Professional Documents
Culture Documents
net/publication/298432347
CITATIONS READS
2 1,938
2 authors:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Kartika Dewi on 27 June 2016.
imamsetyawan.psiundip@gmail.com
Abstract
Education evaluation should be based on students’ viewpoints and interest. Based on that, the research was
aimed to determine the importance of purpose oriented study and ability to show empathy to the school well-
being. The proposed hypothesis was there is positive correlation between purpose-oriented study and ability to
show empathy to the school well-being. The study involved 123 senior high school students based on simple
random sampling method. Data were collected using the School Well-being Scale (20 items, α = .81), the
Purpose-Oriented Study Scale (20 items; α = .77) and the Empathy Scale (24 items; α = .79). Regression analysis
was used to test the hypothesis. The result shows that there is a significant and positive correlation between
purpose-oriented study and ability to show empathy to the school well-being (r = .364; p < .001). It emphasizes
the importance of using tolerated interactional teaching-learning process so that the students will be able to
obtain learning meanings that are attached to the school environment.
Keywords: school well-being, purpose oriented study, empathy, high school students
Abstrak
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keterkaitan dan peran orientasi belajar mencari makna
dan kemampuan empati terhadap kesejahteraan sekolah. Urgensi yang menjadi landasan adalah perlunya
peningkatan evaluasi pendidikan yang berdasar pada sudut pandang dan kepentingan siswa. Selain untuk
mendapatkan deskripsi, penelitian ini dikembangkan dengan hipotesis bahwa terdapat korelasi positif yang
signifikan antara orientasi belajar mencari makna dan kemampuan empati dengan kesejahteraan sekolah.
Penelitian melibatkan 123 siswa Sekolah Menengah Atas, dengan teknik pengambilan sampel simple random
sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan Skala Kesejahteraan Sekolah (20 aitem; α = 0,81),
Skala Orientasi Belajar Mencari Makna (20 aitem;α = 0,77) dan Skala Empati (24 aitem; α = 0,79). Hasil analisis
data dengan analisis regresi menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara kesejahteraan sekolah
dengan orientasi belajar mencari makna dan kemampuan empati (r = 0,364; p < 0,001). Hipotesis yang terbukti
dapat menjadi dasar perlunya mengedepankan pembelajaran interaksional yang penuh toleransi dan
memungkinkan siswa mendapatkan arti pembelajaran yang menyatu dengan lingkungan sekolah.
Kata kunci: kesejahteraan sekolah, orientasi belajar mencari makna, kemampuan empati, siswa sekolah
menengah atas
9
10 Setyawan & Dewi
brenner dalam Henry & Huizinga, 2007). Well-being menurut Weisner (dalam
Tidak hanya bekal pengetahuan akademis, Bornstein, Davidson, Keyes & Moore,
sekolah juga tempat pengalihan 2003), dinyatakan sebagai tercapainya
pengetahuan non akademis yang bertujuan kesuksesan hidup yang ditandai dengan
mempertajam soft skill para siswa, sebagai adanya integrasi fungsi fisik, kognitif dan
penunjang usaha pencapaian cita-cita sosio-emosional. Integrasi tersebut
mereka. membuat individu mampu berperan dalam
suatu komunitas, memenuhi kebutuhan
Melihat peran strategis sekolah tersebut, akan hubungan sosial dan mampu untuk
Lipsitz dkk (dalam Santrock, 2002) mengatasi masalah-masalah psikososial
menekankan pentingnya menciptakan serta lingkungan. Melalui pendekatan
lingkungan yang positif bagi perkem- eudamonic atau pyschological well-being,
bangan sosial dan emosional siswa di well-being didefinisikan dalam bentuk
sekolah. Selain kontribusi bagi keunggulan tingkatan ketika seseorang dapat
akademis, perkembangan sosial dan emo- mengaktualisasikan potensi dalam diri
sional merupakan sesuatu yang secara secara maksimal.
