You are on page 1of 15

JURNAL AGHINYA STIESNU BENGKULU Problematika, Tantangan dan Peluang

Volume 3 Nomor 1 , Januari-Juni 2020 Pendidikan Agama Islam di Sekolah dan


E-ISSN 2621-8348 Perguruan Tinggi di Era Globalisasi
Pasmah Chandra

PROBLEMATIKA, TANTANGAN DAN PELUANG


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH
DAN PERGURUAN TINGGI
DI ERA GLOBALISASI

Abstract Pasmah Chandra


The purpose of this research is to find out the
problems, challenges and opportunities of IAIN Bengkulu,
Islamic Religious Education in Schools and Email: pasmah@iainbengkulu.ac.id
Colleges in the Era of Globalization. The
research method used is library research or
literature study with critical descriptive
analysis. The results of the study indicate that
schools / colleges are a means and place of
study for students, as well as a place to enrich
and broaden students' knowledge. Education in
Indonesia is said to be advanced, this can be
seen in the development of schools /
universities which are increasingly creative in
preparing their students to become useful
humans later. Therefore as a teacher must be
able to use all our abilities, so that students
can absorb our knowledge well. So as a
prospective teacher must be professional in this
matter, for example the method used must be
good, according to the material we teach, the
strategy must also be appropriate, the
important thing that a teacher needs to have is
to be able to respond to students who have
many different problems- different. The teacher
must be able to overcome the problems faced
by students, especially addressing the learning
of our students. Moreover, the problems of
Islamic education in schools / universities must
be so diverse. To find out what problems occur
in Islamic religious education subjects in
Schools/Colleges, then this matter will be
discussed in this paper.

Keywords: Problems, Opportunities and


Challenges, Islamic Religious Education

124
JURNAL AGHINYA STIESNU BENGKULU Problematika, Tantangan dan Peluang
Volume 3 Nomor 1 , Januari-Juni 2020 Pendidikan Agama Islam di Sekolah dan
E-ISSN 2621-8348 Perguruan Tinggi di Era Globalisasi
Pasmah Chandra

PENDAHULUAN Islam. Pada titik ini, pendidikan (agama)


Dari segi bahasa pendidikan Islam lah yang dapat dijadikan rujukan
berasal dari bahasa arab “tarbiyah” dengan untuk memahami pendidikan agama Islam
kata kerja “rabba”. Kata pengajaran dalam di samping pendidikan Islam. Dari
bahasa arabnya adalah “ta’lim” dengan perspektif pendidikan (agama) Islam, PAI
kata kerja “alama”. Pendidikan dan dapat dipahami sebagai upaya mendidikkan
pengajaran dalam bahasa arabnya “tarbiyah agama Islam atau ajaran dan nilai-nilainya,
wa ta’lim”. Sedangkan Pendidikan Islam agar menjadi way of life (pandangan hidup)
dalam bahasa arabnya adalah “tarbiyah dan sikap hidup seseorang.(Muhaimin,
Islamiya.(Lubis & Anggraeni, 2019) 2002)
Pendidikan menurut istilah Drs. Ahmad D. Secara sederhana, istilah
Marimba dalam bukunya pengantar filsafat Pendidikan Agama Islam dapat dikatakan
pendidikan memberikan definisi sebagai pendidikan menurut Islam atau
pendidikan adalah bimbingan atau Pendidikan Islam, yakni Pendidikan yang
pimpinan secara sadar oleh si pendidik dipahami dan dikembangkan, dan diajarkan
terhadap perkembangan jasmani dan rohani dalam nilai-nilai fundamental yang
si terdidik menuju kepribadian yang terkandung dalam sumber dasarnya yaitu,
utama.(Maimun & Fitri, 2010) Pengertian Al Qur’an dan Al Hadits. Dalam pengertian
Pendidikan Agama dapat diartikan sebagai ini Pendidikan Agama Islam dapat
bimbingan secara sadar oleh pendidik berwujud pemikiran dan teori pendidikan
terhadap perkembangan jasmani dan rohani yang mendasarkan diri atau dibangun dan
peserta didik menuju terbentuknya dikembangkan dari sumber sumber dasar
kepribadian yang utama. Oleh sebab itu tersebut. (Arif, 2011)
pendidikan dipandang sebagai salah satu
aspek yang memiliki peranan pokok dalam TINJAUAN TEORITIS
membentuk generasi muda agar memiliki Ruang Lingkup Pendidikan Agama
kepribadian yang utama. (Ahmad & Islam
Manusia, 2018) Pendidikan agama merupakan
Pendidikan Agama Islam (PAI) salah satu dari tiga subyek pelajaran yang
dapat juga dipahami sebagai usaha harus dimasukkan dalam kurikulum setiap
sadar dan terencana untuk lembaga pendidikan formal di Indonesia.
mengembangkan potensi peserta didik agar Pendidikan Islam dalam skala umum
mengetahui, meyakini, mengamalkan, serta memberikan proses pendewasaan individu
menyampaikan ajaran Islam dalam muslim/muslimah yang hendak mencapai
kehidupan sehari-hari. Pengertian PAI juga tujuan kehidupan yang bahagia baik di
dapat dipahami dari keragaman makna dunia maupun di akhirat kelak.(Muhammad
pendidikan Islam. Menurut Muhaimin, ada Haris, 2015) Hal ini karena kehidupan
tiga pengertian untuk memahami beragama merupkan salah satu dimensi
pendidikan Islam. Pertama, pendidikan kehidupan yang diharapkan dapat terwujud
(menurut) Islam, kedua pendidikan (agama) secara terpadu.
Islam, dan ketiga pendidikan (dalam) Menurut Zakiyah Darajat
pendidikan agama Islam adalah suatu usaha

