You are on page 1of 9

PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA 5-6 TAHUN

DI TAMAN KANAK-KANAK ISLAMIYAH


PONTIANAK TENGGARA
Lilis Rustari, Fadillah, Muhamad Ali
Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini FKIP Untan
Email: lilisrustari@gmail.com

Abstract
The aims of this research was to describe the emotional social development of childen aged
5-6 years at Islamiyah kindergarten Southeastern Pontianak. The method used is a
descriptive method with a qualitative approach. Data subjects in this research are
teacher’s and 16 childern, which consists of 7 girls and 9 boys of group B1 with aged 5-6
years Islamiyah Kindergarten Southeastern Pontianak. The techniques used in this
research were observation, interview, and documentation using data collection tools like is
observation guidelines, interview guides, and documentation picture. The results of data
analysis show that the emotinal social development in children aged 5-6 years in the
development of cooperative attitudes with friends still needs guidance and direction from
the teacher. The development of tolerance with friends becomes better because of the
successful direction of the teacher. Expressing self-emotion is uncommon and when it is
quickly resolved the teacher. Get to know manners and manners always done by children.
This habit is a mandatory material for teachers to convey to children in each learning
process. Developing empathy with friends is more dominant initiated by the teacher, in the
learning process children want to listen to other children and have agreed upon together.
Suggestions that can be delivered are that teachers should always explain the positive and
negative sides of cooperative and tolerant attitudes, explain the importance of
implementing manners and manners, the benefits and disadvantages of self-emotion if it
continues to develop and the importance of having a sense of empathy.

Keyword : Emotional Social, Cooperative Attitudes, Child Aged 5-6 Years


PENDAHULUAN dkk, 2005). Dari pendapat tersebut dapat
Anak usia dini mempunyai beberapa dilihat bahwa dalam mengembangkan sosial
aspek perkembangan yang perlu emosional anak dipengaruhi oleh rangsangan
ditingkatkan. Wortham menyatakan bahwa dari lingkungan sekitar, melalui lingkungan
aspek perkembangan anak meliputi sekolah guru dapat memfasilitasi dan
perkembangan fisik-motorik, perkembangan memberikan rangsangan untuk
kognitif, perkembangan bahasa, dan mengembangkan sosial emosional anak
perkembangan sosial-emosional. secara maksimal.
Perkembangan semua aspek tersebut saling Kemampuan sosial emosional anak
mempengaruhi satu sama lain (M. Ramli, usia dini perlu dikembangkan karena sosial
2005). emosional merupakan kemampuan awal
Yudha M. Saputra dkk menyatakan bagi anak untuk berinteraksi dengan
bahwa perilaku emosional anak sangat lingkungannya yang lebih luas. Hal ini sesuai
dipengaruhi oleh reaksi sosial terhadap dengan pendapat Rita Eka dkk bahwa banyak
perilaku emosional anak, cara keluarga dan pendidik anak usia dini
mengembangkan sosial emosional anak yaitu menekankan pentingnya perkembangan
dengan memberikan rangsangan, rangsangan sosial emosional selama masa kanak-kanak
tersebut antara lain rangsangan pendengaran, awal atau tahun-tahun prasekolah (Rita Eka
rangsangan perabaan, rangsangan sosial, dkk, 2008). Berdasarkan pendapat tersebut,
rangsangan penglihatan (Yudha M. Saputra pengembangan sosial emosional anak pada

