You are on page 1of 25

Taujihat : Jurnal Bimbingan Konseling Islam

Volume 1, Nomor 2, 2020


Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah IAIN Samarinda
https://journal.iain-samarinda.ac.id/index.php/TAUJIHAT/index

Hubungan Motivasi Beragama Dengan


Kematangan Beragama Mahasiswa Ma’had Al-Jami’ah
Institut Agama Islam Negeri (Iain) Samarinda

Nurul Kharimah, Syatria Adymas Pranajaya


nurulkh147@gmail.com

ABSTRACT
Ma'had Al Jami'ah is an ability enrichment program in the field of religion
that aims to increase students' religious knowledge and experience, so that they
can improve in religion. Ma'had program itself is focused on two parts: an
exploration in the field of religion and language expansion (English and Arabic).
This study aims to determine whether there is a relationship between
religious motivation and religious maturity, in students of Ma'had Al-Jami'ah
State Islamic Institute (IAIN) Samarinda.
This research is quantitative research that uses the Product Moment
correlation analysis method, with data collection techniques using questionnaires
or questionnaires. The subjects in this study were students of the Ma'had Al-
Jami'ah dormitory class 2019/2020 as many as 63 respondents. The object of this
research is the relationship between religious motivation and religious maturity,
for students of Ma'had Al-Jami'ah Class of 2019/2020 State Islamic Institute
(IAIN) Samarinda.
The results of this study state that there is a relationship between religious
motivation and religious maturity as indicated by the value of each correlation
coefficient of Rxy = 0.675 with a significance value of p = 0.000 (P <0.01). So in
this study Ha is accepted and H0 is rejected, so it can be stated that the
hypothesis proposed is "the higher the religious belief, the higher the religious
maturity, and vice versa, the lower the religious motivation, the lower the
religious maturity in students.
Keywords: Motivation, Maturity, Religion

ABSTRAK
Ma’had Al Jami’ah menjadi suatu program pengayaan kemampuan dalam
bidang agama yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman
keagamaan mahasiswa, agar timbul kematangan dalam beragama. Program
ma’had sendiri memfokuskan atas dua bagian: eksplorasi pada bidang agama
dan ekpansi berbahasa (bahasa Inggris dan bahasa arab).

143 | T a u j i h a t , V o l . I , N o . 2 , D e s e m b e r T a h u n 2 0 2 0
Kharimah, Pranajaya Hubungan Motivasi Beragama…….

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan


antara motivasi beragama dengan kematangan beragama, pada mahasiswa
Ma’had Al-Jami’ah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Samarinda.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang menggunakan metode
analisis korelasi Product Moment, dengan teknik pengumpulan data
menggunakan kuesioner atau angket. Subyek pada penelitian ini adalah
mahasiswa asrama ma’had al-jami’ah Angkatan 2019/2020 sebanyak 63
responden. Objek penelitian ini adalah Hubungan Antara Motivasi Beragama
Dengan Kematangan Beragama, Pada Mahasiswa Ma’had Al-Jami’ah Angkatan
2019/2020 Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Samarinda.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa ada hubungan antara motivasi
beragama dengan kematangan beragama yang ditujukkan dengan nilai koefisien
korelasi masing-masing sebesar Rxy =0, 675 dengan nilai signifikansi p = 0,000
(P<0,01). Maka dalam penelitian ini Ha diterima dan H0 ditolak, sehingga dapat
dinyatakan hipotesis yang diajukan terbukti yaitu “semakin tinggi motivasi
beragama mahasiswa maka semakin tinggi pula kematangan beragamanya, dan
begitu juga sebaliknya semakin rendah motivasi beragama maka semakin rendah
kematangan beragama pada mahasiswa.
Kata Kunci: Motivasi, Kematangan, Beragama

Pendahuluan
Perguruan tinggi yang notabene Islam tentunya memiliki
badan pendukung dalam merealisasikan visi dan misi-nya. Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Samarinda dalam mencetak lulusan
menjadi sarjana-sarjana yang religius dan berintelektualitas
mempunyai lembaga Ma’had Al Jami’ah atau unit Pesantren
Kampus (Peskam).
Ma’had Al-Jami’ah merupakan lembaga yang mengelola
program terfavotit dengan tujuan membekali mahasiswa dengan
keahlian keIslaman dan juga keterampilan berbahasa luar, agar
para alumninya sanggup juga mulia mempunyai sebutan sebagai
cendikiawan sekaligus rohaniawan yang memiliki spiritualitas,
intelektualitas, dan profesionalitas yang unggul.
Ma’had Al Jami’ah menjadi suatu program pengayaan
kemampuan dalam bidang agama yang bertujuan untuk

144 | T a u j i h a t , V o l . I , N o . 2 , D e s e m b e r T a h u n 2 0 2 0
Kharimah, Pranajaya Hubungan Motivasi Beragama…….

meningkatkan pengetahuan dan pengalaman keagamaan


mahasiswa, agar timbul kematangan dalam beragama. Program
ma’had sendiri memfokuskan atas dua bagian: eksplorasi pada
bidang agama dan ekpansi berbahasa (bahasa Inggris dan bahasa
arab). Program ma’had ini wajib diikuti bagi mahasiswa baru, dan
dilaksanakan pada awal pembelajaran oleh mahasiswa, yaitu
sepanjang waktu 2 semester. Setelah mengikuti program ma’had,
bagi mahasiswa yang telah selesai mencapai standar ma’had
(pesantren kampus) akan dinyatakan lulus dan meraih lisensi
tamatan sebagai syarat mengikuti ujian munaqasyah (Tim Penulis,
2015).
Mahasiswa yang masuk pada perguruan tinggi Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Samarinda ini berasal dari berbagai macam
sekolah. Sehingga mahasiswa baru ma’had al-jami’ah terdaftar
pada lingkungan sekolah yang berbeda-beda, seperti latar
belakang sekolah keagamaan dengan lulusan Pesantren atau
Madrasah Aliyah Negeri (MAN), dan ada juga berasal dari latar
belakang sekolah umum seperti lulusan Sekolah Menengah Atas
(SMA), juga Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan lainnya. Hal
ini menjadikan tingkat pemahaman dan pengalaman keagaman
mahasiswa berbeda-beda, mulai dari fokus belajar keagamaan
yang berbeda dan juga kurikulum/program belajar yang tidak
sama pada lulusan dengan latar belakang pesantren maupun
sekolah umum.
Mahasiswa dengan latar belakang lulusan sekolah umum
memiliki tingkat pemahaman dan pengalaman keagamaan
(religiusitas) yang minim (rendah), dari pada mahasiswa dengan
latar belakang lulusan sekolah keagamaan. Hal ini didukung dari