123
JURNAL AGHINYA STIESNU BENGKULU Problematika, Tantangan dan Peluang
Volume 3 Nomor 1 , Januari-Juni 2020 Pendidikan Agama Islam di Sekolah dan
E-ISSN 2621-8348 Perguruan Tinggi di Era Globalisasi
Pasmah Chandra

untuk membina dan mengasuh peserta 3. Pendidikan atau Guru Pendidikan Agama
didik agar senantiasa dapat memahami Islam (GPAI) yang melakukan kegiatan
ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu bimbingan, pengajaran dan/atau
menghayati tujuan, yang pada akhirnya pelatihan secara sadar terhadap peserta
dapat mengamalkan serta menjadikan Islam didiknya untuk mencapai tujuan
sebagai pandangan hidup. Mata pelajaran pendidikan agama Islam.
pendidikan agama Islam secara 4. Kegiatan (pembelajaran) Pendidikan
keseluruhannya dalam lingkup Al-Qur’an Agama Islam diarahkan untuk
dan Al-hadits, keimanan, akhlak, fiqh/ meningkatkan keyakinan, pemahaman,
ibadah, dan sejarah, sekaligus penghayatan dan pengamalan ajaran
menggambarkan bahwa ruang lingkup agama Islam dari peserta didik, yang
pendidikan agama Islam mencakup disamping untuk membentuk kesalehan
perwujudan keserasian, keselarasan dan pribadi, juga sekaligus untuk
keseimbangan hubungan manusia dengan membentuk kesalehan sosial.(Salim,
Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia, 2014)
makhluk lainnya maupun lingkungannya Pendidikan agama Islam di sekolah/
(hablun minallah wa hablun madrasah bertujuan untuk menumbuhkan
minannas).(Daradjat, 2016) dan meningkatkan keimanan melalui
Jadi pendidikan agama Islam pemberian dan pemupukan pengetahuan,
merupakan usaha sadar yang dilakukan penghayatan, pengamalan, serta
pendidik dalam rangka mempersiapkan pengalaman peserta didik tentang agama
peserta didik untuk meyakini, memahami, Islam sehingga menjadi manusia muslim
dan mengamalkan ajaran Islam melalui yang terus berkembang dalam hal
kegiatan bimbingan, pengajaran atau keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan
pelatihan yang telah ditentukan untuk bernegara, serta untuk dapat melanjutkan
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. pada jenjang yang lebih tinggi.(Indrawan,
Dari pengertian tersebut dapat ditemukan 2016)
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam Oleh karena itu, berbicara
pembelajaran pendidikan agama islam, pendidikan agama islam, baik makna
yaitu berikut ini : maupun tujuannya haruslah mengacu pada
1. Pendidikan Agama Islam sebagai usaha penanaman nilai-nilai Islam dan tidak
sadar, yakni suatu kegiatan bimbingan, ibenarkan melupakan etika sosial atau
pengajaran dan/atau latihan yang moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini
dilakukan secara berencana dan sadar juga dalam rangka menuai keberhasilan
atas tujuan yang hendak dicapai. hidup (hasanah) di dunia bagi anak didik
2. Peserta didik yang hendak disiapkan yang kemudian akan mempu membuahkan
untuk mencapai tujuan, dalam arti ada kebaikan (hasanah) di akhirat kelak. tujuan
yang dibimbing, diajari dan/atau dilatih utama dari Pembelajaran PAI adalah
dalam peningkatan keyakinan, pembentukan kepribadian pada diri siswa
pemahaman, penghayatan, dan yang tercermin dalam tingkah laku dan pola
pengamalan terhadap ajaran Islam. pikirnya dalam kehidupan sehari-
hari.(Ainiyah, 2013)

124
JURNAL AGHINYA STIESNU BENGKULU Problematika, Tantangan dan Peluang
Volume 3 Nomor 1 , Januari-Juni 2020 Pendidikan Agama Islam di Sekolah dan
E-ISSN 2621-8348 Perguruan Tinggi di Era Globalisasi
Pasmah Chandra

Fungsi dan Tujuan Pendidikan Agama kekurangan-kekurangan dan kelemahan-


Islam kelemahan peserta didik dalam keyakinan,
Sebagai suatu subyek pelajaran, pemahaman dan pengalaman ajaran dalam
pendidikan agama Islam mempunyai fungsi kehidupan sehari-hari. Pencegahan, yaitu
berbeda dengan subyek pelajaran yang lain. untuk menangkal hal-hal negatif dari
Ia dapat memiliki fungsi yang bermacam- lingkungannya atau dari budaya lain yang
macam, sesuai dengan tujuan yang ingin dapat membahayakan dirinya dan
dicapai masing-masing lembaga pendidikan menghambat perkembangannya menuju
(Thoha, 1990). Namun secara umum, Abdul manusia Indonesia seutuhnya.
majid mengemukakan bahwa kurikulum Secara umum, sebagaimana tujuan
pendidikan agama Islam untuk sekolah/ pendidikan agama islam di atas, maka
madrasah berfungsi sebagai dapat ditarik beberapa dimensi yang
berikut:(Rahman, 2012) hendak dituju oleh kegiatan pembelajaran
Pengembangan, yaitu pendidikan agama Islam. Yaitu:
meningkatkan keimanan dan ketakwaan Dimensi keimanan peserta didik
peserta didik kepada Allah SWT yang telah terhadap ajaran agama Islam. Dimensi
ditanamkan dalam lingkungan keluarga. pemahaman atau penalaran intelektual serta
Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban keilmuan peserta didik terhadap ajaran
dilakukan oleh setiap orang tua dalam agama Islam. Dimensi penghayatan atau
keluarga. Sekolah berfungsi untuk pengalaman batin yang dirasakan peserta
menumbuhkan menanamkan keimanan dan didik dalam menjalankan ajaran Islam.
ketakwaan dilakukanoleh setiap orang tua Dimensi pengamalan, dalam arti bagaimana
dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk ajaran islam yang telah di imani, dipahami
menumbuh kembangkankan lebih lanjut dan dihayati oleh peserta didik itu mampu
dalam diri anak melalui bimbingan, menumbuhkan motivasi dalam dirinya
pengajaran dan pelatihan agar keimanan untuk mengamalkan ajaran agama dan
dan ketakwaan tersebut dapat berkembang nilai-nilainya dalam kehidupan pribadinya
secara optimal sesuai dengan tingkat serta merealisasikannya dalam kehidupan
perkembangannya. Penanaman nilai, sebagai bermasyarakat, berbangsa dan
pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan bernegara.(Konsep et al., 2007)
hidup di dunia dan akhirat. Penyesuaian Mengingat betapa pentingnya
mental, yaitu untuk menyesuaikan diri pendidikan agama islam dalam
dengan lingkungan-nya baik lingkungan mewujudkan tujuan pendidikan Nasional,
fisik maupun lingkungan sosial dan dapat maka pendidikan agama Islam harus
mengubah lingkungannya sesuai dengan diberikan dan dilaksanakan di sekolah
ajaran agama Islam. Penyesuaian mental, dengan sebaik-baiknya.(Mochammad Arif
yaitu untuk menyesuaikan diri dengan Budiman, 2017)
lingkungannya baik lingkungan fisik Kedudukan Pendidikan Agama Islam
maupun lingkungan sosial dan dapat Kedudukan pendidikan agama
mengubah lingkungannya sesuai dengan Islam sangat penting dan strategis dalam
ajaran agama Islam. Perbaikan, yaitu untuk pelaksanaan bstr pendidikan di setiap
memperbaiki kesalahan-kesalahan, jenjang dan jenis pendidikan. Namun dalam

