You are on page 1of 5

95

•/Z [ ,, Volume 39 Nomor 3, Oktober 2014 Halaman 95-99 ISSN ELEKTRONIK 2355-3545

PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM PADA BERBAGAI


KOMPOSISI MEDIA TANAM

(Growth and Yield of Oyster Mushrooms In Various Composition of Planting Media)

Nurul Istiqomah dan Siti Fatimah


Program Studi Agroteknologi Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Amuntai
Jl. Bihman Villa No. 07B Amuntai Email : qoqom_81@yahoo.com

ABSTRACT
Oyster mushrooms usually can growth at any planting medium, are naturally like wood of tree
or another medium, such as sawdust, straw, groundsel, waste of sugar cane. That sawdust or straw
still need to added with other material, like ricebran, limestones, gypsum, etc. The composition of
medium have various formulation. Everyone who cultivate of oyster have special composition for their
medium that made from their personal research, e.g the secret of base material, suplement material, and
the precisely of mixing. This research has the purpose of (i) knowing of growth and yield of oyster
mushroom at various of composition of growing media, and (ii) obtain the best composition of growing
media. The research was conducted in the Village of Banjang, Districts of Banjang , HSU and started
from March 2012 to June 2012, using a Completely Randomized Design (CRD) one factor. Factors
tested were composition of planting media (sawdust : rice bran : limestone : gypsum), ie k1 = 90% :
7,5% : 2% : 0,5%, k2 = 80% : 15% : 4% : 1%, k3 = 70% : 22,5% : 6% : 1,5%, k4 = 60% : 30% : 8% :
2% dan k5 = 50% : 37,5% : 10% : 2,5%. The results showed that the composition of planting media
determine of growth and yield of oyster mushroom and the composition of planting media that showing
of the best of growth and yield is k3.

Key words: Oyster mushrooms, sawdust, rice bran, limestone and gypsum

PENDAHULUAN (Norman dan Kahar, 1990 dalam Shifriyah,


Jamur tiram umumnya dapat tumbuh di 2012). Jamur tiram putih tumbuh secara
berbagai media, baik yang secara alami (batang saprofit pada kayu lapuk atau kayu yang sedang
pohon berkayu) maupun media lain, seperti mengalami proses pelapukan. Jamur tiram putih
serbuk kayu, jerami padi, alang - alang, ampas dapat ditumbuhkan pada serbuk gergaji dan
tebu, kulit kacang, dan bahan media lainnya. jerami, atau pada bahan lain yang mengandung
Bahan baku media serbuk kayu maupun jerami selulosa dengan nilai C/N > 50 (Wahyudi, 2002
padi itu sendiri masih ditambah formula lain, ; Ambarwati, 1991; Zadrazil ; 1978 dalam
yang umumnya terdiri atas bekatul, kapur, gips Shifriyah, 2012).
dan bahan lainnya (Soenanto, 2000). Jamur tiram memerlukan nutrisi yang
Selain itu jamur tiram tumbuh pada relatif mudah diserap, media tumbuh yang kaya
tempat-tempat yang cukup mengandung karbon vitamin,mineral untuk memenuhi aktivitas
dalam bentuk karbohidrat dan cukup metabolisme selnya. Suplemennya juga relatif
mengandung nitrogen dalam bentuk garam murah dan mudah disediakan sendiri oleh
amonium yang akan di ubah menjadi protein pembudidaya jamur. Sejauh ini pemanfaatan
96
•/Z [ ,, Volume 39 Nomor 3, Oktober 2014 Halaman 95-99 ISSN ELEKTRONIK 2355-3545

