You are on page 1of 17

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS (PPOK)

Pembimbing :

Resti Yulianti Sutrisno, M.Kep., Ns., Sp.Kep.MB

Disusun Oleh:
KELOMPOK 1
1. Andy Rahman 20200320022
2. Anggun Prameswari K 20200320011
3. Anisa Dwijayanti 20200320081
4. Anisa Novia Rahma 20200320058
5. Nabila Setyoningsih 20200320120
6. Nadhifah Fara Yuska 20200320102
7. Nadia anjarwati 20200320036
8. Nadia Faizah 20200320106
9. Amalia Alfiyani 20200320126
10. Ayu Annisa Putri 20200320010
11. Shelany 20200320138
12. Nabila Garnis Pramesti 20200320089

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2022
MENTORING PERTEMUAN KE-2
SKENARIO COPD

A 51 years old man, was hospitalized caused by complaints of shortness of breath since
one week ago and getting worse since two days before he was hospitalized. The patient
said that the shortness of breath was felt continuously/persistently accompanied by
wheezing and got heavier when the patient walked for a few minutes. Symptoms did not
improve even while he is resting, sitting or sleeping. The patient also complained of
coughing since one week ago and worsened since two days ago. He was coughing up white
phlegm/mucus then thick yellowish mucus that’s difficult to cough up/stuck. He also
complaints of coughing continuously and keep getting worse.

The patient is an employee of a road construction project and never uses a mask while
working. The patient also had a 35-year history of smoking as many 24 cigarettes per day
and is still smoking today. There is no family history of allergies and asthma. The patient
was known to have had COPD since two years ago. Six months ago he was hospitalized
with the same complaints.

Currently the patient says he is still short of breath, when he goes to the bathroom this
symptom gets worse. Still cough with with thick yellow mucus that is difficult to cough
up/stuck. The patient said that he is still weak and easily get tired so he only lies on the
bed. For eating, drinking, toileting and bathing the patient get the help from his family.

Physical examination results. Inspection: symmetrical chest wall movement, irregular


breathing rhythm, with a frequency of 28x/minute. The patient appeared to use the
sternocleidomastoid muscle for breathing and can be seen doing nostril breathing. It can
also be seen that there is barrel chest, widening of intercostal gap and chest wall retraction.
Palpation: lower right and upper left vocal fremitus. Percussion: hypersonic right and left
lung. Auscultation: rhonchi breathing sounds and wheezing in the right and left lungs. The
results of chest X-ray showed broncho-vascular pattern increase in the right lung. Oxygen
saturation 89%. The spirometry results showed the FEV1 / FVC ratio of 0.56, FEV1 11.2%
and FVC of 19.7%. The results of the blood gas analysis showed a pH level of 7.26, pCO2
level of 72, and HCO3 level of 25.

Patients received NRM oxygen therapy with intensity of 10 liters/minute, Salbutamol