125
JURNAL AGHINYA STIESNU BENGKULU Problematika, Tantangan dan Peluang
Volume 3 Nomor 1 , Januari-Juni 2020 Pendidikan Agama Islam di Sekolah dan
E-ISSN 2621-8348 Perguruan Tinggi di Era Globalisasi
Pasmah Chandra

realitasnya, pelaksanaan pendidikan agama menggunakan model interaktif dari Miles


Islam yang di selenggarakan oleh sekolah/ and Huberman, yang terdiri atas
madrasah masih menuai permasalahan dan pengumpulan data mentah, reduksi data,
kritik dari berbagai pihak. Dan untuk display data, dan verifikasi/ kesimpulan.
mengatasi segala kekurangan dan Data yang sudah terkumpul mengenai
kelemahan praktek pendidikan agama Islam pendidikan karakter direduksi dengan cara
di lapangan setidaknya harus ditempuh melakukan pemilihan, penyederhanaan dan
jalan perubahan. Untuk itu, dibutuhkan transformasi data kasar yang muncul dari
bangun dan kaji ulang melalui apa yang berbagai sumber baik buku ataupun artikel
dinamakan rekonstruksi pendidikan agama dalam jurnal online, sehingga menjadi lebih
Islam. Upaya tersebut dapat dilakukan fokus sesuai dengan obyek penelitian.
melalui : pertama, menginterkoneksikan Reduksi data berlangsung selama proses
pendidikan agama Islam dengan pelajaran penelitian sampai tersusunnya laporan akhir
lain; kedua, melakukan atau menciptakan penelitian. Selanjutnya data akan
suasana religius di sekolah/ ditampilkan atau display dan ditarik dalam
madrasah.(Mochammad Arif Budiman, bentuk kesimpulan.
2017)
HASIL DAN PEMBAHASAN
METODE PENELITIAN Problematika Pendidikan Agama Islam
Jenis penelitian ini adalah di Sekolah
penelitian pustaka (library research). Pokok permasalahan yang menjadi
Penelitain dilakukan dengan mengkaji sumber utama problematika pendidikan
sumber-sumber yang relevan dnegan agama Islam di sekolah selama ini hanya
permasalahan yang di bahas dengan dipandang melalui aspek kognitif atau nilai
melakukan analisis secara dalam bentuk angka saja, tidak dipandang
mendalam.(Harahap, 2014) Adapun sumber bagaimana siswa didik mengamalkan
data primernya ialah Pendidikan Agama dalam dunia nyata sehingga belajar agama
Islam di sekolah dan Perguruan Tinggi sebatas menghafal dan mencatat. Hal ini
dengan mengalisis pada fenomena yang mengakibatkan pelajaran agama menjadi
sedang terjadi saat ini, merujuk pada hasil pelajaran teoritis bukan pengamalan atau
penelitian, jurnal online, buku-buku serta penghayatan terhadap nilai agama itu
dari berbagai informasi terbaru baik media sendiri.(Muslimin, 2017)
cetak maupun elektronik. Ada lima masalah paling utama
Teknik pengumpulan data dalam yang dihadapi para guru agama dalam
penelitian ini dilakukan dengan beberapa pelaksanaan pembelajaran Pendidikan
cara, diantaranya melalui pengumpulan Agama Islam pada sekolah seperti
bahan kepustakaan yang relevan, dengan diuraikan berikut: (Baidhawy, 2005)
memanfaatkan sumber-sumber yang 1. Masalah peserta didik.
refresenatatif, baik yang bersumber dari Peserta didik dalam suatu
perpustakaan berupa buku maupun sumber lembaga pendidikan tentu berasal dari
lainnya yang sifatnya e-book atau online. latar belakang kehidupan beragama yang
Teknik analisis data yang akan digunakan, berbeda-beda. Ada siswa yang berasal

126
JURNAL AGHINYA STIESNU BENGKULU Problematika, Tantangan dan Peluang
Volume 3 Nomor 1 , Januari-Juni 2020 Pendidikan Agama Islam di Sekolah dan
E-ISSN 2621-8348 Perguruan Tinggi di Era Globalisasi
Pasmah Chandra

dari keluarga yang taat beragama, melakukan penelitian dan pengabdian


namun ada juga yang berasal dari kepada masyarakat, Sesuai UU RI No.
keluarga yang kurang taat beragama, dan 20 Tahun 2003 tentang Sistem
bahkan ada yang berasal dari keluarga Pendidikan Nasional pasal 39 ayat
yang tidak peduli dengan agama. Bagi 2.(Depdiknas, 2003) Dalam perspektif
anak didik yang berasal dari keluarga pendidikan Agama Islam di Sekolah,
yang kurang taat atau tidak peduli sama guru seringkali mengalami kendala
sekali terhadap agama, perlu perhatian dalam menanamkan pembiasaan ajaran
yang serius. Sebab jika tidak, maka anak Islam di sekolah. Hal ini semata-mata
didik tidak akan peduli terhadap disebabkan karena guru tidak memiliki
pendidikan agama, lebih parah lagi kompetensi yang matang, serta juga
mereka menganggap remeh pendidikan tidak didukung oleh penguasaan konsep
agama. Sikap ini akan sangat berbahaya, internalisasi keilmuan antara ilmu
kendatipun demikian, tentu ada faktor- agama dan ilmu umum oleh guru-guru
faktor yang mempengaruhi peserta didik bidang studi lainnya.
seperti; minat belajar, keluarga, 4. Masalah Metode.
lingkungan, dan lain sebagainya. Banyak sekali metode
2. Masalah lingkungan belajar. pendidikan yang dapat dilakukan atau
Di era multi peradaban dan diterapkan dalam menyampaikan
tekhnologi dan informasi yang tidak pembelajaran pendidikan agama. Tetapi
dicegah kebeadaannya menyebabkan sangat disayangkan bahwa masih
semua itu mempengaruhi psikologis banyak guru agama yang tidak
lingkungan belajar, baik siswa, tenaga menguasai berbagai metode
pendidik dan kependidikan serta pembelajaran aktif yang sebenarnya bisa
stekholder setiap lembaga pendidikan. dipakai dalam menyajikan pelajaran
Pengaruh dari lingkungan belajar yang pendidikan agama. Agar pendidikan
tidak kondusif ini sangat mempengaruhi agama dapat mencapai hasil sesuai yang
minat belajar, dekadensi moral, serta diharapkan, maka setiap guru agama
menimbulkan kekhawatiran para harus mengetahui dan menguasai
orangtua siswa dan masyarakat terhadap berbagai metode pembelajaran dan
pendidikan anak-anak mereka pendekatan. Namun pada kenyataannya,
khususnya kebiasaan beragama mereka pelajaran pendidikan agama di sekolah
dalam kehidupan sehari-hari. (Aini & masih dominan menggunakan metode
Taman, 2012) ceramah. Guru juga harus kreatif
3. Masalah Kompetensi Guru. mengaplikasikan materi pendidikan
Pada dasarnya guru adalah agama sesuai dengan situasi murid.
tenaga pengajar sekaligus tenaga Gaya bercerita, diskusi, problem based
pendidik profesional yang bertugas solving (pemecahan masalah), dan
merencanakan dan melaksanakan proses simulasi adalah alternatif positif yang
pembelajaran, menilai hasil dapat dimasukkan dalam metode yang
pembelajaran, melakukan tepat untuk pembelajaran agama.
pembimbingan dan latihan, serta (Hmelo-Silver, 2004)

