You are on page 1of 16

DIPLOMASI INDONESIA DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA FIR (FLIGHT

INFORMATION REGION) DI ATAS KEPULAUAN NATUNA DENGAN SINGAPURA

Oleh:
Ramadhita Lestari1
(lestari.ramadhita@gmail.com)
Pembimbing : Dra. Den Yelta, M.Phil
Bibliografi : 18 Jurnal dan/atau Working Papers, 33 Buku, 8 Dokumen dan
Laporan Resmi, 17 Situs Web

Jurusan Ilmu Hubungan Internasional – Prodi Hubungan Internasional


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Riau

Kampus Bina Widya JL HR. Subrantas Km. 12,5 Simp. Baru Pekanbaru 28294 Telp/Fax. 0761-
63277

Abstract

FIR (flight information region) is a part of regulation of aviation and aviation problem
areas infinitely at one state, which means that aviation world would be touching by one and
another states, then to achieved safety on aviation regulation is necessary. Flight information
region is an air space regulation that flight information service and alerting service are
contained in. FIR’s dispute starts with RAN I that hold by ICAO. On RAN I’s meeting said that
FIR management in Natuna Islands has been delegated to Singapore because Indonesia couldn’t
have ability to manage this FIR effectively. Because of technology and human resources
restrictiveness. There’s so many phenomenon that makes Indonesia want to taking back
indonesia’s authority on FIR with any efforts.

This research theoretically has built with realism perspectives on International Relations
and supported by Diplomacy Theory by Harold Nicholson with setting diplomacy and also state
analysis. Formulation of all arguments, facts and theoretical framework on this research is
guided by qualitative explanation methods. Scope of this research is Singapore’s management on
FIR and also Indonesia’s diplomacy to taking back FIR from Singapore.

Researcher has formulated an answered-hypothesis that Indonesia’s diplomacy with joint


management model to finish this FIR dispute in Natuna Islands with Singapore. Joint
management is made to finish this dispute because Indonesia want to make a peace and win-win
solution. So joint management diplomacy is used to finish this FIR dispute currently.

Key words : FIR, FIR’s Dispute, Diplomacy , Joint Management Diplomacy


1
Mahasiswa Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Angkatan 2011
1
JOM FISIP Volume 1 No. 1 Februari 2016
I. PENDAHULUAN pada wilayah Jakarta, adapun untuk wilayah
lainnya masih terabaikan.3
Sebagai negara kepulauan, secara Kondisi ini memang cukup
geografis Indonesia terletak pada lokasi mengkhawatirkan karena pesawat asing
yang strategis yaitu berada di antara dua bebas berlalu lalang tanpa adanya
benua, yaitu Benua Asia dan Benua pengawasan oleh FIR (Flight Information
Australia, dan dua samudera, yaitu Region) Indonesia yang terletak di Jakarta.
Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Kekhawatiran ini tidak hanya muncul dari
Dengan letak tersebut, Indonesia memiliki Indonesia tetapi juga dari negara yang ada di
posisi yang strategis dalam geopolitik dan sekitarnya mengingat kerapuhan Indonesia
geoekonomi regional dan global. Posisi ini berarti ancaman bagi mereka. Kondisi
di satu sisi memberikan peluang yang besar Indonesia yang tak kunjung stabil membuat
bagi Indonesia, namun di sisi lain juga negara sekitar mencoba untuk melakukan
memberikan berbagai tantangan dan tindakan terutama dalam hal keamanan
ancaman.2 udara Indonesia yang cenderung terabaikan
FIR (Flight Information Region)
Ada banyak hal yang belum dapat merupakan suatu ruang udara yang telah
dikelola secara mandiri, salah satunya ditetapkan dimensinya di mana di dalamnya
adalah masalah penerbangan. Masalah ini diberikan Flight Information Service dan
menjadi masalah yang sangat rumit karena Alerting Service.
negara ini memiliki wilayah yang sangat Padatnya arus penerbangan di
luas namun teknologi yang dimiliki oleh Indonesia membuat manajemen lalu lintas
Indonesia saat itu masih sangat terbatas, udara di kawasan ini menjadi sangat
selain itu Indonesia juga belum memiliki kompleks. Apalagi jika melihat kondisi
banyak pengalaman untuk mengatur topografi Indonesia yang didominasi oleh
masalah penerbangan baik komersial mapun kawasan perairan dan berbagai gugusan
militer. pulau kecil, maka manajemen lalu lintas
Akibatnya, banyak wilayah udara udara menjadi semakin rumit dan
Indonesia yang menjadi terlantar akibat membutuhkan biaya yang sangat besar.
tidak terurus ataupun salah urus oleh Program pengamatan dan pengawasan udara
pemerintah saat itu. Wilayah udara di kawasan perairan tidak semudah di
Indonesia saat itu menjadi sangat bebas dan kawasan daratan. Pemasangan radar dan
banyak dilewati oleh pesawat dari ataupun peralatan lalu lintas udara seringkali harus
menuju Australia. Tidak ada yang dapat dilakukan di gugusan pulau kecil yang
dilakukan oleh Indonesia terhadap para terpencil, padahal tidak semua gugusan
pelanggar kedaulatan tersebut. Secara pulau di perairan terluar dapat diberi radar.
praktis, kekuasaan udara hanya terpusat Kalaupun bisa, kesiapan operasional radar
tidak dapat dioperasikan penuh selama 24
jam dan kemampuannya cepat menurun.
Kondisi ini menyebabkan banyak wilayah
udara Indonesia yang berlubang (security