intrinsik dirasa penting diperoleh siswa di
sekolah. Urgensi penelitian mengenai kehidupan di
sekolah di Indonesia lebih banyak
Tuntutan tersebut mengharuskan sekolah diarahkan pada quality of school life.
untuk memiliki kemampuan untuk menye- Kekurangan yang mengemuka adalah
suaikan semua kegiatan sekolah dengan penekanan yang lebih menitik beratkan
perbedaan individual dalam perkembangan penilaian, sedangkan kesejahteraan sekolah
fisik, kognitif dan sosial siswa. Evaluasi sudah melihat sampai tingkat kepuasan
menyeluruh terhadap kualitas sekolah siswa terhadap kondisi sekolah. Indikator
menjadi bagian yang tak terpisahkan. well-being memperhatikan kebutuhan
Perundang-undangan di bidang pendidikan material maupun non material dari
telah berusaha mewadahi pentingnya eva- kebutuhan dasar manusia sebagai suatu
luasi melalui Standar Nasional Pendidikan. kesatuan.
Meskipun demikian, sekolah perlu mela-
kukan evaluasi terhadap kehidupan di Kesejahteraan sekolah bermanfaat untuk
sekolah untuk mengetahui aspek-aspek membantu menciptakan lingkungan pem-
yang perlu dikembangkan dalam kehidupan belajaran yang kondusif dan tercapainya
sekolah, melalui siswa sebagai subjek tujuan pembelajaran itu sendiri. Konsep
pendidikan. Evaluasi dilaksanakan untuk kesejahteraan sekolah faktanya masih
memantau apakah kebutuhan tiap siswa belum banyak diteliti di Indonesia. Sekolah
terpenuhi baik secara material maupun non menjadi sering terjebak pada ketercapaian
material. Konsep yang bisa digunakan standar konseptual dan kurang memahami
untuk melihat keberhasilan sekolah menjadi faktor yang mampu membuat siswa lebih
positive environment bagi tercapainya peak senang dan puas dalam menjalani
actualization siswa adalah school wellbeing kehidupan di sekolah, sehingga mampu
(kesejahteraan sekolah). Hal tersebut sesuai menerima pembelajaran yang diberikan
dengan hasil yang didapat Konu & Rimpela secara optimal. Hal yang kemudian terjadi
(2002) melalui penelitiannya yang mem- adalah sekolah melupakan kebutuhan siswa
perlihatkan bahwa untuk mendapat gam- dan pada akhirnya siswa menjadi jenuh
baran bagai-mana meningkatkan kesejah- menjalani kehidupan sekolahnya. Oleh
teraan siswa di sekolah, dapat digunakan karena itu siswa harus memiliki kapabilitas
konsep kesejahteraan sekolah. dan orientasi yang efektif untuk dapat
Tujuan dan aspirasi adalah sebagian faktor Salah satu kemampuan yang dibutuhkan
yang mempengaruhi well-being seseorang. dalam membangun hubungan sosial yang
Faktor tersebut bisa dilihat dari bagaimana efektif adalah kemampuan untuk
pendekatan dan orientasi belajar yang memahami dan berhubungan dengan
dikembangkan oleh siswa. Kecenderungan pengalaman kognitif dan afektif dari orang
yang kemudian banyak ditemui pada siswa lain. Kemampuan tersebut didefinisikan
sebagai subjek pendidikan adalah Wothington dan Wade (dalam Hodgson &
mengutamakan surface learning approach Wertheimer, 2007) sebagai empati. Empati
yang menjebak pembelajaran dalam proses membuat individu memahami kebutuhan
reproduksi pengetahuan dan pencapaian- orang lain, menunjukkan toleransi dan kasih
pencapaian target yang bersifat kognitif sayang, serta mau membantu orang yang
belaka. Orientasi belajar yang mampu sedang dalam kesulitan (Borba, 2008).
