You are on page 1of 8

P E N E L I T I A N I LM I A H

ABSTRACT
Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Terhadap Perilaku Pencegahan Dementia is a sindrom which is characterization
Demensia Pada Lansia with loss of intelectual capacity, involving is not only
cognitive but also leaguange, visospasial ability,
personality memory too. Factors that can affect the
onset of dementia such as knowledge, persepsion,
motivation, information and environment. From each
factors can be caused of loss in prevention behavior on
elderly. To know the influence of health education in
prevention of dementia.
The influence of health education to The Research design of this study is pra
the behavior prevention dementia In exsperiments approach with pre post test. The amount
elderly of population in this reaseach is 21 elderly in posyandu
elderly. From 21 elderly people was taken 16 sample
and the Technique of collectin data was used simple
random sampling.
The result of this research showed that there is
increase in dementia prevention behavior before and
after health education was given. Results of statistical
tests Pairs t-test with a p-value of 0.05 means 0.000 <
H1 accepted means there is influence between before
and after health education is given to the prevention of
dementia on the elderly behavior.
The next researchers expected results of this
research can serve as preliminary studies to develop
Alvin Abdillah, S.Kep.,Ns., M.AP,. other research especially on the influence of health
M.Kep.*) education on behaviors of elderly in the prevention of
dementia, in addition, this is should be supported by
*) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan puskesmascuold be joined giving healt education as
(STIKes) Ngudia Husada Madura effort in prevention on elderly, further research needs
to be done by expanding the other variables that can
affect the behavior of the elderly in order to get better
again.

Keywords: Dementia, Health Education, Elderly

Correspondence : Alvin Abdillah, S.Kep.,Ns., M.AP,. M.Kep. Jl. R.E. Martadinata


Bangkalan, Indonesia.
fisik,mental,sosial,ekonomi bahkan
PENDAHULUAN psikologis. Menurut Joseph Gallow
Aging procces (Proses demensia adalah sindrom yang di
penuaan) dalam perjalanan hidup karakteristikkan dengan adanya
manusia merupakan suatu hal yang kehilangan kapasitas intelektual,
wajar dan ini akan dialami oleh semua melibatkan tidak hanya kognitif namun
oraang yang dikaruniai umur juga bahasa, kemampuan visospasial,
panjang,hanya cepat dan lambatnya kepribadian, ingatan (memori). Untuk
tergantung pada masing masing mengenali adanya gangguan daya ingat
individu. Secara teori perkembangan sangat mudah paling sedikit ada
manusia yang di mulai dari masa bayi, beberapa gejala seperti gangguan daya
anak, remaja, dewasa, tua,dan akhirnya berpikir abstrak dan gangguan daya nilai
masuk pada usia lanjut dengan umur di yang mampu menyebabkan perubahan
atas 60 tahun. Pada usia ini terjadilah kecil pada karakter seseorang dan
proses penuaan secara alamiah. Perlu episode kesalahan tanpa karakter yang
persiapan untuk menyambut hal dilakukaknnnya. Kondisi tersebut
tersebut agar nantinya tidak mempunyai dampak yang jelas pada
menimbulkan masalah perilaku klien demensia seperti

