Professional Documents
Culture Documents
Pembimbing :
Disusun Oleh:
KELOMPOK 1
1. Andy Rahman 20200320022
2. Anggun Prameswari K 20200320011
3. Anisa Dwijayanti 20200320081
4. Anisa Novia Rahma 20200320058
5. Nabila Setyoningsih 20200320120
6. Nadhifah Fara Yuska 20200320102
7. Nadia anjarwati 20200320036
8. Nadia Faizah 20200320106
9. Amalia Alfiyani 20200320126
10. Ayu Annisa Putri 20200320010
11. Shelany 20200320138
12. Nabila Garnis Pramesti 20200320089
A 51 years old man, was hospitalized caused by complaints of shortness of breath since
one week ago and getting worse since two days before he was hospitalized. The patient
said that the shortness of breath was felt continuously/persistently accompanied by
wheezing and got heavier when the patient walked for a few minutes. Symptoms did not
improve even while he is resting, sitting or sleeping. The patient also complained of
coughing since one week ago and worsened since two days ago. He was coughing up white
phlegm/mucus then thick yellowish mucus that’s difficult to cough up/stuck. He also
complaints of coughing continuously and keep getting worse.
The patient is an employee of a road construction project and never uses a mask while
working. The patient also had a 35-year history of smoking as many 24 cigarettes per day
and is still smoking today. There is no family history of allergies and asthma. The patient
was known to have had COPD since two years ago. Six months ago he was hospitalized
with the same complaints.
Currently the patient says he is still short of breath, when he goes to the bathroom this
symptom gets worse. Still cough with with thick yellow mucus that is difficult to cough
up/stuck. The patient said that he is still weak and easily get tired so he only lies on the
bed. For eating, drinking, toileting and bathing the patient get the help from his family.
DO DS
DS :
- Pasien mengatakan sesak nafas
dirasakan terus menerus/terus
menerus disertai mengi dan
semakin berat saat pasien
berjalan selama beberapa
menit. Gejala tidak membaik
bahkan saat dia sedang
istirahat, duduk atau tidur.
DO : Intoleransi Aktivitas Ketidakseimbangan
- Hasil rontgen dada antara suplai dan
menunjukkan peningkatan kebutuhan oksigen
pola bronkovaskular pada paru Kelemahan
kanan.
DS :
- Pasien mengatakan sesak nafas
dirasakan terus menerus/terus
menerus disertai mengi dan
semakin berat saat pasien
berjalan selama beberapa
menit.
- Gejala tidak membaik bahkan
saat dia sedang istirahat, duduk
atau tidur.
- Saat ini pasien mengatakan
masih sesak nafas, saat ke
kamar mandi gejala ini
semakin parah.
- Pasien mengatakan masih
lemah dan mudah lelah
sehingga hanya berbaring di
tempat tidur.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif b.d Spasme jalan napas, Sekresi yang
tertahan, Hipersekresi jalan napas, Merokok aktif, Terpajan polutan, d.d Batuk
tidak efektif, Sputum berlebih, Mengi, wheezing dan ronkhi, Bunyi napas
menurun, Frekuensi napas berubah, Pola napas berubah
Gangguan Pertukaran Gas b.d Perubahan membran alveolus-kapiler d.d
Dispnea, PCO2 meningkat, pH arteri menurun, Bunyi napas tambahan, Pola
napas abnormal (cepat, ireguler)
Intoleransi Aktivitas b.d Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen, Kelemahan d.d Mengeluh lelah, Dispnea saat/setelah aktivitas, Merasa
lemah
PRIORITAS KEPERAWATAN
1) Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif b.d Hipersekresi jalan napas, Hiperplasia
dinding jalan napas d.d Batuk tidak efektif, Sputum berlebih, Mengi, wheezing
dan ronkhi, Merokok pasif, Terpajan polutan
2) Gangguan Pertukaran Gas b.d Perubahan membran alveolus-kapiler d.d
Dispnea, PCO2 meningkat, pH arteri menurun, Bunyi napas tambahan, Pola
napas abnormal (cepat, ireguler)
3) Intoleransi Aktivitas b.d Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen, Kelemahan d.d Mengeluh lelah, Dispnea saat/setelah aktivitas, Merasa
lemah
C. Tujuan & Intervensi Keperawatan (SLKI & SIKI)
Bersihan Jalan Napas Bersihan Jalan Napas Manajemen Jalan Napas Terapi inhalasi uap dengan aroma
Tidak Efektif b.d Setelah dilakukan intervensi Monitor pola napas (frekuensi, terapi yang dikombinasikan dengan
Spasme jalan napas, keperawatan selama 3x24 jam kedalaman, usaha napas) fisioterapi dada terbukti mengurangi
Sekresi yang tertahan, maka Bersihan Jalan Napas Monitor bunyi napas tambahan sekret dan melonggarkan jalan nafas.
