 2014

Ketiga, lagu milik Merpati Band dengan tersebut juga peneliti temukan di
syair “sesungguhnya aku tak rela lapangan ketika informan sedang bermain
melihat kau dengannya sungguh dengan teman-temannya. Bahkan Nina
hati terluka, cukup puas kau buat menyanyikan lagu Justin Bieber dalam
dirikku merasakan cemburu bahasa Inggris dengan lancar walaupun
kembalilah padaku…” ejaannya tidak pas. Walaupun Justin

Kempat, lagu milik Seventeen dengan adalah artis remaja namun, lagunya sudah

syair ”Kau slalu jaga hati mu saat menggunakan bahasa orang dewasa.

jauh dariku tunggu aku kembali. Tidak berbeda jauh, Atiyah juga mampu

Mencintaimu aku tenang, menyanyikan lagu Cherry Bell dengan

merindukan mu aku ada..” bersemangat menari seperti artis aslinya


dan tanpa malu-malu. Sangat fantastis,
Kelima, lagu milik Wali Band “Yang, coba
Atiyah hafal lagu tersebut yang dikenalnya
kau jujur padaku, Yang..foto siapa
melalui acara musik di SCTV.
di dompetmu..Yang, kok kamu
diam begitu?.. kata Yang Temuan ini setidaknya mem-

maksudnya adalah Sayang” berikan gambaran bahwa tidak semua


anak memahami makna lagu dewasa yang
Keenam, lagu baru milik Cherry Bell
diketahuinya. Artinya, anak hanya tau
dengan syair “Ku mencintai
menyanyikan namun tidak mengetahui
kekasih sahabatku…” lagu ini
makna istilah-istilah yang sebenarnya
bertema perselingkuhan.
memang belum pantas mereka sebutkan
Ketujuh, lagu milik 7 Icon sangat atau ketahui. Namun, istilah “jatuh cinta”,
digandrungi anak-anak dengan kekasih, pacar adalah istilah dalam lagu
judul Play Boy. Syairnya ” yang mereka pahami dengan baik dan
gak..gak..level, aku gak level pada mampu mereka jelaskan secara verbal.
cowok gampangan..playboy..play Ketika ditelusuri, ternyata istilah itu pun
boy..” diperkuat dengan seringnya mereka
Kedelapan, syair lagu Armada Band “kau mendengar itu dari sinetron atau film
pemilik hatiku…” dewasa yang ditonton.

Lagu-lagu bertemakan cinta,


selingkuh, patah hati, keindahan tubuh Realityshow atau Infotainment
mewarnai jagad raya musik Indonesia. Ini
Kategori acara ini juga banyak juga
belum ditambah lagu-lagu dangdut seperti
ditonton oleh anak-anak. Realityshow
cinta satu malam, keong racun, alamat
sebenarnya ada juga yang khusus
palsu. Dengan goyangan sarat muatan
ditujukan ke anak-anak. Hasil penelitian
pornografi dan lirik sensual, lagu-lagu
menujukkan tidak semua anak yang

228
Gushevinalti, Susri Adeni & Lely Arrianie, Media Habit dan Interpretasi
Anak Usia Dini Kota Bengkulu tentang Tayangan Media

