You are on page 1of 22

Jurnal Ilmiah Psikologi MANASA

2019, Vol 8, No 2, 1-22 1

PROSES RESILIENSI PADA REMAJA AKHIR PEREMPUAN YANG PERNAH


MENGALAMI BULLYING VERBAL KARENA OBESITAS

Cicilia Ajeng Yunisca & Dhevy Setya Wibawa


Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta
Corresponding Author: ciciliaajeng@gmail.com

Abstract

Bullying may occur in the form verbal bullying. It often happens in late adolescent girls whose
different physical appearance compared to others, such as obesity. Bullying can negatively affect
individuals who experience it, both in long and short period of time. However, with the ability to
bounce back from negative situations, an individual can recover from the adverse experience
caused by verbal bullying. The aim of the study was resilience process using qualitative methods
with homogenous sampling to select the participants. Researcher used semi structured interviews
towards two late adolescent girls aged 18 to 21 years old who experienced verbal bullying because
of obesity during the middle school (Sekolah Menengah Pertama) and high school (Sekolah
Menengah Atas). The results showed that two participants experienced negative effects because of
verbal bullying especially in their self-confidence and the ability to develop their skills. All
participants could adapt positively by involving protective factors from the environment and
internal resilience factors. Environment factors that helped the participants were from their
parents and friends. Internal factors that helped participants including spirituality, cognitive,
physical, social and emotional factors. Both participants showed resilient integration as their
positive adaptation. This can be seen from the ability to increase environmental resources by
developing new social support, increasing internal resources within themselves and develop
coping and problem solving skills.
Keywords: resilience, verbal bullying, adolescent girls, obesity

PENDAHULUAN dilakukan oleh UNICEF (dalam The United


Nations Educational, Science, and Cultural
Bullying merupakan permasalahan Organization, 2017), ditemukan bahwa 1 dari
yang sudah tidak asing dijumpai di berbagai 3 responden pada 100.000 remaja yang
negara maupun di Indonesia. Olweus (1993) berada di 18 negara pernah menjadi korban
mengatakan bahwa fenomena seputar bullying. Perilaku bullying pun tidak hanya
perilaku bullying sudah terjadi sejak awal terjadi di negara-negara maju, namun juga
tahun 1970 di Swedia. Perilaku bullying terjadi di negara berkembang seperti
dapat dilakukan oleh individu atau kelompok Indonesia. Oda (2017) mengatakan
dalam rentang usia yang beragam, namun Kementerian Sosial mendapatkan laporan
masa remaja cenderung rentan terhadap sebanyak 976 kasus sejak bulan Januari
perilaku bullying. Berdasarkan survei yang hingga Juli 2017 dan 117 kasus diantaranya
RESILIENSI PADA REMAJA AKHIR KORBAN BULLYING 2

merupakan kasus bullying. Lebih lanjut, tinggi, namun obesitas juga terjadi di negara-
berdasarkan data dari Kementerian Sosial negara seperti Asia Tenggara dan Afrika
(dalam Laksana, 2017) juga diketahui bahwa (WHO, 2018).
usia yang paling banyak mengalami bullying Data dari Kementerian Kesehatan
di Indonesia berada pada rentang usia 12 Republik Indonesia (2018) menunjukkan
hingga 17 tahun yaitu sebanyak 84%. bahwa individu berusia ≥15 tahun yang
Menurut Gan, et. al. (2014) perilaku bullying mengalami obesitas di Indonesia meningkat.
masih umum ditemukan pada remaja yang Sedangkan jika dilihat dari jenis kelamin
berada di Sekolah Menengah Atas. Hazler maka jumlah perempuan yang mengalami
(dalam Carney & Merrell, 2001) mengatakan obesitas lebih tinggi (41,4%) dibanding laki-
bahwa bullying merupakan perilaku laki (24,0%).
merugikan dengan cara melakukan serangan Ketika individu mengalami
fisik ataupun menyakiti perasaan orang lain obesitas, maka individu tersebut memiliki
melalui kata-kata, tindakan, atau pengucilan kemungkinan untuk mengalami gangguan
sosial yang dilakukan secara berulang kali. pada kesehatan dan rentan terhadap beberapa
Bullying dapat dilakukan oleh satu orang atau permasalahan psikologis dan sosial. Menurut
kelompok tuk membuat diri pelaku terlihat Prager (dalam American Council on Science
superior dibandingkan yang lain. and Health, n.d.), gangguan kesehatan yang
Bullying memiliki berbagai bentuk, mungkin akan dialami oleh individu yang
yaitu bullying fisik, bullying verbal, bullying mengalami obesitas antara lain adalah
relasional, dan cyberbullying. Bullying verbal diabetes, asthma, dan osteoarthritis.
merupakan perilaku kekerasan yang McClanahan, Huff, & Omar (2009)
dilakukan secara verbal, seperti julukan menyatakan bahwa permasalahan psikologis
nama, celaan, fitnah, kritik kejam, dan sosial yang mungkin dialami oleh
penghinaan dan penyataan bernuansa ajakan individu dengan obesitas antara lain adalah
seksual atau pelecehan seksual. Perilaku depresi, self-esteem yang rendah, gambaran
bullying verbal dapat disebabkan oleh diri yang negatif, mendapatkan stigma yang
berbagai macam faktor, salah satunya faktor buruk dari lingkungan, dan memiliki risiko
kondisi fisik seseorang seperti obesitas lebih besar untuk mengalami bullying.
(Coloroso, dalam Zakiyah, Humaedi, & Jansen, Craig, Boyce, & Pickett
Santoso, 2017). (2004) melakukan penelitian mengenai
Menurut Surdargo, Rosiyani, hubungan antara berat badan dengan perilaku
Freitag, & Kusmayati (2014) dalam satu bullying pada anak usia sekolah dan
dekade terakhir, jumlah individu dengan menunjukkan bahwa remaja berusia 11
obesitas di seluruh dunia meningkat sehingga hingga 16 tahun yang memiliki kelebihan
menempatkan masalah gizi ini menjadi salah berat badan lebih memiliki kecenderungan
satu masalah yang menjadi perhatian dunia. menjadi korban dari perilaku bullying fisik,
Negara-negara seperti Amerika, Eropa dan verbal, dan relasi dibandingkan dengan
Mediterania Timur merupakan negara yang teman-temannya yang memiliki berat badan
memiliki prevalensi kelebihan berat badan normal.
RESILIENSI PADA REMAJA AKHIR KORBAN BULLYING 3

