You are on page 1of 5

Jurnal Farmasi dan Herbal Vol.4No.

2 Edition:November2022–April2022
http://ejournal.delihusada.ac.id/index.php/JPFH
Received:19Maret2022 Revised:20April 2022 Accepted:22April2022

FORMULASI SEDIAAN BLUSH ON DARI EKSTRAK KUBIS UNGU


(Brassica Oleracea L. var. capitates f. rubra) SEBAGAI PEWARNA
DALAM BENTUK COMPACT POWDER

Nadia1, Hot Dinaria Sitanggang2, Ratna Sari,3


InstitutKesehatan Deli Husada Deli Tua
e-mail : nadiyana288@gmail.com

Abstract
Cosmetics have been known to humans since centuries ago. Since the last 40
years, cosmetics has grown rapidly. Quantias and the quality of biological
materials for use on the skin are increasing. Blush on is created from
attractive colors and of course using coloring agents. Purple cabbage extract is
used as a dye in blush on with a concentration of 30% and Isopropyl myristate
as a binder with various concentrations of 0.5%, 1.0% and 2.0%. Purple
cabbage extract was obtained by 96% ethanol maceration, then filtered and
rotary using a rotary evaporator, then evaporated in a water bath with a
temperature of 700 C. Blush on is made by pressing. The extract yield
obtained was 18.68%. The observations show that preparations with a
concentration of Isopropyl myristate 1.0% are better and more preferable
because the preparation is not brittle and not too hard. In the pH test, all
dosages meet the requirements. In the irritation test, all preparations did not
cause irritation reactions to all panelists. Purple cabbage extract can be used
as a natural dye in the process of making blush on and the best concentration
of Isopropyl myristate is 1.0%.

Keyword : Purple cabbage, Compact powder, Isopropyl myristate, Blush on.

PENDAHULUAN
Kosmetik dikenal manusia beberapa bentuk diantaranya cair,
sejak berabad – abad yang lalu. cream, padat dan powder. Blush on
Pada abad ke -19 pemakaian tersedia dalam berbagai pilihan
kosmetik mulai mendapat warna, yaitu merah, jingga, pink
perhatian, yaitu selain untuk dan juga kecokelatan
kecantikan, juga untuk kesehatan (Nurhayati,2016).
(Tranggono, 2007). Blush on Blush on diciptakan dari
adalah sediaan kosmetik yang warna – warna yang menarik dan
digunakan untuk mewarnai pipi tentu saja memakai zat pewarna.
dengan sentuhan artistik sehingga Hanya saja memberi pengaruh
dapat meningkatkan kesan segar negatif pada kulit muka, terutama
dalam tata rias wajah. Blush on pipi, yakni diawali dengan gatal-
digunakan dengan tujuan untuk gatal lalu memerah dan bahkan
mengoreksi wajah sehingga wajah kulit mengelupas (Nurhayati,2016).
tampak lebih cantik, lebih segar Blush on dapat langsung
dan berdimensi. Blush on memiliki digunakan dengan cara melekatkan

52
Nadia, Dinaria & Sari, Formulasi sediaan….

pada kulit pipi, tetapi lebih baik sedikit, lalu dikempa dan di cetak
digunakan sebelum atau sesudah compact powder dengan
menggunakan bedak. Penggunaan menggunakan wadah blush on yang
blush on tergantung macam- sesuai. Dalam modifikasi formula,
macam blush on, karena setiap penggunaan isopropil miristat
blush on memiliki cara digunakan dengan konsentrasi
pengaplikasian yang berbeda- beda 0,5%, 1,0%, dan 2,0%
(Nurhayati,2016). (Bindharawati,2015). Selanjutnya
Uji Sediaan Compact Powder, dan
METODE uji efektivitas sediaan blush on.
Penelitian ini berjenis
eksperimental. Sampel yang Gambar 1. Formulasi Sediaan Blush
digunakan adalah Kubis ungu On
(Brassica oleracea L. Var. Capitate
f. rubra) yang sudah masak yang
tumbuh di daerah Desa Barus Jahe,
Kec. Berastagi, Kab. Tanah Karo. ,
bahan yang digunakan tanaman
kubis ungu, Aquadest, Etanol 96%,
Isopropil miristat, Kaolin, Paraffin
liquid, Talkum, Zink oxide.
Prosedur pembuatan serbuk HASIL DAN PEMBAHASAN
simplisia kubis ungu adalah kubis Pengambilan kubis ungu
ungu yang sudah kering kemudian yang segar diambil langsung dari
dihaluskan dengan blender. kubis ungu yang sudah masak dan
kemudian serbuk ditimbang segar. Setelah kubis ungu dicuci
sebanyak 500 gram dan lalu bersih diperoleh berat basah 10 kg,
dimasukkan ke dalam wadah untuk kemudian dirajang dan dikeringkan
keperluan ekstraksi dengan metode dan diperoleh berat kering 2 kg
maserasi. Kemudian Penyiapan kubis ungu (Brassica oleraceae L)
Ekstrak Etanol Kubis Ungu, dinyatakan kering bila telah tampak
Karakterisasi simplisia, Uji Skrining berwarna coklat dan dapat
Fitokimia, Pembuatan Compact dipatahkan. Kemudian diserbukan
Powder dengan cara Sebelum maka diperoleh berat serbuk kubis
dilakukan formulasi, tiap bahan ungu 1 kg. Selanjutnya kubis ungu
tambahan diayak dengan ayakan diekstraksi menggunakan metode
no. 120. Semua bahan selain maserasi dan hasil rendemen kubis
ekstrak etanol kubis ungu dan ungus yang didapat yaitu 18,68 %.
isopropil miristat dicampur dan Uji karakterisasi simplisia
digerus hingga dicapai ukuran penetapan kadar air simplisia kubis
partikel yang kecil dan lembut. ungu terdapat hasil 2,96% dimana
Setelah lembut, ekstrak etanol hasil tersebut masih memenuhi
kubis ungu dengan konsentrasi syarat karena syarat dibawah
30% dimasukkan ke dalam <10%. Hasil uji penetapan kadar
campuran bahan sedikit demi sari yang larut dalam air yaitu
22,12 %, dari data tersebut maka
53
Nadia, Dinaria & Sari, Formulasi sediaan….