2Badan Nasional Pengelola Perbatasan Republik


Indonesia, Peraturan Badan Nasional Pengelola
3
Perbatasan Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Muh. Miftachun Niam.2011. Flight Information
Induk Pengelolaan Perbatasan Negara Tahun 2015- Region (FIR) di atas kepulauan Natuna dan Riau hal
2019 diakses 30 Juni 2015 1
2
JOM FISIP Volume 1 No. 1 Februari 2016
hole) karena tidak terjangkau oleh 1991, dimana pesawat yang ditumpangi oleh
pengawasan. Jenderal LB Moerdani, Menteri Pertahanan
dan Keamanan Indonesia pada saat itu
Keterlibatan Indonesia dalam Organisasi kesulitan untuk mendarat di Kepulauan
Penerbangan Sipil Internasional baru terlihat Natuna. Sempat terjadi adu argumentasi
pada Pertemuan Regional Aviation antara pilot dengan pemandu lalu lintas
Navigation (RAN) pertama yang udara, pilot meminta ijin untuk mendarat
diselenggarakan oleh ICAO kawasan Asia namun ditolak oleh si pemandu karena tidak
Pasifik tahun 1973. Pada pertemuan tersebut sesuai dengan prosedur. Pilot menjelaskan
Singapura mengajukan usul untuk tetap bahwa dia membawa penumpang VVIP
mengelola Flight Information Region (FIR) yakni Menteri Pertahanan dan Keamanan
yang ada di kawasan Kepulauan Natuna.4 Indonesia, namun pemandu tetap tidak
Usulan tersebut diterima oleh Indonesia dan mengijinkan. Setelah terjadi perdebatan
organisasi tersebut karena Singapura selama 15 menit, pesawat yang mengangkut
dianggap lebih layak dalam mengelola ruang Menteri tersebut baru di ijinkan untuk
udara di kawasan tersebut. mendarat. Entah siapa yang berada dalam
posisi salah, namun insiden tersebut telah
Penyerahan pengelolaan FIR diatas
dianggap mencoreng nama baik Indonesia.
Kepulauan Natuna kepada Singapura
Tuntutan akan pengambil alihan FIR pun
dianggap sebagai sebuah kesalahan besar
semakin menguat.5
oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.
Beberapa pejabat negara juga menuntut agar Pada Pertemuan RAN ketiga di
pengelolaan FIR di atas Kepulauan Natuna Bangkok tahun 1993, Indonesia semakin
diambil alih oleh Indonesia, tuntutan ini kuat menyuarakan pengambil alihan FIR
muncul setelah terjadinya beberapa insiden diatas Kepulauan Natuna dari Singapura.
dimana pesawat yang ditumpangi oleh Namun sayang, dalam pertemuan sepenting
pejabat negara harus menunggu lama untuk itu Indonesia hanya mengirimkan pejabat
mendapat ijin mendarat di Kepulauan operasional sedangkan Singapura mengirim
Natuna. Pada pertemuan RAN kedua yang Jaksa Agung, Sekjen Kementerian
diselenggarakan ICAO di Singapura tahun Perhubungan, serta Penasihat Hukum Laut
1983, Indonesia berusaha untuk meminta Internasional. Akibatnya Indonesia tidak
kembali pengelolaan ruang udara diatas memperoleh hasil yang berharga dalam
Kepulauan Natuna dari Singapura. pertemuan itu, Forum menyepakati agar
Sayangnya, usulan tersebut ditolak dengan Indonesia dan Singapura menyelesaikan
alasan Indonesia belum mampu mengelola sengketa tersebut secara bilateral.
kawasan udaranya. Sejak saat itu Indonesia rutin
melakukan pertemuan dengan Singapura
Insiden antara pejabat negara
untuk membahas masalah FIR diatas
Indonesia dengan pengatur lalu lintas udara
Kepulauan Natuna. Pertemuan tersebut
Singapura masih terus terjadi. Insiden yang
berlangsung setidaknya selama empat kali,
paling populer dan menjadi buah bibir
diantaranya pertemuan bilateral di Jakarta
masyarakat Indonesia terjadi pada tahun
5
Strategi diplomasi indonesia dalam menyelesaikan
4
Strategi diplomasi indonesia dalam menyelesaikan masalah FIR diatas kepulauan Natuna dengan
masalah FIR diatas kepulauan Natuna dengan Singapura dan Malaysia dalam www.academia.edu
Singapura dan Malaysia dalam www.academia.edu Diakses 30 juni 2015
Diakses 30 juni 2015
3
JOM FISIP Volume 1 No. 1 Februari 2016
pada tahun 1994 dan pertemuan di
Singapura pada tahun 1995. Berbagai
pertemuan tersebut menghasilkan sebuah
perjanjian yang ditandatangani oleh
Pemerintah Indonesia dan Pemerintah
Singapura pada 21 September 1995.
Sayangnya, isi dari perjanjian
tersebut tidak seperti yang diharapkan.
Keinginan untuk mengambil alih FIR dari
Singapura harus tunduk di meja
perundingan, kenyataan di lapangan
membuktikan bahwa Indonesia memang
belum memiliki kemampuan yang layak
untuk dapat mengelola FIR di Kepulauan
Natuna. Indonesia kembali mendelegasikan (Diambil dari Flight Information
manajemen ruang udara diatas Kepulauan Region: Implikasi Penguasaan Air
Natuna kepada Singapura. Traffic Control Kepada Singapura di
Perjanjian yang berjudul Agreement Kepulauan Riau. Amrizal Mansur,
Between the Government of the Republic of 2010: 63)
Indonesia and the Government of the
Republic of Singapore on the Realignment of Untuk wilayah sektor A, Indonesia
the Boundary between the Singapore Flight mendelegasikan tanggung jawab pemberian
Information Region and the Jakarta Flight pelayanan navigasi kepada Singapura dari
Information Region ini berisi tentang permukaan laut sampai ketinggian 37.000
berbagai ketentuan pendelegasian FIR kaki. Untuk wilayah sektor B, Indonesia
Kepulauan Natuna kepada Singapura. mendelegasikan tanggung jawab pemberian
Beberapa hal pokok yang terdapat dalam pelayanan navigasi kepada Singapura dari
perjanjian ini adalah pembagian wilayah permukaan laut sampai ketinggian tidak
FIR diatas Kepulauan Natuna menjadi 3 terhingga. Sedangkan untuk wilayah sektor
bagian yakni, A, B dan C, sebagaimana C tidak termasuk dalam perjanjian. Sebagai
tertera pada gambar dibawah ini: tambahan, atas nama Indonesia, Singapura
memungut jasa pelayanan navigasi
Gambar 2 penerbangan (Rans Charge) di wilayah
Sektor A, B dan C dalam Perjanjian yuridiksi sektor A untuk selanjutnya
FIR Indonesia dengan Singapura diserahkan kepada Pemerintah Indonesia.
Sedangkan untuk wilayah sektor B dan C
tidak dikenai Rans Charge karena masih
membutuhkan pembahasan lebih lanjut
dengan berbagai pihak lainnya.
Indonesia berusaha untuk melakukan
pengambilalihan FIR diatas Kepulauan
Natuna dari Singapura. Sayangnya upaya ini
kembali gagal, bukan karena Singapura
mempersulit Indonesia, tetapi karena di
kawasan Kepulauan Natuna ini pula