63
64

keluyurantanpa tujuan, gangguan individual. Gejala bertahap penyakit


orientasi terhadap siang dan alzheimer dapat terjadi dalam waktu
malam,sangat kehialngan selera makan, yang berbeda- beda, bisa lebih cepat
atau memakan makanan yang tidak atau lebih lambat. Gejala tersebut tidak
tepat, ingin makan yangt anehdan selalu merupakan penyakit alzheimer,
menjijikkan daripada makan biasa tetapi apabila gejala tersebut
(Nugroho, 2000). berlangsung semakin sering dan nyata,
Di seluruh dunia, 35,6 juta perlu dipertimbangkan kemungkinan
orang memiliki demensia, dengan lebih penyakit alzheimer. Hal ini akan
dari setengah (58 %) yang tinggal di berdampak pada masalah kesehatan
negara-negara berpenghasilan rendah yang serius diantaranya kondisi –
dan menengah . Setiap tahun, ada 7,7 kondisi seperti: stress, gangguan
juta kasus baru.Jumlah ini akan berlipat psikologis, kesedihan, gangguan
ganda pada 2030 dan lebih dari tiga kali sosialisi, dan gangguan komunikasi
lipat pada tahun 2050 (WHO, 2012). Di (Nugroho, 2008).
Indonesia sendiri prevalensi demensia Dari berbagai penjelasan di
adalah 606.100 orang dengan insiden atas maka solusi yang tepat untuk
191.400 orang (Access Economics, mengurangi angka kejadian Demensia
2006). adalah dengan menberikan pendidikan
Berdasarkan hasil study kesehatan mengenai perilaku
pendahuluan di Posyandu Lansia pencegahan demensia pada lansia.
Anggrek kelurahan Pejagan wilayah Perilaku pencegahan tersebut yaitu
kerja Puskesmas Bangkalan di meliputi diet rendah lemak, pengaturan
dapatkan bahwa pengetahuan para pola istirahat, olahraga teratur dan
Lansia mengenai pencegahan latihan untuk menambah daya ingat
Demensia masih kurang dari harapan. (Khalid, 2012).
Dengan presentase 7 lansia (70%) dari
10 orang lansia memiliki pengetahuan
perilaku pencegahan demensia dengan METODE PENELITIAN
kategori cukup dan 3 lansia (30%) Penelitian ini merupakan jenis
memiliki pengetahuan perilaku penelitian “Pra eksperimental” dengan
pencegahan demensia dengan kategori pendekatan rancangan pra-pascates
kurang. dalam satu kelompok (One-group pra-
Penyebab demensia menurut post test design). Populasi dalam
Nugroho (2008) masih belum di ketahui penelitian ini berjumlah 49 lansia,
secara pasti (idiopati) tetapi ada dengan besar sampel 16 lansia. Teknik
beberapa teori menjelaskan pengambilan sampel dengan simple
kemungkinan adanya faktor genetik,pola random sampling.
hidup,keadaan psikologis,obat obatan Tempat Penelitian di Posyandu
dan alkohol. Semakin dini penyakit Lansia kelurahan Pejagan wilayah kerja
demensia dikenali maka semakin baik Puskesmas Bangkalan Anggrek
pula penangannannya. Gejala klasik Pejagan Bangkalan pada bulan Februari
penyakit demensia alzheimer adalah tahun 2015 setiap hari selasa dan jumat
kehilangan memori (daya ingat) yang selama 2 minggu (14 hari) dan akan di
terjadi secara bertahap, termasuk evaluasi pada hari ke 21.
kesulitan menemukan atau Analisis yang dilakukan terhadap
menyebutkan kata yang tepat, tidak tiap variabel dari hasil penelitian dengan
mampu mengenali objek, lupa cara menggunakan tabel distribusi frekuensi.
menggunakan benda biasa dan Sedangkan analisis bivariat
sederhana, seperti pensil, lupa menggunakan paried t-test dengan
mematikan kompor, menutup jendela
tingkat kemaknaan 0,05.
atau menutup pintu, suasana hati dan
kepribadian dapat berubah, agitasi,
masalah dengan daya ingat, dan
membuat keputusan yang buruk dapat
menimbulkan perilaku yang tidak biasa.
Gejala ini sangat bervariasi dan bersifat
65