Remaja dengan obesitas memiliki merupakan kemampuan individu untuk


kemungkinan lebih besar mengalami bertahan dan berkembang secara positif
bullying verbal karena bentuk fisik yang ketika mengalami tantangan yang
terlihat berbeda dengan teman-teman mengancam dalam hidupnya, melalui proses
seusianya. Hal ini dikarenakan remaja, interaksi yang terjadi antara faktor
khususnya perempuan, sedang mengalami lingkungan dengan faktor internal sehingga
banyak perubahan fisik yang membuat dapat memengaruhi individu untuk dapat
remaja akan cenderung lebih memerhatikan beradaptasi positif (Kumpfer, 1999).
penampilan fisiknya (Santrock, 2011). Kumpfer (dalam Glantz & Johnson,
Penelitian lain yang dilakukan oleh Wang, 2002) menjelaskan bahwa resiliensi
Iannotti, & Luk (2012) pada anak kelas 6 melibatkan hubungan antara lingkungan
hingga 10 di Amerika menunjukkan sosial individu dengan karakteristik internal
perempuan yang mengalami obesitas lebih yang dimiliki untuk melihat hasil akhir yang
memiliki kemungkinan untuk menjadi target positif sehingga dapat dikatakan bahwa
dari verbal bullying. individu yang mengalami bullying verbal
Berdasarkan penelitian yang karena obesitas dapat beradaptasi positif
dilakukan oleh Cardoso, Szlyk, Goldbach, apabila individu tersebut mampu
Swank, & Zvolensky (2017) kepada siswa mengembangkan faktor internal yang ada
Sekolah Menengah Atas (SMA) di Amerika, dalam dirinya. Selain itu, lingkungan sosial
ditemukan bahwa pengalaman siswa individu berperan penting dalam
mendapatkan bullying verbal berhubungan memberikan dukungan atau disebut sebagai
secara signifikan dengan depresi, pikiran faktor protektif. Faktor protektif yang
untuk bunuh diri, dan penggunaan obat didapatkan dari lingkungan akan membantu
terlarang dibandingkan dengan pengalaman individu untuk dapat bangkit dari
siswa yang mengalami bullying fisik. Puhl keterpurukan yang dialami karena bullying
(2011) mengatakan bahwa individu dengan verbal khususnya karena obesitas agar
overweight dan obesitas yang diejek atau individu dapat mencapai hasil akhir yang
diganggu karena berat badan mereka akan positif atau resilient reintegration.
meningkatkan kerentanan anak tersebut Penelitian mengenai resiliensi pada
terhadap depresi, kecemasan, harga diri yang remaja yang mengalami bullying verbal
rendah, dan citra tubuh yang buruk. khususnya karena obesitas di Indonesia
Bullying verbal yang dialami oleh masih jarang diteliti sebelumnya, padahal
individu dengan obesitas dapat berpengaruh cukup banyak dampak negatif yang mungkin
secara negatif bagi dirinya baik jangka dialami oleh individu obesitas yang
panjang maupun pendek. Namun, dengan mengalami bullying verbal. Oleh karena itu,
adanya kemampuan individu untuk dapat penelitian ini bertujuan untuk memperoleh
bangkit dari situasi negatif tersebut akan gambaran proses resiliensi remaja akhir
membuat individu dapat melenting dan pulih perempuan yang pernah mengalami bullying
kembali atau dikenal dengan istilah resiliensi verbal khususnya yang disebabkan karena
(Tugaede & Frederikson, 2004). Resiliensi obesitas.
RESILIENSI PADA REMAJA AKHIR KORBAN BULLYING 4

verbal karena obesitas, berjenis kelamin


perempuan.

METODE
Tabel 1
Penelitian ini merupakan penelitian Gambaran umum partisipan
kualitatif dengan pendekatan naratif. Keterangan Partisipan 1 Partisipan 2
Pemilihan sampling melalui metode
Nina Siska
purposive sampling yaitu dua partisipan Nama
(samaran) (samaran)
berusia 18-21 tahun, dan pernah mengalami
bullying verbal karena obesitas ketika berada Usia 19 tahun 20 tahun
pada usia 12-17 tahun. Pengumpulan data
Anak ke… 1 dari 3 2 dari 2
menggunakan wawancara semi-terstruktur dari… bersaudara bersaudara
dengan periode waktu pengambilan data
partisipan berlangsung pada bulan Juni – Pendidikan
Kuliah Kuliah
Agustus tahun 2019. Setiap partisipan saat ini
diminta untuk mengisi data diri yang Mengalami
berisikan informasi mengenai diri partisipan SMP dan
bullying SD dan SMA
SMA
secara lengkap dan informed consent yang verbal ketika
merupakan lembar kesediaan partisipan
BMI ketika
untuk mengikuti kegiatan ini. Wawancara
mengalami
dilakukan secara tatap muka kepada setiap 46,9 30,3
bullying
partisipan dengan durasi waktu 60 – 140 verbal
menit. Kredibilitas penelitian dilakukan
dengan member checking kepada setiap
patisipan untuk memeriksa akurasi dari Gambaran umum partisipan 1 (Nina)
pengalaman setiap partisipan dan melakukan Nina lahir dan besar di Manado. Ayah
triangulasi kepada kerabat yang cukup Nina bekerja sebagai karyawan swasta,
mengetahui partisipan dan pengalaman yang sedangkan ibunya bekerja sebagai dosen.
dialami. Triangulasi dilakukan atas seijin Nina tinggal dan bersekolah di Manado
partisipan. Hasil wawancara kemudian bersama dengan ibu dan dua adiknya hingga
dituliskan secara verbatim dan dari data yang ia berusia 9 tahun, sedangkan ayahnya
didapatkan dilakukan analisa sesuai dengan diharuskan untuk tinggal di Duri, Pekanbaru
teori utama yaitu teori resiliensi. karena pekerjaan. Nina cukup dekat dengan
ibu dan ayah, namun Nina selalu melihat
HASIL neneknya sebagai role model.
Nina memiliki berat badan dibawah
Partisipan dalam penelitian ini
normal (underweight) pada saat ia lahir.
adalah sebanyak dua orang merupakan
Sehingga orangtua Nina menjadi khawatir
korban yang pernah mengalami bullying
dan cenderung memberikan makan dengan
porsi yang cukup besar. Ketika Nina berusia
RESILIENSI PADA REMAJA AKHIR KORBAN BULLYING 5

