You are on page 1of 10

PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK MELALUI

PERMAINAN TRADISIONAL ULAR-ULARAN

Dwi Nurhayati Adhani


Inmas Toharoh Hidayah
Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan Universitas Trunojoyo Madura
email: Uwi_anhani414@yahoo.com

Abstract : Improve Social Skills of Children Through The Traditional Game Snake Hose. In
every child‘s development always bring uniqueness that can not be suspected. According Hurluck
growth and development of children include the development of emotional, physical, language and
social. In this case to improve the social growth of children requires a skill. The research focus is
to look at a design and implementation of traditional gemes on early childhood, as well as several
important tradisional games in early childhood social development. This research type of field
research, are qualitative. The results of this study stated that tradisional games can stimulate
various aspects of child development in particular aspects of social skill. Through the games
children can learn to socialize with friends, children learn compactness, children learn self-control
or control their emotions, children learn to be responsible, children learn discipline with rules and
learn to respect others. Thus the stimulation of traditional social skills through games and songs
motion can make a child who has a personal emotional intelligence

Key words: Social Skills, Tradisional Games, Early Childhood

Abstrak : Peningkatan Keterampilan Sosial Anak Melalui Permainan Tradisional Ular-


ularan. Dalam setiap perkembangan anak selalu memunculkan keunikan yang tidak bisa diduga.
Menurut Hurlock pertumbuhan dan perkembangan anak meliputi perkembangan emosi, jasmani,
bahasa dan sosial. Dalam hal ini untuk meningkatkan pertumbuhan sosialpada anak dibutuhkan
suatu ketrampilan. Penelitian ini fokusnya untuk melihat sebuah rancangan dan pelaksanaan
permainan tradisional pada anak usia dini, serta seberapa penting permainan tradisional dalam
perkembangan sosial anak usia dini. Jenis penelitian ini berupa penelitian lapangan (filed
recearch), bersifat kualitatif (qualitative research). Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa
Permainan tradisional dapat menstimulus berbagai aspek perkembangan anak khususnya aspek
keterampilan sosial. Melalui permainan tersebut anak dapat belajar bersosialisasi dengan teman,
anak belajar kekompakan, anak belajar mengendalikan diri atau mengendalikan emosi mereka
anak belajar bertanggung jawab, anak belajar tertib terhadap peraturan serta belajar menghargai
orang lain. Dengan demikian adanya stimulasi keterampilan sosial melalui permainan tradisional
gerak dan permainan tradisional gerak dan lagu dapat menjadikan pribadi anak yang memiliki
kecerdasan emosional

Kata kunci: Ketrampilan Sosial, Permainan Tradisional, Anak Usia Dini

Dunia anak-anak itu unik, penuh kejutan, anak-anak penuh dengan warna, maka akan
dinamik, serba ingin tahu, selalu banyak suka duka dalam menghadapi tingkah
mengeksplorasi, dunia bermain, belajar, selalu pola anak-anak. Perkembangan anak adalah
berkembang seiring dengan perkembangan dan suatu proses perubahan di mana anak belajar
pertumbuhan anak-anak itu sendiri, dunia menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-

