Professional Documents
Culture Documents
Susri Adeni
Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Bengkulu
Lely Arrianie
Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Bengkulu
Abstract
Generally , the message from televison is not separated for the television viewers; it means
that anyone can watch television programs. Children without any parental supervision can
have a habit of consuming media where those television programs are not addressed to
their age. This study aims to assess media habits or television viewing habits and media
consumption patterns conducted by early childhood in the city of Bengkulu; the other goal is
to decipher the meaning of the impressions of early childhood about the for children
television shows as well as the shows for adults. This study is a qualitative study and
conducted in early childhood or kindergarten students at TK Intan Insani dan PAUD
Haqiqi in the city of Bengkulu. The main method of data collection is in-depth interviews
and observation. Results reveals that media habits or television viewing habits and media
consumption patterns conducted by early childhood in the city of Bengkulu is very high. The
watching time for children is mostly 3 to 5 hours per a day. The term dating , falling in love ,
lover is a term that is understood through songs and sinetron or adult movies they watch.
The interpretation of the child regarding special program in this study is illustrated
naturally .
Keywords: early childhood, media habit, television programs, interpretation.
Abstrak
Umumnya, pesan televisi tidak memberikan pemisahan bagi para pemirsanya, artinya siapa
saja dapat menyaksikan siaran-siaran televisi. Anak-anak tanpa pengawasan orang tua pun
dapat mempunyai kebiasaan mengkonsumsi media televisi yang sebenarnya bukan
ditujukan kepada khalayak seusia mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji media
habit atau kebiasaan menonton televisi dan pola konsumsi media yang dilakukan oleh anak
usia dini di Kota Bengkulu, tujuan lainnya adalah untuk menguraikan pemaknaan anak usia
dini tentang tayangan untuk anak-anak di televisi serta tayangan untuk orang dewasa.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dilakukan pada anak usia dini/siswa TK Intan
Insani dan PAUD Haqiqi Kota Bengkulu. Metode pengumpulan data yang utama adalah
wawancara mendalam dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media habit atau
kebiasaan menonton televisi dan pola konsumsi media yang dilakukan oleh anak usia dini di
Kota Bengkulu sangat mengkhawatirkan. Waktu anak menonton berkisar 3-5 jam per hari.
Istilah pacaran, jatuh cinta, kekasih merupakan istilah yang dimengerti anak melalui lagu dan
sinetron/film dewasa yang mereka tonton. Interpretasi anak mengenai tayangan khusus anak
dalam penelitian ini tergambar secara natural.
Kata kunci: anak usia dini, media habit, tayangan media, interpretasi.
215
Jurnal komunikasi, Volume 8, Nomor 2, April 2014
Mengutip pendapat Erica Panjaitan dalam televisi atau production house (PH) lain
dilakukan oleh anak usia dini di Kota Konsep tentang Media Habit
Bengkulu. Selanjutnya, untuk mengu- Media habit adalah pola kebiasaan
raikan pemaknaan anak usia dini tentang memanfaatkan media yang dapat
tayangan untuk anak-anak di televisi. Dan dijelaskan dengan frekuensi atau waktu
terakhir, untuk menguraikan pemaknaan seseorang mengkonsumsi media. Dalam
anak usia dini tentang tayangan untuk seminggu, anak-anak di Indonesia
orang dewasa di televisi. menonton televisi selama 30-35 jam, atau
1560-1820 jam setahun. Angka ini jauh
217
Jurnal komunikasi, Volume 8, Nomor 2, April 2014
dan mudah dipahami. Anak-anak boleh yang digunakan dalam penelitian ini
lupa, mengandung nilai-nilai positif yang tipe penelitian ini menggunakan tipe
218
Gushevinalti, Susri Adeni & Lely Arrianie, Media Habit dan Interpretasi
Anak Usia Dini Kota Bengkulu tentang Tayangan Media
dilakukan untuk menggali informasi dari Sebagai sebuah studi yang berpijak
anak-anak tentang pemaknaan mereka pada pendekatan kualitatif, maka hasil
terhadap tayangan televisi untuk anak- studi dokumen dianalisis dengan cara
anak dan tayangan televisi untuk dewasa. (Miles, 1992): yaitu dengan melakukan
Tentu saja proses wawancara yang reduksi data dan interpretasi data.
