Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
10050018081
Dosen Pembimbing:
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2022
PENGARUH CHARACTER STRENGTH TERHADAP PENYESUAIAN
DIRI PADA SANTRI DI AISYIYAH BOARDING SCHOOL
10050018081
ARTIKEL
Menyetujui,
Pembimbing
Abstract. Students who studied in Islamic boarding schools come from various regions
that have different backgrounds such as culture that makes students have to deal with
various situations related to the adjustment process. The students of Aisyiyah Boarding
School show the ability to adapt to the conditions of the boarding school by showing
positive behaviors when carrying out activities at the boarding school. According to
Schneiders, personality is one of the factors influencing the adjustment process in
adolescents, one of which forms the personality of the characters that exist in adolescents.
The purpose of this study is to determine the effect of Character Strength on self-
adjustment in Aisyiyah Boarding School students. This study is study population with 47
students of Aisyiyah Boarding School. The method used is causality with multiple linear
regression analysis techniques. The instrument used is the Values in Action Inventory
Strength of Youth (VIA-Youth) with 88 items adapted by Marlina (2011) and the
adjustment scale made by Laely (2017) based on aspects of adjustment according to Haber
and Runyon (1984). The data obtained from this study were tested using the t-test (t-test)
and the result is that there is an effect of Character Strength on Self-Adjustment. The
characters of open mindedness, kindness, spirituality and humor are the dominant
characters that influence the good adjustment of students.
Keywords: Character Strength, Santri, Self Adjusment.
Abstrak. Santri yang menjalankan pendidikan di pondok pesantren datang dari beragam
wilayah yang memiliki perbedaan latar belakang seperti budaya dan tempat tinggal. Hal
tersebut memungkinkan santri untuk berhadapan dengan berbagai situasi yang berkaitan
dengan proses penyesuaian diri. Beberapa penelitian menyoroti penyesuaian diri para
santri yang sulit bahkan penyesuaian diri yang di kategorikan buruk. Pada santri Aisyiyah
Boarding School menunjukkan kemampuan menyesuaikan diri dalam menghadapi
keadaan pesantren dengan menampilkan perilaku-perilaku positif saat menjalankan
kegiatan di pesantren. Menurut Schneiders kepribadian adalah salah satu faktor
mempengaruhi proses penyesuaian diri pada remaja, yang membentuk kepribadian salah
satunya adalah karakter-karakter yang ada pada diri remaja. Tujuan dari penelitian ini
untuk mengetahui pengaruh Character Strength terhadap penyesuaian diri pada santri
Aisyiyah Boarding School. Penelitian ini merupakan penelitian populasi dengan jumlah
responden 47 orang santri Aisyiyah Boarding School. Metode yang digunakan adalah
kausalitas dengan teknik analisis regresi linier berganda. Instrumen yang digunakan
adalah Values in Action Inventory Strength of Youth (VIA-Youth) sejumlah 88 item yang
diadaptasi oleh Marlina (2011) dan skala penyesuaian diri disusun oleh Laely (2017)
berdasarkan aspek dari penyesuaian diri menurut Haber dan Runyon (1984). Data yang
didapat dari penelitian ini diuji menggunakan uji-t (t-test) dan hasilnya adalah ada
pengaruh Character Strength terhadap Penyesuaian Diri. Karakter open mindedness,
kindness, spirituality dan humor adalah karakter yang dominan yang berpengaruh
terhadap penyesuaian diri santri yang baik.
Kata Kunci: Character Strength, Santri, Penyesuaian Diri
A. Pendahuluan
Sekolah adalah sarana pelaksanaan pendidikan dan keberadaan sekolah di
Indonesia tersebar hampir di seluruh daerah. Terdapat berbagai macam lembaga
pendidikan yang terdapat di Indonesia salah satunya pondok pesantren. Santri yang
menjalankan pendidikan di pondok pesantren berasal dari daerah dimana pondok
pesantren tersebut didirikan, selain itu juga ada yang dari berbagai daerah atau provinsi
di Indonesia. Setiap santri dari berbagai daerah akan bergabung dengan santri lainnya dan
tinggal di tempat yang sama dengan berbagai perbedaan latar belakang. Sama halnya
dengan para siswa di sekolah, dari segi psikologis santri tersebut dapat dikatakan sedang
berada pada proses berkembang pada kedewasaan dan kemandirian sehingga menjadi
sangat rentan terhadap berbagai masalah yang tidak mudah untuk diselesaikan (Syauqi,
2018).
Hasil penelitian di Pondok Pesantren Modern Islam Assalam Surakarta
menunjukkan bahwa setiap tahunnya 5-10% dari santri baru mengalami hambatan dalam
proses penyesuaian diri, mereka dikatakan tidak mampu untuk mengikuti belajar
mengajar di pesantren, tidak merasa nyaman untuk tinggal di asrama pesantren karena
merasa tidak mampu untuk tinggal berpisah dengan orang tua, melakukan perilaku-
perilaku termasuk pada melakukan pelanggaran terhadap aturan pondok yang berlaku
dan sebagainya (Yuniar, 2005). Penelitian lain yang mengkaji penyesuaian diri di
lingkungan pondok pesantren yang dilakukan di pesantren Ma`had Al-ittihad Al Islami
Camplong menunjukkan bahwa santri yang kurang mampu menyesuaikan diri dapat
terlihat dari perilakunya seperti, lebih sering menghabiskan waktu di dalam kamar, sulit
bergaul dengan teman-teman, sering menyendiri dan melamun, kadang menangis,
memiliki pola makan yang buruk, banyak diam, dan kurang berinteraksi baik dengan guru
juga individu lain di lingkungan pesantren, sulit mengikuti proses pembelajaran di kelas,
kurang memperhatikan guru ketika meberikan penjelasan, terlihat tidak memiliki minat
terhadap sesuatu, enggan berpartisipas dalam kelompok, perasaan rindu akan suasana
rumah dan keluarga serta abai dalam melaksanakan tanggung jawab (Pritaningrum dan
Wiwin, 2013).
Hambatan serta kendala yang biasanya dialami oleh santri tidak selalu di respon
dengan buruk oleh santri, misalnya pada santri Aisyiyah Boarding School. Aisyiyah
Boarding School merupakan pondok pesantren yang berlokasi di Bandung, Provinsi Jawa
Barat. Fenomena yang terjadi pada santri Aisyiyah Boarding School ialah santri
menunjukkan respon positif dalam menyesuaikan dirinya terhadap kondisi pesantren akan
ditunjukkan dengan menampilkan perilaku-perilaku positif saat menjalankan kegiatan di
pesantren. Respon positif yang dimaksud seperti taat pada peraturan yang ada di
pesantren, bertanggung jawab melaksanakan kewajibannya dalam keseharian mereka,
mampu menjalin relasi yang baik dengan orang lain di dalam pesantren, dapat mengikuti
jadwal yang telah di tetapkan, dan perilaku-perilaku positif lainnya.
Kemampuan santri Aisyiyah Boarding School dalam menyesuaikan diri memiliki
latar belakang yang sama dengan santri di pondik pesantren lainnya. Yaitu pada santri
tersebut juga datang dari kota yang berbeda, sekolah regular, yang juga sewajarnya saat
datang ke pesantren memiliki masalah dalam penyesuaian dirinya. Namun yang terjadi
pada santri tersebut dapat merespon secara positif pada peraturan dan kegiatan di
pesantren. Selain itu di Aisyiyah Boarding School juga diterapkan peraturan-peraturan
yang tentu berbeda pada sekolah regular seperti tidak boleh menggunakan gadget, aturan
dalam berpakaian yang sangat ketat, keharusan untuk disiplin waktu dalam kegiatan
sehari-hari, memiliki akses keluar pondok yang terbatas, adanya peraturan di lingkungan
asrama, tempat beribadah, dan ruang makan yang hanya terjadi di pesantren.
Menurut Schneiders (1964 dalam Pritaningrum & Wiwin, 2013) kepribadian
disebut sebagai salah satu faktor yang turut andil dalam proses penyesuaian diri pada
remaja, salah satu yang membentuk kepribadian adalah karakter-karakter yang ada pada
diri remaja. Teori penyesuaian diri yang dikemukakan oleh Haber & Runyon (1964)
menyebutkan penyesuaian diri seorang individu dapat dinilai dengan bagaimana individu
tersebut dalam menampilkan sisi positif dari dirinya. Penelitian yang dilakukan Tahrir
dan Zulmi (2021) mengatakan kekuatan karakter merupakan instrumen yang memiliki
peranan penting bagi seorang individu dalam menghadapi permasalahan sebagai bentuk
pembelajaran. Kekuatan karakter yang ada pada santri yang menjadikan santri mampu
bertahan antara lain yaitu antusias yang tinggi dalam menimba ilmu di pondok pesantren.
Proses pembentukan karakter mulai terjadi pada usia dini. Terdapat dua faktor
yang mempengaruhi proses ini yaitu genetik dan lingkungan. Sebagian besar individu
meyakini bahwa karakter menjadi parameter dalam Pandangan setiap individu dalam
memandang dirinya sendiri dan lingkungan sangat dipengaruhi dalam proses
pembentukan karakter individu tersebut. Hal ini akan tercermin dalam watak dan
perilakunya dalam kesehariannya. Santri merupakan seorang remaja atau individu yang
memiliki peran sebagai agen aktif dengan strengths and virtues dalam membentuk jati
dirinya, lingkungan sekitarnya, dan masa depan yang ia miliki (Seligman, 1998; Rippel,
2009). Dalam rangka penyesuaian diri dengan lingkungan pesantren kerap kali santri
harus menghadapi berbagai permasalahan baik dalam lingkungan eksternal maupun
internal hal ini yang menuntut santri untuk memiliki suatu karakter tertentu. Karakter
yang ada pada diri santri nantinya akan mendorong santri untuk melakukakan
penyesuaian diri dengan keadaan lingkungan pesantren. Karakter yang juga mendorong
santri untuk dapat meredam ego dan menaati aturan ketat di pesantren. Karakter-karakter
tersebut pada akhirnya akan menjadikan santri dapat menanggapi dengan baik serta
mampu menyesuaikan diri di setiap perubahan-perubahan yang akan dihadapi di
pesantren. Character strength atau kekuatan karakter dalam psikologi positif digambarkan
sebagai karakter yang dapat memberikan dorongan kepada seorang Individu dalam
melakukan hal – hal positif serta memiliki semangat dalam menjalani kehidupan yang
dimiliki (Yulyani & Susandari, 2014).
Kekuatan karakter yang dikembangkan oleh Peterson dan Seligman saat ini telah
diterapkan pada sistem pengaturan pendidikan di Sekolah. Saat remaja memiliki karakter
yang positif maka kesejahteraan akan mengalami peningkatan (well-being), selain itu
terdapat juga peningkatan dalam menjalin relasi dengan orang lain (relationship) dan juga
dalam prestasi akademik (Waters, 2011; White & Waters, 2014). Peneliti berasumsi
bahwa penyesuaian diri yang baik yang dimiliki santri Aisyiyah Boarding School itu
karena para santri memiliki karakter-karakter yang termasuk dalam Character Strength.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut: “Apakah terdapat pengaruh Character Strength terhadap
penyesuaian diri pada santri Aisyiyah Boarding School?”. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui pengaruh Character Strength terhadap penyesuaian diri pada santri Aisyiyah
Boarding School.
B. Metodologi Penelitian
Peneliti menggunakan metode teknik analisis regresi berganda dengan
menggunakan pendekatan kuantitatif. Populasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah
santri Aisyiyah Boarding School yang berjumlah 47 santri.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner,
wawancara, observasi, dan studi pustaka. Adapun teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teknis analisis deskriptif dan teknik analisis inferensial.
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pengaruh Character Strength (X) terhadap dengan Penyesuaian Diri (Y) Santri
Aisyiyah Boarding School
Berikut adalah penelitian mengenai pengaruh Character Strength terhadap
penyesuaian diri, yang diuji menggunakan teknik analisis regresi berganda. Hasil
pengujian dijelaskan pada tabel 1.
Tabel 1. Pengaruh Antara Character Strength (X) dengan Penyesuaian Diri (Y)
𝑨𝑵𝑶𝑽𝑨𝒂
Model Sum of Mean F Sig.
df
Squares Square
1 Regression 2594,651 5 518,930 9,288 ,000
Residual 2290,625 41 55,869
Total 4885,277 46
Sumber: Data Penelitian yang Sudah Diolah, 2022.
Tabel 2. Koefisien Deteminasi Antara Character Strength (X) dengan Penyesuaian Diri
(Y)
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Std. Error of
Square the Estimate
1 .729a .531 .474 7,47455
Sumber: Data Penelitian yang Sudah Diolah, 2022.
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa F-hitung yang dihasilkan seluruh faktor
secara simultan adalah sebesar 9,288 dan nilai sig. 0,000. Maka hasil tersebut
menunjukkan bahwa tingkat signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 maka dinyatakan 𝐻0
ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh karakter Open Mindness,
karakter Kindness, karakter Gratitude, karakter Humor, dan karakter Spirituality secara
simultan terhadap variabel Penyesuaian Diri. Koefisiensi determinasi yang didapat dari
hasil perhitungan adalah 53,1%. Hal ini memberikan pengertian bahwa penyesuaian diri
dipengaruhi oleh variabel Character Strength sebesar 53,1%, sedangkan sisanya, 47,9%,
merupakan kontribusi variabel lain selain Character Strength.
Secara umum dalam perspektif psikologi positif ini lebih memandang terhadap
kekuatan dibanding kelemahan yang menjadi pondasi dalam proses penyesuaian diri yang
efektif. Dalam menghabiskan masa-masa menimba ilmu di pondok pesantren, santri terus
berusaha untuk tetap berpikiran positif atas apa yang mereka rasakan. Mereka berusaha
untuk menyesuiakan diri dengan kondisi yang ada di pesantren. Hal ini didukung oleh
karakter yang dimiliki oleh para santri. Dari hasil pengujian ditunjukkan bahwa
Character Strength memberi pengaruh yang positif terhadap penyesuaian diri, artinya
penyesuaian diri yang baik yang dimiliki santri dipengaruhi oleh karakter yang dimiliki
oleh santri.
