You are on page 1of 16

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/326080305

LITERATUR REVIEW STUDY LITERATUR PENGGUNAAN SABUN ANTISEPTIK


UNTUK PENCUCIAN LUKA TERHADAP PENURUNAN KOLONISASI BAKTERI
PADA PASIEN DENGAN LUKA DIABETES How to cite: Nothing Nothin...

Article · June 2018

CITATIONS READS

0 6,345

3 authors:

Saldy Yusuf Takdir Tahir


Universitas Hasanuddin Universitas Hasanuddin
83 PUBLICATIONS   267 CITATIONS    46 PUBLICATIONS   38 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Nurwahidah Nurwahidah
RSUD KOTA MAKASSAR, SULAWESI SELATAN INDONESIA
7 PUBLICATIONS   3 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

National Nursing Examination View project

INDUCE STUDY View project

All content following this page was uploaded by Takdir Tahir on 30 June 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


p-ISSN: 2442-2665
Jurnal Luka Indonesia Vol. 4(2): Juni – September 2018
e-ISSN: 2614-3046

LITERATUR REVIEW STUDY LITERATUR PENGGUNAAN


How to cite: SABUN ANTISEPTIK UNTUK
Nurwahidah Nurwahidah, Yusuf
saldy, Tahir Takdir. Study PENCUCIAN LUKA TERHADAP
Literatur Penggunaan Sabun
Antiseptik Untuk Pencucian Luka PENURUNAN KOLONISASI BAKTERI
Terhadap Penurunan Kolonisasi
Bakteri Pada Pasien Dengan PADA PASIEN DENGAN LUKA DIABETES
Luka Diabetes. Jurnal Luka
Indonesia. 2018, 4(2): 108-122

Conflict of interest:
Nothing
Nurwahidah1, Saldy Yusuf2, Takdir Tahir2

Funding resources: 1 Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Keperawatan, Universitas


Nothing Hasanuddin Makassar
2 Dosen Program Studi Magister Ilmu Keperawatan, Universitas

Hasanuddin Makassar
Corresponding authors:

Saldy_yusuf@yahoo.com ABSTRACT

Note: Background: Diabetes mellitus (DM) complication of chronic and serious


is diabetic foot ulcer (DFU) and is the main cause of lower limb
amputation. Basically it can be prevented by optimal wound
management. One of the basic components of wound management is
wound cleansing. There are many solutions available for wound cleansing
one of them is antiseptic soap. The purpose of this literature study is to
determine the effect of antiseptic soap on the reduction of bacterial
colonization.
Method: This literature study was conducted on databases of Doaj,
PubMed, ScienceDirect and Cochrane
Results: The researchers identified 156 articles published from 2012 to
2017. Of the 156 articles obtained 11 articles that met the criteria and
the results showed that antiseptic soaps have a strong microbicide effect
so as to inhibit the growth of pathogenic microorganisms and effectively
reduce the number of bacterial colonies.
Conclusion: antiseptic soap effectively reduces the amount of bacterial
colonies compared with ordinary soap and has the strongest inhibition
against the growth of sthapylococcus aureus and eschericia coli bacteria.
Keywords: Diabetes mellitus, antiseptic soap, wound cleansing

108
108
p-ISSN: 2442-2665
Jurnal Luka Indonesia Vol. 4(2): Juni – September 2018
e-ISSN: 2614-3046

Diabetes melitus (DM) merupakan masalah kesehatan global dan


LATAR BELAKANG merupakan salah satu dari 10 penyebab utama kematian secara global,
prevalensi penderita diabetes di dunia diperkirakan meningkat 48% dari 425
juta pada tahun 2017 menjadi 629 juta pada tahun 2045, dengan peningkatan
terbesar terjadi di Afrika yang diperkirakan meningkat 156% dari 16 juta pada
tahun 2017 menjadi 41 juta pada tahun 2045 (IDF, 2017). Prevalensi DM di
Indonesia meningkat 1% dari 1.1% pada tahun 2007 menjadi 2.1% pada tahun
2013 dan tertinggi ditemukan pada daerah Sulawesi Tengah 3.7%, Sulawesi
Utara 3.6% dan Sulawesi Selatan menempati urutan ketiga 3.4% (RISKESDAS,
2013). Pada tingkat kabupaten/kota, prevalensi tertinggi terjadi di Pinrang
2.8%, Makassar 2.5%, Toraja utara 2.3% dan Palopo 2.1% (Dinas Kesehatan
Provinsi Sulawesi selatan, 2014). Tingginya prevalensi tersebut menyebabkan
meningkatnya komplikasi yang terkait dengan penyakit diabetes melitus.
Salah satu komplikasi dari penyakit DM yang kronis dan serius adalah
luka kaki diabetik (LKD) atau Diabetic foot ulcer (DFU) serta merupakan
penyebab utama terjadinya amputasi pada tungkai bawah (IDF, 2017 ;
Angular, Amaral, Rodrigues, & De Souza, 2017 ; Lu & McLaren, 2017).
Dilaporkan 80% amputasi mayor dan 70% amputasi minor dapat dicegah
dengan manajemen luka yang optimal (Lu & McLaren, 2017). Salah satu
komponen dasar dalam manajemen luka adalah pencucian luka, terdapat
banyak solusi yang tersedia untuk membersihkan luka misalnya normal saline,
air, alkohol, chlorhexidine, povidone-iodine, dan sabun (Wilkins &
Unverdorben, 2013).
Sabun merupakan kombinasi dari lemak, minyak (baik yang berasal dari
hewan atau tumbuhan) dan garam (Selvamohan & Sandhya, 2012). Sabun
berperan penting untuk membersihkan dan membunuh bakteri (Abbas,
Hussain, Hussain, Ali, & Abbas, 2016). Salah satu jenis sabun yang dapat
digunakan sebagai solusi untuk pencucian luka adalah sabun antiseptik, sabun
antiseptik merupakan sabun yang mengandung antibakteri pada umumnya
adalah Triclosan dan Parachlorometxilenol (PCMX) atau Chloroxylenol yang
berfungsi untuk mengurangi atau menghancurkan mikroorganisme
penyebab infeksi (Obi, 2014).
Meskipun penggunaan sabun antiseptik sebagai sabun mandi dan sabun
cuci tangan telah diketahui secara luas dimasyarakat namun penggunaannya
sebagai sabun pencuci luka belum diketahui. Oleh karena itu, sangat penting
untuk melihat bagaimana efektifitas sabun antiseptik sebagai pencuci luka
dalam menurunkan kolonisasi bakteri sehingga studi literatur ini bertujuan
untuk mengetahui efek penggunaan sabun antiseptik sebagai pencuci luka
untuk menurunkan kolonisasi bakteri.