HASIL PENELITIAN b. Karakteristik Responden


a. Karakteristik Responden Berdasarkan Sikap
Berdasarkan Pengetahuan Tabel 2 Distribusi frekuensi berdasarkan
Tabel 1 Distribusi frekuensi berdasarkan sikap Lansia pada Posyandu Lansia
pengetahuan Lansia tentang Anggrek Kelurahan Pejagan Wilayah
pencegahan Demensia pada Posyandu Kerja Puskesmas Bangkalan Kabupaten
Lansia Anggrek Kelurahan Pejagan Bangkalan.
Wilayah Kerja Puskesmas Bangkalan
Kabupaten Bangkalan. Sebelum Pendidikan Sesudah Pendidikan
Sebelum Pendidikan Sesudah Pendidikan Re Pros Kriteria Re Pros Kriteria
Resp Prose Kriteria Resp Prose Kriteria spo enta Skorin sp enta Skoring
onde ntase Skoring onde ntase Skoring nde se g on se
n (%) n (%) n (%) de (%)
1 50 Cukup 1 90 Baik n
2 50 Cukup 2 90 Baik 1 74,3 Positif 1 66 Positif
3 20 Kurang 3 70 Cukup 2 59,1 Positif 2 76 Positif
4 30 Kurang 4 70 Cukup 3 37,9 Negatif 3 56 Positif
5 70 Cukup 5 90 Baik 4 40,9 Negatif 4 66 Positif
6 20 Kurang 6 60 Cukup 5 40,9 Negatif 5 76 Positif
7 40 Cukup 7 100 Baik 6 53 Positif 6 56 Positif
8 10 Kurang 8 60 Cukup 7 59,1 Positif 7 43,7 Negatif
9 30 Kurang 9 70 Cukup 8 43,9 Negatif 8 39,2 Negatif
10 40 Cukup 10 70 Cukup 9 56,1 Positif 9 66 Positif
11 20 Kurang 11 70 Cukup 10 53 Positif 10 34,6 Negatif
12 10 Kurang 12 80 Baik 11 40,9 Negatif 11 48,2 Negatif
13 50 Cukup 13 90 Baik 12 43,9 Negatif 12 39,2 Negatif
14 20 Kurang 14 80 Baik 13 59,1 Positif 13 76 Positif
15 30 Kurang 15 80 Baik 14 40,9 Negatif 14 39,2 Negatif
16 20 Kurang 16 90 Baik 15 43,9 Negatif 15 66 Positif
Juml 16 Jumla 16 16 53 Positif 16 34,6 Negatif
ah h Ju 16 Ju 16
Mean : 31,88 Mean : 78,75 mla ml
Minimum : 10 Minimum : 60 h ah
Maximum: 70 Maximum: 100 Mean : 49,994 Mean : 55,169
Std.Deviation: 16,820 Std.Deviation: 12,042 Minimum : 37,9 Minimum : 34,6
Maximum: 74,3 Maximum: 76
Pairs T Test P Value :0,000 Std.Deviation: 9,9794 Std.Deviation:
α : 0,05 15,4137
Sumber : Data primer 2015
Pairs T Test P Value :0,225
Hasil uji statistik Pairs T Test, α : 0,05
Sumber : Data primer 2015
didapatkan hasil P Value : 0,000 < α :
0,05 sehingga H0 ditolak. Hal ini Hasil uji statistik Pairs T Test,
menunjukkan bahwa terdapat didapatkan hasil P Value : 0,225 > α :
Perbedaan Pengetahuan Pencegahan 0,05 sehingga H0 diterima. Hal ini
Demensia Sebelum dan Sesudah menunjukkan bahwa tidak ada
Diberikan Pendidikan Kesehatan di Perbedaan Sikap Pencegahan
Posyandu Lansia Anggrek Kelurahan Demensia Sebelum dan Sesudah
Pejagan Wilayah Kerja Puskesmas Diberikan Pendidikan Kesehatan di
Bangkalan Kabupaten Bangkalan.
Posyandu Lansia Anggrek Kelurahan
Pejagan Wilayah Kerja Puskesmas
Bangkalan Kabupaten Bangkalan.
66