Lima kekuatan karakter tertinggi pada santri Aisyiyah Boarding School adalah
spirituality, humor, open-mindedness, gratitude, dan kindness. Karakter-karakter tersebut
dianggap memberi pengaruh terhadap penyesuaian diri yang dimiliki oleh santri.
Karakter spirituality merupakan karakter yang menjadikan seseorang dengan karakter ini
memiliki keyakinan yang kuat akan nilai moral yang berlaku dan selalu berusaha untuk
melakukan kebaikan untuk orang lain. Karakter ini menjadikan santri memiliki perilaku
yang taat, suka beribadah, dan menghindari hal-hal yang melanggar agama. Dalam
lingkungan pesantren banyak sekali kegiatan keagamaan yang dilakukan, baik secara
individu ataupun bersama-sama. Dalam hal ini karena para santri memiliki karakter
spirituality yang tinggi mereka dapat mengikuti kegiatan tersebut dengan baik.
Dengan adanya karakter Humor pada diri santri maka setiap permasalahan yang
terjadi di lingkungan pesantren akan ditanggapi sebagai suatu persoalan yang tidak terlalu
serius dan dapat dengan mudah diatasi sehingga hal ini meminimalisir terjadinya
pertengkaran antar santri, dengan humor juga dapat membuat persepsi santri atas masalah
hidup yang dihadapai merupakan suatu fase yang harus dilewati sehingga nantinya hal ini
akan dianggap sebagai sesuatu yang wajar atau biasa bagi santri. Dalam menghadapi
permasalahan tersebut para santri mencoba menilai dari sisi baik mengenai segala
peraturan dan jadwal kegiatan pesantren yang mungkin membebaninya. Dengan karakter
open mindedness maka santri dalam membuat kesimpulan atau keputusan akan
melakukannya dengan cara seksama dan tidak terburu – buru. Karakter ini akan
menjadikan santri berpikir secara general dan melihat dari setiap aspek yang ada sehingga
nantinya akan menimbulkan keyakinan atas apa yang telah ia putuskan dan bersifat
objektif. Karakter ini mendukung santri memiliki self image yang positif.
Dengan karakter gratitude santri akan senantiasa memberikan apresiasi atas
kemurahan hati yang dimiliki oleh orang lain. Kekuatan ini berupa apresiasi yang
diberikan terhadap kehidupan. Santri dengan karakter ini memiliki rasa syukur yang
tinggi atas apa yang terjadi dalam hidupnya, serta tidak lupa untuk senantiasa
mengucapkan rasa syukur. Dengan karakter ini orang-orang yang di sekeliling santri akan
cenderung merasa dihargai. Tipe bersyukur membantu santri untuk menerima berbagai
kondisi di lingkungan pesantren yang banyak berbeda dengan di rumahnya. Dengan
karakter Kindness santri senantiasa memiliki perilaku ikhlas secara sukarela saat
memberikan bantuan pada orang lain, selain itu juga memiliki kepedulian kepada orang
lain. Ini sangat berpengaruh pada aspek penyesuaian diri sehingga santri memiliki
kemampuan untuk membina hubungan dengan orang lain.
D. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dalam penelitian ini, peneliti menyimpulkan beberapa
hasil penelitian sebagai berikut:
Terdapat pengaruh Character Strength terhadap Penyesuaian Diri. Hal ini
menjelaskan bahwa santri yang memiliki penyesuaian diri yang baik dipengaruhi oleh
Character Strength yang ada pada dirinya. Karakter-karakter yang menonjol atau signature
strength yang ada pada diri santri adalah spirituality, humor, open-mindedness, gratitude
dan kindness. Karakter-karakter tersebut mempengaruhi sebesar 53,1% terhadap
penyesuaian diri santri.
Acknowledge
Alhamdulillah, segala puji dan syukur mari kita panjatkan pada Allah SWT,
karena limpahan rahmat dan karunia-Nyalah penelitian yang berjudul “Pengaruh
Character Strength terhadap Penyesuaian Diri Santri Aisyiyah Boarding School” dapat
terselesaikan. Shalawat juga salam semoga tersampaikan kepada Nabi Muhammad,
beserta keluarga, sahabat, juga seluruh pengikutnya.
Dalam proses penyelesaiaan penelitian ini sangat disadari tidak akan dapat
selesai tanpa bantuan dan keterlibatan banyak pihak. Oleh karena itu, penulis memberikan
ucapan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam proses penulisan,
yaitu:
1. Ayahanda Yana Fajar dan Ibunda Amalia Nur Milla atas semua dorongan juga
doa restu yang diberikan selama proses penyusunan skripsi. Terimakasih atas segala kasih
sayang yang diberikan selama ini sehingga penulis dapat terus berjuang dalam meraih
mimpi dan cita-cita.
2. Dr. Yuli Aslamawati, M.Pd., Psikolog. sebagai dosen pembimbing yang
selama ini memberikan waktunya untuk terus mengarahkan dan membimbing serta
memberi dorongan kepada penulis sehingga pada akhirnya penyusunan skripsi ini
berjalan dengan baik.
3. Dr. Dewi Sartika, M.Si., Psikolog., selaku wali dosen yang selama ini telah
membimbing dan membantu menjawab berbagai pertanyaan selama menempuh
pendidikan di Universitas Islam Bandung.
4. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis
selama menempuh studi, juga seluruh civitas akademik Fakultas Psikologi Universitas
Islam Bandung.
5. Inding Usup Supriatna, MM.Pd, selaku tim manajemen Aisyiyah Boarding
School Bandung yang telah mengizinkan penulis untuk mengambil data.
6. Hilda Khairunnisa, S.Psi., M.Psi, Psikolog selaku psikolog Aisyiyah Boarding
School yang telah membantu penulis selama pengambilan data pada santri.
7. Seluruh santri kelas 10 dan 11 Aisyiyah Boarding School Bandung yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi responden pada penelitian ini.
8. Semua yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu terimakasih atas segala
dukungan dan doa untuk kelancaran penulisan skirpsi ini, semoga amal baik semua pihak
mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah
SWT.
Penulis menyadari penelitian ini jauh dari kata sempurna karena adanya
keterbatasan dalam kemampuan dan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Terakhir, semoga
penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi yang membacanya.
Daftar Pustaka
[1] Arifin, Achmad Samsul. (2013). Studi kasus dampak penjurusan studi
pilihan orang tua terhadap penyesuaian diri peserta didik SMAN 1
Kediri. Undergraduate thesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
[2] Azwar, S. (2017). Metode penelitian psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
[3] Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
[4] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1991)
[5] Hadassah, L. & Ovadia (2010). Effects of congruence and character-strength
deployment on work adjustment and well-being. International Journal of Business
and Social Science. 1 (3), (Dec., 2010), 137-145
[6] Haber, A., & Runyon, R. P. (1984). Psychology of Adjustment. Illionis: The
Dorseey Press.
[7] Ishlah, Praizenta. (2020) Hubungan Penyesuaian Diri Dengan Prestasi
Akademik Pada Santri Baru Tingkat SMA Pondok Pesantren Majm’aal
Bahroin Mojogeneng Mojokero. Skripsi. Universitas Airlangga.
[8] Laely, Afifah Nur. (2017). Pengaruh Penyesuaian Diri Santri Putra dan Putri
Terhadap Kesepian di Pondok Pesantren Modern. Undergraduate (S1) thesis.
University of Muhammadiyah Malang.
[9] Marlina, Dini. (2011). Perbedaan Kekuatan Karakter Narapidana pada Tidak
Kriminal dan Narkotika di Lapas Kelas II A Pemuda Tangerang. Skripsi. Jakarta:
UIN Syarif Hidayatullah.
[10] Nashori , F. (2011). Kekuatan Karakter Santri. Jurnal Millah. Vol. XI No. 1
[11] Peterson, C. & Seligman, M.E.P. (2004). Character strengths and virtues: A
handbook and classification. New York: Oxford University Press, Inc.
[12] Pritaningrum, Meidiana., Hendriani, Wiwin. (2013). Penyesuaian Diri Remaja
yang Tinggal Di Pondok Pesantren Modern Nurul Izzah Gresik Pada Tahun
Pertama. Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial, Vol.2 No. 3.
[13] Putri, Lestari. (2018). Penyesuaian Diri Santri Putri Baru Pada Kegiatan Wajib di
Pondok Pesantren Al-Amien Purwokerto Wetan. Skripsi. Institut Agama Islam
Negeri Purwokerto.
[14] Rippel, H. (2009). The beginning of positive psychology. [Online]. Diakses dari:
http://www.optimalfunctioning.com/psychology/beginningpositivepsychology.ht
ml.
[15] Santoso, S. (2010). Mengatasi berbagai masalah satistika dengan SPSS versi 11.5.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
[16] Sarwono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
[17] Seligman, M.E.P. (1998). Building human strength: Psychology’s Forgotten
mission. APA Monitor, 29 (1). [Online]. Diaskes dari:
http://nonopp.com/ar/Psicologia/00/pres.htm.
[18] Seligman, M. (2002). Authentic happiness: Using the new positive psychology to
realize your potential for lasting fulfill-ment. New York: Free Press
[19] Schneiders, A.A. (1964). Personal Adjustmen and Mental Health. New York, Holt:
Rinehart and Winston.
[20] Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
[21] Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
[22] Syauqi, Muhammad. (2018). Kelekatan dan Penyesuaian Diri pada Santri Pondok
Pesantren. Skripsi. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
[23] Thania. (2019). Perbedaan Pendidikan Pesantren dengan Sekolah Umum. Diakses
pada 11 Januari 2022 dari, https://www.idntimes.com/life/education/xehi-
dekirty/beda-pendidikan-pesantren-dengan-sekolah-umum-exp-c1c2
[24] Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.
[25] Waters, L.E. (2011). A review of school-based positive psychology interventions.
The Australian Educational and Developmental Psychologist, 28 (2), hlm. 75–90.
doi: 10.1375/aedp.28.2.75.
[26] Misnita, Herny. Lubis, Lahmuddin. Azis, Azhar. (2015). Hubungan Keyakinan
Diri dan Dukungan Sosial dengan Penyesuaian Diri Mahasiswa. Jurnal
Analitika Vol 7, No 1. https://doi.org/10.31289/analitika.v7i1.861
[27] Tahrir, Zulmi, Ramdani. (2021). Kekuatan Karakter, Religiusitas Islam, dan
Identitas Suku: Studi Awal Pada Santri yang Mengalami Kejenuhan Belajar. Jurnal
Psikoislamika: Jurnal Psikologi dan Psikologi Islam, Vo. 18, No. 1. Bandung:
Fakultas Psikologi UIN Sunan Gunung Djati.
[28] White, A.M. & Waters, L.E. (2014). A case study of ‘the good school: examples of
the use of Peterson’s strengths-based approach with students. The Journal of
Positive Psychology: Dedicated to furthering research and promoting good
practice, 10 (1), hlm. 69-76. doi: 10.1080/17439760.2014.920408.
[29] Yulyani, dan Susandari. (2014). Hubungan antara Character Strength dengan
Penyesuaian Diri pada Santri Putri Kelas Intensif Ponpes Al Basyariyah Kabupaten
Bandung. Jurnal Sosial dan Humaniora, 2 (2), 595. Bandung: Universitas Islam
Bandung.
[30] Yuniar, M., Abidin, Z. & Astuti, T.P. (2005). Penyesuaian Diri Santri Putri
Terhadap Kehidupan Pesantren: Studi Kualitatif pada Madrasah Takhasusiah
Pondok Pesantren Modern Islam Assalam Surakarta. Jurnal Psikologi Undip, 2, 10-
17.
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui, Menyetujui,
Dekan Fakultas Psikologi Pembimbing
Universitas Islam Bandung
Dr. Dewi Sartika, M.Si., Psikolog. Dr. Yuli Aslamawati, M.Pd., Psikolog.
ABSTRAK
Santri yang menjalankan pendidikan di pondok pesantren datang dari beragam wilayah yang memiliki
perbedaan latar belakang seperti budaya dan tempat tinggal. Hal tersebut memungkinkan santri untuk
berhadapan dengan berbagai situasi yang berkaitan dengan proses penyesuaian diri. Beberapa
penelitian menyoroti penyesuaian diri para santri yang sulit bahkan penyesuaian diri yang di
kategorikan buruk. Pada santri Aisyiyah Boarding School menunjukkan kemampuan menyesuaikan
diri dalam menghadapi keadaan pesantren dengan menampilkan perilaku-perilaku positif saat
menjalankan kegiatan di pesantren. Menurut Schneiders kepribadian adalah salah satu faktor
mempengaruhi proses penyesuaian diri pada remaja, yang membentuk kepribadian salah satunya
adalah karakter-karakter yang ada pada diri remaja. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
pengaruh Character Strength terhadap penyesuaian diri pada santri Aisyiyah Boarding School.
Penelitian ini merupakan penelitian populasi dengan jumlah responden 47 orang santri Aisyiyah
Boarding School. Metode yang digunakan adalah kausalitas dengan teknik analisis regresi linier
berganda. Instrumen yang digunakan adalah Values in Action Inventory Strength of Youth (VIA-
Youth) sejumlah 88 item yang diadaptasi oleh Marlina (2011) dan skala penyesuaian diri disusun
oleh Laely (2017) berdasarkan aspek dari penyesuaian diri menurut Haber dan Runyon (1984). Data
yang didapat dari penelitian ini diuji menggunakan uji-t (t-test) dan hasilnya adalah ada pengaruh
Character Strength terhadap Penyesuaian Diri. Karakter open mindedness, kindness, spirituality dan
humor adalah karakter yang dominan yang berpengaruh terhadap penyesuaian diri santri yang baik
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK................................................................................................. vi
Boarding School...............................................................60
Boarding School...............................................................62
School...............................................................................63
Boarding School......................................................................65
Boarding School......................................................................66
School......................................................................................68
4.2.4. Perbandingan dengan Penelitian
Sebelumnya..............................................................................70
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
2
Hambatan serta kendala yang biasanya dialami oleh santri tidak selalu di
respon dengan buruk oleh santri, misalnya pada santri Aisyiyah Boarding School.
