You are on page 1of 18

Jurnal Psikologi Teori dan Terapan

2021, Vo. 12, No. 1, 1-18. https://doi.org/10.26740/jptt.v12n1.p1-18


p-ISSN: 2087-1708; e-ISSN: 2597-9035

Eksplorasi Implementasi Circle Time pada Sekolah Dasar yang Menerapkan


Gerakan Sekolah Menyenangkan

Exploring the Circle Time Implementation in Elementary Schools of Gerakan


Sekolah Menyenangkan

Rizqi Hanabella, T. Novi Poespita Candra


Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

Abstract: This study aims to explore the effectiveness of circle time method as
perceived by both teachers and students in the elementary schools that implement
“Joyful Learning Movement” or Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM). The
participants consisted of 22 students and 7 teachers from four elementary schools
that implement GSM in Yogyakarta, Indonesia. A qualitative method was used, and
data were collected using interviews and focus group discussions. Content analysis
was used to analyze the data. The findings can be categorized in three themes,
namely the benefits, supporting factors, and challenges of the circle time
implementation. The benefits of circle time are indicated by the perceived
improvement of children in terms of self-confidence, self-management, academic
motivation, empathy, social skills, and active learning style. The supporting factors
for circle time implementation as reported by participants include GSM itself, the
flexibility in implementing circle time, and the teachers’ open-mindedness. For the
challenging factors, participants suggest that limited time, available space, solid
learning materials or curriculum, and students’ internal conditions are the main
factors. The research findings can contributes to the better implementation of circle
time in elementary schools.
Keywords: Circle time, emotional-social learning, elementary school

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap efektivitas circle time di


Sekolah Dasar yang mengikuti Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) dari sudut
pandang guru maupun murid. Partisipan penelitian terdiri atas 22 murid dan 7 guru
dari empat sekolah dasar GSM di Yogyakarta, Indonesia. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dengan wawancara dan focus group discussion
sebagai teknik koleksi data. Analisis konten digunakan untuk menganalisis data.
Hasil penelitian menunjukkan manfaat, faktor pendukung, dan penghambat dalam
penerapan circle time. Manfaat circle time ditunjukkan dengan persepsi subjek atas
peningkatan kualitas emosi siswa dalam kepercayaan diri, manajemen diri, motivasi
akademik, empati, serta keterampilan sosial, dan gaya belajar yang lebih aktif.
Sedangkan faktor pendukung circle time adalah GSM itu sendiri, fleksibilitas dalam
pelaksanaan circle time, dan keterbukaan pikiran dari guru. Adapun faktor
penghambat adalah keterbatasan waktu, tempat, materi pembelajaran dan kurikulum
yang padat, serta faktor internal dari siswa sendiri. Hasil penelitian ini dapat
memberikan wawasan yang berguna untuk sekolah dasar yang menerapkan circle
time di sekolahnya.
Kata kunci: Circle time, pembelajaran sosial emosional, sekolah dasar

Korespondensi tentang artikel ini dapat dialamatkan kepada Rizqi Hanabella melalui e-mail:
bellahana28@gmail.com

1
R. Hanabella & T. N. P. Candra: Eksplorasi Implementasi Circle Time pada Sekolah … (1-18)

Permasalahan sosial dan emosi anak logis sistematis, sehingga lebih mudah
masih kerap terjadi di Indonesia, seperti diajak untuk berinteraksi atau berdiskusi
masalah etika, ketidaksopanan, ketidak- (Santrock, 2007). Pemikiran anak sudah
jujuran, kurangnya rasa hormat kepada lebih terarah, dan tidak lagi egosentris
orang tua dan guru, serta berbagai kasus karena sudah lebih baik dalam kemampuan
lainnya (Hadi, 2011). Masalah sosial emosi klasifikasi, bahkan sudah mampu mengam-
yang sering terjadi pada anak salah satunya bil kesimpulan secara probabilistis. Karena
bisa disebabkan oleh kurangnya edukasi itu, pada tahap ini, guru dan orang tua
terkait isu tersebut dalam pendidikan, sudah dapat memberikan pembelajaran
seperti masih rendahnya perhatian ter- sosial dan emosional yang lebih kompleks
hadap penerapan pembelajaran sosial dan dibandingkan dengan pendidikan anak
emosional. Proses pembelajaran masih pada usia lebih dini.
lebih mengutamakan aspek intelektual atau Pembelajaran sosial dan emosi meru-
kemampuan kognitif (Salirawati, 2021; pakan bagian integral dari pendidikan anak
Supardi, 2012; Hadi, 2011). dalam rangka pengembangan kompetensi
Pembelajaran sosial-emosi diperlukan sosial dan emosional mereka, yaitu penge-
untuk membekali siswa agar mampu tahuan dan keterampilan dalam memaha-
menghindarkan diri dari berbagai masalah. mi, memproses, mengelola dan mengeks-
Kautz et al. (2014) melaporkan bahwa presikan emosi dalam hubungan dengan
pembelajaran sosial dan emosional dapat orang lain dalam kehidupan sehari-hari
mengarahkan siswa pada hasil yang luas (Cohen, 2002). Pembelajaran sosial adalah
dan positif, di antaranya mengurangi angka proses di mana anak-anak dan orang-orang
putus sekolah, masalah perilaku di sekolah, dewasa memperoleh dan berlatih menerap-
penggunaan narkoba, kehamilan remaja, kan pengetahuan, sikap, dan keterampilan
masalah kesehatan mental, dan perilaku secara efektif, yang diperlukan untuk me-
kriminal. mahami dan mengelola emosi, menetapkan
Khusniyah (2018) menyatakan bahwa dan mencapai tujuan positif, merasakan
pembelajaran sosial dan emosional penting dan menunjukkan empati kepada orang
diterapkan pada pendidikan sekolah dasar lain, serta membangun dan memelihara
karena pada jenjang ini proses pemben- hubungan positif dan membuat keputusan
tukan karakter anak sudah menjadi tugas yang bertanggung jawab (CASEL, 2008).
perkembangan. Pembelajaran sosial dan Kompetensi inti dalam pembelajaran sosial
emosional di sekolah dasar berguna dalam emosional ini dapat merujuk pada konsep
mengembangkan kepekaan anak terhadap kecerdasan emosi yaitu kesadaran diri,
diri, keluarga, dan lingkungan (Khusniyah, manajemen diri, kesadaran sosial (empati),
2018). Ciri khas perkembangan sosial pada keterampilan dalam berhubungan, dan
usia ini adalah adanya perubahan dalam pengambilan keputusan yang bertanggung
bentuk tingkah laku seperti mulai percaya jawab (Goleman, 2002).
diri, mandiri, bertindak adaptif agar dapat Menurut Goleman (2002), kecerdasan
diterima di lingkungan mereka, serta mun- emosi menuju kepada kemampuan menge-
culnya rasa kesetiakawanan dengan teman nali perasaan kita sendiri dan perasaan
sebaya sehingga ruang gerak hubungan orang lain, memotivasi diri sendiri,
sosialnya bertambah luas (Tusyana & mengelola emosi dengan baik pada diri
Trengginas, 2019). sendiri, dan dalam hubungan orang lain.
Anak Sekolah Dasar yang berusia Goleman (2002) memperluas komponen
antara 8 hingga 11 tahun, dalam tahap kecerdasan emosi menjadi lima wilayah
perkembangan kognitif Piagaet, termasuk utama yang menjadi kompetensi inti dari
dalam operasional konkret yang ditandai pembelajaran sosial emosional. Kelima
oleh berkembangnya kemampuan berpikir komponen tersebut adalah kesadaran diri

2
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan, Vol. 12 No. 1, Agustus 2021