membuat siswa melebur dengan proses Langfeld (dalam Escalas & Stern, 2003)
pembelajaran yang dilalui adalah orientasi menjabarkannya sebagai kemampuan untuk
belajar yang bersandar pada deep learning berada dalam kondisi perasaan orang lain
approach. Pendekatan pembelajaran ter- (in feeling).
sebut mampu melahirkan orientasi belajar
mencari makna. Orientasi belajar yang Peningkatan mutu pendidikan tidak bisa
dengannya, siswa cenderung tidak puas hanya bersandar pada faktor ekstrinsik
dengan apa yang diperolehnya semata-mata siswa sebagai subjek. Sangat dibutuhkan
dari pengajar. Mereka mencari dan pemahaman kesejahteraan sekolah, yang
mencoba menangkap esensi pembelajaran merupakan parameter penting dari
yang di dapat dan mengembangkan pem- kesejahteraan siswa. Orientasi belajar
belajaran di luar yang diperolehnya dari mencari makna yang menjadi penentu
pengajar. Orientasi belajar mencari makna kedalaman proses pendidikan, dan
mengantar siswa untuk menjadikan kondisi kemampuan empati sebagai variabel utama
dan lingkungan apapun dan dimanapun interaksi dengan individu lain menjadi
sebagai lapangan (field) belajar. Siapapun sangat penting untuk dilihat perannya.
bisa menjadi sumber belajar dalam
mewujudkan aktualisasi diri. Kepuasan Urgensi dikembangkannya penelitian ini
belajar tidak menjadi dangkal dan terhenti merujuk pada masalah tentang bagaimana
pada materi dan pencapaian prestasi. gambaran kesejahteraan sekolah pada
siswa, dan bagaimana peran orientasi
Faktor lain yang penting dibangun dalam belajar mencari makna dengan kemampuan
usaha aktualisasi diri adalah hubungan empati pada kesejahteraan sekolah siswa.
sosial serta peran sosial. Faktor sosial Kesejahteraan sekolah menjadi masalah
dinilai berpengaruh besar terhadap yang penting untuk diteliti, karena
kepuasan hidup seseorang. Penelitian merupakan salah satu parameter pokok
menunjukkan individu yang lebih sering keberhasilan pendidikan.
terlibat dalam hubungan sosial serta
memiliki peran sosial memiliki tingkat Konsep dasar yang digunakan untuk
kepuasan dalam hidup yang lebih tinggi. membangun kesejahteraan sekolah adalah
Studi lebih lanjut menunjukkan peran sosial teori well-being yang dikemukakan oleh
individu di lingkungan tempat dirinya Allardt (dalam O’Brien, 2008) yang
Kesejahteraan di Sekolah
WAKTU
RUMAH
L K
I PENGAJARAN & PEMBELAJARAN O
N PENDIDIKAN M
G U
N
K SEKOLAH
I
U T
N KESEJAHTERAAN A
G S
A Memiliki Mencintai Kemungkinan Berkembang Kesehatan
N
Gambar 1.
Model Kesejahteraan Psikologi
Sumber: Konu & Rimpela (dalam O’Brien, 2008)
sekolah bisa tercapai bila siswa memiliki dampak terhadap sekolah dan siswa
kepuasan terhadap sekolah mereka. Ke- sekolah. Pendidikan dasar selalu ber-
puasan tersebut berasal dari terpenuhinya gantung pada pendidikan yang diterima
kebutuhan-kebutuhan dasar mereka terkait oleh siswa di lingkungan rumahnya. Begitu
kehidupan di sekolah. juga dengan masyarakat, setiap manusia
hidup tidak pernah lepas dari pengaruh
Definisi school well-being yang digunakan masyarakat dimana individu tinggal.