145 | T a u j i h a t , V o l . I , N o . 2 , D e s e m b e r T a h u n 2 0 2 0
Kharimah, Pranajaya Hubungan Motivasi Beragama…….

hasil penelitian oleh Wahyuni Ismail yaitu ditemukan bahwa


terdapat perbedaan tingkat religiusitas (pemahaman dan
pengalaman keagamaan), antara siswa yang bersekolah di
lingkungan agama dari pada siswa yang belajar di sekolah
menengah umum (Ismail, 2009). Tingkat religiusitas antar siswa
yang berasal dari lingkungan sekolah keagamaan dan siswa
berlatar lingkungan sekolah umum didomonasi oleh dimensi
pengalaman dan kurikulum yang berbeda.
Perbedaan ini dapat disatukan dengan proses pemberian
pelajaran pemahaman dan pengalaman di dalam ma’had al-
jami’ah, dalam memberikam pengajaran yang sama baik untuk
mahasiswa lulusan sekolah agama maupun sekolah umun. Hal ini
bertujuan agar seluruh mahasiswa mempunyai kematangan
memahami agamanya.
Motivasi sendiri ialah seluruh materi yang menjadi implus
prilaku yang menghendaki seorang individu untuk melengkapi
suatu yang penting, dan sesuatu yang menjadi motivasi itu
merupakan sebuah keputuasan yang telah dipilih sebagai target
nyata yang ingin diraih (Sabri, 1993). Motivasi bias berupa
dorongan-dorongan pilar atau internal dan intensif di luar pribadi,
motivasi sebagai jalan menghidupkan kembali, menegakkan, dan
mengendalikan miat-minat (Hamalik, 2012).
Motivasi membuat mahasiswa mempunyai kematangan
beragama yang didapat dari proses pemahaman dan pengalaman.
Proses ini diperoleh ketika belajar di ma’had al - jami’ah demi
memenuhi persyaratan mendapatkan sertifikat kelulusan
(syahadah). Sehubungan dengan masalah di atas, kemudian
peneliti tertarik untuk mengkaji apakah terdapat hubungan antara

146 | T a u j i h a t , V o l . I , N o . 2 , D e s e m b e r T a h u n 2 0 2 0
Kharimah, Pranajaya Hubungan Motivasi Beragama…….

motivasi beragama dengan kematangan beragama mahasiwa


ma’had al-jami’ah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Samarinda.

Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif
dengan analisis korelasi untuk mengetahui apakah ditemukan
hubungan antara dua variabel tanpa mengerjakan suatu peralihan
terhadap data yang ada (Arikunto, 2010). Pada penelitian ini
peneliti ingin mencari tahu ada atau tidaknya hubungan antara
motivasi beragama dengan kematangan beragama pada
mahasiswa ma’had al-jami’ah Institut Agama Islam Negara (IAIN)
Samarinda.
Penelitian bertempat di kampus 2 Institut Agama Islam Negeri
Samarinda, pada mahasiswa dan mahasiswi asrama ma’had al-
jami’ah angkatan 2019/2020, Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Samarinda, jalan K. H. Harun Nafsi Kota Samarinda.
Peneliti menggunakan bantuan google formulir dalam
memudahkan pembagian angket (kuesioner) yang disebarkan pada
tanggal 25 Agustus sampai dengan 25 September 2020. Variabel
penelitian merupakan suatu hal yang dijadikan sebagai obyek
penelitian, yang menunjukkan variasi (Arikunto, 2006). Variabel
dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yakni Variabel
Terbuka (X): Motivasi Beragama dan Variabel Tertutup (Y):
Kematangan Beragama.
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru yang
masih mengikuti program (ma’had al-`jami’ah). Penentuan ini
didasarkan karena mahasiswa baru tersebut masih sangat aktif di
dalam proses perkuliahan karena berada pada semester awal dan

147 | T a u j i h a t , V o l . I , N o . 2 , D e s e m b e r T a h u n 2 0 2 0
Kharimah, Pranajaya Hubungan Motivasi Beragama…….

wajib mengikuti ma’had. Penelitian saat ini Peneliti mengambil


sampel mahasiswa baru ma’had al-jami’ah, namun hanya yang
berada atau tinggal di dalam asrama ma’had angkatan
2019/2020. Populasi penelitian pada penelitian sebanyak 172
orang, dari populasi tersebut peneliti mengambil sampel
menggunakan rumus Slovin untuk tingkat kesalahan 10% sebagai
berikut:

N = Besaran Populasi
n = Besaran Sampel
= Nilai kritis (batas ketelitian) (Priyono, 2008)

diambil 63 sample responden.

148 | T a u j i h a t , V o l . I , N o . 2 , D e s e m b e r T a h u n 2 0 2 0
Kharimah, Pranajaya Hubungan Motivasi Beragama…….