menonton realityshow anak, sebagian There’s no standard quality for


producing children’s
besar lebih menyukai realityshow untuk
programmes… commercials,
orang dewasa. Misalkan saja Aidil, thrillers, and other spots which do
not have any relation with the
informan ini mengaku menyukai
children are still viewed
realityshow Hitam-Putih yang dibawakan (Guntarto, dalam Goonasekera,
2000).
oleh Dedy Corbuzier di Trans 7, sementara
Nina lebih menyukai Acara yang Masih banyak lagi hasil penelitian
dibawakan Tukul Armawa “Bukan Empat senada yang menguatkan asumsi
Mata”. Nina mengaku menyukai acara buruknya dampak media di berbagai
tersebut karena ikut kakaknya yang juga belahan dunia. Lain lagi dengan Diva dan
selalu menonton acara tersebut. Atiyah, kedua informan ini lebih
menyukai acara musik dan Infotainment
Dari berbagai pernyataan diatas
seperti Insert Selebriti, Was-Was, Inbox,
memperlihatkan bahwa Nina mengetahui
Hip Hip Hura. Umumnya informan sangat
banyak program-program acara di televisi.
mengenal artis-artis dan berita heboh
Pengetahuannya juga sangat bervariasi
selebriti di tanah air. Tentu saja temuan
hingga mampu menggambarkan beberapa
ini menambah mirisnya peneliti. Betapa
tayangan TV. Selain itu, jika dilihat dari
tidak, informan yang baru berumur 5
pernyataan terakhir, dapat diketahui
tahun sudah mampu mencerna isi
bahwa Nina juga seringkali menonton
infotainment yang seharusnya tidak dia
hingga larut malam (bagi ukuran anak-
konsumsi. Lebih berbahaya lagi adalah
anak seumurnya). Nina hapal jadwal
informan mengaku suka menonton gossip
tayang tiap program yang ditontonnya,
karena tidak membosankan. Ditambah
seperti Bukan Empat Mata dan Uji Nyali
lagi sebagian besar stasiun TV memiliki
yang tayang setiap hari jum’at jam 22.00
acara infotainment yang berisi gossip para
WIB. Dari pernyataan diatas juga secara
selebriti.
implisit terbaca bagaimana Nina
memaknai berbagai tayangan yang pernah
dan seringkali ditontonnya. Di Indonesia, Interpretasi Anak tentang Tayangan
perilaku menonton TV yang intensif Anak
menjadi penyebab ketergantungan
Tayangan acara anak di televisi
terhadap media ini. Data UNICEF pada
memberikan sisi positif dalam
tahun 2007 memperlihatkan, rata-rata
mengajarkan anak tentang nilai
anak SD menonton TV selama 4-5 jam
kehidupan. Setiap statsiun televisi
sehari. Padahal, dari sekian banyak
memiliki tayangan khusus untuk anak.
tayangan yang ada di televisi Indonesia,
Pada penelitian ini, menginformasikan
kualitasnya mencemaskan.
anak sangat mengenal acara-acara yang

229
Jurnal komunikasi, Volume 8, Nomor 2, April 2014

ditujukan untuk mereka, diantaranya dari acara yang sering disukai dan sering
penuturan Atiyah. Informan ini sangat diceritakan oleh teman-temannya di
menyukai serial atau film Winnie The sekolah. Sementara itu, Daffa selalu
Pooh. menanti tontonan Spongsbob di Global TV

Menurut Atiyah, membuat orang bersama sang kakak. Daffa lebih menykai

sedih itu tidak baik seperti yang dilakukan film kartun, namun terkadang bersama

Roo terhadap Tigger. Sebenarnya Roo kakaknya, daffa mengaku sering

dan teman-teman yang lain itu berbohong menonton acara mistis di televisi. Setelah

pada Tigger karena menurut Atiyah dia menyaksikan acara mistis, Daffa merasa

memahami nilai-nilai persahabatan dan takut karena selalu di takuti oleh

persaudaraan. Kadang-kadang film kakaknya.

