You are on page 1of 20

SPESIFIKASI

TEKNIS

PEKERJAAN :
BELANJA MODAL GEDUNG DAN BANGUNAN – PENGADAAN
BANGUNAN GEDUNG INSTALASI (BELANJA MODAL GEDUNG
INSTALASI PENGOLAH LIMBAH PUSKESMAS BANGLI UTARA)

LOKASI :
PUSKESMAS BANGLI UTARA
KABUPATEN BANGLI

KONSULTAN PERENCANA :
PT. MAHA WIDYA KONSULTAN
TAHUN, 2018
SPESIFIKASI TEKNIS
PEKERJAAN :
BELANJA MODAL GEDUNG DAN BANGUNAN - PENGADAAN BANGUNAN
GEDUNG INSTALASI (BELANJA MODAL INSTALASI PENGOLAH LIMBAH
PUSKESMAS BANGLI UTARA)

LOKASI :
PUSKESMAS BANGLI UTARA
KABUPATEN BANGLI

TAHUN ANGGARAN 2018

===================================================================

I. PENGADAAN & PEMASANGAN MESIN IPAL

o Unit IPAL Biofilter


o Kapasitas : 10 m3
o System IPAL : system biofilter
o Operasi IPAL : semi otomatis
o Konstruksi : movable
o Model Biofilter : cylinder
- unit proses : reactor separator biofilter
- stage reactor : minimal 2 stages with media
- air distributor : orrifice sparger system
sparger : minimal 50 mm
orrifice : minimal 10 mm
- air supply : each stage reaktor direct to media
- air supplier : jet ejector
- water supply : multi spray system
- unit defoaming : gas to liquid system
ukuran minimal 62 mm
- jenis bakteri : natural seeding, tanpa injeksi bakteri / nutrisi
- media bakteri : plastic bentuk raschig ring dan piramida
ukuran 30 mm
- susunan media : random, semi moving bed
- safety unit : anti overflow
anti flowback
- material : fiberglass, tahan bahan kimia air limbah medis
- sistem drain : manual by stop kran
- posisi : upground

o Anaerobic Equalizatiton
- proses : anaerobic (tertutup), sludge digester
pre treatment phosphat, equalization
- waktu tinggal : minimal 4 jam
- konstruksi : fiberglass, tahan bahan kimia air limbah medis
- posisi : underground
o Post Treatment
- sistem proses : scum and solid handling
- sistem operasi : semi otomatis
- safety unit : anti overflow, anti flowback
- material : fiberglass tahan bahan kimia air limbah medis
- sistem drain : manual by stop kran
- posisi : upground

o Effluent Tank
- volume : min. 1 m3
- type : cylinder
- manhole : min.1 buah
- material : fiberglass
- posisi : underground

o Transfer Pump
- type : submersible pump
- kapasitas : 50 lpm
- head :6m
- power : 0,3 HP
- jumlah : 2 unit

o Effluent Pump
- type : submersible pump
- kapasitas : 50 lpm
- head :6m
- power : 0,3 hp
- jumlah : 1 unit

o Jet Ejector
- pressure : 1,5 m
- power : 0,5 HP, 220 V
- pipa konektor : 50 mm
- type pipa : PVC AW
- material casing : fiberglass
- type : outdoor
- jumlah : 1 set

o Chlorination System
- sistem : inline contact
- disenfectan : kaporit
- material feeder : PVC / fiberglass
- jumlah : 1 paket

o Flow meter
- Type : Horizontal flow
- Pipa inlet : 1,5”
- Jumlah : 1 Paket

o Interkoneksi air dan udara


- perpipaan : PVC
- type : AW
- ukuran : 1,5”- 3”
- jumlah : 1 lots

o Panel listrik (panel control)


- type : free attached
- komponen minimal :
- automatic control system
- contactor
- overload
- timer
- circuit breaker / MCB
- indicator lamp
- selector on – off
- panel box
- pengkabelan : dari alat ke panel kontrol IPAL
- jumlah : 1 paket

II. PEKERJAAN SARANA PENUNJANG IPAL (SIPIL)

a. Pekerjaan Pendahuluan
b. Pekerjaan Pondasi IPAL
- konstruksi : beton bertulang
- tebal : 150 mm
- lantai / permukaan : dikeramik
- jumlah : 1 paket

Pekerjaan Atap Mesin IPAL


- konstruksi : besi galvanis / hollow
- tinggi : 2,5 m
- model : kanopi metal roof / setara
- jumlah : 1 paket

c. Pekerjaan Tempat Anaerobic Equalization


d. Pekerjaan Tempat Effluent Tank
e. Pekerjaan Saluran air limbah
- sistem : gravity / pump
- ukuran pipa : 1.5” – 3”
- kemiringan : 4/1000
- sistem kontrol : dipasang controll point di titik rawan buntu
- scope : mengalirkan air limbah dari sumber air limbah /
septic tank menuju IPAL
- jumlah : 1 paket
f. Pekerjaan Instalasi Penerangan
g. Pekerjaan Bak Indikator
- konstruksi : pasangan bata
- dimensi : minimal 1 m x 0,5 m x 0,3 m
- jumlah : 1 paket
h. Pekerjaan Lain-Lain
Persyaratan Teknis yang harus dilampirkan dalam penawaran :
1. Gambar proses IPAL sesuai spesifikasi teknis;
2. Surat dukungan dari pabrikan IPAL (pendukung) bagi penyedia yang bukan
pabrikan;
3. Brosur ipal sesuai merk dan type yang ditawarkan;
4. Surat keterangan dari puskesmas/rumah sakit minimal dari sepuluh
puskesmas/rumah sakit yang berbeda, yang menerangkan bahwa IPAL yang
sudah dipasang oleh penyedia/pabrikan pendukung adalah IPAL sistem biofilter
dan masih beroperasi dengan baik atau surat perintah kerja/kontrak/SPPBJ;.
5. Hasil analisa lab output IPAL puskesmas/rumah sakit, minimal dari sepuluh
puskesmas/rumah sakit yang berbeda yang pernah dipasang oleh
penyedia/pabrikan pendukung, yang memenuhi baku mutu dan dikeluarkan oleh
lab Pemerintah yang sudah terakreditasi.;
6. Surat Ijin Usaha Industri untuk komoditi/ jenis barang IPAL Sistem Biofilter dari
penyedia/pabrikan pendukung;
7. Sertifikat ISO 9001, ISO 14001 dan OHSAS 18001 dari penyedia/pabrikan
pendukung yang memiliki scope/ bidang instalasi pengolahan air limbah
puskesmas/rumah sakit sistem biofilter;.
8. Sertifikat ISO 9001, ISO 14001, OHSAS 18001 dari penyedia/pabrikan
pendukung yang memiliki scope/bidang : instalasi perpipaan air limbah dan
mekanikal elektrikal.
9. Sertifikat/registrasi merk dari penyedia/pabrikan pendukung untuk jenis barang
Alat Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Sistem Biofilter yang distempel
Ditjen Hak Kekayaan Intelektual Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia
atau Kementrian Kehakiman;.
10. Daftar Teknisi dari penyedia/pabrikan pendukung;
11. Surat jaminan purna jual;
12. Surat pernyataan kesanggupan dari penyedia/pabrikan pendukung IPAL yang
menjamin mutu outlet IPAL memenuhi baku mutu.
13. Surat pernyataan kesanggupan : menyerahkan barang 100% baru dan baik,
menyerahkan manual operasi;