(mengetahui apa yang dirasakan dan ke- time, guru memastikan bahwa setiap anak
percayaan diri yang kuat), manajemen diri diberi kesempatan untuk terlibat. Karena
(mampu menangani emosi hingga ber- itu, circle time dapat mempromosikan
dampak positif kepada pelaksanaan tugas), kompetensi sosial emosional. Hingga saat
motivasi (hasrat kuat untuk bergerak ini, circle time terus dikembangkan di
menuju target), empati (mampu memahami dunia oleh CASEL sebagai aktivitas
perasaan dan masalah orang lain), dan pembelajaran sosial emosional yang
keterampilan sosial (mampu menangani berpedoman pada konsep dari komponen
emosi ketika berhubungan dengan orang kecerdasan sosial emosi Daniel Goleman
lain). dan sudah banyak dilakukan oleh sekolah-
Di Indonesia, terdapat gerakan pendi- sekolah di luar negeri (Pace, 2012).
dikan yang mengkampanyekan penerapan Sementara itu, aktivitas circle time di
pembelajaran sosial emosional berdasarkan Indonesia juga sudah mulai dipraktikkan
kecerdasan emosi Goleman, yaitu Gerakan oleh beberapa Sekolah Dasar (SD) yang
Sekolah Menyenangkan (GSM). GSM berperan serta dalam GSM. Melalui
merupakan gerakan sosial bersama guru pembelajaran sosial emosional dengan
untuk menciptakan budaya belajar yang aktivitas circle time, GSM mengajak anak-
krisis, kreatif, mandiri, dan menyenangkan anak untuk menyadari diri, memanajemen
di sekolah (GSM, 2014). Gerakan ini diri, menyadari relasi sosial, dan membuat
sebagai gerakan akar rumput yang ber- keputusan bertanggung jawab dengan
tujuan untuk merubah paradigma pendi- tujuan untuk membangun kemampuan
dikan yang mengutamakan kesejahteraan pengelolaan emosi dan sosial di sekolah
psikologis (well-being), dengan cara men- (Candra & Rizal, 2019). Circle time pada
transformasi ekosistem sekolah-sekolah GSM juga berpedoman pada konsep dari
pinggiran (Candra & Rizal, 2019). Untuk komponen kecerdasan sosial emosi Daniel
mempromosikan well-being di sekolah, Goleman seperti CASEL. Namun, imple-
GSM menerapkan lima prinsip, yaitu menttasi pembelajaran sosial emosional
keterlibatan anak, konektivitas dengan melalui aktivitas circle time di Indonesia
orang tua dan masyarakat, lingkungan etis masih belum sampai ke arah kurikulum
dan positif, pembelajaran relevan dan yang terstruktur.
kontekstual, serta pembelajaran sosial dan Terdapat empat tahapan penerapan
emosional (Candra & Rizal, 2019). Dalam pembelajaran sosial emosional dengan
menerapkan kelima prinsip ini, beberapa aktivitas circle time pada Sekolah Dasar
sekolah dasar yang menjadi bagian dari dengan GSM yang dijelaskan oleh salah
GSM ini menerapkan salah satu model satu guru GSM. Empat tahapan itu yaitu
pembelajaran yang disebut circle time. provokasi, diskusi, role play, dan refleksi
Circle time adalah sebuah aktivitas (Fajarini, 2020). Provokasi adalah cara
interaksi verbal antara guru dan murid guru untuk untuk menciptakan diskusi di
dengan formasi lingkaran yang berpusat kelas dengan menggunakan buku, video,
pada murid dengan guru sebagai fasilitator. cerita, atau pernyataan. Setelah provokasi
Mosley (2009) mendefinisikan circle time berhasil, diskusi dapat dilakukan. Diskusi
sebagai aktivitas pembelajaran dengan berlangsung dengan guru, antar kelompok,
pendekatan lingkaran yang dilakukan sebe- dan antar teman. Tahap berikutnya adalah
lum dan sesudah bermain atau belajar un- role play yang mana dapat dilakukan di
tuk melatih perkembangan anak, terutama luar kelas maupun di dalam kelas. Murid
pada keterampilan sosial dan emosional dapat mempraktikkan apa yang telah
seperti mendengarkan, mengekspresikan mereka dapat selama diskusi. Tahap
diri, menghormati orang lain, dan penye- terakhir adalah refleksi bersama kelompok,
lesaian masalah mereka. Selama circle teman, guru, maupun dengan diri sendiri.

3
R. Hanabella & T. N. P. Candra: Eksplorasi Implementasi Circle Time pada Sekolah … (1-18)

Beberapa hal yang sering ditanyakan oleh itu, penelitian ini dilakukan untuk meleng-
guru selama refleksi ini yaitu: apa yang kapi wawasan tentang implementasi circle
dilihat, apa yang dirasakan, apa yang akan time dalam pembelajaran yang mene-
dipikirkan, dan apa yang ditanyakan. Pada kankan perkembangan sosial dan emosi
tahapan refleksi, murid diajak untuk siswa. Penelitian semacam ini masih
memberikan kesimpulan dari apa yang jarang dilakukan dibanding topik peran
telah mereka lakukan saat diskusi dan role circle time pada perkembangan kecerdasan
play (Fajarini, komunikasi personal, 15 intelektual (Ramadhanti et al., 2018;
November, 2020). Wahyuni, 2018; Wahyuni et al., 2013).
Glazzard (2016) telah mengungkapkan Selain itu, penelitian terhadap penerapan
bahwa banyak peneliti telah menekankan model pembelajaran circle time pada
peran penting circle time dalam mengem- umumnya masih dilakukan pada tingkat
bangkan keterampilan sosial dan emosi- pendidikan pra-sekolah, dan jarang dikaji
onal siswa. Cefai (2014) secara khusus pada pendidikan Sekolah Dasar.
mengungkapkan circle time berkontribusi Berdasarkan latar belakang tersebut,
dalam mengurangi masalah perilaku sosial penelitian ini bertujuan untuk meng-
dan emosional siswa, dapat membuat eksplorasi manfaat, faktor pendukung, dan
hubungan teman sebaya menjadi lebih baik faktor penghambat implementasi circle
karena memberikan pengalaman belajar time pada Sekolah Dasar yang menerapkan
tentang berteman, dan dapat meningkatkan Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM)
kemampuan mengatur emosi. Santangelo dengan mengambil sudut pandang guru
(2020) menambahkan bahwa hubungan dan murid.
antara siswa-siswa dan siswa-guru yang
positif adalah landasan yang kuat dalam Metode
komunitas kelas, dan salah satu cara untuk
memperkuat hubungan ini adalah melalui Penelitian ini menggunakan metode
penggunaan circle time. Hurst (2013) kualitatif dengan desain studi kasus untuk
menambahkan bahwa aktivitas interaksi mengeksplorasi implementasi circle time
sosial pada pembelajaran di Sekolah Dasar pada Sekolah Dasar yang menerapkan
dapat membantu mengembangkan hu- Gerakan Sekolah Menyenangkan.
bungan positif anak-anak dan mengatasi
masalah di kelas, seperti anak yang ramai. Partisipan
Berdasarkan kebutuhan anak tersebut,
circle time diperlukan sebagai model Partisipan adalah 22 murid yang terdiri
pembelajaran SD. dari 8 murid berjenis kelamin laki-laki dan
Sebagian besar penelitian di Indonesia 14 murid berjenis kelamin perempuan dari
mengkaji tentang beyond centre and empat Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta.
circles times (BCCT) di Sekolah Dasar 22 partisipan tersebut dipilih berdasarkan
yang berpengaruh terhadap perkembangan saran dari guru dan hasil observasi sebe-
kognitif seperti kecerdasan intelektual lumnya oleh peneliti dengan mengamati
siswa. Penelitian Ramadhanti et al. (2018) murid yang bisa diajak berbicara untuk
menemukan bahwa circle time dapat ber- memudahkan peneliti dalam wawancara,
dampak positif terhadap kecerdasan inte- sampel dipilih secara acak dengan mewa-
lektual siswa. Namun, perkembangan kili jenjang umur. Sementara itu, alasan
kognitif ini juga harus sejalan dengan peneliti peneliti menggunakan partisipan
perkembangan aspek lain yaitu sosial dan yang berjumlah 22 murid adalah peneliti
emosi. Beberapa penelitian di dunia pun ingin mengetahui data yang lebih bervariasi
juga telah menekankan peran circle time dari partisipan murid yang lebih banyak
pada sosial emosional siswa. Maka dari karena peneliti merasa kesulitan untuk

