Professional Documents
Culture Documents
2
Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 03, No. 4 Desember 2019 219
doctors in Hospital causes unabsorbed INA-CBG package
for major treatment action and severe categories of
disease.
Financial support the Government district/city and Province
in the form of program jamkesda 2014 is IDR 38,36 M to pay
for the capitation for the poor who are not covered by
central government funding and to ensure treatment for
kabupaten/ kota that did not cooperate with the BPJS.
Incentive specialist doctor/resident is between IDR10 million
to 30 million per month, especially the big four specialists
from the local government district is another inequalities that
is burdensome to the local government;
The fulfillment of resources especially General practitioners
and dentists in clinics is difficult to materialize given that
CPNS (civil servant) formation are very small; the County
Government could offer contracts but they can not afford it
and it is not worth the lack of capitation. While the
fulfillment specialist doctors in Hospitals is also difficult
because there is lack of enthusiasm to become specialist
CPNS , and the Country Government could not affort
contract for them. Fulfillment needs efforts in health
facilities first-level, general practitioners, dentists and
specialists required a revision of the regulation of the Minister
of health no. 69 year 2013 by observing the rate of capitation
and INA-CBG¡¯s package for underserved areas away
from urban center, or with small population and vast
distribution of people.
Conclusion: First-level health facilities and the number of
personnel in clinics and specialist doctors in the hospital are
still lacking, impacting the small capitation and the claim is
limited to a minor treatment and mild disease. Regulation of
the Minister of health RI Number 69 by 2013 on Standard
Rate of health services need to pay attention to
differences in geographical situation where Clinics and
public hospitals are in the region.
ABSTRAK
Latar Belakang: Program Jaminan Kesehatan Nasional
bertujuan mempermudah masyarakat untuk mengakses
pelayanan kesehatan yang bermutu. Pembiayaan
kesehatan menuju Universal Coverage merupakan
terobosan yang baik tetapi dapat menimbulkan dampak
negatif berupa ketidakadilan. Ketidamerataan ketersediaan
fasilitas kesehatan, tenaga kesehatan dan kondisi
geografis serta penyebaran penduduk yang luas dapat
memperbesar masalah ketidakadilan antar
220 Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 03, No. 4 Desember 2019
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia
222 Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 03, No. 4 Desember 2019
primer/PPK I degan jumlah penduduk. Rasio Kekurangan fasilitas dan tenaga justru
pemberi pelayanan kesehatan primer/PPK I berdampak pengurangan pendapatan bagi pemberi
denga jumlah penduduk paling tinggi di pelayanan kesehatan di puskesmas sebagai FKTP.
Kabupaten Bengkulu Tengah 25,75 per 100.000 Selisih anggaran ini seharusnya diserahkan
atau 1 : 3883 jiwa dan terendah di Kabupaten kepada kabupaten/kota untuk melengkapi
Bengkulu Utara 9,97 per 100,000 atau 1 : 10.341 fasilitas, menambah tenaga dan jaringan,
Jiwa. Kebutuhan fasilitas kesehatan tingkat pengembangan pelayanan promotif dan preventif
pertama di Provinsi Bengkulu sebanyak 590 unit. sebagai upaya efisiensi pelayanan di tingkat
Sedangkan awal tahun 2014 yang tersedia 229 FKTP. Pelayanan promotif dan preventif
unit, maka kekurangan FKTP se Pro- vinsi merupakan salah satu upaya
Bengkulu pada tahun 2019 sebanyak 361 unit. pengendalian/efisiensi biaya pelayanan
kesehatan
Tabel 1. Jumlah FKTP Bekerja sama dengan BPJS dan Rasio Penduduk di Kabupaten/Kota
se Provinsi Bengkulu per Mei 2014
Pelayanan Primer Rasio*
No Kota/Kabupaten Jumlah Penduduk
Puskesmas Praktek Dokter Klinik (dokter 1 : 3000)
1 Kota Bengkulu 20 16 2 319. 098 8.397
2 Kab.Seluma 22 0 0 178.689 8.122
3 Kab. Bengkulu Selatan 14 2 0 148.891 9.306
4 Kab. Kaur 16 2 0 110.921 6.162
5 Kab. Kepahiang 14 3 1 127.046 7.058
6 Kab. Rejang Lebong 21 7 0 250.986 8.964
7 Kab. Lebong 14 3 0 102.126 6.008
8 Kab. Bengkulu Utara 22 4 0 268.921 10.343
9 Kab. Mukomuko 17 3 0 161.087 8.054
10 Kab. Bengkulu Tengah 20 6 0 101.028 3.885
11 Provinsi 180 46 3 1.766.794 7.715
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi/Dinas Kesehatan Kab/Kota/BPJS,
* (Peta Jalan Menunju JKN)
Gambar
1.