Pengumutan sampel penelitian ini memakai metode


probability sampling, yaitu menggunakan simple random sampling.
Probability sampling, dilakukan apabila pemilihan sampel
membagikan peluang/kesempatan yang serupa bagi setiap unsur
atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono,
2013).
Sedangkan simple random sampling ialah sampel yang
dilakukan dengan cara mengambil subjek secara random tanpa
memandang strata yang terdapat didalam populasi, hal ini
dilakukan jika populasi dianggap sama. Teknik yang dipakai
dibantu menggukan aplikasi random number generator dalam
mengambil data, hal ini dilakukan karena beberapa pertimbangan
tertentu (Sugiyono, 2013).

Motivasi Beragama
Motivasi berasal dari kata dari bahasa latin movere, yang
diartikan sebagai arusgerak atau dorongan untuk bergerak.
Memberikan motivasi akan melepaskan energi sehingga individu
yang dimotivasi mampu tergerak (Purwa Atmaja Prawira, 2014).
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata, motivasi adalah
kekuatan yang dapat menggerakkan juga menstimulasi seseorang
individu menjalankan aktivitasnya dalam upaya mencapai suatu
tujuan (Sukmadinata, 2007). Sedangkan menurut Alisuf Sabri,
motivasi menggambarkan seluruh objek yang menjadi penggerak
tingkah laku seseorang dalam memuaskan suatu kebutuhan, dan
sesuatu yang dijadikan motivasi merupakan suatu keputusan
yang telah ditetapkan individu sebagai suatu kebutuhan nyata
yang ingin dicapai (Sabri, 1993).

149 | T a u j i h a t , V o l . I , N o . 2 , D e s e m b e r T a h u n 2 0 2 0
Kharimah, Pranajaya Hubungan Motivasi Beragama…….

Mc. Donald dalam Sardiman, menyatakan motivasi


merupakan transformasi kekuatan dalam diri seseorang yang
ditandai dengan timbulnya “feeling” dan awalnya memalui presepsi
terhadap adanya maksud atau tujuan. Bersumber pada
penguraian diatas terdapat tiga poin berpengaruh yaitu:
a. Motivasi mengontrol terbentuknya tenaga pada setiap individu
manusia.
b. Motivasi memberi petunjuk dengan timbulnya rasa “feeling”
atau afeksi seseorang.
c. Motivasi hendak dibangkitkan karena memegang suatu tujuan
(Sardiman, n.d.).
Dari tiga elemen ini, motivasi menjadi sesuatu yang
kompleks, motivasi akan membuat berlakunya transformasi energ
yang ada pada diri manusia dan semua didorong karena adanya
tujuan kebutuhan atau keinginan yang hendak digapai (Sardiman,
n.d.).
Abraham Maslow menjelaskan motivasi yaitu sesuatu yang
berkarakter tetap (konstan), tiada sempat berubah, berfluktuasi
dan berciri ruwet (Purwa Atmaja Prawira, 2014). Motivasi bias
berasal dari luar maupun dari diri sendiri, motivasi yang
bersumber dari luar biasanya diberikan oleh sorang motivator
seperti orangtua, mentor, konselor, ustaz atau ustazah, orang
dekat atau kawan akrab lainnya. Sedangkan motivasi yang
tampak dari diri sendiri dapat diawali ketika mempunyai ambisi
untuk dapat menjangkau suatu (cita-cita), atau lain sebagainya.
Sedangkan beragama adalah sebuah kata yang berawalan
“ber” yang artinya ialah panduan atau sistem yang mengendalikan
kepercayaan kepada pencipta, juga aturan hukum yang berkaitan

150 | T a u j i h a t , V o l . I , N o . 2 , D e s e m b e r T a h u n 2 0 2 0
Kharimah, Pranajaya Hubungan Motivasi Beragama…….

antara manusia dengan manusia lainnya (Waridah, n.d.). Menurut


Robert Nuttin motivasi beragama adalah dorongan dalam diri
seseorang agar mendapat kepuasan dan ketenangan dalam
beragama (Zubaedi, n.d.), sedangkan menurut Yahya Jaya
motivasi beragama ialah tingkah laku seseorang yang mendorong
dirinya untuk mengerjakan suatu tidak keagamaan dengan tujuan
usaha tertentu sesuai dengan keyakinan keagamaannya (Bdariah,
2011).
Berdasarkan pengertian motivasi dan beragama bisa
disimpulkan bahawa motivasi beragama ialah seluruh objek
materi yang menjadi pendorong seseorang untuk menjalankan
sesuatu agar memperoleh suatu tujuan dalam memepelajari
agama. Tujuan akhir perbuatan atau tingkah laku dalam
beragama didasari hanya untuk mencari ridho Allah SWT, dalam
bentuk fitrah yang diberikan kepada seseorang. Dalam firtahnya
seorang memiliki tiga dasar pokok tujuan beragama yakni Iman,
Islam, dan Ihsan sebagai tujuan hidup (Zubaedi, n.d.).
Iman menjadi fondasi dasar seseorang dalam beragama,
karna utama Iman sebagai keyakinan dalam beragama islam,
yakni meyakini rukun iman yang enam (Percaya kepada Allah
SWT, Percaya kepada Malaikat, Percaya kepada Kitab Al-Quran,
Percaya kepada Rasul, Percaya kepada Hari Kiamat, dan terakhir
Percaya kepada Qada dan Qadar), dan diaktualisasikan dalam
kehidupan sehari-hari dalam bentuk beribadah (Sholikhin, n.d.).
Islam yaitu sikap tunduk atau berserah diri atau ketulusan
diri kepada pencipta, dengan melaksanakan perintahnya dan
menjahui larangannya untuk mencapai keselamatan hidup
didunia maupun diakhirat nanti. Melaksanakan rukun islam

151 | T a u j i h a t , V o l . I , N o . 2 , D e s e m b e r T a h u n 2 0 2 0
Kharimah, Pranajaya Hubungan Motivasi Beragama…….

yakni membaca kalimat Syahadat, melaksanakan Sholat lima


waktu, menunaikan zakat, menjalankan puasa ramadhan, dan
melaksanakan haji jika mampu, sebagai kewajiban yang harus
dilaksanakan sebagai seorang hamba untuk beribadah kepada
Allah SWT (Sholikhin, n.d.).
Ihsan menjadi salah satu rukun akan adanya tuhan didalam
hidup melalui penghayatan diri ketika menjalankan ibadah, atau
perbuatan baik yang dilakukan seseorang. Ihsan terbagi menjadi
empat bagian, yakni Ihsan kepada Allah SWT, Ihsan kepada Diri
Sendiri, Ihsan kepada sesama Manusia, dan Ihsan kepada sesama
Makhluk. Dari ketiganya Iman, Islam dan Ihsan menjadi dasar
saseorang dalam beribadah kepada penciptanya, Allah SWT
(Sholikhin, n.d.).