4
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan, Vol. 12 No. 1, Agustus 2021

melakukan wawancara secara mendalam informasi mengenai implementasi circle


dari beberapa murid saja sehingga jawaban time. Data direkam menggunakan alat
tema-tema yang muncul dari murid masih perekam suara pada ponsel. Wawancara
umum dan kurang mendalam. pada setiap partisipan penelitian berbeda-
Karakteristik umum dari murid adalah beda, ada yang satu kali wawancara dan
berusia antara 8-11 tahun dengan rincian ada yang lebih dari satu kali wawancara
dua murid berusia 8 tahun, enam murid tergantung kejelasan informasi yang di-
berusia 9 tahun, sepuluh murid berusia 10 berikan dan data yang dibutuhkan peneliti
tahun, dan empat murid berusia 11 tahun. dengan pedoman wawancara yang sama.
Partisipan harus bersekolah di Sekolah Wawancara dilakukan dengan waktu rata-
Dasar dengan GSM di Yogyakarta yang rata 60 menit per sesi. Penjelasan terkait
sudah menjalani circle time. Partisipan wawancara dapat dilihat pada Tabel 1.
lainnya adalah tujuh guru di empat sekolah
dasar dengan GSM yang sudah mene-
rapkan circle time di kelasnya dan tidak
ada kriteria usia khusus untuk guru.
Karakteristik dari guru yang menjadi
partisipan dalam penelitan ini adalah
berjenis kelamin perempuan, berusia antara
tiga puluh sampai lima puluh tahun, dengan
frekuensi penerapan circle time dalam satu
bulan terakhir adalah dua guru menerapkan
circle time setiap hari, tiga guru mene-
rapkan setiap minggu, dan dua guru
menerapkan circle time satu hari dua kali.
Seleksi sekolah dan para partisipan,
dilakukan berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan (purposive) seperti diuraikan
sebelumnya. Proses perekrutan dimulai
dengan cara peneliti menghubungi GSM
untuk mendapatkan daftar nama Sekolah
Dasar GSM di Yogyakarta yang sudah
merapkan circle time di sekolahnya selama Selanjutnya digunakan FGD untuk
minimal dua tahun. Akhirnya, peneliti menggali data yang tidak dapat diperoleh
menetapkan empat Sekolah Dasar yang ketika menggunakan metode wawancara.
bersedia menjadi objek penelitian. Empat FGD menggunakan pertanyaan terbuka
Sekolah Dasar tersebut adalah sekolah dan hanya dilakukan untuk partisipan
yang sudah menerapkan circle time dalam murid dengan memfokuskan topik dengan
rentang waktu dua sampai empat tahun panduan apa yang didapat murid ketika
dengan frekuensi penerapan circle time melakukan circle time. Penelitian ini me-
minimal satu kali seminggu pada tingkat lakukan FGD sesuai dengan prinsip FGD
kelas satu hingga enam. yang mana peneliti menjadi fasilitator atau
pemandu jalannya diskusi, lalu teman pe-
Pengumpulan Data neliti sebagai observer dan notulen untuk
pengamat sekaligus notulensi. Partisipan
Data dikumpulkan menggunakan me- murid yang mengikuti FGD ini dibagi
tode wawancara, focus group discussion menjadi empat kelompok sesuai dengan
(FGD), dan dokumentasi. Wawancara asal sekolah dasar masing-masing. FGD
semiterstruktur digunakan untuk menggali dilakukan dengan waktu rata-rata 45 menit

5
R. Hanabella & T. N. P. Candra: Eksplorasi Implementasi Circle Time pada Sekolah … (1-18)

per sesi, pelaksananya dapat dilhat pada murid, SG merupakan subjek guru, angka
Tabel 2. Untuk mendapatkan data terkait di tengah (000-000) adalah baris verbatim,
aktivitas circle time, peneliti juga mela- lalu Pr merupakan kode untuk jenis
kukan observasi dan merekam saat circle kelamin perempuan dan Lk merupakan
time tersebut berlangsung. Observasi di- kode untuk jenis kelamin laki-laki, dan
lakukan selama bulan November hingga angka di akhir merupakan usia partisipan.
Desember 2019. Observasi tersebut hanya Kredibilitas dari pendekatan ini dapat
digunakan sebagai catatan tambahan pada dilihat pada pengetahuan yang terbentuk
hasil penelitian sebagai pedukung. Lalu dari analisis konten yang dikembangkan
studi dokumentasi dari penelitian ini digu- oleh pandangan para partisipan. Penge-
nakan sebagai pelengkap dari penggunaan cekan dilakukan peneliti secara berulang
metode kualitatif lainnya yaitu berupa sampai ditemukan kepastian datanya. Pe-
rekaman, foto kegiatan, dan video yang meriksaan kredibilitas data menggunakan
memiliki reverensi dengan circle time. triangulasi sumber melalui kepala sekolah
dan triangulasi teknik dengan menco-
cokkan kesesuaian hasil dari wawancara
dengan hasil FGD dan dokumentasi berupa
foto-foto, rekaman, dan video yang telah
diambil selama proses pengambilan data,
dan juga hasil observasi.

Hasil

Hasil penelitian ini dikategorikan


dalam 3 (tiga) bagian untuk menjawab
fokus penelitian, yaitu manfaat circle time,
Analisis Data faktor pendukung, dan faktor yang meng-
hambat.
Data dianalisis menggunakan analisis
konten konvensional. Model ini digunakan Manfaat Circle Time
untuk mendeskripsikan fenomena yang
Hasil penelitian ini menunjukkan ada
diteliti dan dirancang ketika teori tidak ada
beberapa manfaat pembelajaran model
dan terbatas dengan melalui proses peng-
circle time untuk perkembangan sosial dan
kodean (Hsieh & Shannon, 2005). Analisis
emosi siswa, di antaranya adalah adanya
konten dalam penelitian ini diawali dengan
peningkatan sosial emosi murid dalam hal
melakukan proses verbatim. Selanjutnya,
kepercayaan diri, manajemen diri, empati,
pengkodean dilakukan selama proses ana-
motivasi akademik, dan keterampilan so-
lisis data transkrip. Kategori pengkodean
sial. Hasil dari penelitian ini juga menun-
muncul dari analisis melalui pengumpulan
jukkan bahwa circle time berguna dalam
setiap elemen dalam data yang dikatego-
hal merubah sistem pembelajaran di kelas
rikan ke dalam tema yang diidentifikasi
yang semula pasif menjadi aktif.
oleh peneliti. Unit atau tema dianalisis
Hasil kategorisasi data temuan pene-
dengan mengelompokkan konten menjadi
litian terkait manfaat circle time ini dapat
tema berupa kata, frasa, atau kalimat. Data
dilihat baik dari sudut pandang guru
yang terkait tema ditambahkan di bawah
(Gambar 1) maupun sudut pandang siswa
unit. Tema didasarkan pada tujuan pene-
(Gambar 2). Berdasarkan data pada kedua
litian dan akan selalu dikembangkan dan
gambar tersebut diperolehh temuan bahwa
diperbaharui. Arti kode untuk koding di-
baik guru maupun siswa hampir sama da-
uraikan sebagai berikut, SM adalah subjek
lam mempersepsikan manfaat circle time.

