Professional Documents
Culture Documents
Optimisme Kesembuhan Pada Penderita Mioma Uteri: A.M. Setyana Mega Cahyasari, Hastaning Sakti
Optimisme Kesembuhan Pada Penderita Mioma Uteri: A.M. Setyana Mega Cahyasari, Hastaning Sakti
sakti.hasta@gmail.com
Abstract
Uterine myoma (or uterine fibroid) is the most common tumour in female reproductive structure. It can bring
physical impact, such as pain, abdominal discomfort, and abnormal bleeding. To cope with uterine myoma,
optimism is needed to improve the psychological well-being of the affected women. Optimism was defined as a
positive attitude in which person can achieve the expected normal health condition after suffering from uterine
myoma. This study aims to describe the optimism of women diagnosed with a uterine myoma. This qualitative
study used a phenomenological method. Two women diagnosed with uterine myoma participated in this study.
Interview and observation were used to collect data. The findings showed that women affected uterine myoma
had optimism and pessimism fluctuated. Optimism happened after they experienced particular events that
changed their perscpective. Optimism empowered subjects to cope with uterine myoma. Factors that influence
their optimism were social support received from family and others, sharing similar experience from other
affected women, and religiosity. Optimism was also shown through their coping strategies in dealing with uterine
myoma: seeking information, following treatment, applying nutrition diet, and maintaining health status.
Abstrak
Mioma uteri merupakan tumor terbanyak pada organ reproduksi wanita, dan dapat menimbulkan dampak
fisik berupa rasa nyeri, efek tekanan, serta pendarahan abnormal. Dalam menghadapi penyakit mioma uteri,
diperlukan optimisme kesembuhan untuk meningkatkan kesehatan psikologis penderitanya. Optimisme
kesembuhan diartikan sebagai sikap positif bahwa individu dapat mencapai harapan untuk kembali pada kondisi
kenormalan kesehatan setelah menderita mioma uteri. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami optimisme
kesembuhan pada penderita mioma uteri. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
fenomenologis. Subjek penelitian adalah dua orang penderita mioma uteri. Metode pengumpulan data yang
digunakan adalah wawancara dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita mioma uteri
mengalami fluktuasi psikologis antara optimisme dan pesimisme. Optimisme kesembuhan muncul setelah subjek
mengalami peristiwa tertentu yang menyebabkan perubahan pola pikir. Optimisme kesembuhan menjadikan
subjek memiliki kekuatan dan keyakinan untuk mengatasi mioma uteri. Faktor-faktor yang mempengaruhi
optimisme kesembuhan subjek ialah dukungan keluarga dan lingkungan, pengalaman orang lain, serta
religiusitas. Optimisme kesembuhan yang dimiliki subjek dapat dilihat dari coping strategy yang dilakukan
untuk mengatasi penyakit mioma uteri, yaitu berupa mencari informasi, melakukan pengobatan, menjalankan
pola diet makanan, serta menjaga stamina tubuh.
21
22 Cahyasari & Sakti
Mioma uteri merupakan tumor yang Pengobatan penyakit mioma uteri ter-
terbanyak pada organ reproduksi wanita gantung gejala yang dialami pasien, usia,
(Tulandi, 2003). Di Indonesia, mioma uteri status kehamilan, rencana reproduksi,
diderita oleh 2,39 – 11,7 % wanita penderita kesehatan umum, serta ukuran dan lokasi
penyakit organ reproduksi yang dirawat dari mioma (DeCherney & Nathan, 2003).
(Wiknjosastro, Saifuddin, & Rachimhadhi, Pembedahan merupakan pengobatan utama
2009). Mioma uteri jarang ditemukan pada mioma uteri. Miomektomi merupakan
wanita yang berusia 20 tahun, dan paling pengambilan sarang mioma tanpa peng-
banyak ditemukan pada wanita usia 35-45 angkatan uterus/rahim (Wiknjosastro,
tahun. Penyebab utama penyakit ini belum Saifuddin, & Rachimhadhi, 2009). Mio-
diketahui secara pasti (Mansjoer dkk, mektomi merupakan pilihan untuk pasien
2001). Meskipun demikian, kemungkinan yang ingin mempertahankan fertilitasnya
untuk memiliki mioma uteri dapat (DeCherney & Nathan, 2003).
