Professional Documents
Culture Documents
23
Warta Perkaretan 2019, 38 (1), 23 - 34
produktivitas padi sawah (Pirngadi et al., 2007; muda. Hal ini karena mampu mencapai hasil >
Sasmita et al., 2006). Hal ini karena areal 3,0 ton/ha sehingga dapat mempercepat
tanaman karet umumnya banyak terdapat di kenaikan hasil dan pendapatan petani
lahan kering ultisol dengan lapisan top soil tipis (Pirngadi et al., 2007).
antara 5-15 cm, miskin bahan organik, miskin Unsur hara yang penting dan harus tersedia
hara N, P, K, Mg, Ca, kemasaman tinggi untuk budidaya padi gogo di lahan kering
karena kadar alumunium (Al), dan besi (Fe) adalah N, P, dan K. Pemberian 45, 90, dan 135
ya n g t i n g g i s e h i n g g a m e n g h a m b a t kg N/ha nyata meningkatkan pertumbuhan
pertumbuhan akar tanaman dan hasil padi gogo varietas Situ Bagendit, Situ
(Notohadiprawiro, 2006; Prasetyo & Patenggang, dan Batutegi di dataran sedang
Suriadikarta, 2006; Santoso, 2006; Wijaya, (Alavan et al., 2015). Pemupukan dengan dosis
2008; Paiman & Armando, 2010; Syahputra et 90 kg N/ha + 36 kg P2O5/ha + 60 kg K2O/ha
al., 2015). Oleh karena itu, diperlukan nyata meningkatkan hasil padi gogo varietas
perbaikan kesuburan tanah melalui aplikasi Cirata, Way Rarem, dan Jatiluhur hingga 91%
kapur dan bahan organik, pemupukan hara N, dari 2,89 t/ha menjadi 5,52 t/ha yang ditanam
P, dan K yang optimal. Selain itu, kendala secara monokulutur dilahan kering (Suwarno
pengembangan padi gogo di bawah tegakan et al., 2004). Takaran pupuk yang optimal
tanaman karet adalah rendahnya intensitas untuk padi gogo adalah 90 kg N/ha atau setara
cahaya karena faktor naungan tajuk tanaman 200 kg Urea/ha. Pemberian pupuk N yang
karet. Hal ini karena secara umum jarak tanam tinggi akan meningkatkan serangan penyakit
karet yang digunakan adalah 6 m x 3 m blas sehingga hasil padi gogo akan menurun
sehingga dapat ditanami padi gogo sebagai (Santika & Sunaryo, 2008).
tanaman sela hanya sampai tanaman karet Pada dasarnya penelitian mengenai
berumur 1-2 tahun (Rosyid et al., 2012; Pansak, formulasi dosis pemupukkan yang tepat untuk
2015). Dengan jarak tanam karet tersebut padi gogo yang ditanam secara monokultur di
ketika tanaman karet berumur >2 tahun, tajuk lahan kering sudah banyak dilakukan. Namun,
tanaman karet sudah saling menutup dengan formulasi dosis pupuk perlu dilakukan pada
pengurangan intensitas cahaya mencapai 50- padi gogo sebagai tanaman sela karet dan
60% (Pansak, 2015; Sahuri et al., 2016; Sahuri, melihat pengaruhnya terhadap pertumbuhan
2017). Padi gogo yang ditanam di bawah karet klon PB 340. Hal ini karena setiap
naungan kurang dari 50% mengalami varietas padi gogo dan formulasi pupuk yang
p e nu r u n a n h a s i l m e n c a p a i 5 0 - 6 0 % , digunakan harus spesifik lokasi, hubungannya
dibandingkan dengan keadaan tanpa naungan dengan pasokan hara yang spesifik. Areal karet
(Sopandie et al., 2002; Rosyid et al., 2012). klon PB 340 dipilih dalam penelitian ini karena
Rata-rata produktivitas padi gogo di berdasarkan hasil survei lokasi penelitian
Indonesia masih rendah yaitu 2,87 ton/ha atau menunjukkan bahwa areal tanaman karet klon
60% dari produktivitas padi sawah yang PB 340 berumur 18 bulan setelah tanam (BST)
mencapai 4,74 ton/ha (Badan Pusat Statistik, dengan intensitas cahaya di bawah tegakan
2015). Hasil padi gogo dengan sistem tumpang karet sebesar 70-75% diukur menggunakan
sari karet masih rendah yaitu 2-3 ton/ha GKG menggunakan alat LI-COR Line Quantum
dibandingkan secara monokultur yang dapat Sensor. Hal ini menunjukkan bahwa lokasi
mencapai 4-5 ton/ha gabah kering giling areal klon PB 340 sesuai untuk penelitian pola
(GKG) (Toha, 2005). Rendahnya hasil tersebut tumpangsari padi gogo. Oleh karena itu,
disebabkan belum menggunakan varietas penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh
unggul dan teknik pemupukan yang tidak tepat tumpangsari padi gogo terhadap pertumbuhan
(Putra, 2012). Penggunaan varietas unggul dan karet klon PB 340 dan mendapatkan paket
pemberian pupuk 90 kg N/ha merupakan pemupukan NPK padi gogo sebagai tanaman
perlakuan terbaik pada penelitian pemupukan sela karet.