METODE Pencarian literatur dilakukan dengan menelusuri hasil-hasil publikasi


ilmiah pada rentang waktu antara tahun 2010-2017 dengan menggunakan
PENELITIAN database DOAJ, Pubmed, ScienceDirect, dan Cochrane. Pada database DOAJ
dengan memasukkan keyword “Wound” OR “Ulcer” OR “Diabetic foot Ulcer”
AND “Cleansing” OR “Cleaning” OR washing” AND “Soap” OR “Antiseptic” OR
“Antiseptic soap” AND “Bacterial colonization”.

109
p-ISSN: 2442-2665
Jurnal Luka Indonesia Vol. 4(2): Juni – September 2018
e-ISSN: 2614-3046

Pada database Pubmed dengan memasukkan keyword 1 “Wound


(Title/abstract) OR Ulcer (Title/abstract) OR Diabetic foot ulcer
(Title/abstract)” didapatkan 223018 artikel. Keyword 2 ”Cleansing
(Title/abstract) OR Cleaning (Title/abstract) OR Washing (Title/abstract)”
didapatkan 50229 artikel. Keyword 3 “Soap (Title/abstract) OR Antiseptic
(Title/abstract) OR Antiseptic soap (Title/abstract)” didapatkan 9003 artikel.
Keyword 4 “Bacterial colonization (Title/abstract)” didapatkan 4076 artikel.
Keyword 5 dilakukan penggabungan keyword 1,2,3 dan 4 ” Wound
(Title/abstract) OR ulcer (Title/abstract) OR Diabetic ulcer (Title/abstract) AND
Cleansing (Title/abstract) OR Cleaning (Title/abstract) OR Washing
(Title/abstract) AND Soap (Title/abstract) OR Antiseptic (Title/abstract) OR
Antiseptic soap (Title/abstract) AND Bacterial colonization (Title/abstract)”.
Pada database ScienceDirect dengan memasukkan keyword “Wound”
OR “Ulcer” OR “Diabetic foot Ulcer” AND “Cleansing” OR “Cleaning” OR
washing” AND “Soap” OR “Antiseptic” OR “Antiseptic soap” AND “Bacterial
colonization”.
Pada database Cochran dengan memasukkan keyword “Wound” OR
“Ulcer” OR “Diabetic Ulcer” AND “Cleansing” OR “Cleaning” OR “ washin” AND
“Soap” OR “Antiseptic” OR “Antiseptic soap” AND “Bacterial colonization”.

HASIL PENELITIAN Berdasarkan pencarian literatur yang telah dilakukan, tidak ditemukan
artikel yang membahas tentang penggunaan sabun antiseptik sebagai pencuci
luka. Pada dasarnya penggunaan sabun antiseptik lebih banyak digunakan
sebagai sabun cuci tangan dan sabun mandi. Penelitian yang dilakukan oleh
Voss, (1975) untuk mengetahui pengaruh penggunaan sabun antiseptik
terhadap total flora aerobik pada kulit menemukan bahwa sabun antiseptik
secara signifikan dapat mengurangi total flora aerobik pada kulit daerah
punggung, dada, lengan bawah, tungkai bawah dan kaki, perhitungan juga
berkurang pada axila tetapi tidak signifikan. Secara keseluruhan penggunaan
sabun antiseptik 62% dapat mengurangi jumlah bakteri pada semua daerah
kulit yang diuji (P ˂ 0.001).
Penelitian yang dilakukan oleh Anglen, (2005) yang bertujuan untuk
membandingkan efektifitas pencucian luka dengan menggunakan air sabun
dan larutan antibiotik terhadap kejadian infeksi luka fraktur terbuka pada
lower limb menemukan bahwa kejadian infeksi pada kelompok pencucian
luka dengan menggunakan antibiotik 35 (18%) dan 26 (13%) pada kelompok
pencucian luka dengan air sabun (P = 0.2), kejadian delayed union or nonunion
pada kelompok antibiotik 49 (25%) dan pada kelompok air sabun 46 (23%)
dengan nilai P = 0.72, kejadian failure of wound healing pada kelompok
antibiotik 19 (9.5%) dan pada kelompok air sabun 8 (4%) dengan nilai P = 0.03
Penelitian yang dilakukan oleh Geraldo, Gilman, Shintre, & Modak,
(2008) bertujuan untuk mengevalusi efikasi antimikroba dan resiko
pengembangan resisten organisme terhadap 2 sabun tangan baru yaitu sabun
yang mengandung triklosan, polyhexamethylene biguanide dan
benzethonium chloride ditambahkan ke dasar sabun (sabun TPB) dan sabun
yang menandung farnesol, spolyhexamethylene biguanide dan benzethonium