127
JURNAL AGHINYA STIESNU BENGKULU Problematika, Tantangan dan Peluang
Volume 3 Nomor 1 , Januari-Juni 2020 Pendidikan Agama Islam di Sekolah dan
E-ISSN 2621-8348 Perguruan Tinggi di Era Globalisasi
Pasmah Chandra

Menurut Al Nahwawi, metode Adakalanya siswa yang rajin beribadah


pengajaran yang sesuai dengan Al lebih rendah nilainya daripada siswa
Qur’an dan Al Hadist meliputi : yang malas beribadah. Seharusnya
a) Metode Hiwar Qur’ani dan Nabawi: kegiatan evaluasi disusun secara
dialog yang mengarah pada tujuan sistematis dan lengkap oleh guru
pendidikan. pendidikan agama Islam. Selain tes tulis,
b) Metode kisah Qur’ani dan Nabawi: kisah tes lisan dan praktik yang dilakukan
menarik dan diambil keteladanannya sebagai alat evaluasi, maka skala sikap
untuk dijadikan panutan. diperlukan untuk mengevaluasi sikap
c) Metode Amtsal: membaca teks untuk beragama peserta didik. Namun
mempermudah siswa dalam memahami kenyataannya masih banyak guru
suatu konsep. pendidikan agama Islam yang belum
d) Metode Teladan: menggunakan menguasai teknik evaluasi pendidikan
keteladanan dalam memnanamkan agama Islam secara benar.(Muhammad
penghayatan dan pengamalan materi Basir, 2015)
tersebut. Peluang dan Tantangan PAI di Sekolah
e) Metode Pembiasaan: pengulangan yang di Era Globalisasi
dilakukan secara terus-menerus sehingga Penemuan spektakuler Daniel
menjadi suatu kebiasaan. Goleman tentang kecerdasan emosional
f) Metode Ibrah dan Mauziah: menelaah (EQ) telah mematahkan dominasi IQ.
ibrah dari kisah dengan nasihat yang Banyak orang ber-IQ tinggi yang gagal,
lembut dan menyentuh. sementara mereka yang IQ-nya biasa saja
g) Metode Targhib dan Tahrib: didasarkan justru sukses dalam hidupnya. Ke depan,
kepada ganjaran dan hukuman. (Tafsir, mengandalkan IQ saja tidak akan mampu
1999) menghantarkan peserta didik pada tumbuh
5. Masalah evaluasi. kembang potensinya secara optimal.
Evaluasi merupakan salah satu Tanpa EQ bahkan kecerdasan spiritual
kegiatan pembelajaran yang sangat (SQ), peserta didik hanya aan menjadi
penting. Dengan evaluasi, guru dapat ilmuan tak berperasaan dan tak bermoral.
mengukur tingkat keberhasilan (Muhajir, 2011)
pembelajaran yang Sebagai seorang pendidik, hal itu
dilaksanakan.(Munthe, 2015) Evaluasi tentu sangat tidak kita inginkan. Kita tidak
yang baik adalah evaluasi yang dapat hanya menginginkan peserta didik hanya
mengukur segi kognitif, afektif dan disebut pintar. Lebih dari itu, mereka
psikomotorik peserta didik. Kebanyakan pintar sekaligus beradab juga berperasaan.
evaluasi yang dilakukan selama ini Untuk itu, semua pihak utamanya guru,
hanyalah mengukur kognitif siswa saja, harus berupaya mewujudkan tujuan
sedang afektif dan psikomotoriknya tersebut.
terabaikan. Hasil evaluasi kognitif Ada beberapa pendekatan yang
tersebut dimasukkan ke dalam raport digunakan baik itu pada tingkat sekolah
siswa, maka kemungkinan akan terjadi dasar maupun menengah, yakni.
penilaian yang kurang obyektif.

128
JURNAL AGHINYA STIESNU BENGKULU Problematika, Tantangan dan Peluang
Volume 3 Nomor 1 , Januari-Juni 2020 Pendidikan Agama Islam di Sekolah dan
E-ISSN 2621-8348 Perguruan Tinggi di Era Globalisasi
Pasmah Chandra