dilakukan mempertimbangkan karak- Sementara itu, teknik keabsahan data
teristik anak sehingga wawancara yang dalam penelitian ini menggunakan
dilakukan sifatnya santai. Upaya untuk triangulasi sumber dan triangulasi waktu.
lebih akrab dengan informan, peneliti di
izinkan dan ikut dalam proses belajar Hasil Dan Pembahasan
mengajar sebagai guru baru. Pada saat Profil Informan Penelitian
jam istirahat, peneliti mengajak informan
untuk bermain sekaligus cara ini Nina, 5 tahun, Perempuan
digunakan untuk melakukan wawancara. Merupakan sosok sangat aktif dan
Sehingga proses yang dilalui sangat santai komunikatif. Nina adalah murid PAUD
dan natural. Ketika proses wanawancara, Haqiqi Kota Bengkulu Anggapan ini
peneliti kerap membawa makanan ringan peneliti dapatkan selama proses
untuk anak-anak tersebut. wawancara dan observasi langsung. Nina
memperlihatkan kemampuan ber-
219
Jurnal komunikasi, Volume 8, Nomor 2, April 2014
Disamping itu, peneliti juga memperoleh Haqiqi Kota Bengkulu, anak pertama dari
informasi bahwa Nina adalah anak ketiga dua bersaudara, usia adiknya 3 bulan.
saat ini berstatus mahasiswi di sebuah sedangkan ibunya bekerja sebagai PNS.
pelajar sekolah menengah atas (SMUN 2). karena Faros memiliki sifat lebih mudah
mengalah ketika bermain dengan teman-
temannya. Sepanjang penelitian
Noval, 5 tahun, Laki-laki
dilaksanakan Faros memiliki rasa ingin
Anak ini berperawakan tinggi dan tahu yang tinggi terbukti Faros sangat
sedikit kurus. Awalnya terlihat sangat banyak bertanya tentang banyak hal
pemalu ketika wawancara dengan peneliti. kepada peneliti. Dengan kata lain, faros
Noval merupakan anak tunggal. Noval sangat talkactive.
murid PAUD Haqiqi Kota Bengkulu.
Kedua orangtuanya bekerja. Sosok Noval
Atiyah, 6 tahun, Perempuan
sangat santun dalam berinteraksi dengan
peneliti dan sangat cepat memahami Informan ini merupakan murid TK
materi wawancara sehingga bagi peneliti Intan Insani kelas B. atiyah anak pertama
sosok Noval adalah pribadi yang dari dua bersaudara. Kedua orang tuanya
220
Gushevinalti, Susri Adeni & Lely Arrianie, Media Habit dan Interpretasi
Anak Usia Dini Kota Bengkulu tentang Tayangan Media
dipilih oleh gurunya untuk menjadi Daya empatinya sangat tinggi. Dengan
informan penelitian ini. Dari semua kata lain, sosok Aidil adalah pribadi yang
informan, Athiyyah sangat antusias dalam sangat menyenangkan.
menjawab semua pertanyaan dan lebih
agresif untuk diberikan pertanyaan. Tipe Media Habit anak
anak ini sangat unik karena Penelitian ini berhasil menggali
pengetahuannya tentang acara televisi informasi pada anak usia dini tentang
sangat luas bukan hanya acara anak-anak tayangan media baik tayangan dewasa dan
namun juga acara yang ditujukan untuk tayangan untuk anak. Informasi tersebut
orang dewasa. Sehingga cara dia berbicara didukung media habit anak yang
pun seperti orang dewasa. cenderung mengarah pada kebiasaan
seperti pola menonton orang dewasa.