110
p-ISSN: 2442-2665 Jurnal Luka Indonesia Vol. 4(2): Juni – September 2018
e-ISSN: 2614-3046

chloride ditambahkan ke sabun dasar (sabun FPB). Pengujian juga termasuk


sabun yang hanya mengandung triklosan menemukan bahwa konsentrasi
hambat minimum dan konsentrasi bakterisida minimum triklosan terhadap
Staphylococcus aureus meningkat 8-62.5 kali lipat sedangkan TPB dan FPB
tidak berubah, dalam studi in vitro memproduksi log pengurangan unit
pembentuk koloni dari semua organisme yang diuji (4.95-8.58) dibandingkan
sabun yang mengandung triklosan saja (0.29-4.86). Dalam uji dengan
menggunakan metode kulit babi dan metode sukarelawan, sabun TPB
menghasilkan pengurangan unit pembentuk koloni Log 10 (3.1-3.3)
dibandingkan sabun yang mengandung triklosan saja (2.6-2.8).
Penelitian lain yang dilakukan Burton et al., (2011) bertujuan untuk
mengetahui apakah sabun non antibakteri lebih baik mengurangi bakteri
potensial asal fekal dari pada air saja menemukan bahwa cuci tangan dengan
air sendiri mengurangi prevalensi bakteri secara subtansial, cuci tangan
dengan sabun lebih efektif dalam mengurangi prevalensi kontaminasi dan
khususnya enterococcus spp. Mwambete & Lyombe, (2011) mengevaluasi
efek antimikroba pada sabun yang disebut sebagai sabun kesehatan
menemukan bahwa dari 16 sabun yang diuji Protex, Roberts, Family dan
Protectors sama-sama efektif (P ˂ 0.005) terhadap S. Aureus. Selvamohan &
Sandhya, (2012) yang membandingkan efikasi sabun yang ada dipasaran
terhadap kemampuan beberapa bakteri menginfeksi kulit seperti
staphylococcus spp, pseudomonas spp, dan serratia spp, serta untuk
menyediakan data untuk memutuskan pemilihan sabun yang lebih baik dan
protektif terhadap mikroorganisme pathogen menemukan bahwa diantara 5
sabun yang diteliti yaitu lifeboy, Dettol, medimix, savlon dan johnson’s baby
yang paling efktif adalah medimix dikuti oleh Dettol kemudian lifeboy, savlon
dan johnson’s baby memiliki efek baktersida yang sama.
OBI, 2014 melakukan penelitian untuk menentukan aktifitas
antibakteri beberapa sabun kesehatan yang umum digunakan oleh manusia
untuk mengurangi mikroorganisme pathogen mendapatkan bahwa sebagian
besar sabun kesehatan yang diuji memiliki aktivitas antibakteri namun sabun
merk Crusader ditemukan paling efektif terhadap strain bakteri yang diuji,
memiliki zona inhibisi tertinggi (25 mm) terhadap S. Aureus dan 20 mm
terhadap E. Coli. Abbas et al., 2016 juga melakukan penelitian untuk
mengevaluasi aktivitas antimikroba dari tiga sabun antibakteri yang tersedia
dipasar lokal Rawalpindi terhadap bakteri yang ditemukan pada kulit sehari-
hari menemukan bahwa aktivitas antimikroba tiap sabun antibakteri berbeda
secara signifikan pada konsentrasi 50 Mg/ml, 100 Mg/ml dan 150 mg/ml
dengan urutan yaitu Safeguard, Dettol dan Lifefboy. Dengan zona inhibisi
paling kuat pada konsentrasi 50 Mg/Ml dibandingkan dengan konsentrasi 100
Mg/Ml dan 150 Mg/Ml. Ini menunjukkan solusi yang pekat memiliki zona
inhibisi yang kuat.
Efek mikrobisida sabun antiseptik telah dilakukan seperti penelitian lain
yang dilakukan oleh Reena Rajkumari, (2015) yang bertujuan untuk menilai
efek antimicrobial dari sabun pencuci tangan yang biasa digunakan di India, in
Vivo dan in Vitro terhadap infeksi nosokomial mendapatkan hasil pada uji
suspensi, Bactorub dan sterillium menunjukkan peningkatan efikasi

111
p-ISSN: 2442-2665
Jurnal Luka Indonesia Vol. 4(2): Juni – September 2018
e-ISSN: 2614-3046

antimikroba diikuti oleh Himalaya, Zuci, Lifeboy dan Dettol terhadap


persentase pengurangan C. Albicans. Sedangkan persentase reduksi E.Coli
terhadap 6 sabun pencuci tangan, Bactorub menunjukkan efikasi 100%. Dan
persentase reduksi C. Pneumoniae terhadap 6 sabun pencuci tangan,
Bactorub menunjukkan efikasi 100 %. Kim & Rhee, (2016) juga melakukan
penelitian untuk membandingkan efek mikrobisida sabun biasa dengan sabun
antibakteri yang mengandung triklocarban mendapatkan hasil pengurangan
jumlah bakteri pada penggunaan sabun di suhu 22º C untuk staphylococcus
aureus ATCC 29213 0-3,2 log cfu/ml pada sabun biasa dan 0-3,5 log cfu/ml
pada sabun antibakteri. Pada penggunaan sabun di suhu 40ºC untuk S.aureus
ATCC 29213 0-3,6 log cfu/ml pada sabun biasa dan 0-3,8 log cfu/ml pada
sabun antibakteri. Pada Entercoccus faecalis ATCC 19.433 pada suhu 40º C
sabun antibakteri lebih efektif dibandingkan dengan sabun biasa dengan
pengurangan jumlah bakteri 3,8 Log cfu/ml VS 2,5 Log cfu/ml.

