Professional Documents
Culture Documents
None Fe135a05
None Fe135a05
Sandryas Alief Kurniasanti*)1, Ujang Sumarwan**), dan Bagus Putu Yudhia Kurniawan***)
*)
Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Ternak, Politeknik Negeri Banyuwangi
Jl. Raya Jember KM 13, Kabat Banyuwangi
**)
Departemen Ilmu Konsumen dan Keluarga, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor
Jl. Lingkar Akademik, Kampus IPB Dramaga Bogor 16680
***)
Program Pascasarjana, Politeknik Negeri Jember
Jl. Mastrip POBOX 164 Jember 68101
ABSTRACT
Jember regency is a agricultural and plantation central area. The soybean plant is principal
FRPPRGLW\ WKDW FRPSHWHV ¿HUFHO\ ZLWK SURGXFWLRQ RI FRUQ 37 0LWUDWDQL 'XD 7XMXK 37 07
WU\ WR ¿QG QHZ WHFKQRORJ\ E\ SURFHVVLQJ HGDPDPH WR IUR]HQ HGDPDPH WKDW IRFXV LQ WKH H[SRUW
PDUNHW 7KH SULPDU\ PDUNHW RI IUR]HQ HGDPDPH EHVLGHV GRPHVWLF PDUNHW LV -DSDQ 7KH DLP RI WKLV
research is to analyze competitiveness and formulated the priority of competitiveness alternative
VWUDWHJ\ RQ IUR]HQ HGDPDPH SURGXFW LQ 37 07 7KH UHVHDUFK PHWKRG XVHG LV WKH DQDO\VLV RI
FRPSHWLWLYHQHVV E\ XVLQJ UHYHDOHG FRPSDUDWLYH DGYDQWDJH WR NQRZ WKH H[SRUW SHUIRUPDQFH RI
WKH SURGXFW RQ WKH ZRUOG PDUNHW WKHQ DQDO\]H D IDFWRU RI FRPSHWLWLRQ E\ XVLQJ 'LDPRQG 3RUWHU V
Theory. Alternative strategies are resulted from the SWOT analysis and priorities are determined
by using analytical hierarchy process from the expert source. The research results about alternative
VWUDWHJ\ SULRULW\ WR LQFUHDVH WKH FRPSHWLWLYHQHVV RI IUR]HQ HGDPDPH SURGXFWV LQ 37 07 DUH
PDUNHW GLYHUVL¿FDWLRQ SURGXFW GLYHUVL¿FDWLRQ LPSURYH FRRSHUDWLRQ RYHUVHDV GHYHORS D
UHVHDUFK DQG GHYHORSPHQW GLYLVLRQ GHYHORS FRUSRUDWH VRFLDO UHVSRQVLELOLW\ SURSHU ¿QDQFLDO
PDQDJHPHQW DQG WR GHYHORS DQ DJULFXOWXUDO DUHD JUHHQKRXVH EDVHG WR DYRLG EDG ZHDWKHU DV
WURSLFDO FRXQWU\ 0DQDJHULDO LPSOLFDWLRQV RI WKLV UHVHDUFK DUH H[SDQGLQJ H[LVWLQJ PDUNHWV DQG
GHYHORS W\SH RI SURGXFW SURGXFHG WR VDWLVI\ WKH H[SRUW PDUNHW DQG DOVR VDYLQJV FRVW SURGXFWLRQ
ABSTRAK
.DEXSDWHQ -HPEHU PHUXSDNDQ VHQWUD GDHUDK SHUWDQLDQ GDQ SHUNHEXQDQ 7DQDPDQ NHGHODL
PHUXSDNDQ NRPRGLWDV XWDPD \DQJ EHUVDLQJ NHWDW GHQJDQ SURGXNVL MDJXQJ 37 0LWUDWDQL 'XD 7XMXK
37 07 PHQFRED XQWXN PHQFDUL WHURERVDQ EDUX \DLWX GHQJDQ PHQJRODK HGDPDPH PHQMDGL
HGDPDPH EHNX VLDS PDNDQ 3DVDU XWDPD HGDPDPH EHNX LQL VHODLQ SDVDU GRPHVWLN DGDODK -HSDQJ
7XMXDQ SHQHOLWLDQ LQL DGDODK XQWXN PHQJDQDOLVLV GD\D VDLQJ GDQ PHUXPXVNDQ SULRULWDV DOWHUQDWLI
VWUDWHJL SHQLQJNDWDQ GD\D VDLQJ SURGXN HGDPDPH EHNX GL 37 07 0HWRGH \DQJ GLJXQDNDQ
GDODP SHQHOLWLDQ LQL DGDODK 5HYHDOHG &RPSDUDWLYH $GYDQWDJH XQWXN PHQJHWDKXL NLQHUMD HNVSRU
GDUL SURGXN HGDPDPH EHNX GL SDVDU GXQLD NHPXGLDQ PHQJDQDOLVLV IDNWRU SHUVDLQJDQ GHQJDQ
PHQJJXQDNDQ 'LDPRQG 3RUWHU¶V 7KHRU\ $OWHUQDWLI VWUDWHJL GLKDVLONDQ GDUL DQDOLVLV 6:27 GDQ
GLWHQWXNDQ SULRULWDVQ\D GHQJDQ PHQJJXQDNDQ DQDO\WLFDO KLHUDUFK\ SURFHVV GDUL VDWX QDUDVXPEHU
DKOL +DVLO SHQHOLWLDQ PHQXQMXNNDQ EDKZD SULRULWDV DOWHUQDWLI VWUDWHJL SHQLQJNDWDQ GD\D VDLQJ SURGXN
