You are on page 1of 6

HUBUNGAN TINGKAT

AKTIVITAS FISIK TERHADAP Kata kunci : Lansia, aktivitas fisik, cardiorespirasi


fitness
CARDIORESPIRASI FITNESS
MENGGUNAKAN PHYSICAL
ACTIVITY SCALE FOR ELDER ABSTRACT
DAN SIX MINUTE WALKING
Ageing is one of the most influencing factor that led
TEST PADA LANSIA DI BR. change in our body, in average the change in every
MENGESTA, PENEBEL, person will be different one and other, change in
TABANAN cardiorespiratory is one of physiology change that
could happen in elder. Change in cardiorespiratory
could be from decrease of maximal heart rate,
I Wayan Agus Pratama Abadi1, Antonius thickening of blood vessel and decrease of blood
Tri Wahyudi2, Indah Pramita3 vessel ability to contractile, all this change will led
1,2,3
Program Studi Fisioterapi, Fakultas Ilmu into decrease in cardiorespiratory fitness in elder,
Kesehatan Sains dan Teknologi, Universitas decrease in physical activity also led into decrease
Dhyana Pura cardiorespiratory fitness that could increase chance
1
Email : : aguspratama@gmail.com of healthy problem. Purpose of this research is to
2
Email : triwahyudi@undhirabali.ac.id know relation between physical activity and
3
Email : indahpramita@undhirabali.ac.id cardiorespiratory fitness in elder that live in Br
mengesta, Desa Mengesta, Kecamatan Penebel. The
ABSTRAK method of this research is cross sectional simple
correlation, sample in this research is 38 people that
Bertambahnya usia adalah hal utama yang collected from slovin formulation. Cardiorespiratory
mempengaruhi perubahan dari seluruh sistem tubuh fitness measured by six minute walking test and
kita, rata-rata perubahan dari setiap individu akan physical activity measured by physical activity scale
berbeda dengan individu lainnya. Salah satu for elder. After data was collected and proceed with
Perubahan fisiologis yang terjadi pada lansia adalah pearson product moment test score of significance is
pada sistem cardiorespirasi. Perubahan pada sistem 0,000 this score show there is relation between the
cardiorespirasi dapat diakibatkan oleh penurunan two variable, score of correlation pearson is 0.997
denyut nadi maksimal, penebalan pembuluh darah, this score show relation between these variable is
penurunan pada kemampuan kontraktil pembuluh very strong.
darah perubahan inilah yang mengakibatkan
penurunan pada cardiorespirasi fitness pada lansia.
Selain itu aktivitas fisik merupakan salah satu faktor
yang dapat mengakibatkan penurunan Keyword : elder, cardiorespiratory fitness,
cardiorespirasi fitness, penurunan aktivitas fisik physical activity
akan meningkatkan potensi untuk terjadinya
penurunan cardiorespirasi fitness yang dapat 1. PENDAHULUAN
menimbulkan gangguan kesehatan. Tujuan Bertambahnya usia adalah hal utama
penelitian ini untuk mengetahui bagaimana
yang mempengaruhi perubahan dari seluruh
hubungan tingkat aktivitas fisik terhadap
cardiorespirasi fitness pada lansia di Br. Mengesta, sistem tubuh kita, rata–rata perubahan dari
Desa Mengesta, Kecamatan Penebel. Pada penelitian setiap individu akan berbeda dengan
ini menggunakan metode cross sectional korelasi individu lainnya, namun perubahan ini tidak
sederhana, sampel pada penelitian ini adalah lansia dapat dihindari karena merupakan proses
berjumlah 38 orang yang didapatkan dari rumus
daur kehidupan (Gunccione, 2011:34).
slovin, pengukuran cardiorespirasi fitness
menggunakan six minute walking test dan proses penuaan merupakan hal yang akan
pengukuran tingkat aktivitas fisik menggunakan dialami oleh setiap orang, diikuti oleh
physical activity scale for elder. Setelah dilakukan perubahan-perubahan fisiologis yang tiap
uji pearson product moment pada data hasil individu dengan individu lain akan berbeda.