4
JOM FISIP Volume 1 No. 1 Februari 2016
Indonesia pernah mengadakan perjanjian berinisiatif untuk mengelola pengawasan
dengan Malaysia. wilayah udara yang ada di perairan Natuna
Pesawat yang terbang dari Malaysia dengan harapan agar wilayah tersebut steril
Barat menuju Malaysia Timur dan dari pelanggaran udara dan tidak lagi
sebaliknya perlu melewati wilayah menjadi ancaman. Inisiatif ini disetujui oleh
Indonesia, untuk itu dibuat Perjanjian antara pemerintah Indonesia dengan pertimbangan
Indonesia dan Malaysia terkait dengan bahwa saat itu perairan Natuna masih
“Rezim Hukum Negara Nusantara dan Hak- merupakan perairan internasional sehingga
hak Malaysia di Laut Teritorial dan Perairan inisiatif tersebut tidak akan mengganggu
Nusantara dan Ruang Udara diatas Laut kedaulatan Indonesia.
Teritorial Perairan Indonesia dan Wilayah Perairan tersebut pun dikuasai oleh
Republik Indonesia.” Perjanjian tersebut FIR Singapura dengan ketentuan bahwa
ditandatangani pada 25 Februari 1982 dan diatas ketinggian 20.000 kaki dikelola oleh
diratifikasi oleh Indonesia melalui Undang- Singapura, sedangkan dibawah 20.000 kaki
undang Nomor 1 tahun 1983. Dalam dikelola oleh Malaysia.6 Namun, pada tahun
perjanjian tersebut diatur bahwa pesawat 1982 ternyata muncul Konvensi Hukum
udara sipil maupun pesawat udara negara Internasional yang mengatur tentang laut
Malaysia diberi hak untuk melakukan (UNCLOS/ United Nation Convention Law
penerbangan dari Malaysia Barat ke on Sea). Berpijak pada konvensi tersebut,
Malaysia Timur melalui laut teritorial perairan Kepulauan Riau yang awalnya
Indonesia. Malaysia juga diberi hak untuk merupakan perairan Internasional berubah
memandu pesawatnya dari Malaysia Barat menjadi perairan milik Indonesia. Dengan
ke Malaysia Timur. kata lain, wilayah udara yang ada diatasnya
Oleh karena itu Malaysia juga harus pun termasuk kedalam wilayah Indonesia.
dilibatkan dalam pembahasan sengketa FIR FIR Singapura yang mencakup kedua
diatas Kepulauan Natuna. Sayangnya, wilayah perairan tersebut pun semakin
Malaysia terkesan mengulur waktu dalam dipertimbangkan karena dianggap telah
setiap pembahasan FIR ini. Pejabat Malaysia menyentuh kedaulatan.
menganggap perjanjian antara Indonesia dan
Malaysia tersebut masih belum berlaku Kerangka Teori
karena belum di publikasikan di PBB, selain Penulis dalam penelitian ini
itu Malaysia juga menuntut agar Indonesia menggunakan perspektif realisme.
menyelesaikan masalah perbatasan terlebih Pemikiran awal yang ditawarkan oleh
dahulu. Masalah sengketa FIR pun menjadi paradigma realisme ini ada tiga prinsip.
semakin kusut dengan bertambahnya jumlah pertama adalah negara merupakan aktor
pihak yang terlibat. terpenting dalam hubungan internasional.
Singapura dan Malaysia mencoba Kedua, terdapat perbedaan yang tajam
untuk mengambil alih kekuasaan udara di antara politik dalam negeri dan politik
atas perairan Natuna. Pengawasan FIR internasional. Ketiga, titik tekan perhatian
Jakarta yang tidak menjangkau perairan kajian hubungan internasional adalah
Natuna dan Riau membuat kedua negara tentang kekuatan dan perdamaian.
tersebut merasa terancam. Pesawat asing Pendekatan teoritik ini menggambarkan
sewaktu-waktu dapat menyerang Singapura
dan Malaysia kapan saja hanya dengan 6
melalui perairan tersebut. Oleh karena itu, Muh. Miftachun Niam.2011. Flight Information
Region (FIR) di atas kepulauan Natuna dan Riau hal
pada tahun 1973 melaui RAN I, 3 Singapura 3
5
JOM FISIP Volume 1 No. 1 Februari 2016
hubungan internasional sebagai suatu dirgantara karena berhubungan dengan
pergulatan memperebutkan kekuasaan ruang udara Indonesia.
diantara negara-negara yang masing-masing Level analisis negara, Negara secara
mengejar kepentingan nasionalnya sendiri tradisional merupakan aktor politik yang
dan umumnya pesimistik mengenai prospek paling penting. Negara merupakan
upaya penghapusan konflik dan perang. organisasi politik yang menikmati paling
Dalam sengketa FIR ini masing- tidak pangkat pemerintahan. Politik
masing negara yang bersengketa berusaha luar negeri tidak di formulasikan oleh satu
untuk merebut dan mempertahankan proses pembuatan keputusan, tapi dasar dari
kepentingannya masing-masing. proses tersebut berubah berdasarkan jumlah
dari variabel termasuk tipe dari sistem
Teori Penelitian ini menggunakan politik, jenis dari situasi, dan jenis isunya,
teori Diplomasi, Diplomasi biasa dan juga faktor internal. Pada analisis
didefenisikan sebagai praktek pelaksanaan tingkat negara, penelititi memfokuskan pada
politik luar negeri dengan negara lain. pemerintahan, kelompok-kelompok pembuat
Dalam rangka mencapai tujuan keputusan, atau lembaga-lembaga yang
diplomatiknya, setiap negara menjalankan menentukan kebijakan luar negeri negara
tiga model yaitu kerjasama, penyesuaian dan dan aktor-aktor lain, dan pada masyarakat-
penentangan. Harold Nicholson masyarakat yang diatasnamakan oleh
mengatakan,”adalah bermanfaat bahkan kelompok-kelompok atau badan-badan
pada saat berhubungan dengan episode tersebut. Dalam sengketa ini negara sebagai
sejarah yang sangat jauh, untuk aktor yang paling penting dalam
mempertimbangkan dimana diplomasi menentukan setiap kebijakan.
berhenti dam politik luar negri dimulai.”
Masing-masing dihubungkan dengan
penyesuaian kepentingan nasional atas II. Isi
kepentingan internasional. Politik luar
negeri didasarkan atas konsepsi umum Banyaknya wilayah udara yang terlantar
kebutuhan nasional. Sebaliknya diplomasi akibat tidak terurus ataupun salah urus oleh
bukan merupakan tujuan tujuan melainkan pemerintas saat itu. Wilayah udara Indonesia
sebuah alat, bukan tujuan melainkan sebuah sangat bebas dan banyak dilewati oleh
metode. Diplomasi berusaha dengan pesawat dari ataupun menuju Australia.
penggunaan akal, perdamaian dan Tidak ada yang dapat dilakukan oleh
pertukaran kepentingan, untuk mencegah Indonesia terhadap para pelanggar
munculnya konflik di antara negara-negara.7 kedaulatan tersebut. Secara praktis,
Setting diplomasinya di setting kekuasaan udara hanya berpusat pada
bersama dengan Hukum Kedirgantaraan wilayah Jakarta. Adapun untuk wilayah
dalam Hukum Laut Internasional, karena lainnya masih terabaikan.
dalam masalah sengketa FIR Indonesia ini
diperlukan diplomasi yang tepat dan sesuai Seperti Singapura dan Malaysia yang
dengan kepentingan dan politik luar negeri mencoba mengambil alih kekuasaan udara
Indonesia serta dihubungkan dengan hukum di atas perairan Natuna. Pengawasan FIR
Jakarta tidak menjangkau perairan Natuna
membuat kedua negara tersebut terancam.