inhalation of 5mg/ ml every 6 hours, budesonide inhalation of 0.5mg/ml every 8 hours,
intravenous cefepime 2x1 gram, IUVD NaCl 0.9% 500cc/8 hours, N-acetylcysteine
3x15cc. ipratropium bromide + albuterol sulfate inhalation/ 6 hours, and bromhexine HCL
every 8 hours. The nurse recommends pursed lip breathing therapy to reduce shortness of
breath and provides chest physiotherapy. The patient said that he wanted to continue to
perform prayer even though he was sick, the nurse taught him how to perform prayer while
sitting or lying down.
Seorang laki-laki berusia 51 tahun, dirawat di RS dengan keluhan sesak nafas sejak 1
minggu yang lalu dan semakin memburuk sejak 2 hari sebelum masuk RS. Pasien
mengatakan sesak nafas dirasakan terus menerus/terus menerus disertai mengi dan semakin
berat saat pasien berjalan selama beberapa menit. Gejala tidak membaik bahkan saat dia
sedang istirahat, duduk atau tidur. Pasien juga mengeluh batuk sejak 1 minggu yang lalu dan
memburuk sejak 2 hari yang lalu. Dia batuk berdahak/lendir putih kemudian lendir kental
kekuningan yang sulit untuk batuk/macet. Ia juga mengeluh batuk terus menerus dan semakin
parah.
Pasien merupakan karyawan proyek pembangunan jalan dan tidak pernah
menggunakan masker saat bekerja. Pasien juga memiliki riwayat merokok selama 35 tahun
sebanyak 24 batang per hari dan masih merokok sampai sekarang. Tidak ada riwayat
keluarga alergi dan asma. Pasien diketahui menderita PPOK sejak dua tahun lalu. Enam
bulan yang lalu dia dirawat di rumah sakit dengan keluhan yang sama.
Saat ini pasien mengatakan masih sesak nafas, saat ke kamar mandi gejala ini semakin
parah. Masih batuk dengan lendir kuning kental yang sulit untuk batuk/macet. Pasien
mengatakan masih lemah dan mudah lelah sehingga hanya berbaring di tempat tidur. Untuk
makan, minum, toileting dan mandi pasien mendapatkan bantuan dari keluarganya.
Hasil pemeriksaan fisik. Inspeksi : gerakan dinding dada simetris, irama nafas tidak
teratur, dengan frekuensi 28x/menit. Pasien tampak menggunakan otot sternokleidomastoid
untuk bernapas dan terlihat melakukan pernapasan lubang hidung. Dapat juga terlihat adanya
barrel chest, pelebaran celah interkostalis dan retraksi dinding dada. Palpasi: fremitus vokal
kanan bawah dan kiri atas. Perkusi: paru kanan dan kiri hipersonik. Auskultasi : suara nafas
ronki dan wheezing pada paru kanan dan kiri. Hasil rontgen dada menunjukkan peningkatan
pola bronkovaskular pada paru kanan. Saturasi oksigen 89%. Hasil spirometri menunjukkan
rasio FEV1/FVC sebesar 0,56, FEV1 11,2% dan FVC sebesar 19,7%. Hasil analisis gas darah
menunjukkan kadar pH 7,26, kadar pCO2 72, dan kadar HCO3 25.
Pasien mendapat terapi oksigen NRM dengan intensitas 10 liter/menit, inhalasi
Salbutamol 5mg/ml setiap 6 jam, inhalasi budesonide 0,5mg/ml setiap 8 jam, cefepime
intravena 2x1 gram, IUVD NaCl 0,9% 500cc/8 jam, N- asetilsistein 3x15cc. ipratropium
bromida + albuterol sulfat inhalasi/6 jam, dan bromhexine HCL setiap 8 jam. Perawat
menganjurkan terapi pursed lip breathing untuk mengurangi sesak napas dan memberikan
fisioterapi dada. Pasien mengatakan ingin tetap melaksanakan shalat meskipun sakit, perawat
mengajarinya tata cara shalat sambil duduk atau berbaring.
A. Analisi Data

DO DS

- Pasien diketahui menderita PPOK sejak - Seorang laki-laki berusia 51 tahun,


dua tahun lalu. Enam bulan yang lalu dia dirawat di RS dengan keluhan sesak
dirawat di rumah sakit dengan keluhan nafas sejak 1 minggu yang lalu dan
yang sama. semakin memburuk sejak 2 hari
- Hasil pemeriksaan fisik. Inspeksi : irama sebelum masuk RS.
nafas tidak teratur, dengan frekuensi - Pasien mengatakan sesak nafas
28x/menit. Pasien tampak menggunakan dirasakan terus menerus/terus menerus
otot sternokleidomastoid untuk bernapas disertai mengi dan semakin berat saat
dan terlihat melakukan pernapasan pasien berjalan selama beberapa menit.
lubang hidung. Dapat juga terlihat - Gejala tidak membaik bahkan saat dia
adanya barrel chest, pelebaran celah sedang istirahat, duduk atau tidur.
interkostalis dan retraksi dinding dada. - Pasien juga mengeluh batuk sejak 1
- Palpasi: fremitus vokal kanan bawah dan minggu yang lalu dan memburuk sejak
kiri atas. 2 hari yang lalu.
- Perkusi: paru kanan dan kiri hipersonik. - Dia batuk berdahak/lendir putih
- Auskultasi : suara nafas ronki dan kemudian lendir kental kekuningan
wheezing pada paru kanan dan kiri. yang sulit untuk batuk/macet.
- Hasil rontgen dada menunjukkan - Ia juga mengeluh batuk terus menerus
peningkatan pola bronkovaskular pada dan semakin parah.
paru kanan. Saturasi oksigen 89%. - Pasien merupakan karyawan proyek
- Hasil spirometri menunjukkan rasio pembangunan jalan dan tidak pernah
FEV1/FVC sebesar 0,56, FEV1 11,2% menggunakan masker saat bekerja.
dan FVC sebesar 19,7%. - Pasien juga memiliki riwayat merokok
- Hasil analisis gas darah menunjukkan selama 35 tahun sebanyak 24 batang per
kadar pH 7,26, kadar pCO2 72, dan hari dan masih merokok sampai
kadar HCO3 25. sekarang.
- Pasien mendapat terapi oksigen NRM - Tidak ada riwayat keluarga alergi dan
dengan intensitas 10 liter/menit, inhalasi asma.
Salbutamol 5mg/ml setiap 6 jam, - Saat ini pasien mengatakan masih sesak
inhalasi budesonide 0,5mg/ml setiap 8 nafas, saat ke kamar mandi gejala ini
jam, cefepime intravena 2x1 gram, semakin parah.
IUVD NaCl 0,9% 500cc/8 jam, N- - Masih batuk dengan lendir kuning
asetilsistein 3x15cc. ipratropium kental yang sulit untuk batuk/macet.
bromida + albuterol sulfat inhalasi/6 - Pasien mengatakan masih lemah dan
jam, dan bromhexine HCL setiap 8 jam. mudah lelah sehingga hanya berbaring
- Perawat menganjurkan terapi pursed lip di tempat tidur.
breathing untuk mengurangi sesak napas - Untuk makan, minum, toileting dan
dan memberikan fisioterapi dada. mandi pasien mendapatkan bantuan dari
keluarganya.
- Pasien mengatakan ingin tetap
melaksanakan shalat meskipun sakit,
perawat mengajarinya tata cara shalat
sambil duduk atau berbaring.
B. Diagnosis Keperawatan (SDKI)

