You are on page 1of 16

Nama : DIAN MARDIANA

NIM : 1420121115
KELAS B ALIH JENJANG RS SANTO VINCENTIUS

IMPLEMENTASI PELAYANAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA


PASIEN HIPERTENSI DENGAN MODEL TEORI GIBBS

A. DESCRIPTION
Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan ancaman serius dan tantangan
utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) Global Report on Noncommunicable Disease, pada tahun 2014
menjelaskan persentase kematian akibat PTM sebesar 68% dari seluruh kematian di
dunia. WHO memperkirakan kematian akibat PTM akan terus meningkat. Tahun
2030 diprediksi akan ada 52 juta jiwa kematian per tahun karena penyakit tidak
menular
Salah satu PTM yang menjadi permasalahan serius yang ditemukan pada
masyarakat sampai saat ini adalah hipertensi. Hipertensi adalah suatu keadaan ketika
tekanan darah di pembuluh darah meningkat secara kronis. Seseorang dikatakan
hipertensi bila hasil pengukuran tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan
darah diastolik ≥90 mmHg.
Pada saat saya dinas diruangan IGD ada seorang bapak datang bersama
keluarganya mengeluh pusing kuat. Selain itu ia mengatakan kepalanya berat,
tengkuknya sakit, dada terasa berat dan susah tidur. Umur bapak ini baru
36tahun. Ia mengatakan bahwa dia sudah sering seperti ini dan paling parah hari
ini.
Kemudian saya sebagai perawat yang dinas pada saat itu melakukan
anamnesa dan melakukan pemeriksaan TTV. Didapatkan bahwa TD:
180/90mmhg, N : 120x/m, RR : 26x/m, Spo2 : 94%. Keluarga pasien
mengatakan bahwa saudaranya ini baru datang dari kampung ada acara nikahan.
Dan disana minum-minuman arak, tuak dan sebagainya. Kemudian saya
memberi pasien tersebut oksigen 2lpm, mengatur posisi pasien semifowler.
Selanjutnya pasien tersebut merasa mual dan ingin muntah tetapi tidak ada yang
keluar.
Kemudian saya bertanya kepada keluarga yang mengantarnya apakah di
dalam keluarga mempunyai riwayat hipertensi? Kata saudaranya orang tua juga
mempunyai riwayat hipertensi. Kemudian saya bertanya lagi apakah saudaranya
ini sudah tahu kalau dia mempunyai penyakit ini? Kata saudara nya bahwa
pasien tahu dia mempunyai penyakit hipertensi karena saat mau vaksin covid-19
saat di tensi, tekanan darahnya mencapai 190/110 mmhg kemudian vaksinnya
batal diberikan.
Keluarga juga mengatakan bahwa pasien ini mempunyai riwayat merokok
aktif. Karena dia belum menikah jadi hidupnya tidak ada yang mengurusnya.
Sehingga tiap malam kerjanya minum-minuman keras saja.
Setelah saya melakukan anamnesa dan pemeriksaan TTV saya memberikan
hasil anamnesa ke dokter untuk ditindaklanjuti.

B. FEELINGS
Saya merasa kasihan dengan pasien ini karena umurnya masih muda baru
berumur 34tahun sudah terkena hipertensi. Tetapi gaya hidup pasien ini juga
memperberat penyakitnya. Apalagi pasien seorang diri, belum menikah dan tidak
ada yang mengurus.
Saya hanya memberi nasihat kepada pasien ini untuk mengikuti anjuran
dokter ketika berada dan berobat di rumah sakit. Agar penyakitnya cepat sembuh
dan kembali beraktivitas