III. PENJELASAN UMUM


1. Lapangan kerja akan diserahkan kepada kontraktor dalam keadaan seperti waktu
pemberian penjelasan dan sebelum memulai pekerjaan dianggap mengetahui benar
letak, batas-batas tanah maupun situasi tanah pada waktu itu.
2. Kontraktor wajib menyelesaikan pekerjaan hingga lengkap yaitu dengan membuat,
memasang, menyediakan bahan-bahan bangunan, alat-alat dan sebagainya yang
berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan tersebut.
3. Setiap pekerjaan yang akan di mulai kontraktor maupun yang sedang dilaksanakan
kontraktor wajib berhubungan dengan pengawas untuk menyaksikan sejauh tidah
ditentukan lain untuk mengesahkannya.
4. Sebelum pekerjaan dimulai kontraktor harus mengajukan jadwal pelaksanaan secara
terperinci (Network Planning Bar Chart).
5. Setiap permohonan dari kontraktor maupun pengesahan dari pengawas dianggap sah
dan berlaku serta mengikat jika dilakukan secara tertulis.
6. Penimbunan bahan-bahan di lapangan harus memenuhi syarat-syarat tehnis serta dapat
dipertanggungjawabkan dan tidak menimbulkan bahaya.
7. Jika terjadi perbedaan antara gambar dengan uraian ini, kontraktor wajib menghubungi
pengawas dan Direksi guna mendapatkan pemecahannya.
8. Jika terdapat gambar kerja dan penjelasannya yang kurang atau tidak jelas, kontraktor
boleh melengkapi atas persetujuan pihak Direksi dan pengawas
9. Semua ukuran yang dimaksud dalam persyaratan pelaksanaan ini adalah mengingat
dan dinyatakan lebih lanjut mengenai masing-masing bagian dealam pasal-pasal
selanjutnya yang digunakan dalam sebagai dasar atau pedoman pelaksanaan.

IV. GAMBAR-GAMBAR
Gambar-gambar dari RKS ini, yang terdiri dari :
a. Gambar denah, tampak dan potongan.
b. Gambar detail konstruksi.
c. Gambar detail khusus yang disyaratkan

V. PERATURAN TEKNIS PEMBANGUANAN YANG DIGUNAKAN


1. Dalam melaksanakan pekerjaan, kecuali bila ditentukan lain dalam rencana kerja dan
syarat-syarat (RKS) ini, berlaku dan mengikat ketentuan-ketentuan dibawah ini,
termasuk segala perubahan dan tambahannya.
a. Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 54 tahun 2010
b. Peraturan umum tentang pelaksanaan pembangunan di Indonesia atau allegemen
Voorwarden Voor de uitvoering bij aaneming van openbare werken (AV) 1941.
c. Keputusan-keputusan dari Majelis Indonesia untuk Arbitrasi Teknis dari Dewan
Teknis Pembangunan Indonesia.
d. Peraturan Muatan Indonesia.
e. Peraturan Umum dari Dinas Keselamat Kerja Departemen Tenaga Kerja.
f. Peraturan Umum tentang Pelaksanaan Instalasi Listrik (PUIL) 1979 dan PLN
setempat
g. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI 1961).
h. Peraturan Batu Merah sebagai bahan bangunan.
i. Peraturan Semen Portland Indonesia NI No. 08
j. Peraturan beton Bertulang Indonesia 1971 (PBI 1971).
k. Peraturan Nasional maupun Peraturan-peraturan Daerah setempat.

VI. PENJELASAN RKS DAN GAMBAR


1. Kontraktor wajib meneliti semua gambar dan rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
termasuk tambahan dan perubahannya dicantumkan dalam Berita Acara Penjelasan
Pekerjaan (Aanwijzing).
2. Bila Gambar tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), maka yang
mengikat / berlaku adalah RKS. Bila suatu gambar tidak cocok dengan gambar yang
lain, maka yang mempunyai skala yang lebih besar yang berlaku.
3. Bila perbedaan-perbedaan itu menimbulkan keraguan-keraguan sehingga dalam
pelaksanaan menimbulkan kesalahan, kontraktor wajib menanyakan kepada konsultan
pengawas dan kontraktor mengikuti keputusannya.

VII.PERSIAPAN DILAPANGAN
1. Kontraktor harus menyediakan kantor dan fasilitasnya ditempatkan sedemikian rupa
sesuai dengan apa yang telah disetujui dalam lokasi umum / daerah kerja, dimana
penempatannya harus ± 5 km dari daerah kerja
2. Bangunan untuk penyimpanan bahan-bahan harus diberi bahan pelindung yang
bahannya harus dipilih sedemikian rupa, sehingga bahan-bahan yang disimpan tak
akan mengalami kerusakan
3. Bahan-bahan peralatan dan perlengkapan yang dipakai dalam bangunan dapat berupa
benda baru sama sekali atau bekas pakai, tapi dengan syarat harus dapat berfungsi
4. Perlengkapan Kantor / Direksi keet :
a. Meja Tulis dan Kursi
b. Meja dan Kursi untuk Tamu
c. Satu Papan Tulis
d. Papan untuk menempelkan gambar
e. Meja gambar
f. Buku Tamu, Buku Direksikeet/ Pengawas
g. Dan hal lain yang dianggap perlu
5. Kontraktor harus membuat barak kerja untuk para pekerja dan gudang penyimpanan
barang-barang yang dapat dikunci, tempatnya akan ditentukan oleh Konsultan
Pengawas.

VIII. JADWAL PELAKSANAAN

1. Jadwal pelaksana diperlukan untuk perencanaan pelaksanaan dan pemantauan


pekerjaan yang benar. Jadwal tersebut diperlukan untuk menguraikan aktivitas
pekerjaan setelah aktivitas dalam program mobilisasi telah diselesaikan
2. Kontraktor wajib memberikan salinan Jadwal Pelaksana rangkap 4 ( empat ) kepada
Konsultan Pengawas, satu salinan Jadwal Pelaksanaan harus ditempel pada dinding
kantor / Direksi keet di lapangan yang selalu diikuti dengan grafik kemajuan pekerjaan
(prestasi kerja)
3. Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan kontraktor berdasarkan jadwal
pelaksanaan tersebut.

IX. FOTO DOKUMENTASI


Selama proses penanganan proyek, pihak pelaksana/kontraktor harus memelihara secara
teliti semua catatan menyangkut perubahan-perubahan / prestasi pekerjaan, mulai dari
kondisi awal lokasi proyek, proses pekerjaan yang terjadi di lokasi proyek hingga pada
pekerjaan akhir finishing sampai di serah terimakan ke pemilik

X. KUASA KONTRAKTOR DI LAPANGAN


1. Di lapangan pekerjaan, Kontraktor dapat menunjukkan seseorang kuasa di lapangan
pekerjaan, atau biasa disebut pelaksana lapangan dan mendapat kuasa penuh dari
kontraktor.
2. Dengan adanya pelaksanaan, tidak berarti bahwa kontraktor lepas tanggung jawab
sebagai maupun keseluruhan terhadap kewajibannya.
3. Kontraktor wajib memberitahukan secara tertulis kepada pihak Direksi dan Konsultan
pengawas, nama dan jabatan pelaksana untuk mendapatkan persetujuan.