masih memenuhi syarat karena Sediaan blush on dibuat dengan


syarat karakterisasi ≥ 22%. Hasil menggunakan formula yang telah di
penetapan kadar sari yang larut modifikasi dari peneliti sebelumnya.
dalam etanol yaitu 0,40 % dimana Formula tersebut dimodifikasi
pada hasil tersebut dinyatakan dengan menganti Ekstrak tanaman
bahwa uji masih memenuhi dan Isopropil miristat. Jika pada
persyaratan yaitu ≤ 5%. Pada uji peneliti sebelumnya membuat
kadar abu total didapat hasil 4,12 sediaan blush on dengan formula
% dan masih memenuhi syarat perbandingan konsentrasi ekstrak
karena syarat yang diminta masih kubis ungu maka peneliti ini
< 7,5 %, sedangkan hasil uji membuat sediaan blush on dengan
penetapan kadar abu yang tidak menggunakan formula konsentrasi
larut dalam asam yaitu 2,98 % dan ekstrak kubis ungu yang sama.
masih memenuhi syarat karena Pada formula 1,2 dan 3
syarat uji penetapan kadar abu menggunakan konsentrasi ekstrak
yang tidak larut dalam asam yaitu kubis ungu sebesar 30% yang
< 7,5 % menghasilkan warna merah jambu.
Uji skrining fitokimia Peneliti melakukan penelitian tanpa
dilakukan untuk melihat kandungan perbandingan konsentrasi ekstrak
metabolit sekunder dari simplisia karena peneliti hanya ingin
yang digunakan dalam suatu membuat sediaan blush on dan
penelitian. Dari hasil penelitian melihat kekerasan sediaan dengan
yang telah di peroleh, terdapat melakukan perbandingan
beberapa golongan senyawa kosentransi isopropyl miristat.
metabolit sekunder yang Pada penelitian ini juga
terkandung di dalam kubis ungu dilakukan orientasi penggunaan
yaitu seperti flavonoid, saponin, isopropil miristat dan lanolin
tanin, dan antosianin. Pada kubis sebagai pengikat.Sediaan dengan
ungu yang diteliti terdapat konsentrasi pengikat 0,5% rapuh
kandungan flavonoid karena dan mudah pecah. Sediaan dengan
Terdapat lapisan merah pada amil konsentrasi 1,0% dihasilkan
alcohol dan hasil positf sediaan yang tidak rapuh dan tidak
mengandung flavonoid karena mudah pecah. Orientasi dilanjutkan
Terbentuk lapisan merah. Pada dengan konsentrasi pengikat 2,0%.
pengecekan saponin juga positif Sediaan yang dihasilkan tidak rapuh
mengandung saponin karena dan tidak mudah pecah. Tetapi
Terbentuk busa dengan tinggi 3 cm. terlalu banyak penggunaan
pada uji tanin positif mengandung isopropyl miristat dapat
taning karena Terbentuk warna menghasilkan sediaan terlalu keras
hijau kehitaman dan pada uji Sehingga konsetrasi pengikat yang
saponin positf mengandung saponin 2% menghasilkan sediaan yang
karena Terbentuk warna merah terlalu keras yang dapat
pada sampel yang sudah mengakibatkan warna pada sediaan
ditambahkan larutan kimia. ekstrak kubis ungu tidak mudah
melepas.