9 tahun, Nina dan keluarganya pindah ke perempuan. Bullying verbal yang dialami
Duri, Pekanbaru dan tinggal bersama dengan oleh Nina awalnya berasal dari salah satu
ayahnya sehingga mengharuskan Nina untuk siswa laki-laki yang menjadi lawan pada saat
berpindah sekolah. Pada saat berada di Duri, bertanding basket namun teman-teman yang
Nina mengalami bullying verbal karena berat berada di grup lawan lalu mengikutinya dan
badan yang dimilikinya ketika ia berada di melakukan bullying verbal kepada Nina.
kelas 4 hingga 6 Sekolah Dasar (SD). “Yang tentang bullying itu di waktu
Walaupun Nina mengalami bullying ekstrakurikuler basket itu parah banget.
verbal, ia tetap mendapatkan nilai rapor yang Soalnya ada.. Aku cukup baik di basket dan
cukup baik yaitu diatas 8O. Setelah lulus dari kadang yang cowok-cowok kalo kita lagi
mainnya nge-match bareng mereka gak
Sekolah Dasar (SD), Nina kembali ke
tahan mereka langsung ngejeknya gitu
Tomohon dan bersekolah di sekolah asrama.
juga.”
Ketika berada di Sekolah Menengah Pertama
Bullying verbal yang Nina alami
(SMP), Nina tidak mengalami bullying
cukup berdampak pada dirinya. Kata
verbal dan ia sempat mengikuti berbagai
‘gendut’ diasosiasikan Nina kata yang
perlombaan serta olimpiade.
bersifat negatif atau buruk dan Nina sempat
Pada saat Nina lulus dari SMP, ia dan
merasa terpuruk. Selain itu, Nina sempat
keluarganya pindah ke Jakarta. Nina pun
terpaksa berbohong dan mengaku sakit
masuk ke Sekolah Menengah Atas (SMA) di
kepada orangtuanya agar diperbolehkan
daerah Jakarta. Pada saat duduk di bangku
untuk tidak masuk sekolah ketika berada di
SMA, Nina kembali mengalami bullying
SMA.
verbal yang dilakukan oleh siswa laki-laki di
Bullying verbal yang dialami Nina
sekolah, bullying verbal seringkali diberikan
di SMA pun membuatnya kembali mengingat
kepada Nina ketika jam istirahat dan pada
pengalaman bullying verbal yang pernah ia
saat ia berada di lapangan basket ketika
alami ketika berada di kelas 4 hingga 6
mengikuti ekstrakurikuler basket. Di SMA
Sekolah Dasar (SD).
Nina memiliki beberapa teman dekat yang ia
Nina mendapatkan bullying verbal
ceritakan pengalamanya tentang bullying
secara langsung yang ditujukan kepadanya
verbal ketika ia berada di SMA, teman-teman
ketika ia sedang berjalan menuju kelasnya
Nina yang mengetahui hal tersebut pun
dengan meneriakan nama Nina dan
membantunya. Saat ini Nina berkuliah di
menambahkan kata ‘gendut’ atau ‘gajah’ di
salah satu universitas swasta di Jakarta dan
belakang namanya. Hal tersebut membuat
saat ini ia menjadi pribadi yang lebih positif.
Nina merasa ingin kabur dan mengurung diri.
1. A. Gambaran Kehidupan Nina ketika
Nina pun sempat tidak masuk sekolah
Mengalami Bullying Verbal
sebanyak 3 kali pada saat ia berada di SD
Nina mengalami bullying verbal
karena merasa tidak nyaman dan tidak ingin
ketika ia berada di kelas 10 Sekolah
menerima bullying verbal di sekolah.
Menengah Atas (SMA) di Jakarta. Nina “kalau dalam kelas sih iya, tapi ada
mendapatkan bullying verbal dari siswa laki- beberapa yang kalau lagi di luar gitu baru
laki di sekolah dibandingkan dengan siswa datang dari kelas lain. Untungnya sih verbal
RESILIENSI PADA REMAJA AKHIR KORBAN BULLYING 6

gitu kan soalnya aku tetap lebih besar ngebully gitu.. Aku gak tau iya atau enggak
daripada mereka tapi sama aja sih. Tetap tapi rasanya sih kayak gitu.”
sakit. Yang dikatakan itu seperti yang kakak
Faktor risiko yang ada dalam
tulis sih verbal aja, mereka manggil kayak
lingkungan sekitar Nina tidak hanya berasal
gajah, gendut, gede. Ya kayak gitu lah,
sambil nunjuk-nunjuk gitu.” dari ibunya melainkan juga dari beberapa
Nina mengatakan bahwa bullying teman Nina di sekolah yang menghambatnya
verbal tidak hanya berdampak pada untuk mengurangi dampak negatif dari
keinginannya untuk berbohong agar ia perilaku bullying verbal yang ia alami. Ketika
diperbolehkan untuk tidak masuk sekolah, Nina berada di bangku Sekolah Dasar (SD),
tetapi juga berdampak pada tingkat Nina mencoba untuk meringankan kesedihan
kepercayaan dirinya yang menurun Hal ini akibat bullying verbal yang ia terima dengan
terlihat melalui perubahan pakaian yang menceritakan hal tersebut kepada beberapa
sehari-hari ia kenakan pada saat SMA dan temannya di sekolah namun mereka juga ikut
adanya perubahan cita-cita yang ingin mengolok-olok peristiwa bullying verbal
dicapai ketika Nina berada di SD. yang Nina alami.
“kayaknya enggak deh karena kalaupun..
1. B. Faktor risiko dan faktor protektif dari Aku gak tau mereka tau atau enggak tapi
mereka pun suka bully dan bercanda gitu
lingkungan Nina
kan ‘hahaha karena kamu gendut sih’
Faktor risiko yang diterima Nina
kadang terasanya bercanda tapi kadang
berasal dari lingkungan keluarga dan teman- terasanya aduh nusuk.”
temannya di sekolah. Ketika Nina mengalami
Ketika Nina mengalami bullying
bullying verbal pertama kali di Sekolah Dasar verbal di SMA, Nina menceritakan kepada
(SD), Nina mengatakan ia tidak pernah tiga teman dekatnya di sekolah mengenai
menceritakan masalah tersebut kepada pengalaman bullying verbal yang pernah
orangtuanya, karena Nina merasa ibunya dialaminya ketika SD. Awalnya Nina takut
juga melakukan bullying verbal kepadanya kalau teman-temannya memberikan respon
dengan selalu mengatakan bahwa ia memiliki yang kurang baik namun Nina merasa lega
berat badan yang cukup besar. Ibunya selalu karena setelah ia menceritakan
mengatakan supaya Nina menurunkan berat pengalamannya, teman-teman Nina pun
badannya menjadi berat badan yang ideal memberikan tanggapan yang baik sehingga
dengan nada yang membuatnya tidak nyaman membuat Nina menjadi lebih nyaman untuk
supaya Nina menjadi lebih baik untuk
menceritakan pengalaman bullying verbal
dipandang. yang ia alami dan teman-temannya pun
“aku gak bisa.. Papaku tuh sempat bilang
menjadi lebih protektif kepadanya.
gitu kan ‘kak bilang aja kalo ada yang lagi
“ya awal-awalnya aku sempat takut gimana
bikin masalah sama kakak kayaknya mama
kalo aku ceritain baru mereka malah setuju
dan papaku tau gitu kalo ada sesuatu gitu
kayak ‘iya nad karena lo gendut juga’ gitu
tapi aku gak berani bilang karena pada
tapi setelah aku ceritain dan feedbacknya
akhirnya aku tetap mikir mamaku sendiri
kayak ‘yaudah nad lain kali bareng kita aja
RESILIENSI PADA REMAJA AKHIR KORBAN BULLYING 7