tersebut ada muatan lelucon juga. Film ini


bagi Atiyah sarat dengan nilai-nilai Pembahasan
persaudaraan dan persahabatan yang Hasil penelitian menujukkan
kental. Tigger dan temannya mengemas bahwa media habit anak usia dini sangat
nilai-nilai positif tentang indahnya mengkhawatirkan. Seperti contoh jumlah
persahabatan dengan cara mudah sekali jam menonton anak yang lebih tinggi
dipahami. dibandingkan jam yang mereka habiskan
Sementara itu Faros menyukai disekolah yaitu berkisar 30-35 jam
tayangan Little Krishna di MNC TV yang seminggu, atau lebih kurang 1.500 jam
ditayangkan 17.30-18.00 WIB. Film ini setahun. Angka yang mencengangkan ini
mengisahkan tentang Dewa Sri Krishna diperparah belum terbentuknya pola
yang bagi masyarakat India adalah sosok menonton televisi yang sehat. Menonton
yang didewakan karena merupakan titisan TV yang sehat mencakup: batasan waktu
dewa Wishnu dalam kisah Mahabarata menonton televisi, pemilihan acara yang
yang tersohor di dunia perwayangan. tepat, dan pendampingan saat menonton.
Sebagai latar dalam film ini adalah tanah Ini penting karena tayangan televisi sudah
Vrindavan,tanah kelahiran Krishna serta didominasi oleh tayangan yang tidak
kehidupan penduduk desa di India. aman untuk anak. Banyak acara dewasa
yang ditayangkan pada jam anak biasa
Tidak jauh berbeda dari Faros,
menonton televisi.
Noval sering menikmati acara-acara
televisi yang disarankan ibunya untuk Karena pada hakekatnya, pesan-
menonton. Bahkan, hampir setiap pesan yang disampaikan melalui media
menonton televisi ia didampingi oleh televisi, memiliki tiga karakteristik yang
Ibunya, namun kadang-kadang Noval berbeda: Pertama, pesan media televisi
merasa tidak bebas untuk menikmati dapat sampai kepada pemirsanya tanpa

230
Gushevinalti, Susri Adeni & Lely Arrianie, Media Habit dan Interpretasi
Anak Usia Dini Kota Bengkulu tentang Tayangan Media

memerlukan bimbingan atau petunjuk. telah menjadi konsumsi sehari-hari


Kedua, pesan televisi itu sampai kepada kalangan yang sesungguhnya tidak layak
pemirsanya tanpa memerlukan pemikiran, yaitu anak-anak. Kondisi ini lambat laun
dan Ketiga, pesan televisi tidak akan menjadi sebuah pembenaran
memberikan pemisahan bagi para terhadap penanaman nilai-nilai yang tidak
pemirsanya, artinya siapa saja dapat baik bagi si anak.
menyaksikan siaran-siaran televisi. Lagu dewasa menghampiri anak
dari segala penjuru pasar, toko atau mal
Karakteristik pesan yang ketiga
menyetel lagu dewasa keras-keras. Iklan
inilah, yang justeru harus diwaspadai
Ring Back Tone (RBT) yang
betul. Karena, sangat boleh jadi sebuah
mepromosikan lagu-lagu menyelip di
tayangan sebenarnya ditujukan untuk
acara anak. Belum lagi melalui video klip
orang dewasa, tapi malah disaksikan
dalam banyak acara musik TV. Ditambah
anak-anak. Sebuah tayangan yang tidak
hampir semua sinetron menggunakan
layak ditonton kalangan remaja, malah
lagu dewasa sebagai lagu pengiring, dan
menjadi santapan sehari-hari mereka.
sinetron itu ditonton anak-anak.
Memang betul, ada aturan yang
Akibatnya anak-anak hafal lagu dewasa
mengharuskan stasiun televisi
dan tiba-tiba saja lirik-lirik
mencantumkan logo huruf, seperti “BO”
”mengkhawatirkan” pun bisa meluncur
(bimbingan orang tua) atau “DW” untuk
dengan sukses dari bibir anak. Pada
kategori tayangan dewasa, dan “SU” untuk
akhirnya anak-anak menjadi dewasa
tayangan semua umur. Hanya
sebelum waktunya. Berbagai acara
masalahnya, seberapa besar tanda-tanda
pencarían bakat anak di TV pun justru
“pembatasan” itu bisa dipatuhi oleh anak-
menjadi ajang makin mempopulerkan
anak yang tidak layak menyaksikannya.
lagu dewasa ke telinga anak. Langkanya,
Seberapa besar peran orang tua, untuk
lagu anak menjadi alasan untuk
melakukan bimbingan terhadap anak-
“menghalalkan” lagu-lagu syarat muatan
anaknya, ketika mereka sekeluarga
negatif ke telinga anak. Ini berarti televisi
menyaksikan sebuah tayangan di televisi.
telah mensosialisasikan nilai buruk
Terlebih lagi, ketika anak diberi
kepada anak. Namun dari hasil penelitian
kebebasan menonton televisi di kamarnya
ternyata anak-anak hanya mengetahui
sendiri, di tengah kesibukan para orang
saja syair lagunya tanpa memahami lebih
tua yang tidak sempat lagi menemani
dalam makna apa yang terkandung dalam
anak-anaknya menonton televisi, maka
setiap kata-kata yang seharusnya belum
logo huruf-huruf itu, seakan tak memiliki
pantas mereka ucapkan seperti; cemburu,
arti apa-apa.
play boy, cium pipi, kekasih, jatuh cinta
Akhirnya, yang terjadi adalah
dan lain-lain. Apa yang terjadi dalam
acara-acara yang ditayangkan televisi
231
Jurnal komunikasi, Volume 8, Nomor 2, April 2014