Aisyiyah Boarding School merupakan pondok pesantren yang berlokasi di
Bandung, Provinsi Jawa Barat. Fenomena yang terjadi pada santri Aisyiyah
Boarding School ialah santri menunjukkan respon positif dalam menyesuaikan
dirinya terhadap kondisi pesantren akan ditunjukkan dengan menampilkan perilaku-
perilaku positif saat menjalankan kegiatan di pesantren. Respon positif yang
dimaksud seperti taat pada peraturan yang ada di pesantren, bertanggung jawab
melaksanakan kewajibannya dalam keseharian mereka, mampu menjalin relasi yang
baik dengan orang lain di dalam pesantren, dapat mengikuti jadwal yang telah di
tetapkan, dan perilaku-perilaku positif lainnya.
Kemampuan santri Aisyiyah Boarding School dalam menyesuaikan diri
memiliki latar belakang yang sama dengan santri di pondik pesantren lainnya. Yaitu
pada santri tersebut juga datang dari kota yang berbeda, sekolah regular, yang juga
sewajarnya saat datang ke pesantren memiliki masalah dalam penyesuaian dirinya.
Namun yang terjadi pada santri tersebut dapat merespon secara positif pada
peraturan dan kegiatan di pesantren. Selain itu di Aisyiyah Boarding School juga
diterapkan peraturan-peraturan yang tentu berbeda pada sekolah regular seperti
tidak boleh menggunakan gadget, aturan dalam berpakaian yang sangat ketat,
keharusan untuk disiplin waktu dalam kegiatan sehari-hari, memiliki akses keluar
pondok yang terbatas, adanya peraturan di lingkungan asrama, tempat beribadah,
dan ruang makan yang hanya terjadi di pesantren.
Kemampuan santri dalam menanggapi setiap kesulitan dan permasalahan
yang dihadapinya sangat berkaitan erat dengan kondisi dari lingkungan pesantren
itu sendiri, dukungan yang diberikan oleh keluarga dan yang tidak jauh lebih
penting juga ialah karakteristik yang dimiliki masing masing pribadi tiap santri.
Menurut Schneiders (1964 dalam Pritaningrum & Wiwin, 2013) kepribadian
disebut sebagai salah satu faktor yang turut andil dalam proses penyesuaian diri
pada remaja, salah satu yang membentuk kepribadian adalah karakter-karakter yang
ada pada diri remaja. Teori penyesuaian diri yang dikemukakan oleh Haber &
3
Runyon (1964) menyebutkan penyesuaian diri seorang individu dapat dinilai
dengan bagaimana individu tersebut dalam menampilkan sisi positif dari dirinya.
Penelitian yang dilakukan Tahrir dan Zulmi (2021) mengatakan kekuatan karakter
merupakan instrumen yang memiliki peranan penting bagi seorang individu dalam
menghadapi permasalahan sebagai bentuk pembelajaran. Kekuatan karakter yang
ada pada santri yang menjadikan santri mampu bertahan antara lain yaitu antusias
yang tinggi dalam menimba ilmu di pondok pesantren.
Proses pembentukan karakter mulai terjadi pada usia dini. Terdapat dua
faktor yang mempengaruhi proses ini yaitu genetik dan lingkungan. Sebagian besar
individu meyakini bahwa karakter menjadi parameter dalam Pandangan setiap
individu dalam memandang dirinya sendiri dan lingkungan sangat dipengaruhi
dalam proses pembentukan karakter individu tersebut. Hal ini akan tercermin dalam
watak dan perilakunya dalam kesehariannya. Santri merupakan seorang remaja atau
individu yang memiliki peran sebagai agen aktif dengan strengths and virtues dalam
membentuk jati dirinya, lingkungan sekitarnya, dan masa depan yang ia miliki
(Seligman, 1998; Rippel, 2009). Dalam rangka penyesuaian diri dengan lingkungan
pesantren kerap kali santri harus menghadapi berbagai permasalahan baik dalam
lingkungan eksternal maupun internal hal ini yang menuntut santri untuk memiliki
suatu karakter tertentu. Karakter yang ada pada diri santri nantinya akan mendorong
santri untuk melakukakan penyesuaian diri dengan keadaan lingkungan pesantren.
Karakter yang juga mendorong santri untuk dapat meredam ego dan menaati aturan
ketat di pesantren. Karakter-karakter tersebut pada akhirnya akan menjadikan santri
dapat menanggapi dengan baik serta mampu menyesuaikan diri di setiap perubahan-
perubahan yang akan dihadapi di pesantren. Character strength atau kekuatan
karakter dalam psikologi positif digambarkan sebagai karakter yang dapat
memberikan dorongan kepada seorang Individu dalam melakukan hal – hal positif
serta memiliki semangat dalam menjalani kehidupan yang dimiliki (Yulyani &
Susandari, 2014). Hasil penelitian yang dilakukan Nashori (2011) dengan judul
Kekuatan Karakter Santri diperoleh Character Strength yang paling nampak di diri
seorang santri ialah gratitude, fairness, citizenship, kindess dan hope.
4
Kekuatan karakter yang dikembangkan oleh Peterson dan Seligman saat ini
telah diterapkan pada sistem pengaturan pendidikan di Sekolah. Saat remaja
memiliki karakter yang positif maka kesejahteraan akan mengalami peningkatan
(well-being), selain itu terdapat juga peningkatan dalam menjalin relasi dengan
orang lain (relationship) dan juga dalam prestasi akademik (Waters, 2011; White &
Waters, 2014). Peneliti berasumsi bahwa penyesuaian diri yang baik yang dimiliki
santri Aisyiyah Boarding School itu karena para santri memiliki karakter-karakter
yang termasuk dalam Character Strength. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka
muncul tema penelitian dengan judul “Pengaruh Character Strength terhadap
Penyesuaian Diri pada Santri di Aisyiyah Boarding School”.
1.2.Idetifikasi Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka identifikasi masalah untuk penelitian ini
yaitu:
a. Bagaimana Character Strength pada santri Aisyiyah Boarding School?
b. Bagaimana penyesuaian diri pada santri Aisyiyah Boarding School?
c. Apakah terdapat pengaruh Character Strength terhadap penyesuaian diripada
santri di Aisyiyah Boarding School?
1.3.Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh Character Strength
terhadap penyesuaian diri pada santri Aisyiyah Boarding School.
1.4.Kegunaan Penelitian
Kegunaan dilakukannya penelitian ini adalah:
1.4.1. Kegunaan teoritis
Untuk memberikan berkontribusi terhadap ilmu pengetahuan khususnya
Psikologi Pendidikan terkait penyesuaian diri dan Character Strength.
5
1.4.2. Kegunaan praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pihak
pesantren Aisyiyah Boarding School mengenai karakter-karakter yang
dimiliki santri sehingga pihak pesantren dapat membantu menumbuhkan
karakter tersebut agar semua santri dapat memiliki penyesuaian diri yang
baik.
6
BAB II
TINJAUAN TEORITIK
2.1. Definisi
2.1.1. Karakter
Karakter merupakan hal yang paling pokok dan menarik yang ada pada
setiap orang, dimana karakter membingkai diri seseorang dan menyebabkan orang
tersebut memiliki cara berperilaku yang selaras dengan diri sendiri serta nilai-nilai
yang terdapat pada dirinya dalam berbagai keadaan. Ada banyak pengertian dari
istilah karakter, banyak tokoh yang memahaminya antara lain:
Karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah pembawaan, hati, jiwa,
tabiat, tingkah laku, watak, budi pekerti. Yang dimaksud dengan berkarakter adalah
berwatak, bertabiat, berperilaku, dan bersifat. Banyak yang mengatakan bahwa
karakter merupakan sesuatu mengenai kualitas moral dan mental, dan yang lain
melihat karakter sebagai kualitas mental semata, sehingga dalam usaha untuk
mengubah dan membentuk karakter seseorang dibutuhkan juga ketajaman kualitas
intelektual dari individu tersebut.
Coon mencirikan karakter sebagai penilaian subjektif dari kepribadian
individu yang terhubung dengan atribut kepribadian yang baik dan dapat diterima
bagi masyarakat atau sebaliknya yaitu tidak baik dan tidak dapat diterima bagi
masyarakat. Karakter mengandung arti tabiat atau kepribadian. Karakter yang ada
pada setiap individu dapat mempengaruhi cara pandang dan tindakan dari individu
itu sendiri. Ide Kekuatan Karakter awal mula digambarkan oleh Peterson dan
Seligman (2004) yang menyebutkan jika karakter itu termasuk didalamnya terdapat
perbedaan individu yang stabil dan umum, selain itu mungkin juga terdapat
perubahan.
7
2.1.2. Penyesuaian Diri
Schneiders (1964) mengartikan penyesuaian diri sebagai bagian dari proses
yang termasuk padanya respon mental dan perilaku untuk mengatasi masalah di
dalam, ketegangan, frustrasi, dan konflik agar mencapai keadaan damai antara
motivasi pribadi dan keadaan lingkungan mereka saat ini.
Menurut Arifin (2013) penyesuaian diri adalah proses tanpa henti yang
dilakukan oleh manusia dengan dirinya sendiri dan keadaannya lingkungannya saat
ini dalam mengatasi benturan, tantangan, rasa frustasi dan kesulitan sehingga ada
keterkaitan hubungan antara dirinya dan lingkungannya. Sedangkan makna
penyesuaian diri yang ditunjukkan oleh Haber dan Runyon (1984) menyebutkan
bahwa penyesuaian diri merupakan interaksi yang bersifat unik dan dinamis dengan
harapan adanya perubahan terhadap sifat individu sehingga muncul hubungan yang
selaras antara individu dan keadaannya lingkungannya saat ini.
2.2. Teori
Teori yang membentuk alasan untuk melakukan penelitian ini adalah teori
Character Strength atau Kekuatan Karakter yang mana merupakan dari psikologi
positif. Teori ini dibahas dalam buku dengan judul Character Strength and Virtue a
Handbook and Classification yang ditulis oleh Peterson and Seligman (2004).
Penggunaan teori ini berdasarkan fakta bahwa sesuai dengan kekhasan fenomena di
atas, yang berencana untuk menjawab pertanyaan tentang penggambaran kekuatan
karakter pada santri di pondok pesantren.
9
Seligman menyusun klasifikasi Character Strength pada Values In Action
(VIA), klasifikasi ini terdiri tiga (3) level konseptual:
1. Kebajikan (virtue) yang merupakan karakter utama yang ditemukan dan
dijunjung tinggi oleh para filsuf dan pemikir agama. Keenam kebajikan ini
telah ada sejak lama dan bersifat umum. Keberadaan virtue ada pada setiap
budaya di dunia, namun setiap budaya akan memiliki perbedaan pemaknaan
tersendiri terhadap masing-masing virtue (Peterson dan Seligman, 2004).
Keenam virtue ini adalah Wisdom atau kebajikan, Courage atau keberanian,
Humanity atau kemanusian, Justice atau keadilan, Temperance atau
kesederhanaan, dan yang terakhir adalah Transcendence atau transedensi.
2. Kekuatan Karakter (Character Strength) merupakan bagian yang penting
dari dalam psikis setiap individu yang berisi mekanisme psikologi, yang
mana dari setiap karakter menggambarkan kebajikan (Virtue) atau dengan
bahasa lain virtue yang ditampilkan yang dimiliki oleh setiap individu
terbentuk dari karakter-karakter yang dimilikinya.
3. Tema Situasional (Situation Themes) merupakan kebiasaan atau pola
tertentu yang mengarahkan individu dalam keadaan tertentu atau keadaan
khusus. Merupakan perilaku yang hanya muncul dalam keadaan tertentu dan
cara berperilaku yang eksplisit tidak sama dengan kekuatan karakter
(Character Strength).
Berikut dibawah ini adalah penjelasan dari enam virtue dan dua
puluh empat karakter yang dibahas dalam teori Character Strength Peterson dan
Seligman (2004), ke dua puluh empat karakter tersebut adalah:
1. Kearifan dan Pengetahuan (Wisdom and Knowledge)
Kearifan dan pengetahuan berkaitan dengan fungsi kognitif yang
dimiliki seorang individu. Kebajikan ini menjelaskan mengenai bagaimana
seorang individu dalam mendapatkan serta menggunakan pengetahuan dan
wawasan yang ia miliki untuk melakukan kebaikan (Peterson dan Seligman,
2004). Terdapat lima kekuatan karakter pada kebajikan ini, antara lain:
10
a. Kreatifitas (Creativity)
Terdapat hal yang penting dalam karakter ini yaitu perilaku yang asli
dan pemikiran yang adaptif. Perilaku yang dimaksud ialah watak seorang
individu yang bersifat asli sehingga ia dapat mencapai hal yang ditujunya dengan
cara yang berbeda, luar biasa dan diluar dari ekspektasi. Ide dan pemikiran yang
dihasilkan pun dapat bersifat adaptif serta memiliki kontribusi positif baik untuk
inidividu sendiri maupun orang di sekitarnya.
b. Keingintahuan (Curiosity)
Rasa ingin tahu yang tinggi, minat, tertarik untuk mencari hal-hal
yang bersifat baru, melakukan pengalaman-pengalaman yang menantang
termasuk ke dalam karakter yang satu ini. Dengan adanya rasa penasaran yang
tinggi dapat membuat seorang individu mencari informasi atau melakukan
sesuatu yang baru guna menjawab segala pertanyaan yang muncul dalam dirinya
dengan hal ini secara tidak langsung akan menjadi pengalaman yang baru untuk
individu tersebut.
c. Keterbukaan Pikiran (Open Mindedness)
Dengan adanya karakter ini yang dimiliki oleh seorang individu
maka dalam membuat kesimpulan atau keputusan individu tersebut akan
melakukannya dengan cara seksama dan tidak terburu-buru. Karakter ini akan
menjadikan seorang individu berpikir secara general dan melihat dari setiap
aspek yang ada sehingga nantinya akan menimbulkan keyakinan atas apa yang
telah ia putuskan.
d. Kecintaan Belajar (Love of Learning)
Karakter ini dapat memacu antusias seorang individu dalam
mempelajari sesuatu yang baru dalam hidupnya dan memiliki manfaat dalam
mengembangkan keterampilan yang dimiliki dan memperluas pengetahuan.