gak usah deket-deketin mereka gitu’ setelah basket kelebihan berat badannya mampu
itu enak sih bicaranya santai” membuat Nina menumbuhkan kembali rasa
Selain berasal dari teman, faktor percaya dirinya. Kelebihan berat badan yang
protektif juga didapatkan Nina dari nenek. ia miliki merupakan suatu keuntungan
Nina memiliki hubungan yang sangat dekat baginya karena ia bisa menjaga lawan dan
dengan neneknya sehingga Nina melihat tidak mudah diserang oleh lawan ketika
nenek sebagai panutan dan role model sedang bertanding.
baginya sejak kecil. Nina melihat bahwa “basket kadang bikin seru soalnya kayak di
neneknya selalu memperlakukan orang lain basket orang yang gendut kayak gini. Badan
dengan baik dan tidak pernah membicarakan yang seukuran aku kayak gini malah dilihat
hal-hal buruk tentang orang lain ataupun pas untuk ngejaga karena sekali diginiin
melihat orang lain dari fisiknya saja. gitu gak langsung jatuh ke lantai gitu kita
masih bertahan, jadi enak gitu kayak ada
yang nerima kita gak dibilangg gendut di
1. C. Faktor resiliensi internal Nina permainan tapi disitu kita dibilang pas gitu.
Ketika Nina mengalami bullying Ya menurut ku itu enak sih disitu”
verbal, faktor resiliensi internal yang muncul Aspek kesehatan Nina lebih baik
dalam diri Nina yaitu aspek kognitif, ketika ia berada di bangku SMA. Meskipun
kemampuan sosial dan aspek kesejahteraan Nina mengalami bullying verbal di lapangan
fisik. Jika dilihat dari aspek kognitif, nilai- olahraga ketika ia sedang mengikuti
nilai akademiknya di sekolah tidak ekstrakulikuker basket, Nina tetap ingin
berpengaruh akibat dari bullying verbal. Nina melakukan olahraga tersebut karena olahraga
mendapatkan nilai diatas 80. Nina juga basket merupakan jenis olahraga yang
menyukai mata pelajaran Bahasa Inggris. disukai Nina. Kesehatan Nina pun menjadi
Nina sempat mengikuti tes masuk les bahasa lebih baik ketika ia mengikuti ekstrakulikuler
Inggris dan ia masuk ke kelas dengan siswa basket.
kelas 2 SMP ketika ia berada di kelas 5 SD.
Pada saat Nina mengalami bullying 1. D. Proses transaksional individu-
verbal di SMA, Nina mendapatkan insight lingkungan
dari pengalaman bullying verbal ketika di Pada saat Nina mengalami bullying
SD. Nina belajar untuk lebih memilih teman verbal, Nina melakukan beberapa hal untuk
yang akan dijadikan sahabatnya dan mencari menghadapi tantangan tersebut antara lain
teman yang lebih cocok dengannya sehingga identifikasi dan kedekatan dengan orang-
dapat saling memberikan dukungan satu orang prososial dan active coping. Akibat
sama lain. dari peristiwa bullying verbal yang ia terima
Nina menyukai olahraga basket di kelas 4 hingga 6 Sekolah Dasar (SD), Nina
yang telah ditekuninya sejak Nina berada di mengatakan bahwa ia melakukan identifikasi
bangku SMA. Nina mengikuti pada orang-orang yang dekat dan memiliki
ekstrakulikuler basket dan menjadi lebih hubungan yang prososial di lingkungannya,
percaya diri ketika ia bermain di lapangan terutama ketika Nina berada di tingkat SMP
basket. Nina mengatakan bahwa di lapangan dan SMA, hal ini ia lakukan supaya ia
RESILIENSI PADA REMAJA AKHIR KORBAN BULLYING 8

mendapatkan teman yang benar-benar mau


menerima dirinya dan saling memberikan II. B. Faktor protektif dan faktor risiko
dukungan serta membantunya untuk lebih lingkungan Nina
bangkit. Nina mendapatkan faktor protektif
Selain itu, Nina juga melakukan dari teman-temannya di bangku kuliah.
active coping dengan menceritakan Mereka membantu Nina untuk kembali
permasalahan yang sedang ia alami kepada menjadi individu yang lebih percaya diri
teman-temannya. Akibat dari kehadiran dengan bersedia untuk mendengarkan
teman-temannya di SMA, Nina yang dahulu pengalaman bullying verbal yang pernah
cenderung menyimpan masalah seorang diri Nina alami ketika ia bersekolah serta
kemudian belajar lebih terbuka dan bersedia memberikan reaksi yang positif dan
menceritakan pengalaman dan permasalahan membantunya untuk mau menerima pujian
yang ia alami akibat dari bullying verbal. yang mereka berikan karena bullying verbal
“kalo SMA lebih ke teman-temanku yang yang pernah ia alami membuatnya tidak
bantu itu, biasanya aku bilang ke mereka sih begitu percaya dengan pujian yang diberikan
kayak dulu aku sempat dibilang lah, dikata- oleh orang lain.
katain gitu kan dan setelah mereka tau itu “teman-temanku sempat tanya juga kan,
setiap kali ada yang mulai ngata-ngatain ‘nad gue gak pernah liat lengan lo selama 4
juga mereka langsung kayak ‘nad kesana semester’ gitu kan terus aku bilang ‘sejak
yuk’ gitu.. Dijauhin gitu..” mereka bullying dan sejak aku diejek-ejek
ini, aku gak yakin aja aku lepas jaket’ gitu
dan satu-satunya waktu aku lepas jaket di
II. A. Gambaran kehidupan Nina setelah depan mereka itu kalo mereka ke rumah aku
bullying verbal tapi akhir-akhir ini mulai.. Ya sedikit demi
Nina tidak pernah mengalami sedikit.. yang masalah baju itu membantu
banget. Oke pelan-pelan gak papa kok,
bullying verbal ketika ia berada di bangku
dikasih puji-pujian segala macem.”
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan pada
Selain faktor protektif, terdapat pula
saat kuliah, namun Nina masih mengalami
faktor risiko dari lingkungan sekitar Nina.
tantangan yang diakibatkan dari bullying
Nina masih merasa mendapatkan perlakuan
verbal yang ia alami. Nina masih merasakan
yang sama dari ibunya hingga saat ini,
akibat dari pengalaman tersebut. Nina
meskipun saat ini ibu Nina sudah tidak
mengatakan bahwa terkadang ia masih
tinggal dengannya dan ibu Nina hanya
memiliki ketakutan mengenai apa yang orang
meneleponnya seminggu sekali namun
lain pikirkan tentang dirinya ketika sedang
ibunya selalu meminta Nina untuk
berbicara dengannya, serta ketakutan untuk
menguruskan badannya ketika bertemu.
dilihat oleh banyak orang di tempat yang
ramai.
II. C. Faktor resiliensi internal Nina
“jadi insecure itu satu dan kalo lagi mau
ketemu orang baru kadang suka masih ada Faktor resiliensi internal yang
perasaan kurang pede dan takut aja sih apa membantu Nina untuk menghadapi tantangan
yang bakal dipikir tentang aku gitu.” yang sedang ia alami setelah ia mengalami
RESILIENSI PADA REMAJA AKHIR KORBAN BULLYING 9