Tabel pencarian picot

PUBMED

Pencarian
Cohran
Science

sekunder
DOAJ

Direct
Kata kunci picot

“Wound” OR “Ulcer” OR “Diabetic foot 0 2 136 3 15


Ulcer” AND “Cleansing” OR “Cleaning”
OR “Washing” AND “Soap” OR
“Antiseptic” OR “Antiseptic soap” AND
“Bacterial colonization”

112
SINTESIS GRID

No Peneliti (tahun) Tujuan Desain Respondent Pengumpulan data Hasil penelitian Potensi Bias
& Judul Penelitian
1 Voss (1975), Untuk mengetahui Kohor 225 (93 pada Pemeriksaan mikrobiologis Sabun antibakteri secara signifikan Responden
Effects of an pengaruh penggunaan Prospektif kelompok kontrol dan dapat mengurangi total flora aerobik dikelompokka
antibacterial sabun antibakteri terhadap 132 pada kelompok pada bagian punggung, dada, lengan n menjadi
soap on jumlah total flora aerobic intervensi) bawah, tungkai bawah dan kaki, kelompok
ecology of pada enam lokasi kulit perhitungan juga berkurang pada control dan
aerobic aksila tapi tidak signifikan. Secara intervensi yang
bacterial flora keseluruhan penggunaan sabun 113 memenuhi
of human skin antiseptic 62 % dapat mengurangi kriteria inklusi
jumlah bakteri pada semua area yang
diuji (P ˂ 0,001)
2 Anglen (2005), Untuk membandingkan Kohor 350 (171 pada Semua pasien dewasa yang Kejadian infeksi pada kelompok Responden
Comparison of efektifitas pencucian luka prospektif kelompok antibiotik masuk pada unit gawat darurat pencucian luka dengan menggunakan dikelompokka
soap and dengan menggunakan air dan 180 pada dengan fraktur terbuka antibiotik 35 (18%) dan 26 (13%) n secara
antibiotic sabun dan cairan antibiotik kelompok air sabun) ekstremitas bawah yang pada kelompok pencucian luka random ke
solutions for terhadap kejadian infeksi didentifikasi oleh residen dengan air sabun (P = 0.2), kejadian dalam
irrigation of pada luka fraktur terbuka ortopedi delayed union or nonunion pada kelompok
lower-limb pada lower limb kelompok antibiotik 49 (25%) dan irigasi
open fracture pada kelompok air sabun 46 (23%) menggunakan
wounds dengan nilai P = 0.72, kejadian failure larutan
of wound healing pada kelompok antibiotik atau
antibiotik 19 (9.5%) dan pada larutan air
kelompok air sabun 8 (4%) dengan sabun
nilai P = 0.03

113
p-ISSN: 2442-2665
e-ISSN: 2614-3046 Jurnal Luka Indonesia Vol. 4(2): Juni – September 2018
No Peneliti (tahun) Tujuan Desain Respondent Pengumpulan data Hasil penelitian Potensi Bias
& Judul Penelitian
3 Geraldo, Untuk mengevalusi efikasi Studi in - Data dievaluasi menggunakan Konsentrasi hambat minimum dan -
Gilman, antimikroba dan risiko Vitro in vitro dilution method, konsentrasi bakterisida minimum
Shintre, Modak pengembangan resisten American standard test method triklosan terhadap Staphylococcus
(2008), Rapid organisme terhadap 2 dan 2 pig skin methods aureus meningkat 8-62.5 kali lipat
antibacterial sabun tangan baru : sabun sedangkan TPB dan FPB tidak
activity of 2 yang mengandung berubah, dalam studi in vitro
novel hand triklosan, memproduksi log pengurangan unit
soap : polyhexamethylene pembentuk koloni dari semua
evaluation of biguanide dan organisme yang diuji (4.95-8.58)
the risk of benzethonium chloride dibandingkan sabun yang
development of ditambahkan ke dasar mengandung triklosan saja (0.29-
bacterial sabun (sabun TPB) dan
4.86). dalam uji dengan menggunakan
resistance to metode kulit babi dan metode
sabun yang menandung
the sukarelawan, sabun TPB
farnesol,
antibacterial menghasilkan pengurangan unit
spolyhexamethylene
agents pembentuk koloni Log 10 (3.1-3.3)
biguanide dan
dibandingkan sabun yang
benzethonium chloride mengandung triklosan saja (2.6-2.8)
ditambahkan ke sabun
dasar (sabun FPB).
Pengujuan juga termasuk
sabun yang hanya
mengandung triklosan