Persentase Nilai Kontrak dari Maksimal Kapitasi
Untuk Puskesmas Per Kabupaten/kota se Provinsi
Bengkulu (Per Mei 2014)
Cakupan Peserta
Cakupan peserta Jaminan Kesehatan
Nasional di Provinsi Bengkulu sampai Mei 2014
berjumlah
855.175 jiwa (sumber BPJS Kesehatan) atau
48,40% jumlah penduduk. Cakupan peserta akan
berdampak kepada pemerataan pembiayaan ber-
sumber dari BPJS Kesehatan melalui kapitasi
dan klaim kunjungan rawat inap dan rawat jalan di
rumah sakit.
Analisis Kebijakan
BPJS wajib memberi kompensasi dalam
upaya mewujudkan peta jalan menuju jaminan
kesehatan 2012-2019 point (3) paket manfaat
medis dan non medis sudah sama untuk seluruh
peserta, dan (4) fasilitas kesehatan telah tersebar
memadai (GTZ, AUSAID, 2012)5. Penduduk yang
menjadi peserta BPJS bukan sekedar jumlah
yang dihitung untuk mencapai universal coverage,
tetapi letak pemukiman penduduk yang tersebar
dan geografis daerah yang luas serta banyak
pemenuhan fasilitas pelayanan kesehatan tidak Nasional untu Jasa Pelayanan Kesehatan dan
dapat dihitung dengan rasio saja. Dukungan Bia-
Peta jalan (Road Map) yang disusun oleh
peme- rintah Indonesia menyatakan bahwa tahun
2019 se- luruh warga negara Indonesia akan
mendapat jaminan kesehatan. Berdasarkan hasil
penelitian pelaksana- an Jaminan Kesehatan
Nasional di Provinsi Bengku- lu perlu Skenario
persimis kemungkinan membaik untuk: 1)
penyediaan FKTP dengan jumlah dan jenis tenaga
serta jaringan yang sesuai standar, 2) pela-
yanan yang komprehensif oleh fasilitas
kesehatan dengan jumlah dan jenis dokter
spesialis yang men- cukupi, 3) cakupan peserta
dapat diupayakan de- ngan menyediakan fasilitas
kesehatan tingkat pertama. Upaya mencapai Road
Map JKN 2019 ini ada berbagai asumsi sebagai
berikut: 1) pemerintah ber- hasil melakukan
penambahan dokter spesialis di Kabupaten yang
belum ada dan masih kurang dokter umum, dokter
gigi, dokter spesilis dan tenaga lain- nya.
Penambahan dokter spesialis sangat memung-
kinkan karena seluruh Pemerntah
Kabupaten/Kota dan Provinsi telah mendidik
dokter umum menjadi dokter spesialis melalui
Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS)
Kementerian Kesehatan, 2) pe- nambahan
fasilitas kesehatan tingkat pertama dapat dilakukan
dengan mendorong prektik dokter dan kli- nik
pratama untuk memberi pelayanan di daerah de-
ngan geografis sulit dan didukung dengan
kebijakan tarif pelayanan yang layak/kewajaran,
3) Kemente- rian Kesehatan mempunyai dana
investasi cukup untuk menyeimbangkan
kelengkapan peralatan fasilitas kesehatan/PPK
dan SDM kesehatan. Inves- tasi ini dapat terlihat
dari adanya APBN untuk pe- ngembangan dan
peralatan rumah sakit dan pengi- riman tenaga
kesehatan ke daerah-daerah, dan
APBD untuk operasional rumah sakit.
Upaya pemenuhan kebutuhan fasilitas
kesehat- an tingkat pertama, dokter umum,
dokter gigi dan spesialis diperlukan revisi
Peraturan Menteri Ke- sehatan RI No. 69/2013
Tentang Standar Tarif Pela- yanan Kesehatan
Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dan
Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut da- lam
Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan.