limbah pertanian yang potensial layak sebagai METODE PENELITIAN


media untuk budidaya jamur pangan semakin
terbatas karena teknologi pemanfaatan sudah Penelitian ini dilakukan di Desa
semakin berkembang maju. Untuk itu, perlu dicari Banjang Kecamatan Banjang Kabupaten Hulu
limbah pertanian potensial yang dapat digunakan Sungai Utara Provinsi Kalimantan Selatan,
sebagai alternatif media tumbuh (Sutarman, pada bulan Maret 2012 sampai dengan bulan
2012). Juni 2012.
Serbuk kayu merupakan limbah produsen Bahan yang digunakan adalah bibit
atau perusahaan penggergajian kayu yang jamur tiram, media tanam, air, kantong plastik,
jumlahnya cukup melimpah serta alkohol, potongan pipa paralon, spritus, kertas
penggunaannya masih sangat kurang optimal. koran, karet gelang, dan kayu. Adapun alat
Untuk mengurangi tingkat pencemaran yang yang digunakan adalah ayakan, sekop, gergaji
tinggi serbuk kayu dapat dimanfaatkan agar kecil,neraca rumah tangga/ neraca buah, ember,
mempunyai nilai ekonomis, yakni sendok, piring kecil, drum, lampu Bunsen,
menjadikannya sebagai media tanam bagi kubung jamur, thermometer bola basah-bola
tumbuhan jamur (Muchroji & Cahyana, 2010). kering, handsprayer, penggaris, alat tulis, dan
Bekatul atau dedak padi merupakan hasil kamera.
sisa penggilingan padi. Digunakan sebagai Rancangan disusun dan dilaksanakan
bahan tambahan media tanam yang berfungsi dengan menggunakan Rancangan Acak
sebagai nutrisi dan sumber karbohidrat, karbon Lengkap (RAL), dengan perlakuan adalah
dan nitrogen. Bekatul juga kaya akan vitamin B komposisi media tanam (serbuk kayu : bekatul :
kompleks, merupakan bagian yang berperan kapur : gips) yang terdiri dari 5 taraf, yaitu :
dalam pertumbuhan dan perkembangan k1 = 90%: 7,5% : 2%: 0,5%,
miselium jamur serta berfungsi juga sebagai k2 = 80% :15% : 4%: 1%,
pemicu pertumbuhan tubuh buah (Soenanto, k3 = 70% : 22,5%: 6%: 1,5%,
2000).Pada budidaya jamur, kapur juga k4 = 60%: 30% : 8%: 2%,
diperlukan karena berfungsi sebagai pengatur k5 = 50%: 37,5%: 10%: 2,5%.
pH (keasaman) media tanam dan sebagai Keseluruhan percobaan sebanyak 20 satuan
sumber kalsium (Ca) yang dibutuhkan untuk percobaan, setiap percobaan terdiri dari 3 bag
pertumbuhan jamur. Kapur yang digunakan log sampel yang diamati.
sebagai bahan campuran media adalah kapur Pengamatan dilakukan terhadap peubah
pertanian yaitu kalsiumkarbonat (CaCO3) atau waktu tumbuh badan buah jamur tiram, jumlah
kapur bangunan (Sunarmi&Saparinto, 2010). badan buah jamur tiram, jumlah tudung buah,
Formulasi komposisi media baglog berat basah jamur tiram, dan diameter
bermacam - macam. Setiap pembudidaya maksimal tudung jamur. Data disajikan dan
jamur tiram memiliki komposisi media yang dibahas dalam bentuk statistik deskriptif,
khas dari hasil penelitian pribadi, misalnya karena tidak memenuhi kaidah untuk di analisis
rahasia bahan dasar, bahan tambahan, serta menggunakan uji F (analisis varians).
ketepatan campurannya (Warisno & Dahana,
2010). HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan pengamatan selama
penelitian maka didapatkan data hasil penelitian
sebagimana Tabel 1 berikut ini.
97
•/Z [ ,, Volume 39 Nomor 3, Oktober 2014 Halaman 95-99 ISSN CETAK 1412-1468