114
p-ISSN: 2442-2665
e-ISSN: 2614-3046 Jurnal Luka Indonesia Vol. 4(2): Juni – September 2018
No Peneliti (tahun) Tujuan Desain Respondent Pengumpulan data Hasil penelitian Potensi Bias
& Judul Penelitian
4 Burton, Cobb, Untuk mengetahui apakah Eksperim 20 responden yang Setiap responden diminta Hasil penelitian ini menunjukkan Responden
Donachie, sabun non antibakteri lebih ental dibawa ke museum untuk melakukan cuci tangan bahwa cuci tangan dengan air sendiri dialokasikan
Judah, Curtis, baik mengurangi bakteri prospektif kemudian diminta 24 kali yang terbagi 8 kali mengurangi prevalensi bakteri secara secara random
Schmidt potensial asal fekal dari dengan sengaja untuk dengan menggunakan sabun, 8 subtansial, cuci tangan dengan sabun kedalam 3
(2011), The pada air saja menyeka tangan kali dengan mengguankan air, lebih efektif dalam mengurangi kelompok
effect of mereka diatas dan tidak melakukan cuci prevalensi kontaminasi dan
handwashing permukaan yang tangan. Selama fase percobaan khususnya enterococcus spp.
with water or sering kontak dengan peneliti mengukur jumlah
soap on tangan seperti waktu yang dibutuhkan untuk
bacterial pegangan tangan, mencuci tangan dengan atau
contamination gagang pintu dan tanpa sabun.
of hands kursi dengan tujuan
mencemari tangan
mereka dengan
bakteri apa saja yang
ada
5 Mwambete, Untuk mengevaluasi efek Studi In Sampel yang diuji Dilakukan studi in Vitro pada Dari 16 sabun yang diuji Protex, -
Lyiombe (2011), antimikroba pada sabun Vitro adalah 13 merk sabun 16 merk sabun terhadapa strain Roberts, Family dan Protectors sama-
Antimicrobial yang disebut sebagai sabun kesehatan, satu bakteri P. Aeruginosa, E. Coli, sama efektif (P ˂ 0.005) terhadap S.
Activity of sampel sabun cuci S.Auereus dan Candida Aureus
kesehatan
Medicated Soaps
pakaian, satu sampel Albicans. Antibiotik disc
Commonly Used
By Dar es sabun cuci tangan cair (Profloxacin dan ketokenazol)
Salaam dan satu sampel juga dimasukkan sebagai
Residents in sabun mandi baisa. kontrol positif. Kemudian
Tanzania dilakukan kulturisasi pada suhu
37 0C selama 48 jam

115
p-ISSN: 2442-2665
e-ISSN: 2614-3046 Jurnal Luka Indonesia Vol. 4(2): Juni – September 2018
No Peneliti (tahun) Tujuan Desain Respondent Pengumpulan data Hasil penelitian Potensi Bias
& Judul Penelitian
6 Selvamohan, Untuk membandingkan Studi In Responden dalam - Diantara 5 sabun yang diteliti yaitu -
Sandhya efikasi sabun yang ada Vitro penelitian ini adalah lifeboy, Dettol, medimix, savlon dan
(2012), Studies dipasaran terhadap pasien yang johnson’s baby yang paling efktif
on bactericidal kemampuan beberapa mengalami infeksi adalah medimix dikuti oleh Dettol
activity of bakteri menginfeksi kulit kulit di RS kemudian lifeboy, savlon dan
different soaps seperti staphylococcus spp, johnson’s baby memiliki efek
against- pseudomonas spp, dan baktercidal yang sama.
bacterial serratia spp, serta untuk
strains menyediakan data untuk
memutuskan pemilihan
sabun yang lebih baik dan
protektif terhadap
mikroorganisme patogen
7 Obi (2014), Untuk menentukan Studi In Responden dalam Data dikumpulkan dari swab Sebagian besar sabun kesehatan yang -
Antibacterial aktifitas antibakteri Vitro penelitian ini adalah kulit responden pada daerah diuji memiliki aktivitas antibakteri
Activities of beberapa sabun kesehatan mahasiswa pada leher, wajah, ketiak, dada dan namun sabun merk Crusader
Some yang umum digunakan oleh departemen tangan kemudian dilakukan ditemuan paling efektif terhadap
Medicated manusia untuk menurangi Mikrobilogi, Michael inokulasi pada Nutrient and strain bakteri yang diuji, memiliki
Soaps on mikroorganisme patogen Okpara University Mcconkey Agar (Biotech, zona inhibisi tertinggi (25 mm)
Selected of Agriculture, England) plates yang telah terhadap S. Aureus dan 20 mm
Human Umudike. Dan disiapkan kemudian dilakukan terhadap E. Coli
Pathogens menngunakan kultur pada suhu 370 C selama
beberpa sabun 48 jam.
kesehatan komersial
yang dibeli ditoko
kosmetik standar dan
toko farmasi