1
waktu awal sekolah perlu dikembangkan mengekspresikan emosi yang sesuai dengan
karena sebelum memasuki lingkungan kondisi yang ada, mengenal tata krama dan
sekolah anak hanya mengenal lingkungan sopan santun sesuai dengan nilai sosial
keluarga. Oleh sebab itu saat anak memasuki budaya setempat, memahami peraturan dan
lingkungan sekolah anak sudah memiliki disiplin, menunjukkan rasa empati, memiliki
dasar kemampuan sosial emosional sikap gigih (tidak mudah menyerah), bangga
sehingga dapat menyesuikan diri dengan terhadap hasil karya sendiri, dan menghargai
lingkungan yang baru. keunggulan orang lain.
Patmonodewo mengungkapkan bahwa Berdasarkan hal tersebut, yang termasuk
perkembangan sosial dimaksudkan sebagai tingkat pencapaian perkembangan anak pada
perkembangan tingkah laku anak dalam usia 5-6 tahun dalam aspek sosial di
menyesuaikan diri dengan aturan-aturan yang antaranya seperti bersikap kooperatif dengan
berlaku di dalam masyarakat di mana anak teman, menunjukkan sikap toleran, serta
berada. Tingkah laku sosialisasi adalah menunjukkan rasa empati. Bersikap
sesuatu yang dipelajari, bukan sekedar hasil kooperatif ditunjukkan dengan kemauan anak
dari kematangan. Perkembangan sosial untuk ikut bekerja sama dalam melakukan
seorang anak diperoleh selain dari proses kegiatan bersama teman-temannya.
kematangan juga melalui kesempatan belajar Menunjukkan sikap toleran terlihat ketika
dari respons terhadap tingkah laku anak anak mau berbagi dengan teman-temannya
(Patmonodewo, 2003). tanpa membedakan satu sama lain.
Perkembangan sosial emosional dapat Sedangkan menunjukkan rasa empati terlihat
meliputi kompetensi sosial (menjalin dari kesediaan anak untuk menolong
hubungan dengan kelompok sosial), temannya yang memerlukan bantuan atau
kemampuan sosial (perilaku yang digunakan menunjukkan rasa kepeduliannya dengan
dalam situasi sosial), kognisi sosial terlibat dalam kegiatan bermain atau kegiatan
(pemahaman terhadap tujuan dan perilaku lainnya.
diri sendiri dan orang lain), perilaku prososial Diantara beberapa aspek perkembangan
(kesediaan untuk berbagi, membantu, sosial emosional tersebut dibatasi beberapa
bekerjasama, merasa nyaman dan aman, dan point yang akan dibahas, yaitu: bersikap
mendukung orang lain) serta penguasaan kooperatif dengan teman, bersikap toleran
terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan dengan teman, anak mengekspresikan
moralitas (perkembangan dalam menentukan emosinya, mengenal tata krama dan
standar baik dan buruk). menunjukkan rasa empati dengan teman.
Perkembangan sosialisasi dan emosi Alasan penulis membatasi aspek
pada anak tidak terlepas dengan kondisi perkembangan sosial emosional tersebut
emosi dan kemampuan anak merespon karena aspek-aspek tersebut sangat perlu
lingkungannya di usia sebelumnya. dikembangkan oleh anak.
Kemampuan sosialisasi dan emosi anak akan Menurut Suyadi, ada beberapa strategi
berkembang seiring dengan penambahan usia yang dapat digunakan guru untuk
dan pengalaman yang diperolehnya. Aspek menstimulasi perkembangan sosial emosi
kognitif juga berperan penting dalam hal ini anak, yaitu : 1) Menjadi contoh yang baik, 2)
dimana dengan kematangan di segi kognitif, Mengajarkan pengenalan emosi, 3)
anak dapat membedakan hal yang baik dan Memahami dan menanggapi perasaan anak,
buruk berdasarkan nilai-nilai yang ada di 4) Melatih pengendalian diri dan mengelola
masyarakat. emosi, 5) Menerapkan disiplin dengan
Tingkat pencapaian perkembangan konsep empati, 6) Melatih keterampilan
sosial emosional anak usia 5- 6 tahun komunikasi sosial, 7) Tidak mudah marah,
menurut Peraturan Menteri Nomor 58 Tahun sedih, dan cemas, 8) Melatih empati dan
2009 yaitu, bersikap kooperatif dengan peduli pada orang lain, 9) Mengajari akibat
teman, menunjukkan sikap toleran, perilaku (Suyadi, 2013).