C. EVALUATION
Setelah dilakukan anamnesa oleh saya dan dokter, kemudian pasien
tersebut dilakukan pemasangan infus dan diberikan obat-obatan. Selanjutnya
pasien tersebut dilakukan EKG dan hasilnya sinus tachicardi.
Kemudian pasien dijelaskan tentang hipertesni dan hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan oleh dokter. Ada beberapa penyebab hipertensi yaitu dari faktor
keturunan, gaya hidup seperti merokok, minum alkohol, minum cafeein dll.
Karena pasien mempunyai riwayat hipertensi dan jarang untuk melakukan
pemeriksaan atau kontrol ke pelayanan kesehatan serta masih menjadi perokok
aktif maka itu yang memicu terjadi nya hipertensi pada pasien apalagi pasien
mempunyai riwayat keturunan hipertensi

D. ANALYSIS THE EXPERIENCE


Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di
negara-negara maju. Berdasarkan data WHO (2013), pada tahun 2008 angka
kematian Penyakit Tidak Menular (PTM) di Indonesia mencapai 647 per
100.000 penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di
Indonesia terdapat 582.300 laki-laki dan 481.700 perempuan meninggal
karena PTM.
Indonesia saat ini sedang mengalami double burden penyakit, yaitu
penyakit tidak menular dan penyakit menular sekaligus. Penyakit tidak
menular utama meliputi hipertensi, diabetes mellitus, kanker, dan penyakit
paru obstruktif kronik (PPOK) (Rensta RI Tahun 2015-2019).
Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang menjadi ancaman
serius kesehatan global maupun nasional. Kedua penyakit tersebut dapat
menyebabkan komplikasi penyakit kronik lainnya dan menyebabkan kematian
apabila tidak kendalikan. World Health Organization (WHO)
memprediksikan kenaikan jumlah pasien diabetes mellitus di Indonesia dari
8,4 juta pada tahun 2000 menjadi 21,3 juta pada tahun 2030
(PERKENI,2015).
Hipertensi merupakan penyakit tidak menular, penyakit degeneratif ini
banyak terjadi dan mempunyai tingkat mortalitas yang cukup tinggi serta
mempengaruhi kualitas hidup dan produktifitas seseorang. Hipertensi sering
diberi gelar The Sillent Killer karena penyakit ini merupakan pembunuh
tersembunyi. Penyakit tekanan darah atau hipertensi telah membunuh 9,4 juta
warga di dunia setiap tahunnya. World Health Organization (WHO)
memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring deng an
jumlah penduduk yang meningkat. Pada tahun 2025 mendatang,
diproyeksikan sekitar 29% warga di dunia terkena hipertensi (WHO, 2013).
Kalimantan Barat memiliki prevalensi 5,5 per 1.000 penduduk. Data
Rumah Sakit Santo Vincentius tahun 2021 penyakit stroke merupakan 5
penyakit terbesar di RS Santo Vincentius dan merupakan 5 penyebab
kematian komplikasi terbesar di RS Santo Vincentius. Menurut Susilo dan
Wulandari (2011), hipertensi disebabkan oleh berbagai faktor yang sangat
mempengaruhi satu sama lain. Kondisi setiap orang berbeda-beda sehingga faktor
penyebab hipertensi orang sangat berlainan. Adapun faktor-faktor penyebab
hipertensi secara umum antara lain faktor genetik,umur, jenis kelamin, stres,
kegemukan (obesitas), perilaku merokok, konsumsi alkohol, konsumsi kafein dan
kurang olahraga.
Pasien yang saya tangani ini memang mempunyai riwayat keturunan
hipertensi. Menurut Novianti (2016) Seseorang dengan kedua orang tua
pengidap tekanan darah tinggi akan memiliki resiko terserang penyakit darah
tinggi dua kali lebih besar dari pada mereka yang tidak memiliki orang tua
dengan darah tinggi atau hanya salah satu yang memiliki sakit darah tinggi.
Jika ibu memiliki hipertensi resiko adalah 50% akan diturunkan kepada
anaknya, sedangkan apabila dalam keluarga yang terkena hipertensi adalah
ayah resikonya sebesar 80% yang akan diturunkan kepada anaknya karena
faktor resiko dalam keluarga tidak dapat dikontrol.
Meski memang fakta dalam sebuah penelitian menunjukkan bahwa
faktor genetik mempunyai peranan resiko yang lebih tinggi terhadap penyakit
hipertensi dibandingkan dengan faktor lingkungan, namun hal tersebut masih