tayangan televisi maupun video game, horor, mereka tahu apa yang mungkin
dengan kata lain pada media-media yang atau apa yang tidak mungkin
banyak diakses anak, merupakan Hasil penelitian menunjukkan
indikator terciptanya gejala “matinya kecenderungan belum mengenal dan
humanisme”—sebagaimana disampaikan mengetahui apa itu akting, apa itu efek
oleh Keith Tester dalam bukunya Media, film, atau apa itu tipuan kamera dan lain
Culture, and Morality (1994). sebagainya. Bagi mereka, anak-anak ini,
Tepatnya, nilai-nilai yang dunia di luar rumah adalah dunia yang
bertumpu pada moral dan budaya
seperti apa yang ada di TV, yang mereka
sudah diabaikan dan diganti
dengan nilai-nilai yang lihat setiap kali.
menghamba pada orientasi
keuntungan dan hiburan (profit Dengan melihat berbagai acara di
and entertainment oriented) serta TV (selain film cerita) misalnya acara
prinsip kesenangan (pleasure
principle). musik, olahraga, kesenian, berita dll, TV
juga dapat menambah wawasan dan
Ini berakibat pada pudarnya misi
minat. Anak akan jadi mengenal berbagai
edukasi dalam program-program yang
aktifitas yang bisa dilakukannya. Anak
dipersembahkan untuk anak-anak
akan mengetahui perkembangan ilmu
tersebut.
pengetahuan dan teknologi,
Tayangan dewasa juga menjadi
perkembangan peristiwa yang terjadi di
konsumsi umum anak-anak. Tidak ada
dunia, dan perkembangan permasalahan
pendampingan yang ketat dari orang tua,
yang ada di luar lingkungannya. Film pun
malah anggota kelaurga yang lain seperti
ada juga yang bagus dan mendidik, yang
kakak, sepupu mengajak anak untuk
selain memberi hiburan juga mengajarkan
menonton bersama padahal dari
anak berbagai hal yang baik, tentang
perbedaan umur saja sudah jelas berbeda.
sikap-sikap yang baik, tentang nilai-nilai
Hal semacam ini lah yang perlu dicermati
kemanusiaan, tentang nilai keagamaan,
oleh orang tua.
tentang perilaku sehari-hari yang
Dari hasil penelitian pokok seharusnya dilakukan anak-anak.
permasalahan yang paling besar,
sebenarnya adalah ketidakmampuan Kesimpulan
seorang anak kecil membedakan dunia Berdasarkan hasil penelitian dan
yang ia lihat di TV dengan apa yang pembahasan dapat disimpulkan bahwa
sebenarnya. Bagi orang yang sudah media habit atau kebiasaan menonton
dewasa, tidak ada masalah, sebab ia tahu televisi dan pola konsumsi media yang
apa yang sungguh-sungguh terjadi di dilakukan oleh anak usia dini di Kota
dunia atau yang hanya fiksi belaka. Bila Bengkulu sangat mengkhawatirkan.
orang dewasa melihat film – film aksi atau
232
Gushevinalti, Susri Adeni & Lely Arrianie, Media Habit dan Interpretasi
Anak Usia Dini Kota Bengkulu tentang Tayangan Media

Dengan kata lain, anak tidak memahami dewasa. Hanya saja istilah pacaran, jatuh
kode peringatan umur yang terdapat cinta, kekasih merupakan istilah yang
dilayar televisi seperti SU, DW, BO. dimengerti anak melalui lagu.