Emosi positif akan dirasakan oleh individu yang memiliki karakter ini ketika ia
mendapatkan keterampilan atau informasi baru. Individu dengan karakter ini
akan sangat senang mempelajari sesuatu yang bersifat baru dan menantang.
11
e. Perspektif (Perspective)
Individu dengan karakter ini memiliki kemampuan agar dapat
menjadikan segala sesuatu yang terjadi menjadi pelajaran di dalam hidupnya
baik untuk pelajaran untuk dirinya ataupun bagi orang lain. Dengan karakter ini
setiap individu mampu melihat makna lain dari peristiwa yang dihadapinya dan
mampu melihat dunia secara menyeluruh. Mereka mengakui jika masing-
masing orang memiliki kekurangan dan kelebihan yang ada pada dirinya
sehingga dalam mengambil sebuah keputusan mereka mempertimbangkan
segala sesuatunya dengan matang.
Karakter ini dapat mensejahterakan dirinya sendiri maupun orang-
orang di lingkungan di sekitarnya karena individu yang memiliki karakter ini
mempunyai kontribusi besar bagi lingkungan dan kehidupan orang lain, mereka
cenderung lebih mendahulukan kebutuhan orang lain serta memiliki
kemampuan sebagai pendengar yang baik.
2. Keberanian (Courage)
Keberanian ialah kebajikan yang mencakup tekad kuat dalam
menggapai suatu keinginan atau tujuan. Saat dihadapkan dengan berbagai
permasalahan yang ada pada lingkungan eksternal maupun internal, individu
dengan karakter ini tetap memiliki motivasi untuk terus berusaha dalam
mencapai tujuannya. Walaupun dalam mencapainya mungkin akan dihadapkan
dengan perlawanan namun individu tersebut akan menghadapinya dengan
kekuatan emosi yang ia miliki sehinggan akan tetap termotivasi untuk
mewujudkan keinginannya. Pada virtue ini terdiri atas empat karakter di
dalamnya, yaitu:
a. Berani (Bravery)
Karakter ini dimanfaatkan dalam menghadapi berbagai rintangan,
kesulitan, ancaman maupun rasa sakit. Karakter keberanian menjadikan seorang
individu tidak mudah untuk menyerah dalam mencapai tujuannya sekalipun
dihadapkan dalam keadaan yang sulit. Dapat dikatakan bahwa ketika ingin
12
melakukan sesuatu individu dengan karakter ini akan mengabaikan rasa takut
yang dimilikinya.
b. Ketekunan (Persistance)
Individu yang mempunyai karakter ini akan menampilkan rasa
antusias atau gairah dalam menjalankan dan menyelesaikan segala sesuatu yang
telah ia mulai. Individu tersebut akan melakukannya dengan ulet, tekun, dan
gigih walaupun dalam mengerjakannya mengahadapi berbagai macam
tantangan atau kesulitan. Misalnya perasaan bosan, ingin menyerah, frustasi dan
godaan agar melakukan kegiatan lain yang tentunya jauh lebih menyenangkan.
Dengan karakter ini mereka akan tetap menyelesaikan pekerjaannya sesuai
dengan rencana yang telah disusun diawal. Walaupun demikian seseoang
dengan karakter ini bersifat fleksibel, realistis serta perfeksionis dalam
mengerjakan sesuatu.
c. Integritas (Integrity)
Karakter ini mencakup perilaku jujur serta keterampilan dalam
menunjukkan diri yang bersifat apa adanya (genuine), sesuai dengan kenyataan.
Integritas memiliki makna sebagai wujud atas tingkah laku yang konsisten
dengan nilai-nilai yang dimiliki, perlakuan yang diberikan kepada orang lain dan
peka terhadap kondisi lingkungan sekitar serta memiliki rasa belas kasih untuk
membantu orang di sekitarnya. Dapat dikatakan bahwa setiap individu juga turut
bertanggung jawab atas pemikiran dan perasaan orang disekitarnya terhadap hal
yang telah diperbuatnya.
d. Vitalitas (Vitality)
Vitalitas merupakan karakter yg menggambarkan adanya gairah dan
antusiasme saat menjalankan rutinitas keseharian. Inividu dengan karakter ini
dapat dikenali sebagai seseorang yang penuh semangat, memiliki energi positif,
dan aktif. Vitalitas sangat berhubungan dengan kondisi kesehatan tubuh yang
dimiliki seorang individu seperti fungsi tubuh yang dapat berjalan secara
optimal sehingga tidak mudah untuk merasa lelah atau jatuh sakit. Selain kondisi
fisik, vitalitas juga ada kaitannya secara psikologis karena merupakan cerminan
13
dari adanya minat dalam melakukan suatu pekerjaan tertentu. Seseorang dengan
karakter vitalitas akan memudahkan individu tersebut dalam berhadapan dengan
sesuatu yang terdapat ketegangan psikologis dan konflik di dalamnya.
3. Kemanusiaan dan Cinta Kasih (Humanity and Love)
Karakter ini berkaitan dengan hubungan interpersonal yang terjalin
dengan baik antar individu, termasuk didalamnya tentang rasa peduli dan
memberikan perhatian kepada individu lain di sekitarnya . Virtue ini terdiri atas
tiga karakter didalamnya, yaitu:
a. Cinta (Love)
Terdapat keterkaitan antara karakter ini dengan hubungan yang
dimiliki terhadap individu lain disekitarnya, gemar berbagi dan memberi
perhatian, serta berusaha untuk mengenal orang lain lebih jauh. Hal ini berkaitan
dengan hubungan yang terjadi antar individu, misalnya hubungan yang bersifat
hangat yang terdapat rasa cinta di dalamnya, seperti yang terjadi pada ibu dan
anak atau antar pasangan. Seseorang dengan karakter ini menjadikan memiliki
relasi yang hangat dan intim dengan orang individu lainnya sebagai prioritas.
Tanda individu yang memiliki karakter ini adalah adanya keinginan untuk
memberikan rasa nyaman dan menawarkan pertolongan kepada orang lain yang
membutuhkan. Temasuk juga bentuk emosi yang muncul seperti komitmen
yang dipegang teguh, dan disertai dengan melakukan pengorbanan.
b. Kebaikan Hati (Kindness)
Seseorang yang memiliki karakter kindness mereka akan memiliki
dorongan untuk selalu menampilkan sikap baik dan dengan sukarela memberikan
pertolongan terhadap orang lain. Komponen penting dalam karakter ini adalah
perasaan simpati dan empati kepada pada orang disekitarnya. Individu ini akan
berusaha meluangkan waktu yang dimilikinya untuk memberikan pertolongan
kepada yang membutuhkan, baik orang yang dikenal maupun orang asing.
14
c. Kecerdasan Sosial (Social Intelligence)
Kecerdasan sosial termasuk didalamnya adalah informasi tentang
diri sendiri maupun orang lain. Orang dengan karakter ini peka terhadap
motivasi dan perasaan orang lain. Mereka juga peka terhadap perasaan mereka
sendiri, dan dapat mengatur dengan baik informasi yang sifatnya emosional dan
dapat menggunakannya saat mereka berperilaku. Meskipun karakter ini disebut
kecerdasan sosial, sebenarnya ia juga terdiri dari kecerdasan emosional
(emotional intelligence) dan kecerdasan personal (personal intelligence).
Kecerdasan emosional merupakan kapasitas individu untuk memahami orang
pada tingkat yang lebih dalam, pada hal ini adanya penggunaan informasi emosi
data individu tersebut melakukan penalaran. Sedangkan kecerdasan personal
adalah kecermatan dan keberhasilan seseorang untuk paham saat menilai dirinya
sendiri, termasuk kemampuan untuk menemukan motivasi, emosi, dan unsur-
unsur di dalam dirinya. Sedangkan kecerdasan sosial dalam hal ini berhubungan
dengan pergaulan individu dengan individu lain, misalnya dalam hal kedekatan
dan kepercayaan.
4. Keadilan (Justice)
Pada virtue ini berkaitan dengan relasi interpersonal dengan cakupan
yang sangat luas, selain itu juga berhubungan dengan interaksi antar individu
dengan masyarakat. Kebajikan ini biasanya terdapat dalam kegiatan
bermasyarakat yang memerlukan untuk terjalinnya hubungan interpersonal
antar individu satu dengan yang lainnya hingga kelompok yang luas.
Keadilan merupakan kekuatan dasar dalam kehidupan sosial
bermasyarakat yang baik. Pada virtue ini, terdiri dari tiga karakter di dalamnya,
yaitu:
a. Keanggotaan dalam Kelompok (Citizenship)
Gambaran dari karakter ini adalah kemampuan seorang yang
memiliki peran sebagai anggota dalam sebuah tim atau kelompok, loyal terhadap
kelompoknya, dan bertanggung jawab dalam mengerjakan dan menjalankan
tugasnya sebagai anggota kelompok tersebut. Dalam artian lain, individu ini
15
sadar sangat sadar atas posisinya yang merupakan bagian dari suatu kelompok
dan mengidentifikasi diri sebagai bagian dari anggota kelompok tersebut. Ia sadar
akan kewajiban yang dimilikinya, mendahulukan kepentingan bersama diatas
kepentingan diri sendiri, dan dengan sukarela melaksanakan kewajibannya
sebagai anggota kelompok guna tercapainya tujuan bersama.
b. Keadilan dan Persamaan (Fairness)
Individu yang memiliki karakter tersebut ditandai dengan sikap
mereka yang menyamaratakan atau tidak membeda-bedakan dalam berperilaku
dengan orang lain. Ia akan memberikan kesempatan dan sanksi yang sama serta
hukuman yang sama bagi setiap orang sesuai dengan tindakan yang dilakukan
oleh orang tersebut.
c. Kepemimpinan (Leadership)
Individu dengan karakter ini menjadikan mereka dapat mengarahkan
individu orang lain dan dapat menjadi contoh pemimpin yang baik. Mereka
mampu mengatur dan memastikan setiap kegiatan yang ada dapat berjalan
dengan efektif. Selain itu, individu ini mampu menjadi contoh bagi anggota
kelompoknya sehingga dapat mendorong untuk terciptanya lingkungan yang
bertanggung jawab dan terjalinnya hubungan interpersonal yang efektif dan baik.
5. Kesederhanaan (Temperance)
Kebajikan ini berfungsi dalam mencegah seorang individu dari
segala sesuatu yang bersifat berlebihan sehingga individu tersebut dapat menahan
dan mengatur dirinya sebelum melakukan tindakan tertentu. Individu akan
berpikir Panjang terlebih dahulu mempertimbangkan segala kemungkinan yang
ada sehingga mengurangi resiko yang akan terjadi. Pada virtue di dalamnya
terdapat ini empat karakter, yaitu:
a. Memaafkan (Forgiveness and Mercy)
Karakter ini menjadikan seorang indivdu memiliki hati yang lapang
dalam memaafkan kesalahan orang lain atau perlakuan buruk yang diterimanya.
Mereka tidak memiliki keinginan untuk melakukan dendam dan memilih untuk
melupakan kenangan buruk di masa lalu. Bentuk lain dari kemurahan hati ialah
16
memaafkan. Hal ini juga menjadi cerminan dari wujud kebaikan serta kasih
sayang individu terhadap sesama.
b. Kerendahan Hati (Humility and Modesty)
Kerendahan hati merupakan kekuatan yang ada pada karakter ini.
Individu dengan karakter ini tidak mengumbar keberhasilan yang telah
dicapainya kepada orang lain. Karakter ini menjadikan seorang individu
memahami setiap kekurangan dan kelemahan yang dimilikinya. Modesty tidak
sama dengan humility. Humility sifatnya internal yang merupakan
kecenderungan seseorang yang merasa dirinya bukanlah pusat dari dunia.
Sedangkan modesty sifatnya eksternal, yang artinya menampilkan karakter yang
sederhana baik dalam berpenampilan ataupun berperilaku.
c. Kebijaksanaan (Prudence)
Karakter ini memiliki dampak terhadap cara yang mendukung
seorang individu dalam meraih tujuannya di masa yang akan mendatang.
Individu akan lebih berhati-hati dalam menentukan pilihan, dalam kesehariannya
mereka tidak akan melakukan perbuatan dan mengatakan hal-hal yang bersifat
kesenangan sesaat namun menimbulkan kerugian bagi dirinya. Dengan karakter
ini individu akan membuat perencanaan sebaik mungkin dalam menentapkan
tujuan jangka panjang.
d. Regulasi Diri (Self Regulation)
Individu yang mempunyai karakter ini akan mampu mengontrol
dirinya saat menghadapi berbagai peristiwa dalam hidup mampu tidak
melibatkan banyak emosi serta keinginan lain dalam dirinya. Ia mampu mengatur
emosi saat dihadapkan dengan berbagai peristiwa dalam hidupnya, baik kejadian
yang menyenangkan atau yang menyedihkan. Mereka mampu menahan
perasaan-perasaan negatif saat menghadapinya. Dalam bereaksi juga mereka
mampu mengontrol dan menghasilkan reaksi yang sesuai dengan yang dipandang
baik dalam pandangan masyarakat sehingga perilakunya lebih terarah.