Penetapan memperhatikan kapitasi dan paket
INA- CBG’s di daerah tidak diminati atau jauh
dari perko- taan, jumlah penduduk kecil serta
sebaran yang luas. Mereview Peraturan Presiden
No. 32/2014 Ten- tang Pengelolaan dan
Pemanfaatan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan
Nasional Pada Fasilitas Tingkat Pertama Milik
Pemerintah Daerah. Dan Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 19/2014 Tentang Peng-
gunaan Data Kapitasi Jaminan Kesehatan
ya Operasional Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat 2. World Health Report (WHO). 2010: Health
Pertama Milik Pemerintah Daerah, agar Systems Financing The Path To Universal
penetapan untuk biaya operasional seperti untuk Coverage. Geneva: WHO; 2010.
membeli obat- obatan dan bahan habis pakai 3. Ringland, Gill. Scenario Planning Managing
dengan angka obsolut sesuai dengan harga For The Future. Gill Ringland foreword by
dilokasi bukan persentase, sehingga ada Peter Schwartz. W iley. www.wiley.co.uk/
pemerataan pembiayaan kesehatan antara www.wiley.com
Puskesmas yang lengka tenaga di Perkotaan 4. Scearce D. Fulton K. What if? The art of
dengan yang kurang tenaga di daerah terpencil. Scenario Thinking for Notprofit. GBN Global
Business. Copyright 2004 Global Businees
KESIMPULAN DAN SARAN Network.
Kesimpulan 5. GTZ, AUSAID, Peta Jalan Menuju Jaminan
Fasilitas kesehatan tingkat pertama dan Kesehatan Nasional 2012-2019. Disusun
jumlah tenaga di puskesmas dengan tenaga yang bersama dan di dukung GTZ, AUSAID.
memenuhi standar dan dokter spesialis di rumah Jakarta. 2012.
sakit masih sangat kurang, berdampak kecilnya 6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 69
kapitasi untuk Puskesmas dan klaim Rumah Sakit Tahun 2013 Tentang Standar Tarif Pelayanan
Umum Daerah sangat terbatas pada tindakan Kesehatan Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat
kecil serta penyakit katagori ringan. Pertama dan Fasilitas Kesehatan Tingkat
Lanjut dalam Penyelenggaraan Program
Saran Jaminan Kesehatan.
Mereview Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 7. Ilyas Y. 2005. Dasar-Dasar Asuransi
69/2013 Tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Bagian B. Pamjami. Jakarta.
Kesehatan perlu memperhatikan geografis dimana 8. Saefuddin F, Ilyas Y. 2001. Managed Care
Puskesmas dan Rumah Sakit Umum Daerah. Mengintegrasikan Penyelenggaraan dan
Mereview Peraturan Presiden No. 32/2014 Pembiayaan Pelayanan Kesehatan (Bag A).
Ten- tang Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan FKM UI
Kapitasi dan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. dan PT. Askes. Jakarta.
19/2014 Tentang Penggunaan Data Kapitasi, agar 9. Peraturan Presiden Nomor : 32 Tahun 2014
penetapan untuk biaya operasional seperti untuk Tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan
membeli obat- obatan dan bahan habis pakai Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional
dengan angka obsolut sesuai dengan harga Pada Fasilitas Tingkat Pertama Milik
dilokasi bukan persentase. Pemerintah Daerah.
Mereview Kebijakan penetapan kapitasi 10. Kementerian Kesehatan RI. 2014. Peraturan
sehing- ga setiap puskesmas mendapatkan Menteri Kesehatan RI Nomor 19 Tahun 2014
kapitasi yang maksimal. Melakukan koordinasi Tentang Penggunaan Data Kapitasi Jaminan
kepada BPJS ter- hadap peserta/masyarakat Kesehatan Nasional untu Jasa Pelayanan
yang jauh dari fsilitas pelayanan kesehatan dan Kesehatan dan Dukungan Biaya Operasional
harus mengeluarkan biaya transport yang besar. Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
Menyusun strategi bersama apabila skenario Milik Pemerintah Daerah
universal coverange tidak dapat tercapai pada 11. Kementerian Kesehatan RI. 2013. Peraturan
tahun 2019. Menteri Kesehatan RI Nomor : 71 Tahun
2013 Tentang Pelayanan Kesehatan Pada
REFERENSI Jaminan Kesehatan
1. Buse. K, Mays N, Gill W. Making Health
Policy. Open University Press. London
School of Hygiene and Tropical Medicene.
London.2005.