c. Karakteristik Responden PEMBAHASAN


Berdasarkan Tindakan
Tabel 3 Distribusi frekuensi berdasarkan 5.1 Perilaku Lansia sebelum
tindakan Lansia pada Posyandu Lansia diberikan pendidikan kesehatan
Anggrek Kelurahan Pejagan Wilayah Hasil penelitian berdasarkan
Kerja Puskesmas Bangkalan Kabupaten kuisioner menunjukkan bahwa dari
Bangkalan. ketiga komponen yaitu pengetahuan
lebih dari separuh adalah kurang 62,5%,
Sebelum Pendidikan Sesudah Pendidikan sikap separuh adalah negatif 50%, dan
Re Pros Kriteria Re Pros Kriteria tindakan hampir seluruhnya adalah
spo entas Skorin spo entas Skorin cukup sebanyak 93,75%. Hal inilah yang
nde e (%) g nde e (%) g menyebabkan perilaku Lansia sebelum
n n diberikan pendidikan kesehatan adalah
1 52,5 Cukup 1 77,5 Baik masih banyak yang kurang.
2 45 Cukup 2 70 Cukup Masih rendahnya perilaku
3 40 Cukup 3 70 Cukup pencegahan demensia pada lansia
4 47,5 Cukup 4 75 Cukup
besar kemungkinan disebabkan oleh
5 40 Cukup 5 82,5 Baik
6 42,5 Cukup 6 80 Baik kurangnya pembelajaran, itu
7 42,5 Cukup 7 80 Baik dikarenakan masih adanya beberapa
8 35 Kuran 8 75 Cukup orang responden yang tingkat
9 47,5 g 9 80 Baik pendidikannya masih rendah bahkan
10 50 Cukup 10 77,5 Baik yang berpendidikan lebih tinggi ke
11 40 Cukup 11 82,5 Baik jenjang Sarjanapun, tidak menjamin bisa
12 40 Cukup 12 77,5 Baik menjadi sarana untuk mengadopsi
13 42,5 Cukup 13 70 Cukup pengetahuan. Dari hasil penelitian
14 40 Cukup 14 70 Cukup
menjelaskan bahwa responden yang
15 42,5 Cukup 15 77,5 Baik
16 40 Cukup 16 65 Cukup berpendidikan SMP 4 orang (25%),
Cukup berpendidikan SMA 9 orang (56,25%)
Ju 16 Ju 16 dan berpendidikan S-1 3 orang
mla mla (18,75%). Hal inilah yang
h h memungkinkan ketidaktahuan lansia
Mean : 42,969 Mean : 75,625 terhadap perilaku pencegahan
Minimum : 35 Minimum : 65 demensia dan juga masih kurangnya
Maximum: 52,5 Maximum: 82,5 pendidikan kesehatan yang diberikan
Std.Deviation: 4,4925 Std.Deviation: 5,2042 tenaga kesehatan kepada lansia
tersebut.
Pairs T Test P Value :0,000
α : 0,05
Hal ini sejalan dengan
Sumber : Data primer 2015 pandangan YB Mantra yang dikutip dari
Notoadmodjo bahwa pendidikan dapat
Hasil uji statistik Pairs T Test, mempengaruhi perilaku seseorang
didapatkan hasil P Value : 0,000 < α : terutama dalam hal pola hidup dimana
0,05 sehingga H0 ditolak. Hal ini pendidikan dapat memberikan motivasi
menunjukkan bahwa terdapat untuk terjadi perubahan tersebut.
Perbedaan Tindakan Pencegahan Semakin tinggi pendidikan seseorang
Demensia Sebelum dan Sesudah maka akan semakin mudah dalam
Diberikan Pendidikan Kesehatan di proses penerimaan informasi.
Posyandu Lansia Anggrek Kelurahan Teori Menurut Benyamin Bloom,
Pejagan Wilayah Kerja Puskesmas dikutip dalam notoadmojo (2003),
Bangkalan Kabupaten Bangkalan. membagi perilaku dalam tiga domain
(ranah/kawasan), meskipun kawasan-
kawasan tersebut tidak mempunyai
batasan yang jelas dan tegas.
Pembagian kawasan ini dilakukan untuk
kepentingan tujuan pendidikan, yaitu
mengembangkan atau meningkatkan
ketiga domain perilaku tersebut, yang
terdiri dari ranah kognitif (kognitif
67