Hipersekresi jalan Meningkat, dengan kriteria hasil : (mengi, wheezing, ronkhi) (Daya, et al. 2020)
napas, Merokok aktif, Batuk efektif meningkat, dari Monitor spurum (jumlah, warna,
Terpajan polutan, d.d yang sulit mengeluarkan aroma) Tujuan fisioterapi dada dan nebulizer
Batuk tidak efektif, dahak menjadi batuk dengan Posisikan semi-Fowler atau yaitu untuk mengeluarkan sekresi, dan
Sputum berlebih, dapat mengeluarkan dahak Fowler reparisasi ventilasi, dan efektifitas
Mengi, wheezing dan Produksi sputum menurun, Berikan minum hangat pengunaan otot pernafasan. Hasil
ronkhi, Bunyi napas dari yang sulit dikeluarkan Lakukan fisioterapi dada, jika Penulisan setelah dilakukan penerapan
menurun, Frekuensi menjadi mudah dikeluarkan perlu Fisioterapi dada dan nebulizer dapat
napas berubah, Pola bersama batuk Berikan oksigen, jika perlu meningkatkan saturasi oksigen pada
napas berubah Mengi menurun Anjurkan asupan cairan 2000 pasien. Saturasi oksigen pasien meningkat
Dispnea membaik Ajarkan teknik batuk efektif disimpulkan fisioterapi dada dan nebulizer
Kolaborasi pemberian efektif meningkatkan saturasi oksigen pada
Ortopnea membaik
bronkodilator, ekspektoran, pasien PPOK. (Setiawan, et al. 2021).
Frekuensi napas membaik,
dari 28x/menit menjadi mukolitik, jika perlu
24x/menit Kolaborasi pemberian antibiotik
Pola napas membaik, dari
yang tidak teratur menjadi Edukasi Berhenti Merokok
teratur Identifikasi kesiapan dan
Kontrol Gejala kemampuan menerima informasi
Setelah dilakukan intervensi Sediakan materi dan media Adanya hubungan antara berhenti
keperawatan selama 3x24 jam edukasi merokok dengan perawatan diri
maka Kontrol Gejala Jadwalkan pendidikan kesehatan pasien PPOK. Kualitas hidup pasien
Meningkat, dengan kriteria hasil : sesuai kesepakatan PPOK yang berhenti merokok lebih baik
Kemampuan melakukan Beri kesempatan pada keluarga daripada pasien PPOK yang masih
tindakan pencegahan untuk bertanya merokok. (Ekaputri, et al. 2018).