DATA MASALAH ETIOLOGI

DO : Bersihan Jalan Napas  Spasme jalan napas


- Hasil pemeriksaan fisik. Tidak Efektif  Hipersekresi jalan
Inspeksi : irama nafas tidak napas
teratur, dengan frekuensi  Sekresi yang tertahan
28x/menit.  Merokok aktif
- Palpasi: vokal fremitus kanan  Terpajan polutan
bawah dan kiri atas.
- Perkusi: paru kanan dan kiri
hipersonik.
- Auskultasi : suara nafas ronki
dan wheezing pada paru kanan
dan kiri
- Hasil rontgen dada
menunjukkan peningkatan
pola bronkovaskular pada paru
kanan.
DS :
- Pasien mengatakan sesak nafas
dirasakan terus menerus/terus
menerus disertai mengi
- Gejala tidak membaik bahkan
saat dia sedang istirahat, duduk
atau tidur.
- Pasien juga mengeluh batuk
sejak 1 minggu yang lalu dan
memburuk sejak 2 hari yang
lalu.
- Dia batuk berdahak/lendir
putih kemudian lendir kental
kekuningan yang sulit untuk
batuk/macet.
- Pasien merupakan karyawan
proyek pembangunan jalan dan
tidak pernah menggunakan
masker saat bekerja.
- Pasien juga memiliki riwayat
merokok selama 35 tahun
sebanyak 24 batang per hari
dan masih merokok sampai
sekarang
DO : Gangguan Pertukaran  Perubahan membran
- Hasil pemeriksaan fisik. Gas alveolus-kapiler
Inspeksi : irama nafas tidak
teratur, dengan frekuensi
28x/menit.
- Hasil rontgen dada
menunjukkan peningkatan
pola bronkovaskular pada paru
kanan.
- Hasil analisis gas darah
menunjukkan kadar pH 7,26,
kadar pCO2 72
- Saturasi oksigen 89%

DS :
- Pasien mengatakan sesak nafas
dirasakan terus menerus/terus
menerus disertai mengi dan
semakin berat saat pasien
berjalan selama beberapa
menit. Gejala tidak membaik
bahkan saat dia sedang
istirahat, duduk atau tidur.
DO : Intoleransi Aktivitas  Ketidakseimbangan
- Hasil rontgen dada antara suplai dan
menunjukkan peningkatan kebutuhan oksigen
pola bronkovaskular pada paru  Kelemahan
kanan.
DS :
- Pasien mengatakan sesak nafas
dirasakan terus menerus/terus
menerus disertai mengi dan
semakin berat saat pasien
berjalan selama beberapa
menit.
- Gejala tidak membaik bahkan
saat dia sedang istirahat, duduk
atau tidur.
- Saat ini pasien mengatakan
masih sesak nafas, saat ke
kamar mandi gejala ini
semakin parah.
- Pasien mengatakan masih
lemah dan mudah lelah
sehingga hanya berbaring di
tempat tidur.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

 Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif b.d Spasme jalan napas, Sekresi yang
tertahan, Hipersekresi jalan napas, Merokok aktif, Terpajan polutan, d.d Batuk
tidak efektif, Sputum berlebih, Mengi, wheezing dan ronkhi, Bunyi napas
menurun, Frekuensi napas berubah, Pola napas berubah
 Gangguan Pertukaran Gas b.d Perubahan membran alveolus-kapiler d.d
Dispnea, PCO2 meningkat, pH arteri menurun, Bunyi napas tambahan, Pola
napas abnormal (cepat, ireguler)
 Intoleransi Aktivitas b.d Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen, Kelemahan d.d Mengeluh lelah, Dispnea saat/setelah aktivitas, Merasa
lemah

PRIORITAS KEPERAWATAN

1) Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif b.d Hipersekresi jalan napas, Hiperplasia
dinding jalan napas d.d Batuk tidak efektif, Sputum berlebih, Mengi, wheezing
dan ronkhi, Merokok pasif, Terpajan polutan
2) Gangguan Pertukaran Gas b.d Perubahan membran alveolus-kapiler d.d
Dispnea, PCO2 meningkat, pH arteri menurun, Bunyi napas tambahan, Pola
napas abnormal (cepat, ireguler)
3) Intoleransi Aktivitas b.d Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen, Kelemahan d.d Mengeluh lelah, Dispnea saat/setelah aktivitas, Merasa
lemah
C. Tujuan & Intervensi Keperawatan (SLKI & SIKI)

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi EBN

Bersihan Jalan Napas Bersihan Jalan Napas Manajemen Jalan Napas Terapi inhalasi uap dengan aroma
Tidak Efektif b.d Setelah dilakukan intervensi  Monitor pola napas (frekuensi, terapi yang dikombinasikan dengan
Spasme jalan napas, keperawatan selama 3x24 jam kedalaman, usaha napas) fisioterapi dada terbukti mengurangi
Sekresi yang tertahan, maka Bersihan Jalan Napas  Monitor bunyi napas tambahan sekret dan melonggarkan jalan nafas.
Hipersekresi jalan Meningkat, dengan kriteria hasil : (mengi, wheezing, ronkhi) (Daya, et al. 2020)
napas, Merokok aktif,  Batuk efektif meningkat, dari  Monitor spurum (jumlah, warna,
Terpajan polutan, d.d yang sulit mengeluarkan aroma) Tujuan fisioterapi dada dan nebulizer
Batuk tidak efektif, dahak menjadi batuk dengan  Posisikan semi-Fowler atau yaitu untuk mengeluarkan sekresi, dan
Sputum berlebih, dapat mengeluarkan dahak Fowler reparisasi ventilasi, dan efektifitas
Mengi, wheezing dan  Produksi sputum menurun,  Berikan minum hangat pengunaan otot pernafasan. Hasil
ronkhi, Bunyi napas dari yang sulit dikeluarkan  Lakukan fisioterapi dada, jika Penulisan setelah dilakukan penerapan
menurun, Frekuensi menjadi mudah dikeluarkan perlu Fisioterapi dada dan nebulizer dapat
napas berubah, Pola bersama batuk  Berikan oksigen, jika perlu meningkatkan saturasi oksigen pada
napas berubah  Mengi menurun  Anjurkan asupan cairan 2000 pasien. Saturasi oksigen pasien meningkat

 Wheezing menurun ml/hari, dari 94% menjadi 96% sehingga dapat

 Dispnea membaik  Ajarkan teknik batuk efektif disimpulkan fisioterapi dada dan nebulizer
 Kolaborasi pemberian efektif meningkatkan saturasi oksigen pada
 Ortopnea membaik
bronkodilator, ekspektoran, pasien PPOK. (Setiawan, et al. 2021).
 Frekuensi napas membaik,
dari 28x/menit menjadi mukolitik, jika perlu
24x/menit  Kolaborasi pemberian antibiotik
 Pola napas membaik, dari
yang tidak teratur menjadi Edukasi Berhenti Merokok
teratur  Identifikasi kesiapan dan
Kontrol Gejala kemampuan menerima informasi
Setelah dilakukan intervensi  Sediakan materi dan media Adanya hubungan antara berhenti
keperawatan selama 3x24 jam edukasi merokok dengan perawatan diri
maka Kontrol Gejala  Jadwalkan pendidikan kesehatan pasien PPOK. Kualitas hidup pasien
Meningkat, dengan kriteria hasil : sesuai kesepakatan PPOK yang berhenti merokok lebih baik
 Kemampuan melakukan  Beri kesempatan pada keluarga daripada pasien PPOK yang masih
tindakan pencegahan untuk bertanya merokok. (Ekaputri, et al. 2018).
meningkat, dari tidak  Jelaskan gejala fisik penarikan
menggunakan masker saat nikotin (sakit kepala, pusing,
bekerja menjadi mual, dan insomnia)
menggunakan masker saat  Jelaskan gejala berhenti merokok
bekerja (mulit kering, batuk, tenggorokan
 Kemampuan melakukan gatal)
tindakan untuk mengurangi  Jelaskan aspek psikososial yang
gejala meningkat mempengaruhi perilaku merokok