bullying verbal, antara lain aspek spiritualitas karena dengan olahraga tersebut kondisi fisik
dan karakter motivasional, kompetensi Nina menjadi sebuah keuntungan baginya.
kognitif, kemampuan sosial, stabilitas emosi Aspek kompetensi kognitif Nina
dan kesejahteraan fisik. Aspek karakter pun membantunya untuk menjadi individu
motivasional Nina terlihat dari cita-cita yang yang lebih positif. Hal ini terlihat ketika Nina
ingin ia capai dan motivasi yang ada dalam berada di bangku SMP dan ia sering
dirinya. memiliki cita-cita untuk menjadi mengikuti berbagai perlombaan, seperti
seorang guru sebelum ia mengalami bullying olimpiade selama dua tahun berturut-turut,
verbal, tetapi pengalaman bullying verbal memenangkan lomba storytelling antar siswa
yang dialami ketika ia berada di bangku SMP satu kota, mengikuti lomba spelling-bee
Sekolah Dasar (SD) berdampak pada dan berbagai lomba lainnya. Pengalaman
perubahan cita-cita Nina. Ia mengatakan bullying verbal yang ia alami pun tidak
bahwa ia tidak ingin menjadi guru karena ia berpengaruh pada nilai-nilai akademiknya di
cenderung takut dilihat oleh orang banyak. sekolah atau ketika ia berada di universitas.
Hal tersebut berpengaruh kepada pergantian Nina tetap mendapatkan nilai yang
cita-cita beberapa kali, namun saat ini Nina memuaskan. Nina juga mengatakan bahwa ia
ingin menjadi seorang psikolog dan dapat lebih mengeksplor minat dan bakatnya
pemilihan cita-cita tersebut sudah tidak ketika ia tidak menerima bullying verbal.
dipengaruhi oleh pengalaman bullying verbal Selain itu, melalui pengalaman
yang dialami. bullying verbal Nina belajar untuk
kalo yang jadi guru iya, kalo yang astronom menganalisa dan mendapatkan insight. Nina
dan psikolog enggak dapat lebih memilih teman yang cocok
Ketika menceritakan mengenai dengannya dan dapat saling memberikan
targetnya, Nina lebih memilih untuk dukungan satu sama lain.
membuat target-target jangka pendek. Aspek berikutnya yang dimiliki
Beberapa target Nina dalam waktu dekat Nina adalah aspek kepercayaan diri. Jika
yaitu Nina ingin untuk menurunkan berat dilihat dari dampak yang ditimbulkan akibat
badannya karena ia masih termasuk kedalam pengalaman bullying verbal yang Nina alami,
kategori obesitas saat ini, namun ia mengatakan bahwa pengalaman tersebut
keinginannya untuk menurunkan berat badan membuatnya menggunakan jaket untuk
dilakukannya untuk faktor kesehatan dan menutupi tubuhnya jika sedang mengambil
Nina ingin untuk lulus kuliah tepat waktu. data untuk tugas dan terkadang Nina tidak
Maka dari itu Nina belajar dengan giat dan berani untuk menjadi orang pertama yang
melakukan olahraga ringan setiap hari. bertanya karena ia masih memiliki ketakutan
Nina memiliki beberapa talenta mengenai apa yang akan dipikirkan mereka
yang selama ini telah ia kembangkan, antara mengenai bentuk badannya saat ini, namun
lain dalam bidang olahraga basket, bahasa Nina mengatakan bahwa hal tersebut saat ini
Inggris dan permainan cross stitching. Nina sudah tidak berdampak dibandingan dengan
merasa bahwa olahraga basket membantunya sebelumnya yang dirasa cukup menganggu.
untuk menjadi individu yang lebih positif
RESILIENSI PADA REMAJA AKHIR KORBAN BULLYING 10

Nina saat ini juga sudah mulai pikiran cemasnya tersebut sehingga emosi
berani untuk menggunakan pakaian dengan negatifnya dapat lebih mereda.
ukuran ¾ meskipun masih dalam proses “Happy sih dibandingkan dengan
untuk menjadi lebih berani menggunakan sebelumnya, setiap hari iya tapi apakah aku
pakaian yang berlengan pendek. Hal yang bakal bahagia dengan posisiku begini
sama juga dikatakan oleh Kania, salah satu kedepannya enggak”
teman dekat Nina saat ini. Kania mengatakan Kesehatan tubuh Nina saat ini lebih
bahwa saat ini Nina sudah mau menggunakan membaik. Olahraga yang Nina lakukan pun
pakaian dengan lengan yang lebih pendek memiliki dampak bagi kesehatannya, Nina
dan sudah mau untuk mencoba menggunakan menjadi jarang sakit dan nafasnya menjadi
make up. lebih stabil ketika naik tangga ataupun ketika
“oh iya itu kalo baju dibanding dulu pas sedang naik kendaraan umum.
awal masuk kuliah, sekarang dia udah mau
pake baju yang bukan lengan panjang gitu,
dan kami juga sering bilang bagus kok di II. D. Proses transaksional individu-
kamu, dia jadi mulai percaya diri.” Kania lingkungan
Nina masih melakukan identifikasi
Kemampuan sosial Nina saat ini
pada individu yang prososial di
sudah lebih baik dibandingkan pada saat
lingkungannya saat ini dan Nina tetap
sebelum ia mengalami peristiwa bullying
melakukan active coping dengan cara
verbal dan ketika ia mengalami bullying
menceritakan permasalahan yang sedang ia
verbal. Saat ini Nina secara perlahan sudah
alami kepada teman-temannya, Nina merasa
bersedia untuk berinteraksi dengan orang
bahwa dengan bercerita kepada temannya, ia
baru.
pun memiliki perasaan yang lebih lega. Nina
Nina memiliki kemampuan pun menjadi lebih terbuka untuk
interpersonal dan empati yang baik, hal ini menceritakan permasalahan bullying verbal
terlihat setiap kali teman-teman Nina yang pernah ia alami kepada teman-teman di
meminta tolong kepadanya ia selalu berusaha kampus dan mereka membantu Nina untuk
untuk membantu mereka. Begitu pula ketika mengembalikan kepercayaan dirinya secara
mereka sedang memiliki masalah, mereka perlahan.
seringkali menceritakan permasalahan “Oh i guess iya sih, mereka kan ngebantu
tersebut ke Nina. dengerin, ngebantu membentengi juga. Itu
membantu banget untuk aku bangkit”
Jika dilihat dari aspek stabilitas
emosi, Nina mengatakan bahwa ia lebih
bahagia saat ini dibandingkan dengan II. E. Gambaran resiliensi Nina
sebelumnya meskipun target yang ia Berdasarkan pengalaman dan proses
inginkan belum sepenuhnya tercapai. Ketika resiliensi yang dialamai Nina, saat ini ia
Nina mengalami emosi negatif seperti cemas mencapat tahap resilient reintegration. Nina
atau takut karena rencana yang ia buat batal, mampu memanfaatkan faktor protektif yang
Nina pun berusaha untuk merasionalisasikan ada di lingkungannya untuk dapat bangkit
RESILIENSI PADA REMAJA AKHIR KORBAN BULLYING 11

dari pengalaman bullying verbal yang pernah


ia alami. Selain itu Nina dapat meningkatkan
sumber daya internal yang dimilikinya
terutama pada aspek sosial dan fisik, serta
Nina mampu mengembangkan active coping.
Nina pun bersyukur sudah bisa melewati
pengalaman bullying verbal hingga menjadi
pribadi yang lebih positif seperti sekarang.
Hal ini pun tidak lepas dari pengaruh teman-
temannya yang membantunya dan mau
mendengarkan masalah yang dialaminya
membawa dampak yang positif bagi hidup
Nina. Nina juga mampu mengembangkan
faktor internal dalam dirinya akibat dari
kehadiran teman-temannya tersebut.
RESILIENSI PADA REMAJA AKHIR KORBAN BULLYING 12
RESILIENSI PADA REMAJA AKHIR KORBAN BULLYING 13