XI. TEMPAT TINGGAL (DOMISILI) KONTRAKTOR DAN PELAKSANA


1. Untuk menjaga kemungkinan diperlakukannya kerja diluar jam kerja apabila terjadi
hal-hal mendesak, Kontraktor dan Pelaksana wajib memberitahukan secara tertulis,
alamat dan nomor telepon yang dapat dihubungi kepada pihak direksi dan konsultan
pengawas.
2. Alamat Kontraktor dan Pelaksana diharapkan tidak berubah-ubah selama pekerjaan,
bila terjadi perubahan alamat, Kontraktor dan Pleaksana wajib memberitahukan secara
tertulis.
XII.PENJAGA KEAMANAN LAPANGAN PEKERJAAN
1. Kontraktor diwajibkan menjaga keamanan lapangan terhadap barang-barang milik
Kegiatan, konsultan pengawas dan milik Pihak Ketiga yang ada di lapangan.
2. Untuk maksud-maksud tersebut Kontraktor dapat membuat pagar pengaman dari kayu
atau bahan lain yang biayanya menjadi tanggungan Kontraktor.
3. Bila terjadi Kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah disetujui Konsultan
Pengawas, baik yang telah dipasang maupun yang belum, menjadi tanggung jawab
Kontraktor dan tidak akan diperhitungkan dalam biaya pekerjaan tambah.
4. Apabila terjadi kebakaran, Kontraktor bertanggung jawab atas akibatnya, baik yang
berupa barang-barang maupun keselamatan jiwa, Untuk itu kontraktor diwajibkan
menyediakan alat-alat pemadam kebakaran yang siap dipakai.

XIII. JAMINAN DAN KESELAMATAN KERJA


1. Kontraktor diwajibkan obat-obatan menurut syarat-syarat Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan ( PPPK ) yang selalu dalam keadaan siap digunakan di lapangan, untuk
mengatasi segala kemungkinan musibah bagi semua petugas dan pekerja lapangan.
2. Kontraktor wajib menyediakan air minum yang cukup bersih dan memenuhi syarat-
syarat kesehatan bagi semua petugas dan pekerja yang ada di bawah kekuasaan
Kontraktor.
3. Kontraktor wajib menyediakan air bersih, kamar mandi, dan WC yang layak dan
bersih bagi semua petugas dan pekerja, kecuali ada di lokasi, harus seizing pemilik
kegiatan.
4. Kontraktor wajib memberikan jaminan social dan keselamatan kerja dalam bentuk
ASTEK kepada seluruh pekerja sesuai dengan Surat Keputusan bersama antara
Menteri Pekerjaaan Umum dengan Menteri Tenaga Kerja No. KEP. 07/Men/1987
tanggal 27 januari 1984. Jumlah ASTEK yang harus disetor Kontraktor akan
ditentukan sesuai dengan peraturan ayang berlaku.

XIV. ALAT-ALAT PELAKSANA


Semua alat-alat untuk pelaksana pekerjaan harus disediakan oleh Kontraktor, sebelum
pekerjaan secara fisik dimulai dan dalam keadaan baik dan siap dipakai antara lain :
a. Waterpass( Ijin Konsultan Pengawas)
b. Perlengapan penerangan untuk kerja lembur.
c. Alat-alat pertukangan.
d. Alat-alat sipil/berat sesuai dengan besaran pekerjaan apabila diperlukan.

XV. SITUASI DAN UKURAN


1. Situasi
a. Kontraktor wajib meneliti situasi, sifat dan luasnya pekerjaan dan hal-hal lain yang
dapat mempengaruhi harga penawarannya.
b. Kelalalian atau kekurangan telitian Kontraktor dalam hal ini tidak dapat dijadikan
alasan untuk mengajukan Claim/ Tuntutan.
2. Ukuran
a. Ukuran sesuai yang digunakan disini semuanya dinyatakan dalam cm ( centimeter )
atau m (meter)
b. Duga Elevasi ( permukaan atas bawah ) ditentukan sesuai dengan gambar siteplan
atau gambar detail
c. Jika diperlukan, dibawah pengawasan Konsultan Pengawas, Kontraktor diwajibkan
membuat satu titik duga diatas tanah bangunan tiang kayu kelas 1, titik duga dijaga
kedudukannya serta terganggu selama pekerjaan berlangsung dan tidak boleh
dibongar sebelum mendapat ijin tertulis dari Konsultan Pengawas.
XVI. SYARAT-SYARAT CARA PEMERIKSAAN BAHAN BANGUNAN
1. Semua bahan bangunan yang didatangkan harus memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan dalam Rencana Kerja dan Syarat ( RKS ).
2. Konsultan Pengawas berwenang menanyakan asal bahan dan Kontraktor wajib
memberitahukan.
3. Semua bahan bangunan yang akan digunakan harus diperiksakan dulu kepada
Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
4. Bahan Banguanan yang telah didatangkan oleh Kontraktor di lapangan pekerjaan, jika
ditolak oleh Konsultan Pengawas, harus segera dikeluarkan dari lapangan pekerjaan
selambat-lambatnya dalam waktu 2 x 24 jam terhitung dalam jam penolakan.
5. Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilakukan Kontraktor tetapi ternyata
ditolak Konsultan Pengawas harus segera dihentikan dan selanjutnya dibongkar atas
biaya Kontraktor dalam waktu yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas.
6. Apabila Konsultan Pengawas merasa perlu meneliti suatu bahan lebih lanjut,
Konsultan Pengawas berhak mengirimkan bahan tersebut kepada Balai Penelitian
Bahan-bahan ( Labolatorium ) yang terdekat untuk diteliti.
7. Biaya pengiriman dan penelitian menjadi tanggungan Kontraktor, apapun hasil
penelitian bahan tersebut.

XVII. PEMERIKSAAN PEKERJAAN


1. Sebelum memulai pekerjaan lanjutan yang apabila bagian pekerjaan ini setelah selesai,
akan tetapi belum diperiksa oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor diwajibkan
memintakan persetujuan kepada Konsultan Pengawas, apabila Konsultan Pengawas
telah menyetujui bagian pekerjaan tersebut, Kontraktor dapat meneruskan
pekerjaannya.
2. Bila permohonan pemeriksaan itu dalam waktu 2 x 24 jam, (di hitung dari jam
diterimanya surat permohonan pemeriksaan, tidak terhitung hari libur / hari raya),
tidak dipenuhi oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor dapat meneruskan pekerjaannya
dan bagian yang seharusnya diperiksa dianggap telah disetujui Konsultan Pengawas.
Hal ini di kecualikan bila konsultan pengawas minta perpanjangan waktu.
3. Bila Kontraktor melanggar point 1, Konsultan pengawas berhak menyuruh
membongkar bagian pekerjaan sebagian atau seluruhnya untuk diperbaiki biaya
pembongkaran dan pemasangan kembali menjadi tanggungan Kontraktor.