Sementara itu, interpretasi anak Disamping itu, interpretasi anak


tentang tayangan dewasa dalam penelitian mengenai tayangan anak dalam penelitian
ini dibagi menjadi tiga kelompok besar ini tergambar secara natural bahwa anak
yaitu sinetron/film dewasa, lagu dewasa kecenderungannya adalah memahami
dan realityshow atau infotainment. makna yang terdapat dalam tontonan
Hampir semua anak mengaku sangat misalkan saja arti persahabatan, tolong
menyukai sinetron atau film dewasa. menolong dan kekhasan dalam dunia anak
Informasi ini dibuktikan dengan anak- lainnya. Dengan kata lain, tayangan anak
anak sangat fasih menceritakan jalan sejauh ini dinilai masih dalam jalur yang
pemain sinetron, cerita sinetron bahkan aman, namun tayangan anak yang
prediksi ending dalam sinetron tersebut. diungkapkan anak dalam penelitian ini
Pengetahuan anak tentang lagu dewasa tidak jarang juga ada berisi tentang
sangat bagus namun umumnya anak tidak kekerasan, permusuhan atau nilai negatif
memahami makna lagu sepenuhnya atau lainnya.
tidak semua tau arti istilah-istilah orang

Daftar Pustaka

Astuti, Santi Indra. Social Dysfunction Guntarto, B. An Assesment of Children's


Televisi Kita. Dalam Hanim, Masayu Television Programmes in
(ed.). 2006. Dampak Tayangan Indonesia. Dalam Goonasekera,
Televisi Bertema Kekerasan, et.al. 2000. Growing Up with TV:
Pornografi dan Mistik Supranatural Asian Children's Experience.
terhadap Masyarakat: Studi Kasus Singapore: Asian Media
di Semarang dan Palembang. Information & Communication
Jakarta: PMB LIPI. Centre.

Bandung School of Communication DeVito, Joseph A. 1994. Human


Studies (BASCOMMS) & YPMA. Communication : The Basic
2009. Sinetron Remaja dan Course. New York: Harper Collins
Penonton Belia: Riset Audiens Publishers.
terhadap Penonton Remaja. Kriyantono, Rahmat. 2006. Teknik Praktis
Jakarta: BASCOMMS & YPMA.
Riset Komunikasi. Prenada Media
Grup Jakarta

233
Jurnal komunikasi, Volume 8, Nomor 2, April 2014

Miles BM, Michael H. 1992. Analisis Zillman, Dolf & Jennings Bryant (eds)
Data Kualitatif. Jakarta: 2002. Media Effects: Advances in
Universitas Indonesia Theory and Research (2nd Ed.).
National Association For the Education Mahwah, New Jersey: Lawrence
Young Children (NAEYC) .1992. Erlbaum Associated.
Accreditation Criteria and
Procedures of National Academy Sumber online:
of Early Chilhood Program
(rev.ed) Washington DC Pola Menonton Televisi Anak Sangat
Buruk
Panjaitan, Erica. 2006. Matinya rating
http://health.kompas.com/read/2
Televisi. Ilusi Sebuah Netralitas.
012/07/19/. Diakses tanggal 2
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
September 2012 pukul 19.00
Potter, W. James. 2001. Media Literacy
(2nd Ed.). London: SAGE
Koran:
Publication.
Harian Kompas April 2008
Stokes, Jane. 2007. How to Do Media and
Cultural Studies (penerjemah: Santi
Indra Astuti). Yogyakarta: Bentang.

Tester, Keith. 1994. Media, Culture and


Morality. London: Routledge

234

You might also like