 Mencatat hasil pemantaun  Informasikan produk pengganti


gejala merokok pengganti nikotin
Tingkat Infeksi  Ajarkan cara berhenti merokok
Setelah dilakukan intervensi
keperawatan selama 3x24 jam
maka Tingkat Infeksi
Meningkat, dengan kriteria hasil :
 Sputum berwarna hijau
menurun

Gangguan Pertukaran Pertukaran Gas Pemantauan Respirasi Setelah diberikan teknik relaksasi nafas
Gas b.d Perubahan Setelah dilakukan intervensi  Monitor frekuensi, irama, dengan teknik ballon blowing,
membran alveolus- keperawatan selama 3x24 jam kedalaman dan upaya napas didapatkan bahwa nilai saturasi oksigen
kapiler d.d Dispnea, maka Pertukaran Gas  Monitor pola napas (takipnea) tertinggi adalah 99% dan terendah adalah
PCO2 meningkat, pH Meningkat, dengan kriteria hasil :  Monitor kemampuan batuk 91% dengan rata-rata saturasi oksigen
arteri menurun, Bunyi  Dispnea menurun, dari yang efektif sebesar 94,53 Hal ini menunjukan bahwa
napas tambahan, Pola sulit dan sesak saat bernapas  Monitor adanya produksi sputum pemberian relaksasi nafas dengan teknik
napas abnormal menjadi tidak sulit dan tidak  Monitor adanya sumbatan jalan ballon blowing dapat meningkatkan
(cepat, ireguler) sesak saat bernapas napas saturasi oksigen pada pasien PPOK.
 PCO2 membaik, dari 72  Palpasi kesimetrisan ekspansi (Astriani, et al. 2020).
mmHg menjadi 42 mmHg paru
Berdasarkan hasil penelitian dan teori-teori
 pH arteri membaik, dari 7,26  Auskultasi bunyi napas
diatas semakin menegaskan bahwa
menjadi 7,38  Monitor saturasi oksigen diaphragmatic breathing exercise dapat
 Pola napas membaik, dari  Monitor nilai AGD digunakan untuk meningkatkan saturasi
tidak teratur menjadi teratur  Monitor hasil x-ray thoraks oksigen pasien PPOK. Sehingga Latihan
 Atur interval pemantauan pernafasan yang lambat, rileks, berirama
respirasi sesuai kondisi pasien dianjurkan untuk penderita karena dapat
 Dokumentasikan hasil mengoptimalkan ventilasi, malatih otot-
pemantauan otot pernafasan, dapat mengurangi kinerja
 Jelaskan tujuan dan prosedur pernafasan. Latihan pernafasan ini dapat
pemantauan dilakukan kapan saja kecuali pada saat
 Informasikan hasil pemantauan merasakan sesak nafas berat atau nilai
satirasi oksigen < 90%. (Wardani, et al.
Manajemen Asam-Basa : Asidosis 2020).
Respiratorik
 Identifikasi penyebab asidosis Latihan pernafasan yoga (pranayama)
respiratorik (PPOK) merupakan latihan pernapasan dengan
 Monitor adanya hipoventilasi tehnik bernapas secara perlahan dan dalam
 Monitor adanya frekuensi dan menggunakan otot diafragma sehingga
kedalaman napas memungkinkan abdomen terangkat
 Monitor penggunaan otot bantu perlahan dan dada mengembang penuh.
napas Latihan pernafasan pranayama dapat
 Monitor CRT menjadi alternatif pilihan tindakan
 Monitor adanya indikasi asidosis keperawatan dalam mengelola pasien
respiratorik kronik (barrel chest, PPOK. (Sukarno, et al. 2017).
penggunaan otot bantu napas)
 Monitor dampak susunan saraf
pusat
 Monitor AGD
 Monitor adanya komplikasi
 Pertahankan kepatenan dan
bersihan jalan napas
 Berikan oksigenasi aliran rendah
pada kondisi hiperkapnia kronik
(PPOK)
 Pertahankan akses intravena
 Berikan oksigen, sesuai indikasi
 Hindari koreksi hiperkapnia