XVIII. PEKERJAAN PENDAHULUAN


1. Jalan masuk dan konstruksi jalan
Jalan masuk ke halaman lokasi proyek ini, melalui jalan umum, Kontraktor harus
memeliharanya selama pekerjaan berlangsung.
2. Kontraktor dapat memasang Papan Nama Kegiatan pada tempat yang terlihat umum
dengan ukuran ditentukan kemudian oleh Konsultan Pengawas dan Direksi.

XIX. PEKERJAAN TANAH/URUGAN TANAH


1. Ketentuan Umum
a. Sebelum melakukan pekerjaan tanah, pelaksana harus membersihkan daerah yang
akan dikerjakan dari sisa-sisa akar pohon maupun semak-semak serta segala
perintah yang ada dalam daerah kerja kecuali ditentukan oleh Pengawas
b. Pelaksanaan harus menjamin terjaganya keutuhan barang/benda atau bagaunan
yang sudah selesai dikerjakan dari segala macan kerusuhan dan berhati-hati untuk
menggangu patok pengukuran atau tanda-tanda lain.
c. Perbaikan kerusakan pada barang. Benda atau bangunan yang ahrus dijaga akibat
pelaksanaan pekerjaan akan menjadi tanggung jawab Pelaksana.
d. Pelaksana harus melakukan pengukuran dan pematokan terlebih dahulu,
melaporkan kepada pengawas, serta meminta izin untuk memulai pekerjaan.
e. Pemindahan material akibat pembakaran puing-puing dan semua yang merintangi
pekerjaan harus dilakukan menurut peraturan- peraturan pemerintah daerah
setempat.

2. Lingkup Pekerjaan
Meliputi pekerjaan persiapan, penggalian untuk Pondasi, Saluran air hujan, Drainase
pembuang, pengupasan (Cut) perataan tanah dan penimbunan (Fill) untuk perataan
permukaan tanah serrta pemadatan dan sesuai dengan peil/elevasi yang telah
ditentukan.

3. Pekerjaan Penggalian
a. Semua galian harus mencapai kedalaman yang harus disyaratkan dalam gambar
rencana kecuali ditentukan lain oleh pengawas sehubungan dengan keadaan
lapangan dari peil tanah.
b. Pelaksanaan harus merawat tebing galian dan menghindarkan dari kelongsoran.
Untuk itu di pelaksana harus membuat penyangga/penahan tanah jika diperlukan
selama penggalian, karena stabilitas dari permukaan tanah selama penggalian
merupaka tanggung jawab perencana.
c. Semua akar-akar, batang-batang pohon yang terpendam maupun beton atau
tembok/ pondasi, pipa-pipa yang tidak terpakai atau halangan lain yang dijumpai
pada saat penggalian harus dikeluarkan dan dibuang
d. Pada saat penggalian pipa-pipa drainase, gas, air bersih dan kabel-kabel yang
masih berfungsi harus diamankan dan di jaga agar jangan sampai rusak atau cacat,
apabila hal tersebut dijumpai, maka pelaksana harus segera memberitahukan
kepada pengawas atau pimpinan kegiatan untuk mendapatkan interupsi lebih
lanjut.
e. Apabila terjadi kerusakan-kerusakan pada barang tersebut diatas, maka pelaksana
harus segera memberitahukan kepada pengawas atau Pemimpin Kegiatan dan
pihak yang berwenang dan segera mengganti semua kerusakan tersebut atas biaya
sendiri.
f. Semua galian harus diperiksa terlebih dahulu oleh pengawas sebelum
melaksanakan pengawasan selanjutnya, pelaksana harus mendapat ijin/persetujuan
tertulis dari pengawas.
g. Apabila penggalian dilakukan sampai dibawah level yang tercantum dalam
gambar rencana tanpa interuksi tertulis dari pengawas, maka bagian yang tergali
tersebut ahrus diisi beton 1 : 3 : 5

4. Pekerjaan Pengurangan dan pemadatan tanah.


a. Pelaksanaan harus mengajukan contoh bahan pengisi yang akan digunakan, untuk
disetujui oleh pengawas, bahan pengisi untuk daerah perkerasan dapat diambil
dari lapangna atau diluar lapangan dan merupakan tanah laterik, tanah kapur, atau
tanah pasir yang bebas dari akar-akar pohon yang besarnya lebih dari 1 cm.
b. Penguarangan dan pemadatan harus dilaksanakan secara lapis perlapis dan
dipadatkan.
c. Lapisan tanah urug harus dipadatkan sampai mencapai 95 %dari kepadatan kering
maksimum. Pemeriksaan kepadatan di lapangan harus dilaksanakan untuk setiap
pemadatan seluas 100 M2 pada setiap lapis pemadatan.
d. Pelaksanaan bertanggung jawab atas stabilitas timbunan tanah dan pelaksana
harus mengganti bagian-bagian yang rusak akibat dari kesalahan dan kelalaian
pelaksana atau akibat dari aliran air.
e. Kekurangan atau kelebihan tanah harus ditambah atau disingkirkan dari tempat-
tempat yang akan ditentukan oleh konsultan pengawas.

5. Pekerjaan penyelesaian
a. Seluruh daerah kerja termasuk penggalian dan penimbunan harus merupakan
daderah betul-betul seragam dan bebas dari permukaan yang tidak merata.
b. Seluruh lapisan akhir ( finshih grade ) harus benar-benar memenuhi peil yang
dinyatakan dalam gambar, bila diakibatkan oleh penurunan , timbunan
memerlukan tambahan material yang tidak lebih dari 3 cm, maka bagian atas
timbunan tersebut harus digaruk terlebih dahulu sebelum material timbunan
tambahan dihamparkan, untuk selanjutnya dipadatkan sampai mencapai elevasi
dan sesuai dengan persyaratan teknis lainnya.
c. Seluruh sisa penggalian yang tidak memenuhi syarat untuk bahan pengisi/
timbuanan, seluruh puing-puing, reruntuhan dan smapah-sampah harus
disingkirkan dalam lokasi.

XX. PEKERJAAN PONDASI


1. Ketentuan Umum
Pondasi yang digunakan adalah pondasi tapak plat beton bertulang, pondasi plat di
pasang sesuai bentuk dan ukuran pondasi yang tertera dalam gambar kerja.

2. Pekerjaan Persiapan pondasi


a. Pekerjaan urugan pasir bawah pondasi bisa dilaksanakan setelah direksi lapangan
memeriksa kondisi tanah dasar pondasi tersebut
b. Pasir urugan alas dasar pondasi harus bersih dan dipadatkan dengan tebal padat 5
cm
c. Untuk lantai kerja beton bertulang dipakai adukan = 1 semen : 3 pasir : 5 kerikil.
Permukaan lantai kerja harus rata, dengan tebal minimum 5 cm

3. Pondasi batu bata


Pasangan batu bata dengan perbandingan 1 PC : 4 Ps yang berkwalitas baik dan mutu
harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas, batu bata di pasang sesuai bentuk
dan ukuran pondasi yang tertera dalam gambar. Antara pondasi batu bata dan sloof
beton harus diberi angker baja tulangan diameter minimum 8 mm, panjang 40 cm tiap
jarak 1 m.