Tabel 1. Data hasil penelitian untuk semua peubah pengamatan


Waktu Tumbuh Jumlah Tudung Diameter
Jumlah Badan Berat Basah
Perlakuan Badan Buah buah < 5 cm Maksimal
Buah (buah) Jamur (g)
(hari) (buah) Tudung (cm)
k1 40,66 6.1 10.49 39,3 5.72
k2 28,24 7.58 13.33 52,56 6.92
k3 16,83 9.74 16.24 59,11 9.2
-
k4 - - - -
k5 - - - - -

Dari tabel 1 terlihat bahwa perlakuan k3


yang memperlihat pertumbuhan dan hasil jamur tinggi atau terlalu rendah maka pertumbuhan
tiram yang paling baik untuk semua peubah jamur akan terganggu.
pengamatan, diikuti oleh perlakuan k2 Perlakuan k1 dan k2 menunjukan waktu
selanjutnya perlakuan k1. Sedangkan perlakuan tumbuh badan buah yang lebih lama daripada
k4 dan k5 tidak diperoleh data pengamatan k3. Hal ini karena kurangnya kandungan
karena semua blog tidak ada jamur yang kalium yang dibutuhkan jamur. Defisiensi
tumbuh. kalium akan menyebabkan kerja enzim
Perlakuan k3 merupakan perlakuan terhambat, sehingga akan terjadi penimbunan
dengan komposisi media yang paling baik senyawa tertentu karena prosesnya terhenti. Hal
sehingga mampu menopang pertumbuhan ini menyebabkan jamur tidak dapat
jamur. Menurut Suriawiria (2006) dalam Dewi memperoleh energi, sehingga dalam
(2009) hal ini disebabkan karena serbuk kayu pembentukan primordia menjadi terhambat.
mengandung serat organik (selulosa, hemi Salisbury dan Ross (1995) menjelaskan bahwa
selulosa, dan lignin) yang cukup tinggi untuk bila tanaman kekurangan kalium maka banyak
membantu pertumbuhan jamur dan juga karena proses yang tidak berjalan dengan baik,
adanya penambahan bekatul dengan komposisi misalnya terjadinya akumulasi karbohidrat,
yang tepat. menurunnya kadar pati dan akumulasi kadar
Selanjutnya Wulanet. al., (2007) nitrogen dalam tanaman.
menyatakan bahwa penambahan bekatul akan Pertambahan jumlah badan buah dan
mempercepat waktu munculnya badan buah. jumlah tudung dengan diameter > 5 cm yang
Hal ini terjadi karena bekatul kaya akan bahan paling nyata perbedaannya terjadi pada
kandungan mineral juga mengandung selulosa, perlakuan k3 yang memiliki rata-rata jumlah
protein, C organik dan bahan organik yang badan buah 9,74 buah dan jumlah tudung
cukup tinggi.Pada penelitian Mufarrihah (2009) dengan diameter > 5 cm 16,24 buah. Hal ini
penambahan bekatul dapat mempercepat waktu disebabkan karena badan buah yang terbentuk
tumbuh badan buah dengan total waktu 726,67 biasanya tergantung pada banyaknya primordia
jam dan tanpa penambahan bekatul 1010,00 yang tumbuh. Jika primordianya banyak, maka
jam. jumlah badan buah yang terbentuk juga banyak
Selain itu, kapur yang diberikan pada karena nutrisi yang terdapat dalam media tanam
perlakuan k3 tidak terlalu besar maupun terlalu tersebar pada tiap primordia yang membentuk
kecil, sehingga pH media tanam menjadi ideal. badan buah (Ningsih, 2008). Selain itu pada
Djarijah (2001) dalam Yanuati (2007) media komposisi k3, penambahan bekatul
menjelaskan apabila pH media tanam terlalu dengan komposisi 22,5% diduga mampu
menyediakan nutrisi yang cukup untuk
pembentukan miselium skunder yang banyak,
98
•/Z [ ,, Volume 39 Nomor 3, Oktober 2014 Halaman 95-99 ISSN ELEKTRONIK 2355-3545