dalam penelitian berdasar pada teori well-
being dari Allardt yang kemudian Konsep dari kesejahteraan sekolah
dikembangkan agar sesuai dengan kondisi dijabarkan dalam empat aspek. Aspek-
di sekolah. Berdasarkan definisi well-being aspek tersebut terdiri dari : having, loving,
yang paling akhir dapat disimpulkan being dan health status. Having, diwakili
school well-being adalah keadaan siswa oleh kondisi sekolah. Kondisi sekolah
yang mencapai kepuasan dalam peme- meliputi lingkungan fisik di sekitar sekolah
nuhan kebutuhan dasar siswa di sekolah dan lingkungan di dalam sekolah. Kondisi
yang mencakup kondisi sekolah (having), fisik mencakup keamanan, kenyamanan,
hubungan sosial (loving), kebutuhan kegaduhan yang terjadi, pertukaran udara,
pemenuhan diri (being) dan status kese- suhu, dan sebagainya. Indikator lain dari
hatan (health status) dalam kehidupan kondisi sekolah adalah lingkungan
sekolah yang dijalani. pembelajaran yang meliputi mata pelajaran
dan jadwal pelajaran, serta hukuman yang
Konu dan Rimpela (dalam O’Brien, 2008), diberikan kepada siswa. Indikator ketiga
mengemukakan sebuah model school well- meliputi pelayanan sekolah terhadap siswa
being yang terdiri dari empat aspek yaitu seperti pelayanan kesehatan dan konseling
having (kondisi sekolah), loving (hubungan (dalam O’Brien, 2008).
sosial), being (pemenuhan diri), dan health
status (status kesehatan). Konu melihat Loving dalam kesejahteraan sekolah
bahwa health merupakan bagian tersendiri diwakili oleh hubungan sosial. Kebutuhan
yang juga dipengaruhi kondisi eksternal loving meliputi iklim sekolah, dinamika
well-being seseorang, sehingga dipisahkan kelompok, hubungan antara guru dan
menjadi aspek tersendiri. Evaluasi sekolah murid, hubungan dengan teman sebaya,
merupakan alasan utama pengembangan serta hubungan sekolah dengan keluarga
Model Kesejahteraan Sekolah, untuk siswa (dalam O’Brien, 2008).
memperbaiki keadaan sekolah. Model di
gambar 1 memperlihatkan keterkaitan Being, apabila diterapkan di lingkungan
antara well-being, teaching dan educating sekolah dapat dilihat sebagai cara sekolah
(pengajaran dan pendidikan) serta learning dalam memberikan sarana pemenuhan diri.
(pembelajaran), yang berhubungan satu Setiap siswa harus dipertimbangkan
sama lain. Pendidikan serta pembelajaran sebagai anggota komunitas sekolah yang
yang dilakukan siswa di sekolah dengan sama pentingnya. Kategori being dalam
sistem pengajaran yang ada, memberikan school well-being diwakili oleh self
pengaruh pada aspek-aspek well-being fulfillment yang meliputi penghargaan yang
siswa terkait dengan kehidupan sekolah. diberikan sekolah terhadap hasil kerja
Hal tersebut disebut juga kesejahteraan siswa, bimbingan dan dorongan yang
sekolah. diberikan oleh guru kepada siswa,
peningkatan harga diri dan penggunaan
Gambar 1 memperlihatkan bahwa ling- kreativitas (Konu & Rimpelä, 2002).
kungan rumah dan komunitas memiliki
Aspek health status, terdiri dari gejala fisik kegiatan sukarela dapat menumbuhkan
dan mental, demam, penyakit serta keadaan hubungan positif dengan individu lain dan
sakit yang lain. Kemunculan gejala-gejala meningkatkan integrasi sosial. Banyak
penyakit pada periode waktu tertentu sekolah memiliki program layanan
menjadi tolak ukur dari pengukuran health masyarakat yang memberi kesempatan
status siswa. Kesehatan mental siswa juga remaja untuk terlibat dalam sejumlah
menjadi sesuatu yang diteliti dalam kategori kegiatan (Santrock, 2003). Partisipasi dalam
health status. Kecemasan yang ada saat kegiatan yang bermakna berkaitan dengan
siswa menjalani kehidupan sekolah adalah tingginya kepuasan hidup di kalangan
contoh dari gejala mental yang diteliti. remaja.