NPK padi gogo sebagai tanaman sela karet
24
Optimasi pemupukan padi gogo sebagai tanaman sela tanaman karet belum menghasilkan
25
Warta Perkaretan 2019, 38 (1), 23 - 34
Tabel 1. Analisis tanah sebelum dan sesudah tanam serta rata-rata curah hujan setiap bulan selama
10 tahun (2007-2017) di KP. Balai Penelitian Sembawa.
Peubah Analisis Sebelum Saat Panen Bulan Curah Hujan (mm)
pH 4,37sm 5,04m Januari 284
C - Organik (%) 1,83r 3,19t Februari 277
N-total (%) 0,13r 0,20sd Maret 321
P2O5 (Bray II) (ppm) 4,77sr 5,19r April 357
K2O (Morgan) (me/100 gr) 0,02sr 0,05sr Mei 135
Ca (me/100 gr) 0,11sr 0,20sr Juni 110
Mg (me/100 gr) 0,02sr 0,12r Juli 82
KTK (me/100 gr) 8,9sr 10,74r Agustus 75
Kejenuhan Al 50,60st September 74
Pasir (Sand) 46,67 Oktober 209
Debu (Dust) 25,83 Nopember 306
Liat (Clay) 26.49 Desember 341
Keterangan: r = rendah; sr = sangat rendah; sd = sedang; t = tinggi; st = sangat tinggi; m = masam; sm =
sangat masam; kriteria iklim Schmidt-Ferguson (bulan kering < 60 mm dan bulan basah > 100
mm)
Tabel 2. Lilit batang karet pada pola tanam padi gogo sebagai tanaman sela karet
Perlakuan Lilit Batang (cm) Kenaikan
18 BST 24 BST (%)
Karet Monokultur 16,20a 20,37b 25,74
Karet Pola Tumpangsari Padi 16,30a 22,21a 36,26
P 0,48tn 0,032*
Keterangan:
ü *) nyata padaP < 0.05 dan tn) tidak berbeda nyata
ü lilit batang karet umur 18 bulan setelah tanam (BST) sebelum penanaman padi gogo
ü lilit batang karet umur 24 BST setelah penanaman padi gogo.
26
Optimasi pemupukan padi gogo sebagai tanaman sela tanaman karet belum menghasilkan
Hasil penelitian Wibawa & Rosyid (1995), MST ditunjukkan oleh perlakuan 0 kg
perbaikan struktur tanah ultisol melalui P2O5/ha + 60 kg K2O/ha sebesar 58,17 cm,
pengolahan tanah untuk tanaman sela padi berbeda nyata dengan perlakuan tanpa PK dan
gogo dapat meningkatkan serapan unsur hara 36 kg P2O5/ha +0 kg K2O/ha, tetapi tidak
N, P, dan K sehingga sistem perakaran menjadi berbeda nyata dengan perlakuan 36 kg
lebih baik. Selanjutnya menurut Ar-riza et al. P2O5/ha + 60 kg K2O/ha. Pada umur 10 MST
(2001) kegiatan pengolahan tanah dapat tanaman tertinggi pada perlakuan 36 kg
membentuk agregat tanah yang stabil sehingga P2O5/ha + 0 kg K2O/ha sebesar 64,12 cm,
perkembangan akar, pergerakan air, dan udara berbeda nyata dengan perlakuan tanpa PK
akan lebih mudah dan bebas. tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan
lainnya (Tabel 3). Hal ini menunjukkan bahwa
Pertumbuhan dan Produksi Padi Gogo pemberian pupuk P dan K masing-masing
Sebagai Tanaman Sela Karet sebanyak 36 kg P2O5/ha dan 60 kg K2O/ha
meningkatkan pertumbuhan padi gogo.