meningkat apabila ditemukan riwayat
keluarga yang menderita mioma uteri, Pengobatan mioma uteri menimbulkan
wanita dengan tingkat kesuburan yang efek pada penderita, yang dapat berdampak
rendah dan pada wanita yang belum pernah pada timbulnya permasalahan seksual,
melahirkan (Wiknjosastro, Saifuddin, & ketakutan akan kekambuhan penyakit, dan
Rachimhadhi, 2009). mengurangi rasa feminin karena kehi-
langan organ reproduksi. Perubahan fungsi
Mioma uteri menimbulkan gejala-gejala seksual pada pasien wanita yang menjalani
yang hanya dirasakan oleh 35-50% dari operasi organ reproduksi, merupakan hal
penderita mioma uteri. Gejala yang yang memprihatinkan. Beberapa wanita
ditimbulkan berupa pendarahan abnormal, merasa takut kehilangan feminitasnya
rasa nyeri, dan rasa adanya tekanan di setelah kehilangan organ reproduksinya
daerah sekitar panggul yang dapat men- (DeCherney & Nathan, 2003). Hal ini
ciptakan rasa sakit hingga menjalar ke berkaitan dengan kemampuan untuk
punggung. Pendarahan abnormal rahim memiliki keturunan yang dianggap sebagai
merupakan gejala yang paling sering bentuk kesempurnaan wanita (Stotland &
dialami oleh 30% penderita mioma uteri Stewart, 2001).
(DeCherney & Nathan, 2003).
Pengobatan penyakit mioma uteri dapat
Perubahan fisik yang terjadi akibat gejala menyebabkan dampak psikologis berupa
mioma uteri membuat penyakit ini ditakuti tingginya level kecemasan sebelum dan
oleh kaum wanita. Perubahan fungsi sesudah operasi. Pengobatan dengan
seksual merupakan perubahan yang berarti operasi juga dapat meningkatkan
bagi seorang wanita dikaitkan dengan kegelisahan, depresi, marah, dan bosan.
fungsi dan perannya dalam keluarga. Beberapa penelitian menunjukkan penderita
Sebagai istri, perubahan fungsi seksual yang hendak melakukan operasi merasa
akan mempengaruhi kehidupan seksual khawatir dengan hasil akhir operasi (Ayers
individu dengan pasangan. Pasangan dkk, 2007).
penderita dapat merasa takut melukai
pasangan mereka ketika melakukan Hasil wawancara awal terhadap dua orang
hubungan seksual (Burt & Hendrick, 2005). penderita mioma uteri di Semarang
Mioma uteri dapat mempengaruhi menunjukkan bahwa kedua subjek
kehamilan seperti mening-katkan risiko mengalami gejala berupa pendarahan
keguguran (Wiknjosastro, Saifuddin, & abnormal, rasa nyeri, dan adanya tekanan
Rachimhadhi, 2009). pada perut bagian bawah. Gejala-gejala
dihadapi, resiliensi, perubahan pola pikir, klinis yang paling utama dari mioma
optimisme kesembuhan, strategi coping, uteri, dan dialami oleh 30% penderita.
faktor yang mempengaruhi optimisme,
pesimisme, serta pemulihan. Selain mengalami pendarahan, AA dan JS
juga merasakan nyeri dan efek tekanan pada
AA dan JS menderita mioma uteri pada perut bagian bawah. Hal tersebut sesuai
rentang usia produktif. JS pertama kali dalam DeCherney dan Nathan (2003) yang
menderita miom pada tahun 1997, saat mengungkapkan bahwa tumor yang besar
berumur 30 tahun, sedangkan AA pertama dapat menghasilkan sensasi berat di daerah
kali pada tahun 2004 yaitu ketika berumur panggul, sehingga menekan saraf dan
39 tahun. Hal tersebut hampir serupa menciptakan rasa sakit yang menjalar ke
dengan pernyataan Wiknjosastro, punggung. Nyeri pada saat hubungan
Saifuddin, & Rachimhadhi (2009) bahwa seksual juga dapat terjadi, seperti yang
kelompok umur rata-rata munculnya dirasakan oleh AA.
simtom mioma uteri ialah umur 35 hingga
45 tahun. Mioma uteri ditemukan dalam 20- Setelah didiagnosis menderita mioma uteri,
25% dari perempuan pada masa reproduksi AA dan JS berada dalam masa krisis.