penelitian didapatkan nilai signifikansi 0,000 yang
Seiring pertambahan usia pada lansia akan
menandakan terdapat hubungan antara kedua
variabel dan nilai correlation pearson 0,997 yang terjadi perubahan fisiologis yang dialami
berarti nilai korelasi dari kedua variabel sangat kuat oleh lansia, menurut Amarya et al, (2018:5-
sekali. 9) perubahan fisiologi pada lansia dibagi
menjadi tiga yaitu perubahan pertama pada

1
sistem neurologis,Perubahan yang kedua 2.2 Uji Normalitas dengan Shapiro Wilk
penurunan pada massa otot dan kepadatan Test
tulang, Perubahan ketiga pada komposisi Data yang telah diperoleh kemudian
tubuh dilakukan uji normalitas untuk
Pengukuran cardiorespirasi fitness dapat mengetahui distribusi data
diketahui melalui six minute walking test, Stat N Sig
tes ini mengukur berapa jarak yang Keseimbangan
didapatkan ketika berjalan selama 6 menit Pretest .928 15 .251
dalam lintasan sepanjang 30 meter (ATS, Post test .948 15 .489
2002:111). Untuk mengetahui tingkat Kec.Berjalan
keaktifan dari lansia kita dapat Pretest .946 15 .463
menggunakan Physcial activity for eldery Post test .913 15 .152
Menurut Bolzak et al, (2014:2) physical Berdasarkan uji shapiro wilk test
activity scale for elderly (Pase) merupakan didapatkan nilai signifikan pretest
kuesioner yang khusus dibuat untuk lansia, keseimbangan 0,251 dan nilai signifikan
kuesioner ini mengukur intensitas, keseimbangan post test 0,489 sedangkan
frekuensi, dan durasi aktivitas fisik nilai signifikan kecepatan berjalan
2. METODE pretest adalah 0,463 dan nilai signifikan
Rancangan penelitian ini adalah cross kecepatan berjalan post test adalah
sectional korelasi sederhana dengan satu 0,152. Berdasarkan uji normalitas nilai
variabel independen dan satu variabel signifikan seluruh data di atas 0,05
dependen. Pengukuran Vo2max sehingga dikatakan data keseimbangan
menggunakan six minute walking test dan kecepatan berjalan berdistribusi
sedangkan aktifitas fisik menggunakan normal.
physical activity scale.. Kriteria sampel 2.3 Uji Paired-Sample T Test
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji paired-Sample T Test dilakukan
yang berumur 56-65 tahun, pada data hasil penelitian yang memiliki
HASIL PENELITIAN hasil uji normalitas data yang
2.1 Analisis Statistik Deskriptif berdistribusi normal. Uji paired-sample t
Dalam penelitian ini penyajian test bertujuan untuk mengetahui ada atau
data dalam analisis statistik deskriptif tidaknya perbedaan nilai rata-rata pada
ditunjukan melalui nilai mean, nilai data yang diambil saat pre test dan post
minimum dan nilai maksimum. test.
Berdasarkan tabel diatas,
menunjukan bahwa nilai keseimbangan
sebelum latihan yaitu nilai minimum T Df Sig.