4
Sikap kooperatif pada anak usia agresif, dan kadang dibarengi dengan
dini dapat dilihat dari beberapa aspek tindakan yang merugikan dirinya dan orang
diantaranya anak ikut serta dalam lain. (3) Takut, perasaan takut
kegiatan kelompok, ikut membantu teman mengembangkan sinyal-sinyal adanya bahaya
saat melakukan kegiatan kelompok, dan menuntun individu untuk bergerak dan
melakukan kegiatan bersama- sama dengan bertindak. (4) Sedih, perasaan terasing,
teman kelompok, membina hubungan ditinggalkan, ditolak atau tidak diperhatikan
yang baik dengan teman kelompoknya, dan dapat membuat individu bersedih (dalam Ali
mau bermain dengan teman kelompoknya. Nugraha, 2008).
Sikap kooperatif ini sangat penting Menurut Muhadi tata krama dan sopan
untuk anak dapat meningkatkan kinerja santun dengan nilai sosial budaya setempat
akademiknya, dan dapat menerima teman- meliputi sopan santun terhadap pergaulan,
temannya dari latar belakang yang berbeda. sopan santun terhadap lingkungan, sopan
Ada pun faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap orang lain, menerima sesuatu
sikap kooperatif menjelaskan bahwa timbal dengan tangan kanan, tidak berkata-kata
balik, orientasi individu dan komunikasi kotor, kasar dan sombong serta tidak
penting untuk mencapai tujuan dalam meludah disebarang tempat (Muhadi, 2012).
pembelajaran. Bentuk praktik tata krama sederhana
Sikap toleransi anak usia dini adalah yang harus diajarkan kepada anak sejak
kebiasaan bersabar, tenggang rasa dan mereka berumur 5 tahun adalah
kemampuan menahan emosi ketika melihat (1) Mengucapkan tolong dan terima kasih (2)
adanya perbedaan pendapat. Izin Dulu, baru Ambil (3) Meminta Maaf
Kemendiknas menyebutkan beberapa dengan Tulus (4) Menutup Mulut ketika
indikator yang menunjukkan anak sudah Bersin atau Batuk (5) Mengetuk Pintu
mampu mengembangkan sikap toleransi Terlebih dahulu (6) Mengucapkan Permisi
adalah; a) senang bekerja sama dengan (7) Mengajarkan anak betapa
teman, b) mau berbagi makanan atau mainan menyenangkannya membantu orang lain
dengan teman, c) selalu menyapa bila Hurlock mengungkapkan bahwa empati
bertemu, d) menunjukkan rasa empati, e) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti
senang berteman dengan siapa saja, g) tentang perasaan dan emosi orang lain serta
menghargai pendapat teman dan tidak kemampuan untuk membayangkan diri
memaksakan kehendak sendiri, h) mau sendiri di tempat orang lain (Hurlock, 1999).
menengahi teman yang sedang berselisih, i) Goleman menyatakan terdapat 3 (tiga)
tidak suka membuat keributan atau karakteristik kemampuan seseorang dalam
mengganggu teman, j) tidak suka menang berempati, yaitu (1) Mampu Menerima Sudut
sendiri, k) senang berdiskusi dengan teman, Pandang Orang Lain (2) Memiliki Kepekaan
dan l) senang menolong teman dan orang Terhadap Perasaan Orang Lain (3) Mampu
dewasa (Kemendiknas, 2012). Mendengarkan Orang Lain (Goleman, 1997)
Ali Nugraha mendefinisikan emosi Untuk mempermudah para guru
sebagai perasaan yang ada dalam diri kita, membantu meningkatkan perkembangan
dapat berupa perasaan senang atau tidak sosial emosional anak perlu adanya sejumlah
senang, perasaan baik atau buruk (Ali pedoman yang harus diperhatikan, yaitu (1)
Nugraha, 2011). Menghargai, menerima dan memperlakukan
Stewart et all mengutarakan ada anak sesuai dengan martabatnya. (2)
beberapa basic emotions diantaranya adalah: Memahami karakteristik anak (3) Mendorong
(1) Gembira yaitu emosi gembira akan anak berkolaborasi atau bekerjasama sesama
dirasakan apabila seseorang merasa bahagia, teman (4) Menggunakan strategis
dan itu berarti ada suatu hal yang pembelajaran yang luas, untuk memperkaya
menyenangkan hatinya. (2) Marah, pengalaman pembelajaran anak (5)
pengekspresian dari emosi marah biasanya Mempasilitasi anak untuk meningkatkan rasa

5
tanggung jawab akan dirinya sendiri menggunakan multimetode untuk menelaah
(Nugraha, 2011). fenomena yang sama (dalam Danin, 2013).