Keyes & Waterman, 2008). Bagi siswa merasakan apa yang dirasakan orang lain
sekolah, pencapaian serta penghargaan dan memahami alasan mengapa orang
terhadap prestasi yang dimiliki dapat tersebut merasa seperti itu (Azar, Darley, &
meningkatkan kepuasan mereka terhadap Duan, dalam Baron & Byrne, 2008).
kehidupan sekolah yang dijalani (Konu & Empati termasuk kemampuan untuk
Rimpela, 2002) merasakan keadaan emosional orang lain,
merasa simpatik dan mencoba menyele-
Orientasi Belajar Mencari Makna saikan masalah, dan mengambil perspektif
Ramsden (2003) mengemukakan orientasi orang lain. Seseorang dapat menjadi
belajar mencari makna adalah pembelajaran empatik kepada karakter fiktif sebagaimana
yang diarahkan pada dorongan untuk kepada korban pada kehidupan nyata. Davis
mengeksplorasi diluar pengetahuan yang dkk (dalam Hodgson & Wertheimer, 2007)
diperoleh di sekolah. Orientasi belajar mengajukan model konseptual tentang
mencari makna, mendasarkan motivasi empati sebagai suatu konstruk dengan
belajar pada pengembangan diri (aktualisasi dimensi jamak, yakni pengambilan sudut
diri). Pembelajar yang berorietasi makna, pandang (perspective taking), fantasi
sesungguhnya juga mementingkan (fantasy), kepedulian empatik (empatic
diperolehnya pengetahuan secara konkrit. concern), dan tekanan personal (personal
Hanya saja pembelajar tersebut akan distress).
memprosesnya secara reflektif. Makna
adalah sesuatu yang penting baginya, dan Pengambilan sudut pandang merupakan
mereka memiliki kebutuhan untuk proses orientasi pada orang lain yang
mengetahui relevansi dari apa yang bersifat kognitif yang melibatkan kemam-
dipelajarinya. puan untuk mempertimbangkan sudut
pandang orang lain. Pengambilan pers-
Begitu pentingnya orientasi belajar mencari pektif orang lain sebagai patokan penilaian,
makna, sehingga Ormrod (2008) diperlukan untuk menyesuaikan berbagai
memasukkannya sebagai bagian strategi macam alasan egosentrik yang ada,
yang potensial mendorong berkembangnya sehingga dapat mengakomodasi per-
beragam proses kognitif yang lebih tinggi. bedaan-perbedaan antara diri sendiri dan
Penekanan pembelajaran yang bermakna orang lain (Epley, Keysar, Boven &
dan pemahaman konseptual daripada Gilovich, 2004). Fantasi merupakan
penghafalan di luar kepala, sudah kecenderungan untuk mengubah pola diri
semestinya selaras dengan aktifitas-aktifitas secara imajinatif ke dalam pikiran,
otentik yang dapat mendorong transfer perasaan, dan tindakan dari karakter-
ketrampilan berpikir pada setting kehidupan karakter khayalan pada buku, film dan
sehari-hari. Aspek-aspek yang menyusun permainan. Aspek ini melihat
konstruk orientasi belajar mencari makna kecenderungan individu menempatkan diri
adalah pemahaman konseptual, eksplorasi dan hanyut dalam perasaan dan tindakan
wawasan pembelajaran, pemrosesan orang lain. Sementara, kepedulian empatik
reflektif, penekanan pada kemajuan belajar, adalah dimensi afektif dari orientasi
relevansi konkrit-kontekstual. terhadap orang lain yang disamakan dengan
perasaan iba (compassion). Aspek terakhir
Kemampuan Empati yaitu tekanan personal menggambarkan
Empati merupakan respon afektif dan dimensi afektif dari orientasi diri yang
kognitif yang komplek pada distress ditunjukkan dengan menjadi tertekan ketika
emosional orang lain (Baron & Byrne, orang lain terluka atau berada dalam
2005). Orang yang berempati mampu bahaya.