sehingga mampu membentuk badan buah yang terhambat dan menghasilkan diameter
banyak pula. maksimal yang lebih kecil.
Pada perlakuan k3rerata berat basah jamur Pada perlakuan k4 dan k5, tidak ada
tiram yaitu 59,11 g dan diameter maksimal 9,2 pertumbuhan sama sekali. Ini diakibatkan
cm lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan karena tingginya dosis kapur dan gips yang
k1 dan k2. Jamur mempunyai cadangan energi diberikan pada media, pada perlakuan k4 dosis
yang cukup untuk menghasilkan berat segar kapur sebesar 8 % dan gips sebesar 2 %,
yang optimal karena unsur yang terdapat dalam sedangkan pada perlakuan k5 kapur yang
media dapat terdekomposisi secara merata pada diberikan sebesar 10 % dan gips 2,5 %.
waktu pembentukan badan buah, sehingga Sebagaimana dikemukakan oleh Ipuk &
dapat dimanfaatkan oleh jamur. Pada awalnya Saparinto (2010) dalam Steviani (2011)
miselium menyerap nutrisi yang ada kemudian tingginya dosis gips yang diberikan
merombak nutrisi lain untuk produksinya. Tutik mengakibatkan media tumbuh jamur tiram
(2004) dalam Suriawiria (2006) menambahkan menjadi sangat padat, sedangkan dosis kapur
bahwa nutrisi yang tersedia dalam media tanam yang tinggi menyebabkan derajat keasaman
yang mampu diserap oleh jamur akan mampu (pH) media menjadi tidak ideal, dan media
meningkatkan berat basah dari jamur. yang terlalu asam atau basa dapat menyebabkan
Rianti dan Sumarsih (2002) dalam pertumbuhan miselium terhambat. Selanjutnya
Shifriyah (2012) menyatakan bahwa pemberian Warisno & Dahana (2010) juga menyatakan
nutrisi dengan perbandingan sampai tingkat bahwa tambahan kapur dan gips yang terlalu
tertentu akan dapat mensuplai nutrien, tetapi tinggi menyebabkan media tanam menjadi
pemberian yang semakin meningkat padat dan tumbuhnya jamur lain/gulma. Hal
mengakibatkan turunnya kandungan total ini menyebabkan pertumbuhan miselium dan
lignoselulosa yang dibutuhkan dalam tubuh buah terhambat.
pertumbuhan jamur. Berat basah cenderung Media jamur padat, mengakibatkan aerasi
lebih baik dan efisien jika nutrisi tidak yang ada pada media buruk, sehingga
dikombinasi. pertumbuhan miselium terhambat. Jamur
Diameter maksimal tudung jamur merupakan tanaman yang tidak memiliki
perlakukan k1 dan k2 juga menghasilkan klorofil sehingga oksigen dan karbon dioksida
diameter maksimal yang lebih kecil dari k3, sangat diperlukan sebagai senyawa pada
dikarenakan unsur yang terdapat di dalam pertumbuhannya. Lingkungan yang kurang
media belum semuanya terdekomposisi secara unsur O2 akan mengakibatkan pertumbuhan
merata. Menurut Mufarrihah (2009), apabila tubuh buah kecil, abnormal dan mudah layu
unsur hara belum semuanya terdekomposisi yang akhirnya menimbulkan kematian
secara merata sehingga jamur harus berperan (Djarijah, 2001 dalam Yanuati, 2007).
lebih aktif untuk menguraikan bahan organik Kapur merupakan sumber kalsium.Kapur
yang ada seperti C, N, P, K, dan lainnya juga berfungsi mengontrol pH media tanam
menjadi unsur yang lebih sederhana yang agar sesuai dengan syarat tumbuh jamur.
dimanfaatkan oleh jamur untuk memenuhi Kondisi keasaman ini berpengaruh terhadap
kebutuhan hidupnya. Selain itu Ningsih (2008) ketersediaan beberapa unsur yang diperlukan
juga menambahkan apabila unsur phosphor untuk pertumbuhan jamur. Pada pH rendah
pada serbuk gergaji lebih sedikit maka unsur magnesium, besi, kalsium dan seng
pemenuhan energi untuk jamur sedikit. tersedia sedangkan pada pH tinggi unsur -
Akibatnya pertumbuhan primordia jamur unsur tersebut tidak tersedia (Suriawiria, 2000
dalam Yanuati 2007). Jika pH terlalu tinggi
99
•/Z [ ,, Volume 39 Nomor 3, Oktober 2014 Halaman 95-99 ISSN ELEKTRONIK 2355-3545