4. Bahan :
a. Cement Portland
Cement Portland yang dipakai harus dari jenis I menurut peraturan Semen
Indonesia 1972 (NI – 8) atau British Standart No. 12 tahun 1965. Semen harus
sampai ditempat pekerjaan dalam kondisi baik serta dalam kantong-kantong
semen asli pabrik. Merk semen PC dianjurkan buatan dalam negeri. Semen harus
disimpan dalam gudang kedap air, berventilasi baik diatas lantai beralaskan
papan. Kantong – kantong semen tidak boleh ditumpuk lebih dari 10 lapis.
Penyimpanan selalu terpisah untuk setiap pengiriman.
b. Agregat (Pasir dan kerikil)
Agregat halus dan kasar, dapat dipakai agregat alami atau batu pecah dan
memenuhi standart PBI 1971 (NI -2) pasal 3.3.3.4 dan 3.5. Agregat tidak boleh
mengandung bahan yang dapat merusak beton dan ketahanan tulangan terhadap
karat. Penyimpanan agregat kasar dan halus harus terpisah agar memudahkan
tugas Pengawasan, tidak terkontaminasi bahan yang dapat merusak/menggangu.
c. Air
Air untuk campuran dan pemeliharaan memakai air yang bersih dan tidak
mengandung zat – zat yang dapat merusak mutu beton. Air tersebut juga
memenuhi standart menurut PBI 1971 (NI -2) padal 3.6

XXI. PEKERJAAN BESI DAN BEKESTING


1. Besi beton berkwalitas baik dan betul-betul bulat serta diameternya sesuai dengan
gambar (Bestek)
2. Pemotongan tulangan
Semua pemotongan tulangan tidak diperkenankan memakai mesin las atau yang
sejenis.
3. Pengiriman tulangan
Semua tulangan saat pengiriman tidak boleh ditekuk kecuali untuk tulangan
berdiameter lebih kecil 19 mm.
4. Pembengkokan tulangan.
Semua tulangan harus dibengkokkan dalam keadaan dingin, kecuali disetujui dengan
cara lain oleh Pengawas. Tulangan yang sudah tertanam dalam beton tidak boleh
dibengkokkan dilapangan.
5. Permukaan tulangan.
Pada saat beton di cor,keadaan permukaan tulangan harus bersih, bebas dari lumpur,
minyak, atau segala jenis cairan / zat / benda pelapis bukan logam yang dapat
mengurangi lekatan beton terhadap tulangan.
6. Penempatan tulangan.
Semua tulangan harus ditempatkan/disetel sesuai gambar. Tulangan ditempatkan
sedemikian rupa agar tetap terjamin ditempatnya, tidak mudah tergeser akibat adanya
pekerjaan pengecoran.
7. Pemasangan besi beton harus seteliti mungkin sesuai dimensi yang dalam gambar
konstruksi, diikat kuat dengan kawat beton dan dengan kait-kait, dapat tegal lurus
dengan deking (beton tahu) dan disetujui oleh pengawas. Sambungan besi beton hanya
boleh dilakukan pada daerah / tempat tertentu dan disambung dengan las atau cara lain
yang sudah mendapat persetujuan pengawas.
8. Begisting beton dapat berupa kayu, atau bahan lain yang layak dari segi kwalitas
untuk digunakan dengan terlebih dahulu mendapat persetujuan dari pihak direksi

XXII. PEKERJAAN BETON


Lingkup pekerjaan yaitu pekerjaan plat beton, sloof, balok, ring balok, semua pekerjaan
beton tersebut sesuai dengan bestek/gambar kerja.

1. Material
a. Cement Portland
Cement Portland yang dipakai harus dari jenis I menurut peraturan Semen Indonesia
1972 (NI – 8) atau British Standart No. 12 tahun 1965. Semen harus sampai ditempat
pekerjaan dalam kondisi baik serta dalam kantong-kantong semen asli pabrik. Merk
semen PC dianjurkan buatan dalam negeri. Semen harus disimpan dalam gudang
kedap air, berventilasi baik ± 30 cm diatas lantai beralaskan papan. Kantong – kantong
semen tidak boleh ditumpuk lebih dari 10 lapis. Penyimpanan selalu terpisah untuk
setiap pengiriman
b. Agregat (Pasir dan kerikil)
Agregat halus dan kasar, dapat dipakai agregat alami atau batu pecah dan memenuhi
standart PBI 1971 (NI -2) pasal 3.3.3.4 dan 3.5 atau SNI, Peraturan beton 1989.
Agregat memenuhi syarat :
- Agregat untuk pekerjaan beton harus terdiri dari campuran agregat kasar dan
halus, berisi batu pecah yang bersih, keras dan awet, atau kerikil sungai alam atau
kerikil dan pasir dari sumber yang disaring dan semua agregat alam harus di cuci
- Ukuran maksimum agregat kasar tidak boleh lebih besar dari tiga perempat ruang
bebas minimum di antara batang-batang tulangan dan antara batang tulangan dan
cetakan (acuan).
- Agregat halus harus bergradasi baik dari kasar sampai halus dengan hampir
seluruh pertikel lolos saringan 4,75 cm
- Semua agregat halus, harus bebas dari sejumlah bahan organic dan jika diminta
demikian oleh Direksi harus diadakan pengujian kandungan organic menggunakan
pengujian kolorimetrik dan setiap agregat yang gagal pada tes warna harus ditolak.
- Pasir laut tidak dapat dipergunakan
- Bersih dari kotoran yang dapat menghalangi ikatan dengan Portland cement, jika
agregat ternyata kotor, sebelum dipakai harus dicuci terlebih dahulu
- Agregat yang akan dipakai terlihat terlalu kering, maka sebelum digunakan
dibasahi dengan air secukupnya sehingga mencapai kondisi SSD (Saturated
Surfuace Dry)
- Agregat yang dipakai agregat alami atau buatan berupa batu pecah yang diperoleh
dari pemecahan batu dengan spesifikasi sesuai menurut ASTM C – 33 dan
mempunyai ukuran terbesar 2,5 cm
- Agregat kasar terdiri dari butir – butir yang kasar, keras tidak berpori dan
berbentuk kubus, bila ada butir yang pipih maka tidak boleh melebihi 20% dari
Value.
- Persyaratan gradasi Agregat :

(% berat lolos)
Ukuran saringan
(mm) (inchi) Agregat Agregat kasar
halus

50 2 100
37 1½ 95 – 100 100
25 1 - 95 – 100 100
19 ¾ 35 – 70 - 90 – 100 100
13 ½ - 25 – 60 - 90 – 100
10 3/8 100 10 – 30 - 20 – 55 40 – 70
4,75 #4 95-100 0–5 0 – 10 0 – 10 0 – 15
2,36 #8 - 0–5 0–5 0–5
1,18 #16 45 – 80
0,3 #50 10 – 30
0,15 #100 2 – 10