7
Pesawat asing sewaktu-waktu dapat
S.L Roy, 1991. Diplomasi, Jakarta : CV. Rajawali menyerang Singapura dan Malaysia melalui
Pers hal 34
6
JOM FISIP Volume 1 No. 1 Februari 2016
perairan tersebut. Oleh karena itu, pada terdapat Flight Information Service dan
tahun 1973 pada RAN (Regional Air Alerting Service.10 Flight Information
Navigation) I, Singapura berinisiatif untuk Service adalah pelayanan yang dibentuk dan
mengelola pengawasan wilayah udara yang dipersiapkan untuk memberikan saran dan
ada di Kepulauan Natuna dengan harapan informasi secara penuh untuk keselamatan
agar wilayah tersebut steril dari pelanggaran dan efisiensi penerbangan. Alerting Service
udara dan tidak lagi menjadi ancaman. adalah pelayanan yang diberikan pada
organisasi yang berkaitan dengan pesawat
Inisiatif ini disetujui oleh pemerintah terbang/penerbangan yang membutuhkan
Indonesia dengan pertimbangan bahwa saat pertolongan dan membantu organisasi yang
itu perairan Natuna masih merupakan membutuhkan bantuan pencarian dan
perairan internasional sehingga inisiatif pertolongan.11
tersebut tidak akan mengganggu kedaulatan
Indonesia yang saat itu belum ada UNCLOS Sejarah FIR (Flight Information Region)
1982. Perairan tersebut dikuasai oleh FIR
Singapura dengan ketentuan bahwa di atas FIR (Flight Information Region)
ketinggian 20.000 kaki dikelola oleh merupakan bagian dari pengaturan
Singapura, sedangkan di bawah 20.000 kaki penerbangan dan masalah penerbangan tidak
dikelola oleh Malaysia. terbatas pada satu negara, dalam artian
bahwa dunia penerbangan akan
Ruang udara adalah ruang yang terletak di bersinggungan antara satu negara dengan
atas ruang daratan dan atau ruang lautan negara lain, sehingga untuk tercapai
serta wilayah sekitar negara dan melekat keselamatan dalam penerbangan perlu
pada bumi dimana suatu negara mempunyai adanya pengaturan terhadap lalu lintas atau
hak yurisdiksi.8 Ruang daratan, ruang lautan navigasi penerbangan, dan hal tersebut
dan ruang udara merupakan satu kesatuan berlaku secara internasional.
ruang yang tidak dapat dipisah-pisahkan.
Sebagian besar negara di dunia, termasuk Perkembangan dari dunia
Indonesia telah meratifikasi Konvensi penerbangan diawali pada tahun 1784
Geneva 1944 (Convention on International Lenoir, seorang pembesar polisi dari Paris,
Civil Aviation) yang berarti bahwa setiap melarang penerbangan dengan balon udara
negara memiliki kedaulatan yang lengkap tanpa izin. Selanjutnya mengenai
dan eksklusif terhadap ruang udara yang ada keselamatan penerbangan, pada tahun 1819
di atas wilayahnya, dan tidak dikenal adanya Count d’Angles, kepala polisi wilayah
hak lintas damai. Jadi tidak satu pun pesawat Seine, mengharuskan balon udara dilengkapi
udara asing diperbolehkan melalui ruang dengan parasut dan melarang percobaan-
udara nasional suatu negara tanpa izin yang percobaan dengan balon udara selama
bersangkutan.9 musim panen.12 Dunia penerbangan semakin
berkembang pesat, yaitu sejak tanggal 17
FIR (Flight information Region) Desember 1903 di Bukit Kill Devils, di kota
merupakan suatu ruang udara yang telah Kitty Hawk, negara bagian North Caroline,
ditetapkan dimensinya dan di dalamnya
10
FIR dalam
http://hubud.dephub.go.id/?id/page/detail/99 diakses
8
Ruang udara dalam 07 Januari 2016
11
http://hubud.dephub.go.id/?id/page/detail/98 diakses Ibid
12
07 Januari 2016 E. Suherman , Hukum Udara dan Internasional
9
Ibid hal. 104, Bandung : Alumni 1983
7
JOM FISIP Volume 1 No. 1 Februari 2016
Amerika Serikat, pertama kali manusia baru dengan kualitas sumber daya manusia
terbang dengan wahana bermotor yang lebih yang kurang dan tingkat buta aksara yang
berat dari udara (Heavier than air powered sangat tinggi dianggap belum siap untuk
flight), tepatnya setelah Orville Wright menghadapi teknologi transportasi udara
berhasil mengangkasa dengan pesawat udara yang canggih. Hal ini terlihat pada tahun
yang ia rancang bersama saudaranya Wilbur 1946, dalam Pertemuan Navigasi Udara
Wright dengan nama “Flyer 01”, selama 12 Regional (RAN) yang diselenggarakan oleh
detik dengan ketinggian kurang lebih satu Organisasi Penerbangan Sipil Internasional
meter di atas tanah dan menempuh jarak 36 (ICAO) di Dublin, Pemerintah Kolonial
meter. Inggris atas nama Singapura mengusulkan
untuk membantu pengelolaan ruang udara
Sejak kejadian bersejarah tersebut, (FIR) di atas Kepulauan Natuna.
maka pada tahun 1910 telah dipikirkan
masalah-masalah penggunaan pesawat udara Usulan itu diajukan dengan alasan kondisi
yang meliputi masalah hukum dan masalah Indonesia yang belum stabil karena berada
teknik maupun operasional seperti dalam gejolak revolusi sehingga FIR di atas
keselamatan penerbangan, hubungan radio, Kepulauan Natuna mengalami kekosongan
pendaftaran pesawat udara, kelayakan, pengawasan. Usulan tersebut disetujui oleh
sertifikat baik untuk awak pesawat maupun Belanda yang saat itu masih dianggap
mesin pesawat udara, daerah terlarang, bertanggung jawab atas yang terjadi di
statistik, tukar menukar informasi teknik Indonesia. Sejak saat itu FIR di atas
penerbangan, ijin penerbangan, larangan Kepulauan Natuna didelegasikan kepada
membawa bahan-bahan yang berbahaya, Pemerintah Kolonial Inggris khususnya di
peralatan-peralatan radio, foto dan lain- bawah manajemen FIR Singapura.
lain.13
Status pendelegasian ini digunakan oleh
Terbentuknya FIR didasarkan Inggris sebagai kebebasan untuk melintas
kepada Konvensi Chicago 1944 khususnya dari Malaysia Barat ke Malaysia Timur yang
dalam Annex 11 tentang Air Traffic Services. saat itu berada di bawah jajahannya, serta
Dalam bagian ketentuan ini menjelaskan memudahkan navigasi penerbangan sipil
bahwa setiap negara ICAO wajib yang terbang dari dan menuju kawasan
menentukan bagian-bagian dari wilayah tersebut. Status ini harusnya berakhir pada
udaranya tempat pemberian pelayanan lalu tahun 1963 ketika Malaysia dan Singapura
lintas udara untuk kepentingan keselamatan. memperoleh kemerdekaan dari Inggris,
sesuai dengan hukum internasional tentang
suksesi negara dimana terdapat prinsip tidak
dapat dipindahkan perjanjian internasional
Pendelegasian FIR Kepulauan Natuna
politik.
Kepada Singapura
Mengingat tahun 1963, Indonesia sedang
Ketidakmampuan Indonesia dalam
mengalami gejolak politik dan belum
mengelola ruang udara di atas Kepulauan
memiliki kemampuan memadai terkait
Natuna sebenarnya telah diketahui oleh
pengawasan FIR di Kepulauan Natuna maka
Pemerintah Kolonial Inggris dan Belanda
manajemen tetap diserahkan kepada
sejak awal kemerdekaan. Indonesia negara
Singapura.