HGDPDPH EHNX 37 07 VHFDUD EHUXUXWDQ PHOLSXWL GLYHUVL¿NDVL SDVDU GLYHUVL¿NDVL SURGXN
PHQLQJNDWNDQ NHUMDVDPD OXDU QHJHUL SHQJHPEDQJDQ GLYLVL 5HVHDUFK DQG 'HYHORSPHQW
PHQJHPEDQJNDQ SURJUDP &RUSRUDWH 6RFLDO 5HVSRQVLELOLW\ SHQJHORODDQ NHXDQJDQ VHFDUD EDLN
GDQ EHQDU VHUWD PHQJHPEDQJNDQ DUHDO SHUWDQLDQ \DQJ EHUEDVLV UXPDK NDFD XQWXN PHQJKLQGDUL
FXDFD EXUXN NDUHQD EHULNOLP WURSLV ,PSOLNDVL 0DQDMHULDO GDUL SHQHOLWLDQ LQL DGDODK PHQJHPEDQJNDQ
SDVDU \DQJ VXGDK DGD GDQ PHQJHPEDQJNDQ MHQLV SURGXN \DQJ GLSURGXNVL XQWXN PHPHQXKL VHOHUD
SDVDU HNVSRU GDQ MXJD SHQJKHPDWDQ ELD\D SURGXNVL
.DWD NXQFL GD\D VDLQJ HGDPDPH EHNX 0LWUDWDQL 'XD 7XMXK VWUDWHJL GD\D VDLQJ
1
Alamat Korespondensi:
Email: sandryas.alief.polije@gmail.com
Pada analisis keunggulan kompetitif menggunakan Pada awalnya, PT MT 27 Jember mendapatkan impor
Teori Berlian Porter (3RUWHU¶V 'LDPRQG 7KHRU\) benih dari China. Namun, pada akhir tahun 2008 PT MT
yang menganalisis daya saing produk edamame beku 27 mulai mengusahakan benih edamame sendiri. Hal
Indonesia melalui empat komponen utama, yaitu kondisi ini didukung dengan dibentuknya divisi R&D (research
faktor, permintaan, industri terkait dan pendukung, serta and development). Divisi ini mengembangkan benih
strategi perusahaan, struktur dan persaingan ditambah edamame sehingga PT MT 27 tidak lagi tergantung
dengan dua komponen pendukung yaitu komponen pada impor benih dari China. Divisi ini juga mengontrol
regulasi pemerintah dan faktor kesempatan. Menurut masa atau fase adaptasi benih di tanah Indonesia,
Samsu SH (2001), Jember merupakan sentra produksi khususnya di Jember. Dengan demikian, PT MT 27
pertanian dan perkebunan di Jawa Timur. Jember sudah Jember mampu mengembangkan benih edamame yang
disiapkan sebagai sentra pertanian sejak zaman Belanda lebih berkualitas dari negara asalnya.
yang memiliki tanah subur. Jadi banyak daerah-daerah
yang mengusahakan produk pertanian di Jember. Sumber daya modal merupakan salah satu faktor
Hal ini mendasari pendirian PT MT 27 Jember yang penting dalam perkembangan produksi edamame beku.
merupakan perusahaan dengan produk unggulannya Berdasarkan akte pendirian PT MT 27 Jember pasal 4
adalah edamame beku. dinyatakan bahwa PT MT 27 Jember bermodal dasar
Rp25 milyar, modal disetor sebesar Rp6,25 milyar
Areal pertanaman edamame ini bisa dikembangkan dengan komposisi pemegang saham sesuai RUPSLB
di Jember karena alasan utama yaitu iklim tropis tanggal 27 Februari 2004 dengan akta Notarial Yun
yang dimiliki oleh Indonesia sehingga bisa menanam Yanuaria, SH No. 10 tanggal 27 Februari 2004.
edamame di sepanjang musim tiap tahun selama Ketersediaan modal yang cukup dapat mengembangkan
masih ada persediaan air. Namun, kelemahan dari produksi edamame beku sehingga akan memengaruhi
budidaya edamame di lahan tropis ini adalah tanaman peningkatan penjualan khususnya ekspor produk
akan mudah terserang hama dan penyakit, sehingga edamame beku.