Gambar 1.
Kerangka Berpikir Resiliensi Nina

Konteks Proses Transaksional


Faktor Resiliensi Internal
Lingkungan Individu-Lingkungan

KkB:
Faktor Risiko KkB:
- perilaku - identifikasi Spiritual Emosional
Tantangan dan
ibu
- perilaku kedekatan KkB:
teman dengan - percaya pada KkB: -
individu keunikan diri
Faktor prososial
Protektif - active KB:
coping - Mimpi/tujuan KB:
KkB: - kehadiran
hidup - kebahagiaan
- Bullying teman
- tekad & ketekunan - ketrampilan manajemen emosi
verbal
- percaya pada
keunikan diri
KB:
Kognitif Resilie
- Dampak KB: KB: KkB: Reintegr
bullying Perilaku
Faktor Risiko  idenfikasi - kompetensi intelektual
verbal  perilaku dan - insight & kemampuan reflektif
yang masih teman kedekatan KkB:
- kemampuan mengembalikan self
dirasakan  perilaku - empati & kemampuan
dengan esteem
ibu interpersonal
individu
prososial KB:
KB:
Faktor  active - kemampuan mengembalikan self
Protektif esteem  ketrampilan sosial
coping
 kehadiran  selective - kompetensi intelektual  empati &
teman - kemampuan merencanakan kemampuan
perception
- insigh t & kemampuan reflektif interpersonal

Fisik

KkB:
- kesejahteraan fisik &
KkB: Kehidupan ketika Bullying Verbal kompetensi fisik
KB: Kehdupan setelah Bullying Verbal
KB:
 kesejahteraan fisik &
kompetensi fisik
RESILIENSI PADA REMAJA AKHIR KORBAN BULLYING 14

Gambaran umum partisipan 1I (Siska) “temen-temen aku waktu SMP yang


Siska lahir dan besar di di Banjarmasin, ngomong kayak aku tuh gemuk gitu loh
Kalimantan Selatan. Ayah Siska bekerja dan mereka selalu bilang gila lo mah
sebagai karyawan swasta, sedangkan ibu gak bakal muat pake baju ukuran ini,
Siska merupakan ibu rumah tangga. Siska mereka kayak meremehkan gitu kan,
lebih dekat dengan ibu dibandingkan dengan terus di grup chat gitu nanya masih
ayahnya. Siska memiliki seorang kakak gendut?”
perempuan dengan perbedaan usia 4 tahun Siska kembali mengalami bullying
namun hubungan Siska dengan kakaknya verbal ketika ia berada di Taiwan untuk
menjadi buruk ketika kakaknya mengalami mendaftar masuk ke salah satu universitas.
anorexia pada saat Siska berada di SMP. Teman-teman Siska mengatakan kalimat
Siska terlahir dengan berat badan yang yang menyakitkan. Siska pun menjadi
cukup besar dan memiliki hobi untuk makan merasa terganggu hingga membuatnya
sejak kecil merupakan faktor yang membuat merasa tidak puas dengan diri sendiri.
Siska mengalami bullying verbal oleh salah “yang paling parah itu ada yang
satu anggota keluarga besar, teman-teman di ngomong babi lah.. “ih gede sih lu
sekolah pada saat siska berada di SMP, dan kayak babi sih lu mana bisa muat”
ketika Siska tinggal di Taiwan. temen aku satu cowok ada di Taiwan,
kayak gitu ngomongnya. Misalkan kan
III. A. Gambaran Kehidupan Siska ketika kalo mejanya kayak gini kan aku harus
Mengalami Bullying Verbal geser gitu ya, jalannya kayak kepiting
Siska mulai mengalami bullying verbal mesti pelan-pelan terus dia ngomong
ketika ia berada di bangku Sekolah Dasar “elu gendut sih makanya gak muat”
(SD) dari orang yang tidak ia kenal, namun kayak gitu sih.”
bullying verbal yang paling menganggu Siska
adalah pada saat ia berada di bangku Sekolah III. B. Faktor risiko dan faktor protektif
Menengah Pertama (SMP) dan ketika ia lingkungan Siska.
berada di Taiwan. Pada saat Siska mengalami bullying
Ketika mengalami bullying verbal di verbal, Siska memiliki faktor risiko dan
sekolah, para siswa mengatakan Siska faktor protektif. Siska mendapatkan faktor
memiliki badan yang besar sehingga Siska protektif dari keluarganya yaitu dari orangtua
pasti tidak akan muat untuk menggunakan dan temannya.
pakaian mereka. Perlakuan bullying verbal Ketia Siska mengalami bullying
banyak ia terima ketika berada di jam verbal di SMP, Siska menceritakannya
istirahat, dan ketika ia berada di kelas. Siswa kepada ibu dan ayahnya. Ibu Siska pun
perempuan yang melihat Siska berjalan di mendengarkannya dan berusaha untuk
luar kelas memanggilnya dengan panggilan memberikan solusi dengan mengajak Siska
‘gendut’, meskipun tetap ada beberapa siswa untuk melakukan diet dan memasak makanan
laki-laki yang juga ikut melakukan bullying yang sehat untuk Siska.
verbal.
RESILIENSI PADA REMAJA AKHIR KORBAN BULLYING 15