adalah 15,2 detik, nilai maksimum 16,4 (2-tailed)
detik, rata-rata 15,78 detik dan Keseimbangan
keseimbangan sesudah latihan dengan Pretest
23.421 14 .000
nilai minimum keseimbangan adalah 12 Post test
detik, nilai maksimum 13,8 detik, rata- Kec.Berjalan
rata 12,94 detik. Sedangkan, kecepatan Pretest -
14 .000
berjalan sebelum latihan dengan nilai Post test 13.908
minimum adalah 0,66 m/detik, nilai Berdasarkan tabel diatas
maksimum 0,78 m/detik, rata-rata menunjukan nilai rata-rata pretest
0,72m/ detik dan kecepatan berjalan untuk keseimbangan 15,78 detik dan
sesudah latihan dengan nilai minimum nilai post test keseimbangan 12,94
adalah 0,83 m/detik, nilai maksimum 1 detik serta nilai kecepatan berjalan
m/detik, rata-rata 0,89 m/detik. pretest 0,72 m/detik dan nilai
kecepatan berjalan post test 0,89

2
m/detik dari jumlah sampel sebanyak overweight memiliki rata-rata nilai
15 orang. Nilai signifikansi dari data keseimbangan 15,6 detik. Berdasarkan
nilai keseimbangan dan kecepatan data tersebut dapat disimpulkan tidak
berjalan diperoleh 0,000 yang artinya ada perbedaan yang terlalu jauh antara
terdapat peningkatan nilai rata-rata sampel yang memiliki kategori IMT
yang signifikan antara nilai pretest dan normal dan overweight.
nilai post test. Kemudian, lanjut usia yang
memiliki jumlah gigi asli sama atau lebih
3. PEMBAHASAN dari 20 gigi, hal ini berkaitan dengan
3.1 Karakteristik Sampel kemampuan proprioceptive pada
Sampel yang berumur 65 – 75 tahun, mandibula yang akan memberikan
hal ini dikarenakan memasuki umur stabilitas postur kepala ketika menjaga
tersebut mulai mengalami penurunan keseimbangan dalam melakukan
keseimbangan. Menurut Guccione (2012 aktivitas berjalan, ketika berjalan terjadi
:331) menyatakan bahwa 30% sampai pergerakan pada kepala yang
40% seseorang lanjut usia dengan umur membutuhkan stabilitas postur kepala
65 - 75 tahun mengalami penurunan yang baik, stabilitas postur kepala yang
keseimbangan sehingga memiliki resiko baik didapatkan dari proprioceptive pada
terjatuh setiap tahunnya. Berdasarkan mandibula. Menurut Kohli et al (2018 :
hasil penelitian yang didapatkan sampel 2-4) lansia yang memiliki jumlah gigi ≤
berumur 65-75 tahun setelah dilakukan 19 memiliki resiko terjatuh lebih tinggi
pengukuran keseimbangan memiliki dibandingkan lanjut usia dengan jumlah
rata-rata nilai keseimbangan 15,78 detik gigi 20 atau lebih. Penurunan jumlah gigi
yang menandakan dibawah kategori akan berhubungan dengan penurunan
normal. kemampuan proprioceptive tubuh.
Selanjutnya, sampel yang memiliki Proprioceptive pada mandibula
IMT dalam kategori normal dan dipengaruhi oleh otot-otot mengunyah
overweight, hal ini dikarenakan dan ligamen dentoalveolar yang akan
seseorang dengan IMT obesitas memberikan input sensorik menuju
mengalami kesulitan dalam menjaga sistem saraf pusat untuk menjaga
stabilitas ketika bergerak akibat beban stabilitas postur kepala. Perubahan
tubuh yang berlebih sedangkan ketika mengunyah akibat penurunan
seseorang dengan IMT underweight jumlah gigi akan menyebabkan
berkaitan dengan kekuatan otot gangguan pada sistem proprioceptive
ekstrimitas bawah yang lebih lemah, hal yang akan berdampak pada tubuh dalam
ini sesuai dengan pernyataan Valentina menjaga keseimbangan.