Ciri-ciri Motivasi Beragama


Ciri-ciri motivasi dapat ditinjau dari beberapa sudut
pandang, yaitu sebagi berikut:
a. Motivasi intrinsik
Motivasi yang berasal dari dalam diri sendiri. Motivasi ini
lebih menekankan pada faktor dari dalam diri, sehingga
dorongan menjadi aktif atau keberfungsiannya tidak perlu
dirangsang dari luar, karena pada pribadi individu sudah ada
dukungan untuk melakukan sesuatu.
b. Motivasi ekstrinsik
Motivasi yang timbul karena disebabkan rangsangan alias
faktor-faktor dari luar dirinya (Hamalik, 2012), seperti pada
lingkungan kerabat contohnya orangtua yang selalu beribadah

152 | T a u j i h a t , V o l . I , N o . 2 , D e s e m b e r T a h u n 2 0 2 0
Kharimah, Pranajaya Hubungan Motivasi Beragama…….

tepat waktu akan memberikan stimulus kepada anaknya untuk


juga beribadah tepat pada waktunya.
Kedua motivasi diatas melambangkan pendorong
semangat yang saling menyokong, namun menurut para ahli
motivasi instinsik lebih besar pengaruhnya terhadap proses
pencapaian tujuan, karena timbul atas keingan atau dorong
alami (Djamarah, n.d.). Sedangkan menurtu Nico Syakur ciri-ciri
motivasi beragama karena ada 4 hal dorongan melakukan
tindakan keagamaan, yakni:
a. Didorong dari rasa umtuk mengatasi frustasi dalam
kehidupan sehari-hari.
b. Didorong oleh keinginan untuk menjaga tata krama dalam
bermasyarakat.
c. Didorong dari keinginan untuk memenuhi rasa ingin tahu.
d. Didorong dari keinginan menjadikan agama sebagai jalan
pengontrol diri (Bdariah, 2011).
Adapun fungi dari motivasi beragama adalah sebagai
penggerak dalam diri manusia yang mempunyai tujuan, dan
membuat diri menjadi lebih fokus terhadap tujuan yang ingin
dicapai sesuai dengan keyakinan keagamannya. Berdasarkan
hal ini terdapat tiga manfaat dari motivasi menurut Sardiman
yaitu seperti berikut:
a. Menggerakkan untuk melakukan, motivasi semacam
penggerak atau motor yang menggugurkan tenaga dalam
setiap aktivitas yang akan dilakukan.
b. Memastikan tujuan kegiatan, yakni petunjuk arah yang ingin
dicapai.

153 | T a u j i h a t , V o l . I , N o . 2 , D e s e m b e r T a h u n 2 0 2 0
Kharimah, Pranajaya Hubungan Motivasi Beragama…….

c. Menyaring kegiatan, yaitu menentukan gerak-gerik apa yang


pantas dilakukan, agar serasi demi mendapatkan sasaran,
dan menyingkirkan aktivitas-aktivitas yang tidak berguna
bagi tujuan tersebut (Sardiman, n.d.).
Sedangkan Fungsi motivasi berdasarkan Oemar Hamalik
yang hampir memiliki kesamaan ialah:
a. Memprovokasi munculnya tingkah laku atau suatu kegiatan,
karena tanpa adanya motivasi tidak akan timbul suatu
perbuatan.
b. Menjadi Penuntun, maksudnya memusatkan kegiatan kepada
pencapaian arah tujuan yang diinginkan.
c. Selaku penggerak (Hamalik, 2012).

Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi beragama


Faktor yang mempengaruhi motivasi beragama terbagi
menjadi beberapa klasifikasi sebagai berikut:
a. Faktor Internal
Faktor yang timbul dari dalam diri, seperti faktor hereditas
yang diperoleh dari orang tua / keturunan. Faktor ini cukup
berpengaruh, karena Ketika benih atau keturunan berasal
dari keturunan yang tercela, maka akan ada sifat-sifat
tercela yang muncul pada keturunan tersebut.
Kedua yaitu faktor tingkat usia, berpengaruh ketika
seseorang usianya bertambah, ketika berfikir akan lebih
kritis memilih, contohnya dalam memahami sebuah ajaran
agama.
Dan yang ketiga yaitu faktor kepribadian dan kondisi
jiwa, faktor ini memberikan ciri khas pada diri seseorang,

154 | T a u j i h a t , V o l . I , N o . 2 , D e s e m b e r T a h u n 2 0 2 0
Kharimah, Pranajaya Hubungan Motivasi Beragama…….

namun timbul dari alam ketidaksadaran seseorang.


Contohnya pada pemilihan atau penentuan keyakinan
dalam beragama.
b. Faktor Eksternal
Faktor yang timbul karena pengaruh dari luar diri
seseorang, pertama ialah faktor lingkungan keluarga, yang
dinilai paling pending dalam meletakkan dasar
perkembangan jiwa beragama. Faktor yang kedua ialah
faktor lingkungan institusional, seperti sekolah atau kampus
sebagai tempat menutut ilmu, yang dapat memeberikan
pengarus dalam membantu perkembangan kepribadian
seseorang. Dan yang terakhir faktor lingkungan masyarkat
yang umumnya memberi pengaruh dari segi pergaulan
(Jalaluddin, 2015).