137
Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2014, hal 76-146 138

aspek gerakan, berpikir, perasaan, dan Perkembangan sosial anak sangat


interaksi, baik dengan sesama maupun dengan dipengaruhi oleh proses perlakuan atau
benda-benda dalam lingkungan hidupnya. bimbingan orang tua terhadap anak dalam
Menurut Hurlock (Susanto.2011), berbagai aspek kehidupan sosial, atau norma-
pertumbuhan dan perkembangan anak meliputi norma kehidupan bermasyarakat serta
perkembangan emosi, jasmani, bahasa dan mendorong dan memberikan contoh kepada
sosial. Di mana dari kesekian aspek tersebut anaknya bagaimana menerapkan norma-norma
merupakan aspek-aspek yang perlu diletakkan ini dalam kehidupan sehari-hari. Proses
dan ditanamkan pada anak usia dini dengan bimbingan orang tua lazim disebut sosialisasi.
cara yang baik dan tepat. Robinson (1981 : 67), mengartikan sosialisasi
itu sebagai proses belajar yang membimbing
Salah satu aspek perkembangan di atas anak ke arah perkembangan kepribadian sosiap
adalah perkembangan sosial. Perkembangan dapat menjadi anggota masyarakat yang
sosial anak berhubungan dengan kemampuan bertanggung jawab dan efektif. Sosialisasi dari
anak dalam berinteraksi dengan teman sebaya, orang tua ini sangatlah diperlukan oleh anak,
orang dewasa, atau lingkungan yang lebih luas. karena dia masih terlalu muda dan belum
Namun perkembangan sosial anak yang tidak memiliki pengalaman untuk membimbing
normal atau kurangnya keterampilan sosial perkembangannya sebdiri ke arah kematangan.
anak akan menimbulkan permasalahan- J. Clausen dalam Ambron (1981 : 221),
permasalahan fatal di kemudian hari. mendeskripsikan tentnag upaya yang dilakukan
Permasalahan anak dalam bidang sosial dapat dalam rangka sosialisasi dan perkembangan
membentuk anak menjadi manja, pemalu, sosial yang dicapai anak. Mulai bergaul atau
tingkah laku agresif, negativisme, perilaku hubungan sosial baik dengan orang tua ,
merusak dan berkuasa. Untuk mencegah anggota keluarga, orang dewasa lainnya,
permasalahan tersebut, maka pendidik harus maupun teman bermainnya, anak mulai
mengarahkan perkembangan sosial anak dan mengembangkan bentuk-bentuk tingkah laku
menstimulasi dengan metode yang baik dan sosial sebagai berikut :
benar. Metode yang digunakan dapat berupa
metode bermain. Permainan yang cocok untuk a. Pembangkangan (negativisme), terjadi
mengasah keterampilan sosial adalah pada nak mulai usia 18 bulan sampai tiga
permainan tradisional karena dalam permainan tahun, yaitu suatu bentuk tingkah laku
tersebut diperlukan banyak perilaku sosial melawan.
sehingga cocok diterapkan untuk mengasah b. Agresi (aggression), yaitu perilaku
keterampilan sosial anak usia dini. menyerang balik secara fisik (nonverbal)
maupun kata-kata (verbal). Agresi ini
Perkembangan Sosial merupakan salah satu bentuk reaksi
terhadap frustasi (rasa kecewa karena
Perkembangan sosial merupakan tidak terpenuhi kebutuhan dan
pencapaian kematangan dalam hubungan keinginannya).
sosial. dapat juga diartikan sebagai proses c. Berselisih atua berengkar (quarreling),
belajar untuk menyesuaikan diri terhadap terjadi apabila seseorang anak merasa
norma-norma kelompok, moral dan tradisi, tersinggung atau terganggu oleh sikap
meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan dan perilaku anak lain, seperti diganggu
saling berkomunikasi, dan bekerja sama. Anak pada saat mengerjakan sesuatu atau
dilahikan belum bersifat sosial. dalam arti, dia direbut barang atau mainannya.
belum memiliki kemampuan untuk bergaul d. Menggoda (teasing), yaitu sebagai
dengan orang lain. Untuk mencapai bentuk lain dari tingkah laku agresif.
kematangan sosial anak harus belajar tentang e. Persaingan (rivalry), yaitu keinginan
cara-cara penyesuaian diri dengan orang lain. untuk melebihi orang lain dan selalu
Kemampuan ini diperoleh anak melalui didorong atau distimulasi oleh orang
berbagai kesempatan atau pengalaman bergaul lain.
dengan orang-orang di lingkungannya baik f. Kerja sama (cooperation), yaitu sikap
orang tua, saudara, teman sebaya, atau orang mau bekerja sama dengan kelompok.
dewasa lainnya. g. Tingkah laku berkuasa ( ascendant
behavior), yaitu sejeni tingkah laku
139 Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2014, hal 76-146

untuk menguasai situasi sosial, permainan, menunjukkan antusiasme


mendominasi, atau bersikap bossiness. dalam mengerjakan sesuatu sendiri.
h. Mementingkan diri sendiri (selfishness), c. Kerja sama. Mulai usia tahun ketiga
yaitu sikap egosentris dalam memenuhi terakhir, anak mulai bermain secara
keinginannya. bersama dan kooperatif, serta kegiatan
i. Simpati (sympathy), yaitu sikap kelompok mulai berkembang dan
emosional yang mendorong individu meningkat baik dalam frekuensi maupun
untuk menaruh perhatian terhadap orang lamanya berlangsung, bersamaan
lain, mau mendekati atau bekerja sama dengan meningkatnya kesempatan untuk
dengannya. bermain dengan anak lain.
d. Simpati. Karena simpati membutuhkan
Perilaku Sosial Anak Usia Dini pengertian tentang perasaan-perasaan
dan emosi orang lain, maka hal ini
Perilaku sosial adalah kegiatan yang hanya kadang-kadang timbul sebelum
berhubungan dengan orang lain, kegiatan yang tiga tahun. Semakin banyak kontak
berkaitan dengan pihak lain yang memerlukan bermain, semakin cepat simpati akan
sosialisasi dalam hal bertingkah laku yang berkembang.
dapat diterima oleh orang lain, belajar e. Empati. Seperti halnya simpati, empati
memainkan peran sosial yang dapat diterima membutuhkan pengertian tentang
oleh orang lain, serta upaya mengembangkan perasaaan dan emosi orang lain, tetapi di
sikap sosial yang layak diterima oleh orang samping itu juga membutuhkan
lain. Perilaku sosial pada anak usia dini ini kemampuan untuk membayangkan diri
diarahkan untuk pengembangan sosial yang sendiri di tempat orang lain relatif hanya
baik, seperti kerja sama, tolong menolong, sedikit anak yang dapat melakukan hal
berbagi, simpati, empati, dan saling ini sampai awal masa kanak-kanak
membutuhkan satu sama lain. Untuk itu, akhir.
sasaran pengembangan perilaku sosial pada f. Dukungan sosial. menjelang berakhirnya
anak usia dini ini ialah untuk keterampilan awal masa kanak-kanak dukungan dari
berkomunikasi, keterampilan memiliki rasa teman-teman menjadi lebih penting dari
senang dan periang, menjalin persahabatan, pada persetujuan orang-orang dewasa.
memiliki etika dan tata karma yang baik. g. Membagi. Anak mengetahui bahwa
Dengan demikian, materi pembelajaran salah satu cara untuk memperoleh
pengembangan sosial yang diterapkan di taman persetujuan sosial ialah membagi
kanank-kanak, meliputi: disiplin, kerja sama, miliknya, terutama mainan untuk anak-
tolong-menolong, empati, dan tanggung jawab. anak lainnya. Pada momen-momen
tertentu, anak juga rela membagi
Secara spesifik, Hurlock (1980) makanan kepada anak lain dalam rangka
mengklasifikasikan pola perilaku sosial pada mempertebal tali pertemanan mereka
anak usia dini ke dalam pola-pola perilaku dan menunjukkan identitas keakraban
sebagai berikut: antarmereka.
a. Meniru, yaitu agar sama dengan h. Perilaku dan akrab. Anak memberikan
kelompok, anak meniru sikap dan rasa kasih sayang kepada guru dan
perilaku orang yang snagat ia kagumi. teman. Bentuk dari perilaku akrab
Anak mampu meniru perilaku guru yang diperlihatkan dengan canda gurau dan
diperagakan sesuai dengan tema tawa riang di antara mereka. Kepada
pembelajaran. guru, mereka memperlakukan
b. Persaingan, yaitu keinginan untuk sebagaimana layaknya pada orang tua
mengungguli dan mengalahkan orang mereka sendiri, memeluk, merangkul,
lain. Persaingan inibiasanya sudah digendong, memegang tangan sang
tampak pada usia empat tahun. Anak guru, dan banyak bertanya.
bersaing dengan teman untuk meraih Terdapat beberapa alasan, mengapa anak
prestasi seperti berlomba-lomba dalam perlu mempelajari berbagai perilaku sosial?
memperoleh juara dalam suatu Sedikitnya ada empat alasan sebagaimana yang
Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2014, hal 76-146 140