bisa diatasi dengan pengobatan darah tinggi serta mengubah pola hidup
menjadi lebih baik dan lebih sehat dari sebelumnya Sidhi (2011). Alasan
faktor genetik pada penderita hipertensi ini dapat dilihat dari kebiasaan dan
pola hidup yang dijalani cenderung sama dari masingmasing penderita
hipertensi, dikarenakan memang menerapkan gaya hidup, kebiasaan, perilaku
atau mengkonsumsi makanan yang memang sama. Sehingga, hidup sehat
seperti sering menjalankan aktivitas olah raga, tidak makan berlebihan, tidak
memakan makanan yang mengandung lemak, tidak merokok maupun
mengkonsumsi alcohol, merupakan suatu penghindaran diri yang tepat agar
terhindar dari resiko hipertensi meski memang mempunyai riwayat keluarga
yang menderita hipertensi Sidhi (2011).
Selain riwayat keturunan, alkohol juga memicu hipertensi pada
seseorang atau memperparah gejala yang sudah ada. Pasalnya, alkohol dapat
mempersempit pembuluh darah, yang dapat berujung pada kerusakan
pembuluh darah dan organ dalam tubuh. Konsumsi minuman alkohol secara
berlebihan akan berdampak buruk pada kesehatan jangka panjang. Salah satu
akibat dari konsumsi alkohol yang berlebihan tersebut adalah terjadinya
peningkatan tekanan darah yang disebut hipertensi. Alkohol merupakan salah
satu penyebab hipertensi karena alkohol memiliki efek yang sama dengan
karbondioksida yang dapat meningkatkan keasaman darah, sehingga dalah
menjadi kental dan jantung dipaksa untuk memompa Suba (2013).
Keluarga pasien juga mengatakan bahwa pasien mempunyai riwayat
merokok aktif. Sejak muda ia telah menjadi perokok aktif yang mana sehari
bisa menghabiskan 1-1,5 bungkus rokok. Merokok dan hipertensi adalah dua
faktor risiko yang terpenting dalam penyakit aterosklerosis, penyakit jantung
koroner, infark miokard akut, dan kematian mendadak. Merokok telah
menyebabkan 5,4 juta orang meninggal setiap tahun (Gumus et al, 2013).
Pada penelitian yang telah banyak dilakukan, dijelaskan bahwa efek akut yang
disebabkan oleh merokok antara lain meningkatkan denyut jantung dan
tekanan darah dengan adanya peningkatan kadar hormon epinefrin dan
norepinefrin karena aktivasi sistem saraf simpatis. Banyak penelitian juga
mengatakan bahwa efek jangka panjang dari merokok adalah peningkatan
tekanan darah karena adanya peningkatan zat inflamasi, disfungsi endotel,
pembentukan plak, dan kerusakan vaskular (Gumus et al, 2013).
Merokok dapat menyebabkan hipertensi akibat zat-zat kimia yang
terkandung dalam tembakau terutama nikotin yang dapat merangsang saraf
simpatis sehingga memicu kerja jantung lebih cepat sehingga peredaran darah
mengalir lebih cepat dan terjadi penyempitan pembuluh darah, serta peran
karbon monoksida yang dapat menggantikan oksigen dalam darah dan
memaksa jantung memenuhi kebutuhan oksigen tubuh (Sukmana, 2009).
Merokok merupakan salah satu faktor yang bisa diubah, hubungan
rokok dengan hipertensi yaitu nikotin yang menyebabkan peningkatan
tekanan darah karena nikotin didalam rokok diserap pembuluh darah kecil
dalam paru-paru sehingga diedarkan oleh pembuluh darah ke otak, otak akan
beraksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal
sehingga bisa melepas efinefrin (Adrenalin). Hormon yang kuat ini akan
menyempitkan pembuluh darah sehingga jantung dipaksa bekerja lebih berat
dan menyebabkan tekanan darah lebih tinggi. Karbon monoksida dalam asap
rokok menggantikan oksigen dalam darah. Hal ini mengakibatkan tekanan
darah karena jantung dipaksa memompa untuk memasukan oksigen yang
cukup ke dalam organ dan jaringan tubuh (Sriani, 2017). Zat-zat kimia
beracun dalam rokok dapat mengakibatkan tekanan darah tinggi atau
hipertensi. Salah satu zat beracun tersebut yaitu nikotin, dimana nikotin dapat
meningkatkan adrenalin yang membuat jantung berdebar lebih cepat dan
bekerja lebih keras, frekuensi denyut jantung meningkat dan kontraksi jantung
meningkat sehingga menimbulkan tekanan darah meningkat (Aula, 2010)