Tinggi Tanaman Adanya pemberian pupuk P dan K
Kombinasi pupuk PK nyata meningkatkan mempengaruhi tinggi tanaman. Hal ini sejalan
tinggi tanaman padi gogo pada umur 6 MST dengan penelitian yang dilakukan oleh
dan 10 MST. Tanaman tertinggi pada umur 6 Pirngadi et al. (2012).
Tabel 3. Tinggi tanaman padi gogo sebagai tanaman sela karet pada perlakuan pupuk NPK
Pemberian pupuk N nyata meningkatkan perlakuan lainnya (Tabel 3). Hal ini
tinggi tanaman padi gogo pada umur 6 dan 10 menunjukkan bahwa pemberian pupuk N yang
MST. Pada umur 6 MST tanaman tertinggi optimal untuk meningkatkan pertumbuhan
pada perlakuan 135 kg N/ha sebesar 56,90 cm padi gogo sebanyak 90 kg N/ha. Adanya
berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pupuk pemberian pupuk 90 kg N/ha mempengaruhi
N, tetapi tidak berbeda nyata dengan tinggi tanaman yang optimal. Hal ini sejalan
perlakuan lainnya. Pada umur 10 MST dengan penelitian Pirngadi et al. (2007) dan
tanaman tertinggi pada perlakuan 90 kg N/ha Santika & Sunaryo (2008).
sebesar 66,73 cm berbeda nyata dengan
27
Warta Perkaretan 2019, 38 (1), 23 - 34
Tabel 4. Interaksi kombinasi pupuk NP dan Kterhadap tinggi tanaman padi gogo
Kombinasi Pupuk (kg/ha) 6 MST 10 MST
N P2O5 K2O Tinggi Tanaman (cm) Tinggi Tanaman (cm)
0 49,90e 54,87d
45 52,63cde 59,40bcd
90 52,27de 62,40abcd
135 51,80de 56,73cd
0 36 53,00bcde 61,47abcd
45 36 53,93abcde 65,00abc
90 36 54,67abcde 67,60ab
135 36 56,80abcde 62,40abcd
0 60 54,53abcde 61,73abcd
45 60 60,67ab 66,67ab
90 60 60,27abc 66,67ab
135 60 57,20abcde 59,27bcd
0 36 60 53,07bcde 57,27cd
45 36 60 55,10abcde 61,60abcd
90 36 60 59,47abcd 70,27a
135 36 60 61,80a 66,53ab
2
R 0,62 0,77
KK 7,31 7,61
P <0,05 0,025* 0,015*
Keterangan: angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut
uji DMRT 5 %.
Interaksi kombinasi pupuk PK dan N nyata nyata kombinasi pupuk PK dan N terhadap
meningkatkan tinggi tanaman pada umur 6 tinggi tanaman padi gogo pada umur 4, 5, dan
MST dan 10 MST. Pada umur 6 MST 6 MST.
tanaman tertinggi pada kombinasi pupuk 135
kg N/ha + 36 kg P2O5/ha + 60 kg K2O/ha Jumlah Anakan
sebesar 61,80 cm, sedangkan pada umur 10 Kombinasi pupuk PK nyata meningkatkan
MST tanaman tertinggi pada kombinasi jumlah anakan padi gogo pada umur 6 MST
pupuk 90 kg N/ha + 36 kg P2O5/ha + 60 kg dan 10 MST. Pada umur 6 MST jumlah anakan
K2O/ha sebesar 70,27 cm (Tabel 4). Hasil tertinggi pada perlakuan 36 kg P2O5/ha + 60 kg
tersebut berbeda nyata dengan perlakuan K2O/ha sebesar 12,23 cm, berbeda nyata
kombinasi pupuk PK dan N lainnya. Hal ini dengan perlakuan lainnya. Pada umur 10 MST
menunjukkan bahwa kombinasi pupuk N, P, jumlah anakan tertinggi pada perlakuan 36 kg
dan K yang optimal untuk meningkatkan P2O5/ha + 60 kg K2O/ha sebesar 12,47 cm,
tinggi tanaman padi gogo masing-masing berbeda nyata dengan perlakuan lainnya
sebanyak 90 kg N/ha, 36 kg P2O5/ha, dan 60 kg (Tabel 5). Hal ini menunjukkan bahwa
K2O/ha. Hasil penelitian Kasniari & Supadma pemberian pupuk P dan K untuk
(2007) interaksi antara perlakuan dosis pupuk meningkatkan jumlah anakan padi gogo
(N,P,K) tidak berpengaruh nyata (P>0,05) masing-masing sebanyak 36 kg P2O5/ha dan 60
terhadap tinggi tanaman padi gogo. Namun kg K2O/ha. Adanya pemberian pupuk P dan K
berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap jumlah mempengaruhi jumlah anakan, hal ini sejalan
anakan padi gogo dan terdapat interaksi yang dengan penelitian Santika (2011).