a) Pendekatan keimanan, yaitu sebagai cermin manusia yang


memberikan peluang kepada peserta berkepribadian.(Latif, 2015)
didik untuk mengembangkan Sebagai ujung tombak
pemahaman adanya tuhan sebagai pendidikan agama di sekolah, guru
sumber kehidupan makhluk di ala harus memiliki totalitas untuk anak
mini. didik. Masalah jam pelajaran yang
b) Pendekatan pengalaman, yaitu hanya 2 jam dalam 1 minggu dapat
memberikan kesempatan kepada disiasati dengan cara menambah
peserta didik untuk mempraktekkan pembelajaran pendidikan agama
dan merasakan hasil-hasil Islam melalui pembelajaran ekstra
pengalaman ibadah dan akhak dalam kurikuler dan tidak hanya
menghadapi tugas-tugas dan masalah pembelajaran formal di sekolah.
dalam kehidupan. Pembelajaran dilakukan bisa di
c) Pendekatan pembiasaan, yaitu sekolah, yaitu di kelas atau di
memberikan kesempatan kepaa mushala. Program pendidikan agama
peserta didik untuk membiasakan Islam ekstra kurikuler ini dapat
sikap dan perilaku yang sesuai berupa Pesantren Kilat, Rohani Islam
dengan ajaran islam dan budaya (Rohis).(Noer et al., 2017)
bangsa dalam menghadapi masalah
kehidupan. Pendidikan Agama Islam di Perguruan
d) Pendekatan rasional yaitu Tinggi
memberikan peran pada akal peserta Problematika Pendidikan Agama Islam
didik dalam memahami dan Pada Perguruan Tinggi Umum.
membedakan berbagai bahan ajar Ada beberapa problematika yang
dalam standar materi serta kaitannya masih menjadi batu sandungan.
dengan perilaku yang baik dan buruk Bagaimana mewujudkan tujuan-tujuan
dalam kehidupan. tersebut seefektif mungkin. Beberapa
e) Pendekatan emosional yaitu upaya problem tersebut antara lain:(Amin &
menggugah perasaan peserta didik others, 2015)
dalam menghayati perilaku yang a. Beban SKS yang Minimalis (hanya 2
sesuai dengan ajaran agama dan SKS)
budaya bangsa. Frekuensi perkuliahan
f) Pendekatan fungsional yaitu agama yang hanya 2 (dua) SKS
menyajikan bentuk semua standar dirasa kurang memadai mengingat
materi (Al-Qur’an, keimanan, akhlak, harapan yang demikian besar kepada
fiqih, dan tarikh) dari segi pendidikan agama. Oleh karena itu
manfaatnya bagi peserta didik dalam bobotnya dipandang perlu untuk
kehidupan sehari-hari dalam arti yang ditingkatkan menjadi 4 (empat) SKS.
luas. Kecuali tenaga pendidik (dosen) di
g) Pendekatan keteladaan yaitu perguruan tinggi umum mampu
menjadikan figur guru agama dan mengintegrasikan nilai-nilai
nonagama serta semua pihak sekolah pendidikan agama Islam dalam mata

129
JURNAL AGHINYA STIESNU BENGKULU Problematika, Tantangan dan Peluang
Volume 3 Nomor 1 , Januari-Juni 2020 Pendidikan Agama Islam di Sekolah dan
E-ISSN 2621-8348 Perguruan Tinggi di Era Globalisasi
Pasmah Chandra

kuliah lain. Begitu juga dosen untuk arti ada yang cukup puas dengan pola
mata kuliah pendidikan agama Islam. horizontal lateral (independent),
Namun skill ini masih sulit didapat. yakni bidang studi (non-agama)
b. Pola Pembelajaran Yang kadang-kadang berdiri sendiri tanpa
Berkelanjutan. dikonsultasikan dan berinteraksi
Perlunya menjabarkan dengan nilai-nilai agama, dan ada
pendidikan agama di perguruan yang mengembangkan pola relasi
tinggi, sebagai kelanjutan dari materi lateral-sekuensial, yakni bidang studi
pendidikan agama dari TK sampai (non agama) dikonsultasikan dengan
dengan SLTA. Apabila pada tingkat nilai-nilai agama. Ada pula yang
TK materi pendidikan agama mengembangkan pola vertical linier,
tekanannya kepada akhlak, tingkat mendudukkan agama sebagai sumber
SD kepada ibadah, tingkat SLTP nilai atau sumber konsultasi dari
kepada muamalat, tingkat SLTA berbagai bidang studi. Namun
kepada munakahat, maka pada demikian, pada umumnya
perguruan tinggi materi pendidikan dikembangkan ke pola horizontal-
agama diarahkan kepada pengenalan lateral (independent), kecuali bagi
terhadap perkembangan pemikiran lembaga pendidikan tertentu yang
dalam Islam. Penyusunan program memiliki komitmen, kemampuan,
seperti ini secara berkelanjutan dapat atau political will dalam mewujudkan
pula disusun pada mata kuliah agama relasi/hubungan lateral-sekuensial
lain.(Amin & others, 2015) dan vertical linier.(Sanusi, 2019) Dari
Namun pola ini lah yang kutipan di atas dapat dinyatakan
belum muncul, bahkan terkadang kita bahwa masih banyak perguruan
jumpai ada tenaga pendidik yang tinggi umum yang menjadikan PAI
menganggap pembelajaran sebagai mata kuliah yang berdiri
pendidikan agama islam itu ya itu-itu sendiri. Tidak terintegrasi dengan
saja dari SD sampai perguruan tinggi. mata kuliah yang lain. Ibarat syair
Paradigma tenaga pendidik yang lagu “Kau di sana, dan aku di sini”.
seperti ini menunjukkan betapa PAI d. Tenaga Pendidik/dosen Agama Islam.
cenderung dinilai dari segi simbolis- Faktor inilah yang
kuantitatif, dan bukan substansial- memegang central core (intinya)
kualitatif. Hal ini menunjukkan pelaksanaan pelajaran agama Islam di
bahwa tenaga pendidiknya pun belum Perguruan Tinggi. Bagaimanapun
mampu menumbuhkan dosen yang mengajar di Perguruan
kesinambungan pendidikan itu. Tinggi harus sarjana dari suatu
c. Pola Pengembangan Pendidikan Perguruan Tinggi Islam. Hal ini
Agama Islam menyangkut kewibawaan di mata
Fenomena pengembangan mahasiswa.
pendidikan agama Islam di sekolah Selain dari itu, kesediaan
atau Perguruan Tinggi Umum dari para pengasuh pendidik agama di
tampaknya sangat bervariasi. Dalam perguruan tinggi untuk