Diva, 5 tahun, Perempuan Informan penelitian ini cenderung
dengan Atiyah. Kedua orang tuanya pun kebiasaan menonton dan tayangan yang
bekerja sebagai PNS atau guru. Diva anak ditonton. Informan berjumlah 7 orang
bungsu dari 2 bersaudara. Diva bertubuh bersekolah di PAUD dan Taman Kanak-
besar dan berkulit putih, secara fisik kanak di Kota Bengkulu. Hampir semua
barangkali banyak yang tidak yakin kalau informan berumur diatas 5 tahun, karena
umurnya 5 tahun. Namun begitu, Diva informan ini dinilai cakap dan mampu
221
Jurnal komunikasi, Volume 8, Nomor 2, April 2014
hari yaitu pukul 06.00 WIB, siang hari memanfaatkan waktu untuk menonton
pukul 12.00 WIB dan malam hari jam apalagi pada acara-acara yang menjadi
18.00-21.00 WIB. Waktu malam hari lebih favoritnya.
banyak anak-anak menonton televisi. Flm-film kartun Spongbob, Tom
Pada pagi hari, sebelum ke sekolah, and Jerry, Tingker bell menjadi
informan umumnya menyaksikan favoritnya setiap hari. Biasanya ditonton
tayangan film kartun. sebelum berangkat kesekolah atau setelah
Namun disayangkan tayangan mandi sore. Nina menonton acara selalu
pada malam hari ini cenderung anak-anak sampai habis tayangannya dan selama
menikmati tayangan dewasa/tidak iklan atau jeda acara maka Nina langsung
ditujukan kepada anak-anak seperti menonton acara yang lain yang dianggap
sinetron remaja dan dewasa bersama menarik olehnya. Fenomena ini terjadi
anggota keluarga yang lain (ibu, ayah, jika ia menonton sendiri. Tapi kalau
kakak dan sepupu). menonton bersama keluarga yang lain,
Nina mengaku tidak boleh memegang
Lama Waktu Menonton remote karna khawatir untuk mengganti
bahwa informan menonton televisi rata- kebiasaan baru yang di dapat Nina yaitu
rata 3 jam perhari pada hari biasa dan 5 menonton tayangan dewasa bahkan
jam per hari pada hari libur bahkan ada sampai malam hari pun Nina selalu
libur menonton dari pagi hingga sore hari kakaknya kemudian menjadi kesukaannya
sekitar 7-8 jam dan hanya diselingi juga. Anak sangat mudah terpengaruh
dengan mandi dan makan. Dari data di media audio dan visual karena stimulus
atas terlihat anak menonton di atas batas yang lebih intens dan lebih menarik bagi
waktu yang ditoleransi para ahli anak. Melalui media, pola pikir anak
(maksimal 2 jam per hari). Artinya dalam cenderung konkret, apa yang dilihat
penjelasan Diva, ternyata dia sangat mentah apa yang disajikan televisi. anak
leluasa menonton televisi karena tidak ada rentan karena belum kritis berpikir dan
larangan yang tegas dari orang tua. cenderung meniru. Anak menyerap
Bahkan waktu libur hampir setengah hari tawaran dari media karena ia belum
selera tersendiri dalam menonton, begitu membuat anak secara otomatis menonton
juga hasil penelitian menunjukkan bahwa acara tertentu dan menjadi kebiasaan.
anak-anak sangat selektif pada acara yang Dari penjelasan Diva, sebenarnya
ditonton. Artinya, anak-anak mempunyai dia selektif pada tontonannya karena
acara favorit yang selalu ditonton. cenderung mengikuti selera orang lain,
Sebagian informan juga memberi jawaban dengan kata lain bukan keinginan dia
sama atas pilihan acara yang mereka sukai namun lebih menyesuaikan dengan
masing-masing. Ada informan yang suka tontonan kakaknya. Namun, ketika kakak
sekali acara hiburan seperti Inbox, atau orang tuanya tidak sedang menonton,
Dahsyat, Infotainment, film dan sinetron. Diva bisa memilih acara yang dia sukai.
acara musik, lain lagi yang disukai Atiyah. diperuntuk bagi dewasa.
223
Jurnal komunikasi, Volume 8, Nomor 2, April 2014
musik dan infotainment. Walaupun anak yang lainnya akhirnya nonton bersama.