6
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan, Vol. 12 No. 1, Agustus 2021

Gambar 1. Manfaat Circle Time dari Sudut Pandang Guru

Gambar 2. Manfaat Circle Time dari Sudut Pandang Anak

Kedua jenis partisipan tersebut mem-


persepsi manfaat circle time meliputi ada-
nya peningkatan kepercayaan diri pada
anak, motivasi akademik, kemampuan ma-
najemen diri anak, empati, dan pening-
katan keterampilan sosial anak. Semua
partisipan dari kategori guru dan siswa
memberikan jawaban serupa untuk seba-
gian besar tema, kecuali tema tentang
pembelajaran yang semula pasif menjadi
aktif yang hanya berasal dari sudut Gambar 3. Persamaan-perbedaan manfaat
pandang guru. circle time bagi guru dan siswa

7
R. Hanabella & T. N. P. Candra: Eksplorasi Implementasi Circle Time pada Sekolah … (1-18)

Penjelasan tentang manfaat circle time orang lain. Guru mengungkapkan karena
selanjutnya diuraikan rinci sebagai berikut. circle time, murid menjadi lebih tanggung
jawab seperti lebih disiplin/tertib, mengerti
Kepercayaan diri anak meningkat mana yang boleh diucapkan dan dikatakan,
dan sikap yang harus dan tidak boleh
Guru mengungkapkan bahwa circle
dilakukan jika menghadapi suatu hal :
time membuat anak menjadi lebih percaya
diri. Percaya diri di sini yaitu keberanian Karakternya jadi terbentuk, sikapnya
yang datang dari keyakinan terhadap jadi lebih baik, kemudian misalnya
kemampuan sendiri. Hal tersebut diung- yang tadinya tidak disiplin, menjadi
kapkan oleh partisipan guru: lebih disiplin (SG6, 290-292, Pr, 32th)

…lebih berani misalnya ada soal siapa Berdasarkan sudut pandang murid,
yang akan mencoba itu lebih berani… murid yang merasakan langsung dampak
(SG3, 100-101, Pr, 50th)
dan manfaat dari circle time pada dirinya,
Selain guru, dari sudut pandang be- terutama pada kemampuan memanajemen
berapa murid juga mengungkapkan bahwa diri mereka, seperti merasa menjadi lebih
ia merasa memiliki keberanian dan rasa disiplin: “Lebih disiplin” (SM9, 185, Pr,
kepercayaan diri setelah melakukan circle 10th).
time. Hal itu diungkapkan oleh seorang
murid (SM12, 86, Pr, 9th): “Dulunya Peningkatan Empati
nggak berani maju sekarang jadi berani.”
Empati dapat dipahami sebagai kemam-
Peningkatan motivasi akaemik puan memahami perasaan orang lain. Empati
di sini bisa berarti saling menghargai,
Motivasi akademik di sini merupakan tolong-menolong, peduli, dan saling mem-
sesuatu yang mendorong, menggerakan, berikan kasih sayang satu sama lain.
dan mengarahkan murid untuk belajar. Seperti ungkapan dari guru :
Guru merasakan murid lebih termotivasi
Ada anak yang nggak harus disuruh,
dalam hal akademik setelah melakukan
mereka sudah kadang membantu temen-
circle time, seperti menjadi lebih semangat nya. (SG4, 134-139, Pr, 33th)
dalam berlajar. Murid pun juga merasakan
hal yang sama. Hasil tersebut diungkapkan … rasa kepekaan, … empati … (SG1,
oleh guru dan murid. 123-134, Pr, 35th)

Intinya sangat membantu sehingga anak Hasil penelitian juga menunjukkan


itu jadi lebih baik misal dari segi bahwa murid merasakan hal yang sama
karakternya, dari segi motivasi. Jadi ketika menjalani pembelajaran circle time.
misalnya tadinya belum semangat
Partisipan murid melaporkan adanya rasa
belajar jadi lebih semangat belajar lagi.
(SG6,323-348, Pr, 32th) empati seperti menjadi saling menghargai
dan memahami sudut pandang orang lain.
Jadi semangat banget belajarnya. (SM1, Circle time membuat mereka tidak hanya
36, Pr, 11th) terfokus pada pendapatnya sendiri, tetapi
juga bisa menerima perspektif yang ber-
Peningkatan kemampuan manajemen diri beda-beda dari para temannya saat ber-
diskusi di lingkaran. Seperti yang diung-
Kemampuan manajemen diri meng- kapkan oleh salah seorang murid (SM6,
akibatkan murid dapat mengontrol sikap 69, Pr, 10th): “Jadi lebih bisa saling
dan perilaku dalam bersosialisasi dengan menghargai orang.”

8
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan, Vol. 12 No. 1, Agustus 2021

Peningkatan Keterampilan sosial anak guru:

Circle time adalah salah satu aktivitas Dulu kita pembelajaran pasif. Sekarang
dari pembelajaran sosial emosi. Ungkapan anak-anak, walaupun satu dua tiga anak
dari beberapa partisipan membuktikan sudah muncul ide-ide, sudah tahu
bahwa circle time sangat berpengaruh jalannya circle time (SG2, 110-111, Pr,
untuk meningkatkan keterampilan sosial, 45th)
di antaranya adalah murid menjadi lebih
Faktor pendukung dalam Circle Time
mudah bersosialisasi yang ditunjukkan
dengan hubungan dengan teman menjadi
Hasil penelitian berupa faktor pen-
lebih baik dan dekat. Selain itu, murid juga
dukung dalam circle time hanya diperoleh
menjadi berani mengungkapkan pendapat
dari perspektif guru saja karena guru
dan memiliki kemampuan dalam menye-
merupakan subjek yang menyelenggarakan
lesaikan masalah. Mengungkapkan pen-
circle time. Hasil yang menunjukkan faktor
dapat dan kemampuan manajemen konflik
pendukung circle time berupa keikut-
tersebut adalah kecakapan utama yang
sertaan dalam GSM, fleksibilitas dalam
menjadi indikator dari keterampilan sosial.
pelaksanaan, dan open-mindedness guru
Guru mengungkapkan :
dapat dilihat pada Gambar 4. Penjelasan
rinci faktor pendukung implementasi circle
Menyelesaikan kasus-kasus di kelas
yang berkaitan dengan perilaku time tersebut diberikan setelah gambar.
menyimpang. Misal, kasus bullying,
terlambat, membolos … (SG1, 116-
117, Pr, 35th)

Kemampuan murid dalam menyelesai-


kan masalah ternyata tidak hanya sekadar
penglihatan dari guru saja, tetapi juga
dirasakan oleh murid. Circle time memberi
manfaat kepada murid untuk mengatasi Gambar 4. Pendukung Circle Time
beberapa masalah yang terjadi di kelas.
Selain itu, karena circle time menekankan Keikutsertaan dalam GSM
keaktifan murid membuat murid menjadi
lebih berani mengutarakan pendapatnya. Keikutsertaan Sekolah Dasar dalam
Hal itu diungkapkan oleh partisipan murid GSM menjadi faktor pendukung imple-
ini: “… dapet mengatasi masalah ...”(SM4, mentasi circle time karena GSM yang telah
27, Pr, 10th); “… dulu nggak berani ber- memperkenalkan dan menindaklanjuti
pendapat, tapi sekarang bisa berpendapat” circle time pada beberapa Sekolah Dasar di
(SM13, 88, Pr, 9th). Yogyakarta. Keikutsertaan GSM dalam
membuat ekosistem sekolah yang positif
Pembelajaran pasif menjadi aktif dan etis juga menjadi faktor pendukung
pelaksanaan circle time. Maksud dari
Circle time adalah aktivitas untuk ekosistem sekolah yang positif dan etis di
berkomunikasi dan tempat di mana murid GSM yaitu lingkungan yang memberi
menjadi terbuka dan bebas mengutarakan ruang pengembangan fisik dan emosi,
pendapatnya. Maka dari itu, guru menye- lingkungan sekolah yang bersih, Layout
butkan karena circle time, pembelajaran di tempat duduk yang bervariasi. Dalam hal
kelas menjadi lebih aktif. Pada tema ini, ekosistem yang positif ini, partisipan guru
data hanya diperoleh dari sudut pandang menyebutkan kepala sekolah yang mem-

9
R. Hanabella & T. N. P. Candra: Eksplorasi Implementasi Circle Time pada Sekolah … (1-18)

bebaskan guru berekspresi, lingkungan gikan? Kayak-kayak gitu. Saya meng-


yang membuat anak nyaman dan menye- ajak mereka untuk berpikir kritis ya.
nangkan, dan tempat yang kondisional. (SG7, 133-146, Pr, 35th)

Pendukungnya kebetulan kalau dari Faktor penghambat dalam Circle Time


sekolah ini kan memang apa ya …
GSM Juga. Jadi eh bu Kepala Partisipan guru menyebutkan beberapa
(Sekolah) pun membebaskan guru penghambat yang dihadapi saat melakukan
berekspresi (SG4, 109-116, Pr, 33th) circle time. Penghambat-penghambat yang
dihadapi oleh guru diantaranya adalah
Fleksibilitas Pelaksanaan Circle Time keterbatasan waktu, tempat, materi pem-
belajaran yang banyak (kurikulum padat),
Fleksibilitas yang dimaksud di sini dan faktor dari anak itu sendiri yang dapat
adalah circle time di sekolah dapat dilihat pada gambar 5.
dilaksanakan di mana saja dan tidak
membebani guru dalam pelaksanaanya,
misalnya tidak membutukan alat-alat
tertentu ketika dilakukan circle time.
Maksud dari tema ini yang terpenting
adalah saat circle time, murid dan guru
dapat berinteraksi secara fleksibel tanpa
membebani satu sama lain.