13
K. Martono, op.cit., hal 52
8
JOM FISIP Volume 1 No. 1 Februari 2016
Pada tahun 1970-an, Singapura sudah mulai diri bangsa Indonesia. Pengelolaan ini
memperhatikan FIR Kepulauan Natuna termasuk sebuah pelanggaran terhadap
karena menyangkut masalah geostrategi dan kedaulatan negara secara de jure, ruang
perekonomian negara tersebut. Pada tahun udara tersebut milik Indonesia namun secara
1973, dalam pertemuan RAN pertama yang de facto milik Singapura.15 Terlepas dari
diselenggarakan oleh ICAO kawasan Asia ketentuan bahwa pembagian FIR ditentukan
Pasifik, Singapura mulai mengajukan usul oleh ICAO, pengelolaan ruang udara
untuk memperpanjang pengelolaan FIR seharusnya diserahkan kepada Indonesia
Kepulauan Natuna. Usulan ini disetujui oleh sesuai dengan amanat pada Konvensi
ICAO kawasan Asia Pasifik karena Chicago 1944 Pasal 1 yang menyebutkan
Singapura merupakan negara yang paling bahwa kedaulatan suatu negara
siap dalam mengelola FIR Kepulauan menyesuaikan pada kedaulatan di
Natuna, sementara Indonesia sebagai bawahnya.
pemilik FIR tersebut belum siap dan belum
memiliki teknologi yang memadai untuk Menurut Annex 11 Konvensi Chicago 1944,
melakukan pengelolaan. Usulan tersebut setiap negara harus mengatur pelayanan lalu
juga diterima oleh Indonesia untuk lintas udara, jika tidak mampu maka harus
sementara waktu, pengelolaan FIR mendelegasikan tanggung jawab tersebut
didelegasikan kepada Singapura.14 kepada negara lain.16 Batas FIR tidak harus
sama dengan batas administrasi atau batas
Indonesia terus memperbaiki infrastruktur teritorial suatu negara.
penerbangan terutama di kawasan Natuna,
salah satunya dengan membangun radar Menteri Keamanan dan Pertahanan
militer yang mampu untuk mengawasi Indonesia pada masa orde baru, LB
penerbangan di seluruh Kepulauan Natuna. Moerdani yang merupakan salah satu
Pada tahun 1983, dalam pertemuan RAN pejabat negara yang sangat menolak
kedua, giliran Indonesia mengajukan usulan pengelolaan Singapura, penolakan ini
untuk mengelola FIR Kepulauan Natuna didasarkan pada pengalamannya ketika
secara mandiri. Namun usulan tersebut melakukan kunjungan ke Kepulauan
ditolak karena kemampuan manajemen Natuna. Jenderal ini sempat tidak diijinkan
penerbangan sipil dan ATC di kawasan saat akan mendarat ke pangkalan udara
tersebut masih jauh di bawah standar, Ranai, Natuna Besar. Sempat terjadi
kemampuan teknologi dan sumber daya argumentasi antara pilot dengan pemandu
manusia yang dimiliki Indonesia belum lalu lintas negara, pilot meminta ijin untuk
mampu untuk menjangkau Kepulauan mendarat namun ditolak oleh pemandu
Natuna. karena tidak sesuai dengan prosedur. Pilot
menjelaskan bahwa sedang membawa
Pengelolaan FIR (Flight Information penumpang VVIP yakni Menteri Keamanan
Region) di Kepulauan Natuna dan Pertahanan Indonesia, tetapi pemandu
tetap tidak mengijinkan. Setelah terjadi
Pengelolaan FIR Natuna oleh Singapura perdebatan selama 15 menit, pesawat yang
seringkali dipermasalahkan karena
menyangkut masalah kedaulatan dan harga 15
Amrizal Mansur, 2010. Flight Information Region
(FIR) : Implikasi Penguasaan Air Traffic Control
14
Pendelegasian Pengelolaan FIR Natuna kepada Oleh Singapura di Kepulauan Riau , Jakarta : Unhan
Singapura dalam www.kemendagri.go.id diakses 01 hal 64
16
Januari 2016 Harun Al-Rasyid Lubis, Op Cit ., hal 35
9
JOM FISIP Volume 1 No. 1 Februari 2016
membawa Menteri tersebut baru diijinkan pertahanan dan keamanan. Penataan
untuk mendarat. Lalu LB Moerdani terhadap ruang udara nasional menjadi satu
memerintahkan agar pengelolaan FIR agenda pemerintah Indonesia yang sangat
Kepulauan Natuna diambil oleh Indonesia. penting untuk direalisasikan, mengingat
peran ruang udara yang besar dalam
Tahun 2003 diselenggarakan pertemuan pembangunan dan kepentingan nasional.
RAN keempat, tidak ada pembahasan lebih Upaya pengambilalihan pelayanan navigasi
lanjut tentang pengambilalihan FIR di penerbangan FIR Singapura ini dipengaruhi
Kepulauan Natuna dari Singapura. Indonesia oleh aspek-aspek sebagai berikut :
mengeluarkan Undang-undang (UU) No.1
Tahun 2009 tentang Penerbangan. Indonesia a. Aspek Politik
berencana untuk melakukan pengelolaan
ruang udara secara mandiri. Dalam Pasal 5 Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal
menyebutkan bahwa Negara Kesatuan 1 Konvensi Chicago 1944 yang berbunyi
Republik Indonesia (NKRI) berdaulat penuh “The Contracting States recognize that
dan esklusif atas wilayah udara RI. every State has complete and exclusive
sovereignty over the airspace above its
Pasal 458 UU No. 1 Tahun 2009, Indonesia territory.” Selain itu, Konvensi Hukum
menegaskan bahwa wilayah udara RI yang Laut 1982, status Indonesia sebagai
pelayanan navigasi penerbangannya Negara Kepulauan telah diakui dalam
didelegasikan kepada negara lain sudah Pasal 46, demikian juga dengan status
harus dievaluasi dan dilayani oleh lembaga ruang udaranya yang diatur dalam Pasal
penyelenggara pelayanan navigasi 49.
penerbangan paling lambat 15 tahun sejak
UU tersebut berlaku. UU No 1 Tahun 2009 Dalam lingkungan global, regional
mulai berlaku tanggal 12 Januari 2009 dan dan nasional saat ini Indonesia
artinya pada 12 Januari 2024, ruang udara mengelola politik luar negeri bebas aktif.
Kepulauan Natuna harus beralih dari FIR Kebijakan pemerintah, sasaran, fokus
Singapura menjadi FIR Jakarta di bawah dan prioritas politik luar negeri tidak
ATC Bandara Soekarno Hatta. terlepas dari program kerja Pemerintah
Indonesia. Politik luar negeri
Pengambilalihan pengelolaan FIR dari berkewajiban mengamankan
otoritas FIR Singapura oleh Pemerintah kepentingan nasional, sasaran pokoknya
Indonesia didasari oleh berbagai aspek, tertuang dalam program pemerintah
selain sudah diamanatkan oleh aturan tersebut. Termasuk program pemerintah
perundang-undangan, kesiapan Indonesia yang diamanatkan dalam UU
dalam mengelola FIR, faktor lain adalah Penerbangan dimana wilayah udara
harga diri bangsa Indonesia sebagai negara Republik Indonesia yang pelayanan
berdaulat, meskipun memang pengaturan navigasi penerbangannya didelegasikan
FIR bukanlah terkait dengan kedaulatan kepada negara lain berdasarkan
negara dan hanya pada pemberian pelayanan perjanjian sudah harus dievaluasi dan
navigasi penerbangan, namun hal tersebut dilayani oleh lembaga penyelenggara
telah diwacanakan dalam waktu lama oleh pelayanan navigasi penerbangan paling
Pemerintah Indonesia. lambat 15 tahun sejak UU ini berlaku.17
Dalam wilayah udara suatu negara 17
Evi Zuraida,2012. Tinjauan Yuridis Upaya
terkandung aspek politik, ekonomi maupun pengambilalihan Pelayanan Navigasi Penerbangan
10
JOM FISIP Volume 1 No. 1 Februari 2016
Hal tersebut sebagai perpanjangan diuraikan sebelumnya bahwa pada
kedaulatan, dimana Indonesia pelaksanaanya terdapat banyak keluhan dari
berkepentingan untuk mengamankan penerbang
sepenuhnya ruang udara Indonesia,
termasuk kendali penuh atas Flight
Information Region di seantero wilayah
Upaya Yang Akan Dilakukan Pemerintah
udara nasional.18
Indonesia
b. Aspek Ekonomi Pemerintah Indonesia akan
Pada Pasal 6 UU Penerbangan sangat mengembangkan sistem kontrol udara yang
jelas menyebutkan bahwa “ Dalam menjangkau seluruh wilayah Indonesia
rangka penyelenggaraan kedulatan termasuk mengambil alih kontrol yang
negara atas wilayah udara Negara dilakukan Singapura atas sektor A wilayah
Kesatuan Republik Indonesia, udara Indonesia yaitu di Kepulauan
pemerintah melaksanakan wewenang Natuna.19 Untuk itu, Kementrian
dan tanggung jawab pengaturan ruang Perhubungan akan mengembangkan Jakarta
udara untuk kepentingan penerbangan, Automated Air Traffic System (JAATS)
perekonomian nasional, pertahanan dan Bandara Internasional Soekarno-Hatta dan
keamanan negara, sosial budaya serta Makassar Automated Air Traffic System
lingkungan udara.” Dalam penjelasan (MAATS) Bandara Hasanuddin, Makassar.
Pasal 6 tersebut disebutkan juga bahwa JAATS Bandara Soekarno-Hatta
wilayah udara yang berupa ruang udara yang mengontrol wilayah udara bagian barat
di atas perairan dan daratan Republik akan terintegrasi dengan Singapura
Indonesia merupakan kekayaan nasional sedangkan MAATS Makassar akan
yang harus dimanfaatkan sebesar- terintegrasi. Pembangunan JAATS2 diawali
besarnya untuk kepentingan rakyat, dengan membangun gedung dan menara
bangsa dan negara. baru yang dilengkapi sistem yang lebih
canggih sehingga jangkauan kontrolnya
c. Aspek Pertahanan dan Keamanan lebih luas. Hal tersebut juga diimbangi
dengan peningkatan kemampuan SDM
Sesuai dengan Pasal 28, Pasal 68, dan dengan penambahan personel dengan
Annex 11, Pemerintah Indonesia dan kualitas dan kuantitas sehingga upaya
Pemerintah Singapura telah menentukan pengambilalihan FIR khususnya pada sektor
beberapa rute udara dari Significant Points A dapat terwujud.
di dalam FIR Singapura yang harus dilewati PT. (Persero) Angkasa Pura II
oleh setiap penerbangan, baik pesawat sipil sebagai penyelenggara/pengelola ruang
maupun militer sesuai dengan pertimbangan udara dalam rangka pengambilalihan
keselamatan, di antaranya untuk mencegah pengelolaan ruang udara di atas Kepulauan
tabrakan antara pesawat di udara dan Natuna membuat suatu rencana tahapan dan
memberikan saran dan informasi jadwal pengambilalihan serta infrastruktur
pelaksanaan dari penerbangan. Namun telah penunjang penyelenggaraan pelayanan lalu