28
Optimasi pemupukan padi gogo sebagai tanaman sela tanaman karet belum menghasilkan
Tabel 5. Jumlah anakan padi gogo sebagai tanaman sela karet pada perlakuan pupuk NPK
Kombinasi Pupuk (kg/ha) Jumlah Anakan
N P2O5 K2O 6 MST 10 MST
0 0 11,08c 11,50c
0 60 11,62b 11,94b
36 0 11,53b 12,05b
36 60 12,23a 12,65a
0 10,75c 11,07c
45 11,63b 12,12b
90 12,37a 12,89a
135 11,72b 12,06b
R2 0,86 0,89
KK 4,19 3,74
P < 0,05 <.0001 <.0001
Keterangan: angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut
uji DMRT 5 %.
Tabel 6. Interaksi pupuk N, P, dan Kterhadap jumlah anakan sebagai tanaman sela karet
29
Warta Perkaretan 2019, 38 (1), 23 - 34
Interaksi kombinasi pupuk PK dan N nyata nyata kombinasi pupuk PK dan N terhadap
meningkatkan jumlah anakan pada umur 6 jumlah anakan padi gogo pada umur 4, 5, dan
MST dan 10 MST. Pada umur 6 MST dan 10 6 MST.
MST tanaman tertinggi pada kombinasi pupuk
90 kg N/ha + 36 kg P2O5/ha + 60 kg K2O/ha Bobot 1000 Biji
masing-masing sebesar 13,27 anakan dan Kombinasi pupuk P dan K tidak nyata
13,80 anakan (Tabel 6). Hasil tersebut berbeda meningkatkan bobot 1000 biji padi gogo,
nyata dengan perlakuan kombinasi pupuk PK namun bobot 1000 biji tertinggi dicapai pada
dan N lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan 36 P2O5 kg/ha + 60 K2O kg/ha
kombinasi pupuk N, P, dan K yang optimal sebesar 26,65 g. Pemberian pupuk N juga
untuk meningkatkan jumlah anakan padi gogo tidak nyata meningkatkan bobot 1000 biji,
masing-masing sebanyak 90 kg N/ha, 36 kg namun bobot 1000 biji tertinggi dicapai pada
P2O5/ha, dan 60 kg K2O/ha. Hasil penelitian perlakuan 90 N kg/ha sebesar 26,68 g. (Tabel
Kasniari & Supadma (2007) interaksi antara 7). Bobot 1000 biiji lebih dipengaruhi oleh
perlakuan dosis pupuk (N,P,K) berrpengaruh faktor genetis. Adanya pemberian pupuk-
nyata (P<0,05) terhadap jumlah anakan padi pupuk tidak mempengaruhi bobot 1000 biji
gogo. Selanjutnya Alavan et al. (2015) sejalan dengan penelitian Pirngadi et al. (2012).
menyatakan bahwa terdapat interaksi yang
Tabel 7.Bobot 1000 biji padi gogo sebagai tanaman sela karet pada perlakuan pupuk NPK
30
Optimasi pemupukan padi gogo sebagai tanaman sela tanaman karet belum menghasilkan
Tabel 8. Hasil gabah kering padi gogo sebagai tanaman sela karet pada perlakuan pupuk NPK
Tabel 9. Interaksi pupuk N, P, dan K terhadap hasil gabah kering padi gogo sebagai tanaman sela
karet
31
Warta Perkaretan 2019, 38 (1), 23 - 34
32
Optimasi pemupukan padi gogo sebagai tanaman sela tanaman karet belum menghasilkan
Prasetyo, B. H., & Suriadikarta, D. A. (2006). Santika, A. (2011). Teknik pengujian galur
Karakteristik, potensi, dan teknologi padi gogo terhadap keracunan aluminium
pengelolaan tanah ultisol untuk di rumah kaca. Bulletin Teknik Pertanian,
pengembangan pertanian lahan kering di 16(2), 43-47.
Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian, 25(2), Santika, A., & Sunaryo. (2008). Teknik
39-47. pengujian galur padi gogo terhadap
Putra, S. (2012). Pengaruh pupuk NPK penyakit blas (Pyricularia grisea). Bulletin
tunggal, majemuk, dan pupuk daun Teknik Pertanian, 13(1), 5-8.
terhadap peningkatan produksi padi gogo Santoso, B. (2006). Pemberdayaan lahan
varietas situ patenggang. Jurnal Agritop, podsolik merah kuning dengan tanaman
2(1), 55-61. rosela (hibiscus sabdariffa l.) di Kalimantan
Rodrigo, V. H. L., Silva, T. K., & S, M. E. Selatan. Jurnal Perspektif, 5(1), 1-12.
(2004). Improving the spatial arrangement Sasmita, P., Purwoko, B. S., Sujiprihati, S.,
of planting rubber (Hevea brasiliensis Hanarida, I., & Chozin, M. A. (2006).
Muell. Arg.) for long-term intercropping. Evaluasi pertumbuhan dan produksi padi
Field Crops Research, 89(2), 327-335. gogo haploid ganda toleran naungan dalam
Rodrigo, V. H. L., Stirling, C. M., Silva, T. U. sistem tumpangsari. Bulletin Agronomi,
K., & Pathirana, P. D. (2005). The growth 34(2), 79-86.
and yield of rubber at maturity is improved Sopandie, D., Trikoesoemaningtyas,
by intercropping with banana during the Sulistyono, E., & Heryani, N. (2002).
early stage of rubber cultivation. Field Crops Pengembangan kedelai sebagai tanaman sela:
Research, 91(1), 23-33. Fisiologi dan pemuliaan untuk toleransi
Rosyid, M. J., Wibawa, G., & Gunawan, A. terhadap naungan: Laporan Penelitian Hibah
(2012). Saptabina usahatani karet rakyat. In Bersaing. Diakses dari Dirjen Dikti,
M. Lasminingsih, H. Suryaningtyas, C. Kementerian Pendidikan.
Nancy, & A. Vachlepi (Eds.), Pola tanaman Suwarno, H. M., Toha, & Ismail, B. P. (2004,
sela. Palembang, Indonesia: Balai 15-18 Juli ). Ketersediaan teknologi dan
Penelitian Sembawa-Pusat Penelitian peluang pengembangan padi gogo. Tulisan
Karet. disajikan pada Seminar IPTEK Pekan Padi
Sahuri, & Rosyid, M. (2015). Analisis Nasional-II, Subang.
usahatani dan optimasi pemanfaatan Syahputra, E., Fauzi, & Razali. (2004).
gawangan karet menggunakan cabai rawit Karakteristik sifat kimia sub grup tanah
sebagai tanaman sela. Warta Perkaretan, ultisol di beberapa wilayah Sumatera
34(2), 77-88. U t a r a . Ju r n a l A g ro t e k n o l o g i , 4 ( 1 ) ,
Sahuri, Cahyo, A. N., & Nugraha, I. S. (2016). 1796–1803.
Pola tumpangsari karet-padi sawah pada Toha, H. M. (2005). Padi Gogo dan Pola
tingkat petani di lahan pasang surut, Pengembangannya. Subang, Indonesia: Balai
Sumatera Selatan. Warta Perkaretan, 35(2), Penelitian Tanaman Padi.
107-120. Wibawa, G., & Rosyid, M. (1995).
Sahuri. (2017). Pengaturan pola tanam karet Peningkatan produktivitas padi sebagai
(Hevea brasiliensis Muell.Arg.) untuk tanaman sela karet muda. Warta Perkaretan,
tumpang sari jangka panjang. Jurnal Ilmu 14(1), 40-46.
Pertanian Indonesia, 22(1), 443-462. Wijaya, T. (2008). Kesesuaian tanah dan iklim
untuk tanaman karet. Warta Perkaretan,
27(2), 34-44.
33
Warta Perkaretan 2019, 38 (1), 23 - 34
Xianhai, Z., Mingdao, C., & Weifu, L. (2014). Zuraida, R. (2014, 6-7 Agustus 2014).
Improving planting patter n for Usahatani padi gogo di sela tanaman karet pada
intercropping in the whole production span lahan kering bukaan baru di Kalimantan
of rubber tree. Africa Journal of Biotechnology, Selatan (Kasus di Desa Kiram Kabupaten
11(34), 8484–8490. Banjar Kalimantan Selatan). Tulisan
disajikan pada Seminar Nasional “Inovasi
Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi,
Banjarbaru.
34