Kadang itu waktu itu di selasar masjid,


waktu itu di lapangan, waktu itu di
pinggir sungai, waktu itu di selasar.
Jadi kalau misalnya eh tempat itu kita
kondisional… Kalau masalah apa
namanya eh alat-alat, ketika kita circle Gambar 5. Penghambat dalam Circle Time
time kan nggak mem-butuhkan alat-
alat yang khusus karena kita cuman Penjelasan tentang faktor penghambat
ngobrol aja, sharing-sharing. (SG6, implementasi circle time diuraikan berikut.
269-288, Pr, 32th)
Keterbatasan waktu
Open-mindedness dari guru
Keterbatasan waktu menjadi peng-
Open-mindedness yang dimaksud di hambat guru ketika melakukan circle time.
sini adalah guru memiliki pikiran terbuka, Keterbatasan waktu tersebut terjadi ketika
menerima perubahan, beragam ide, dan terdapat banyak kasus yang perlu dibahas
hal-hal baru supaya murid menjadi lebih akan tetapi waktunya terbatas karena
baik lagi. Hal itu penting supaya dapat digunakan untuk mengejar materi kuri-
memotivasi guru untuk tetap melakukan kulum Indonesia yang padat.
circle time.
Kita kekurangan waktu. Sehingga
…yang mendukung saya melakukan mungkin capaian goals dari pembe-
itu gitu aja ya. Ya karena apa, saya lajaran agak sedikit ‘oyak-oyakan’.
ingin murid saya itu lebih baik apa (SG1, 47-51, Pr, 35th)
artinya ketika mereka melakukan
sesuatu mereka bener-bener berpikir Materi pembelajaran yang banyak
eh apa sih manfaatnya buat aku? Apa-
kah aku dengan kayak gini meru- Materi pembelajaran seperti kurikulum

10
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan, Vol. 12 No. 1, Agustus 2021

yang padat menjadi penghambat guru keti- menghargai, mendengar, empati, per-
ka melakukan circle time. caya diri, menjadi termotivasi dari
ucapan gurunya, perilaku dan sosial
Penghambatnya kalau yang di kelas lebih baik, aktif … (KS1, 33-38, Pr,
enam terutama, itu karena materi 35th)
banyak. (SG5, 245-250, Pr, 35th)
keterbatasan waktu dan kurikulum
Keterbatasan tempat sekarang yang materinya banyak.
Untuk pendukung sih yang paling
utama adalah karena kita ikut di GSM.
Guru menyebutkan ruang kelas yang
(KS2, 43-48, Pr, 38th)
sempit bisa menjadi salah satu penghambat
dalam implementasi circle time di sekolah.
Sementara itu, triangulasi teknik di-
lakukan dengan membandingkan hasil
Tapi kalau sekelas, itu ya tempat
sempit ya kita buat circle time. wawancara dan observasi. Salah satu hasil
Seandainya ada ruangan tersendiri dari observasi di tiga sekolah tersebut
(SG2, 72-74, Pr, 45th) menunjukkan bahwa circle time dilakukan
di kelas dengan setting melingkar dengan
Faktor dari anak guru berada di tengah sebagai fasilitator.
Circle time berlangsung dengan saling
Satu guru ada yang menyebutkan sharing antara murid dan guru. Murid yang
bahwa anak yang sulit diajak bercerita ingin berbicara mengangkat tangannya ter-
menjadi penghambat tersendiri. Satu guru lebih dahulu, murid yang lain mendengar-
yang lain menyebutkan anak yang sulit kan hingga kemudian mendapat giliran
dikondisikan dan satu guru lain menyebut- masing-masing untuk berbicara. Hasil dari
kan anak yang tidak fokus. Walaupun hal- observasi tersebut menjukkan bahwa circle
hal tersebut menjadi penghambat, tetapi time mengakibatkan pembelajaran di kelas
guru mempunyai usaha yang dilakukan menjadi lebih aktif, meningkatkan empati
untuk menghadapi itu, seperti dengan cara dengan mendengarkan teman yang sedang
melalui pancingan atau provokasi yang berbicara, kepercayaan diri, dan hubungan
mengakibatkan sedikit demi sedikit murid sosial. Hal tersebut sesuai dengan manfaat
mulai bercerita. Sementara itu, untuk mem- yang diungkapkan guru maupun murid
bangun fokus murid, itu tergantung bagai- berdasarkan data hasil wawancara.
mana pintarnya guru dalam menyikapi dan
melakukan berbagai trik pengkondisian: Pembahasan
“Penghambatnya itu ada anak-anak yang
sulit dalam bercerita” (SG3, 79-80, Pr, Pada bagian ini, pembahasan akan
50th); “Iya, dipancing” (SG3, 82, Pr, 50th). diarahkan pada tiga topik hasil penelitian
Kredibilitas dari hasil penelitian ini yaitu manfaat circle time, faktor yang
juga sudah diuji menggunakan triangulasi menjadi pendukung, dan faktor peng-
sumber dan teknik. Triangulasi sumber hambat dari circle time. Tiga topik ini
menggunakan significant other berupa merupakan isu penting dalam pelaksanaan
kepala sekolah. Semua manfaat-manfaat circle time di Sekolah Dasar dengan
circle time, faktor pendukung, dan merujuk pada literatur.
penghambat yang diungkapkan guru juga
telah diungkapkan oleh kepala sekolah, Manfaat Circle Time
seperti data berikut:
Enam manfaat circle time pada
Circle time mengajarkan anak untuk perkembangan sosial emosi anak diiden-
mengerti bagaimana mereka harus tifikasi oleh guru dan murid yang disajikan