domain), ranah afektif (affectife domain) baik karena kesehatan yang dimiliki
dan ranah psikomotor (psikomotor masih cukup prima.
domain).Dalam perkembangan Hal ini sejalan dengan pendapat
selanjutnya oleh para ahli pendidikan Setiati (2000) bahwa kemandirian bagi
dan untuk kepentingan pengukuran orang lanjut usia dapat dilihat dari
hasil, ketiga domain itu diukur dari, kualitas kesehatan sehingga dapat
Pengetahuan (Knowledge) merupakan melakukan Aktivitas Kehidupan Sehari-
dari tahu dan ini terjadi setelah orang hari (AKS). Lanjut usia yang memiliki
melakukan penginderaan terhadap tingkat kemandirian tertinggi adalah
obyek tertentu, sebagian besar mereka yang secara fisik dan psikis
pengetahuan manusia diperoleh melalui memiliki kesehatan yang cukup prima.
mata dan telinga. Pengetahuan atau Prosentase yang paling tinggi adalah
kognitif merupakan domain yang sangat mereka yang mempunyai kesehatan
penting dalam pembentukan tindakan baik. Dengan kesehatan yang baik
seseorang (over behavior). Sikap mereka bisa melakukan aktivitas apa
(Attitude) merupakan reaksi atau respon saja dalam kehidupan sehari-hari.
yang masih tertutup dari seseorang Selain itu status pekerjaan
terhadap suatu stimulus atau objek. responden yang seluruhnya sudah tidak
Sikap merupakan kesiapan atau bekerja dengan klasifikasi 6 responden
kesediaan untuk bertindak dan bukan (37,5%) Pensiunan dan sisanya 10
merupakan pelaksanaan motif tertentu. responden (62,5%) sebagai ibu rumah
Sikap belum merupakan suatu tindakan tangga, tentu saja hal tersebut tidak
akan tetapi merupakan predisposisi akan menjadi hambatan para lansia
tindakan sikap perilaku. Praktek atau dalam melalakukan kegiatan kegiatan
tindakan (Practice) Suatu sikap belum perilaku pencegahan Demensia,karena
otomatis terwujud dalam suatu tindakan para lansia tersebut tidak lagi terikat
(over behavior). Untuk mewujudkan dengan pekerjaan yang menyita waktu
sikap menjadi suatu perbuatan yang lama.
nyata diperlukan faktor pendukung atau Hal ini sejalan dengan teori
suatu kondisi yang memungkinkan, (Hurlock, 1996) dalam teori aktivitas
antara lain adalah fasilitas dan faktor atau teori kontinuitas bahwa lansia baik
dukungan. pria maupun wanita seharusnya tetap
mempertahankan berbagai sikap dan
5.2 Perilaku Lansia sesudah kegiatan mereka semasa usia madya
diberikan pendidikan kesehatan selama mungkin dan kemudian mencari
Hasil penelitian berdasarkan kegiatan pengganti untuk menggantikan
kuisioner menunjukkan bahwa dari kegiatan yang harus mereka tinggalkan
ketiga komponen yaitu pengetahuan apabila mereka pensiun. Sehingga
Lansia lebih dari separuh adalah baik meskipun dalam masa pensiun para
56,25% , sikap lebih dari separuh lansia masih tetap aktif.
adalah positif 56,25%, dan tindakan Kenyataan ini juga didukung oleh
lebih dari separuh baik adalah 56,25%. Notoadmojo (2003) Pengetahuan
Hal inilah yang menyebabkan perilaku adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi
baik pada Lansia tentang pencegahan setelah seseorang melakukan
Demensia. penginderaan terhadap suatu objek
Terjadinya perubahan perilaku tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang
pencegahan Demensia Pada Lansia tidak mempunyai dasar untuk
besar kemungkinan terjadi karena usia mengambil keputusan dan menentukan
lansia yang menjadi responden masih tindakan terhadap masalah yang
dalam kategori usia pertengahan dihadapi dan dapat memilah antara baik
sebanyak 2 responden (12,5%) dan dan buruk.
sisanya 14 responden (87,5%) tergolong
kategori usia lanjut dimana pada
kategori tersebut biasanya lansia secara
umum mobilitasnya masih baik sehingga
kemandirian lansia untuk berprilaku
sehat masih bisa dilaksanakan dengan
68