17
6. Transendensi (Transcendence)
Kebajikan ini sering dikaitkan dengan kekuatan karakter
“spiritualitas”. Kebajikan yang satu ini berkaitan dengan bagaimana seorang
individu mereka memiliki komitmen atau perasaan yakin terhadap suatu hal yang
transenden (nonmaterial) yang bersifat umum dan suci. Hal ini merupakan hal yang
kasat mata dan sifatnya diyakini dan diilhami oleh individu tersebut. Virtue ini juga
ada kaitannya antara individu dan alam semesta, juga mengenai cara seseorang
melakukan pemaknaan terhadap kehidupan yang dijalaninya. Pada virtue ini di
dalamnya terdiri dari lima karakter, yaitu:
a. Apresiasi terhadap Keindahan dan Kesempurnaan (Appreciation of Beauty
and Excellent)
Dengan karakter ini akan menjadikan individu untuk selalu
mengapresiasi hal-hal yang memiliki nilai keindahan dan bersifat sempurna. Ia akan
mudah untuk merasakan takjub, terpesona, antusias, dan semangat saat melakukan
hal-hal yang bersifat sederhana, seperti berkeliling kota, mendengarkan musik, dan
menonton film yang disukai.
b. Bersyukur (Gratitude)
Bersyukur merupakan bentuk dari perasaan terima kasih atas
pemberian yang telah diterima. Seseorang yang memiliki karakter ini akan selalu
mensyukuri semua hal yang terjadi pada hidupnya.
c. Harapan (Hope)
Kekuatan karakter ini berhubungan dengan persepktif seseorang
mengenai pandangan terkait masa depannya. Individu dengan karakter ini bersikap
optimis terhadap masa depan dengan hasil yang terbaik. Selain itu karakter ini juga
memacu seorang agar selalu optimis dalam mengupayakan segala hal dalam
mencapai setiap keinginannya.
d. Humor (Humor)
Individu dengan karakter ini memiliki kemampuan seorang individu
dalam memberikan energi yang positif seperti memberikan keceriaan dan senyuman
bagi orang lain. Karakter ini juga mencakup senang bergurau dan menghibur orang
18
lain. Humor dalam artian umum dapat disebut sebagai pemikiran yang bersifat
menyenangkan dan membahagiakan sehingga menjadikannya untuk selalu melihat
pada sisi sisi positif dalam menghadapi suatu permasalahan.
e. Spiritualitas (Spirituality)
Spiritualitas menjadikan seorang individu mempercayai bahwa ada sesuatu
yang jauh lebih besar dan luas daripada alam semesta, yang biasa disebut sebagai
Tuhan. Individu tersebut mengatakan bahwa dirinya juga merupakan bagian dari
alam semesta. Mereka menyadari makna dari kehidupan yang dimiliki dan
mengetahui langkah apa yang dapat diambil guna mencapai tujuan tersebut, mereka
memiliki nilai-nilai tertentu yang dianut sehingga individu yang mempunyai
karakter ini memiliki keyainan yang kuat dan taat akan nilai moral yang berlaku dan
selalu memberikan kebaikan kepada orang disekitarnya.
Dari seluruh karakter yang terdapat character strength tersebut pada setiap
individu akan nampak dan tergambar character strength yang khas yang pada
akhirnya akan tergambarkan kelima signature strength dalam diri santri. Jika setiap
individu mereka mengembangkan dan memanfaatkan signature strengths yang
dimiliki secara optimal pada kehidupan sehari-hari maka mereka akan terwujudnya
kepuasan emosional yang paling dalam, daripada berusaha memperbaiki kelemahan
(Seligman, 2002). Signature strengths dapat disebut juga sebagai kekuatan yang
disadari dan tampak pada keseharian individu.
22
d. Lingkungan
Kondisi lingkungan yang turut mendukung proses penyesuaian diri seorang
individu ialah kondisi lingkungan yang bersifat positif. Kondisi ini mencakup
suasana lingkungan yang tentram, aman, penuh toleransi, serta dapat memberikan
perlindungan terhadap individu yang berada di dalamnya. Selain itu, lingkungan
sekitar seperti sekolah, rumah, terutama di dalamnya keluarga juga memiliki
pengaruh yang besar.
e. Agama dan budaya
Agama sangat berkaitan erat dengan budaya sehingga hal ini cukup
mempengaruhi dalam proses penyesuaian seorang individu. Agama memiliki
peranan penting dalam hal terciptanya keseimbangan hidup melalui nilai, keyakinan
dan makna yang dalam dan luas bagi seorang individu. Budaya merupakan warisan
yang akan diterima oleh setiap individu melalui keluarga, sekolah, bahkan
masyarakat sekitar.
2.4.Hasil-hasil Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh Yulyani dan Susandari (2014) hasil yang
didapatkan ialah Humor sebagai karakter yang berkaitan erat dengan penyesuaian
diri, santri dengan karakter humor mampu menghadapi setiap permasalahan yang
23
terjadi di pesantren. Mereka akan memandang hambatan yang ada dari sisi baiknya
sehingga dalam menghadapi permasalahan tersebut tidak terasa berat. Karakter lain
yang memiliki korelasi dengan variabel penyesuaian diri adalah Judgement,
Prudence, Self Regulation serta Hope. Sedangkan pada penelitian tersebut aspek
atau indikator penyesuaian diri yang dimiliki santri yang tertinggi adalah mengenai
bagaimana santri memiliki persepsi yang akurat terhadap realitas, dan yang terendah
adalah mengenai hubungan interpersonal yang baik
Penelitian yang dilakukan oleh Nashori (2011) mendapatkan hasil mengenai
karakter yang dimiliki oleh santri, hasilnya signature strength yang muncul adalah
kebersyukuran (gratitude), keadilan (fairness), kebaikaan hati (kindness),
kewargaan (citizenship), dan harapan (hope). Selain itu di dapatkan juga hasil
karakter yang paling lemah pada santri adalah regulasi diri (self regulation),
keberanian (bravery), kreativitas (creativity), keragaman sudut pandang
(perspective), dan humor. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Zulmi dan
Tahrir (2021) memberikan hasil bahwa faktor yang berperan penting dalam
kemampuan santri untuk bertahan ialah dengan adanya karakter yang mendominasi
dalam mempelajari ilmu agama, timbulnya persepsi bahwa pesantren merupakan
tempat yang tepat untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri, selain itu
dukungan sosial dari teman juga berperan penting.
2.5.Kerangka Pikir
Menurut Schneiders yang mampu memberikan pengaruh dalam proses
penyesuaian diri adalah kepribadian yang dimiliki oleh individu. Dari kepribadian
santri harus adanya kemauan dan kemampuan untuk berubah, jika individu tersebut
kaku dan tidak memiliki keinginan juga kemauan serta kemampuan untuk merespon
lingkungan, semakin besar kemungkinan untuk mengalami masalah kesulitan dalam
proses penyesuaian diri individu tersebut. Maka dibutuhkan kemampuan untuk
berubah yang di gambarkan dalam bentuk kemauan, perilaku, sikap dan jenis
karakteristik lainnya.
24
Dalam rangka penyesuaian diri dengan lingkungan pesantren kerap kali
santri harus menghadapi berbagai permasalahan baik dalam lingkungan eksternal
maupun internal hal ini yang menuntut santri untuk memiliki suatu karakter tertentu.
Karakter yang ada pada diri santri nantinya akan mendorong santri untuk melakukan
penyesuaian diri dengan keadaan lingkungan pesantren. Karakter yang juga
mendorong santri untuk dapat meredam ego dan menaati aturan ketat di pesantren.
Karakter-karakter tersebut pada akhirnya akan menjadikan santri dapat menanggapi
dengan baik serta mampu menyesuaikan diri di setiap perubahan – perubahan yang
akan dihadapi di pesantren.
Karakter tersebut akan mendorong santri untuk terus berpikiran positif dan
menjadi semangat dalam menjalankan aktivitas kesehariannya di pesantren,yang
mana hal tersebut termasuk pada bahasan psikologi positif dalam teori Character
Strength. Menurut Seligman (2002), masing-masing indivudu di dunia ini semuanya
memiliki karakter-karakter positif yang memiliki peran dan fungsi dalam proses
pembentukan dirinya. Yang dimaksud Seligman ini merupakan Character Strength,
yang mana character strength merupakan kekuatan juga kebajikan yang dari
karakter tersebut dapat menghasilkan perasaan positif dan perbuatan baik.
Penyesuaian diri merupakan proses yang sifatnya dinamis dengan harapan
adanya perubahan perilaku dalam menjalin relasi yang baik dengan diri sendiri
maupun orang lain serta lingkungannya. Penyesuaian diri kerap kali dikaitkan
dengan suatu keadaan, yang dapat dicapai oleh seseorang melalui keberuntungan
dan upaya dapat dilakukan agar menjadi well-adjusted. Adjustment adalah suatu
kondisi yang memiliki keterkaitan dengan upaya atau usaha seseorang. Haber &
Runyon mengatakan bahwa penyesuaian diri dapat terlihat dari cara individu dalam
menunjukkan sisi positif yang ada pada dirinya. Secara tersirat dalam perspektif
psikologi positif ini lebih memilih kekuatan dibanding kelemahan yang menjadi
dasar dari proses penyesuaian diri yang efektif. Dalam menghabiskan waktu studi
di pondok pesantren, para santri terus berusaha untuk tetap berpikiran positif atas
apa yang mereka rasakan. Mereka berusaha untuk menyesuiakan diri dengan
kondisi yang ada di pesantren.
25
Dalam teori Haber & Runyon dijelaskan di dalamnya ada lima aspek dari
teori penyesuaian diri yang efektif yang disebutkan dalam Psychology Of
Adjustment (1984), kelima aspek terebut adalah:
1. Persepsi yang akurat terhadap realitas
Individu mampu merencanakan dan menyusun tujuan yang bersifat realistik
yang disesuaikan dengan tingkat kemampuannya sehingga dapat mengetahui
konsekuensi dari setiap tindakan yang dilakukan dan memberikan respon yang
tepat.
2. Kemampuan menghadapi stress dan kecemasan
Kemampuan ini juga diartikan sebagai kemampuan seorang individu dalam
mengatasi hambatan yang ada dan menerima setiap kegagalan yang telah terjadi.
3. Gambaran diri yang positif
Penilaian mengenai diri sendiri, termasuk penilaian yang baik dan buruk.
Individu mengakui dan menerima setiap kelemahan dan kelebihan yang dimilki
guna mengetahui dan memahami dirinya yang nantinya dapat berguna dalam proses
pengembangan potensi yang ada pada diri secara maksimal.
4. Kemampuan mengekspresikan perasaan
Kemampuan seorang individu dalam mengungkapkan emosi yang
dimilikinya secara realistik namun tetap terkontrol. Jika pada diri individu terdapat
kontrol yang berlebihan maka akan menghasilkan dampak yang buruk pada diri
individu tersebut, dan jika dalam mengekspresikan perasaan tidak menggunakan
kontrol maka akan menyebabkan ledakan emosi.
5. Hubungan interpersonal yang baik
Pada hakikatnya manusia termasuk pada makhluk sosial. Saat seseorang
memiliki kondisi yang dapat menyesuaikan diri dengan baik maka dalam relasi
mereka dengan individu lainnya akan tercipta relasi yang saling menguntungkan
satu sama lain.
Berdasarkan hasil penelitian Yulyani dan Susandari (2015) maka terdapat
korelasi antara Character Strength yang dimiliki oleh santri dan prnyesuaian dirinya.
Karakter Humor memiliki keterkaitan terhadap proses penyesuaian diri. Santri yang
26
memiliki karakter humor maka setiap masalah yang ada di lingkungan pesantren
tidak menjadi hal yang serius dan ditanggapi dengan mudah. Humor memiliki
peranan penting dalam hal membantu para santri memandang setiap permasalahan
yang ada di keseharian mereka adalah suatu tahap yang harus dilewati dan dijalani
sehingga menjadikan permasalahan yang demikian itu sebagai sesuatu yang wajar
terjadi. Hal ini telah diaplikasikan kepada para santri dalam menghadapi stress
dengan mencoba fokus pada hal baik dari segala peraturan dan kegiatan yang
mungkin dapat dianggap membebani para santri.
Karakter Self-Regulation memiliki keterkaitan yang signifikan dengan
penyesuaian diri. Dengan karakter self-regulation dapat membantu santri dalam
melakukan proses penyesuaian diri, salah satu tuntutan yang ada di pesantren adalah
manajemen waktu. Dengan karakter ini mereka dapat melatih kedisiplinan dan
kemandiriannya karena harus memenuhi keperluan pribadinya sendiri.
Pada karakter Judgement memiliki peranan penting dalam penyesuaian diri.
Pada awalnya santri merasa kurang nyaman untuk ada di pesantren namun saat
mereka memilki karakter ini akan menajdikan mereka melihat sisi baik dari apa
yang terjadi saat ini. Walaupun tujuan awal untuk masuk pesantren hanya sekedear
untuk memenuhi keinginan orang tua semata akan tetapi seiring waktu mereka
menyadari manfaat yang didapatkan ketika belajar di pesantren.
Karakter Prudence merupakan salah satu faktor penting dalam penyesuaian
diri. Ketika merasa tidak nyaman atau tidak terbiasa dengan keadaan dan rutinitas
yang ada di pesantren, dengan adanya karakter ini tidak membuat mereka gegabah
dalam mengambil keputusan yang merugikan dirinya sendiri. Santri yang memiliki
karakter ini akan mencari cara agar merasa nyaman untuk tinggal di pesantren
dengan menimbang segala atas semua tindakan yang hendak ia lakukan. Maka
dengan hal ini para santri akan menyadari kenyataan bahwa keberadaan mereka
sekrang ada di pesantren yaitu sebagai santri. Para santri akan memiliki
pertimbangan mengenai hal baik-buruk atas tindakan mereka akan berdampak pada
orang lain. Mereka juga akan menjaga tutur lisannya agar tidak menimbulkan
ketersinggungan.
27
Karakter Hope juga menjadi faktor penentu dalam penyesuaian diri. Para
santri memiliki harapan dengan masuknya mereka ke dalam pondok pesantren
mereka akan berubah menjadi lebih baik, dapat menjadi kebanggaan serta dapat
memberikan kebahagiaan bagi orang tua para santri, mampu menyelesaikan
pendidikan di pesantren dengan nilai yang baik serta melanjutkan pendidikan
mereka ke jenjang berikutnya.