Pada Flight Information Region (FIR) SIngapura


19
Atas Wilayah Udara Indonesia Berdasarkan BPKP,2009. Laporan Hasil Kajian Atas PNBP
Perjanjian Antara Indonesia dan Singapura Tahun Pelayanan Jasa Penerbangan Sektor A Yang
1995. Jakarta : Universitas Indonesia hal Dipungut Oleh Civil Aviation Authority of Singapore,
18
Ibid Tim Optimalisasi Penerimaan Negara (TOPN
11
JOM FISIP Volume 1 No. 1 Februari 2016
lintas udara Natuna. Rencana tersebut antara Service. ATC unit yang bertanggung
lain :20 jawab memberikan pelayanan di
a. Rencana Induk kawasan tersebut (sektor A,B,C) adalah
Pengambilan wilayah udara ATC Unit Jakarta Upper Sector X. X
ditetapkan : (nama sektor ditentukan kemudian) yang
- Untuk wilayah sektor A dengan bertanggungjawab memberikan :
batas bawah atau lower limit 24.500
kaki/ FL.245 dan batas atas upper a. ATC Service (Area Control
limit 46.000 kaki/FL.460 Service)
- Untuk wilayah sektor B dengan batas b. Flight Information Service
bawah atau lower limit 24.500 kaki/ c. Alerting Service, kepada
FL.245 dan batas atas upper limit semua lalu lintas yang
46.500 kaki/FL.460 menerbangi kawasan tersebut
- Untuk wilayah sektor C, oleh karena 2. ATC System dan Procedures
faktor strategis pertahanan dan
Prosedur yang terkait dengan
keamanan maka lower limit-nya
pengelolaan ruang udara seperti
ground/water dan upper limit
organisasi ruang udara, sektorisasi dan
FL.460. Dengan
prosedur koordinasi yang dituangkan
memberikan/menetapkan koridor
dalam bentuk Letter of Agreement
pada ATS route G-586 dengan lower
(LOA) antara :
limit 6.500 kaki dan upper limit
20.000 kaki/ FL.200, hal tersebut a. Jakarta - Singapura
dimaksudkan agar dapat b. Jakarta - Kuala
berhubungan dengan Malaysia barat Lumpur
dan timur. c. Jakarta - Kuching
b. Langkah Tahapan d. Pontianak - Kuching
3. Fasilitas Pendukung CNS/ATM
Langkah tahapan pelaksanaan
pengambilalihan pelayanan navigasi Kebutuhan dan kesiapan fasilitas
penerbangan di sektor A,B dan C oleh pendukung pelaksanaan pengambilalihan
ATS Jakarta meliputi : penyelenggaraan pelayanan kepada lalu
lintas di sektor A, B dan C yang terdiri
1. Airspace Organization dan dari Communication, Navigation dan
Management Surveillance serta manajemen lalu lintas
Wilayah udara yang akan diambil di kawasan tersebut.
alih Jakarta Area Control Centre
4. Air Traffic Management
mempunyai konfigurasi dengan
pelayanan yang akan diberikan berupa Seluruh sistem yang terpasang saat
ATC Service (Area Control Service), ini telah terintegrasi dengan semua
Flight Information Service, dan Alerting sistem yang dioperasikan di Jakarta
Control. Airspace Natuna juga sudah
20
siap diaktifkan dalam sistem JAATS.
PT. Angkasa Pura II, 2003. Sub Direktorat
Ops.LLU, Rencana Tahapan dan Jadwal
Work Station sudah dipersiapkan dalam
Pengambilalihan Pemberian Pelayanan Lalu Lintas kondisi operasional dan software JAATS
Udara Natuna juga telah disiapkan.