5.3 Pengaruh Pendidikan Kesehatan menekankan perubahan perilaku


Sebelum dan Sesudah di Berikan masyarakat, dengan memberikan
Pendidikan Kesehatan Terhadap informasi – informasi atau penyuluhan
Perilaku Pencegahan Demensia kesehatan melalui berbagai media dan
pada Lansia tekhnologi pendidikan dengan harapan
masyarakat akan berperilaku hidup
Berdasarkan hasil uji statistik sehat, dan yang terwujud dalam
Pairs T Test pada pengetahuan, pengetahuan, sikap, kepercayaan,
didapatkan hasil P Value : 0,000 < α : keyakinan, nilai – nilai dan motivasi.
0,05. Maka terdapat Perbedaan Menurut Notoadmojo 2011,
Pengetahuan Pencegahan Demensia pendidikan adalah suatu proses belajar
Sebelum dan Sesudah Diberikan yang berarti dalam bidang pendidikan itu
Pendidikan Kesehatan di Posyandu terjadi proses pertumbuhan,
Lansia Anggrek Kelurahan Pejagan perkembangan, atau perubahan ke arah
Wilayah Kerja Puskesmas Bangkalan yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih
Kabupaten Bangkalan. matang dari pada individu, kelompok,
Berdasarkan hasil uji statistik atau masyarakat. Pendidikan kesehatan
Pairs T Test pada sikap, didapatkan adalah suatu penerapan konsep
hasil P Value : 0,225 > α : 0,05. Maka pendidikan dalam bidang kesehatan.
tidak terdapat Perbedaan sikap Praktis pendidikan kesehatan pada
Pencegahan Demensia Sebelum dan umumnya terlalu menekankan
Sesudah Diberikan Pendidikan perubahan perilaku masyarakat, dengan
Kesehatan di Posyandu Lansia Anggrek memberikan informasi – informasi atau
Kelurahan Pejagan Wilayah Kerja penyuluhan kesehatan melalui berbagai
Puskesmas Bangkalan Kabupaten media dan tekhnologi pendidikan
Bangkalan. dengan harapan masyarakat akan
Berdasarkan hasil uji statistik berperilaku hidup sehat.
Pairs T Test pada tindakan, didapatkan Namun pada hasil penelitian ini
hasil P Value : 0,000 < α : 0,05. Maka komponen sikap tidak ada pengaruh, hal
terdapat Perbedaan tindakan ini mungkin saja dapat di pengaruhi oleh
Pencegahan Demensia Sebelum dan berbagai faktor seperti, saat pemberian
Sesudah Diberikan Pendidikan kuisioner yang kurang tepat di mana
Kesehatan di Posyandu Lansia Anggrek saat pemberian kuisioner post dilakukan
Kelurahan Pejagan Wilayah Kerja setelah para lansia selesai melakukan
Puskesmas Bangkalan Kabupaten senam lansia sehingga konsentrasi
Bangkalan. lansia saat pengisian kuisioner tidak
Hal ini menunjukkan bahwa ada terlalu fokus selain hal tersebut
pengaruh perilaku Lansia dalam kurangnya pendampingan peneliti saat
pencegahan Demensia antara sebelum pengisian kuisioner juga dapat
dan sesudah sehingga terutama pada mempengaruhi hasil dari kuisioner yang
komponen pengetahuan dan tindakan, diberikan. Akan tetapi komponen sikap
dengan diberikan pendidikan kesehatan tersebut tidak begitu mempengaruhi
melalui penyuluhan tentang pencegahan terhadap perilaku sebab pada
Demensia akan mempengaruhi komponen pengetahuan dan tindakan
seseorang untuk melakukan perilaku didapatkan hasil ada pengaruh
pencegahan terhadap Demensia yang pendidikan kesehatan terhadap perilaku
baik dan akan berpengaruh terhadap responden sehingga dapat disimpulkan
tingkat kejadian Demensia. bahwa ada pengaruh pendidikan
Hal ini seperti disampaikan oleh kesehatan terhadap perilaku
Notoadmojo (2011) tujuan program pencegahan demensia pada lansia di
pendidikan sebagai indikator posyandu lansia anggrek kelurahan
keberhasilan dari program pendidikan pejagan wilayah kerja puskesmas
kesehatan adalah perubahan bangkalan kabupaten bangkalan.
pengetahuan, sikap, dan perilaku
sasaran yang memerlukan pengukuran
khusus, sehingga praktis pendidikan
kesehatan pada umumnya terlalu
69

KESIMPULAN Penelitian Ilmu Keperawatan.