tidak mengetahui secara persis jenis Ketika diarahkan pertanyaan kepada
acaranya apa saja, namun peneliti berhasil stasiun mana yang sering mereka tonton,
menggali dan mengelompokkan acara Athiyyah menjawab SCTV karena ada FTV
yang disukai anak-anak. dan Inbox. Sementara Diva memilih RCTI
Berkaitan dengan jenis acara yang sebagai stasiun televisi yang sering
acara formal seperti menonton berita “RCTI itu yang ada acara
Dahsyat-nya tante..ada Olga, Kak
bahkan semua informan mengaku tidak
Rafi dan Ayu ting-ting…asiik
suka kategori berita yang dibawakan nonton itu sebelum ke sekolah
diantar ayah.” (Sambil menyanyi
presenter seperti bulletin siang di RCTI,
“Alamat Palsu Ayu Ting-Ting, Diva
atau dialog seperti Kick Andy di Metro TV. juga melakukan goyang Dangdut
setelah memberi penjelasan di
Namun, ada hal lain yang menarik adalah
atas)
Nina juga mengetahui salah satu program
Kondisi ini membuat peneliti
TV yaitu On the Spot yang berisi tentang
makin miris, bagaimana tidak, anak-anak
sesuatu yang ekstrim di dunia ini; salah
yang masih di bawah umur pun beitu
satu contohnya 7 binatang aneh di dunia
mudahnya menghapal lagu-lagu orang
versi On the Spot.
dewasa hanya karena serinya mereka
Secara tidak langsung, informan Nina
saksikan di televisi. Padahal belum tentu
lebih menyukai acara yang menambah
anak-anak ini memahami apa makna yang
ilmu pengetahuan walaupun bukan berita
terkandung dalam lagu tersebut.
televisi. Lebih lanjut Nina mengatakan
kalau dia juga suka menonton acara
Interpretasi Anak tentang Tayangan
‘Pencari Rahasia’ yang mengisahkan
Dewasa
tentang hantu-hantu. Nina dengan
Tayangan dewasa dalam penelitian
bersungguh-sungguh mengatakan bahwa
ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu
dia tidak takut dan suka menonton acara
sinetron/film, lagu dan realityshow atau
ini dengan kakaknya di pagi hari.
Infotainment.
226
Gushevinalti, Susri Adeni & Lely Arrianie, Media Habit dan Interpretasi
Anak Usia Dini Kota Bengkulu tentang Tayangan Media
Ketiga, lagu milik Merpati Band dengan tersebut juga peneliti temukan di
syair “sesungguhnya aku tak rela lapangan ketika informan sedang bermain
melihat kau dengannya sungguh dengan teman-temannya. Bahkan Nina
hati terluka, cukup puas kau buat menyanyikan lagu Justin Bieber dalam
dirikku merasakan cemburu bahasa Inggris dengan lancar walaupun
kembalilah padaku…” ejaannya tidak pas. Walaupun Justin
Kempat, lagu milik Seventeen dengan adalah artis remaja namun, lagunya sudah
syair ”Kau slalu jaga hati mu saat menggunakan bahasa orang dewasa.
jauh dariku tunggu aku kembali. Tidak berbeda jauh, Atiyah juga mampu
228
Gushevinalti, Susri Adeni & Lely Arrianie, Media Habit dan Interpretasi
Anak Usia Dini Kota Bengkulu tentang Tayangan Media
229
Jurnal komunikasi, Volume 8, Nomor 2, April 2014
ditujukan untuk mereka, diantaranya dari acara yang sering disukai dan sering
penuturan Atiyah. Informan ini sangat diceritakan oleh teman-temannya di
menyukai serial atau film Winnie The sekolah. Sementara itu, Daffa selalu
Pooh. menanti tontonan Spongsbob di Global TV
Menurut Atiyah, membuat orang bersama sang kakak. Daffa lebih menykai
sedih itu tidak baik seperti yang dilakukan film kartun, namun terkadang bersama
dan teman-teman yang lain itu berbohong menonton acara mistis di televisi. Setelah
pada Tigger karena menurut Atiyah dia menyaksikan acara mistis, Daffa merasa
230
Gushevinalti, Susri Adeni & Lely Arrianie, Media Habit dan Interpretasi
Anak Usia Dini Kota Bengkulu tentang Tayangan Media
tayangan televisi maupun video game, horor, mereka tahu apa yang mungkin
dengan kata lain pada media-media yang atau apa yang tidak mungkin
banyak diakses anak, merupakan Hasil penelitian menunjukkan
indikator terciptanya gejala “matinya kecenderungan belum mengenal dan
humanisme”—sebagaimana disampaikan mengetahui apa itu akting, apa itu efek
oleh Keith Tester dalam bukunya Media, film, atau apa itu tipuan kamera dan lain
Culture, and Morality (1994). sebagainya. Bagi mereka, anak-anak ini,
Tepatnya, nilai-nilai yang dunia di luar rumah adalah dunia yang
bertumpu pada moral dan budaya
seperti apa yang ada di TV, yang mereka
sudah diabaikan dan diganti
dengan nilai-nilai yang lihat setiap kali.