METODE HASIL PENELITIAN DAN


Dalam melakukan penelitian, seorang PEMBAHASAN
peneliti akan menentukan metode dalam Hasil
memecahkan masalah yang dihadapi agar Berdasarkan hasil pengamatan yang
peneliti dapat mengetahui langkah-langkah dilakukan peneliti yaitu perkembangan sikap
apa yang akan digunakan. Sugiyono (2011) kooperatif dengan teman dari pertemuan
menyatakan bahwa metode penelitian pada pertama sampai pertemuan ke enam terdapat
dasarnya merupakan cara ilmiah untuk 8 anak sampai 15 anak mau bekerja sama
mendapatkan data dengan tujuan dan dengan teman dan saling membantu satu
kegunaan tertentu (Sugiyono, 2011). sama lain. Pada aspek tidak melakukan
Metode yang digunakan dalam pertentangan satu dengan yang lainnya, dari
penelitian ini adalah metode deskriptif. pertemuan ke 1 sampai ke 6 tidak terdapat
Metode penelitian deskriptif adalah mencatat anak melakukan pertentangan satu dengan
secara teliti segala gejala (fenomena) yang yang lainnya.
dilihat dan didengar serta dibacanya (via Berdasarkan hasil wawancara yang
wawancara atau bukan, catatan lapangan, dilakukan peneliti yaitu perkembangan sikap
foto, video tape, dokumen pribadi, catatan kooperatif dengan teman dikarenakan
atau memo, dokumen resmi atau bukan, dan adanya bimbingan dan arahan guru. Tidak
lain-lain), dan peneliti harus membanding- semua anak mau bersikap kooperatif dengan
bandingkan, mengombinasikan, temannya. Untuk mengatasinya guru
mengabstraksikan, dan menarik kesimpulan mengajak anak berkomunikasi dengan cara
(dalam Burhan, 2009). bercerita.
Data-data yang diperoleh peneliti dalam Sikap agar anak mau membantu
penelitian ini bersumber dari hasil temannya dalam bekerja kelompok selalu
pengamatan yang dilakukan pada anak dipacu oleh guru. Keterlibatan guru dalam
kelompok B1, wawancara yang dilakukan mengatasi anak yang tidak mau membantu
peneliti dengan guru kelompok b1 dan satu sama lainnya dengan cara guru selalu
dokumentasi untuk memperoleh data-data memperhatikan ketika anak sedang bermain
mengenai perkembangan social emosional bersama. Anak-anak pernah melakukan
anak 5-6 tahun di TK Islamiyah Pontianak pertentangan sesamanya karena temannya
Tenggara. tidak mau ikut aturan, misalnya teman
Subjek dalam penelitian ini adalah guru memasang lego tidak sesuai dengan yang
yang akan diwawancara mengenai diinginkannya. Jika terjadi pertentangan
perkembangan sosial emosional anak 5-6 kegiatan pembelajaran guru selalu bersikap
tahun di TK Islamiyah Pontianak Tenggara tenang dan menanyakan permasalahannya.
dan 16 orang anak kelompok B1 yang akan Berdasarkan hasil pengamatan yang
diobeservasi untuk mengetahui dilakukan peneliti yaitu perkembangan sikap
perkembangan sosial emosionalnya. toleran dengan teman, dari pertemuan
Penelitian ini menggunakan teknik pertama sampai pertemuan ke enam terdapat
pengumpul data observasi, wawancara, dan 14 sampai 15 yang selalu menunjukkan sikap
dokumentasi. Alat pengumpul data yang tenggang rasa dan dapat menahan emosi dan
digunakan adalah pedoman observasi, keinginan. Namun pada aspek membiarkan
panduan wawancara, dan dokumenter berupa adanya perbedaan pendapat dari pertemuan
foto. Untuk menguji keabsahan data peneliti ke 1 sampai ke 6 tidak semua anak
menggunakan triangulasi. Menurut Denzin membiarkan adanya perbedaan pendapat.
triangulasi adalah aplikasi studi yang Berdasarkan hasil wawancara yang di
lakukan peneliti yaitu perkembangan sikap
toleran dengan teman masih diarahkan guru

6
dengan cara mengajar anak untuk selalu dan sopan santun, dari pertemuan pertama
berbagi kepada teman dan menghargai sampai pertemuan ke enam terdapat 16 anak
teman. Pengarahan yang guru lakukan yang mengucapkan tolong dan terima kasih.
tersebut cukup berhasil. Meskipun terkadang Pada aspek izin dulu baru ambil, menutup
ada anak yang jahil kepada temannya namun mulut ketika bersin atau batuk dan
anak tersebut tidak melakukan pembalasan mengucapkan permisi dari pertemuan ke 1
dan tidak melaporkan kepada guru tetapi sampai pertemuan ke 6 Terdapat 15 anak
hanya berdiam sedih. Adanya kejadian yang selalu melakukannya.
tersebut guru tetap melakukan penyelesaian Berdasarkan wawancara yang dilakukan
agar tidak berkepanjangan dan menjadi peneliti bahwa mengenal tata krama dan
kebiasaan. Terjadi anak yang menjahili sopan santun pada anak selalu diajarkan dan
teman biasanya pada saat bermain. Dalam dibiasakan oleh guru. Anak meminjam
kegiatan pembelajaran tidak pernah terjadi sesuatu barang temannya selalu diajarkan
perbedaan pendapat diantara anak-anak. Jika untuk meminta izin terlebih dahulu baru
terjadi guru cepat melakukan mediasi agar boleh mengambil barang yang akan dipinjam.
anak-anak saling meminta maaf agar tidak Apabila ada anak yang mau bersin atau batuk
terjadi perbedaan pendapat diantara anak selalu menutup mulutnya. Anak selalu
didiknya. mengucapkan kata permisi apabila mau
Berdasarkan hasil pengamatan yang melintasi atau melawati orang-orang di
dilakukan peneliti yaitu mengekspresikan sekitarnya. Anak-anak selalu mengetuk pintu
emosi diri, dari pertemuan pertama sampai apabila mau masuk ruangan belajar atau
pertemuan ke enam terdapat 16 anak kantor dan mengucapkan kalimat
menunjukkan ekspresi gembira, tidak ada assalamualaikum.
yang mengekspresikan perasaan marah, Berdasarkan hasil pengamatan yang
terdapat 1 anak yang memperlihatkan dilakukan peneliti, bahwa mengembangkan
eksperesi takut dan ekspresi sedih terlihat rasa empati dengan teman, pada aspek mau
pada 2 anak pada pertemuan pertama, di bekerjasama dengan teman dari pertemuan ke
pertemuan ke 2 terdapat 1 anak dan pada 1 sampai ke 6 terdapat 14 anak yang
pertemuan ke 3 sampai ke 6 tidak terlihat lagi melakukannya. Pada aspek saling membantu
anak yang mengeksperesikan perasaan sedih. satu sama lain dari pertemuan ke 1 sampai
Berdasarkan hasil wawancara yang pertemuan ke 6 terdapat 15 anak yang
dilakukan peneliti yaitu mengekspresikan melakukannya dan pada aspek tidak
emosi diri anak dalam kegiatan pembelajaran melakukan pertentangan dengan lainnya
selalu mengekspresikan emosi bergembira. secara keseluruhan atau 16 anak tidak pernah
Jika anak tidak menunjukkan emosi yang melakukannya.
gembira guru mengajak anak-anak bernyanyi Berdasarkan hasil wawancara yang
dan memberikan pengertian bahwa dilakukan peneliti, bahwa mengembangkan
bersekolah menjadi banyak teman dan harus rasa empati dengan teman pada anak terlihat
senang. Anak-anak biasa menunjukkan dari proses pembelajaran anak-anak mau
perasaan marah kepada temannya jika tidak menerima usulan atau sudut pandang teman-
meminjamkan alat pelajaran atau mainan. Ini temannya. Guru selalu memberikan
terjadi pada anak laki-laki, namun marah dukungan kepada anak-anak yang mau
anak tersebut hanya berupa melaporkan menerima sudut pandang temannya dengan
kepada guru dan tidak dalam bentuk memberikan pujian dan acungan jempol. Jika
kekerasan fisik. Dalam kegiatan temannya diejek tidak mau berteman terlihat
pembelajaran biasa terjadi perasaan marah, perasaan sedih temannya sebagai bentuk
sedih dan takut dialami anak tetapi dapat sikap empati dengan teman. Perasaan empati
diselesaikan guru. dengan temannya dapat diketahui yaitu anak
Berdasarkan hasil pengamatan yang tersebut diam saja, tidak mau berbicara serta
dilakukan peneliti yaitu mengenal tata krama wajahnya cemberut. Dalam proses