(DeCherney& Nathan, 2003). LeMaistre (1995) menyatakan bahwa pada
tahap krisis individu akan mengalami shock
Menjadi sakit merupakan kejadian yang dan ketakutan terhadap masa depannya.
penuh tekanan, ketika penyakit Walaupun pada saat pertama kali
memberikan dampak terhadap kesehatan terdeteksi mioma uteri ketika masa
individu tersebut (Ogden, 2007). Dampak kehamilan, JS merasa tidak begitu shock
ini dapat berupa dampak fisik, perubahan karena adanya dukungan suami, namun JS
aktivitas hidup, dan dampak psikologis. mencemaskan keadaan janin yang dikan-
Penyakit mioma uteri dapat menimbulkan dungnya. Setelah mengalami kekambuhan
permasalahan-permasalahan tersebut. De- munculnya miom kembali yaitu sepuluh
Cherney dan Nathan (2003) meng- tahun sesudah miom yang pertama, JS
ungkapkan bahwa gejala fisik mioma uteri merasa shock dengan keadaan tersebut.
hanya dialami oleh 35-50% dari penderita Begitu pula yang dialami AA ketika
mioma uteri. didiagnosis menderita mioma uteri. Kedua
subjek merasa shock karena diagnosa yang
Gejala fisik dari mioma uteri tergantung diberikan dokter merupakan hal yang tidak
pada lokasi, ukuran, keadaan perawatan, disangka sebelumnya (Greenberg, 2007).
dan apakah penderita hamil. Gejala yang AA dan JS juga merasa tidak percaya
dialami yaitu pendarahan abnormal pada dengan diagnosa tersebut. AA tidak
uterus, rasa nyeri, dan efek tekanan. Subjek menyangka akan terkena mioma uteri,
AA dan JS mengalami gejala-gejala sedangkan JS tidak menyangka akan
tersebut. Pendarahan dialami JS ketika mengalami kekambuhan pada saat itu.
pertama kali terkena mioma uteri pada saat
kehamilan anak pertamanya, dan pada saat Pada tahap krisis, individu akan
kekambuhan mioma uteri JS setiap mengalami ketakutan yang disebabkan
menstruasi mengalami pendarahan dalam oleh bayangan kematian (LeMaistre,
jumlah yang banyak. Di sisi lain AA 1995). Hal tersebut dialami pula oleh
mengalami keluarnya cairah putih yang subjek AA dan JS bahwa mereka memiliki
berlebihan pada vagina. DeCherney dan ketakutan dapat meninggal. Kognisi indi-
Nathan (2003) menyatakan bahwa per- vidu mengenai penyakitnya dapat mem-
darahan uterus abnormal adalah gejala pengaruhi cara individu dalam memahami
dan mengatasi penyakit (Ogden, 2007). AA nyaman pada tubuh. Adanya pengalaman
memandang bahwa mioma uteri merupakan orang lain juga mempengaruhi timbulnya
penyakit berbahaya sehingga AA memi- kekhawatiran bahwa akan mengalami
kirkan keadaan anak-anaknya apabila AA kekambuhan walaupun telah operasi.
meninggal. JS juga cemas dengan kondisi
anak-anaknya bila ia meninggal. Kecemas- LeMaistre (1995) mengungkapkan bahwa
an merupakan salah satu respon terhadap tahap yang dialami penderita penyakit
penyakit yang serius (Greenberg, 2007). serius setelah tahap krisis ialah tahap
Selain berkaitan dengan kehilangan fungsi, isolasi, yaitu ketika kecemasan yang di-
kecemasan juga berkaitan dengan kehi- alami individu mengakibatkan tergang-
langan kehidupan (Falvo, 2005). Kece- gunya hubungan sosial dengan orang lain.
masan yang dialami JS dikarenakan rasa Selama tahap isolasi, individu mengalami
takut apabila penyakitnya semakin perasaan negatif tentang diri mereka
berkembang. sendiri.Ketidakpastian mengenai masa
depan juga berpengaruh pada citra diri.