12
JOM FISIP Volume 1 No. 1 Februari 2016
Hal-hal yang perlu dipersiapkan FIR Kepulauan Natuna selama mendapat
adalah : persetujuan dari ICAO. Demikian pula
dengan sikap Malaysia dalam pertemuan di
a. Sumber Daya Manusia, untuk Kuala Lumpur pada 2011 yang menyatakan
mengoperasikan ruang udara siap mengembalikan FIR Kepulauan Natuna
Kepulauan Natuna diperlukan kepada Indonesia dengan syarat hak akses
tambahan Controller (dihitung dan komunikasi mereka di Kepulauan
kemudian dan diperkirakan 10 Natuna tidak terganggu oleh kebijakan baru.
Controller) Hambatan yang perlu diwaspadai
b. Pelatihan untuk sektor Natuna adalah perubahan sikap dari Singapura dan
akan dilaksanakan oleh PAP II Malaysia karena kedua negara ini memiliki
dan diperkirakan pelatihan secara karakter yang hampir sama dalam
keseluruhan dan akan memakan bernegosiasi. Bahwa Malaysia dan
waktu 6 bulan Singapura memiliki karakter yang hampir
c. Prosedur akan disiapkan oleh sama dalam bernegosiasi, mereka jarang
PAP II mulai dari penerbitan mengatakan “tidak” dan lebih sering
AIC, AIP Supplement, Trigger mengatakan “ya”. Namun kalimat “ya”
Notam, dan prosedur operasional tersebut belum tentu berarti bahwa mereka
pemandu lalu lintas udara di menyetujui permintaan tapi lebih kepada
kawasan Natuna, sinyal atau tanda bahwa mereka
mendengarkan permintaan dari diplomat
Hambatan dalam Melakukan Diplomasi
Indonesia.
Singapura dan Malaysia tidak boleh
Penyelesaian Sengketa FIR
dianggap sebagai kesediaan kedua negara
tersebut untuk melepas FIR Kepulauan
Strategi diplomasi Indonesia saat ini,
Natuna begitu saja. Indonesia pernah
penilaian belum dapat dilakukan dengan
terjebak dalam situasi seperti ini pada tahun
baik karena hingga saat ini masalah ini
1993 dalam pertemuan RAN ketiga di
masih belum mencapai keputusan final.
Bangkok. Sebelum pertemuan tersebut,
Hasil akhir baru akan diketahui pada tahun
Singapura menunjukkan tanda-tanda
2013 ketika ada pertemuan RAN kelima.
persetujuan sehingga membuat Indonesia
Namun jika melihat perkembangan hingga
merasa nyaman dan hanya mengirimkan
sejauh ini, strategi diplomasi yang dilakukan
pejabat operasional. Akan tetapi diluar
oleh Indonesia sudah relatif baik.
dugaan, Singapura ternyata mengirimkan
Strategi Total Diplomacy yang
Dirjen Perhubungan, Ahli Penerbangan
dijalankan Indonesia berjalan dengan baik.
hingga Jaksa Agung sehingga FIR
First Track Diplomacy Indonesia lancar
Kepulauan Natuna kembali dikelola oleh
karena adanya dukungan dari Second Track
Singapura.21
Diplomacy yang secara aktif
mempromosikan keberhasilan Indonesia
Dalam penyelesaian sengketa FIR (Flight
dalam meningkatkan kualitas pelayanan
Information Region), Indonesia selalu
penerbangan.
mengupayakan penyelesaian masalah secara
Keberhasilan ini dapat dilihat dari
sikap dari Singapura dalam pertemuan di
Bali pada 2012 yang menyatakan bahwa 21
Kemhub, Hubud. Wilayah Ruang Udara di atas
Singapura bersedia unuk mengembalikan Kepulauan Natuna dan Sekitarnya Yang Dikelola
oleh Singapura dan Malaysia.
13
JOM FISIP Volume 1 No. 1 Februari 2016
diplomasi. Penyelesaian ini merupakan Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah
penyelesaian yang paling konstrutif terhadap Malaysia.
hubungan Indonesia dengan Singapura Dengan adanya diplomasdi Joint
dalam konteks good neigbouring. management maka Indonesia dan Singapura
Joint management merupakan suatu berkerjasama dalam mengelola FIR di
upaya diplomasi dengan mencapai suatu Kepulauan Natuna. Dengan adanya
kesepakatan mengenai adanya pengelolaan perjanjian Indonesia dengan Singapura yaitu
bersama dan joint management merupakan : “Agreement between the Government of
model diplomasi yang digunakan Indonesia the Republic of Indonesia and the
dalam menyelesaikan sengketa FIR dengan Government of the Republic of Singapore on
Singapura serta organisasi internasional. Military Training Areas 1 and 2 (MTA)
Ruang udara Indonesia di atas yang ditandatangani pada tanggal 25
Kepulauan Natuna dikenal sebagai sektor A, September 1995. Indonesia juga mendapat
B dan C. Batas ruang udara di kawasan imbalan berupa RANS Charges dari adanya
Natuna sesuai dengan batas yurisdiksi hasil perjanjian Indonesia Singapura Tahun 1995
Konvensi Hukum Laut (UNCLOS) 1982. sebagai konsekuensi dari pendelegasian
Sedangkan batas FIR Indonesia berdasarkan tanggung jawab pemberian layanan navigasi
hasil pertemuan RAN I pada Tahun 1973 di penerbangan atau Route Air Navigation
Honolulu dan teritori Indonesia berdasarkan Services (RANS) Charges di wilayah
PP No.38 Tahun 2002. yurisdiksi Indonesia, dan hasil yang telah
Dalam Annex 11 ditentukan bahwa terkumpul diberikan ke pemerintah
23
pendelegasian ruang udara kepada negara Indonesia.
lain tidak menyebabkan terganggunya Strategi yang dijalankan Indonesia
kedaulatan negara yang mendelegasikan. sudah efektif. Indonesia hanya harus
Dalam pendelegasian tersebut dibutuhkan menjaga kualitas First Track Diplomacy dan
sebuah nota kesepakatan antara kedua belah meningkatkan kualitas Second Track
pihak yang berisi persyaratan-persyaratan Diplomacy sehingga strategi ini berjalan
tentang pelayanan yang mencakup fasilitas dengan baik dan mendapat dukungan dari
dan tingkat pelayanan yang akan dalam negeri. Namun, apabila kualitas
diberikan.22 diplomasi Indonesia menurun, maka potensi
Singapura memungut jasa pelayanan pengambilalihan ruang udara Kepulauan
navigasi penerbangan atau Route Air Natuna pada tahun 2013 hilang dan harus
Navigation Services (RANS) Charges di menunggu pertemuan RAN se-Asia Pasifik
wilayah udara yurisdiksi Indonesia, keenam tahun 2023.
khususnya pada sektor A yang telah
didelegasikan tanggung jawab pemberian
pelayanan navigasi penerbangan kepada III. Simpulan
Singapura, dan hasil yang terkumpul
Berdasarkan pada bahasan tulisan di atas,
diserahkan ke Pemerintah Indonesia,
penulis memberikan kesimpulan mengenai
sedangkan sektor B masih merupakan
Diplomasi Indonesia dalam menyelesaikan
permasalahan yang harus dibahas antara
sengketa FIR (Flight Information Region) di