116
p-ISSN: 2442-2665
e-ISSN: 2614-3046 Jurnal Luka Indonesia Vol. 4(2): Juni – September 2018
No Peneliti (tahun) Tujuan Desain Respondent Pengumpulan data Hasil penelitian Potensi Bias
& Judul Penelitian
8 Abbas, Husain Untuk mengevaluasi Studi In Sampel sabun Untuk mengetahui aktiviatas Aktivitas antimikroba tiap sabun
K, Husain Z, aktivitas antimikroba dari Vitro kesehatan yang sabun antibakteri, digunakan antibakteri berbeda secara signifikan
Ali R, Abbas T tiga sabun antibakteri yang digunakan dibeli dari dua metode untuk menentukan pada konsentrasi 50 Mg/ml, 100
(2016), Anti- tersedia dipasar lokal Shaheen Chemist, zona inhibisi yaitu Disk Mg/ml dan 150 mg/ml dengan urutan
Bacterial Rawalpindi terhadap salah satu toko Diffusion Method dan Agar yaitu Safeguard, Dettol dan Lifefboy.
Activity of bakteri yang ditemukan farmasi standar yang Well Diffusion Method Dengan zona inhibisi paling kuat pada
Different Soaps pada kulit sehari-hari. ada di Rawalpindi, konsentrasi 50 Mg/Ml dibandingkan
Available in sabun yang dengan konsentrasi 100 Mg/Ml dan
Local Market of digunakan yaitu 150 Mg/Ml. Ini menunjukkan solusi
Rawalpindi Safeguard, Dettol yang pekat memiliki zona inhibisi
(Pakistan) dan Lifeboy. Strain yang kuat.
against Daily bakteri yang
Encountered digunakan adalah S.
Bacteria aureus ATCC
25.923, E. Coli
ATCC 25922 dan S.
Typhi ATCC 6539
disediakan oleh
laboratorium
Mikrobiologi dari
Bio-Labs (Pvt.) Ltd
Islamabad Pakistan.

117
p-ISSN: 2442-2665
e-ISSN: 2614-3046 Jurnal Luka Indonesia Vol. 4(2): Juni – September 2018
No Peneliti (tahun) Tujuan Desain Respondent Pengumpulan data Hasil penelitian Potensi Bias
& Judul Penelitian
9 Rajkumari Untuk menilai efek Studi Sabun antiseptic Pada uji suspensi, Bactorub dan -
(2015), antimicrobial dari sabun Invitro yang diuji adalah sterillium menunjukkan peningkatan
Evaluation of pencuci tangan yang biasa Bactorub, Sterillium, efikasi antimikroba diikuti oleh
the efficacy of digunakan di India, in Vivo Dettol, Himalaya Himalaya, Zuci, Lifeboy dan Dettol
six different dan in Vitro terhadap pure hands dan terhadap persentase pengurangan C.
hand sanitizer infeksi nosokomial Lifeboy. Strain Albicans. Sedangkan persentase
commonly bakteri yang reduksi E.Coli terhadap 6 sabun
available on the digunakan yaitu pencuci tangan, Bactorub
Indian market Clebisiella menunjukkan efikasi 100%. Dan
Pneumoniae, C. percentase reduksi C. Pneumoniae
Albicans dan E.Coli terhadap 6 sabun pencuci tangan,
Bactorub menunjukkan efikasi 100 %.
10 Kim, Rhee Untuk membandingkan - 20 (10 bakteri gram Assay untuk mengukur efek Pengurangan jumlah bakteri pada -
(2016) efek mikrobisida sabun positif, 10 bakteri bacterisida sabun biasa dan penggunaan sabun di suhu 22º C
Microbicidal biasa dengan sabun gram negatif) sabun antibakteri untuk staphylococcus aureus ATCC
effects of plain antibakteri yang 29213 0-3,2 log cfu/ml pada sabun
soap vs mengandung triklocarban biasa dan 0-3,5 log cfu/ml pada sabun
triclocarban- antibakteri. Pada penggunaan sabun
based di suhu 40ºC untuk S.aureus ATCC
antibacterial 29213 0-3,6 log cfu/ml pada sabun
soap biasa dan 0-3,8 log cfu/ml pada sabun
antibakteri. Pada Entercoccus faecalis
ATCC 19.433 pada suhu 40º C sabun
antibakteri lebih efektif dibandingkan
dengan sabun biasa dengan
pengurangan jumlah bakteri 3,8 Log
cfu/ml VS 2,5 Log cfu/ml

118
p-ISSN: 2442-2665
e-ISSN: 2614-3046 Jurnal Luka Indonesia Vol. 4(2): Juni – September 2018
No Peneliti (tahun) Tujuan Desain Respondent Pengumpulan data Hasil penelitian Potensi Bias
& Judul Penelitian
11 Chaudari Untuk membandingkan Studi In Sampel dalam Data dikumpulkan dengan Diameter zona hambat pada S. Aureus -
(2016), Studies efektifitas sabun herbal Vitro penelitian ini adalah mengambil swab pada kulit paling tinggi dimiliki oleh sabun
on yang tersedia dipasar lokal berbagai jenis sabun dareah tangan, leher dan wajah antiseptik yaitu Dettol (42.0±1.5),
antimicrobial dengan sabun antiseptik herbal dan antiseptik para mahasiswa dari Savlon (13.6±1.2) Lifeboy plus
activity of terhadap bakteri pathogen yang umum departemen dengan paparan (11.2±1.2) dan untuk sabun herbal,
antiseptic yang menginfeksi kulit digunakan oleh debu yang tinggi kemudian zona hambat tertinggi dimiliki oleh
soaps and manusia seperti S. Aureus, manusia yang dibeli dilakukan inokulasi pada Neem (14.4±1.2), lidah buaya
herbal soaps P. Aeruginosa, Bacillus dari toko farmasi media agar yang telah (14.0±1.2), haldi chandan (10.2±1.0).
against Subtilis dan E. Coli standar dari Syahada, disiapkan dan dikultur dengan Diameter zona hambat untuk B.
selected human sabun antiseptik yang inkubasi suhu 37 0 C selama 48 Subtilis paling tinggi dimiiki oleh
pathogens digunakan adalah jam sabun antiseptik yaitu Dettol
Dettol, Savlon dan (30.0±1.5), untuk E.Coli diameter
Lifeboy plus zona hambat juga dimiliki oleh Dettol
sedangkan sabun (25.0±1.0), untuk P. Aeruginosa
herbal yang diameter zona hambat juga dimiliki
digunakan adalah oleh sabun Dettol (18.6±1.5)
Haldi Chandan, Aloe
Vera dan sabun
Neem. Kultur bakteri
yang digunakan
meliputi S. Aureus, B.
Subtilis, E.Coli dan P.
Aeruginosa yang
diisolasi di Lab.