Santri sebagai peserta didik dituntut untuk dapat menyesuaikan diri di
pesantren agar masing-masing dapat menjalani proses belajar mengajar dengan
baik. Character strength dan penyesuaian diri menunjukkan hubungan yang bersifat
positif dimana semakin tinggi character strength maka penyesuaian diri santri akan
semakin baik, sebaliknya semakin character strength, maka penyesuaian diri santri
semakin buruk. Keadaan lingkungan juga berpengaruh terhadap penyesuaian diri.
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui apakah penyesuaian diri yang
dimiliki oleh santri salah satunya dipengaruhi oleh karakter-karakter yang tercakup
di Character Strength atau tidak.
Pada penelitian ini di dapatkan signature strength pada santri yaitu
spirituality, open mindedness, humor, gratitude, dan kindness. Maka kerangka pikir
adalah sebagai berikut:
Spirituality
Humor
Gratitude
Kindness
28
Menurut Schneiders kepribadian adalah salah satu faktor
mempengaruhi proses penyesuaian diri pada remaja, salah satu
yang membentuk kepribadian adalah karakter-karakter yang ada
pada diri remaja.
2.5.Hipotesis
Berdasarkan hasil tinjauan pustaka yang telah dipaparkan, maka hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini yaitu:
1. Ada pengaruh positif karakter Open Mindness terhadap Penyesuaian Diri santri.
2. Ada pengaruh positif karakter Kindness terhadap Penyesuaian Diri santri.
3. Ada pengaruh positif karakter Gratitude terhadap Penyesuaian Diri santri.
4. Ada pengaruh positif karakter Humor terhadap Penyesuaian Diri santri.
5. Ada pengaruh positif karakter Spirituality terhadap Penyesuaian Diri santri.
29
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.Prosedur Penelitian
Pada tahap persiapan yang pertama dilakukan adalah menemukan fenomena
penelitian dan menyusun rumusan-rumusan masalah serta menentukan variabel
penelitian. Tinjauan Pustaka dilakukan guna mendapatkan landasan teori yang tepat
berdasarkan variabel yang telah ditentukan. Pada tahap persiapan juga menentukan
subjek dari penelitian yang akan dilakukan. Langkah selanjutnya yang dilakukan
yaitu mempersiapkan alat ukur yang akan digunakan dalam melakukan
pengumpulan data lalu mengurus segala kelengkapan perizinan penelitian.
Pada tahap pelaksanaan penelitian, setelah surat izin pengambilan data dari
fakultas masuk ke pihak pesantren, dari pihak pesantren menjadwalkan sebuah
pertemuan. Pada pertemuan tersebut peneliti diminta untuk menjelaskan maksud
tujuan dan prosedur penelitian. Setelah pertemuan tersebut peneliti mendapatkan
perizinan dari pihak pesantren dan selanjutnya didampingi oleh psikolog sekolah
untuk melaksanakan proses pengambilan data. Pengambilan data dilakukan dengan
cara menyebar link kuesioner berbentuk google form pada santri Aisyiyah Boarding
School secara online dan didampingi oleh psikolog sekolah. Dijelaskan juga tentang
pengisian kuesioner, seperti setiap santri akan diberikan kesempatan untuk mengisi
kuisioner dengan durasi selama 45 menit. Peneliti menjelaskan secara rinci tujuan
dari penelitian ini dilakukan dan memberikan hak kesediaan atau menolak untuk
menjadi responden dalam penelitian ini dengan mengisi angket atau kuesioner yang
ditujukan kepada santri dan digunakan untuk pengambilan data. Dalam tahapan
mengumpulkan data, digunakan alat ukur yang telah diadaptasi dan dikembangkan.
Setiap responden yang terlibat sebelumnya telah diberi informasi mengenai
pengisian jawaban, misalnya tidak ada jawaban yang benar ataupun salah atas setiap
jawaban yang diberikan di dalam kuisioner. Setelah selesai terkumpul data dari
kuesioner maka selanjutnya dilakukan tahapan pengolahan data dengan dengan
menggunakan analisa statistik.
30
Pada tahap pengolahan data yang pertama melakukan skoring terhadap skala
hasil jawaban responden. Setelah itu data dihitung menggunakan berbagai analisis
statistika, yang pertama adalah uji asumsi klasik terlebih dahulu sebelum dianalisis
menggunakan uji regresi berganda. Adapun tahapannya yaitu terdiri dari Uji
Normalitas, Uji Heteroskedastisitas, dan Uji Multikolinieritas. Setelah itu dilakukan
uji analisis regresi linear berganda untuk mengetahui pengaruh antar variabel
independent terhadap variabel dependent. Selanjutnya hasil data dianalisis lalu
membuat laporan hasil, kesimpulan dan saran. Tahap terakhir adalah proses
publikasi hasil penelitian.
32
3. Mengetahui dan memahami dirinya secara realistik, sehingga mampu untuk
mengembangkan potensi yang ada pada dirinya secara maksimal.
4. Mampu mengekspresikan emosi yang dimiliki secara realistik dan tetap
terkontrol. Mampu menghadapi permasalahan dengan pengungkapan
perasaan yang tetap dalam kontrol sehingga tidak timbul ledakan emosi yang
berlebihan.
5. Dapat beradaptasi dengan efektif dan mampu menjalin suatu hubungan atau
relasi yang sifatnya saling menguntungkan antar individu dengan individu
lainnya.
34
terhadap pengalaman
baru.
- Open mindedness,
kritis dalam berpikir
8, 9 10 3
dan melakukan
penilaian.
11, 14, 12, 13 4
- Love of Learning
17, 18 15, 16, 19 5
- Perspective, kebijaksanaan.
2. Courage - Bravery, keberanian. 20, 23 21, 22, 4
Keberanian - Persistence,
ketekunan. 24 25, 26, 27 4
- Integrity, keaslian dan
28, 29, 30 4
kejujuran.
31
- Vitality, semangat,
antusiasme, dan
35, 36, 32, 33, 6
penuh energi.
37 34
35
- Fairnes, keadilan. 55 56, 57, 4
58
- Leadership, 59, 60 2
kepemimpinan.
5. Temperance - Forgivesness and 62, 63 61 3
Kesederhanaan Mercy
- Humility/Modesty
64 65, 66, 67 4
- Prudence
69, 71 68, 70 4
- Self-regulation/self-
72 73 2
control
36
3.4.2. Alat Ukur Penyesuaian Diri
Pada penelitian ini untuk mengukur variabel penyesuaian diri menggunakan
skala penyesuaian diri yang telah disusun oleh Laely (2017) berdasarkan aspek dari
teori penyesuaian diri menurut Haber dan Runyon (1984), alat ukur ini terdiri dari
26 item yang terdiri dari skor favorable dan skor unfavorable, yang indikatornya
adalah:
1. Memiliki persepsi terhadap realitas
2. Kemampuan kemampuan mengatasi stres dan kecemasan
3. Memiliki gambaran diri atau citra diri yang positif
4. Kemampuan mengekspresikan emosi dengan baik
5. Memiliki hubungan interpersonal yang baik.
Pada alat ukur penyesuaian diri, jenis skala yang digunakan adalah Method
of Successive Intervals atau skala metode interval berurutan. Pada jenis skala ini
cara penilaiannya adalah semakin tinggi skor pada masing-masing item maka
semakin tinggi atau efektif tingkat penyesuaian dirinya, sebaliknya semakin rendah
skor jawaban item maka akan semakin rendah penyesuaian dirinya. Setiap item
terdiri dari lima kategori pilihan jawaban yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak
tentu (TT), tidak seseuai (TS), sangat tidak sesuai (STS). Adapun penilaiannya
dengan cara memilih salah satu dari lima pilihan jawaban.
3.4.2.1.Uji Validitas
Dari hasil perhitungan pada skala penyesuaian diri 26 item valid, dengan
indeks validitas berkisar antara 0,300 sampai 0,900. Item yang valid artinya dapat
digunakan untuk penelitian.
3.4.2.2.Uji Reliabilitas
Kriteria dari nilai Croanbach’s Alpha adalah jika koefisien yang didapat
>0.60, maka instrumen penelitian tersebut reliable dengan kriteria uji Jika alpha >
0,90 maka reliabilitas sangat baik atau sempurna, jika alpha antara 0,70 – 0,90 maka
reliabilitas tinggi, jika alpha antara 0,50 – 0,70 maka reliabilitas moderat dan jika
alpha < 0,50 maka reliabilitas rendah. Sedangkan indeks reliabilitas pada skala
37
penyesuaian diri adalah 0,898 artinya skala tersebut memiliki reliabilitas tinggi dan
dapat digunakan untuk penelitian.
38
Kemampuan Mampu menghadapi 22 6, 26 3
mengungkapkan permasalahan dengan
perasaan. pengungkapan perasaan
secara realistik dan tetap
dalam kontrol sehingga
tidak timbul ledakan
emosi yang berlebihan.
Kemampuan Dapat beradaptasi dengan 4, 23 7, 13*, 20 5
dalam memiliki efektif dan mampu
hubungan menjalin suatu hubungan
interpersonal atau relasi yang sifatnya
yang baik saling menguntungkan
antar individu dengan
individu lainnya.
Jumlah 12 14 26
39
3.6.Teknik Sampling
Sampel merupakan bagian dari populasi yang mewakili (Sugiyono, 2012).
Dalam penentuan jumlah sampel yang akan diolah dari jumlah populasi, maka harus
dilakukan dengan teknik pengambilan sampel yang tepat.
Jika jumlah populasi kurang dari 100 subjek, maka jumlah sampelnya
diambil secara keseluruhan (Arikunto, 2012). Pada penelitian ini jumlah
populasinya adalah 47 orang artinya kurang dari 100 orang responden, maka teknik
sampling yang digunakan adalah sampling jenuh. Menurut Sugiyono (2012)
sampling jenuh merupakan jenis penentuan sampel saat seluruh anggota populasi
dijadikan sampel, hal ini dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil. Istilah lain
sampel jenuh adalah sensus, dimana pada penelitian ini semua populasi dijadikan
sampel. Berdasarkan penjelasan diatas, maka yang akan dijadikan sampel dalam
penelitian ini adalah seluruh dari populasi, yaitu seluruh santri kelas 10 dan 11
Aisyiyah Boarding School yang berjumlah 47 orang santri.
Kelebihan dari sampling jenuh adalah mudah, praktis, dan tidak memerlukan
waktu untuk pengumpulan data sampel. Kelemahannya adalah tidak cocok untuk
populasi yang anggotanya besar, karena pada penelitian ini populasinya kecil jadi
tetap dapat digunakan.
40
Berikut uji asumsi yang akan dilakukan:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji distribusi normal dari variabel
Character Strength sebagai variabel independen dan variabel penyesuaian diri
sebagai variabel dependen. Jika taraf signifikansi (p) > 0,05 maka dapat diartikan
bahwa data berdistribusi secara normal atau teratur sedangkan, jika (p) < 0,05 maka
data tidak menyebar atau terdistribusi secara normal (Santoso, 2010). Pengujian ini
dilakukan dengan Teknik Kolmogorof-Smirnov.
b. Uji Asumsi Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
memiliki ketidakseimbangan atau ketidaksamaan vairan dari residual persepsi atau
pengamatan yang satu ke persepsi atau pengamatan yang lain. Model regresi yang
layak adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Contoh yang selanjutnya digambarkan
pada diagram scatterplot dapat digunakan untuk melihat ada tidaknya
heteroskedastisitas.
c. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas digunakan dalam pengujian penelitian ini untuk
menguji apakah ada hubungan antara faktor bebas dan variabel terikat secara
langsung (garis lurus/linear) atau tidak (Santoso, 2010). Uji linieritas dilakukan
dengan Test of Linearity dengan nilai p < 0,05, maka kedua faktor tersebut dianggap
signifikan atau linier.
d. Uji Hipotesis
Uji hipotesis menyangkut mengenai pengujian pengaruh antara dua faktor,
khususnya variabel bebas dan variabel terikat (Sarwono, 2006). Cara penilaian yang
dipakai untuk menentukan adanya multikolinieritas adalah dari niai Tolerance yang
dipakai > 0,10 dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih besar dari 10,
maka ini menunjukkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel dalam
model regresi.
41
e. Uji Koefisien Determinasi
Uji analisis koefisien determinasi digunakan untuk menentukan sejauh mana
pengaruh faktor bebas atau independen terhadap variabel dependen, maka kemudian
digunakan koefisien determinasi yaitu dengan menguadratkan koefisien tersebut.