130
JURNAL AGHINYA STIESNU BENGKULU Problematika, Tantangan dan Peluang
Volume 3 Nomor 1 , Januari-Juni 2020 Pendidikan Agama Islam di Sekolah dan
E-ISSN 2621-8348 Perguruan Tinggi di Era Globalisasi
Pasmah Chandra

mengembangkan kemampuan dampak negatif IT adalah dengan


penalaran akademisnya. Misalnya, memperkenalkan IT dari segi positif-
untuk mengikuti program S-2 dan S-3 nya. Tenaga pendidik PAI adalah
merupakan hal yang sangat salah satu personil yang tepat untuk
dianjurkan. Karena dengan memperkenalkan ini kepada peserta
demikianlah diharapkan munculnya didik (mahasiswa). (Amin & others,
kemampuan untuk mengembangkan 2015)
memahami ajaran-ajaran agama e. Perilaku mahasiswa yang
secara komprehensif, dan atas dasar menyimpang dari nilai-nilai
itu tumbuhlah rasa kebanggaan akademik.
terhadap ajaran agama yang Melalui media cetak atau
dianutnya. Karena mengikuti kuliah pun media elektronik kita selalu
agama diharapkan tidak hanya bagi mendapati berita yang menunjukkan
mahasiswa sekedar mengejar target 2 berbagai perilaku mahasiswa yang
(dua) SKS, tetapi yang lebih penting jauh dari nilai-nilai akademik.
lagi semakin meyakini akan Misalnya saja banyak mahasiswa
kebenaran ajaran agama yang yang terlibat dalam peristiwa-
dianutnya. peristiwa amoral, seperti kasus VCD
Namun kebijakan ini porno, aksi tawuran, perkelahian,
terkadang ditanggapi sebagai suatu tindak kriminalitas yang tinggi
pemaksaan. Sehingga tidak jarang, (seperti pembunuhan yang dilakukan
banyak dosen yang melanjutkan mahasiswa terhadap pacarnya yang
jenjang pendidikannya, tetapi tidak sedang hamil), dan lain-lain.(Pradana,
mengikuti proses pembelajaran yang 2018)
semestinya. Dosen-dosen seperti ini Fenomena di atas
cenderung beranggapan ijazah lebih menunjukkan betapa pendidikan
penting daripada proses tersebut. agama di perguruan tinggi nyaris
Inilah yang menyebabkan banyak ‘tidak tepat sasaran’. Problem
sarjana-sarjana ‘mandul’ di pendidikan agama ini tidak lain
Indonesia. Sarjana-sarjana yang cerminan problem hidup
motivasi belajarnya telah mati, keberagamaan di Tanah Air yang
namun menginginkan ijazah sebagi telah terjebak ke dalam formalisme
bukti telah menyelesaikan pendidikan agama. Pemerintah merasa puas
Tinggi.(Hanafi, 2014) sudah mensyaratkan pendidikan
Kemudian seiring agama sebagai mata kuliah wajib
perkembangan Teknologi Informasi dalam kurikulum. Guru agama/dosen
saat ini, maka tenaga pendidik untuk merasa puas sudah mengajarkan
Pendidikan Agama di perguruan materi pelajaran sesuai kurikulum.
tinggi umum juga harus berperan Peserta didik merasa sudah beragama
aktif. Karena dunia IT telah dengan menghafal materi pelajaran
merambah ke berbagai disiplin ilmu. agama. Semua pihak merasa puas
Salah satu cara untuk mengantisipasi dengan obyektifikasi agama dalam

131
JURNAL AGHINYA STIESNU BENGKULU Problematika, Tantangan dan Peluang
Volume 3 Nomor 1 , Januari-Juni 2020 Pendidikan Agama Islam di Sekolah dan
E-ISSN 2621-8348 Perguruan Tinggi di Era Globalisasi
Pasmah Chandra

bentuk kurikulum dan nilai rapor atau umumnya, maka semakin tinggi pula
nilai mata kuliah, namun jauh dari sikap elitisme tersebut. Elitisme yang
implementasinya. Perlu juga kita bersumber dari sekolah ini kemudian
cermati, semata-mata menyalahkan memunculkan elitisme “terpisah” dari
(menganggap gagal) pendidikan masyarakat; tetapi pada saat yang
agama untuk kasus seperti ini adalah bersamaan, mereka memegangi
tidak bijak. Tetapi itulah image yang pendapat bahwa dengan keunggulan
terkadang hadir di masyarakat. dan priveleges yang mereka miliki,
f. Lingkungan Kampus. mereka mempunyai “hak” alamiah
Lingkungan perguruan untuk memerintah masyarakat.
tinggi berada harus juga dijadikan (Ramdhani, 2017)
perhatian pendidik yang bersangkutan Mengacu pada beberapa
dalam arti lingkungan sosio- kutipan di atas, lingkungan kampus
kulturilnya; yang menjadi persoalan juga mendukung keberhasilan
dalam hubungan ini ialah: apakah pendidikan agama Islam di perguruan
dosen dan mahasiswa harus tinggi umum. Lingkunga yang
menyesuaikan diri secara alloplastis dimaksud bukan hanya dari segi
atau secara autoplastis? Juga masih hardware, tetapi juga software.
dalam masalah lingkungan yaitu yang Beberapa masalah yang dipaparkan di
langsung berpengaruh pada atas hanyalah segelintir dari berbagai
mahasiswa dalam kampus, atau problem kompleks yang ada.
bahkan dalam kelas perlu diciptakan Peluang dan Tantangan Pendidikan
religious environment seperti adanya Agama Islam Pada Perguruan Tinggi
musholla dalam kampus, peringatan- Umum.
Berdasarkan pada beberapa
peringatan hari besar Islam, tatasusila
permasalahan yang telah dipaparkan
dalam pergaulan, berpakaian,
di atas maka mendorong pihak-pihak
bertingkah laku sopan, dan
yang peduli akan pendidikan untuk
sebagainya.
melakukan terobosan baru yang dapat
Sehubungan dengan hal ini
mencerahkan prospek pendidikan
Azyumardi Azra juga mengemukakan
agama di perguruan tinggi umum.
bahwa pendidikan memberikan
Beberapa terobosan tersebut antara
kepada anak didik dorongan dan rasa
lain:
berprestasi melalui penguasaan
a. Paradigma Baru Dalam
pelajaran dengan sebaik-baiknya.
Pembelajaran Pendidikan Agama.
Prestasi akademis yang mereka capai,
Muhaimin dalam Rekon-
pada gilirannya, juga mendorong
struksi Pendidikan Islam
munculnya rasa elitisme, yang
memaparkan tentang perbedaan
kemudian memunculkan sikap dan
model-model pengembangan PAI
gaya hidup tersendiri, termasuk
di perguruan tinggi umum.
dalam kehidupan politik. Semakin
Perbedaan model ini muncul
terpisah lingkungan sekolah dari
karena adanya perbedaan
lingkungan masyarakat pada