Ketika Siska kembali mengalami Ketika mengalami bullying verbal


bullying verbal di Taiwan, Siska memiliki Siska memiliki faktor resiliensi internal
faktor protektif yang berasal dari temannya. dalam aspek karakter motivasional, aspek
Siska menceritakan pengalaman bullying kesehatan, aspek kognitif, dan aspek sosial.
verbal yang dilakukan oleh salah satu teman. Aspek karakter motivasional terlihat
Teman Siska pun mendengarkan dan dari cita-cita Siska yang berubah namun
mencoba untuk memberikan nasihat agar ia perubahan cita-cita Siska tidak dipengaruhi
melakukan olahraga atau diet demi kondisi oleh perilaku bullying verbal. Ia tetap belajar
kesehatannya dengan nada yang lebih enak dengan giat agar cita-citanya dapat tercapai.
untuk didengar. Aspek kognitif dalam diri Siska
“kalo di Taiwan kan temen-temen aku terlihat dari nilai-nilai akademik. Ketika
jatuhnya udah dewasa ya. Jatuhnya berada di SMP, Siska mengatakan bahwa
kayak papi aku juga ngomongnya, ya bullying verbal yang ia alami tidak
udah diet aja pelan-pelan jaga pola berpengaruh pada nilai akademiknya.
makan kayak gitu-gitu sih pasti.” “oh enggak, aku dari SD sampe SMP
Selain faktor protektif, Siska juga yang itu aku bilang nilai aku selalu
mendapatkan faktor risiko dari lingkungan. dapet bagus itu kalo aku dapet jelek
Faktor risiko yang ada di lingkungan Siska orang-orang pada kaget, gila lo remed.
yaitu kakaknya. Hubungannya dengan Gitu”
kakaknya menjadi buruk sejak Siska duduk Siska merasa bahwa ia cukup
di bangku SMP. Siska mengalami bullying bahagia meskipun ia mengalami bullying
verbal di sekolah, sedangkan di rumah Siska verbal. Siska mengatakan perasaan
harus melihat kakaknya mengalami anorexia. bahagianya muncul karena berpikir banyak
Selain kakak, Siska mendapatkan yang memiliki berat badan yang lebih besar
faktor risiko dari paman berupa ejekan yang darinya. Hal itu pun sangat membantunya
dilontarkan pamannya saat mereka bertemu untuk meringankan pikiran buruk akibat dari
dalam acara keluarga besar. Keadaan itu bullying verbal yang ia alami. Namun
membuat ia enggan mengikuti acara keluarga demikian jika dilihat dari aspek stabilitas
besar. emosi dan pengaturan emosi, Siska
“mungkin dia lebih ngejek aku karena cenderung memarahi orangtuanya ketika ia
dia liat aku lucu kan, masih kecil kan menceritakan pengalaman bullying verbal
jadi dia suka ngejek aku talas bogor yang ia alami. Bagi Siska, orangtuanya
talas bogor gitu, terus mungkin dari mudah memberikan saran baginya tetapi
keluarga gede lainnya bilang ih lucu ya mereka tidak pernah merasakan pengalaman
gendut-gendut gitu. mungkin gak ada tersebut sehingga tidak mengetahui
maksud jahat tapi kan lumayan ngena, bagaimana perasaan Siska.
kalo dari keluaga kayak gitu sih.” “aku lihat mami aku itu kayak lumayan
capek lah ngurusin aku gitu loh apalagi
III. C. Faktor resiliensi internal Siska kadang aku suka ngamuk dan suka
marah gitu ke dia”
RESILIENSI PADA REMAJA AKHIR KORBAN BULLYING 16

Oleh karena Siska mengalami dan kuliah. Meskipun demikian, Siska masih
bullying verbal sejak kecil maka sejak SMP, merasakan dampak yang diterimanya hingga
ia mencoba mengatur pola makannya, saat ini, namun Siska mengatakan bahwa ia
memilih makan yang lebih sehat serta memiliki teman-teman yang membantunya.
menghitung kalori makanan tersebut. Ibu Teman-teman SMA dan kuliah
Siska membantunya untuk menyiapkan membantu Siska untuk meningkatkan
makanan sehat tersebut. kepercayaan dirinya. Mereka tidak pernah
mengomentari penampilan fisik Siska dan
III. D. Proses transaksional individu- mau mendengarkan pengalaman Siska ketika
lingkungan Siska ia menerima bullying verbal.
Proses transaksional yang dialami “setelah aku diet aku jadi makin sadar
oleh Siska adalah melalui saran yang gitu loh akan bentuk badan aku yang
diberikan oleh teman Siska ketika berada di sebenernya dan aku selalu merasa gak
Taiwan. Temannya memberikan saran agar puas dan aku tuh selalu berpikir kalo
Siska melakukan diet atau olahraga untuk aku masih gendut jadi itu tuh yang
menurunkan berat badan. Siska pun mencoba selalu ada di pikiran aku, dan temen-
menerapkannya dan ia berjalan kaki dan temen aku tuh kayak elo tuh gak
menggunakan transportasi umum ketika segendut itu sekarang gitu loh kayak lo
berada di Taiwan. sekarang sama gue tuh gak jauh beda
“in the end jatuhnya kayak kebetulan gitu loh”
kalo di Taiwan kan temen-temen aku Siska menerima faktor risiko dari
jatuhnya udah dewasa ya. Jatuhnya kakaknya karena kakak Siska mengalami
kayak papi aku juga ngomongnya, ya anorexia dimana ia sangat menjaga pola
udah diet aja pelan-pelan jaga pola makan sehingga membuat badannya menjadi
makan kayak gitu-gitu sih” sangat kurus dan hal tersebut cukup
menganggu Siska.
IV. A. Gambaran kehidupan Siska
setelah bullying verbal IV. C. Faktor resiliensi internal Siska
Awalnya Siska dan keluarga tinggal Siska memiliki faktor resiliensi
di Banjarmasin lalu pindah ke Jakarta untuk internal yang membantunya mampu
melanjutkan kuliah di salah satu universitas menghadapi pengalaman bullying verbal,
swasta di Jakarta. Siska sudah tidak pernah antara lain dalam aspek karakter
menerima bullying verbal ketika ia duduk di motivasional, aspek kognitif, aspek
bangku kuliah, namun saat ini ia lebih kompetensi sosial, dan aspek pengendalian
memikirkan setiap kalori yang ia makan. emosi. Aspek karakter motivasional yang
dimiliki Siska terlihat melalui cita-citanya
IV. B. Faktor risiko dan faktor protektif untuk menjadi seorang psikolog dan
lingkungan Siska memiliki keinginan untuk membantu orang-
Siska tidak mengalami bullying orang yang mengalami permasalahan yang
verbal pada saat Siska berada di bangku SMA sama mengenai bullying verbal dan dampak
RESILIENSI PADA REMAJA AKHIR KORBAN BULLYING 17