11
R. Hanabella & T. N. P. Candra: Eksplorasi Implementasi Circle Time pada Sekolah … (1-18)

pada gambar 1 dan 2 adalah kepercayaan emosinya. Lalu, pada usia 11-12 tahun,
diri anak meningkat, peningkatan kemam- anak sudah mengetahui tentang baik buruk,
puan manajemen diri anak, motivasi nilai-nilai, dan norma-norma yang berlaku
akademik, empati, peningkatan keteram- pada masyarakat (Suriadi & Yuliani,
pilan sosial anak, dan pembelajaran yang 2006). Untuk perkembangan sosial pada
semula pasif menjadi aktif. Semua parti- masa ini, anak mulai dapat menyesuaikan
sipan memberikan jawaban sama untuk diri dengan lingkungan sekitar, (egosentris)
tema tertentu, kecuali pada tema pem- sikap kooperatif (bekerjasama), dan meng-
belajaran yang semula pasif menjadi aktif utamakan kepentingan orang lain (Tusyana
yang hanya muncul dari sudut pandang & Trengginas, 2019). Berdasarkan usia
guru. perkembangan, circle time menjadi sangat
Manfaat circle time yang diidentifikasi tepat dilakukan di usia ini ditambah lagi
dari jawaban guru dan murid sesuai dengan dengan bukti dari hasil penelitian ini
kompetensi yang akan dicapai murid jika bahwa circle time bermanfaat untuk per-
sekolah menerapkan pembelajaran sosial kembangan sosial dan emosi.
emosional menurut Cohen (2001). Kompe- Peneliti juga merumuskan beberapa
tensi tersebut antara lain adalah kesadaran penyebab lain kemunculan enam tema
diri, kemampuan reflektif dan empati, manfaat circle time untuk perkembangan
kreativitas dalam pemecahan masalah dan sosial dan emosi anak usia Sekolah Dasar.
pengambilan keputusan, kemampuan untuk Pertama, circle time dengan sistem pem-
menajamen diri, bekerja sama, keteram- belajaran yang aktif dapat memberi man-
pilan dalam berkomunikasi secara jelas dan faat pada kepercayaan diri dan motivasi
langsung, belajar untuk memotivasi diri murid. Menurut Tominey (2017), menge-
sendiri, dan memelihara persahabatan. nali dan mendiskusikan emosi di usia 7-11
Tema dari manfaat circle time dari hasil tahun dapat menjadi dasar dari manajemen
penelitian ini juga berhubungan dan sesuai diri. Mendiskusikan emosi termasuk materi
dengan komponen kecerdasan emosi di dalam tahapan pembelajaran circle time.
Goleman yang merupakan kompetensi inti Selanjutnya, di circle time murid dilatih
dari pembelajaran sosial emosional yang untuk menghargai dan merasakan sudut
terdiri dari kesadaran diri, manajemen diri, pandang orang lain. Hal itu yang menye-
motivasi, empati, dan keterampilan sosial babkan empati murid menjadi muncul
(Goleman, 2002). ketika diimplementasikan circle time. Guru
Penelitian ini berhasil menunjukkan yang melatih kemampuan sosial dengan
circle time di Sekolah Dasar memberikan mengajak anak untuk menyampaikan pen-
manfaat sedemikian rupa untuk perkem- dapat terhadap suatu masalah di depan
bangan sosial emosi anak. Hal tersebut teman-temannya membuat keterampilan
karena pada usia sekitar 7-11 tahun, anak sosial anak menjadi meningkat (Tominey,
sudah mengenal dan mengetahui aturan 2017).
yang berlaku. Anak sudah mengetahui Hasil dari penelitian ini yang menun-
konsep adil, rahasia, dan dapat mengung- jukkan bahwa circle time bermanfaat untuk
kapkan emosi yang dirasakannya. Semakin perkembangan sosial-emosi anak seperti
bertambah usia anak, semakin anak dapat peningkatan kepercayaan diri, manajemen
memahami perasaan orang lain. Anak diri, motivasi akademik, empati, keteram-
sudah dapat menyembunyikan, mengung- pilan sosial, dan pembelajaran yang semula
kapkan emosinya, merespon emosi orang pasif menjadi aktif ternyata juga sesuai
lain, dan mengontrol emosi negatifnya. dengan hasil dari penelitian sebelumnya.
Anak mengetahui apa saja yang membuat Glazzard (2016) mengungkapkan bahwa
dirinya merasa sedih, takut dan marah banyak peneliti di dunia telah menekankan
sehingga anak mampu beradaptasi dengan peran circle time dalam mengembangkan

12
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan, Vol. 12 No. 1, Agustus 2021

keterampilan sosial dan emosional murid. adalah anak menjadi lebih mampu menye-
Secara khusus, Glazzard (2016) menekan- lesaikan permasalahan di kelas melalui
kan nilai circle time untuk mengembang- circle time. Hasil tersebut selaras dengan
kan keterampilan berbicara dan menum- hasil penelitian Cefai et al. (2014) yang
buhkan sikap saling menghormati di antara menemukan bahwa circle time berkon-
murid. Melalui circle time, murid dapat tribusi pada kemampuan penyelesaian
belajar berbagi, bergiliran, bekerja sama, masalah perilaku sosial dan emosional.
dan memotivasi satu sama lain. Hasil Dalam circle time, guru melatih kemam-
berupa peningkatan empati, keterampilan puan sosial anak dengan mengajak anak
sosial, dan motivasi sesuai dengan hasil untuk menyampaikan pendapat terhadap
penelitian ini. Mosley (2017) juga mene- suatu masalah di depan teman-temannya
mukan bahwa circle time dapat mem- (Winters, 2017). Hal tersebut yang mem-
berikan motivasi dan pengajaran kete- buat keterampilan sosial anak usia Sekolah
rampilan yang dibutuhkan anak-anak untuk Dasar menjadi meningkat.
mengelola perasaan mereka. Anak di- Hasil penelitian ini juga menemukan
ajarkan untuk saling menghargai ketika ada bahwa circle time telah merubah pem-
teman yang berbicara, dilatih untuk meng- belajaran di Sekolah Dasar yang semula
hargai apapun pendapat teman, diajak pasif menjadi aktif. Hasil tersebut sesuai
untuk berfikir melalui sudut pandang pen- dengan pernyataan Bustamante (2018)
dapat temannya yang berbeda, dan dapat bahwa circle time sebagai aktivitas pem-
membagikan apa yang dia rasakan dengan belajaran aktif meningkatkan partisipasi
orang lain. Ajaran tersebut mengakibatkan murid, manajemen diri, dan merupakan
timbulnya dukungan satu sama lain, men- salah satu cara untuk mendorong keper-
cipatkan motivasi, empati, dan anak men- cayaan diri murid. Aktivitas circle time
jadi lebih saling menghargai ketika terjadi yang menerapkan interaksi antara guru dan
perbedaan. murid dengan fokus terpusat pada murid
Selain motivasi dan empati, hasil pada hasil penelitian ini juga memberi
penelitian ini juga menunjukkan bahwa manfaat pada peningkatan kepercayaan diri
circle time dapat membuat anak lebih anak. Hal tersebut sesuai dengan ungkapan
bertanggung jawab seperti lebih disiplin Suwarjo (2012) dalam penelitiannya yang
atau tertib, mengerti mana yang boleh menyebutkan bahwa interaksi pada pem-
diucapkan dan dikatakan, dan mengerti belajaran dengan fokus ke murid dapat
sikap yang harus dan tidak boleh dilakukan menanamkan nilai percaya diri, kebangga-
jika menghadapi suatu hal. Hasil tersebut an terhadap apa yang dimiliki anak, dan
sesuai dengan penelitan Tominey (2017) lebih menunjukkan peningkatan pada kete-
yang menunjukkan bahwa pada pembe- rampilan sosial dari pada saat pem-
lajaran di Sekolah Dasar, aktivitas yang di belajaran pasif.
dalamnya terdapat diskusi emosi dengan Sebagian hasil penelitian ini sesuai
anak-anak dapat memberi manfaat pada dengan penelitian sebelumnya oleh Curry
manajemen diri anak. Manajemen diri anak dan Bromfield (1998) yang menemukan
yang meningkat dibuktikan dengan sikap bahwa circle time memiliki manfaat dalam
dan perilaku anak yang lebih terkontrol. meningkatkan wawasan, kesadaran, pema-
Dengan adanya keseimbangan di dalam haman, keterampilan sosial, persahabatan,
diri, mengakibatkan anak dapat mengontrol mendorong solusi pemecahan masalah,
sikap dan perilaku dalam bersosialisasi menjelajahi perasaan, dan memunculkan
dengan orang lain (Alder, 2001). Mana- perasaan senang. Selain itu, penelitian ini
jemen diri anak juga berhubungan dengan juga sesuai dengan penelitian studi kasus
peningkatan keterampilan sosial dan yang kualitatif sebelumnya oleh Pace (2012)
paling utama dari hasil penelitian ini yang menemukan adanya manfaat circle