atau terlalu rendah maka pertumbuhan jamur Shifriyah, A., Badami, K., Suryawati, S. 2012.
akan terganggu (Djarijah, 2001 dalam Yanuati, Pertumbuhan dan produksi jamur tiram
2007). putih pada penambahan dua sumber
nutrisi. Jurnal Agrivor Vol. 5 No. 1.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat Soenanto, H. 2000. Jamur Tiram. Aneka Ilmu.
disimpulkan bahwa : Semarang.
1. Komposisi media tanam menentukan
pertumbuhan dan hasil jamur tiram. Sunarmi, Y.I. dan Saparinto, C. 2010. Usaha 6
2. Didapati pada komposisi media tanam Jenis Jamur Skala Rumah Tangga.
perlakuan k3(serbuk kayu70 % : bekatul Penebar Swadaya. Jakarta.
22,5 % : kapur 6% : gips 1,5 %)
memperlihatkan pertumbuhan dan hasil Suriawiria, H.U. 2006. Budidaya JamurTiram.
jamur tiramyang paling baik. Kanisius;Yogyakarta.

Sutarman. 2012. Keragaan dan produksi jamur


DAFTAR PUSTAKA tiram putih (Pleurotus ostreatus)pada
media serbuk gergaji dan ampas tebu
Dalin, M. 2011. Syarat Tumbuh Jamur Tiram. bersuplemen dedak dan tepung jagung.
http://d0204yablogspotcom. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol.
blogspot.com. Diakses tanggal 7 12 (3).
Desember 2011.
Steviani, S. 2011. Pengaruh penambahan
Dewi, I.K. 2009. Efektifitas pemberian blotong molase dalam berbagai media pada
kering terhadap pertumbuhan jamur jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus).
tiram putih (Pleurotus ostreatus) pada Skripsi. Universitas sebelas Maret.
media serbuk kayu. Skripsi. Fakultas Surakarta.
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan.
Universitas Muhamadiyah Surakarta. Yanuati, I. N. T. 2007. Kajian perbedaan
komposisi media tanam terhadap
Mufarrihah, L. 2009. Pengaruh penambahan pertumbuhan dan hasil jamur tiram
bekatul dan ampas tahu pada media putih (Pleurotus florida). Skripsi.
terhadap pertumbuhan dan produksi Universitas Brawijaya. Malang.
jamur tiram putih (Pleorotus ostreatus).
Skripsi. Fakultas Sains & Teknologi Warisno & Kres Dahana, SP. 2010. Tiram
(UIN). Malang. Menabur Jamur Menuai Rupiah. PT
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Muchroji dan Cahyana Y.A.. 2010. Budidaya
Jamur Kuping. Penebar Swadaya. Jakarta. Wulan, C.R., Sri T., & Arif W. 2007. Pengaruh
penambahan bekatul dan eceng gondok
Ningsih, L. 2008. Pengaruh jenis media tanam pada media tanam terhadap hasil dan
dan konsentrasi terhadap pertumbuhan kandungan protein jamur tiram
dan produksi jamur tiram merah (Pleurotus ostreatus). Jurnal Pertanian.
(Pleurotus flabellatus). Skripsi. UIN. Vol. 1 No.1
Malang.

You might also like