Saat menghadapi penyakit mioma uteri, AA
awalnya menganggap peristiwa tersebut Tahap isolasi tersebut dialami oleh AA.
sebagai beban yang mempengaruhi Adanya rasa sakit menjadikan nafsu
kehidupannya. AA memandang bahwa makan AA menurun sehingga berat badan
masalah yang dialaminya sulit untuk AA menjadi kurus. Hal tersebut
diatasi. Individu yang membuat penjelasan mengakibatkan AA malu, sehingga AA
universal untuk kegagalan, yaitu bahwa cenderung menarik diri dan tidak ingin
kegagalan sebagai musibah yang merusak bertemu dengan teman-temannya. Penyakit
segala aspek kehidupannya, individu yang diderita dapat menyebabkan individu
tersebut akan menyerah kepada segalanya, terisolasi dari lingkungannya (Llewelyn &
serta cenderung hancur di bawah tekanan Kennedy, 2003).
ketika kegagalan menimpa individu
(Seligman, 2008). Dalam menghadapi penyakit serius,
individu dapat mengalami kemarahan yang
Adanya mioma uteri mengharuskan AA ditujukan kepada diri sendiri (LeMaistre,
untuk melakukan operasi pengangkatan 1995). Kemarahan tersebut juga dapat
miom, namun demikian AA merasa down ditujukan kepada orang lain yang berkaitan
dengan keharusan operasi tersebut. Peng- dengan kondisi yang dialami (Falvo, 2005).
obatan dengan operasi dapat menimbulkan Penyakit mioma uteri yang diderita AA dan
kegelisahan yang tinggi serta depresi pada JS menyebabkan mereka marah karena
penderita penyakit (Ayers dkk, 2007). Rasa mereka terkena penyakit tersebut. AA
takut yang dialami AA disebabkan penga- merasa tidak pernah menyakiti orang lain,
laman traumatis ketika operasi kuret, sehingga AA merasa tidak adil dengan
yang membekas pada diri AA. Hal serupa kondisi yang menimpanya. JS marah
juga dialami JS bahwa pengalaman operasi setelah membandingkan kondisinya dengan
yang pernah dilakukannya mempengaruhi orang lain yang tidak mengalami nasib
JS untuk tidak melakukan operasi. Seperti serupa.
yang dinyatakan Ayers dkk (2007) bahwa
penderita yang hendak melakukan operasi Kemarahan yang dialami individu dapat
akan merasa khawatir berkaitan dengan menjadi hal yang positif atau negatif
hasil akhir operasi. Begitu pula yang (LeMaistre, 1995). Untuk mengubah kema-
dialami JS; ia merasa takut bila daya tahan- rahan menjadi hal yang positif diperlukan
nya menurun dan timbul rasa tidak perubahan pola pikir menjadi pola pikir
Keluarga dan lingkungan di sekitar AA berpegang pada pola hidup sehat serta
memberikan motivasi kepada AA bahwa mencari bantuan medis ketika menderita
AA harus sembuh demi anak-anaknya penyakit. Individu optimistis mampu
dan tidak boleh berputus asa. Adanya mengambil tanggung jawab terhadap diri
dukungan tersebut membuat AA merasa sendiri untuk mendapatkan pengobatan
terharu, serta mengubah pola pikir bahwa segera setelah menderita penyakit. Individu
AA harus berusaha untuk memerangi yang memiliki optimisme lebih sehat
penyakitnya, sehingga dapat memperoleh daripada individu lain, berkaitan dengan
kesembuhan. Begitu pula dengan JS. dukungan sosial. Individu optimistis
Komunikasi yang terjalin antara JS dan memiliki kemampuan untuk memperta-
anak-anaknya membuat JS semakin hankan hubungan sosial dengan orang di
termotivasi dan optimistis untuk sembuh. sekitarnya. Individu yang pesimis menjadi
pasif ketika masalah menghadang dan
Bagi AA dan JS kesehatan merupakan hal mengambil sedikit tindakan untuk
yang penting. Dagun (2005) mende- mendapatkan dan mempertahankan
finisikan sakit sebagai keadaan tidak hubungan sosial (Seligman, 2008).