dikemukakan oleh Sujiono (2005) sebagai a. Tingkah laku unoccupied. Anak tidak
berikut: bermain dengan sesungguhnya. Ia
mungkin berdiri di sekitar anak lain dan
a. Agar anak dapat bertingkah laku yang memandang temannya tanpa melakukan
dapat dietrima lingkungannya. kegiatan apapun.
b. Agar anak dapat memainkan peranan b. Bermain soliter. Anak bermain sendiri
sosial yang bisa diterima kelompoknya, dengan menggunakan alat permainan
misalnya berperan sebagai laki-laki dan berbeda dengan apa yang dimainkan
perempuan. oleh teman yang ada di dekatnya.
c. Agar anak dapat mengembangkan sikap Mereka tidak berusaha untuk saling
sosial yang sehat terhadap bicara.
lingkungannya yang merupakan modal c. Tingkah laku onlooker. Anak
penting untuk sukses dalam kehidupan menghabiskan waktu dengan
sosialnya kelak. mengamati. Kadang memberi komentar
d. Agar anak mampu menyesuaikan tentang apa yang dimainkan anak lain,
dirinya dengan baik, dan akibatnya tetapi tidak berusaha untuk bermain
lingkungannya pun dapat menerimanya bersama.
dengan senang hati. d. Bermian parallel. Anak bermain dengan
saling berdekatan, tetapi tidak
Sementara Beaty (1994), menyatakan sepenuhnya bermain bersama dengan
bahwa perkembangan sosial anak berkaitan anak yang lain. Mereka menggunakan
dengan perilaku proposial dan bermain alat mainan yang sama, berdekatan
sosialnya. Aspek perilaku sosial meliputi: tetapi dengan cara yang tidak saling
a. Empati, yaitu menunjukkan perhatian bergantung.
kepada orang lain yang kesusahan atau e. Bermain asosiatif. Anak bermain dengan
menceritakan perasaan orang lain yang anak lain tetapi tanpa organisasi. Tidak
mengalami konflik. ada peran tertentu, masing-masing anak
b. Kemurahan hati, yaitu berbagi sesuatu bermain dengan caranya sendiri-sendiri.
dengan yang lain atau memberikan f. Bermain kooperatif. Anak bermain
barang miliknya. dalam kelompok di mana ada organisasi,
c. Kerja sama, yaitu bergantian ada pimpinannya. Masing-masing anak
menggunakan barang, melakukan melakukana kegiatan bermain dalam
sesuatu dengan gembira. kegiatan bersama, misalnya perang –
d. Kepedulian, yaitu membantu orang lain perangan,sekolah-sekolahan, dan lain-
yang sedang membutuhkan bantuan. lain.

Ciri Sosial Anak Usia Dini Faktor Perkembangan Sosial

Anak-anak usia dini biasanya mudah Secara garis besarnya terdapat dua
bersosialisasi dengan orang sekitarnya. faktor yang memengaruhi proses
Umumnya anak usia dini memiliki satu atau perkembangan yang optimal bagi seorang
dua sahabat, tetapi sahabat ini mudah berganti. anak, yaitu faktor internal (dalam), dan faktor
Mereka umumnya mudah dan cepat eksternal (luar). Faktor internal ialah faktor-
menyesuaikan diri secara sosial. Sahabat yang faktor yang terdapat dalam diri anak itu
dipilih biasanya yang memliki jenis kelamin sendiri, baik yang berupa bawaan maupun
yang sama, kemudian berkembang kepada yang diperoleh dari pengalaman anak. Menurut
jenis kelamin yang berbeda. Kelompok Depkes (1994) faktor internal ini meliputi:
bermain anak usia dini cenderung kecil dan a. Hal-hal yang diturunkan dari orang tua.
tidak terorganisasi secara baik, oleh karena itu b. Unsur berpikir dan kemampuan
kelompok ini cepat berganti. Paten (!932), intelektual.
mengamati tingkah laku sosial anak usia dini c. Keadaan kelenjar zat-zat tubuh.
ketika mereka sedang bermain bebas sebagai d. Emosi dan sifat-sifat (temperamen)
berikut: tertentu.
141 Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2014, hal 76-146