42
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Karakteristik Sampel
Tabel 4.1
Gambaran Responden Berdasarkan Usia
Usia Jumlah Persentase
15 tahun 15 31,9%
16 tahun 20 42,6%
17 tahun 12 25,5%
Total 47 100%
43
Tabel 4.2
Gambaran Responden Berdasarkan Kelas
Kelas Jumlah Persentase
Kelas 10 27 57,4%
Kelas 11 20 42,6%
Total 47 100%
Tabel 4.3
Gambaran Responden Berdasarkan Kelas Menjadi Santri
Kelas Menjadi Santri Jumlah Persentase
Kelas 7 15 31,9%
Kelas 10 31 66%
Kelas 11 1 2,1%
Total 47 100%
44
Tabel 4.4
Gambaran Responden Berdasarkan Asal Kota Santri
Asal Kota Jumlah Presentase
1. Bandung 26 55,3%
2. Bekasi 3 6,4%
3. Bogor 1 2,1%
4. Cikarang 1 2,1%
5. Jakarta 2 4,3%
6. Kutai 1 2,1%
7. Karawang 1 2,1%
8. Lampung 1 2,1%
9. Lombok 1 2,1%
10. Purwakarta 1 2,1%
11. Subang 1 2,1%
12. Sukabumi 2 4,3%
13. Sumedang 3 6,4%
14. Tangerang 3 6,4%
Total 47 100%
45
Tabel 4.5
Gambaran Responden Berdasarkan Asal Sekolah Menengah Pertama
Asal SMP Jumlah Persentase
SMP AISYIYAH BOARDING SCHOOL 15 34%
Pesantren Lain 16 31,9%
SMP Lain 16 33,8%
Total 47 100%
47
Leadership 17 36,2% 30 63,8%
Forgiveness and mercy
6 12,8% 41 87,2%
Humility and Modesty
21 44,7% 26 55,3%
Prudence 14 29,8% 33 70,2%
Self-regulation 16 34% 31 66%
Appreciation of beauty 6 12,8% 41 87,2%
and excellence
Gratitude 3 6,4% 44 93,6%
Hope 11 23,4% 36 76,6%
Humor 2 4,3% 45 95,7%
Spirituality 1 2,1% 46 97,9%
Berdasarkan data yang terlihat dari tabel diatas, maka lima karakter
tertinggi atau signature strength pada santri Aisyiyah Boarding School yang
mendominasi adalah spirituality sebanyak 46 orang atau 97,9%, humor dan open-
mindedness masing-masing sebanyak 45 orang atau 95,7%, gratitude dan
kindness masing-masing sebanyak 44 orang 93,6%,
48
Tabel 4.8
Gambaran Umum Penyesuaian Diri
No Kategori Frekuensi %
Total 47 100%
Tabel 4.9
Distribusi Skor per Aspek Penyesuaian Diri
Rendah Tinggi
Aspek Penyesuaian Diri
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
49
Berdasarkan hasil perhitungan kategori skor setiap aspek variabel
Penyesuaian Diri, diketahui bahwa aspek kemampuan mengekspresikan
perasaan memiliki skor presentasi paling besar dalam kategori rendah yaitu
12 orang (25,5%), dan aspek persepsi yang akurat terhadap realitas memiliki
skor presentase paling besar dalam kategori tinggi yaitu 46 orang (97,9%).
50
Tabel 4.10
Uji Asumsi Normalitas
Unstandardized
residual
N 47
Normal Parametersa,b Mean ,00000000
Std. Deviation 7,05664250
Most Extreme Differences Absolute ,110
Positive ,063
Negative -,110
Kolmogorov-Smirnov Z ,110
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200
a. Test distribution is Normal
b. Calculated from data
51
Gambar 1 Grafik Normality Probability Plot
Berdasarkan gambar tersebut dapat terlihat titik-titik yang ada
tersebar pada sekitar garis diagonal dan arahnya mengikuti garis diagonal,
maka dari gambar terlampir dapat dikatakan model regresi yang digunakan
telah memenuhi asumsi normalitas.
52
Gambar 2 Grafik Scatter Plot Hasil Uji Heteroskedastisitas
Dari grafik Scatterplot diatas dapat diketahui titik-titik pada grafik
scatter plot tidak terdapat suatu pola yang jelas atau pada pancaran data
tidak memperhatikan sebuah pola tertentu. Titik-titik yang ada menyebar
secara acak baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Maka dari
hasil pengujian heteroskedastisitas pada grafik diatas adalah tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model regresi. Setelah menggunakan analisis grafik
dalam pengujian heteroskedastisitas, kemudian dilakukan pengujian
heteroskedastisitas dengan menggunakan uji Glejser.
Untuk uji heteroskedastisitas dengan menggunakan uji Glejser
dengan statistik uji menggunakan ketentuan jika nilai sig. > 𝛼 = 0,05 maka
tidak terjadi heteroskedastisitas. Berikut ini merupakan hasil penelitian
menggunakan uji Glejser:
53
Tabel 4.11
Uji Glejser
𝐶𝑜𝑒𝑓𝑓𝑖𝑐𝑖𝑒𝑛𝑡𝑠 𝑎
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
t Sig.
Std.
B Beta
Model Error
1 (Constant) 3,214 7,216 ,445 ,658
Open Mindness -1,062 ,563 -,299 -,1,885 ,067
Kindness ,593 ,424 ,249 1,401 ,169
Gratitude ,769 ,647 ,185 1,188 ,242
Humor -,454 ,500 -,155 -,909 ,369
Spirituality ,307 ,430 ,120 ,714 ,480
54
menunjukkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel dalam model
regresi. Hasil analisis nilai Tolerance dan VIF dapat dilihat berikut ini:
Tabel 4.12
Hasil Uji Multikolinieritas
𝐶𝑜𝑒𝑓𝑓𝑖𝑐𝑖𝑒𝑛𝑡𝑠 𝑎
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 (Constant)
Open Mindness ,840 1,190
Kindness ,667 1,500
Gratitude ,868 1,152
Humor ,724 1,382
Spirituality ,748 1,336
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa hasil perhitungan nilai karakter
Open Mindness, karakter Kindness, karakter Gratitude, karakter Humor,
dan karakter Spirituality menunjukkan nilai tolerance kurang dari 0,10
(tolerance > 0,10), sedangkan untuk hasil perhitungan Variance Inflation
Factor (VIF) juga menunjukkan bahwa tidak memiliki nilai VIF lebih dari
10 (VIF < 10). Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
multikolinearitas. Dengan demikian, model regresi telah memenuhi uji
asumsi multikolinearitas.
55
telah disebar pada responden dan cara perhitungan menggunakan software
SPSS 23. Hasil analisis regresi berganda dalam penelitian ini digambarkan
sebagai berikut:
56
Tabel 4.13
Hasil Uji Persamaan Regresi Berganda
𝐶𝑜𝑒𝑓𝑓𝑖𝑐𝑖𝑒𝑛𝑡𝑠 𝑎
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
T Sig.
Std.
B Beta
Model Error
1 (Constant) 32,124 12,256 2,621 ,012
Open Mindness 2,029 ,957 ,247 2,121 ,040
Kindness 1,516 ,720 ,276 2,107 ,041
Gratitude ,988 1,099 ,103 ,899 ,374
Humor -1,809 ,849 -,263 -2,132 ,039
Spirituality 2,836 ,730 ,480 3,886 ,000
1. Nilai konstanta (𝛼) sebesar 32,124, jika tidak ada nilai independen
maka nilai variabel penyesuaian diri sebesar 32,124. Dapat diartikan
bahwa bila diasumsikan variabel independent sebesar 0 (konstant)
maka nilai penyesuaian diri sebesar 32,124.
2. Nilai koefisien regresi variabel karakter Open Mindness sebesar
2,029, artinya jika variabel karakter Open Mindness mengalami
peningkatan sebesar (satu) satuan, sedangkan variabel independen
lainnya dianggap konstan (bernilai 0), maka variabel dependen yaitu
Penyesuaian Diri akan mengalami peningkatan sebesar 2,029. Tanda
57
positif pada nilai koefisien regresi menunjukkan bahwa karakter Open
Mindness memiliki arah pengaruh positif terhadap Penyesuaian Diri.
Artinya semakin tinggi karakter Open Mindness maka semakin tinggi
Penyesuaian Diri, begitupun sebaliknya. Dan dapat terlihat nilai sig.
yang dihasilkan karakter Open Mindness adalah sebesar 0,040. Maka
hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat signifikan sebesar 0,040 <
0,05 maka 𝐻0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh karakter Open Mindness yang signifikan terhadap
Penyesuaian Diri.
3. Nilai koefisien regresi variabel karakter Kindness sebesar 1,516,
artinya apabila variabel karakter Kindness mengalami peningkatan
sebesar (satu) satuan, sedangkan variabel independen lainnya
dianggap konstan (bernilai 0), maka variabel dependen yaitu
Penyesuaian Diri akan mengalami peningkatan sebesar 1,516. Tanda
positif pada nilai koefisien regresi menunjukkan bahwa karakter
Kindness memiliki arah pengaruh positif terhadap Penyesuaian Diri.
Artinya semakin tinggi karakter Kindness maka semakin tinggi
Penyesuaian Diri, begitupun sebaliknya. Dan dapat terlihat nilai sig.
yang dihasilkan karakter Kindness adalah sebesar 0,041. Maka hasil
tersebut menunjukkan bahwa tingkat signifikan sebesar 0,041 < 0,05
maka 𝐻0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh karakter Kindness yang signifikan terhadap Penyesuaian
Diri.
4. Nilai koefisien regresi variabel karakter Gratitude sebesar 0,988,
artinya apabila variabel karakter Gratitude mengalami peningkatan
sebesar (satu) satuan, sedangkan variabel independen lainnya
dianggap konstan (bernilai 0), maka variabel dependen yaitu
Penyesuaian Diri akan mengalami peningkatan sebesar 0,988. Tanda
positif pada nilai koefisien regresi menunjukkan bahwa karakter
Gratitude memiliki arah pengaruh positif terhadap Penyesuaian Diri.
58
Artinya semakin tinggi karakter Gratitude maka semakin tinggi
Penyesuaian Diri, begitupun sebaliknya. Dan dapat terlihat nilai sig.
yang dihasilkan karakter Gratitude adalah sebesar 0,374. Maka hasil
tersebut menunjukkan bahwa tingkat signifikan sebesar 0,374 > 0,05
maka 𝐻0 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
pengaruh karakter Gratitude yang signifikan terhadap Penyesuaian
Diri.
5. Nilai koefisien regresi variabel karakter Humor sebesar -1,809,
artinya apabila variabel karakter Humor mengalami peningkatan
sebesar (satu) satuan, sedangkan variabel independen lainnya
dianggap konstan (bernilai 0), maka variabel dependen yaitu
Penyesuaian Diri akan mengalami penurunan sebesar 1,809. Tanda
negatif pada nilai koefisien regresi menunjukkan bahwa karakter
Humor memiliki arah pengaruh negatif terhadap Penyesuaian Diri.
Artinya semakin tinggi karakter Humor maka semakin rendah
Penyesuaian Diri, begitupun sebaliknya. Dan dapat terlihat nilai sig.
yang dihasilkan karakter Humor adalah sebesar 0,039. Maka hasil
tersebut menunjukkan bahwa tingkat signifikan sebesar 0,039 < 0,05
maka 𝐻0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh karakter Humor yang signifikan terhadap Penyesuaian Diri.
6. Nilai koefisien regresi variabel karakter Spirituality sebesar 2,836,
artinya apabila variabel Aspek Spirituality mengalami peningkatan
sebesar (satu) satuan, sedangkan variabel independen lainnya
dianggap konstan (bernilai 0), maka variabel dependen yaitu
Penyesuaian Diri akan mengalami peningkatan sebesar 2,836. Tanda
positif pada nilai koefisien regresi menunjukkan bahwa karakter
Spirituality memiliki arah pengaruh positif terhadap Penyesuaian Diri.
Artinya semakin tinggi karakter Spirituality maka semakin tinggi
Penyesuaian Diri, begitupun sebaliknya. Dan dapat terlihat nilai sig.
yang dihasilkan karakter Spirituality adalah sebesar 0,000. Maka hasil
59
tersebut menunjukkan bahwa tingkat signifikan sebesar 0,000 < 0,05
maka 𝐻0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh karakter Spirituality yang signifikan terhadap Penyesuaian
Diri.
60
Tabel 4.14
Hasil Uji F
𝐴𝑁𝑂𝑉𝐴𝑎
Model Sum of Mean F Sig.
df
Squares Square
1 Regression 2594,651 5 518,930 9,288 ,000
Residual 2290,625 41 55,869
Total 4885,277 46
Tabel 4.16
Distribusi Skor per Aspek Character Strength
Rendah Tinggi
Aspek Character Strength
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
62
Tabel 4.17
Distribusi Skor Klasifikasi Kekuatan Karakter
63
Spirituality 1 2,1% 46 97,9%
Total 47 100%
64
Tabel 4.19
Distribusi Skor per Aspek Penyesuaian Diri
Rendah Tinggi
Aspek Penyesuaian Diri
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
𝐴𝑁𝑂𝑉𝐴𝑎
Model Sum of Mean F Sig.
df
Squares Square
1 Regression 2594,651 5 518,930 9,288 ,000
Residual 2290,625 41 55,869
Total 4885,277 46
65
Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel diatas, maka dapat
diketahui nilai F-hitung yang dihasilkan seluruh faktor secara simultan
adalah sebesar 9,288 dan nilai sig. 0,000. Maka hasil pengolahan data
tersebut menunjukkan bahwa tingkat signifikansi sebesar 0,000 < 0,05
maka dinyatakan 𝐻0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh karakter Open Mindness, karakter Kindness, karakter Gratitude,
karakter Humor, dan karakter Spirituality secara simultan terhadap
variabel Penyesuaian Diri.
Selanjutnya menggunakan analisis koefisien determinasi, yang
mana tujuan dari pengujiannya adalah untuk melihat seberapa besar
pengaruh variabel independen dalam mempengaruhi variabel dependen,
maka digunakan pengujian koefisien determinasi dengan cara
mengkuadratkan koefisien tersebut. Dengan menggunakan software SPSS
23 maka diperoleh output sebagai berikut:
Tabel 4.21
Hasil Koefisien Determinasi
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Std. Error of
Square the Estimate
1 .729a .531 .474 7,47455
66
4.2. Pembahasan
4.2.1. Character Strength pada Santri Aisyiyah Boarding School
Pada santri Aisyiyah Boarding School mayoritas memiliki
Character Strength yang pada aspek trasendence. Transcendence memiliki
nilai yang tinggi, kebajikan ini erat kaitannya dengan hubungan
interpersonal antar individu dengan alam semesta, serta cara seorang
individu dalam memaknai hidupnya. Kebajikan atau virtue ini di dalamnya
termasuk lima kekuatan karakter yaitu Appreciation of beauty and
excellence, gratitude, hope, dan spirituality.