- Agregat bahan-bahan yang berukuran sama dari berbagai sumber harus ditimbun
dalam timbunan terpisah dan hanya akan digunakan dalam struktur yang terpisah.
c. Air
- Air yang digunakan harus bersih dan jernih, bebas dari bahan-bahan yang
merugikan seperti minyak, garam, asam basa, gula atau zat organic.
- Untuk adukan dan pemeliharaan beton, air yang dipakai harus bebas juga dari
bahan-bahan organic yang dapat mengurangi mutu beton.
- Air harus memenuhi persyaratan dan mendapat persetujuan Direksi
d. Bahan tambahan
- Penggunaan bahan pencampur (concrete admixture) tidak diijinkan tanpa
persetujuan tertulis dari pihak Direksi.
- Apabila akan digunakan bahan pencampur, pelaksana harus mengadakan
percobaan-percobaan perbandingan berat dan CW ratio dari penambahan bahan
camppuran tersebut, kubus beton yang berumur 7, 14 dan 21 hari harus dilaporkan
kepada Direksi untuk dimintakan persetujuannya.

e. Bekisting
Dapat menggunakan kayu kelas II, multipleks dengan tebal minimal 9 mm atau plat
baja, dengan syarat – syarat memenuhi ketentuan-ketentuan yang tersebut dalam PBI
NI-2 1971.
Syarat utama untuk begisting adalah :
- Kuat menahan beban adukan tanpa menunjukkan perubahan bentuk
(menggelembung). Tahan terhadap perbedaan cuaca yang dapat mengakibatkan
bentuknya (melendut/melengkung)
- Harus diusahakan tidak terlalu banyak meloloskan air campuran (air semen), yang
dapat merusak kualitas beton
- Mempunyai bentuk yang rata/halus
- Sambungan di dempul, setara dengan Isamu
- Bagian dalam begisting dilapisi dengan solar / minyak begisting
- Untuk pekerjaan beton sloof, kolom, balok menggunakan bahan multiplek 9 mm
- Untuk semua struktur beton kolom, konsol, balok latei dan plat lantai
menggunakan begisting multiplek tebal 9 mm dengan rangka kayu minimal kelas
kuat II atau kelas kuat
- Begisting harus dikerjakan dengan baik, teliti dan kokoh, untuk mendapatkan
bentuk penampang, serta sesuai dengan gambar struktur
- Begisting yang telah digunakan, dapat digunakan kembali dengan persetujuan dari
pihak Direksi
f. Perancah / steiger :
- Perancah / steiger harus dipasang sedemikian rupa sehingga mampu menahan /
menyangga beton serta beban kerja di atasnya, tanpa mengalami penurunan
- Perancah / steiger struktur beton menggunakan scaffolding yang masih bagus

Macam Pekerjaan
Campuran / adukan beton dengan perbandingan volume antara PC (Portland Cement) : PS
(Pasir) : Kr (Kerikil) untuk pekerjaan dibawah ini :
a. Campuran 1 Pc : 3 Ps : 5 Kr, digunakan untuk beton tak bertulang, misalnya lantai
kerja, rabat beton tanpa tulangan dengan campuran 1 Pc : 3 Ps : 5 Kr
b. Untuk pekerjaan beton sloof, kolom, ring balok, plat beton menggunakan campuran
beton K 225

Syarat – Syarat Pelaksanaan


a. Pengadukan dilakukan dengan mesin pengaduk beton (Mollen / Ready Mix), mesin
pengaduk harus betul-betul kosong dan bersih sebelum digunakan.
b. Bahan-bahan pembentuk Agregat harus dicampur dan diaduk selama ± 1,5 menit
setelah semua bahan ada di dalam mesin pengaduk beton.
c. Mesin pengaduk tidak boleh dibebani melebihi kapasitas yang telah ditentukan

Begisting/Acuan
Begisting harus dibuat berdasarkan dimensi yang tertera di dalam gambar rencana/bestek.
a. Sambungan begisting harus dibuat benar-benar rata, selalu diperiksa horizontal dan
vertical, untuk mencegah lendutan beton setelah begisting di bongkar
b. Rangka/penguat begisting harus dipasang sedemikian rupa sehingga dapat menjamin
kokohnya bekisting
c. Sebelum pekerjaan pengecoran dimulai, bagian dalam begisting harus dalam keadaan
bersih dari semua kotoran maupun serpihan kayu

Persiapan Pengecoran
a. Pengecoran hanya boleh dilaksanakan setelah pemasangan tulangan dan
kelengkapannya telah diperiksa oleh pihak Direksi dan dianggap benar
b. Sebelum pengecoran dimulai, semua bagian yang akan dicor harus bersih dari kotoran,
apabila terdapat bagian yang ditanam dalam beton sudah harus terpasang.
c. Jika digunakan tambahan bahan addictive (pengeras beton), harus mendapat
persetujuan dari pihak Direksi / Konsultan pengawas
d. Cetakan atau pasangan dinding yang akan di hubungkan dengan beton harus dibasahi
dengan air sampai jenuh dan tulangan harus sudah terpasang dengan baik.
e. Segala izin yang diberikan oleh pengawas, tidak mengurangi atau membebaskan
tanggung jawab pelaksana terhadap kerusakan yang timbul akibat pembongkaran
cetakan
f. Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hati-hati sehingga tidak
menyebabkan cacat pada permukaan beton. Dalam hal terjadi bentuk beton yang tidak
sesuai dengan gambar rencana, pelaksana wajib mengadakan perbaikan atau
pembentukan kembali

Perbaikan Mutu Hasil Pekerjaan Beton


1. Untuk mendapatkan kualitas / mutu hasil pekerjaan beton yang baik maka metode
pelaksanaan dan pengawasan di lapangan harus betul – betul baik dan terkoordinasi
antara pelaksana, mandor pekerjaan dan pengawas.
a. Selisih ukuran, kelurusan vertical dan horizontal, kesempurnaan kerataan
permukaan beton, sudut, tali air dan sebagainya harus disepakati secara wajar
b. Apabila kegagalan pekerjaan beton melebih toleransi tersebut diatas maka
pelaksana pekerjaan harus memperbaikinya