Adapun faktor eksternal atau faktor luar penyelesaian konflik, kemandirian dan
ialah faktor-faktor yang diperoleh anak dari tanggung jawab sosial.
luar dirinya, seperti faktor keluarga, faktor
gizi, budaya, dan teman bermain atua teman di Permainan Tradisional
sekolah.
Hakekat Bermain dan Permainan
Keterampilan Sosial
Menurut Hurlock (Sujiono:2005), masa
Curtis (1988) menyatakan bahwa usia 3-5 tahun merupakan masa permainan.
keterampilan sosial merupakan strategi yang Bermain sebagai kegiatan yang mempunyai
digunakan ketika orang berusaha memulai nilai praktis, artinya bermain digunakan
ataupun mempertahankan suatu interaksi sebagai media untuk meningkatkan
sosial. Kelly (dalam Ramdhani:1991) keterampilan dan kemampuan tertentu pada
mengatakan bahwa keterampilan sosial adalah anak (Plato dkk, dalam Sujiono: 2005).
keterampilan yang diperoleh individu melalui Bermain pada hakekatnya merupakan suatu
proses belajar yang digunakan dalam kegiatan yang memiliki karakteristik aktif dan
berhubungan dengan lingkungannya dengan menyenangkan. Bermain juga dilakukan secara
cara baik dan tepat. Hal ini bertujuan untuk suka rela atau volunter dan biasanya muncul
mendapatkan pengukuh dari hubungan dari motivasi internal. Kegiatan bermain
interpersonal yang dilakukan dan menolak biasanya bersifat simbolik atau pura-pura
hadirnya suatu keadaan yang tidak karena tidak terjadi secara nyata. Bermain
menyenangkan. Keterampilan sosial menurut memiliki arti yang penting bagi anak,
Morgan (dalam Cartledge dan Milburn, 1995) meskipun kegiatan bermain ini tidak terjadi
adalah kemampuan untuk menyatakan dan nyata, Mainan mempunyai manfaat antara lain
berinteraksi secara positif dengan orang lain. untuk: (a) mengoptimalkan perkembangan
Dari beberapa batasan yang dikemukakan ini, fisik dan mental anak; (b) memenuhi
dapat disimpulkan bahwa keterampilan sosial kebutuhan emosi anak; (c) mengembangkan
adalah keterampilan atau strategi yang kreatifitas dan kemampuan bahasa anak; (d)
digunakan untuk memulai ataupun membantu proses sosialisasi anak. Bermain
mempertahankan suatu hubungan yang positif juga berfungsi untuk mengembangkan aspek
dalam interaksi sosial, yang diperoleh melalui perkembangan anak antara lain
proses belajar dan bertujuan untuk mengembangkan kemampuan motorik,
mendapatkan hadiah atau penguat dalam kognitif, afektif, bahasa serta aspek sosial
hubungan interpersonal yang dilakukan. (Suyanto:2005).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Klasifikasi Permainan


Pusat Studi Pendidikan Anak Usia Dini UNY
(2004) didapatkan hasil bahwa ada tiga aspek Menurut Mildred Parten (1932) dilihat
utama dalam keterampilan sosial yang perlu dari perkembangan sosial, bermain dapat
ditanamkan dari sejak usia dini, yaitu: dikelompokkan menjadi lima macam :

a. Empati, meliputi : penuh pengertian, a. Solitary games (bermain sendiri)


tenggang rasa, kepedulian pada sesama. b. Onlooker games (bermain dengan
b. Afiliasi dan resolusi konflik, meliputi : melihat temannya bermain)
komunikasi dua arah/ hubungan antar c. Parallel games (bermain paralel dengan
pribadi, kerjasama, penyelesaian konflik temannya), bermain dengan materi yang
c. Mengembangkan kebiasaan positif, sama, tetapi masing-masing bekerja
meliputi: tata krama/kesopanan, sendiri
kemandirian, tanggung jawab social d. Associative games (bermain beramai-
ramai), anak bermain bersamasama
Ketiga aspek di atas mengacu kepada tanpa ada suatu organisasi
pendapat Curtis (1988), Brewer (2007), dan e. Cooperative games (bermain
Depdiknas (2002) bahwa aspek keterampilan kooperatif), ada aturan dan pembagian
sosial yang dapat ditanamkan pada anak usia peran, salah satu anak menolak bermian,
dini antara lain empati, tenggang rasa, permainan tidak akan terlaksana.
kepedulian dengan sesama, kerja sama,
Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2014, hal 76-146 142

Permainan juga dapat dikelompokkan 2. Meningkatkan keterampilan sosial anak


dalam : (a) Permainan fisik; (b) Lagu anak usia dini melalui permainan tradisional.
anak; (c) Teka-teki, berpikir logis/matematis;
(d) Bermain dengan bendabenda; dan (e)
Bermain peran. METODE