apabila tidak mendapatkan penangan yang intensif
dapat menyebabkan kegagalan panen. Faktor yang Sumber daya infrastruktur di PT MT 27 Jember ini
mempengaruhi tingkat produktivitas kedelai edamame sudah sesuai dengan standar yang dibutuhkan dalam
menjadi rendah adalah karena serangan hama penyakit pengembangan produk olahan. Sebagai salah satu
(Destarianto P, 2013). Ketersediaan Sumber Daya contohnya, produk edamame beku yang diolah dengan
Manusia (SDM) di Indonesia, khususnya di Kabupaten menggunakan metode TXLFN IUR]HQ menggunakan
Jember, yang tertarik untuk ikut berkontribusi mesin yang bernama IQF (,QGLYLGXDO 4XLFN )UHH]HU)
dalam pengolahan produk edamame beku ini sangat dengan kinerja mesin yang dapat membekukan 500
mencukupi atau bisa dikatakan ketersediaannya gram edamame dalam waktu tujuh menit. PT MT 27
melimpah. Menurut Samsu SH (2000), SDM yang Jember terbagi menjadi bermacam-macam gedung dan
Tabel 2. Tabel IFE dan EFE produk edamame beku PT MT 27 Jember Indonesia
Faktor internal/eksternal Bobot (a) Peringkat (b) Nilai (a x b)
Kekuatan/Kelemahan
Kualitas produk bagus (performance, rasa, warna) 0,08 4 0,30
SDM yang terdidik dan terlatih 0,10 3 0,29
Infrastruktur yang memadai 0,08 4 0,30
Penjualan meningkat setiap tahunnya 0,09 3 0,27
0HPLOLNL RULHQWDVL SDVDU HNVSRU 506 ± 0,15 4 0,59
Masih tergantung pada impor benih 0,11 1 0,11
Penjualan ekspor menggunakan sistem trading company dan penjualan 0,20 2 0,40
lokal belum mempunyai distributor sendiri
Tidak melakukan pengemasan dan pelabelan sendiri 0,20 1 0,20
Jumlah (A) 2,47
Peluang/Ancaman
Beriklim tropis sehingga mampu menanam edamame sepanjang tahun 0,05 4 0,21
Banyaknya permintaan 0,07 4 0,27
Memiliki tanah yang subur 0,07 4 0,30
Kesadaran masyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat 0,07 3 0,21
Ketersediaan SDM yang tertarik ikut berkontribusi dalam pengolahan 0,09 3 0,26
produk
Kebijakan pemerintah tentang subsidi harga pupuk 0,14 1 0,14
Meningkatnya jumlah pesaing dalam industri edamame beku pasar 0,13 2 0,26
ekspor (Taiwan, China, dan Thailand)
Rentan terserang hama dan penyakit karena ditanam di daerah beriklim 0,15 2 0,31
tropis
+DUJD ÀXNWXDWLI VHVXDL GHQJDQ NXUV GRODU 0,22 1 0,22
Jumlah (B) 2,18
Penentuan Prioritas Strategi Menggunakan AHP dan berperan untuk Memengaruhi hasil pada sistem
tersebut. Hasil analisis AHP menghasilkan prioritas
Alternatif strategi yang diusulkan tersebut kemudian strategi seperti dijelaskan pada Gambar 3.
dianalisis dengan menggunakan AHP. Proses Hierarki
Analitik (AHP) menyelesaikan persoalan dalam Prioritas alternatif strategi peningkatan daya saing
suatu kerangka pemikiran yang terorganisir sehingga produk edamame beku PT MT 27 Jember Indonesia,
dapat diekspresikan untuk mengambil keputusan prioritas alternatif strategi pertama dengan bobot
yang efektif atas persoalan tersebut. Persoalan yang DGDODK VWUDWHJL 62 \DLWX GLYHUVL¿NDVL SDVDU
kompleks dapat disederhanakan dan dipercepat kedua dengan bobot 0,162 adalah strategi SO2, yaitu
proses pengambilan keputusannya. Prinsip kerja AHP GLYHUVL¿NDVL SURGXN NHWLJD GHQJDQ ERERW DGDODK
adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks strategi WO2, yaitu meningkatkan kerjasama luar negeri,
yang tidak terstruktur, strategic, dan dinamik menjadi keempat dengan bobot 0,149 adalah strategi WO1,
sebuah bagian-bagian dan tertata dalam suatu hierarki. yaitu pengembangan divisi research and development,
Struktur hierarki elemen strategi peningkatan daya kelima dengan bobot 0,111 adalah strategi ST1, yaitu
saing dijelaskan pada Gambar 2. Tingkat kepentingan mengembangkan program CSR, keenam dengan bobot
setiap variabel diberi nilai numeric, secara subyektif 0,073 adalah strategi ST2 yaitu pengelolaan keuangan
tentang arti penting variabel tersebut dan secara relatif secara baik dan benar, dan ketujuh dengan bobot 0,066
dibandingkan dengan variabel lain. Dari berbagai adalah strategi WT1 yaitu mengembangkan areal
pertimbangan kemudian dilakukan sintesa untuk pertanian yang berbasis rumah kaca.
menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi
Gambar 2. Struktur hierarki elemen strategi peningkatan daya saing produk edamame beku