Signature strength atau karakter yang mendominasi yang dimiliki
oleh santri Aisyah Boarding School adalah spirituality, humor, open-
mindedness, gratitude dan kindness. Pada karakter Spirituality para santri
memiliki kepercayaan terhadap tuhannya dan mampu memposisikan dirinya
sebagai bagian dari alam semesta, maka para santri sadar bahwa makna dari
hidupnya dan mengetahui dengan jelas tujuan hidupnya. Mereka juga
mengetahui langkah-langkah yang harus dilakukannya guna mencapai
tujuan tersebut. Pada karakter humor menggambarkan kemampuan santri
dalam memberikan energi yang positif seperti memberikan keceriaan dan
senyuman bagi orang lain. Karakter ini juga mencakup senang bergurau dan
membuat orang lain terhibur dengan keberadaan dirinya. Humor dalam
artian umum dapat dianggap sebagai pemikiran yang bersifat
menyenangkan dan membahagiakan sehingga menjadikannya untuk selalu
melihat pada sisi sisi positif dalam menghadapi suatu permasalahan. Santri
mampu menghadapi setiap permasalahan yang ada di pesantren. Pandangan
mereka mengenai hambatan atau kendala yang ada dinilai dari sisi positif
hal tersebut sehingga hal ini tidak akan menjadi hal yang memberatkan
santri. Pada karakter Open mindness santri akan berpikir secara general dan
memiliki persepsi dalam menghadapi suatu permasalahan dan melihatnya
dari berbagai sisi sehingga dapat mempertimbangkan berbagai
67
kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi dan dapat melakukan
penilaian secara objektif.
Signature strength selanjutnya adalah Gratitude yang mana hal ini
merupakan bentuk dari rasa terima kasih yang dimiliki santri dalam
memberikan respons atas pemberian yang telah diterima. Santri
menampilkan karakter yang menunjukkan rasa syukur yang tinggi terhadap
segala yang terjadi dalam hidupnya, dan tak lupa untuk mengucapkan rasa
syukur. Karakter Kindness yang dimiliki artinya dalam diri santri ada
kemauan dan keinginan yang besar untuk menampilkan sikap baik dan suka
rela dalam mambantu orang lain dengan ikhlas tanpa adanya paksaan dari
pihak manapun.
Sedangkan kekuatan karakter terendah pada santri Aisyiyah
Boarding School adalah love of learning dan social intellegence.
Rendahnya karakter love of learning artinya santri cenderung tidak tertarik
dalam melakukan sesuatu yang bersifat baru guna meningkatkan
keterampilan atau menambah pengetahuan yang ada pada dirinya dan tidak
menganggap proses pembelajaran sebagai suatu hal yang bersifat
menantang. Karakter lainnnya yang skornya rendah adalah Social
intelligence yang mencakup pengetahuan diri sendiri serta individu sekitar.
Dalam hal ini, santri kurang memiliki kepekaan dalam menyadari motivasi
dan perasaan orang lain serta kurang memberikan respons yang positif.
Selain itu, santri juga kurang memiliki kepekaan atas perasaannya sendiri,
dan kurang mampu mengolah atau memproses informasi yang bersifat
emosional dengan baik.
69
4.2.3. Pengaruh Character Strength pada Santri Aisyiyah Boarding School
Berdasarkan hasil pengolahan t-hitung menunjukkan bahwa ada
pengaruh Character Strength terhadap Penyesuaian Diri. Berdasarkan Uji
koefisien determinasi terlihat bahwa besarnya pengaruh variabel Character
Strength terhadap Penyesuaian Diri sebesar 53,1%. Sedangkan sisanya
merupakan pengaruh yang diberikan oleh faktor lain yang tidak diteliti.
Artinya variabel character strength ini perannya besar dalam
mempengaruhi penyesuaian diri yang dimiliki oleh santri.
Secara umum dalam perspektif psikologi positif ini lebih
memandang terhadap kekuatan dibanding kelemahan yang menjadi pondasi
dalam proses penyesuaian diri yang efektif. Dalam menghabiskan masa-
masa menimba ilmu di pondok pesantren, santri terus berusaha untuk tetap
berpikiran positif atas apa yang mereka rasakan. Mereka berusaha untuk
menyesuiakan diri dengan kondisi yang ada di pesantren. Hal ini didukung
oleh karakter yang dimiliki oleh para santri. Dari hasil pengujian
ditunjukkan bahwa Character Strength memberi pengaruh yang positif
terhadap penyesuaian diri, artinya penyesuaian diri yang baik yang dimiliki
santri dipengaruhi oleh karakter yang dimiliki oleh santri.
Lima kekuatan karakter tertinggi pada santri Aisyiyah Boarding
School adalah spirituality, humor, open-mindedness, gratitude, dan
kindness. Karakter-karakter tersebut dianggap memberi pengaruh terhadap
penyesuaian diri yang dimiliki oleh santri. Karakter spirituality merupakan
karakter yang menjadikan seseorang dengan karakter ini memiliki
keyakinan yang kuat akan nilai moral yang berlaku dan selalu berusaha
untuk melakukan kebaikan untuk orang lain. Karakter ini menjadikan santri
memiliki perilaku yang taat, suka beribadah, dan menghindari hal-hal yang
melanggar agama. Dalam lingkungan pesantren banyak sekali kegiatan
keagamaan yang dilakukan, baik secara individu ataupun bersama-sama.
70
Dalam hal ini karena para santri memiliki karakter spirituality yang tinggi
mereka dapat mengikuti kegiatan tersebut dengan baik.
Dengan adanya karakter Humor pada diri santri maka setiap
permasalahan yang terjadi di lingkungan pesantren akan ditanggapi sebagai
suatu persoalan yang tidak terlalu serius dan dapat dengan mudah diatasi
sehingga hal ini meminimalisir terjadinya pertengkaran antar santri, dengan
humor juga dapat membuat persepsi santri atas masalah hidup yang
dihadapai merupakan suatu fase yang harus dilewati sehingga nantinya hal
ini akan dianggap sebagai sesuatu yang wajar atau biasa bagi santri. Dalam
menghadapi permasalahan tersebut para santri mencoba menilai dari sisi
baik mengenai segala peraturan dan jadwal kegiatan pesantren yang
mungkin membebaninya. Dengan karakter open mindedness maka santri
dalam membuat kesimpulan atau keputusan akan melakukannya dengan
cara seksama dan tidak terburu – buru. Karakter ini akan menjadikan santri
berpikir secara general dan melihat dari setiap aspek yang ada sehingga
nantinya akan menimbulkan keyakinan atas apa yang telah ia putuskan dan
bersifat objektif. Karakter ini mendukung santri memiliki self image yang
positif.
Dengan karakter gratitude santri akan senantiasa memberikan
apresiasi atas kemurahan hati yang dimiliki oleh orang lain. Kekuatan ini
berupa apresiasi yang diberikan terhadap kehidupan. Santri dengan karakter
ini memiliki rasa syukur yang tinggi atas apa yang terjadi dalam hidupnya,
serta tidak lupa untuk senantiasa mengucapkan rasa syukur. Dengan
karakter ini orang-orang yang di sekeliling santri akan cenderung merasa
dihargai. Tipe bersyukur membantu santri untuk menerima berbagai kondisi
di lingkungan pesantren yang banyak berbeda dengan di rumahnya.
Dengan karakter Kindness santri senantiasa memiliki perilaku ikhlas
secara sukarela saat memberikan bantuan pada orang lain, selain itu juga
memiliki kepedulian kepada orang lain. Ini sangat berpengaruh pada aspek
71
penyesuaian diri sehingga santri memiliki kemampuan untuk membina
hubungan dengan orang lain.
72
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini menyajikan kesimpulan dari hasil penelitian, juga saran
tentang pengaruh Character Strength terhadap penyesuaian diri pada santri
Aisyiyah Boarding School.
5.1.Kesimpulan
Dari hasil pengolahan data penelitian dan hasil analisis data yang
telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan, yaitu:
1. Karakter-karakter yang menonjol atau signature strength yang ada pada diri
santri adalah spirituality, humor, open-mindedness, gratitude dan kindness.
2. Mayoritas santri Aisyiyah Boarding School memiliki penyesuaian diri yang
yang baik, mereka memiliki persepsi yang akurat terhadap realitas artinya santri
mampu membuat perencanaan tujuan hidup yang realistis, yaitu dalam
menuntun perilaku yang sesuai dengan tuntutan lingkungannya
3. Berdasarkan hasil uji hipotesis dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
Character Strength terhadap Penyesuaian Diri. Hal ini menjelaskan bahwa
santri yang memiliki penyesuaian diri yang baik dipengaruhi oleh Character
Strength yang ada pada dirinya. Karakter open mindedness, kindness,
spirituality dan humor adalah karakter yang dominan yang berpengaruh
terhadap penyesuaian diri santri yang baikKarakter-karakter tersebut
mempengaruhi sebesar 53,1% terhadap penyesuaian diri santri.
5.2.Saran
Berdasarkan penulisan penelitian ini, disadari adanya banyak
kekurangan, maka untuk selanjutnya ada beberapa saran yang diajukan yang
bisa dijadikan sebagai pertimbangan bagi peneliti selanjutnya jika akan meneliti
variabel yang sama, yaitu yang terdiri dari saran teoritis dan saran praktis.
73
5.2.1 Saran Teoritis
Pada penelitian ini hanya membahas satu factor yang mempengaruhi
penyesuaian diri, untuk penelitian selanjutnya baiknya membahas factor-faktor
lain yang belum di teliti.
Untuk penggunaan item pada alat ukur yang digunakan untuk
penelitian selanjutnya agar dibuat lebih sedikit dari item yang ada dalam
penelitian ini dengan cara hanya mengkaji karakter-karakter tertentu yang ingin
diketahui saja.
74
DAFTAR PUSTAKA
75
Pritaningrum, Meidiana., Hendriani, Wiwin. (2013). Penyesuaian Diri Remaja yang
Tinggal Di Pondok Pesantren Modern Nurul Izzah Gresik Pada Tahun
Pertama. Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial, Vol.2 No. 3.
Putri, Lestari. (2018). Penyesuaian Diri Santri Putri Baru Pada Kegiatan Wajib di
Pondok Pesantren Al-Amien Purwokerto Wetan. Skripsi. Institut Agama Islam
Negeri Purwokerto.
Rippel, H. (2009). The beginning of positive psychology. [Online]. Diakses dari:
http://www.optimalfunctioning.com/psychology/beginningpositivepsycholog
y.html.
Santoso, S. (2010). Mengatasi berbagai masalah satistika dengan SPSS versi 11.5.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Sarwono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Seligman, M.E.P. (1998). Building human strength: Psychology’s Forgotten mission.
APA Monitor, 29 (1). [Online]. Diaskes dari:
http://nonopp.com/ar/Psicologia/00/pres.htm.
Seligman, M. (2002). Authentic happiness: Using the new positive psychology to
realize your potential for lasting fulfill-ment. New York: Free Press
Schneiders, A.A. (1964). Personal Adjustmen and Mental Health. New York, Holt:
Rinehart and Winston.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Syauqi, Muhammad. (2018). Kelekatan dan Penyesuaian Diri pada Santri Pondok
Pesantren. Skripsi. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
Thania. (2019). Perbedaan Pendidikan Pesantren dengan Sekolah Umum. Diakses
pada 11 Januari 2022 dari, https://www.idntimes.com/life/education/xehi-
dekirty/beda-pendidikan-pesantren-dengan-sekolah-umum-exp-c1c2
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.
76
Waters, L.E. (2011). A review of school-based positive psychology interventions. The
Australian Educational and Developmental Psychologist, 28 (2), hlm. 75–90.
doi: 10.1375/aedp.28.2.75.
Misnita, Herny. Lubis, Lahmuddin. Azis, Azhar. (2015). Hubungan Keyakinan Diri
dan Dukungan Sosial dengan Penyesuaian Diri Mahasiswa. Jurnal
Analitika Vol 7, No 1. https://doi.org/10.31289/analitika.v7i1.861
Tahrir, Zulmi, Ramdani. (2021). Kekuatan Karakter, Religiusitas Islam, dan Identitas
Suku: Studi Awal Pada Santri yang Mengalami Kejenuhan Belajar. Jurnal
Psikoislamika: Jurnal Psikologi dan Psikologi Islam, Vo. 18, No. 1. Bandung:
Fakultas Psikologi UIN Sunan Gunung Djati.
White, A.M. & Waters, L.E. (2014). A case study of ‘the good school: examples of
the use of Peterson’s strengths-based approach with students. The Journal of
Positive Psychology: Dedicated to furthering research and promoting good
practice, 10 (1), hlm. 69-76. doi: 10.1080/17439760.2014.920408.
Yulyani, dan Susandari. (2014). Hubungan antara Character Strength dengan
Penyesuaian Diri pada Santri Putri Kelas Intensif Ponpes Al Basyariyah
Kabupaten Bandung. Jurnal Sosial dan Humaniora, 2 (2), 595. Bandung:
Universitas Islam Bandung.
Yuniar, M., Abidin, Z. & Astuti, T.P. (2005). Penyesuaian Diri Santri Putri Terhadap
Kehidupan Pesantren: Studi Kualitatif pada Madrasah Takhasusiah Pondok
Pesantren Modern Islam Assalam Surakarta. Jurnal Psikologi Undip, 2, 10-
17.
77
LAMPIRAN
78
Surat Perizinan dari Wali
79
Lampiran B Alat Ukur
80
yang telah saya terima.
81
29. Saya selalu menampilkan diri apa adanya dihadapan
siapapun.
30. Saya sering menutupi kebenaran yang saya tahu.
82
menyakiti saya.
83
63. Saya akan memberikan kesempatan kepada orang lain
untuk memperbaiki kesalahannya.
64. Saya rela memaafkan orang lain walaupun ia tidak
meminta maaf.
65. Saya menyadari kesalahan dan kekurangan diri saya.
70. Saya mampu memilih apa yang terbaik untuk diri dan
masa depan saya.
71. Saya tidak melakukan kegiatan dengan cara yang biasa
orang lakukan.
72. Saya mampu mengontrol emosi saya ketika marah.
84
79. Saya merasa yakin dapat memperbaiki masa depan saya.
85
Alat Ukur Penyesuaian Diri
86
pesantren dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat
87
Lampiran C Hasil Pengolahan Data
88
Uji Asumsi Multikolinieritas
Uji Hipotesis t
Uji Hipotesis F
89
Uji Kofisien Determinasi
90
Lampiran D Gambar
91