Hakekat Permainan Tradisional Penelitian ini menggunakan penelitian


lapangan (filed recearch), yaitu sebuah
Permainan tradisional sering disebut penelitian yang mengambil unit penelitian
juga permainan rakyat, merupakan permainan dalam lembaga pendidikan. Sedangkan jenis
yang tumbuh dan berkembang pada masa lalu analisis yang digunakan adalah bersifat
terutama tumbuh di masyarakat pedesaan. kualitatif (qualitative research), yaitu suatu
Permainan tradisional tumbuh dan berkembang penelitian yang ditujukan untuk
berdasar kebutuhan masyarakat setempat mendeskripsikan dan menganilisis fenomena,
(Yunus:19981). Kebanyakan permainan peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan,
tradisional dipengaruhi oleh alam persepsi dan pemikiran orang secara individual
lingkungannya, oleh karena permainan ini maupun kelompok.
selalu menarik, menghibur sesuai dengan
kondisi masyarakat saat itu. Permainan Pendekatan penelitian yang digunakan
tradisional menurut Yunus (1981) umumnya adalah pendekatan sosial. pendekatan ini
bersifat rekreatif, karena banyak memerlukan memfokuskan pada penyelidikan segi-segi
kreasi anak. Permainan ini biasanya sosial dalam perkembangan anak usia dini.
merekonstruksi berbagai kegiatan sosial dalam tujuan pendekatan ini adalah untuk
masyarakat. Seperti : pasaran yang menirukan mendeskripsikan perkembangan sosial anak
kegiatan jual beli, jaranan yang menirukan usia dini, untuk meningkatkan keterampilan
orang yang sedang melakukan perjalanan sosial anak usia dini, dan menerapkan metode
dengan naik kuda, permainan menthok- bermain secara tradisional untuk meningkatkan
menthok yang melambangkan kemalasan. keterampilan sosial anak usia dini.selanjutnya
Permainan tradisonal mendapat pengaruh yang pendekatan ini dipandang sebagai jalan untuk
kuat dari budaya setempat, oleh karena itu memecahkan problem penelitian peningkatan
permainan tradisonal mengalami perubahan keterampilan anak usia dini melalui permainan
baik berupa pergantian, penambahan maupun tradisional di TK Muslimat 3 Jombang.
pengurangan sesuai dengan kondisi daerah.
Lokasi penelitian peningkatan
Agar pembahasan masalah dalam keterampilan sosial anak melalui permainan
penelitian ini lebih terarah serta cara tradisional ular-ularan yaitu di TK Muslimat 3
pemecahannya dapat diterima dengan jelas, Jombang yang terletak di Jalan Gatot Subroto
maka perlu dilakukan pembahasan masalah. 2 Jombang.
Masalah yang akan dibahas pada penelitian ini
adalah peningkatan keterampilan sosial siswi Prosedur Penelitian
kelompok B TK Muslimat 3 Jombang melalui Prosedur penelitian peningkatan
permainan tradisional ular-ularan. keterampilan anak melalui permainan
Adapun tujuan penelitian tersebut adalah tradisional yaitu:

1. Mengetahui penerapan permainan a. Kegiatan Awal


tradisional siswi kelompok B di TK Pada awal kegiatan dilakukan dalam
Muslimat 3 Jombang. kelas agar anak terkondisikan dengan
2. Mengetahui pentingnya permainan baik. Peneliti menyampaikan maksud
tradisional dalam perkembangan sosial dan tujuan kegiatan yang akan dilakukan
anak usia dini. kepada siswa. Kemudian diperjelas lagi
oleh instruksi guru. Setelah semua
Adapun tujuan penelitian tersebut adalah paham dan sudah siap, siswa diarahkan
untuk menuju lapangan.
1. Mengetahui lebih jauh penerapan
metode untuk Anak Usia Dini.
143 Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2014, hal 76-146