Kematangan Beragama
Pencapaian tingkat ability tertentu dalam perkembangan
kerohanian disebut dengan istilah kematangan beragama (Musfah,
2012). Menurut Allport, kematangan beragama ialah komitmen
dari kemampuan seseorang untuk melakukan diferensiasi
terhadap agama, yang menjadikan seseorang dapat menjalankan
setiap ajaran agamanya secara baik juga komperhensif (Indirawati,
2006).
Menurut Jalaluddin kematangan beragama ialah
kemampuan seseorang yang merupakan puncak dari
perkembangan ketaatan terhadap agamanya, seseorang yang taat
meyakini agamanya, keyakinan ini akan dimunculkan dalam sikap

155 | T a u j i h a t , V o l . I , N o . 2 , D e s e m b e r T a h u n 2 0 2 0
Kharimah, Pranajaya Hubungan Motivasi Beragama…….

ataupun tingkah laku religius yang menggambarkan ketaatan


terhap agama (Jalaluddin, 2015).
Dapat disimpulkan kematangan beragama adalah
kemampuan seseorang yang terbentuk dari sebuah pengalaman
keyakinan agama, dalam bentuk nilai-nilai luhur yang
diaplikasikan pada sikap dan prilaku sehari-hari. Seseorang yang
matang beragama diuraikan dalam Al-Qur’an Surat Al-Mu’minun
ayat 1-9 :

َ‫ َوٱلَّرِيه‬٣ َ‫ َوٱلَّرِيهَ ه ُۡم َع ِه ٱللَّ ۡغ ِى ُمعۡ ِسضُىن‬٢ َ‫ص ََلتِ ِه ۡم َٰ َخ ِشعُىن‬ َ ‫ ٱلَّرِيهَ ه ُۡم فِي‬١ َ‫قَ ۡد أ َ ۡفلَ َح ۡٱل ُم ۡؤ ِمىُىن‬
‫ إِ ََّّل َعلَ َٰ ٰٓى أَ ۡش َٰ َو ِج ِه ۡم أَ ۡو َمب َملَك َۡت أَ ۡي َٰ َمىُ ُه ۡم فَئِوَّ ُه ۡم‬٥ َ‫ظىن‬ ِ ‫ َوٱلَّرِيهَ ه ُۡم ِلفُ ُس‬٤ َ‫لصك ََٰىةِ َٰفَ ِعلُىن‬
ُ ‫وج ِه ۡم َٰ َح ِف‬ َّ ‫ه ُۡم ِل‬
ٰٓ
٨ َ‫ َوٱلَّرِيهَ ه ُۡم ِِل َ َٰ َم َٰىَتِ ِه ۡم َو َعهۡ ِده ِۡم َٰ َزعُىن‬٧ َ‫ فَ َم ِه ۡٱبتَغ ََٰى َو َزآٰ َء َٰذَلِكَ فَأ ُ ْو َٰلَئِكَ ُه ُم ۡٱل َعبد ُون‬٦ َ‫ىميه‬ ِ ُ‫غ َۡي ُس َمل‬
ُ ِ‫صلَ َٰ َىتِ ِه ۡم يُ َحبف‬
٩ َ‫ظىن‬ َ ‫َوٱ َّلرِيهَ ه ُۡم‬
َ ‫علَ َٰى‬
Artinya: 1) Sungguh beruntung orang-orang yang beriman,
2) Yaitu orang yang khusyuk didalam shalatnya, 3) Dan orang
yang menjauhkan diri dari prilaku yang tidak berguna, 4) Dan
orang yang melaksankan zakat, 5) Dan orang yang menjaga
kemaluannya, 6) Kecuali kepada mahram mereka, atau kepada
hamba sahayanya, 7) Tetapi barangsiapa yang mencari jalan
diluar itu (zina dan sebagainya) maka merekalah orang-orang yang
melampaui batas, 8) Dan sungguh beruntung orang yang
memelihara amanat dan janjinya, 9) Serta orang yang memelihara
shalatnya (Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Karim
Terjemahan Dan Tajwid, 2014).
Menurut Hamka terdapat beberapa kandungan dari tafsir
Al-Qur’an Surah Al-Mu’minun ayat 1-9 yakni: Pertama, beriman
yang berada pada ayat ke satu, beruntung bagi orang-orang

156 | T a u j i h a t , V o l . I , N o . 2 , D e s e m b e r T a h u n 2 0 2 0
Kharimah, Pranajaya Hubungan Motivasi Beragama…….

muknin yang mengimani dan membenerkan adanya Allah STW,


para rasul, dan juga hari akhir.
Kedua Khusyu ketika melaksakan shalat maksdunya orang
mukmin akan memundukkan diri kepada Allah SWT dan akan
takut pada azab yang diberikan kelak, khusyu atau fokus dapat
diartikan sebagai pengingat untuk apa tujuan manusia diciptakan
didunia.
Ketiga yakni berpaling dari hal-hal yang tidak berguna,
orang mukmin akan meninggalkan dan menjahui perbuatan yang
dianggap sia-sia, mengerjakan sesuatu hanya berdasar pada
perbuatan haram atau halal.
Keempat yaitu memutihkan diri dengan menunaikan zakat,
orang mukmin akan mensucikan diri dengan membelanjakan
sebagian harta yang dimiliki untuk seseorang yang membutuhkan,
pada hal ini memberikan pengajaran baik untuk peduli terhadap
saudara seiman.
Kelima memelihara kemaluan pada ayat 1- 9, orang mukmin
yang selalu mengaja harga diri dan nafsu. Karena seseorang yang
selalu menjaga syahwat dan mensucikan diri dijami Allh SWT
memperoleh kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.
Keenam yaitu menanggung amanat atau janji, menjadikan
orang mukmin bertanggu jawab atas perbutan yang dilakukan,
terakhir memelihara shalat menjadikan orang mukmin sebagai
pribadi yang disiplin terhadap waktu, dan menghargai waktu agar
tidak merugi (Azizi, 2020).
Ayat diatas menjelaskan bahwa orang mukmin akan
menjaga perbuatan atau tindakan apa yang hendak dilakukan
yang mencerminkan seseorang memiliki kematangan beragama,

157 | T a u j i h a t , V o l . I , N o . 2 , D e s e m b e r T a h u n 2 0 2 0
Kharimah, Pranajaya Hubungan Motivasi Beragama…….

tujuannya agar terhindar dari perbutan maksiat yang tidak


diinginkan dan untuk mendapatkan ridho Allah SWT.