E. CONCLUSIONS ( WHAT ELSE CAN YOU MAKE OF THE


SITUATION?)
Para peneliti telah membuktikan bahwa angka penderita maupun angka
kematian akibat hipertensi dapat ditekan dengan mengendalikan tekanan
darah. Oleh karena itu, meskipun seorang dokter belum mengetahui secara
pasti penyebab dari hipertensi yang diserita oleh pasien, pengobatan sudah
boleh dilaksanakan. Yang menjadi persoalan adalah kapan saat yang tepat
untuk memulai pengobatan tersebut, mengingat pengobatan pada hipertensi
adalah pengobatan seumur hidup.
Dalam penatalaksaan medis hipertensi esensial dapat dilakukan dengan
menurunkan tekanan darah sampai normal atau sampai level paling rendah
yang masih dapat ditoleransi oleh pasien. Selain itu juga harus diusahakan
mencegah komplikasi yang mungkin timbul akibat hipertensi dan
menormalkan kembali komplikasi yang sydah ada seoptimal mungkin.
Sementara itu dalam penatalaksaan medis hipertensi secara umum sama
pentingnya dengan penatalaksanaan medis hipertensi menggunakan obat-
obatan. Hal ini dimaksudkan untuk mnegurangi faktor resiko terjadinya
peningkatan tekanan darah. Penatalaksaan medis hipertensi tanpa obat-obatan
memiliki manfaat terutama dapat dilakukan pada pengobatan hipertensi
ringan.
Penatalaksaan medis hipertensi Sekunder
Seperti yang telah disinggung diatas, untuk pengobatan hipertensi
sekunder perlu diketahui terlebih dahulu penyebab terjadinya hipertensi.
Penatalaksaan medis hipertsensi sekunder bergantung pada derajat hipertensi
yang diderita oleh pasien. Selain itu adanya faktor resiko lain terhadap
kardiovaskular, ginjal dan penyakit neurologic juga perlu diperthatikan.
Penatalaksaan medis hipertensi juga dapat dilakukan dengan memodifikasi
pola hidup penderita, misalnya dengan menurunkakn berat badan hingga
mencapai berat badan ideal, menghentikan kebiasaan merokok, dan konsumsi
alcohol, rutin berolahraga paling tidak 20 menit sehari, serta asupan nutrisi
≤3g/hari