54
Nadia, Dinaria & Sari, Formulasi sediaan….

Pada formula ini maka di 30% dengan isopropyl miristat


dapat hasil yang baik yaitu pada 1,0%.. Hal ini ditandai dengan dua
isopropyl miristat konsentrasi 1,0%, kali pemolesan, sediaan telah
Karena pada konsentrasi tersebut menghasilkan warna pada
sediaan blush on tidak rapuh dan punggung tangan. Sediaan 30%
tidak terlalu keras. Penggunaan dengan isopropyl miristat 0,5%
isopropyl miristat pada formulasi sukar dipoles sehingga tidak
sediaan blush on terlalu banyak melepaskan warna pada punggung
juga akan menghasilkan sediaan tangan, Sedangkan sediaan 30%
yang tidak bagus, karena jika dengan isopropyl miristat 1,0%
sediaan terlalu keras warna pada menghasilkan warna dengan 3 kali
sediaan juga tidak keluar. pemolesan. Antosianin adalah
Uji homogenitas blush on glikosida, pada konsentrasi tinggi
dilakukan pada sekeping kaca yang menyebabkan kekompakan sediaan
transparan. Dikatakan homogen 30% dengan isopropyl miristat
apabila pada kaca tersebut tidak 2,0% lebih besar sehingga tidak
terdapat bintik-bintik kasar. melepaskan warna saat dipoles
Uji iritasi dilakukan dengan pada punggung tangan. Sehingga
mengoleskan sediaan blush on pada formula 2 sediaan 30%
dengan tipis pada bagian telinga dengan isopropyl miristat 1,0%
belakang dan punggung tangan, merupakan sediaan yang bagus
kemudian dilihat apakah terjadi karena pada konsentrasi isopropyl
iritasi atau tidak dan akan dilihat miristat 1,0% dengan 3 kali
dalam waktu 30 menit. pemolesan sediaan blush on
Berdasarkan hasil uji iritasi melepaskan warna dan
terhadap sukarelawan terhadap menghasilkan warna pada
formula 1, 2 dan 3 menunjukkan punggung tangan.
hasil bahwa tidak ada nya iritasi Pada formula ini untuk
yang ditimbulkan setelah dilakukan mengetahui seberapa banyak
nya uji iritasi selama 30 menit. panelis menyukai sediaan terhadap
Maka untuk mencegah bebrapa konsentrasi maka peneliti
terjadinya iritasi pada kulit, peneliti melakukan uji kesukaan dimana
membuat pewarna alami pada didapat hasil sediaan yang lebih
sediaan blush on menggunakan banyak disukai panelis yaitu pada
ekstrak kubis ungu. Bahan-bahan formula kedua yaitu konsentrasi
yang terdapat didalam kosmetik ekstrak 30% dengan isopropyl
yang rentang dapat menyebabkan miristat1,0. Formula ini lebih
iritasi pada kulit adalah zat banyak disukai panelis karena
pengawet, antioksidan, pewangi, teksturnya yang tidak terlalu rapuh
pewarna dan pelindung UV (Barel dan juga tidak terlalu keras
dkk, 2009). sehingga sediaan lebih menarik
Berdasarkan uji poles perhatian para panelis.banyak
diperoleh hasil bahwa sediaan yang panelis yang tidak terlalu suka
menghasilkan pemolesan yang baik dengan formula ketiga karena
adalah sediaan pada konsentrasi teksturnya yang terlalu keras

55
Nadia, Dinaria & Sari, Formulasi sediaan….

sehingga pada saat penggunaan Bindharawati, Nina, Dkk. (2015).


atau pengolesan ke kulit tidak Formulasi Sediaan Pemerah
nyaman. Formula pertama tidak Pipi dari Ekstrak Kelopak
banyak diminati panelis karena Bunga Rosella (Hibiscus
teksturnya yang terlalu rapuh, sabdariffa Linn.) Sebagai
sehingga sediian lebih mudah Pewarna dalam Bentuk
hancur. sediaan Compact Powder.
Fakultas Farmasi, Universitas
KESIMPULAN Katolik Widya Mandala.
Ekstrak kubis ungu dapat Surabaya.
digunakan sebagai pewarna alami Depkes. (1995). Materia Media
pada proses pembuatan pemerah Indonesia. Jilid VI. Jakarta:
pipi (Blush on). Variasi konsentrasi Departemen Kesehatan RI.
isopropyl yang berbeda Hal. 300 – 304, 306.
menghasilkan perbedaan bentuk Hanani, E. (2015). Analisis
sediaan blush on. Fitokimia Cetakan I. Jakarta:
Pada penambahan isopropyl Kedokteran EGC. Hal. 11.
miristat dengan konsentrasi yang Nurhayati, Ifa. (2016). Pembuatan
berbeda dapat memberikan hasil Blush On Dari Buah Naga.
sediaan yang berbeda dan Fakultas Teknik Universitas
berpengaruh pada compact sediaan Negeri Semarang. Semarang.
yaitu pada sediaan dengan Tranggono R.I.S Dan Latifah Fatma.
konsentrasi 0,5% menghasilkan (2014). Kosmetologi.
sediaaan yang rapuh atau tidak Penerbit Sagung Seto.
compact, konsentrasi 1,0% Halaman. 4. Jakarta.
menghasilkan sediaan yang tidak
rapuh dan tidak keras atau sediaan
compact dan pada sediaan
konsentrasi 2,0% menghasilkan
seddian yang keras. Sediaan yang
paling bagus pada sediaan dengan
konsentrasi 1,0% atau compact.

DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. (2007). Farmasetika
Cetakan IV. Gajah Madah
University Press, Yogyakarta.
Hal. 110.

56

You might also like