meningkat, dari tidak Jelaskan gejala fisik penarikan
menggunakan masker saat nikotin (sakit kepala, pusing,
bekerja menjadi mual, dan insomnia)
menggunakan masker saat Jelaskan gejala berhenti merokok
bekerja (mulit kering, batuk, tenggorokan
Kemampuan melakukan gatal)
tindakan untuk mengurangi Jelaskan aspek psikososial yang
gejala meningkat mempengaruhi perilaku merokok
Gangguan Pertukaran Pertukaran Gas Pemantauan Respirasi Setelah diberikan teknik relaksasi nafas
Gas b.d Perubahan Setelah dilakukan intervensi Monitor frekuensi, irama, dengan teknik ballon blowing,
membran alveolus- keperawatan selama 3x24 jam kedalaman dan upaya napas didapatkan bahwa nilai saturasi oksigen
kapiler d.d Dispnea, maka Pertukaran Gas Monitor pola napas (takipnea) tertinggi adalah 99% dan terendah adalah
PCO2 meningkat, pH Meningkat, dengan kriteria hasil : Monitor kemampuan batuk 91% dengan rata-rata saturasi oksigen
arteri menurun, Bunyi Dispnea menurun, dari yang efektif sebesar 94,53 Hal ini menunjukan bahwa
napas tambahan, Pola sulit dan sesak saat bernapas Monitor adanya produksi sputum pemberian relaksasi nafas dengan teknik
napas abnormal menjadi tidak sulit dan tidak Monitor adanya sumbatan jalan ballon blowing dapat meningkatkan
(cepat, ireguler) sesak saat bernapas napas saturasi oksigen pada pasien PPOK.
PCO2 membaik, dari 72 Palpasi kesimetrisan ekspansi (Astriani, et al. 2020).
mmHg menjadi 42 mmHg paru
Berdasarkan hasil penelitian dan teori-teori
pH arteri membaik, dari 7,26 Auskultasi bunyi napas
diatas semakin menegaskan bahwa
menjadi 7,38 Monitor saturasi oksigen diaphragmatic breathing exercise dapat
Pola napas membaik, dari Monitor nilai AGD digunakan untuk meningkatkan saturasi
tidak teratur menjadi teratur Monitor hasil x-ray thoraks oksigen pasien PPOK. Sehingga Latihan
Atur interval pemantauan pernafasan yang lambat, rileks, berirama
respirasi sesuai kondisi pasien dianjurkan untuk penderita karena dapat
Dokumentasikan hasil mengoptimalkan ventilasi, malatih otot-
pemantauan otot pernafasan, dapat mengurangi kinerja
Jelaskan tujuan dan prosedur pernafasan. Latihan pernafasan ini dapat
pemantauan dilakukan kapan saja kecuali pada saat
Informasikan hasil pemantauan merasakan sesak nafas berat atau nilai
satirasi oksigen < 90%. (Wardani, et al.
Manajemen Asam-Basa : Asidosis 2020).
Respiratorik
Identifikasi penyebab asidosis Latihan pernafasan yoga (pranayama)
respiratorik (PPOK) merupakan latihan pernapasan dengan
Monitor adanya hipoventilasi tehnik bernapas secara perlahan dan dalam
Monitor adanya frekuensi dan menggunakan otot diafragma sehingga
kedalaman napas memungkinkan abdomen terangkat
Monitor penggunaan otot bantu perlahan dan dada mengembang penuh.
napas Latihan pernafasan pranayama dapat
Monitor CRT menjadi alternatif pilihan tindakan
Monitor adanya indikasi asidosis keperawatan dalam mengelola pasien
respiratorik kronik (barrel chest, PPOK. (Sukarno, et al. 2017).