7
pembelajaran anak-anak mau mendengarkan ancaman maupun perintah, tetapi lebih
anak-anak lainnya karena sudah disepakati bijaksana dengan menggunakan cerita-cerita
bersama pada memulai kegiatan yang menggambarkan tokoh yang suka
pembelajaran di dalam kelas. Jika terdapat bekerja sama dengan dengan orang lain.
anak yang tidak mau mendengarkan anak- Berdasarkan hasil dari observasi,
anak lainnya terlebih dahulu suasana dalam wawancara, dan dokumentasi, bahwa
kelas ditenangkan dan anak-anak diminta perkembangan sikap toleran dengan teman
duduk yang rapi dan memperhatikan apa yaitu dengan pengarahan yang guru
yang disampaikan guru. lakukan berkaitan dengan sikap tenggang
rasa dengan temannya cukup berhasil.
Pembahasan Meskipun terkadang ada anak yang jahil
Berdasarkan hasil dari observasi, kepada temannya sehingga terkadang tidak
wawancara, dan dokumentasi, bahwa dapat menahan emosinya. Akan tetapi tidak
perkembangan sikap kooperatif dengan selalu terjadi pada setiap kegiatan
teman yaitu sikap agar anak mau membantu pembelajaran terdapat anak yang suka
temannya dalam bekerja kelompok selalu menjahil teman-temanya. Apabila anak-anak
dipacu oleh guru. Keterlibatan guru dalam melakukan pertentangan sesamanya dalam
mengatasi anak yang tidak mau membantu suatu kegiatan pembelajaran guru selalu
satu sama lainnya dengan cara guru selalu bersikap tenang dan menanyakan
memperhatikan ketika anak sedang bermain permasalahannya.
bersama. Anak-anak pernah melakukan Pada umumnya pengarahan guru di
pertentangan sesamanya selama melakukan sekolah lebih didengar dari pada pengarahan
kegiatan bersama dapat terjadi ketika orangtua di rumah. Realitas ini merupakan
temannya tidak mau ikut aturan, misalnya momentum yang sangat efektif untuk
teman memasang lego tidak sesuai dengan memberikan pesan atau pengarahan kepada
yang diinginkannya. Pertentangan sesamanya anak agar mau mengembangkan sikap
dalam suatu kegiatan pembelajaran diatasi toleransi atau tenggang rasa dengan teman.
guru dengan bersikap tenang dan Sikap toleransi sangat penting dikembangkan
menanyakan permasalahannya. Kemudian si sejak dini karena dapat membentuk karakter
anak diberikan pengertian dan mengajak anak pada masa pertumbuhannya.
anak-anak tersebut saling meminta maaf Rendahnya sikap toleransi dapat
kepada temannya. berdampak sikap egois yang maunya menang
Guru mengajak anak berkomunikasi sendiri. Anak yang terbiasa bersikap egois
adalah suatu kebiasaan positif. Melalui ada kecenderungan melecehkan maupun
komunikasi guru dapat bercerita berbagai menjahili temannya. Hal ini disebabkan anak
kiasan dan perumpamaan kepada anak agar tersebut selalu merasa benar dan memiliki
dapat mempengaruhi pola pikir anak tentang argumentasi yang tegas meskipun tidak
manfaat dan pentingnya saling bekerja sama rasional. Jika bertemu dengan temannya yang
dengan teman. Demikian juga jika sering memiliki sikap egois maka dapat
bertentangan dengan teman maka guru harus menimbulkan pertentangan. Kondisi tersebut
mendapatkan solusi yang arif serta netral memerlukan guru sebagai penengah untuk
tanpa memihak. mendamaikan pertentangan terjadi.
Pada umumnya anak usia dini sangat Sikap toleran penting dikembangkan
mudah terpengaruh dengan cerita-cerita guru sejak anak usia dini, karena jika tidak
sehingga pada akhir cerita guru dapat dibiasakan memiliki sikap toleran jika anak
menyimpulkan bagaimana perilaku tokoh dewasa sulit untuk berubah. Sikap toleran
yang baik menjadi objek cerita guru tersebut. dapat terjadi dalam permasalahan yang
Oleh karena itu, untuk mengembangkan positif dan negatif. Oleh karena itu
sikap kooperatif anak tanpa harus mengembangkan sikap toleran pada anak usia
menggunakan kata-kata yang keras, bernada dini betul-betul dijelaskan sikap toleran yang