nyaman pada tubuh karena menderita
sesuatu. AA berpandangan bahwa adanya Optimisme serta semangat untuk sembuh
sakit menjadikan aktivitas kerjanya dalam yang dimiliki AA dan JS menjadikan
melayani konsumen menjadi tidak mereka dapat melangkah pada tahap
maksimal. Demikian pula dengan JS, rekonstruksi. Hal tersebut dikarenakan
mioma uteri menjadikannya mudah lelah optimisme menyebabkan kemarahan dan
sehingga tidak dapat bekerja dengan rasa ketidakadilan yang ada dalam diri
maksimal. Kemampuan untuk melakukan mereka berubah menjadi kekuatan dan
aktivitas yang normal merupakan salah keyakinan untuk mengatasi penyakit yang
satu dimensi dari sehat (Ogden, 2007). diderita, sehingga dapat melangkah menuju
Kesehatan menjadikan individu dapat rekonstruksi. Menurut LeMaistre (1995),
menikmati hidup dan menjalani akti- pada tahap rekonstruksi individu sudah kuat
vitasnya dengan nyaman; oleh karena itu secara emosional, sehingga lebih mudah
AA dan JS berusaha untuk menerapkan untuk bangkit tanpa ketakutan yang
optimisme dalam mencapai kesembuhan berlebihan. Pada masa ini, individu
yang mereka harapkan. merasakan kembali dirinya masih dapat
berfungsi, berharga, dan berguna.
Optimisme memberikan pengaruh bagi
kesehatan dalam beberapa cara. Optimisme Religiusitas memiliki pengaruh pada
menjadikan individu bertahan dari ketidak- individu dalam pengembangan optimisme.
berdayaan. Individu menjadi tidak mudah Agama menimbulkan harapan dan
menyerah. Individu optimistis akan lebih memungkinkan individu menghadapi coba-
sedikit mengalami ketidakberdayaan ber- an di dunia dengan lebih baik (Seligman,
kepanjangan daripada individu pesimistis. 2008). Agama menyediakan sistem keper-
Optimisme dapat mempengaruhi kesehatan cayaan menyeluruh yang mengizinkan
individu selama masa kehidupan dengan individu untuk menemukan makna dalam
mencegah ketidakberdayaan, sehingga kehidupannya serta harapan untuk masa
membuat sistem kekebalan tubuh dapat depan (Seligman dalam Carr, 2004).
berfungsi lebih baik (Seligman, 2008). Keikutsertaan individu dalam ritual rutin di
pelayanan keagamaan dan menjadi bagian
Optimisme dapat menghasilkan kesehatan dari komunitas keagamaan memberikan
yang lebih baik, berkaitan dengan tetap dukungan sosial; keikutsertaan dalam
yang harus dihadapi, sehingga JS harus Tahap pembaharuan ini berasal dari
berjuang untuk mengobati penyakitnya. pengalaman yang mengajarkan untuk tidak
menyia-nyiakan masa sekarang dan
Aspek personalization berkaitan dengan mencemaskan masa depan (LeMaistre,
sumber penyebab suatu peristiwa yang 1995). Di sisi lain, hal yang penting bagi
menimpa individu. Ketika hal buruk terjadi, individu ialah menyadari perubahan yang
individu dapat menyalahkan diri sendiri, perlu dilakukan serta keterampilan yang
atau menyalahkan orang lain atau keadaan. harus dikuasai sehingga mampu mencapai
Individu yang menyalahkan diri sendiri harapan yang diinginkan. AA dan JS
ketika gagal, memiliki harga diri yang menyadari bahwa mereka harus mem-
rendah sebagai konsekuensinya. Individu perbaiki dirinya dan berusaha untuk lebih
yang optimis cenderung menyalahkan menjaga makanan. Seligman (2008)
peristiwa buruk yang menimpanya pada menyatakan bahwa kondisi fisik merupakan
lingkungan eksternal. Individu yang salah satu faktor yang mempengaruhi
menyalahkan pada kejadian eksternal tidak optimisme pada individu. Adanya kontrol
kehilangan rasa penghargaan terhadap perilaku yang dilakukan AA dan JS,
dirinya sendiri saat kejadian buruk menjadikan kondisi fisik mereka membaik,
menimpanya (Seligman, 2008). dan mereka mengalami pemulihan
psikologis. JS merasa senang dalam
Dalam menghadapi penyakitnya, AA dan memandang masa lalunya karena ia mampu
JS tidak menyalahkan dirinya sendiri untuk mengatasi rasa sakit yang
sebagai penyebab mengalami mioma uteri. dialaminya, serta turut andil dalam upaya
Walaupun JS telah mendapat nasehat dari penyembuhannya. AA dan JS bersyukur
pemuka agama untuk introspeksi diri kepada Tuhan karena perlahan- lahan Tuhan
apakah JS memiliki salah kepada orang memberikan pemulihan kondisi dari masa
lain sehingga JS menderita penyakit, lalu AA yang menderita penyakit.