Ciri-ciri Kematangan Beragama


Allport menyatakan kematangan beragama terdiri dari
beberapa ciri-ciri yaitu sebagia berikut; Kemampuan melakukan
pemisah atau diferensiasi, Karakteristik dinamis, Konsistensi
moral, Komprehensif, Integral, dan Heuristik (Allport, 1960).
a. Diferensiasi
Seseorang yang memiliki penguasaan diferensiasi baik,
akan bersikap dan berprilaku secara objektif, reflektif aktif,
observatif, berpikir terbuka, rasional terhadap agamanya.
Individu yang mempunyai kehidupan beragama ter-diferensiasi,
ia akan mampu menempatkan rasio sebagai salah satu elemen
dari kehidupan beragama. Sehingga pengetahuannya mengenai
agama menjadi lebih kompleks dan realistis.
b. Karakteristik Dinamis
Seseorang yang matang keberagamaannya dinamis karena
ia menjadikan agama sebagai motivasi intrinsik atau berasal dari
dalam diri. Agama akan mengontrol dan mengarahkan motif-
motif dalam bertingkah laku.
c. Konsistensi Moral
Seseorang dalam kematangan beragama diisyaratkan
dengan konsistensi diri, pada konsekuansi moral yang ditandai
oleh keselarasan antara tingkah laku dengan mutu budi pekerti.
Seperti mengerjakan perintah agama sesuai kemampuan dan
meninggalkan seluruh larangannya.
d. Komperhensif

158 | T a u j i h a t , V o l . I , N o . 2 , D e s e m b e r T a h u n 2 0 2 0
Kharimah, Pranajaya Hubungan Motivasi Beragama…….

Seseorang dalam ketangan beragama komperhensif dapat


diartikan sebagai seorang yang berpengetahuan atau berpikiran
yang matang, universal, dan terbuka yang mampu menerima
perbedaan.
e. Integral
Seseorang dalam kematangan beragama integral dapat
diartikan sebagai seorang yang dapat mengarahkan juga
menyelesikan berbagai permasalahan hidup, dengan
menggabungkan agama dengan prespektif lain dalam
kehidupan.
f. Hauristik
Seseorang dalam kematangan beragama heuristik berarti
seorang itu mengetahui keminimannya dalam beragama,
sehingga ia selalu bangkit menumbuhkan pengetahuan juga
penghayatannya dalam beragama (Allport, 1960).
Menurut Walter Houston Clark seseorang memiliki
kematangan beragama pertama ketika seseorang berpikir lebih
kritis dan otonom terhadap agamanya, kedua memlebarkan
ketertarikannya terhadap kegiatan yang biasa dilakukan yang
berkaitan dengan agamanya, ketiga kematangan beragama
dilakukan dalam hal rutinitas dalam beragama dan bersikap
keagamaan (Clark, 1968), sedangkan ciri-ciri kematangan
beragama menurut Jalaluddin yaitu seperti:
a. Seseorang bersikap positif terhadap anjuran agama dan
hukum-hukum dalam agamanya, sehingga berusaha untuk
memperdalam pengetahuan keagamaannya.
b. Seseorang bersikap untuk lebih terbuka akan wawasan ilmu
pengetahuan dan beragamanya.

159 | T a u j i h a t , V o l . I , N o . 2 , D e s e m b e r T a h u n 2 0 2 0
Kharimah, Pranajaya Hubungan Motivasi Beragama…….

c. Seseorang menerima kebenaran agamanya berdasarkan dari


diri sendiri dengan pemikiran yang matang.
d. Seseorang akan bertingkah laku cenderung pada tipe-tipe
keperibadian ajaran agama yang diyakininya.
e. Seseorang terilihat sikap keberagamannya dengan kehidupan
bermasyarakat (Jalaluddin, 2012).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemtangan Beragama


Secara garis besar faktor yang mempengaruhi Kematangan
Beragama terbagi dalam dua bagian, yakni faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari faktor dari dalam diri
sendiri, sedangkan faktor eksternal adalah faktor dari luar.
Berikut pembagian faktor-faktor yang mempengaruhi kematangan
beragama:
a. Faktor Internal
Faktor ini mempengaruhi terlambat atau tidaknya
perkembangan kepribadian seseorang. Faktor yang timbul dari
dalam diri seseorang ini mencangkup konstitusi tubuh, keadaan
dan stuktur tubuh, sinkronisasi motorik, kemampuan mental
atau bakat istimewa.
b. Faktor Ekstern
Yaitu faktor pada lingkungan asing pribadi seseorang
yang akan mempengaruhi kepribadian, seperti faktor
lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan, dan kalangan
masyarakat. Faktor ini akan mempengaruhi pola pikir dan
tingkah laku seseorang tentang pengalaman agama, yang
berpengaruh terhadap kematangan beragama seseorang
(Musfah, n.d.).

160 | T a u j i h a t , V o l . I , N o . 2 , D e s e m b e r T a h u n 2 0 2 0
Kharimah, Pranajaya Hubungan Motivasi Beragama…….