F. ACTION PLAN ( IF IT ROSE AGAIN WHAT WOULD U DO?)


Hipertensi merupakan kondisi kesehatan yang umum terjadi. Bahkan, kasus
hipertensi terus menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan
data riskesdas dari Kementerian Kesehatan, jumlah kasus hipertensi pada
2018 mencapai 34,1 persen di Indonesia, padahal pada 2013 jumlah kasusnya
hanya mencapai 25,8 persen. Data ini menunjukkan bahwa pencegahan
hipertensi masih sulit dilakukan.
Padahal, mencegah hipertensi perlu dilakukan. Pasalnya, kondisi kesehatan ini
bisa menyebabkan komplikasi hipertensi yang serius, meski tidak memiliki
tanda atau gejala darah tinggi khusus.
1. Mengurangi asupan garam
Salah satu penyebab hipertensi, yaitu asupan garam atau natrium berlebih di
dalam tubuh. Semakin banyak garam yang Anda konsumsi, semakin tinggi
pula risiko mengalami kenaikan tekanan darah.
Selain dari garam dapur atau garam meja, makanan yang mengandung
natrium tinggi di antaranya makanan kaleng, makanan kemasan, makanan
olahan, makanan beku atau makanan yang diawetkan, makanan ringan, serta
makanan cepat saji.
Untuk itu, sebaiknya menghindari makanan-makanan tersebut untuk
pencegahan hipertensi. Bila sangat dibutuhkan, sebaiknya cek label makanan
kemasan yang dibeli dan pilihlah makanan dengan kadar natrium yang rendah.
Namun, sebaiknya memasak makanan sendiri dengan memilih bahan-bahan
yang segar dan menggunakan sedikit garam pada masakan tersebut.
Pengurangan garam pada makanan memang sulit dilakukan. Namun, ini bisa
dilakukan secara perlahan hingga mencapai target penggunaan garam yang di
tentukan.
American Heart Association (AHA) merekomendasikan, sebaiknya
mengonsumsi natrium tidak lebih dari 2.300 mg atau setara dengan satu
sendok teh garam dalam sehari. Dengan cara tersebut, Anda bisa mencegah
hipertensi dan menjaga tekanan darah tetap normal.
2. Konsumsi makanan yang sehat dan bernutrisi
Selain mengurangi asupan garam, pencegahan hipertensi juga perlu diimbangi
dengan mengonsumsi makanan yang sehat dan mengandung nutrisi yang
dibutuhkan oleh tubuh. Untuk memenuhinya, bisa mengikuti panduan diet
DASH. Tidak hanya untuk penderita hipertensi, diet DASH juga bisa di
terapkan untuk mencegah kenaikan tekanan darah pada masa depan. Pasalnya,
seiring pertambahan usia, tekanan darah seseorang cenderung semakin naik
meski tidak memiliki riwayat hipertensi.
Dalam menerapkan pola makan sehat, perlu mengonsumsi makanan rendah
lemak dan kolesterol serta tinggi serat, vitamin, dan mineral. Protein pun
dibutuhkan, tetapi harus tetap memerhatikan kandungan lemak yang rendah.
Adapun mineral yang sangat berperan dalam menjaga tekanan darah adalah
kalium. Kalium dapat menyeimbangkan kadar garam atau natrium di dalam
tubuh Anda, sehingga pencegahan hipertensi pun terjadi.
Kalium dapat ditemukan dalam berbagai makanan penurun darah tinggi,
terutama buah-buahan dan sayuran. Selain kalium, kandungan nutrisi lainnya
yang dibutuhkan untuk menjaga tekanan darah , yaitu kalsium, magnesium,
dan serat. Selain buah dan sayur, bisa memenuhinya dengan mengonsumsi
biji-bijian utuh atau kacang-kacangan.
Jangan lupa juga untuk minum air putih yang cukup sebagai bentuk
pencegahan hipertensi lainnya. Kekurangan cairan berpotensi memengaruhi
jumlah garam di dalam tubuh.