XXIII. PEKERJAAN DINDING BATU BATA


1. Pendahuluan
a. Bata harus dibersihkan dari cacat yang dapat mengurangi lekatan dengan adukan
b. Sebelum pekerjaan melapis, bata harus betul-betul basah dan sudah cukup waktu
yang diberikan untuk penyerapan air sampai jenuh
c. Bata harus mempunyai ukuran yang baik, seragam, padat, dan bebas dari
lumpur, pecah-pecah, larutan garam atau kerusakan lain yang mungkin akan
merusak kekuatan, daya tahan, penampilan sehingga mengurangi kekuatan dari
bata tersebut. Bata tersebut harus bersih dan kuat
d. Bagian pasangan bata yang berhubungan dengan setiap bagian pekerjaan beton
2. Pencampuran adukan
a. Seluruh material kecuali air harus di campur, baik dalam kotak yang rapat atau
dalam alat pencampur adukan yang disetujui, sehingga campuran telah berwarna
merata, baru sesudahnya air ditambahkan dan pencampuran dilanjutkan
3. Penempatan adukan
a. Sebelum pemasangan, bata harus dibersihkan dan dibasahi secara menyeluruh,
dengan cukup waktu yang memungkinkan penyerapan air mendekati titik jenuh.
b. Landasan yang akan menerima masing-masing bata juga dibasahi dan
selanjutnya dari adukan harus di sebar dari sisi bata ke bata yang dipasang
c. Tebal landasan dari adukan harus rentang pada 2 – 5 cm dan harus minimum
diperlukan untuk menjamin terisinya seluruh rongga antara bata yang dipasang
d. Banyaknya adukan untuk landasan yang ditempatkan pada suatu waktu dibatasi
sehingga bata hanya dipasang pada adukan segar yang belum mengeras. Bila
bata menjadi longgar atau lepas setelah adukan mencapai pengerasan awal,
maka harus dibongkar, dan adukan dibersihkan dan bata di pasang lagi dengan
adukan segar.
4. Pekerjaan akhir pasangan :
a. Dimulai segera setelah pemasangan, pasangan bata harus dilindungi dari
pengeringan dini, pasangan bata harus dipertahankan dengan kehilangan
kelembaban yang minimal, dan dengan temperature yang relative tetap untuk
suatu periode waktu yang disyaratkan untuk menjamin hidrasi yang baik dari
semen dan pengerasan adukannya
b. Pasangan bata harus dirawat, setelah mengeras secukupnya, dengan menyelimuti
memakai lembaran yang menyerap air yang harus selalu basah untuk waktu
yang secukupnya.

XXIV. PEKERJAAN PLESTERAN


Persiapan dinding yang akan diplester, semua bahan plesteran harus diaduk dengan
manual/mesin. Sebelum di mulai pekerjaan sebaiknya dinding di siram dengan air
secara merata. seluruh bidang dinding yang akan diplester harus dibersihkan dan
lubang-lubang yang tidak diperlukan ditutup dengan rapi.
Untuk ketebalan pleseteran mempunyai ketebalan ± 15 mm dan maksimal ± 20 mm.
Untuk bagian dinding yang akan diselesaikan dengan cat, pada plesteran yang telah
benar-benar kering dilakukan pengacian dengan Portland cement sampai di dapat
permukaan yang halus dan rata serta lurus dan tidak bergelombang

XXV. PEKERJAAN LANTAI (KERAMIK TILE)


1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-
alat bantu lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini hingga
tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
2. Pekerjaan lantai dan plint keramik dari masing-masing jenis dan ukuran ini
dilakukan pada ruang yang disebutkan /ditunjukkan dalam detail gambar dan
sesuai dengan petunjuk Direksi.

Persyaratan Bahan
1. Jenis : Keramik Tile
Keramik buatan dalam negeri yang sesuai dengan yang termasuk pada daftar
material dan disetujui Direksi .
2. Warna :
- Untuk masing-masing warna harus seragam
- Warna yang tidak seragam harus diganti/dibongkar.
3. M u t u : Tingkat I (satu)
4. Ukuran/jenis dan pemakaian : sesuai ukuran yang tertera pada gambar / ketentuan
Konsultan Perencana. Dipasang sebagai finishing lantai pada seluruh detail yang
ditunjukan/ disebutkan dalam gambar. Pola pemasangan sesuai yang ditunjukkan
dalam detail gambar
5. Bahan pengisi : Grout/ pengisi semen berwarna
6. Bahan perekat : Adukan spesi 1 PC : 3 pasir diberi bahan tambahan penguat
berupa bahan perekat untuk meningkatkan kekedapan terhadap air dan menambah
daya lekat dengan jumlah pengunaan sesuai dengan petunjuk pabrik pembuat
bahan perekat tersebut.
7. Pengendalian pekerjaan keramik ini harus sesuai dengan peraturan-peraturan
ASTM, NI-19, PUBI 1982 pasal 31 dan SII-0023-81.
8. Semen Portland yang digunakan dianjurkan produk dalam negeri yang
mempunyai mutu terbaik dari satu jenis merk atas persetujuan Konsultan
Perencana/Direksi Pengawas dan memenuhi syarat-syarat dalam NI-8,
9. Untuk bahan pengisi/grouting dan bahan perekat juga dianjurkan produk dalam
negeri

XXVI. PEKERJAAN PLUMBING


Pekerjaan plumbing ini meliputi :
1. Pengadaan & pemasangan instalasi pipa air kotor
- Pipa dan peralatannya beserta bangunan-bangunan pelengkap yang akan di
pasang terlihat di gambar rencana
- Pipa yang digunakan adalah pipa PVC tipe AW dengan perlengkapan yang
sesuai
- Bila disyaratkan pemasangan baru, maka pipa dan peralatannya yang dipasang
harus pipa dan peralatan yang baik, baru dan sesuai dengan persyaratan yang
ditentukan,
- Sebelum dan sesudah dipasang pipa-pipa dan peralatannya, terutama bagian
sebelah dalam, harus di jaga kebersihannya, dan harus diperiksa lagi kerusakan
serta retak-retak yang mungkin terjadi.
- Lem yang digunakan untuk penyambungan pipa PVC dengan solvent cement
- Pemotongan pipa apabila benar-benar diperlukan dapat dilakukan oleh
pelaksana dengan persetujuan Direksi, pemotongan pipa harus dilaksanakan
dengan alat yang sesuai/bahan pipa yang dipasang.
- Pada waktu pemasangan pipa, kedudukan pipa harus diperhatikan benar-benar
agar betul-betul lurus serta pada peil yang benar. Dasar pipa harus terletak rata
serta tidak boleh ada batu-batu / puing-puing /benda-benda keras lainnya yang
memungkinkan rusaknya pipa dikemudian hari.
- Pada waktu pemasangan pipa, galian tanah untuk perletakkan pipa harus tidak
boleh ada air sama sekali dan bagian dalam pipa harus diperiksa kembali
kebersihannya.
- Peil dari perletakan pipa serta dalamnya terhadap muka tanah/jalan harus
sesuai dengan Gambar rencana/bestek.
- Tikungan /belokan tanpa elbow/bend dilaksanakan sedemikian rupa sehingga
sudut sambungan antara pipa tidak boleh lebih besar dari yang diijinkan oleh
pabrik pipa yang bersangkutan.
- Untuk pipa PVC, disekeliling pipa agar diberi urugan tanah kembali sesuai
dengan gambar rencana/bestek.
- Pipa tidak boleh digantung memakai kawat, tali,kabel atau kayu untuk
pekerjaan plumbing dikerjakan sebagian seperti perpipaan untuk air kotor dan
bersih yang berhubungan dengan langsung dengan struktur bangunan.