dkk (2019 : 60-61) bahwa seseorang 3.2 Pengaruh Square Stepping Exercise
lanjut usia yang memiliki kategori IMT terhadap Keseimbangan
obesitas dan underweight memiliki Latihan keseimbangan Square
keseimbangan yang buruk. Kategori Stepping Exercise (SSE) merupakan
obesitas memiliki hubungan terhadap jenis latihan dengan berjalan dan
terbatasnya menjaga stabilitas postural. mengikuti beberapa pola melangkah
Sedangkan, lanjut usia yang memiliki (Fisseha et al , 2017 : 23). Melakukan
kategori IMT underweight berkaitan gerakan melangkah dan menghafal pola
dengan kejadian sarcopenia. gerakan akan menyebabakna kontraksi
Berdasarkan data yang telah didapatkan otot-otot ekstrimitas bawah sehingga
sampel yang memiliki IMT kategori terjadi peningkatan kekuatan otot serta
normal memiliki rata-rata nilai peningkatan dalam proses mengolah
keseimbangan 15,8 detik sedangkan informasi, menurut Vinita et al
sampel yang memiliki IMT kategori (2016:129-133) menyatakan bahwa,

3
melakukan gerakan melangkah akan penghambatan dari mekanisme refleks
mengaktivasi otot-otot agonis dan dari Golgi Tendon organ (GTO). Refleks
antagonis secara bersamaan pada GTO yang merupakan batasan kontraksi
ekstrimitas bawah untuk berkontraksi otot dicegah oleh inhibitor pada saraf
sehingga peningkatan kekuatan otot motorik untuk mengurangi batasan
dapat meningkatkan keseimbangan. kontraksi maksimal sehingga terjadinya
Serta menurut Nokham dan Kitisri ( peningkatan kekuatan otot (Plowman
2017 : 189) melakukan gerakan dan Smith, 2014 : 575-577). Gerakan
melangkah dengan menghafal pola melangkah juga dapat meningkatkan
tertentu akan meningkatkan kecepatan sistem sensorik pada tubuh, seperti
memproses informasi pada otak yang sistem visual, vestibular dan
akan menunjukan kecepatan dalam somatosensorik hal ini dapat terjadi
melangkah. Dalam penelitian ini karena, terdapat unsur melihat batasan
menggunakan dosis SSE dengan garis pada landasan SSE, pergerakan
menggunakan 2 pola pergerakan dan atau perubahan posisi kepala yang dapat
masing-masing pola dilakukan 10 kali melatih vestibular serta perubahan dari
repitisi yang dilakukan 2 kali pertemuan posisi sendi dan adanya kontraksi otot
tiap minggu dalam waktu 4 minggu. Pola yang dapat meningkatkan fungsi dari
pergerakan yang pertama adalah berjalan somatosensorik (Nokham dan Kitisri,
melangkah kedepan dengan 2017:189).
menggunakan 2 baris yang berada di Gerakan melangkah dengan
tengah dan lurus ke depan sampai ke menghafal pola pergerakan juga dapat
baris terakhir yang dilakukan pada meningkatkan kemampuan kecepatan
minggu pertama dan minggu kedua. proses informasi pada otak sehingga
Sedangkan, pola pergerakan yang kedua menunjukan kecepatan dalam
adalah diawali pada 2 kotak baris di melangkah sehingga dapat membantu
tengah kemudian berjalan melangkah ke menjaga keseimbangan ketika ketika
depan ditambah ke samping kanan dan terpleset atau memiliki resiko untuk
kiri kemudian kembali ke baris tengah jatuh. Secara fisiologi menurut Teixeira
yang dilakukan pada minggu ketiga dan et al (2013 : 152) melakukan SSE
keempat. membutuhkan konsentrasi yang akan
Ketika melakukan kontraksi otot, melatih daya ingat dan perencanaan
akan terjadi pemendekan pada serabut untuk dapat menyelesaikan latihan
otot yang didukung oleh energi atau dengan benar. Selain itu, SSE juga
Adenosin Trifosfat (ATP), ion kalsium meningkatkan sintesis neurotransmitter
serta protein assesori lainnya sehingga asetilkolin yang berperan sebagai sinyal
otot dapat memendek dan relaksasi yang penghantar informasi sehingga
memungkinkan kita dapat bergerak. meningkatkan kecepatan mengolah
Aktivitas otot untuk kontraksi dan informasi pada otak serta brain derived
relaksasi juga dikontrol oleh saraf serta neurotrophic factors (BDNF) yang
memerlukan suplai oksigen dan nutrisi berperan sebagai protein untuk
secara terus menerus (Saryono, 2011: 2- menghambat neurodegeneratif yang
3). Kontraksi otot yang dilakukan terus terdapat pada otak dan saraf perifer.