Jakarta: Salemba Medika.
Ada pengaruh pendidikan kesehatan 2011. Metode Penelitian
terhadap perilaku pencegahan Keperawatan dan Teknik
Demensia pada lansia. Analisa Data. Jakarta. Salemba
Medika.
DAFTAR PUSTAKA Kuntjoro. 2002. Depresi Pada Lanjut
Usia. Diakses tanggal. 20
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian: september 2007. http//www.e-
Suatu Pendekatan Praktek, psikologi.com.
Edisi IV. Jakarta: Rineka Cipta. Mujahidullah, khalid.2012.keperawatan
Azizah, Lilik Ma’rifatul. geriatrik.pustaka pelajar.yogyakarta
2011.Keperawatan Lanjut Usia. Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan
Yogyakarta: Graha ilmu. Prilaku Kesehatan. Cetakan 2.
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Jakarta: Rineka Cipta
Keperawatan Medical Bedah.
Jakarta:EGC 2005. Metodologi
Danny, Indra . Hubungan Tingkat Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Pendidikan Dengan Kejadian Rineka Cipta.
Demensia Pada. Jurnal 2010. Metodologi
Fakultas Kedokteran Sam penelitian kesehatan . Jakarta:
Ratulangi. PT Rineka Cipta.
http://ejournal.unsrat.ac.id/index 2011. Metode Perilaku
.php/jkp/article/viewFile/5207/47 Kesehatan. Edisi revisi. Jakarta: Rineka
21. Diakses pada 02 Desember Cipta
2014, Pukul 09.00.
Darmojo dan Martono. 2004. Buku Ajar 2010. Metode Penelitian
Geriatric (Ilmu Kesehatan Usia Kesehatan. Jakarta: Rineka
Lanjut). Jakarta: FKUI. cipta.
Ebersole and Hess. 2001. Geratric Nugroho, H Wahjudi. 2008.
Nursing And Healthy Keperawatan Gerontik dan Geriatri.
Aging.Mosby.Inc.St Jakarta: EGC.
Louise.Missouri. Nugroho. 2000. Keperawatan Gerontik.
Geddes Dan Grosset. 2000. Terapi Jakarta: EGC.
alternative. Yogyakarta: Lotus. Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian
Hartanti, Sri. Asesmen Untuk Demensia Ilmu Keperawatan. Edisi 3.
. Jurnal Fakultas Psikologi Jakarta; Salemba Medika.
Universitas Diponegoro.
https://www.google.com/url?q=h 2011. Konsep dan
ttp://ejournal.undip.ac.id/index.p Penerapan Metodologi
hp/psikologi/article/download/29 Penelitian Ilmu Keperawatan
40/2627&sa=U&ei=Dd6sVIrQDp Pedoman Skripsi, Tesis, dan
eSuASNxYDoDw&ved=0CB8Q Instrumen Penelitian
FjAA&usg=AFQjCNEgNDzJnh8 Keperawatan. Jakarta: Salemba
gx_MW3pud05g2gNcpVQ. Medika.
Diakses pada 01 Januari 2015,
pukul 10.00. 2011. Konsep dan
Hidayat.A. 2007. Metode Penelitian Penerapan Metodelogi
Keperawatan Dan Teknik Penelitian Ilmu Keperawatan.
Analisa Data. Salemba Medika: Jakarta: Salemba Medika.
Jakarta.
2007. Metodologi Pratikwo. 2006. Jurnal Promosi
penelitian, Jakarta :Pustaka Kesehatan Indonesia Vol. 1.
pelajar http://www.google.com/url?q=htt
2011. Konsep dan p://ejournal.undip.ac.id/index.ph
Penerapan Metodelogi p/jpki/article/download/2822/250
3&sa=U&ei=HC34VNjxDIbm8A
70

XDiYDADw&ved=0CBkQFjAA&
usg=AFQjCNELYxSbHv0bEWP
hCpFUWHYdUizB2A. Diakses
Pada 05 Maret 2015 pukul
16.30
Ruslan. 2013. Pengaruh Pengetahuan,
Sikap, Persepsi Terhadap
Perilaku.
https://www.google.com/url?q=h
ttp://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2013/12/Pustak
a_Unpad_PENGARUH_-
PENGETAHUAN_-SIKAP_-.
Diakses pada 05 Maret 2015,
pukul 16.00.
Stanley, mickey. Patricia Gauntlet
Beare. 2007. Buku Ajar
Keperawatan Gerontik. Jakarta:
EGC.
Sugiyono. 2007. Statistik Nonparametris
Untuk Penelitian. Bandung. CV
Alfabeta.
Suparyanto. 2009. Kuisioner Skala
KSPBJ-IRS (Kelompok Studi
Psikiatri Biologi Jakarta-
Insomnia Rating Scale).Diakses
tanggal 18 Desember 2014
pukul 19.00 wib.
http://www.sleepnet.com.
Watson, Roger. 2003. Perawatan Pada
Lansia. Jakarta:EGC
Yenny. 2008. National Conference on
Management Research.
https://www.google.com/url?q=h
ttp://asp.trunojoyo.ac.id/wp-
content/uploads/
2014/03/PENGARUH-SIKAP-
TERHADAP-PERILAKU..._Yeni-
Susanti-Tri
Gunarsih.pdf&sa=U&ei=EkP4V
M7ROMS3mAX_koGADw&ved=
0CBkQFjAA&usg=AFQjCNEpY
A-
xYZk74oR1nrLBHmvKDcNz7g.
Diakses tanggal 5 maret 2015
pukul 17.00.

You might also like