132
JURNAL AGHINYA STIESNU BENGKULU Problematika, Tantangan dan Peluang
Volume 3 Nomor 1 , Januari-Juni 2020 Pendidikan Agama Islam di Sekolah dan
E-ISSN 2621-8348 Perguruan Tinggi di Era Globalisasi
Pasmah Chandra

pemikiran dalam memahami yang terdiri dari beberapa


aspek-aspek kehidupan. Apakah komponen atau elemen-elemen,
agama merupakan bagian dari yang masing-masing menjalankan
aspek kehidupan, sehingga hidup fungsinya sendiri-sendiri, dan
beragama berarti menjalankan antara satu dengan lainnya bisa
salah satu aspek dari berbagai saling berkonsultasi atau tidak.
aspek kehidupan, ataukah agama Model organism/sistemik
merupakan sumber nilai-nilai dan dalam konteks pendidikan Islam
operasional kehidupan, sehingga bertolak dari pandangan bahwa
agama akan mewarnai segala aktifitas kependidikan merupakan
aspek kehidupan itu sendiri? Maka suatu sistem yang terdiri atas
dalam konteks ini muncullah komponen-komponen yang hidup
model dikotomis, model bersama dan bekerja sama secara
mekanisme dan model terpadu menuju tujuan tertentu,
organism/sistemik.(Muhaimin, yaitu terwujudnya hidup yang
2002) religius atau dijiwai oleh ajaran
Model dikotomis dan nilai-nilai agama.(Mohamad
memandang segala sesuatu hanya & Salleh, 2009)
dilihat dari dua sisi yang Pandangan semacam itu
berlawanan, seperti laki-laki dan menggaris bawahi pentingnya
perempuan, ada dan tidak ada, kerangka pemikiran yang
bulat dan tidak bulat, pendidikan dibangun dari fundamental
agama dan pendidikan non agama, doctrine dan fundamental value
demikian seterusnya. Pandangan yang tertuang dan terkandung
dikotomis tersebut pada gilirannya dalam Al Qur’an dan al-sunnah
dikembangkan dalam memandang ash-shahihah sebagai sumber
aspek kehidupan dunia dan pokok. Ajaran dan nilai-nilai
akhirat, kehidupan jasmani dan Ilahi/agama/wahyu didudukkan
rohani, sehingga pendidikan sebagai sumber konsultasi yang
agama Islam hanya diletakkan bijak,
pada aspek kehidupan akhirat saja b. Integrasi Inklusivitas Islam dalam
atau kehidupan rohani Pendidikan Agama Islam.
saja.(Muhaimin, 2002) Paradigma yang juga bisa
Adapun model dikembangkan ialah dalam bentuk
mekanisme memandang integrasi inklusivitas Islam dalam
kehidupan terdiri atas berbagai Pendidikan Agama Islam.
aspek, dan pendidikan dipandang Pemaparannya dalam hal ini yaitu
sebagai penanaman dan :
pengembangan seperangkat nilai Jika masih ingin eksis dan survive,
kehidupan, yang masing-masing semangat inklusivitas ajaran Islam
bergerak dan berjalan menurut harus benar-benar integral dalam
fungsinya, bagaikan sebuah mesin materi ajar dalam kurikulum

133
JURNAL AGHINYA STIESNU BENGKULU Problematika, Tantangan dan Peluang
Volume 3 Nomor 1 , Januari-Juni 2020 Pendidikan Agama Islam di Sekolah dan
E-ISSN 2621-8348 Perguruan Tinggi di Era Globalisasi
Pasmah Chandra

Pendidikan Agama Islam. Namun dapat dilihat dari penerimaan


yang perlu menjadi catatan jangan Islam terhadap beragam mazhab
sampai terjebak oleh inklusivitas fikih, tetapi tetap dalam kerangka
menurut retorika Barat dalam hal- kesatuan atau keseragaman syariat
hal teori tentang pluralisme, HAM Islam.(Dzakie, 2014)
dan lain-lainnya karena semua itu Pernyataan di atas juga
harus dikembalikan kepada relevan dalam upaya memprotek
sumbernya yang asli yaitu al- mahasiswa yang cenderung ‘darah
Qur’an dan as-Sunnah meskipun muda’ yang gampang berapi-api
tetap dengan semangat yang dan labil. Terutama dalam
mengkritisi setiap interpretasi menerima paham-paham dengan
terhadap kedua sumber atas nama agama, seperti paham-
tersebut.(Amin & others, 2015) paham Negara Islam Indonesia
Sikap Islam terhadap (NII) yang marak akhir-akhir ini.
pluralitas misalnya, merupakan Disamping itu konsep integrasi
sikap pertengahan di antara dua inklusivitas ini sangat tepat jika
kutub ekstrim pandangan manusia diterapkan pada Perguruan Tinggi
terhadap pluralitas: yang menolak Umum yang masih menyajikan
pluralitas mentah-mentah dan Pendidikan Agama Islam hanya 2
yang menerima pluralitas mentah- SKS. Karena ada juga beberapa
mentah. Pandangan manusia yang perguruan tinggi umum yang
menolak pluralitas mentah-mentah menyajikan mata kuliah
adalah pandangan yang Pendidikan Agama lebih dari 2
menganggap pluralitas sebagai SKS.
sebuah bencana yang membawa
pada perpecahan sehingga KESIMPULAN
pluralitas harus dihilangkan dan Pendidikan Agama Islam (PAI)
keseragaman mutlak harus di sekolah atau di Perguruan Tinggi
dimunculkan. Hal tersebut dapat yang sedang berlangsung belum
dilihat pada “totaliterisme Barat” semuanya memenuhi harapan kita
yang diwakili oleh Uni Soviet saat sebagai umat Islam mengingat kondisi
itu. Pandangan manusia yang dan kendala yang dihadapi, maka
menerima pluralitas mentah- diperlukan pedoman dan pegangan
mentah adalah pandangan yang dalam membina pendidikan agama
menganggap pluralitas sebagai Islam. Ini semua mengacu pada usaha
sebuah bentuk kebebasan individu strategis pada rencana strategis
yang tidak ada keseragaman kebijakan umum Direktorat Jendral
sedikit pun. Hal ini terlihat pada Pendidikan Agama Islam Kementrian
model “liberalisme Barat” di Agama yaitu peningkatan mutu khusus
banyak negara. Sikap Islam yang mengenai pendidikan agama Islam di
moderat, yang menerima pluralitas sekolah, peningkatan mutu itu sendiri
sekaligus menerima keseragaman, terkait dengan bagaimana kualitas hasil