menerus akan meningkatkan kekuatan 3.3 Pengaruh Square Stepping Exercise
otot, hal ini dapat terjadi karena adanya Terhadap Kecepatan Berjalan
adaptasi neurological yang Melakukan latihan SSE dapat
menyebabkan perubahan berupa meningkatkan kecepatan berjalan, hal ini
peningkatan kinerja ujung saraf pada dikarenakan gerakan melangkah yang
otot (neuromuscular junction), dilakukan dalam SSE mengkontraksikan
peningkatan aktivasi motor unit dan grup otot pada ekstrimitas bawah

4
sehingga terjadi peningkatan kekuatan Berdasarkan hasil penelitian yang telah
otot ekstrimitas bawah. Peningkatan dilakukan pada lanjut usia berumur 65-75
pada grup otot ekstrimitas bawah tahun di Klinik Pratama Sadajiwa dapat
tersebut juga merupakan salah satu disimpulkan bahwa perbaikan
komponen pembentuk dari kecepatan keseimbangan menunjukan peningkatan
berjalan, hal ini juga sesuai dengan kecepatan berjalan setelah diberikan
pernyataan menurut Choi dan Kim pelatihan keseimbangan yang efektif pada
(2015:141) bahwa latihan peningkatan lanjut usia di Klinik Pratama Sadajiwa.
kekuatan otot ekstrimitas bawah dapat
meningkatkan jumlah langkah dan DAFTAR PUSTAKA
kecepatan ketika berjalan, serta latihan
berjalan dengan mengubah-ubah arah Bhanusali, Harshika.et al .,2015.
juga dapat mempertahankan kemampuan Comparative Study On The Effect Of
menjaga keseimbangan dan juga Square Stepping Exercise Versus
menjaga kecepatan berjalan tetap stabil. Balance Training Exercise On Fear
4.4 Pengaruh Keseimbangan Terhadap Of Fall And Balance In Elderly
Kecepatan Berjalan Population. International Journal Of
Perubahan dari keseimbangan dapat Physiotherapy and Research, 4 (1),
mempengaruhi kecepatan berjalan hal hal 1352-1359.
itu dikarenakan komponen utama DOI:http://dx.doi.org/10.16965/ijpr.2
penyusun dari keseimbangan dan 015.206
kecepatan berjalan adalah sistem saraf Brach, Jennifer dan Van Swearingen, 2013.
yang terdiri dari visual, vestibular, Intervention to Improve Walking in
somatosensorik dan sistem saraf pusat Older Adults. Current Translation
serta kekuatan otot ekstrimitas bawah. Geriatric and Gerontology, vol 2(4)
Hal ini sesuai dengan yang dikatakan hal 1-6. Doi:10.1007/s13670-013-
oleh Samah et al (2015:2) yang 0059-0
menyatakan bahwa aktivitas berjalan
dan keseimbangan dibentuk oleh Choi, Jung-Hyun dan Nyeon-Jun Kim,
integrasi komponen sistem dalam tubuh 2015. The Effect of Balance Training
yang sama yaitu neuromuskuloskeletal and Ankle Training on the Gait of
sistem, sehingga kecepatan berjalan juga Elderly people who have Fallen.
dapat digunakan untuk mengidentifikasi Journal Physical Therapy Science,
keseimbangan pada lanjut usia. vol 27(1) hal: 139-142
Menurunnya kecepatan berjalan pada Fisseha, Berihu, et al , 2017. Effect of
lanjut usia dapat disebabkan oleh square stepping exercise for older
menurunnya kekuatan otot ekstrimitas adults to prevent fall and injury
bawah serta lambatnya pemrosesan related to fall: systematic review and
informasi ketika berjalan (Brach, 2013 : meta-analysis of current evidences.