Faktor yang mempengaruhi Hubungan Antara Motivasi


Beragama Dengan Kematangan Beragama

Sebagaimana telah dijelaskan diatas mengenai motivasi


beragama dan kematangan beragama, maka penelitian kali ini
akan menguraikan hubungan antara variabel sebagai upaya
menentukan jawaban dari hipotesis penelitian.
Berdasarkan teori Allport pada salah satu ciri-ciri seseorang
yang memiliki kematangan beragama yakni berkarakteristik
dinamis, Allport mengakatan seseorang berkarakteristik dinamis
ketika terdapat kesadaran agama yang mampu mengontrol dan
mengarahkan aktivitasnya, kesadaran agama akan merasuk
kedalam aspek mental dan akan mendorong atau memotivasi
seseorang untuk berprilaku (Musfah, n.d.).
Motivasi sendiri berpengaruh besar sebagai pendorong atau
penggerak prilaku tindakan seseorang, misalnya dalam kehidupan
beragama. Pada awalnya motivasi kehidupan beragama berasal
dari beberapa aspek dorongan seperti aspek biologis, aspek psikis
dan aspek sosial. Contohnya ketika seseorang merasa menderita,
merasa kekurangan, merasa tertindas, membutuhkan kasih
sayang dan lainnya, orang tersebut akan termotivasi untuk
mendekatkan diri terhadap sang pencipta, Allah SWT (Rohmah,
2020).
Kebutuhan tersebut jika mendapatkan pemuasan atau
terpenuhi dalam kehidupan beragama dapat minimbulkan
motivasi dalam beragama yang lama-kelamaan menjadi otonom,
yaitu seseorang termotivasi untuk beribadah kepada pencipta
Allah SWT, baik didorong oleh keinginan ataupun tidak. Derajat

161 | T a u j i h a t , V o l . I , N o . 2 , D e s e m b e r T a h u n 2 0 2 0
Kharimah, Pranajaya Hubungan Motivasi Beragama…….

otonom dalam bahasa agama diibaratkan dengan ibadah yang


murni, yaitu ikhlas beribadah karena ingin melakukan keharusan
sebagai seorang hamba yang baik. Derajat ini pun dapat
mendorong seseorang bertingkah laku keagamaan yang
dipengaruhi dari pemuasan agama (Rohmah, 2020).
Perbedaan seseorang dalam mempunyai kesadaran
beragama yang mantap dengan seseorang yang belum matang
terletak pada derajat otonom motivasi beragamanya. Karna
semakin matang kesadaran beragama seseorang maka semakin
besar motivasi beragamanya, dan dengan motivasi yang tinggi
maka motivasi beragamanya akan semakin dinamis dari waktu ke
waktu (Rohmah, 2020).

Hasil Penelitian
Hasil dari uji hipotesis diatas menunjukkan adanya
hubungan positif antara motivasi beragama dengan kematangan
beragama mahasiswa ma’had al-jami’ah Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Samarinda, yang diperoleh menggunakan analisis uji
korelasi product moment.
Motivasi beragama menggambarkan kecenderungan yang
timbul dan berkembang pada pribadi individu yang mengikuti
kegiatan keagamaan. Sebagian faktor yang mempengaruhi
motivasi beragama seseorang yakni seperti, faktor kemauan yang
timbul dari diri sendiri, faktor lingkungan, faktor pergaulan, minat
dan keinginan yang tinggi, dengan timbulnya motivasi yang besar
dalam diri seseorang maka ia akan mengikuti kegiatan
keagamaan.

162 | T a u j i h a t , V o l . I , N o . 2 , D e s e m b e r T a h u n 2 0 2 0
Kharimah, Pranajaya Hubungan Motivasi Beragama…….

Kegiatan keagamaan yang baik akan memberikan ketaatan


beragama dan pengalaman keyakinan beragama, semakin sering
mengikuti kegiatan keagamaan maka akan timbul kematangan
beragama dalam diri individu. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Ida Windi Wahuyuni dalam
jurnalnya “hubungan kematangan beragama dengan konsep diri”,
menunjukkan adanya hubungan yang positif antar variabel.
Konsep diri menjadi salah satu faktor dalam menentukan
kematangan beragama, karena seseorang memiliki kematangan
beragama diwujudkan dalam bentuk keimanan yang akan
memiliki kemampuan untuk memahami dirinya. Keimanan
seseorang berpengaruh besar dalam meningkatkan kepercayaan
diri dan bertingkah laku, keimanan juga berfungsi sebagai
pengarah, penunjuk, atau membimbing seseorang ke jalan yang
benar (Wahyuni, 2011).
Sama halnya dengan motivasi beragama, seseorang dalam
bertingkah laku dapat dipengaruhi oleh beberapa pendorong atau
motivasi keagamaan, seperti faktor internal maupun faktor
eksternal. Keinginan yang besar untuk memahami agama yang
diyakini dan dukungan dari lingkungan sekitar yang menambah
rasa percaya diri seseorang untuk bertingkah laku beragama,
dengan bertingkah laku keagamaan maka akan tercermin
seberapa besar kematangan beragama seseorang.
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti secara perhitungan
statistik, didapatkan hasil membuktikan adanya hubungan yang
positif juga signifikan antara motivasi beragama dengan
kematangan beragama mahasiswa ma’had al-jami’ah Institu
Agama Islam Negeri (IAIN) Samarinda.

163 | T a u j i h a t , V o l . I , N o . 2 , D e s e m b e r T a h u n 2 0 2 0
Kharimah, Pranajaya Hubungan Motivasi Beragama…….