134
JURNAL AGHINYA STIESNU BENGKULU Problematika, Tantangan dan Peluang
Volume 3 Nomor 1 , Januari-Juni 2020 Pendidikan Agama Islam di Sekolah dan
E-ISSN 2621-8348 Perguruan Tinggi di Era Globalisasi
Pasmah Chandra

pembelajaran pendidikan agama Islam Daradjat, Z. (2016). Metodik khusus


pada peserta didik yang mengikuti pengajaran agama Islam.
pendidikan di sekolah. Mutu itu sendiri Depdiknas. (2003). Undang-undang
sebetulnya sesuatu yang memenuhi Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
harapan-harapan kita. Artinya kalau 2003 tentang SISDIKNAS dan
pendidikan itu bermutu hasilnya Peraturan Pemerintah RI Tahun 2015
tentang Standar Nasional Pendidikan
memenuhi harapan-harapan dan
dan Wajib Belajar. Citra Umbara.
keinginan-keinginan kita. Kita bukan
Dzakie, F. (2014). Meluruskan Pemahaman
hanya sebagai pengelola, tetapi juga
Pluralisme Dan Pluralisme Agama Di
sebagai pelaksana bersama semua Indonesia. Al-AdYaN.
pemangku kepentingan (stakeholder)
Hanafi, M. (2014). Pengembangan
termasuk masyarakat, orang tua. Dalam Kurikulum Perguruan Tinggi Agama
kenyataan pendidikan agama Islam di Islam. Islamuna: Jurnal Studi Islam.
sekolah atau Perguruan Tinggi masih
Harahap, N. (2014). Penelitian
banyak hal yang belum memenuhi Kepustakaan Oleh: Jurnal Iqra’.
harapan.
Hmelo-Silver, C. E. (2004). Problem-based
learning: What and how do students
DAFTAR PUSTAKA learn? In Educational Psychology
Review.
Ahmad, J., & Manusia, A. P. K. (2018).
Indrawan, I. (2016). Pendidikan karakter
Paradigma Pendidikan Islam: Upaya
dalam perspektif islam. Al-Afkar :
Mengefektifkan Pendidikan Agama
Jurnal Keislaman & Peradaban.
Islam di Sekolah. Pasca Sarjana UIN
Syarif Hidayatullah, 3, 320. Konsep, A., Kunci, K., & Agama Islam, P.
(2007). Dimensi Sosiokultural
Aini, P. N., & Taman, A. (2012). Pengaruh
Pendidikan Agama Islam. Abudin
kemandirian belajar dan lingkungan
Nata Filsafat Pendidikan Islam.
belajar siswa terhadap prestasi belajar
akuntansi siswa kelas xi ips sma Latif, A. (2015). Pendekatan Dalam
negeri 1 sewon bantul tahun ajaran Pembelajaran Pendidikan Agama
2010/2011. Jurnal Pendidikan Islam (PAI). El-Hikmah.
Akuntansi Indonesia. Lubis, Z., & Anggraeni, D. (2019).
Ainiyah, N. (2013). Pembentukan karakter Paradigma Pendidikan Agama Islam
melalui pendidikan agama islam. Al- di Era Globalisasi Menuju Pendidik
Ulum: Jurnal Studi Islam. Profesional. Jurnal Online Studi Al-
Qur’an.
Amin, A. R., & others. (2015). Sistem
pembelajaran pendidikan agama Maimun, A., & Fitri, A. Z. (2010).
Islam pada perguruan tinggi umum. Madrasah unggulan: Lembaga
Deepublish. pendidikan alternatif di era kompetitif.
UIN-Maliki Press.
Arif, M. (2011). Pendidikan Agama Islam
inklusifmultikultural. Jurnal Mochammad Arif Budiman. (2017).
Pendidikan Islam. Pendidikan Agama Islam. Banjarbaru:
Grafika Wangi Kalimantan.
Baidhawy, Z. (2005). Pendidikan agama
berwawasan multikultural. Erlangga. Mohamad, B., & Salleh, M. (2009).
Kepimpinan pendidikan dalam

135
JURNAL AGHINYA STIESNU BENGKULU Problematika, Tantangan dan Peluang
Volume 3 Nomor 1 , Januari-Juni 2020 Pendidikan Agama Islam di Sekolah dan
E-ISSN 2621-8348 Perguruan Tinggi di Era Globalisasi
Pasmah Chandra

pembangunan modal insan. Seminar Sanusi, I. (2019). Program Pengembangan


Pembangunan Modal Insan 2009. Keberagamaan Peserta Didik Di Sma
Muhaimin. (2002). Paradigma Pendidikan Melalui Kegiatan Pembelajaran
Islam. In Livestock Research for Rural Berbasis Pai Di Luar Kelas (Studi
Development. Kasus di SMAN 5 Bandung).
Atthulab: Islamic Religion Teaching
Muhajir, A. (2011). Ilmu pendidikan and Learning Journal.
perspektif kontekstual. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media. Tafsir, A. (1999). Metodologi pengajaran
agama Islam. Remaja Rosdakarya.
Muhammad Basir. (2015). Evaluasi
Pendidikan. In Jakarta: Lampena
Intimedia.
Muhammad Haris. (2015). Pendidikan
islam dalam perspektif prof. H.m
arifin. Ummul Quro.
Munthe, A. P. (2015). Pentingya Evaluasi
Program Di Institusi Pendidikan:
Sebuah Pengantar, Pengertian, Tujuan
dan Manfaat. Scholaria : Jurnal
Pendidikan Dan Kebudayaan.
Muslimin. (2017). Problematika
Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam dan Upaya Solusi Guru Agama
dalam Pembinaannya di Sekolah. In
Tarbawiyah: Jurnal Ilmiah
Pendidikan.
Noer, H. M. A., Tambak, S., & Rahman, H.
(2017). Upaya Ekstrakurikuler
Kerohanian Islam (ROHIS) dalam
Meningkatkan Sikap Keberagamaan
Siswa di SMK Ibnu Taimiyah
Pekanbaru. Jurnal Pendidikan Agama
Islam Al-Thariqah.
Pradana, A. P. (2018). Peran Media Sosial
Terhadap Perubahan Perilaku
Mahasiswa. Solidaritas.
Rahman, A. (2012). Pendidikan Agama
Islam Dan Pendidikan Islam. Jurnal
Eksis.
Ramdhani, M. A. (2017). Lingkungan
pendidikan dalam implementasi
pendidikan karakter. Jurnal
Pendidikan UNIGA.
Salim, A. (2014). Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam. Cendekia.

136

You might also like