8
bagaimana harus dimiliki dan dikembangkan gembira akan dapat menjadi lalai dan
anak. Sikap toleran dalam hal positif dan ceroboh sehingga tidak menyadari bahaya
negatif harus diketahui oleh anak sehingga yang dapat terjadi. Demikian juga perasaan
tidak semua hal dapat ditunjukkan dengan takut yang berlebihan dapat membuat anak
sikap toleran. menjadi penakut untuk melakukan berbagai
Berdasarkan hasil dari observasi, kegiatan yang bermanfaat sehingga menjadi
wawancara, dan dokumentasi, bahwa pendiam atau pemurung. Mengekspresi
mengeksperesikan emosi diri yaitu anak-anak emosi marah yang berlebihan juga tidak baik
dalam kegiatan pembelajaran selalu bagi anak dapat membentuk tempramental
mengekspresikan emosi bergembira. Jika anak menjadi bersikap kasar dan emosional.
anak tidak menunjukkan emosi yang gembira Ekspresi emosi anak penting diperhatikan
guru mengajak anak-anak bernyanyi serta dan diatasi guru agar tidak menjadi suatu
memberikan pengertian kepada anak yaitu karakter permanen anak.
kita sekolah menjadi banyak teman dan harus Berdasarkan hasil dari observasi,
senang. Meskipun kadang anak-anak biasa wawancara, dan dokumentasi, bahwa
menunjukkan perasaan marah kepada mengenal tata krama dan sopan santun yaitu
temannya jika tidak dipinjamkan alat anak meminta bantu dengan temannya
pelajaran atau mainan. Untuk mengatasi meminta tolong selalu diajarkan supaya
emosi anak yang terlihat marah-marah mengucapkan kata terima kasih. Anak
dengan temannya guru menanyakan meminjam sesuatu barang temannya selalu
masalahnya terlebih dahulu, kemudian diajarkan untuk meminta izin terlebih dahulu
diberikan nasehat dan meminta maaf kepada baru boleh mengambil mengambil barang
temannya. yang akan dipinjam. Anak yang mau bersin
Ada anak-anak mengekspresikan atau batuk selalu menutup mulutnya. Anak
perasaan takut, yaitu kalau tidak bisa selalu mengucapkan kata permisi apabila
menyelesaikan kegiatan yang berlangsung mau melintasi atau melawati orang-orang di
saat itu. Apabila melihat kondisi tersebut sekitarnya. Anak-anak selalu mengetuk pintu
guru cepat memberikan support dan apabila mau masuk ruangan belajar atau
mengatakan kamu pasti bisa kantor dan mengucapkan kalimat
menyelesaikannya dengan cepat dan baik. assalamualaikum.
Terjadinya perasaan takut pada anak Tata krama dan sopan santun merupakan
cenderung disebabkan ditinggalkan orangtua sesuatu hal yang penting untuk dibiasakan
yang mengantarnya pulang ke rumah. pada anak usia dini. Dengan memiliki tata
Dalam lingkungan sekolah taman kanak- krama dan sopan santun anak akan mudah
kanak anak-anak harus selalu dibuat gembira bergaul dan diterima dan disenangi teman-
sehingga menimbulkan kesan bahwa sekolah temannya. Jangan beranggapan bahwa anak
itu sesuatu yang menyenangkan dan bukan yang tidak menunjukkan nilai tata krama dan
tempat yang menakutkan. Perasaan takut atau sopan santun itu sebatas anak usia dini nanti
ekspresi yang tidak menunjukkan perasaan jika sudah tumbuh dewasa pasti berubah.
gembira dari anak harus dapat diketahui guru Pada dasarnya tata krama dan sopan
sehingga dapat dengan cepat diatasi guru santun anak remaja atau dewasa terbentuk
sehingga anak-anak selalu merasa gembira sejak anak usia dini sehingga menginjak usia
berada di sekolah. remaja sudah menjadi kebiasaan yang sulit
Mengekspresikan emosi gembira, takut ditinggalkan. Oleh karena itu di lingkungan
maupun marah merupakan suatu hal yang sekolah menjadi tanggung jawab guru-guru
normal atau alamiah karena berdasarkan untuk mengembangkan dan menerapkan
perasaan yang dialami. Meskipun demikian kebiasaan tata krama dan sopan santun yang
jika mengekspresikan suatu perasaan yang berlaku umum dan di rumah merupakan
terlalu berlebihan dapat berdampak negatif. tanggung jawab orang tua.
Misalnya terlalu mengekspresikan perasaan