Hal ini di tunjukkan dengan koefisien korelasi rxy = 0,675


pada taraf signifikansi 5%, yang artinya ada hubungan antara
motivasi beragama dengan kematangan beragama masiswa
ma’had al-jami’ah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Samarinda,
dengan kontribusi antar variabel sebesar KP = 45,56%.
Maka dalam penelitian ini Ha diterima dan H0 ditolak,
sehingga dapat dinyatakan hipotesis yang diajukan terbukti
“semakin tinggi motivasi beragama mahasiswa maka semakin
tinggi pula kematangan beragamanya, dan begitu sebaliknya
semakin rendah motivasi beragama maka semakin rendah pula
kematangan beragama pada mahasiswa.
Hasil data penelitian dari 63 responden didapatkan bahwa
mahasiswa yang berasal dari latar belakang sekolah keagamaan
pada variabel motivasi beragama mendapatkan nilai rata-rata
sebesar 48,4 dan pada variabel kematangan beragama
mendapatkan nilai rata-rata sebesar 85,3. Sedangkan mahasiswa
yang berasal dari latar belakang sekolah umum pada variabel
motivasi beragama mendapatkan nilai rata-rata sebesar 48,6 dan
pada variabel kematangan beragama mendapatkan nilai rata-rata
sebesar 83,8.
Data diatas dapat diartikan jika tingkat kematangan
beragama bukan berdasarkan dari latar belakang lulusan sekolah,
namun karena adanya kekuatan dorongan dari diri sendiri
maupun dari kalangan sekitar yang membuat seseorang
bertingkah laku keagamaan.

164 | T a u j i h a t , V o l . I , N o . 2 , D e s e m b e r T a h u n 2 0 2 0
Kharimah, Pranajaya Hubungan Motivasi Beragama…….

Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan analisis data dinyatakan jika terdapat
hubungan antara motivasi beragama dengan kematangan
beragama mahsiswa ma’had al-jami’ah Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Samarinda. Hasil penghitungan menunjukkan nilai korelasi
product moment diperoleh sebesar Rxy = 0,675 atau nilai p= 0,000
(p<0,01), yang berarti bahwa motivasi beragama memiliki
hubungan erat dengan kematangan beragama. Berdasarkan
analisis tersebut maka hipotesis yang diajukan penelitian ini
dinyatakan diterima, maksudnya semakin tinggi motivasi
beragama maka semakin tinggi pula kematangan beragama.

DAFTAR PUSTAKA

Allport, G. W. (1951). The Individual and His Religion; A


Psychological Interpretation. In The American Journal of
Psychology (Vol. 64, Issue 2). The Macmillan Company.
https://doi.org/10.2307/1418690

Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian : suatu pendekatan


praktek /. In Rineka Cipta (Vol. 2006, Issue 2006). Penerbit
Rineka Cipta. http://library.um.ac.id/free-
contents/index.php/buku/detail/prosedur-penelitian-suatu-
pendekatan-praktek-suharsimi-arikunto-19157.html

Azizi, A. (n.d.). Hunainah, Pendidikan Karakter Prespektif Hamka


Tela’ah Tafsir Al-Azhar Q.A. Al-Mu’minun Ayat 1-9”. Dalam
Jurnal Qathruna, 2, Vol. 7, 67–73.

Bdariah, R. N. (2011). Belajar Berketuhanan. PT Temprina Media


Grafika.

Clark, W. H. (n.d.). The sychology of religion: An Introduction To


Religious Experience And Behavior. The Macmillan Company.

165 | T a u j i h a t , V o l . I , N o . 2 , D e s e m b e r T a h u n 2 0 2 0
Kharimah, Pranajaya Hubungan Motivasi Beragama…….

Djamarah, S. B. (n.d.). Psikologi Belajar. Rineka Cipta.

Hamalik, O. (2012). Proses Belajar & Mengajar. Sinar Baru


Algensindo.

Indirawati, E. (n.d.). Hubungan Antara Kematangan Beragama


Dengan Kecenderungan Strategi”. Dalam Jurnal Psikologi
Universitas Diponegoro, 2, Vol. 3, 74.

Ismail, W. (2009). Analisis Komparatif Perbedaan Tingkat


Religiusitas Siswa Di Lembaga Pendidikan Pesantren, Man,
Dan Smun. Lentera Pendidikan : Jurnal Ilmu Tarbiyah Dan
Keguruan, 12(1), 87–102.
https://doi.org/10.24252/lp.2009v12n1a7

Jalaluddin. (2015). Psikologi Agama (Cet. ke-17). Rajawali Press.

Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Karim


Terjemahan Dan Tajwid. (2014). AZ-ZIYADAH.

Musfah, J. (n.d.). Pendidikan Holistik Pendekatan Lintas Prespektif.


KENCANA.

Priyono. (n.d.). Metodelogi Penelitian Kuantitatif. ZIFATAMA


PUBLISHING.

Purwa Atmaja Prawira. (2014). Psikologi Dalam Prespektif Baru. Ar-


Ruzz Media.

Rohmah, N. (n.d.). Psikologi Agama. CV Jakad Media ublishing.

Sabri, M. A. (1993). Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan.


Bumi Askara.

Sardiman. (n.d.). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Raja


Grafindo Persada.

Sholikhin, K. H. M. (n.d.). Filsafat dan Metafisika dalam Islam.


Penerbit NARASI.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methoders).


Alfabeta.

Sukmadinata, N. S. (2007). Landasan Psikologi Proses. Remaja


166 | T a u j i h a t , V o l . I , N o . 2 , D e s e m b e r T a h u n 2 0 2 0
Kharimah, Pranajaya Hubungan Motivasi Beragama…….

Rosdakarya.

Tim Penulis. (2015). Pedoman Administrasi Akademik Institut


Agama Islama Negeri Samarinda. Samarinda:2015.

Wahyuni, I. W. (n.d.). Hubungan Kematangan Beragama dengan


Konsep Diri”. Dalam Jurnal Al-Hikmah, 1, Vol 8, 6.

Waridah, E. (n.d.). Kamus Bahasa Indonesia. Penerti Bmedia.

Zubaedi, E. K. (n.d.). Psikologi Agama Dan Psikologi Islam. PT


Kharisma Putra Utama.

167 | T a u j i h a t , V o l . I , N o . 2 , D e s e m b e r T a h u n 2 0 2 0

You might also like