3. Olahraga secara rutin


Olahraga merupakan kebutuhan semua orang karena dapat menjaga kesehatan
tubuh secara menyeluruh, termasuk untuk pencegahan hipertensi. Bahkan,
bagi penderita hipertensi, olahraga dapat mengurangi kebutuhan minum obat
darah tinggi.
Jantung yang kuat pun dapat mencegah kerusakan pada pembuluh darah,
sehingga terhindar dari arterosklerosis atau penyempitan pembuluh darah
akibat penumpukan lemak atau plak di dinding pembuluh darah arteri.
Adapun pembuluh darah yang sehat dapat memperlancar aliran darah dan
menjaga tekanan darah pada level yang normal.
Untuk pencegahan hipertensi dan menjaga tekanan darah tetap normal,
sebaiknya lakukan olahraga selama 30 menit sehari sebanyak lima kali
seminggu. Cara ini sudah cukup untuk mencegah dan mengurangi risiko
terkena hipertensi.
Tak perlu memilih aktivitas yang terlalu sulit, olahraga untuk hipertensi cukup
dilakukan dengan jalan santai, jogging, atau bersepeda. Olahraga aerobik
lainnya, seperti berenang, juga bisa menjadi pilihan untuk dilakukan pada
waktu senggang.
Tidak hanya pada orang dewasa, anak-anak dan remaja pun perlu
membiasakan diri berolahraga rutin. Paling tidak, anak-anak dan remaja perlu
berolahraga selama satu jam setiap hari agar tubuhnya tetap bugar dan
terhindar dari risiko hipertensi.
4. Jaga berat badan ideal
Orang yang memiliki berat badan berlebih atau obesitas berisiko mengalami
hipertensi lebih besar, hingga dua sampai enam kali lipat dibandingkan orang
yang tidak obesitas. Oleh karena itu, menjaga berat badan ideal adalah salah
satu upaya pencegahan hipertensi yang penting.
Berdasarkan situs Obesity Action Coalition, sebanyak 26% kasus hipertensi
pada pria dan 28% pada wanita terkait dengan kelebihan berat badan,
termasuk obesitas.
Hal ini terjadi karena penderita obesitas memiliki jaringan lemak berlebih di
dalam tubuhnya, sehingga resistensi pembuluh darahnya meningkat. Kondisi
tersebut dapat menyebabkan jantung bekerja lebih keras dan tekanan darah
meningkat.
Usahakan untuk menjaga berat badan tetap ideal dengan mengubah gaya
hidup menjadi lebih sehat. Mengonsumsi makanan rendah kalori dan
menerapkan pola makan sehat serta berolahraga rutin, seperti yang telah
dijelaskan di atas, dapat Anda lakukan untuk dapat menjaga berat badan dan
mencegah tekanan darah tinggi.

5. Batasi konsumsi alkohol


Minum alkohol terlalu banyak dan sering dapat meningkatkan tekanan darah
secara drastis. Apabila Anda minum beberapa gelas dalam satu waktu,
tekanan darah Anda naik untuk sementara waktu. Namun, minum terlalu
sering dapat memicu hipertensi dalam jangka panjang.
Tidak hanya itu, alkohol adalah minuman yang mengandung kalori cukup
tinggi. Terlalu sering minum alkohol tentu dapat berakibat buruk pada berat
badan Anda, terutama jika Anda sudah memiliki berat badan berlebih,
sehingga risiko terkena hipertensi pun semakin tinggi.
Oleh karena itu, ada baiknya Anda mengurangi minum alkohol sebagai bentuk
pencegahan terkena hipertensi. Untuk orang dewasa, sebaiknya tidak minum
lebih dari dua gelas sehari. Akan lebih baik lagi jika Anda berhenti minum
alkohol sama sekali