13
R. Hanabella & T. N. P. Candra: Eksplorasi Implementasi Circle Time pada Sekolah … (1-18)

time seperti hubungan guru-murid yang kesadaran tentang pentingnya pembela-


lebih baik, iklim kelas yang positif, sosial, jaran sosial-emosional dan circle time di
emosional, akademis murid yang lebih sekolah (Mosley, 2000). Guru di Sekolah
baik, termasuk peningkatan motivasi dan Dasar yang menerapkan GSM bebas untuk
keterlibatan dalam pembelajaran akademik memilih waktu yang tepat saat melakukan
seperti mendengarkan, komunikasi, penye- circle time, sehingga hal ini juga ber-
lesaian masalah, harga diri, dan berbagi hubungan dengan faktor pendukung kedua
pengalaman. Oleh karena itu, terbukti yaitu fleksibilitas dalam pelaksanaan.
bahwa circle time dirasa tepat dilakukan Aktivitas circle time ini dapat dikatakan
untuk menstimulasi perkembangan emosi fleksibel karena dalam pelaksanaanya
yang baik untuk anak usia Sekolah Dasar. dapat dilakukan secara spontan dan guru
dapat bebas mengembangkan apapun da-
Faktor Pendukung dalam Circle Time lam aktivitas ini sesuai dengan kemam-
puan, keinginan, dan kebutuhan guru mau-
Sebuah aktivitas yang memberikan pun murid.
manfaat pasti memiliki faktor pendukung Para guru menyatakan perlunya lebih
ketika menjalaninya. Penelitian tentang banyak dukungan dari GSM dalam
circle time sebelumnya oleh Pace (2012) perencanaan dan implementasi circle time,
menemukan bahwa memiliki tempat sesuai salah satunya dengan pelatihan-pelatihan.
jadwal, dipromosikan di seluruh sekolah, GSM menyarankan supaya guru mempu-
melibatkan orang tua, menyediakan guru nyai open-mindedness, yaitu pikiran ter-
kelas dengan pelatihan yang memadai, buka, menerima perubahan, beragam ide,
pendampingan, dan sumber daya adalah dan hal-hal baru supaya murid menjadi
faktor-faktor yang akan mendukung circle lebih baik lagi dengan dilakukannya circle
time. Faktor-faktor tersebut agak berbeda time. Penelitian sebelumnya pun mendu-
dengan hasil tema faktor pendukung circle kung dengan menyebutkan motivasi guru
time di Indonesia menurut partisipan guru. untuk berinisiatif dalam menggunakan
Perbedaan tersebut mungkin karena circle circle time menjadi sangat penting jika
time sendiri belum cukup diketahui oleh ingin circle time bermakna dan berhasil
sekolah-sekolah di Indonesia. Maka dari (Mosley, 2009). Penelitian lain oleh
itu, para guru di dalam penelitian hanya Collins (2015) juga menyebutkan bahwa
menjawab dengan tiga tema yang menjadi guru mempunyai motivasi tinggi untuk
faktor pendukung circle time. Tiga faktor melakukan circle time dalam rangka
pendukung yang diungkapkan guru dalam mendorong anak-anak menjadi lebih baik
penelitian ini adalah keikutsertaan sekolah secara sosial dan emosional.
dalam Gerakan Sekolah Menyenangkan,
flekesibilitas dalam pelaksanaan circle Faktor Penghambat dalam Circle time
time, dan open-mindedness dari guru.
GSM menjadi faktor yang sangat Faktor penghambat dalam implemen-
berpengaruh untuk penerapan aktivitas tasi circle time yang ditemukan dalam
circle time karena GSM yang memper- penelitian ini adalah keterbatasan waktu,
kenalkan circle time untuk para guru di tempat, dan beban materi pembelajaran
sekolah dan beberapa kali juga meng- atau kurikulum yang terlalu banyak. Peng-
adakan pelatihan tentang circle time. Hasil hambat dalam pelaksanaan circle time
tersebut menjadi bukti kesesuaian dengan yang terjadi di Indonesia ini sama dengan
penelitian sebelumnya yang menyebutkan yang telah diidentifikasi dalam penelitian
bahwa circle time akan efektif jika ada internasional terdahulu oleh Pace (2012)
dukungan dari kurikulum yang sudah yang menyebutkan penghambat seperti
masuk di kelas dan perlu juga lebih banyak kekurangan waktu karena kurikulum yang

14
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan, Vol. 12 No. 1, Agustus 2021

padat sebagai masalah utama pada imple- dukung implementasi circle time, yaitu:
mentasi circle time yang efektif. Menurut keikutsertaan sekolah dalam Gerakan
Krissandi dan Rusmawan (2015), sebagai Sekolah Menyenangkan, fleksibilitas da-
dampak beban kurikulum yang padat ini, lam pelaksanaan circle time, dan open-
pembelajaran di sekolah menjadi lebih mindedness dari guru. Sementara itu, peng-
berorientasi pada ketuntasan isi materi hambat implementasi circle time adalah
pelajaran, sehingga aktualisasi pengem- keterbatasan waktu, ruang atau tempat
bangan diri siswa menjadi terabaikan, dan aktivitas belajar, dan materi pembelajaran
akivitas pembelajaran sosial-emosional atau kurikulum yang terlalu banyak.
seperti circle time tidak dapat dilakukan.
Kurikulum yang padat membuat siswa Saran
menghabiskan lebih banyak waktu untuk
belajar demi ketuntasan isi materi pelajaran Pembelajaran sosial dan emosional
sehingga waktu menjadi lebih terbatas melalui aktivitas circle time terbukti dapat
untuk implementasi circle time. memberikan kemanfaatan positif pada
Hasil penelitian Cefai (2014) juga siswa. Karena itu, para guru dan pemangku
menunjukkan bahwa kurangnya ruang kebijakan perlu mendukung dan menerap-
dapat menjadi penghambat lain dalam kan model pembelajaran circle time di
circle time. Faktor intrapersonal anak yang tingkat Sekolah Dasar. Selama ini, model
terkadang sulit diajak berbicara, sulit pembelajaran tersebut lebih banyak di-
dikondisikan, dan tidak fokus juga menjadi terapkan pada pendidikan anak usia dini
kendala ter-sendiri. Menurut Department atau pra-sekolah.
of Children and Youth Affairs (2016) Bagi peneliti selanjutnya, disarankan
kecenderungan kurangnya partisipasi anak- agar penelitian terkait implementasi circle
anak diakui menjadi salah satu penghambat time bisa dilakukan pada lebih banyak
utama dalam penerapan circle time. Kedua pihak yang berkepentingan termasuk orang
jenis penghambat ini juga menjadi temuan tua siswa, pengawas sekolah, pihak dinas
dari penelitian ini. pendidikan terkait dan pihak pengambil
kebijakan lainnya. Metode pengambilan
Simpulan data yang digunakan juga disarankan agar
lebih inovatif, terutama pada partisipan
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat murid, agar lebih mudah memperoleh data
diambil kesimpulan bahwa circle time yang rinci. Penelitian kuantitatif juga dapat
bermanfaat bagi murid Sekolah Dasar dilakukan ke depannya untuk membuk-
terutama untuk peningkatan kepercayaan tikan pengaruh circle time terhadap
diri, manajemen diri, motivasi akademik, keterampilan sosial dan emosional siswa
empati, keterampilan sosial, dan pembe- pada tingkat Sekolah Dasar.
lajaran aktif. Terdapat tiga faktor pen-

Daftar Pustaka

Alder, H. (2001). Boost Your Inteligence, Do Preschool Classrooms Use This


Pacu EQ dan IQ Anda (terjemahan). Part of the Day. The Elementary
Penerbit Erlangga School Journal, 118 (4).
https://doi.org/10.1086/697473
Bustamante, A. S., Hindman, A. H.,
Champagne, C. R., Wasik, B. A. Candra, N. P. (2018). Listening to the
(2018). Circle Time Revisted: How Voices of Children, Parents, and