namun JS tidak percaya begitu saja Pemulihan fisik dan psikologis yang
perkataan pemuka agama tersebut. Nasehat dialami AA dan JS semakin meningkatkan
tersebut menjadikan JS memohon pengam- semangat dan optimisme mereka untuk
punan dan kesembuhan dari Tuhan. AA mencapai kesembuhan total seperti yang
dan JS mempercayai adanya pertolongan diharapkan.
Tuhan dalam kehidupannya, sehingga
mereka pasrah kepada Tuhan mengenai
kondisinya. Sementara AA meyakini KESIMPULAN
dirinya terkena mioma uteri karena pola
makan yang tidak sehat. Optimisme kesembuhan dalam menghadapi
penyakit mioma uteri dimiliki oleh kedua
AA telah menyadari tindakan-tindakan subjek. Optimisme kesembuhan muncul
yang harus dilakukannya dalam mencapai setelah subjek mengalami suatu peristiwa
kesembuhan. Begitu pula dengan JS yang yang menyebabkan pola pikir subjek
menyadari bahwa JS harus tetap berjuang berubah. Optimisme kesembuhan
demi anak-anaknya. Keadaan AA dan JS menjadikan subjek mempunyai kekuatan
serupa dengan tahap pembaharuan berdasar dan keyakinan dalam mengatasi penyakit
teori LeMaistre (1995), yaitu ketika mioma uteri.
individu telah menemukan kembali nilai-
nilai hidupnya dan menjadikan mereka Berdasarkan temuan penelitian, penderita
individu yang lebih baik. mioma uteri mengalami fluktuasi psikologis
antara optimisme dan pesimisme. Subjek
Nevid, J. S., Rathus, S. A., & Greene, B. Stotland, N. L. & Stewart, D. E. (2001).
(2005). Psikologi abnormal. Jakarta: Psychological aspects of women’s
Erlangga. health care: The interface between
psychiatry and obstetrics and
Ogden, J. (2007). Health psychology : A gynecology. Washington: American
textbook. New York: McGraw Hill Psychiatric Press, Inc.
Open University Press.
Sugiono, D. (2008). Kamus besar Bahasa
Seligman, M. E. P. (2006). Learned Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka
o ptimism: How to change your Utama.
mind & your life. New York: Vintage
Books. Tulandi, T. (2003). Uterine fibroids:
Embolization and other treatments.
Seligman, M. E. P. (2008). Menginstal Cambridge: Cambridge University
optimisme: Bagaimana cara Press.
mengubah pemikiran dan kehidupan
anda. Terjemahan: Budhy Wade, C. & Tavris, C. (2007). Psikologi.
Yogapranata. Bandung: PT Karya Jakarta: Penerbit Erlangga.
Kita.
Wiknjosastro, H., Saifuddin, A. B., &
Snyder, C. R. & Lopez, S. J. (2002). Rachimhadhi, T. ( 2009). Ilmu
Handbook of positive psychology. k andungan. Jakarta: PT Bina Pustaka
New York: Oxford University. Sarwono Prawirohardjo.