9
Sepintas kilas kebiasaan tata krama dan penjelasan mengenai perasaan empati yang
sopan santun seperti mengucapkan kata cenderung bersifat negatif.
permisi, mohon izin, terima kasih, mohon Guru harus menjelaskan apabila
maaf dan memberi salam merupakan hal temannya bertindak negatif tidak mesti
yang kecil dan sepele. Sesungguhnya kata- didukung karena mendukung perbuatan yang
kata tersebut memiliki makna yang sangat salah dan keliru dapat merugikan diri sendiri.
dalam dan dapat menurunkan emosi negatif Dalam hal ini bukan berarti tidak memiliki
orang yang mendengarnya. perasaan empati dengan teman tetapi harus
Kebiasaan yang menjadi tata krama dan memandang segi positif dan negatifnya.
sopan santun harus dapat menjadi dasar Perasaan empati anak relatif lebih cepat
dalam kegiatan pembelajaran bagi anak-anak muncul jika ada teman akrabnya yang
usia dini sehingga dalam pelaksanaan mengalami pelecehan dari teman lainnya.
pembelajaran anak-anak tidak merasa Anak yang memiliki rasa empati yang
terintimidasi oleh teman-temannya. Hal ini tinggi terhadap temannya biasanya memiliki
disebabkan jika temanya ingin meminjam perasaan yang sensitif sehingga perlu
sesuatu minta izin terlebih dahulu, jika ada diberikan pengertian oleh guru bahwa
kesalahan selalu disertai kata maaf dan selalu perasaan empati perlu dimiliki setiap orang
mengucapkan terima kasih serta memberi tetapi jangan sampai menyebabkan anak
salam kepada teman-temannya. tersebut menjadi emosional dan menanamkan
Berdasarkan hasil dari observasi, perasaan dendam yang berkepanjangan. Oleh
wawancara, dan dokumentasi, bahwa karena itu, rasa empati terhadap teman harus
mengembangkan rasa empati dengan teman dipilah-pilah berdasarkan konteks
yaitu selama proses pembelajaran kadang- permasalahan yang ada sehingga tidak
kadang anak-anak mau menerima usulan atau melebar dan merembet pada hal-hal tidak
sudut pandang teman-temannya. Guru semestinya. Pemahaman ini perlu ditegaskan
menyikapi apabila ada anak-anak tidak mau agar tidak mengkultuskan seseorang itu jahat
menerima sudut pandang anak lain dengan terus menerus.
cara memberikan dukungan kepada anak-
anak yang mau menerima sudut pandang SIMPULAN DAN SARAN
temannya dengan memberikan pujian dan Simpulan
acungan jempol. Terdapat juga diantara anak- Berdasarkan hasil penelitian dan
anak yang memiliki perasaan sensitif pembahasan yang telah dilakukan oleh
terhadap perasaan anak-anak lainnya. dalam peneliti secara umum dapat disimpulkan
proses pembelajaran anak-anak mau bahwa perkembangan sosial emosional anak
mendengarkan anak-anak lainnya. Jika ada usia 5-6 tahun di Taman Kanak-Kanak
anak yang memiliki perasaan empati dengan Islamiyah Pontianak Tenggara meliputi
temannya dapat diketahui yaitu anak tersebut perkembangan sikap kooperatif, sikap
diam saja, tidak mau berbicara serta toleran, eksperesi emosi diri, tata krama dan
wajahnya cemberut. Jika terdapat anak yang sopan santun dan rasa empati dengan teman
tidak mau mendengarkan anak-anak lainnya cukup memuaskan.
terlebih dahulu suasana dalam kelas Secara khusus dapat diambil
ditenangkan. kesimpulan, bahwa (1) Perkembangan sikap
Dalam usia dini seorang anak juga kooperatif dengan teman pada aspek mau
memiliki rasa empati dengan temannya. bekerja sama dengan teman, saling
Perasaan empati tersebut dapat bersifat membantu satu sama lain dan tidak
positif maupun negatif. Menyikapi hal itu melakukan pertentangan satu dengan yang
guru memiliki peran yang penting lainnya masih perlu diperlu bimbingan dan
mengembangkan perasaan empati anak pengarahan dari guru. Sebelum memulai
dengan temannya serta memberikan melaksanakan tugas-tugas dari proses