15
R. Hanabella & T. N. P. Candra: Eksplorasi Implementasi Circle Time pada Sekolah … (1-18)

Teachers about Children’s School tion/235436174


Life:Promoting Children’s Wellbeing Collins, B., & Kavanagh, A. M. (2015).
in Yogyakarta, Indonesia. Faculty of Circle time as an inclusive
Medicine, Dentistry and Health learning space: exploring student
Sciences The University of teachers’ prior school experiences.
Melbourne, Australia. All Ireland Journal of Teaching and
http://hdl.handle.net/11343/224390 Learning in Higher Education,7(2),
Candra, N. P., & Rizal, M. N. (2019). 18111–18115.
Sekolah Menyenangkan: Konsep http://ojs.aishe.org/index.php/aishe-
Sekolah yang Mempromosikan j/article/view/181
Wellbeing Berdasarkan Suara Anak- Curry, M., & Bromfield, C. (1998). Circle
Anak, Orang Tua, dan Guru di Time In-service Training Manual.
Indonesia: Grounded Analisis.
Nasen.
(Tidak diterbitkan). Gerakan Sekolah
Menyenangkan. Glazzard, Jonathan (2016). The Value of
Circle Time as an Intervention
Cefai, C., Ferrario, E., Cavioni, V., Carter, Strategy. Journal of Educational
A., & Grech, T. (2014). Circle time and Developmental Psychology,
for social and emotional learning 6(2), 207-215.
in primary school. Pastoral Care in http://dx.doi.org/10.5539/jedp.v6n2p
Education, 32(2), 116–130. 207
https://doi.org/10.1080/02643944.20
13.861506 Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM).
(2014). Tentang Kami Gerakan
Collaborative for Academic Social and Sekolah Menyenangkan.
Emotional Learning (CASEL). https://www.sekolahmenyenangkan.o
(2008). An Educational leader’s
rg/tentang-kami/
guide to Evidence-based Social and
Emotional Learning (SEL) programs. Goleman, D. (2002). Working with
http://www.casel.org/downloads/SEL Emotional Intelligence (terjemahan).
&CASELbackground.pdf PT. Gramedia Pustaka Utama
Cohen, J. (ed.). (2001). Caring classrooms/ Krissandi, A., & Rusmawan, R. (2015).
intelligent schools: The social Kendala Guru Sekolah Dasar dalam
emotional education of young Implementasi Kurikulum 2013.
children. Teachers College Press. Cakrawala Pendidikan, 34(3), 457-
467.https://doi.org/10.21831/cp.v3i3.
Cohen, J. (2002). Psychoanalysis and the 7409
education of children. Journal of
Applied Psychoanalytic Studies, Hadi, S. (2011). Pembelajaran Sosial
4(Special Issue), 1-4. Emosional Sebagai Dasar Pendidikan
http://dx.doi.org/10.1023/A:1015785 Karakter Anak Usia Dini. Jurnal
226222 Teknodik, 25(2), 227-240.
http://dx.doi.org/10.32550/teknodik.v
Cohen, J. & Sandy, S. (2003). Perspectives 0i0.104
in social-emotional education:
Theoretical foundations and new Hsieh, H, -F, & Shannon, S. E. (2005).
evidence-based developments in Three approaches to qualitative
current practice. Perspectives in content analysis. Qualitative health
Education, 21(4), 41-54. research, 15(9), 1277-1288.
https://www.researchgate.net/publica https://doi.org/10.1177/10497323052
76687

16
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan, Vol. 12 No. 1, Agustus 2021

Hurst, B., Wallace, R., & Nixon, S. B. Pace, M. (2012). ‘Let’s get into a circle!’:
(2013). The Impact of Social A study on Circle Time as a whole-
Interaction on Student Learning. school approach. (Master
Reading Horizons: A Journal of dissertation). Faculty of Education,
Literacy and Language Arts, 52(4), University of Malta.
375-398. https://www.um.edu.mt/educ/student
https://scholarworks.wmich.edu/readi s
ng_horizons/vol52/iss4/5 Ramadhanti, M., Sumantri, M. S., &
Kautz, Heckman, Diris, Bas ter Weel, & Edwita, E. (2018). Pembelajaran
Borghans. (2014). Fostering and Sentra dalam Membangun
measuring skills: Improving Kecerdasan Jamak di Sekolah Dasar.
cognitive and non-cognitive skills to Journal of Elementary School, 1(1),
promote lifetime success. 9-21.
Organization for Economic https://doi.org/https://doi.org/10.315
Cooperation and Development. 39/joes.v1i1.168
https://www.oecd.org/education/ceri/ Salirawati, D. (2021). Identifikasi
Fostering-and-Measuring-Skills- Problematika Evaluasi Pendidikan
Improving-Cognitive-and-Non- Karakter di Sekolah. Jurnal Sains
Cognitive-Skills-to-Promote- dan Edukasi Sains, 4(1), 17-27.
Lifetime-Success.pdf https://doi.org/10.24246/juses.v4i1p1
Khusniyah, N. L. (2018). Peran Orangtua 7-27
Sebagai Pembentuk Emosional Santangelo, N. (2020). Perceptions of
Sosial Anak. Jurnal Universitas Circle Time in a Third-Grade
Negeri Mataram, Indonesia, 11(2). Classroom. Masters of Education in
87-101. Teaching and Learning. 28.
https://doi.org/10.20414/qawwam.v https://digitalcommons.acu.edu/metl/
12i1.782 28
Mosley, J. (2017). Step-by-Step Guide to Santrock, J. W. (2007). Psikologi
Circle Time for SEAL. Pendidikan (terjemahan). Kencana.
http://www.circletime.co.uk
Department of Children and Youth Affairs
Mosley, J. (2009). Quality Circle time in (2016). State of the Nation’s
the Primary Classroom. LDA. Children: Ireland 2016. Government
Mosley, J. (2009). Circle time and socio- Publications.
emotional competence in children https://assets.gov.ie/27118/ee5c3232f
and young people. In C. Cefai & P. 60e4e788663bee745e3222c.pdf
Cooper (Eds.). Promoting emotional Supardi, U. S. (2012). Arah Pendidikan di
education: engaging children and Indonesia dalam Tataran Kkebijakan
young people with social, dan Implementasi. Formatif: Jurnal
emotionaland behavioural difficulties Ilmiah Pendidikan MIPA, 2(2), 11-
(pp. 119–130). Jessica Kingsley. 121.
Mosley, J. (2000). A report on the use of https://journal.lppmunindra.ac.id/ind
Jenny Mosley’s whole school quality ex.php/Formatif/article/download/92/
circle tim model in primary schools 89
in the UK. http://www.circle- Suriadi, & Yuliani, R. (2006). Asuhan
time.co.uk/site/research/6 Keperawatan Pada Anak. Sangung
Setia.

17
R. Hanabella & T. N. P. Candra: Eksplorasi Implementasi Circle Time pada Sekolah … (1-18)

Suwarjo. (2012). Penerapan Student Dini dalam Pembelajaran Pai Melalui


Centered Approach pada Pendekatan Beyond Centers and
Pembelajaran Taman Kanak-Kanak Circle Time (BCCT). Al-Riwayah:
Kelompok B (Studi Kasus di Sekolah Jurnal Kependidikan, 10(1), 243-
Laboratorium Rumah Citta). Jurnal 267. https://doi.org/10.47945/al-
Pendidikan Anak, 1(1). 79-102. riwayah.v10i1.151
https://doi.org/10.21831/jpa.v1i1.292 Wahyuni, A. P. S., Suwatra, I. I. W., &
4 Sudatha, I. G. W. (2013). Pengaruh
Tusyana, E., & Trengginas, R. (2019). Pendekatan BCCT (Beyond Center
Analisis Perkembangan Sosial- and Circle Time) Terhadap Prestasi
mosional Anak. Jurnal Iventa, 3(1), Calistung Siswa Kelas I SD di Desa
18-26. Sudaji Kecamatan Sawan Kabupaten
https://doi.org/10.36456/inventa.3.1. Buleleng. Mimbar PGSD Undiksha,
a1804 1(1), 1-12.
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.
Tominey, S. L., Bryon, C. O, Rivers S. E,
php/JJPGSD/article/view/1485/1346
& Shapses S. (2017). Teaching
Emotional Intelligence in Early Winters, A. (2017). Using talking circles in
Childhood. Young Children, 72(1). the classroom. Heartland Community
https://www.naeyc.org/resources/pub College Publication. 1, 1–8.
s/yc/mar2017/teaching-emotional- http://www.heartland.edu/documents
intelligence /idc/talkingcircleclassroom.pdf
Wahyuni, A. (2018). Upaya Meningkatkan
Perkembangan Kognitif Anak Usia

18

You might also like