penggunaan otot bantu napas)
Monitor dampak susunan saraf
pusat
Monitor AGD
Monitor adanya komplikasi
Pertahankan kepatenan dan
bersihan jalan napas
Berikan oksigenasi aliran rendah
pada kondisi hiperkapnia kronik
(PPOK)
Pertahankan akses intravena
Berikan oksigen, sesuai indikasi
Hindari koreksi hiperkapnia
dalam waktu terlalu cepat karena
dapat menyebabkan alkalosis
metabolic
Jelaskan penyebab dan
mekanisme terjadinya asidosis
respiratorik
Anjurkan berhenti merokok
Ajarkan latihan pernapasan
Kolaborasi pemberian
bronkhodilator
Intoleransi Aktivitas Konservasi Energi Manajemen Energi Aktivitas yang bertahap sesuai
b.d Setelah dilakukan intervensi Identifikasi gangguan fungsi dengan toleransi pasien di observasi
Ketidakseimbangan keperawatan selama 3x24 jam tubuh yang mengakibatkan dan diukur setiap hari, bersama
antara suplai dan maka Konservasi Energi kelelahan dengan pasien merencanakan
kebutuhan oksigen, Meningkat, dengan kriteria hasil : monitor lokasi dan program aktivitas yang dapat dilakukan
Kelemahan d.d Terknik pernapasan yang ketidaknyamanan selama dan mampu di toleransi oleh
Mengeluh lelah, efektif meningkat melakukan aktivitas pasien, selain itu memastikan bahwa
Dispnea saat/setelah Anjurkan melakukan aktivitas kebutuhan nutrisi sebagai sumber
aktivitas, Merasa Toleransi Aktivitas secara bertahap energi juga perlu diperhatikan. Hasil
lemah Setelah dilakukan intervensi Anjurkan menghubungi perawat perkembangan selama masa perawatan
keperawatan selama 3x24 jam jika tanda gejala kelelahan tidak bahwa pasien mampu melakukan
maka Toleransi Aktivitas berkurang aktivitas secara bertahap seiring
Meningkat, dengan kriteria hasil : Ajarkan strategi koping untuk dengan peningkatan kemampuan
Keluhan lelah menurun mengurangi kelelahan pemenuhan oksigenasinya.
Dispnea saat aktivitas (Sulistiowati, et al. 2021).
menurun
Dispnea setelah aktivitas
menurun
Perasaan lemah menurun,
dari merasa lemah menjadi
mampu untuk beraktivitas
Frekuensi napas membaik,
dari 28x/menit menjadi
20x/menit
DAFTAR PUSTAKA
Astriani, N. M. D. Y., Dewi, P. I. S., & Yanti, K. H. (2020). Relaksasi Pernafasan dengan
Teknik Ballon Blowing terhadap Peningkatan Saturasi Oksigen pada Pasien PPOK.
Jurnal Keperawatan Silampari, 3(2), 426-435.
Daya, S. N., & Sukraeny, N. (2020). Fisioterapi dada dan steem inhaler aromatheraphy dalam
mempertahankan kepatenan jalan nafas pasien penyakit paru obstruktif kronis. Ners
Muda, 1(2), 100.
Ekaputri, M., & Ariani, Y. (2018, December). Upaya Berhenti Merokok Terhadap
Peningkatan Perawatan Diri Pasien dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).
In Talenta Conference Series: Tropical Medicine (TM) (Vol. 1, No. 2, pp. 387-390).
SDKI, SLKI, SIKI
Setiawan, A., Purwono, J., & Immawati, I. (2021). PENERAPAN FISIOTERAPI DADA
DAN NEBULIZER DALAM MENINGKATKAN SATURASI OKSIGEN PADA
PASIEN PPOK. Jurnal Cendikia Muda, 1(1).
Sukarno,dkk. 2017. Latihan Pernafasan Yoga (Pranayama) terhadap Dyspnea dan
Kemampuan Fungsional Pasien PPOK. Diponegoro University
Sulistiowati, S., Sitorus, R., & Herawati, T. (2021). ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIS (PPOK) DENGAN
PENDEKATAN MODEL. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keris Husada, 5(01), 30-39.
Wardani, E. D. K., Faidah, N., & Nugroho, T. W. (2020). Efektivitas Diaphragmatic
Breathing Exercise terhadap Peningkatan Saturasi Oksigen Pasien PPOK di Ruang
Melati I dan Melati II RSUD dr. Loekmonohadi Kudus. Prosiding HEFA (Health
Events for All), 4.