119
p-ISSN: 2442-2665
e-ISSN: 2614-3046 Jurnal Luka Indonesia Vol. 4(2): Juni – September 2018
p-ISSN: 2442-2665
Jurnal Luka Indonesia Vol. 4(2): Juni – September 2018
e-ISSN: 2614-3046

Secara umum sabun digunakan untuk membersihkan dan


PEMBAHASAN menghilangkan debu serta mikroba yang ada dipermukaan kulit (Chaudhari,
2016). Sabun berperan penting untuk membersihkan dan membunuh bakteri
(Abbas et al., 2016). Sabun yang dikenal memiliki aktifitas antimikroba adalah
sabun antiseptik (Chaudhari, 2016) sehingga sabun antiseptik dapat
direkomendasikan untuk digunakan sebagai solusi pencuci luka. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Simon & Hern, (2014) yang
menyatakan bahwa pencuci luka yang ideal memiliki antimikroba yang luas
dengan onset yang cepat, tetapi harus tidak beracun pada jaringan, dan tidak
mengurangi resistensi jaringan terhadap infeksi atau menunda penyembuhan
luka. Selain itu solusi pencuci luka juga dibutuhkan yang murah, mudah
didapat dan efektif (Arisanty, 2013).
Menurut Beam, (2006) pencuci luka yang tepat dapat menciptakan
lingkungan luka yang optimal untuk penyembuhan luka. hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Queirós et al., (2014) yang menemukan bahwa
bahwa pencucian luka dengan menggunakan povidone-iodine, hydrogen
peroksida dan natrium hipoklorit tidak dianjurkan karena bersifat korosif
terhadap jaringan granulasi sehingga dapat mengganggu proses
penyembuhan luka. Anglen, (2005) menemukan bahwa irigasi luka fraktur
terbuka dengan antibiotik tidak memberikan keuntungan dibandingkan
dengan irigasi luka menggunakan larutan sabun.
Penelitian yang dilakukan oleh Fitri (2009) yang bertujuan untuk
mengetahui kemampuan daya hambat beberapa sabun antiseptik terhadap
pertumbuhan sthapylococcus aureus dan eschericia coli menemukan bahwa
sabun antiseptik yang mengandung triklosan dan triklocarban serta fenol 2%
memiliki daya hambat yang paling kuat terhadap pertumbuhan bakteri
sthapylococcus aureus dan eschericia coli. Hal ini sama dengan penelitian yang
dilakukan oleh Chaudhari, (2016) bertujuan untuk membandingkan efektifitas
sabun herbal yang tersedia dipasar lokal dengan sabun antiseptik terhadap
bakteri pathogen yang menginfeksi kulit manusia seperti S. Aureus, P.
Aeruginosa, Bacillus Subtilis dan E. Coli menemukan bahwa diameter zona
hambat pada S. Aureus paling tinggi dimiliki oleh sabun antiseptic yaitu Dettol
kemudian Savlon dan Lifeboy plus sedangkan pada sabun herbal, zona
hambat tertinggi dimiliki oleh Neem kemudian Lidah buaya dan Haldi chandan
(10.2±1.0). Diameter zona hambat untuk B. Subtilis paling tinggi dimiiki oleh
sabun antiseptic yaitu Dettol, untuk E.Coli diameter zona hambat juga dimiliki
oleh Dettol, untuk P. Aeruginosa diameter zona hambat juga dimiliki oleh
sabun Dettol.
Kim & Rhee, (2016) juga menemukan bahwa sabun antibakteri yang
mengandung triklocarban dapat menurunkan jumlah bakteri apabila
digunakan pada suhu 22º C untuk staphylococcus aureus ATCC 29213 dapat
menurun 0.2 cfu/ml sama apabila digunakan pada suhu 40ºC. Sedangkan
pada Entercoccus faecalis ATCC 19.433 apabila digunakan pada suhu 40º C
sabun antibakteri lebih efektif dibandingkan dengan sabun biasa dengan
penurunan jumlah bakteri 1.3 cfu/ml.

120
p-ISSN: 2442-2665 Jurnal Luka Indonesia Vol. 4(2): Juni – September 2018
e-ISSN: 2614-3046
Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk menilai efektifitas sabun
antiseptik dalam menurunkan jumlah bakteri namun belum ada penelitian
untuk melihat efektifitas penggunaan sabun antiseptik sebagai pencuci luka.
.
Studi literatur ini menunjukkan bahwa sabun antiseptik efektif
KESIMPULAN mengurangi jumlah koloni bakteri dibandingkan dengan sabun biasa dan
memiliki daya hambat yang paling kuat terhadap pertumbuhan bakteri
sthapylococcus aureus dan eschericia coli.