b. Kegiatan Inti mendukung dan melengkapi yang sesuai


Setelah semua siswa sudah berada di dengan metodologi research, yaitu:
lapangan, guru membentuk dua
kelompok untuk satu kali permainan. a. Observasi
Satu kelompok terdiri dari 8 anak. Observasi adalah pengamatan terhadap
Setelah pembagian kelompok selesai, kegiatan yang sedang berlangsung.
kemudian permainan dimulai. Pengamatan yang peniliti lakukan
Permainan dilakukan dua kali dengan adalah pengamatan berperan serta.
kelompok yang berbeda untuk Sedangkan peranan peneliti dalam
mengetahui kemampuan sosial masing- pengamatan adalah sebagai pemeran
masing anak dalam berinteraksi. serta artinya kehadiran peneliti diketahui
c. Kegiatan Akhir secara umum oleh subjek penelitian.
Setelah permainan selesai, siswa Metode ini digunakan untuk mengetahui
diarahkan untuk kembali ke kelas untuk gambaran umum permainan tradisional
istirahat, makan dan minum. Setibanya untuk meningkatkan keterampilan sosial
di kelas, sambil istirahat siswa diajak anak usia dini.
berbincang-bincang tentang serunya b. Wawancara
permainan ular-ularan untuk mengetahui Wawancara adalah pertemuan dua ornag
tanggapan dari siswa mengenai untuk bertukar informasi dan ide melalui
permainan yang telah mereka lakukan. tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu
Subjek dalam penelitian peningkatan topik tertentu. Metode ini juga disebut
keterampilan sosial anak melalui permainan sebagai angket lisan, responden atau
ular-ularan adalah murid kelompok B TK orang diwawancara tidak perlu
Muslimat 3 Jombang. Murid kelompok B menuliskan jawabannya. Sehingga
terdapat 21 anak yang terdiri dari 11 anak laki- pertanyaan untuk pencarian informasi
laki dan 10 anak perempuan. Tetapi ketika dilakukan dengan menggunakan lisan.
penelitian berlangsung yang masuk hanya 16 Dengan membandingkan dan mengecek
anak. ulang kebenaran informasi yang
diperoleh melalui waktu dan alatyang
Instrumen Penelitian berbeda.
Untuk memperoleh data tentang Analisis data merupakan upaya mencari
kemampuan sosial siswa dalam penelitian ini dan menata secara sistematis catatan hasil
digunakan lembar observasi dan permainan wawancara, observasi dan yang lainnya untuk
tradisional yang akan dimainkan oleh siswa meningkatkan pemahaman tentang obyek dan
dengan bimbingan peneliti dan guru. menyajikan penemuan bagi orang lain. Dari
pengumpulan data yang peneliti lakukan,
a. Lembar observasi selanjutnya adalah reduksi data (data
Lembar observasi yang digunakan reduction) atau pengelolaan data yang
dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengikhtiarkan hasil pengumpulan data
menilai atau mengidentifikasi selengkap mungkin, serta memilahnya ke
kemampuan siswa atau aktifitas siswa dalam konsep tertentu atau tema tertentu.
seperti kemampuan bersosialisasi, kerja Dalam penganalisisan ini peneliti bermaksud
sama, sportifitas siswa selama proses menyusun dan memfokuskan penelitian
permainan berlangsung. sehingga menjadi sistematis dan bermakna
b. Permainan tradisional berlandaskan landasan teori dan cara berfikir
Permainan tradisional yang dimaksud induktif.
untuk mengukur tingkat kemampuan
siswa dalam perilaku-perilaku sosial.

Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN


Selama pengumpulan data, penulis
menggunakan beberapa metode yang saling Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan, permainan tradisional ular-ularan
mengembangkan aspek-aspek keterampilan
Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2014, hal 76-146 144

sosial. Namun permainan tradisional pada era tuntutan sosial. Menjadi orang yang mampu
modern ini sangat kurang dikenal anak-anak. bermasyarakat (sozialized) memerlukan tiga
Padahal berdasarkan penelitian yang telah proses. Masing-masing proses terpisah dan
dilakukan permainan tradisional ular-ularan sangat berbeda satu sama lain, tetapi saling
dapat dijadikan sebagai alternatif stimulus berkaitan, sehingga kegagalan dalam satu
pada anak usia dini. Melalui permainan proses akan menurunkan kadar sosialisasi
tersebut anak dapat belajar bersosialisasi individu. Relatif hanya sedikit anak atau orang
dengan teman, anak belajar kekompakan, anak dewasa yang benar-benar berhasil dalam ketiga
belajar mengendalikan diri atau mengendalikan proses ini. Meskipun demikian, umumnya
emosi mereka. orang berharap memperoleh penerimaan sosial
sehingga sesuai dengan tuntutan kelompok.
Dalam permainan ular-ularan, ketika Sebagai contoh, mereka melakukannya dengan
berbaris memanjang ke belakang, semua belajar berlagak (berpura-pura) untuk
peserta berdiri dan berbaris tidak membedakan menutupi pikiran dan perasaan yang mungkin
status sosial, ekonomi, agama dan jenis tidak dapat diterima secara sosial. Mereka
kelamin. Ketika bermain, peserta belajar untuk belajar untuk tidak membicarakan hal yang
mengenali lingkungan disekitar mereka, antara tabu di depan orang yang tidak menyukainya
lain mengenal teman bermain, mengenal dan mereka belajar untuk tidak menampakkan
tetangga dan bersosialisasi dengan kebiasaan kegembiraan tatkala orang yang tidak disukai
orang lain yang berbeda dengan kebiasaan di merasa sakit hati. Proses sosialisasi yaitu:
rumah anak. Dalam permainan ular-ularan,
ketika menentukan siapa yang harus jadi a. Belajar berperilaku yang dapat diterima
kepala dan yang jadi ekor melalui pemilihan secara sosial.
dari anggota kelompok dapat mengajarkan Setiap kelompok sosial mempunyai
pada anak untuk mentaati aturan dan standar bagi anggotanya tentang
bertanggung jawab terhadap peran yang perilaku yang dapat diterima. Untuk
dihadapi. Karena kegiatan dilakukan dalam dapat bermasyarakat anak tidak hanya
kelompok maka permainan ini mengajarkan harus mengetahui perilaku yang dapat
pada anak untuk berinteraksi dengan teman diterima, tetapi mereka juga harus
bermainnya dan belajar saling menghargai. menyesuaikan perilaku dengan patokan
Dalam permainan ini keterampilan sosial yang dapt diterima.
terlihat pada saat berganti gerakan, setiap anak b. Memainkan peran sosial yang dapt
perlu bekerjasama dengan temannya yang lain diterima.
agar menghasilkan gerakan yang sesuai agar Setiap kelompok sosial mempunyai pola
tehindar dari lawan. Setiap anak saling kebiasaan yang telah ditentukan dengan
membantu mengingatkan gerakan temannya seksama oleh para anggotanya dan
sehingga tidak saling menyalahkan karena dituntut untuk dipatuhi. Sebagai contoh,
dalam permainan ini bagi ekor yang tertangkap ada peran yang telah disetujui bersama
lawan akan menjadi anggota lawan. bagi orang tua dan anak serta bagi guru
dan murid.
Keterampilan sosial dalam permaianan c. Perkembangan sikap sosial.
ini adalah anak perlu menjaga emosi saat Untuk bermasyarakat atau bergaul
bermain, sehingga dapat dengan besar hati dengan baik anak-anak harus menyukai
menerima kekalahan pada saat ekor tertangkap orang dan aktivitas sosial. Jika mereka
lawan bermain. Gerakan tersebut berpotensi dapat melakukannya mereka akan
memnstimulasi kejujuran dan ketelitian anak. berhasil dalam penyesuaian sosial yang
Bekerjasama dalam permainan ini untuk baik dan diterima sebagai anggota
melindungi ekor dan berusaha menangkap ekor kelompok sosial tempat mereka
lawan. Sikap tersebut berpotensi menstimulasi menggabungkan diri.
keterampilan sosial anak untuk menjaga
kepercayaan yang telah diberikan orang lain. Perkembangan sosial sangat penting
dalam tahap perkembangan anak usia dini.
Pembahasan Salah satu cara untuk menstimulus
perkembangan sosial anak usia dini adalah
Perkembangan sosial berarti perolehan dengan cara bermain permainana tradisional.
kemampuan berperilaku yang sesuai dengan
145 Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2014, hal 76-146