10
pembelajaran guru selalu menginstruksikan dilakukan agar sikap toleran yang
agar anak-anak menyelesaikan pekerjaannya dikembangkan anak semata-mata untuk
bersama dengan teman. (2) Perkembangan tujuan yang baik. (c) Hendaknya guru
sikap toleransi dengan teman pada aspek membiarkan anak mengekspresikan emosi
sikap tenggang ras, dapat menahan emosi dan diri, baik emosi bergembira, emosi marah,
keinginan dan membiarkan adanya perbedaan emosi takut dan emosi sedih. Kemudian guru
pendapat menjadi lebih baik karena menjelaskan apa manfaat dan kerugian jika
berhasilnya pengarahan guru. Anak-anak emosi tersebut terus menerus berkembang.
sangat patuh dan mengikuti apa yang disaran (d) Hendaknya dalam mengenalkan tata
dan diarahkan guru. (3) Mengeksperesikan krama dan sopan santun guru harus
emosi diri pada aspek ekspresi emosi mengajarkan secara kontinyu, memberikan
gembira, marah, takut dan sedih dalam proses contoh konkrit dan menyuruh anak
pembelajaran sangat dominan menunjukkan mempraktekkan ajaran tata krama dan sopan
esksperesi gembira. Ekspresi emosi marah, santun yang berlaku umum. (e) Dalam
takut dan sedih jarang terjadi dan kalau ada mengembangkan rasa empati dengan teman
cepat diselesaikan guru. (4) Mengenal tata guru menjelaskan rasa empati yang perlu
krama dan sopan pada aspek mengucapkan dikembangkan serta menyarankan agar
tolong dan terima kasih, izin dulu baru ambil, perasaan empati tersebut mengganggu
menutup mulut ketika bersin atau batuk dan perasaan terlalu jauh. (2) Bagi Anak, yaitu
mengucapkan permisi selalu dilakukan oleh guru lebih memperhatikan anak yang nangis
anak-anak. Kebiasaan ini merupakan materi jika ditinggalkan orangtua yang
wajib bagi guru untuk disampaikan kepada mengantarnya agar tidak mengganggu dan
anak pada setiap proses pembelajaran. (5) menjadi pusat perhatian anak-anak lainnya.
Mengembangkan rasa empati dengan pada (3) Bagi Peneliti Lainnya, yaitu supaya
aspek mau bekerja sama dengan teman, diperoleh hasil penelitian yang lebih akurat
saling membantu satu sama lain dan tidak seharusnya peneliti menggunakan sampel
melakukan pertentangan satu dengan lainnya dalam jumlah yang besar.
lebih dominan diprakarsai oleh guru, yaitu
dalam proses pembelajaran anak-anak mau DAFTAR RUJUKAN
mendengarkan anak-anak lainnya dan sudah Burhan Bungin. (2009). Analisis Penelitian
disepakati bersama pada memulai kegiatan Data Kualitatif. Jakarta: Raja
pembelajaran di dalam kelas. Grafindo.
Hurlock, Elizabeth B. (1978). Perkembangan
Saran Anak Jilid 1. (Penerjemah Meitasari
Beberapa saran yang dapat dijadikan Tjandrasa). Jakarta: Erlangga.
sebagai bahan pertimbangan bagi pihak- Izzaty, Rita Eka. dkk. (2008).
pihak yang berkepentingan mengenai Perkembangan Peserta Didik.
perkembangan sosial emosional anak 5-6 Yogyakarta: UNY Press.
tahun di TK Islamiyah Pontianak Tenggara, Kemendiknas. (2012). Pedoman Pendidikan
yaitu (1) Bagi Guru (a) Hendaknya guru Karakter Pada Anak Usia Dini.
selalu menjelaskan terlebih dahulu sisi positif Jakarta: Departemen Pendidikan
dan negatif dari sikap kooperatif sehingga Nasional.Nugraha, Ali. (2011). Metode
anak tidak salah penafsiran untuk Pengembangan Sosial Emosional.
mengembangkan sikap kooperatif dengan Jakarta: Universitas Terbuka.
teman, karena hal negatif tidak perlu untuk Ramli, M. (2005). Pendampingan
bersikap kooperatif (b) Hendaknya guru Perkembangan Anak Usia Dini.
menjelaskan kepada anak mengapa perlu Jakarta: Dirjen Dikti PPLPTK
adanya sikap toleran dengan teman. Hal ini Departemen P dan K.

11

You might also like