DAFTAR PUSTAKA Abbas, S., Hussain, K., Hussain, Z., Ali, R., & Abbas, T. (2016). Anti-Bacterial
Activity of Different Soaps Available in Local Market of Rawalpindi
(Pakistan) against Daily Encountered Bacteria. Pharmaceutica Analytica
Acta, 7(11), 10–12. https://doi.org/10.4172/2153-2435.1000522
Anglen, J. O. (2005). Comparison of Soap and Antibiotic Solutions For
Irrigation of Lower Limb Open fracture Wounds A Prospective,
Randomized Study. The Journal of Bone and Joint Surgery, 87–A(7),
1415–1423.
Angular, P., Amaral, C., Rodrigues, A., & De Souza, A. H. (2017). A diabetic
foot ulcer treated with hydrogel and hyperbaric oxygen therapy: a case
study. Journal of Wound Care, 26(11), 127–130.
Arisanty, I. P. (2013). Konsep Dasar ; MANAJEMEN PERAWATAN LUKA.
(P. E. Karyuni, Ed.). Jakarta: EGC.
Beam, J. W. (2006). Wound cleansing: Water or saline? Journal of Athletic
Training, 41(2), 196–197.
Burton, M., Cobb, E., Donachie, P., Judah, G., Curtis, V., & Schmidt, W. P.
(2011). The effect of handwashing with water or soap on bacterial
contamination of hands. International Journal of Environmental Research
and Public Health, 8(1), 97–104. https://doi.org/10.3390/ijerph8010097
Chaudhari, V. M. (2016). Studies on antimicrobial activity of antiseptic soaps
and herbal soaps against selected human pathogens. Journal of Scientific
and Innovative Research JSIR, 5(56), 201–204.
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi selatan. (2014). Profil Kesehatan 2013.
Makassar.
Fitri, L. (2009). Kemampuan Daya Hambat Beberapa Macam Sabun Antiseptik
Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.
Bilogi Edukasi (Program Study Pendidikan Biologi FKIP Unsyiah), 1.
Retrieved from http://jurnal.unsyiah.ac.id/JBE/article/view/434/591
Geraldo, I. M., Gilman, A., Shintre, M. S., & Modak, S. M. (2008). Rapid
antibacterial activity of 2 novel hand soaps: evaluation of the risk of
development of bacterial resistance to the antibacterial agents. Infection
Control and Hospital Epidemiology, 29(8), 736–741.
https://doi.org/10.1086/589723
IDF. (2017). IDF diabetes atlas (8th Editio).
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

121
p-ISSN: 2442-2665 Jurnal Luka Indonesia Vol. 4(2): Juni – September 2018
e-ISSN: 2614-3046

Kim, S. A., & Rhee, M. S. (2016). Microbicidal effects of plain soap vs


triclocarban-based antibacterial soap. Journal of Hospital Infection, 94(3),
276–280. https://doi.org/10.1016/j.jhin.2016.07.010
Lu, S. . H., & McLaren, A.-M. (2017). Wound healing outcomes in a diabetic
foot ulcer outpatient clinic at an acute care hospital: a retrospective study.
Journal of Wound Care, 26(10).
Mwambete, K. D., & Lyombe, F. (2011). Antimicrobial Activity of Medicated
Soaps Commonly Used By Dar es Salaam Residents in Tanzania. Indian
Journal of Pharmaceutical Sciences, 73(1), 92–8.
https://doi.org/10.4103/0250-474X.89765
Obi, C. (2014). Antibacterial Activities of Some Medicated Soaps on Selected
Human Pathogens. American Journal of Microbiological Research, 2(6),
178–181. https://doi.org/10.12691/ajmr-2-6-3
Queirós, P., Santos, E., Apóstolo, J., Cardoso, D., Cunha, M., & Rodrigues, M.
(2014). The effectiveness of cleansing solutions for wound treatment: a
systematic review. JBI Database of Systematic Reviews and
Implementation Reports, 12(10), 121–151.
https://doi.org/10.11124/jbisrir-2014-1746
Reena Rajkumari, B. (2015). Evaluation of the efficacy of six different hand
sanitizers commonly available on the Indian market. International
Journal of Pharma and Bio Sciences, 6(3), B984–B991. Retrieved from
http://www.ijpbs.net/download.php?download_file=cms/php/upload/446
7_pdf.pdf&did=4467%0Ahttp://bf4dv7zn3u.search.serialssolutions.com.
myaccess.library.utoronto.ca/?url_ver=Z39.88-
2004&rft_val_fmt=info:ofi/fmt:kev:mtx:journal&rfr_id=info:sid/Ovid:e
med13&rft
RISKESDAS. (2013). RISET KESEHATAN DASAR ; Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Tahun2013.
Laporan Nasional 2013. Jakarta. https://doi.org/1 Desember 2013
Selvamohan, T., & Sandhya, V. (2012). Studies on bactericidal activity of
different soaps against – bacterial strains. Journal of Microbiology and
Biotechnology Research, 2(5), 646–650. Retrieved from
http://scholarsresearchlibrary.com/JMB-vol2-iss5/JMB-2012-2-5-646-
650.pdf
Simon, B. C., & Hern, H. G. (2014). Wound Management Principles. In
Rosen’s Emergency Medicine - Concepts and Clinical Practice, 2-Volume
Set (p. 751–766.e2). https://doi.org/10.1016/B978-1-4557-0605-1.00059-
2
Voss, J. G. (1975). Effects of an antibacterial soap on the ecology of aerobic
bacterial flora of human skin. Applied Microbiology, 30(4), 551–6.
Retrieved from
http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=187229&too
l=pmcentrez&rendertype=abstract
Wilkins, R. G., & Unverdorben, M. (2013). Wound cleaning and wound
healing: a concise review. Advances in Skin & Wound Care, 26(4), 160–
3. https://doi.org/10.1097/01.ASW.0000428861.26671.41

122

View publication stats

You might also like