6. Batasi asupan kafein


Selain alkohol, Anda pun perlu membatasi asupan kafein untuk pencegahan
hipertensi. Adapun kandungan kafein dapat ditemukan di berbagai minuman,
seperti kopi, teh, minuman bersoda, dan minuman energi.
Kafein diketahui dapat menaikkan tekanan darah pada sebagian orang,
terutama bagi yang jarang mengonsumsi kopi berkafein. Dilansir dari NHS,
mengonsumsi lebih dari empat cangkir kopi setiap hari dapat menaikkan
tekanan darah.
Oleh karena itu, sebaiknya Anda tidak mengonsumsi minuman berkafein lebih
dari batas tersebut untuk mencegah tekanan darah tinggi. Minumlah teh dan
kopi pada batas yang wajar dan jangan jadikan minuman-minuman tersebut
sebagai sumber cairan utama Anda.
7. Berhenti merokok
Rokok tidak hanya buruk bagi kesehatan paru-paru, tetapi juga dapat
meningkatkan risiko Anda terserang hipertensi dan penyakit jantung.
Nikotin dan kandungan berbahaya dalam rokok lainnya dapat menaikkan
tekanan darah dan denyut jantung dengan cara mempersempit dan
mengeraskan pembuluh arteri Anda (arterosklerosis). Bila ini terus terjadi,
Anda pun lebih berisiko terkena penyakit lainnya, seperti stroke dan serangan
jantung.
Oleh karena itu, Anda perlu menghindari rokok sebagai bentuk pencegahan
terhadap hipertensi. Bila Anda sudah merokok, sebaiknya Anda segera
berhenti merokok mulai dari sekarang. Anda dapat meminta bantuan orang-
orang terdekat atau dokter untuk menghentikan kebiasaan ini.
8. kelola stress
Stres merupakan kondisi yang sangat wajar terjadi pada siapapun. Pada saat
stres, tubuh Anda memproduksi hormon-hormon tertentu yang dapat
mempercepat detak jantung dan mempersempit pembuluh darah, sehingga
tekanan darah pun akan naik. Namun, saat penyebab stres menghilang,
tekanan darah Anda akan kembali normal.
Meski demikian, stres juga dapat menyebabkan hipertensi jangka panjang bila
terus menerus terjadi dan tidak dapat dikendalikan. Oleh karena itu, Anda
perlu mengelola stres dengan baik sebagai cara untuk mencegah hipertensi.
Untuk mengelola stres, Anda perlu mengetahui penyebab stres yang sering
terjadi pada Anda. Hindari dan atasi penyebab stres tersebut agar tidak lagi
berulang pada waktu berikutnya.
Selain itu, lakukanlah hal-hal sehat yang bisa membuat Anda rileks untuk
mencegah tekanan darah tinggi, seperti mendengarkan musik, meditasi, yoga,
atau melakukan hobi Anda. Jika Anda membutuhkan bantuan, jangan ragu
untuk berkonsultasi ke psikolog mengenai masalah-masalah Anda.
9. Tidur yang cukup
Memiliki tidur yang cukup sangat penting untuk kesehatan tubuh secara
keseluruhan. Tidur yang cukup dapat mencegah stres serta menjaga kesehatan
jantung dan pembuluh darah.
Di sisi lain, kurang tidur dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan.
Salah satunya, yaitu kurang tidur dapat menyebabkan hipertensi.
Oleh karena itu, sebaiknya Anda memiliki tidur yang cukup setiap harinya.
National Sleep Foundation merekomendasikan orang dewasa untuk tidur
selama 7-9 jam dalam semalam setiap harinya. Bila kurang dari waktu itu,
risiko munculnya berbagai penyakit, seperti penyakit jantung dan stroke, akan
semakin mudah.
10. Obati penyakit yang Anda alami
Selain menerapkan gaya hidup sehat seperti yang telah dijelaskan di atas,
Anda pun perlu mengobati kondisi medis atau penyakit lain yang Anda derita.
Pasalnya, beberapa kondisi medis atau penyakit tertentu dapat menyebabkan
hipertensi, yaitu jenis hipertensi sekunder.
Beberapa kondisi medis yang dapat menyebabkan hipertensi, seperti
obstructive sleep apnea (OSA), diabetes, penyakit ginjal, masalah pada
kelenjar adrenal, dan lainnya yang menyebabkan hipertensi sekunder.
Bila ini terjadi pada Anda, sebaiknya lakukan pemeriksaan secara rutin sesuai