XXVII. PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK


1. Menurut peraturan-peraturan listrik yang masih berlaku di Indonesia pada waktu ini
(PUIL th1976). Menurut penjelasan-penjelasan dan peraturan-peraturan dalam
uraian ini dengan tegangan/voltage 220 V.
2. Pekerjaan harus diserahkan rekanan kepada Pengawas dalam keadaan selesai tepat
pada waktu yang telah ditetapkan
3. Semua bahan harus barang baru yang tak ada cacatnya, berkualitas baik, dan
memenuhi syarat keamanan kerja.
4. Pemasangan Kabel
- Kabel yang digunakan jenis NYA ex Supreme, Kabelindo atau setara yang
disetujui oleh direksi.
- Kabel NYA yang berada di tembok atau di atas plafon harus memakai klem yang
ukurannya sesuai
- Pada tiap penyambungan kabel menggunakan terminal. Penyambungan kabel
hanya diperbolehkan di persimpangan atau perubahan jenis ukuran kabel,
sedangkan pada posisi kabel yang lain tidak diperbolehkan menyambung (banyak
sambungan karena menggunakan sisa kabel)
- Pada tempat-tempat persilangan dan penyeberangan di atas tembok muka kawat
itu dimasukkan ke dalam pipa sebagai pengaman
- Semua kabel yang dimasukkan ke dalam pipa tidak boleh ada sambungan.
- Tarikan kabel di atas harus cukup tegang dan kencang tetapi isolasi tidak boleh
rusak karenanya
5. Pemasangan Saklar, Stop Kontak, ‘Sekringkast’, dan lain-lain.
- Pemasangan saklar kapasitas 6A atau lebih sesuai beban, 250V stop kontak 15
Amp dari ebonit warna ex. Brocco atau setara yang disetujui direksi, semua
pasangan dalam (inbouwmounting).
- Bagi saklar lampu ruang minimum 2 saluran, untuk mencegah lampu padam
semua bila ada kerusakan
6. Jenis Lampu yang Digunakan.
- Semua lampu dipasang menempel pada langit-langit, untuk itu supaya disediakan
penggantung langit-langit khusus. Pemasangan/jenis/posisi lampu disesuaikan
dengan gambar rencana.
- Untuk pembagian grup diatur sedemikian sehingga bila salah satu grup putus
penerangan dan atap stop kontak pada ruangan itu tidak padam seluruhnya.
- Seluruh penerangan harus dilengkapi dengan lampu sesuai gambar, dipasang
sampai menyala.
7. Ukuran Isolasi
Ukuran isolasi ditentukan antara ½ ohm sampai 0,3 ohm.
8. Papan-papan Sekring (Panel) & kabel Tray:
- Papan sekring tersebut dari metal clad, plat baja ukuran sesuai dengan rancangan,
dilengkapi frame yang kuat.
- Pemasangan papan-papan sekering/panel: Wall Mounted terpasang kuat dan rapi
pada lokasi yang tidak mengganggu lalu lintas dan memudahkan operasi dan
pemeliharaan
- Panel distribusi utama dilengkapi dengan copper rel atau disesuaikan dengan
kebutuhan menurut Direksi

XXVIII. PEKERJAAN WATER PROOFING


Bahan yang digunakan adalah waterprofing berkualitas.
Teknik pelaksanaan dengan melapisi Plat lantai dengan serat fiber secara merata terlebih
dahulu kemudian dilapisi water proofing.
Pada pemasangan waterproofing harus dengan pengawasan direksi untuk mengetahui
apakah sudah sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan dalam gambar, spesifikasi dan
peraturan yang berlaku.

XXIX. PEKERJAAN PAGAR


1. ersebut harus praktis, permanen dan kontraktor harus bertanggung jawab untuk
semua pemakaian dan segala sesuatu yang timbul sampai seluruh pekerjaan
2. Syarat-syarat/RKS.

XXX. KETENTUAN KHUSUS PERIHAL PENYEDIAN BARANG


Semua barang untuk kelengkapan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dari
Distributor / Pabrikan harus :
1. Memenuhi persyaratan, standart dan spesifikasi teknis yang telah ditentukan
dalam Dokumen Pengadaan (RKS)
2. Dalam hal pengiriman barang, apabila mengalami kerusakan / cacat pada saat
tiba di lokasi menjadi tanggung jawab pelaksana
3. Pelaksana diwajibkan memasang barang pada tempat yang telah disediakan, dan
mengadakan uji coba serta memberikan pelatihan kepada calon operator dari
Rumah Sakit/Puskesmas

XXXI. PENYERAHAN HASIL PEKERJAAN


1. Penyedia Barang / Jasa menyerahkan hasil pekerjaan keseluruhan sebagaimana
yang telah ditetapkan dalam Kontrak
2. Pekerjaan dinyatakan selesai apabila seluruh pekerjaan dapat di terima oleh
Instansi terkait dan berfungsi dengan baik yang ditentukan dalam Dokumen
Pengadaan/RKS
3. Penyerahan hasil pekerjaan dituangkan dalam berita acara

XXXII. PEKERJAAN PEMBERSIHAN


1. Pihak pelaksana harus melakukan pembersihan rutin untuk menjamin daerah kerja
tetap terbebas dari tumpukan-tumpukan bahan sisa, sampah dan kotoran-kotoran
lainnya yang dihasilkan dari operasi pekerjaan lapangan dan tetap memelihara
daerah kerja dalam keadaan bersih setiap waktu
2. Menjamin bahwa system drainase terbebas dari kotoran-kotoran dan terbebas dari
bahan lepas dan tetap berfungsi setiap waktu
3. Menyiapkan di daerah kerja tempat-tempat sampah untuk pengumpulan bahan-
bahan sisa, kotoran-kotoran dan sampah sebelum di buang
4. Buang bahan sisa, kotoran-kotoran dan sampah-sampah pada tempat yang telah
ditentukan
5. Jangan menanam sampah / bahan sisa di daerah kerja proyek tanpa persetujuan
dari pihak Direksi
6. Jangan membuang bahan sisa yang mudah menguap seperti misalnya cairan
mineral, minyak/minyak cat ke dalam selokan / kedalam saluran yang ada di
Rumah Sakit/Puskesmas
7. Juga tidak diperkenankan menumpuk/membuang bahan sisa ke dalam sungai-
sungai / saluran air
8. Pada saat selesainya pekerjaan lapangan daerah proyek harus tetap dijaga
kebersihannya dan siap untuk dipakai oleh Pemilik. Pihak pelaksana harus
memulihkan daerah proyek yang tidak merupakan bagian pekerjaan untuk
perbaikan, seperti dijelaskan dalam dokumen kontrak, sesuai dengan keadaan
aslinya.
Bangli, 26 Februari 2018
Diperiksa : Konsultan Perencana
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) PT. Maha Widya Konsultan
Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli

I Wayan Sunaba, S.Sos


I Putu Suta Suyasa, ST
NIP. 19641231 199103 1 158
Direktur

Disetujui : Disetujui :
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Kepala Puskesmas Bangli Utara
Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli

Tjatur Wahyudi, SKM, MM drg. I Nyoman Pande Sutama


NIP. 19600930 198503 1 011 NIP.19671012 200909 1 001

Mengetahui : Mengetahui :
Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Kepala Dinas Kesehatan
Ruang Perumahan dan Kawasan Kabupaten Bangli
Permukiman Kabupaten Bangli

Drs. I WAYAN LAWE, MM dr. I NENGAH NADI, M.Kes


NIP. 19591231 198901 1 011 NIP. 19611231 198911 1 015

You might also like