Permainan tradisional mungkin sudah semakin dalam permainan tradisional ―kemenangan‖


terlupakan oleh anak-anak kecil di zaman bukanlah hal yang utama. Karena jika mereka
modern seperti ini. Di zaman dahulu anak- kalah banyak teman yang akan menghibur,
anak berkumpul dan bermain bersama, tak yang terpenting anak tahu bahwa kemenangan
mengenal lawan jenis dan tak peduli faktor dan kekalahan juga pernah di rasakan oleh
materi. Karena kebersamaan yang mereka teman-temannya juga tapi tanpa berbuat nakal
lakukan dapat membuat kekompakan suatu atau negative. Dari sini mereka pun akan
kelompok, dan membuat daya kreatif anak meniru bagaimana orang-orang sekitarnya
menjadi lebih bagus. belajar menerima kekalahan dan menganggap
kemenangan bukanlah hal yang perlu di
Namun dengan seiringnya perubahan sombongkan. Begitu juga dalam hal ekonomi,
jaman dahulu ke zaman modern, kita sudah permainan modern pastilah memerlukan dana
tidak pernah lagi melihat permainan-permainan untuk membeli alatnya ataupun
tradisional lagi. Karena di zaman sekarang, menyewa. Sedangkan dalam permainan
anak-anak lebih memilih permainan yang tradisional kita tidak perlu mengeluarkan uang,
canggih seperti bermain game online. hanya mencari teman sebanyak-banyaknya.
Permainan tradisional tidaklah memerlukan "Mencari uang atau mencari temankah yang
biaya yang banyak, tidak memilih teman yang lebih sulit? Setidaknya dengan banyak teman
kaya atau yang miskin, dapat meningkatkan dengan sendirinya uang akan datang.‖
kekompakan anak, serta dapat membuat kerja
sama antar anak menjadi semakin kuat. Dalam perkembangan zaman saat ini
Terlepas dari hal itu, efek permainan dari ternyata permainan lebih berdampak besar
zaman sekarang bahkan terbalik dari efek dalam kehidupan baik saat mereka menjadi
permainan zaman dahulu. Karena permainan anak-anak ataupun dewasa. Kita lihat saja
zaman sekarang lebih mementingkan sifat ego PILKADA ataupun PEMILU saat ini, banyak
dan gengsi serta memerlukan biaya yang cukup kandidat-kandidat yang tidak terpilih akhirnya
banyak. Banyaknya permainan anak yang jatuh sakit,depresi atau bahkan sakit jiwa. Hal
begitu canggih dan modern memberi dampak ini tak lain karena mereka tidak bisa menerima
positif dan negatif bagi dunia anak anak. kekalahan,karena dari kecil mereka hanya
Khususnya dalam perkembangan sosial dilatih untuk ―menang,menang dan
emosional. menang.‖ Inilah perbedaan yang wajib kita
tahu. Bukan berarti kita harus memilih salah
Permainan tradisional, sebenarnya lebih satu dari permainan ini. Karena bagaimanapun
banyak membawa dampak positif bagi permainan tradisional dan modern adalah
perkembangan anak. Karena dalam permainan sebuah kebutuhan dalam proses kematangan
tradisional anak banyak belajar secara nyata. kehidupan anak. Permainan tradisional untuk
Anak juga terlatih untuk berinteraksi dengan kematangan sosialnya, permainan modern
orang lain. Karena permainan tradisional untuk pengetahuan teknologinya.
kebanyakan dimainkan secara
kelompok. Sedangkan permainan modern saat Dalam penelitian ini menggunakan
ini kebanyakan dilakukan secara individu, hal permainan tradisional yang berasal dari Sunda.
itu menyebabkan lebih besarnya rasa ego pada Permainan Oray-orayan (dalam bahasa
diri anak. Anak hanya mementingkan Indonesia: Ular-ularan) cukup terkenal di
keinginannya tanpa mengerti situasi dan tataran Sunda. Permainan ini biasanya
kondisi di sekitarnya. Karena dalam permainan dimainkan di lapangan terbuka dengan jumlah
modern (game online) anak selalu berambisi pemain bebas, semakin banyak semakin seru
untuk menang. Hal itulah yang memicu sifat tentunya. Cara bermain oray-orayan cukup
ego dan individualis pada diri anak. Jika dalam sederhana namun tetap dibutuhkan kelincahan
permainan mereka kalah, maka anak akan dan kekompakan para pemainnya. Pemain
meluapkan emosinya secara negative. terdepan, yang menjadi kepala oray, berusaha
Misalnya, rasa jengkel yang berlebihan hingga menangkap pemain yang paling belakang,
berlarut-larut karena lawan mereka adalah yang menjadi ekor oray, sehingga barisan
sebuah mesin yang tak bisa menghibur selain bergerak meliuk-liuk seperti oray sungguhan.
―kemenangan‖. Inilah yang membedakan Barisan ini tidak boleh terputus. Sambil
permainan tradisional dan modern. Karena bermain, pemain melantunkan kawih:
Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2014, hal 76-146 146