dalam waktu terlalu cepat karena
dapat menyebabkan alkalosis
metabolic
 Jelaskan penyebab dan
mekanisme terjadinya asidosis
respiratorik
 Anjurkan berhenti merokok
 Ajarkan latihan pernapasan
 Kolaborasi pemberian
bronkhodilator
Intoleransi Aktivitas Konservasi Energi Manajemen Energi Aktivitas yang bertahap sesuai
b.d Setelah dilakukan intervensi  Identifikasi gangguan fungsi dengan toleransi pasien di observasi
Ketidakseimbangan keperawatan selama 3x24 jam tubuh yang mengakibatkan dan diukur setiap hari, bersama
antara suplai dan maka Konservasi Energi kelelahan dengan pasien merencanakan
kebutuhan oksigen, Meningkat, dengan kriteria hasil :  monitor lokasi dan program aktivitas yang dapat dilakukan
Kelemahan d.d  Terknik pernapasan yang ketidaknyamanan selama dan mampu di toleransi oleh
Mengeluh lelah, efektif meningkat melakukan aktivitas pasien, selain itu memastikan bahwa
Dispnea saat/setelah  Anjurkan melakukan aktivitas kebutuhan nutrisi sebagai sumber
aktivitas, Merasa Toleransi Aktivitas secara bertahap energi juga perlu diperhatikan. Hasil
lemah Setelah dilakukan intervensi  Anjurkan menghubungi perawat perkembangan selama masa perawatan
keperawatan selama 3x24 jam jika tanda gejala kelelahan tidak bahwa pasien mampu melakukan
maka Toleransi Aktivitas berkurang aktivitas secara bertahap seiring
Meningkat, dengan kriteria hasil :  Ajarkan strategi koping untuk dengan peningkatan kemampuan
 Keluhan lelah menurun mengurangi kelelahan pemenuhan oksigenasinya.
 Dispnea saat aktivitas (Sulistiowati, et al. 2021).
menurun
 Dispnea setelah aktivitas
menurun
 Perasaan lemah menurun,
dari merasa lemah menjadi
mampu untuk beraktivitas
 Frekuensi napas membaik,
dari 28x/menit menjadi
20x/menit
DAFTAR PUSTAKA
Astriani, N. M. D. Y., Dewi, P. I. S., & Yanti, K. H. (2020). Relaksasi Pernafasan dengan
Teknik Ballon Blowing terhadap Peningkatan Saturasi Oksigen pada Pasien PPOK.
Jurnal Keperawatan Silampari, 3(2), 426-435.
Daya, S. N., & Sukraeny, N. (2020). Fisioterapi dada dan steem inhaler aromatheraphy dalam
mempertahankan kepatenan jalan nafas pasien penyakit paru obstruktif kronis. Ners
Muda, 1(2), 100.
Ekaputri, M., & Ariani, Y. (2018, December). Upaya Berhenti Merokok Terhadap
Peningkatan Perawatan Diri Pasien dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).
In Talenta Conference Series: Tropical Medicine (TM) (Vol. 1, No. 2, pp. 387-390).
SDKI, SLKI, SIKI
Setiawan, A., Purwono, J., & Immawati, I. (2021). PENERAPAN FISIOTERAPI DADA
DAN NEBULIZER DALAM MENINGKATKAN SATURASI OKSIGEN PADA
PASIEN PPOK. Jurnal Cendikia Muda, 1(1).
Sukarno,dkk. 2017. Latihan Pernafasan Yoga (Pranayama) terhadap Dyspnea dan
Kemampuan Fungsional Pasien PPOK.  Diponegoro University
Sulistiowati, S., Sitorus, R., & Herawati, T. (2021). ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIS (PPOK) DENGAN
PENDEKATAN MODEL. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keris Husada, 5(01), 30-39.
Wardani, E. D. K., Faidah, N., & Nugroho, T. W. (2020). Efektivitas Diaphragmatic
Breathing Exercise terhadap Peningkatan Saturasi Oksigen Pasien PPOK di Ruang
Melati I dan Melati II RSUD dr. Loekmonohadi Kudus. Prosiding HEFA (Health
Events for All), 4.

You might also like