saran dari dokter. Lakukan juga perawatan dan penanganan kondisi medis
tersebut sesuai ketentuan yang dokter berikan, agar kondisi medis yang Anda
derita tidak semakin parah dan tidak berkembang ke hipertensi.
Selain itu, Anda pun perlu berhati-hati bila ingin mengonsumsi obat.
Pasalnya, beberapa obat, seperti pil KB, merupakan penyebab hipertensi
sekunder lainnya.
Selalu konsultasikan dengan dokter Anda bila perlu mengonsumsi obat
tertentu. Selain itu, hindari pula obat-obatan terlarang, seperti kokain, untuk
pencegahan hipertensi.
11. Cek tekanan darah secara berkala
Hal penting lainnya yang perlu Anda lakukan untuk mencegah tekanan darah
tinggi, yaitu cek tekanan darah secara rutin dan berkala. Dengan demikian,
Anda dapat mengetahui apakah tekanan darah Anda normal atau tidak.
Pasalnya, tekanan darah tinggi atau hipertensi tidak memiliki gejala khusus.
Cek tekanan darah merupakan satu-satunya cara untuk mengetahui apakah
Anda memiliki hipertensi atau tidak.
Adapun tekanan darah yang tergolong normal, yaitu berada di bawah 120/80
mmHg, sedangkan yang tergolong hipertensi bila mencapai 140/90 mmHg
atau lebih. Namun, bila hasil tekanan darah Anda di antara 120-139/80-89
mmHG, ini tandanya Anda mengalami prehipertensi.
Prehipertensi sangat mungkin menyebabkan hipertensi bila tidak dikontrol.
Jika ini terjadi pada Anda, Anda dapat segera melakukan perubahan gaya
hidup untuk menurunkan tekanan darah dan mencegah kenaikan tekanan
darah semakin tinggi.
Lalu, seberapa sering cek tekanan darah harus dilakukan? Cek tekanan darah
secara rutin sebaiknya dilakukan sejak usia tiga tahun. Siapapun yang berusia
di atas tiga tahun perlu melakukan cek tekanan darah paling tidak satu kali
dalam setahun.
Cek tekanan darah bisa lebih sering bila Anda memiliki faktor risiko dari
genetik atau keturunan, prehipertensi, atau bahkan sudah hipertensi, untuk
mencegah tekanan darah semakin tinggi. Tanyakan pada dokter untuk
mengetahui seberapa sering Anda perlu cek tekanan darah sesuai dengan
kondisi Anda.
Cek tekanan darah dapat dilakukan di beberapa tempat. Selain di klinik atau
rumah sakit, cek tekanan darah dapat dilakukan di apotek yang memiliki alat
tensimeter digital atau di rumah dengan alat tensimeter yang Anda beli.
Tanyakan pada dokter atau perawat tentang memeriksa tekanan darah di
rumah dan seberapa sering Anda perlu melakukannya.
DAFTAR PUSTAKA
Aula, L. Ellizabet (2010). Stop Merokok. Jogjakarta : Gara Ilmu.
Irwan. (2018). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta :
Depublish
Komaling, J., Suba, BT, dan Wongkar, D. Hubungan mengkonsumsi
alkohol dengan kejadian hipertensi pada laki-laki di Desa Tompasobaru II
Kecamatan Tompasobaru Kabupaten Minahasa Selatan. E-jurnal
keperawatan. 2013; 1:1-7.
Novianti, H.2016. Pengaruh Usia dan Paritas terhadap Kejadian Pre
Eklamsi di RSUD Sidoarjo. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 9 No 1, Februari
2016 hal 25-31.
Sulastri .D, & Sidhi. 2011. Faktor Resiko Hipertensi pada Siswa SMU
Adabiah di Kota Padang. Majalah Kedokteran Andalas No.2 Vol 35, Juli-
Desember
Sriani, I. K. (2017). Hubungan Antara Perilaku Merokok Dan
Kebiasaan Olahraga Dengan Hipertensi Pada LakiLaki Usia 18-44 Tahun.
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas
Lambung Mangkurat.
Ngatminah, 2007. Beberapa Faktor Resiko Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Dewasa di Balai Pegobatan Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007. Tesis Program Pasca Sarjana
Universitas Muhammadiyah Semarang. http://digilib.unimus.ac.id
Sukmana, Teddie. (2009). Mengenal Rokok dan Bahayanya. [Ebook]

You might also like