Oray-orayan luar leor ka sawah …, kekompakan, anak belajar mengendalikan diri


Tong ka sawah parena keur sedeng beukah atau mengendalikan emosi mereka anak belajar
Oray-orayan luar leor ka kebon …,
Tong ka kebon aya barudak keur ngangon bertanggung jawab, anak belajar tertib
Dalam bahasa Indonesia, kawih di atas kurang lebih terhadap peraturan serta belajar menghargai
berbunyi seperti ini: orang lain. Dengan demikian adanya stimulasi
Ular-ularan bergerak-gerak menuju sawah…, keterampilan sosial melalui permainan
Jangan ke sawah padinya sedang mekar
Ular-ularan bergerak-gerak menuju kebun…,
tradisional gerak dan permainan tradisional
Jangan ke kebun ada anak-anak sedang menggembala gerak dan lagu dapat menjadikan pribadi anak
yang memiliki kecerdasan emosional.
Permainan ini membutuhkan pemain
sekitar 5-20 orang yang dimainkan oleh laki- Saran
laki maupun perempun. Permainan ini bisa
dilakukan kapan saja yaitu siang, sore maupun Permainan tradisional masih perlu
malam. Cara bermain oray-orayan yaitu anak- dikembagkan dalam proses pembelajaran anak,
anak berbaris berurutan memanjang ke karena permainan tradisional mengandung
belakang, sambil berpegangan pada bahu anak unsur-unsur pendidikan dan memiliki banyak
(pemain) yang di depannya. Salah seorang manfaat yang berguna untuk kelangsungan
anak bertindak sebagai pemimpin atau kepala hidup bermasyarakat.
ular, dan tangannya dalam posisi bebas. Kepala
ular dipilih dengan cara diundi ataupun
pingsut. Sedangkan anak-anak lainnya DAFTAR RUJUKAN
bertindak sebagai badan dan ekor ular. Sambil
diiringi lagu oray-orayan, para pemain yang Agustin, M. (2012). “Permainan Tradisional”.
berjejer memanjang ke belakang ini meliuk- Berbagi Ilmu. (online),
liuk menirukan gerakan seekor ular, mengitari (http://marisaagus.blogspot.com/2012/1
arena permainan. 1/permainan-tradisional.html, diakses
pada tanggal 23 April 2014)
Waktu lagunya hampir selesai, pada saat
syair kok….kok…..kok, menirukan suara ayam Anita, Y. (2011). Penilaian Perkembangan
yang sedang berkokok, maka anak yang Belajar Anak Taman Kanak-Kanak.
bertindak sebagai kepala ular, menangkap Jakarta: Prenada Media Group.
temannya yang berada di barisan paling
belakang. Begitulah seterusnya sampai semua Hurlock, E. B. (1978). Perkembangan Anak.
anak habis ditangkap. Apabila anak sudah Jakarta: Erlangga.
tertangkap oleh kepala ular maka anak tersebut
Susanto, A. (2011). Perkembangan Anak Usia
keluar dari barisan. Saat kepala ular atau
Dini: Pengantar Dalam Berbagai
pemimpin permainan, menangkapi ekornya
tersebut, pemain yang menjadi ekor akan Aspeknya, Jakarta: Kencana.
merasa ketakutan dan berusaha menghindari Seriati, N. N; & Hayati, N. Permainan
kepalanya. Tradisional Jawa Gerak dan Lagu
Dalam permainana oray-orayan ini Untuk Menstimulasi Keterampilan
banyak sikap-sikap sosial yang terkandung di Sosial Anak Usia Dini. Artikel
dalamnya diantaranya adalah sportifitas, kerja Permainan Tradisional.pdf
sama, kerja keras, meghargai orang lain, (staff.uny.ac.id/sites/default/files/Artikel
bersabar. %20Permainan%20Tradisonal.pdf).
UNY: Yogyakarta.

Yusriana, A. (2012). Kiat-kiat Menjadi Guru


SIMPULAN PAUD yang Disukai Anak-anak.
Jogjakarta: Diva Presss
Permainan tradisional dapat
menstimulus berbagai aspek perkembangan
anak khususnya aspek keterampilan sosial.
Melalui permainan tersebut anak dapat belajar
bersosialisasi dengan teman, anak belajar

You might also like