menghamba pada orientasi
keuntungan dan hiburan (profit Dengan melihat berbagai acara di
and entertainment oriented) serta TV (selain film cerita) misalnya acara
prinsip kesenangan (pleasure
principle). musik, olahraga, kesenian, berita dll, TV
juga dapat menambah wawasan dan
Ini berakibat pada pudarnya misi
minat. Anak akan jadi mengenal berbagai
edukasi dalam program-program yang
aktifitas yang bisa dilakukannya. Anak
dipersembahkan untuk anak-anak
akan mengetahui perkembangan ilmu
tersebut.
pengetahuan dan teknologi,
Tayangan dewasa juga menjadi
perkembangan peristiwa yang terjadi di
konsumsi umum anak-anak. Tidak ada
dunia, dan perkembangan permasalahan
pendampingan yang ketat dari orang tua,
yang ada di luar lingkungannya. Film pun
malah anggota kelaurga yang lain seperti
ada juga yang bagus dan mendidik, yang
kakak, sepupu mengajak anak untuk
selain memberi hiburan juga mengajarkan
menonton bersama padahal dari
anak berbagai hal yang baik, tentang
perbedaan umur saja sudah jelas berbeda.
sikap-sikap yang baik, tentang nilai-nilai
Hal semacam ini lah yang perlu dicermati
kemanusiaan, tentang nilai keagamaan,
oleh orang tua.
tentang perilaku sehari-hari yang
Dari hasil penelitian pokok seharusnya dilakukan anak-anak.
permasalahan yang paling besar,
sebenarnya adalah ketidakmampuan Kesimpulan
seorang anak kecil membedakan dunia Berdasarkan hasil penelitian dan
yang ia lihat di TV dengan apa yang pembahasan dapat disimpulkan bahwa
sebenarnya. Bagi orang yang sudah media habit atau kebiasaan menonton
dewasa, tidak ada masalah, sebab ia tahu televisi dan pola konsumsi media yang
apa yang sungguh-sungguh terjadi di dilakukan oleh anak usia dini di Kota
dunia atau yang hanya fiksi belaka. Bila Bengkulu sangat mengkhawatirkan.
orang dewasa melihat film – film aksi atau
232
Gushevinalti, Susri Adeni & Lely Arrianie, Media Habit dan Interpretasi
Anak Usia Dini Kota Bengkulu tentang Tayangan Media
Dengan kata lain, anak tidak memahami dewasa. Hanya saja istilah pacaran, jatuh
kode peringatan umur yang terdapat cinta, kekasih merupakan istilah yang
dilayar televisi seperti SU, DW, BO. dimengerti anak melalui lagu.
Daftar Pustaka
233
Jurnal komunikasi, Volume 8, Nomor 2, April 2014
Miles BM, Michael H. 1992. Analisis Zillman, Dolf & Jennings Bryant (eds)
Data Kualitatif. Jakarta: 2002. Media Effects: Advances in
Universitas Indonesia Theory and Research (2nd Ed.).
National Association For the Education Mahwah, New Jersey: Lawrence
Young Children (NAEYC) .1992. Erlbaum Associated.
Accreditation Criteria and
Procedures of National Academy Sumber online:
of Early Chilhood Program
(rev.ed) Washington DC Pola Menonton Televisi Anak Sangat
Buruk
Panjaitan, Erica. 2006. Matinya rating
http://health.kompas.com/read/2
Televisi. Ilusi Sebuah Netralitas.
012/07/19/. Diakses tanggal 2
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
September 2012 pukul 19.00
Potter, W. James. 2001. Media Literacy
(2nd Ed.). London: SAGE
Koran:
Publication.
Harian Kompas April 2008
Stokes, Jane. 2007. How to Do Media and
Cultural Studies (penerjemah: Santi
Indra Astuti). Yogyakarta: Bentang.
234