3). Menurut Choi dan Kim (2015:141) Journal of Exercise rehabilitation,
latihan peningkatan kekuatan otot 13[1], hal 23 – 29. https://doi.org
ekstrimitas bawah dapat meningkatkan /10.12965/jer.1734924.462
jumlah langkah dan kecepatan ketika Guccione, Andrew A., et al .2012. Geriatric
berjalan, serta latihan berjalan dengan Physical Therapy Third Edition. St.
mengubah-ubah arah juga dapat Louis, Missoruri : Elsivier Mosby
mempertahankan kemampuan menjaga
keseimbangan serta menjaga kecepatan Hafstrom, Anna,et al , 2016. Improved
berjalan tetap stabil. Balance Confidence and Stability for
Elderly After 6 Weeks of a
4. KESIMPULAN Multimodal Self-Administered

5
Balance-Enhancing Exercise Saryono, 2011. Biokimia Otot. Yogjakarta :
Program: A Randomized Single Arm Nuha Medika
Crossover Study. Gerontology and
Geriatric Medicine, 2, hal 1 – 13. Teixeira, Camila Vieira Ligo, et al , 2013.
DOI: 10.1177/233372141 6644149 Effect of Square-stepping Exercise
and Basic Exercise on Functional
Kohli, Shivani, 2018. Teeth and Covariates: Fitness of Older Adults. Geriatric
Association with Risk of Falls. Gerontology International, 13. hal.
International Journal of Dentistry, 842 – 848. Doi: 10.1111/ggi.12011
7(2). Hal 1 – 6. http://doi.org/10.1155
/2018./7127209 Teixeira, Camila Vieira Ligo, et al ., 2013.
Effect of Square-stepping exercise on
Lescher, P., 2014. Patologi untuk cognitive functions of older people.
Fisioterapi. Jakarta : Buku Japanese Psychogeriatrics Society,
Kedokteran EGC 13, hal 148-156. DOI :
10.1111/psyg.12017
Mona et al , 2018. Effect Square Stepping
Exercise versus Swiss Ball exercise Valentina, Natasya dkk, 2019. Correlation
on balance in institutionalized elderly Of Lower Limb Muscles And Body
population. International Journal of Mass Index With Body Balance In
Multidisciplinary Education and The Elderly. Fol Med Indonesia, vol
Research, 3(3). Hal. 46 – 51. 55(1),hal :58–62. Doi:
http://dx.doii.org/10.20473/fmi.v55il.
Nokham, R., & Kitisri, C. [2017]. Effect of 12559
square-stepping exercise on balance
in older adults : A systematic review Vinita, Sharma et al, 2016. Effect of Square
and meta-analysis. Journal Stepping Exercise versus Strength
Physiology Fitness Sport Medicine, and Balance Training on Balance and
6[3] hal 183–190. Risk of Fall in Elderly Population.
https://doi.org/10.7600/jpfsm.6.183 Journal of Physiotherapy, vol 130,
hal 127-134.
Panse, R., Jain, S., Yeole, U., Gharote, G., Doi:50193054D829602042016
Kulkarni, S., Pawar, P. Vidyapeeth,
T. M. [2017]. Effect of square
stepping exercise on cognition and
risk of fall in overweight and obese
elderly females, 4[1], 117–120.
http://www.allsubjectjournal.com/do
wnload/2820/4-1-57-214.pdf
Plowman, Sharon dan Denise Smith, 2014.
Exercise Physiology. Philadhelpia :
Wolters Kluwer
Samah, Zunaidah, et al, 2015. Can Gait
Speed test be used as a falls risk
screening Tool in Community
Dwelling Older Adults? A review.
Polish Annals of Medicine, vol 117
hal 1-6. http://dx.doi.org/10.1016/j.po
med.201504.007

You might also like