23
BPKP.2009. Laporan Hasil Kajian Atas PNPB
22
Departemen Perhubungan RI, Ditjen Perhubungan Pelayanan Jasa Penerbangan Sektor A Yang
Udara.2005, Cetak Biru Transportasi Udara (Konsep Dipungut Oleh Civil Aviation Authority of Singapore,
Akhir) 2005-2024 Tim Optimalisasi Penerimaan Negara (TOPN)
14
JOM FISIP Volume 1 No. 1 Februari 2016
atas Kepulauan Natuna dengan Singapura. Ditandai dengan adanya kerjasama pelatihan
FIR (Flight Information Region) merupakan militer di Kepulauan Natuna dan
suatu ruang udara yang telah ditetapkan pengumpulan hasil dari RANS Charges dan
dimensinya dan di dalamnya terdapat Flight diberikan kepada Indonesia. Penulis dapat
Information Service dan Alerting Service. menyimpulkan bahwa hipotesa yang penulis
Dengan adanya FIR maka suatu negara ajukan dapat terbukti dengan pembuktian
dapat mengatur setiap penerbangan yang penelitian pada bab-bab sebelumnya.
akan melintasi wilayah kedaulatan negara
dari Air Traffic Control (ATC). Referensi
Kepulauan Natuna merupakan satu bagian
dari pembagian FIR di seluruh Indonesia, Jurnal dan Skripsi
dimana wilayahnya merupakan wilayah
perbatasan yang berbatasan langsung dengan
Muh. Miftachun Niam. 2011. Flight
Malaysia dan Singapura. Hal tersebut
Information Region (FIR) diatas
wilayah udara Kepulauan Natuna banyak
Kepulauan Natuna dan Riau. Solo :
dimasuki oleh penerbangan gelap dari
Universitas Slamet Riyadi Surakarta.
negara lain.
Kurangnya sumber daya manusia yang Prima Rita Idayu. 2014. Efektifitas United
terampil dan kurangnya teknologi yang Nation Programme on HIV and AIDS
memadai di Kepulauan Natuna membuat (UNAIDS) menangani HIV/AIDS di
FIR Natuna dikelola sementara oleh FIR Indonesia tahun 2009-2012.
Jakarta. Namun, Pada pertemuan RAN Pekanbaru : Fisip Universitas Riau
(Regional Aviation Navigation) I yang
diselenggarakan oleh ICAO, Singapura M. Saeri. 2012. Teori Hubungan
mengajukan agar FIR Natuna dikelola oleh Internasional Sebuah Pendekatan
FIR Singapura karena keterbatasan Paradigmatik. Jurnal Transnasional,
teknologi dan sumber daya manusia. Vol.3, No.2
Indonesia pu menyetujuinya.
Namun setelah diambil alih, Singapura
mempersulit akses Indonesia untuk terbang Buku
melintasi Natuna dan menuju Singapura
yang ditandai saat Menteri Pertahanan dan Mohtar Mas’oed., 1994, Ilmu Hubungan
Keamanan L.B Moerdani dipersulit untuk Internasional : Disiplin dan
mendarat di Kepulauan Natuna. Tentu saja Metodelogi. Jakarta: LP3S
beliau meradang dan menyuarakan untuk
mengambil alih FIR secapatnya dan hal itu Website
didukung dengan ketetapan UNCLOS 1982
bahwa perairan Kepulauan Natuna http://bnpp.go.id/ PERATURAN BADAN
merupakan wilayah kedaulatan Indonesia. NASIONAL PENGELOLA
Diplomasi Indonesia dalam menyelesaikan PERBATASAN NOMOR 1 TAHUN 2015
sengketa FIR di Kepulauan Natuna dengan TENTANG RENCANA INDUK
Singapura adalah dengan menggunakan PENGELOLAAN PERBATASAN
diplomasi Joint Management dimana NEGARA TAHUN 2015-2019 diakses 30
diadakannya pengelolaan bersama antara Juni 2015
Indonesia dengan Singapura dengan wujud
good neighbouring dan win-win solution.
15
JOM FISIP Volume 1 No. 1 Februari 2016
www.academia.edu/ strategi diplomasi
Indonesia menyelesaikan sengketa Flight
Information Region (FIR) diatas kepulauan
Natuna dengan Singapura dan Malaysia.
Diakses 30 Juni 2015

http://nurlaili-laksmi-w-
fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-71685-
Semester%20III-
MultiTrack%20Diplomacy.html diakses 30
Juni 2015

https://www.academia.edu/7430383/national
_interest diakses 30 Juni 2015

https://www.academia.edu/3642661/sistem_
analisis_dalam_HI diakses 30 Juni 2015

http://tabloidaviasi.com/safety/keberadaan-
dan-peran-icao-dalam-penerbangan-sipil-
internasional/ diakses 27 September 2015

https://overseaszonemagazine.com/2013/01/
11/negara-dibawah-naungan-icao/ diakses
27 September 2015

16
JOM FISIP Volume 1 No. 1 Februari 2016

You might also like