yang akan timbul akibat pengalaman Aspek kemampuan sosial Siska pun
tersebut. telah berkembang dibandingkan ketika ia
“Dulu pernah sesekali kepikiran mengalami bullying verbal. Saat ini Siska
pengen jadi orang yang bisa ngebantu menjadi lebih terbuka dengan orang lain dan
orang-orang dengan masalah yang orang yang baru dikenalnya. Ia juga lebih
seperti ini, sekarang karena aku udah berani untuk mengobrol dengan lawan jenis
cita-citanya pengen jadi psikolog, dibandingkan ketika ia mengalami bullying
dengan adanya ini aku berharap bisa verbal.
ngebantu aja sih. Ngebantu orang- Siska mengatakan meskipun ia
orang dengan permasalahan yang sudah menyadari banyak perkembangan
sama gitu loh” positif dalam dirinya saat ini, tetapi Siska
Siska memiliki bakat menggambar merasa kurang bahagia dibandingkan ketika
yang dikembangkannya sejak berada di SD. ia mengalami bullying verbal. Meskipun ia
Bakat menggambar yang ia punya pun merasa kurang bahagia saat ini, namun Siska
membantunya untuk menumbuhkan kembali mengatakan bahwa kemampuan Siska untuk
kepercayaan dirinya karena Siska bisa mengelola emosi sudah lebih baik.
mendapatkan kepercayaan yang lebih akibat Siska saat ini sudah tidak
dari perkerjaan desainnya yang dinilai baik. mengamuk ketika sedang marah di rumah,
Siska mengatakan bahwa sedangkan ketika Siska sedang mengalami
pengalaman bullying verbal yang pernah ia emosi negatif yang disebabkan oleh
alami tidak memengaruhinya dalam aspek temannya di kampus maka Siska akan
akademik. Hal ini terlihat dari nilai-nilai berusaha untuk membicarakannya kepada
akademiknya. Siska mendapatkan nilai rata- mereka agar masalah tersebut selesai.
rata 70, 80 dan 90 ketika berada di sekolah, Jika dilihat dari aspek kesehatan,
sedangkan ia mendapatkan rata-rata IPK Siska mengatakan bahwa ia merasa lebih
diatas 3,5 selama berkuliah. sehat saat ini setelah ia melakukan diet pada
Pengalaman bullying verbal yang ia saat pulang dari Taiwan. Siska sempat
alami membuatnya mendapatkan berbagai melakukan tes darah untuk melihat kadar
pelajaran. Pembelajaran utamanya adalah ia kolesterol dan asam urat sangat tinggi ketika
belajar untuk dapat memilih teman dengan SMA, namun saat ini kadar kolesterol dan
baik dan belajar untuk lebih empati. asam urat Siska sudah jauh menurun. Siska
“kalo bullying itu adalah satu aku bisa pun sudah menerapkan pola makan yang
memilah-milah teman dengan baik, sehat dengan lebih banyak memakan sayur
mungkin gak semua omongan harus di dan buah.
denger karena sekarang. Terus aku “kayaknya sekarang udah enggak deh,
juga belajar untuk tidak seperti itu ke kayaknya ada pengaruhnya juga.. Kalo
orang lain karena aku tau gimana mau kesehatan cek darah jauh lebih
rasanya gitu loh jadi kayak lebih bagus sekarang. Dulu asam urat tinggi,
berempati” kolestrol tinggi”
RESILIENSI PADA REMAJA AKHIR KORBAN BULLYING 18

IV. D. Proses transaksional individu- memengaruhi kemampuan Siska untuk dapat


lingkungan Siska meningkatkan kembali kepercayaan dirinya.
Siska melakukan identifikasi dan Siska juga mampu meningkatkan sumber
kedekatan dengan individu prososial setelah daya internal yang ada dalam dirinya.
mengalami bullying verbal. Siska mulai Siska saat ini memiliki keinginan
belajar untuk mengidentifikasi dan mencari untuk dapat membantu orang lain yang
teman yang dapat membantunya untuk memiliki permasalahan serupa dengannya
menjadi individu yang lebih positif serta yaitu bullying sehingga orang tersebut dapat
saling memberikan dukungan. Melalui bangkit dari dampak negatif yang
identifikasi dan kedekatan dengan individu diterimanya dari bullying yang dialami.
yang prososial, Siska mulai terlihat “aku lumayan bangga aja sih sama diri
mengalami perubahan secara perlahan. Siska aku yang dulu bisa juga ya ngelewatin
menerima dukungan dan pujian yang masa-masa yang lumayan berat
membantunya untuk menjadi lebih bangkit. dengan pikiran negatif yang selalu ada
Siska juga melakukan active coping setiap harinya dari bangun pagi. Apa
dengan menceitakan masalah yang sedang ia yang akan orang-orang bicarakan
alami kepada teman-temannya di bangku tentang diri aku, seperti itu.”
kuliah.
“kalo waktu di SMA itu salah satu
temen aku bukan yang satu fakultas,
enggak lah buktinya lo gak segendut itu
kok. Maksudnya aku ehmm.. Keliatan
lah mereka sangat mensupport aku
gitu”

V. E. Gambaran resiliensi Siska


Berdasarkan pengalaman bullying
verbal dan proses resiliensi yang dialami oleh
Siska, maka ia saat ini mencapai tahap
resilient reintegration. Siska menunjukkan
beberapa perubahan pada dirinya dan saat ini
menjalani kehidupan dengan adaptasi yang
lebih positif.
Hal ini terlihat dari kemampuan
Siska untuk dapat meningkatkan sumber
daya yang berasal dari faktor protektif yang
ada di lingkungannya. Siska seringkali
bercerita kepada teman-temannya dan
mereka pun memberikan dukungan yang
positif kepadanya sehingga hal tersebut
RESILIENSI PADA REMAJA AKHIR KORBAN BULLYING 19

Gambar 3
Kerangka Berpikir Resiliensi Siska

Konteks Proses Transaksional Faktor Resiliensi Internal


Lingkungan Individu-Lingkungan

Spiritual Emosional

KkB:
Faktor Risiko KkB: KkB: -
- perlakuan - mimpi/tujuan hidup
Tantangan kakak KkB: KB:
- perilaku - pemberian - ketrampilan
KB:
kakak saran manajemen emosi
- Mimpi/tujuan hidup
- percaya pada keunikan
Faktor
diri
KkB: Protektif
- tekad & ketekunan
- Bullying - kehadiran
verbal orangtua
dan teman
KB: Resilient
Reintegration
- dampak Kognitif Perilaku/Sosial
bullying
KB
verbal KkB: KkB:
KB: - identifikasi
Faktor Risiko dan - kompetensi intelektual - kemampuan
- perlakuan kedekatan interpersonal &
KB: empat
kakak dengan - kompetensi intelektual
individu - kemampuan merencanakan KB:
Faktor prososial - insight & kemampuan reflektif - kemampuan ssial
Protektif - active - kemampuan mengembalikan self - kemampuan interpersonal
- kehadiran coping esteem & empati
teman

Fisik

KkB: -

KkB: Kehidupan ketika Bullying Verbal KB:


KB: Kehdupan setelah Bullying Verbal - Kesejahteraan fisik &
kompetensi fisik
RESILIENSI PADA REMAJA AKHIR KORBAN BULLYING 20

DISKUSI KESIMPULAN

Peneliti menemukan beberapa hal yang Merujuk pada hasil penelitian ini, maka
menarik dalam penelitian ini. Pertama, terdapat beberapa saran metodologis untuk
ditemukan bahwa faktor keluarga, terutama penelitian selanjutnya, antara lain:
ibu ternyata menjadi faktor risiko pada 1. Triangulasi dapat dilakukan kepada
partisipan pertama dengan ikut melakukan significant others seluruh partisipan,
bullying verbal padahal seharusnya orangtua khususnya orang-orang yang bersama
menjadi faktor protektif yang membantu dengan partisipan ketika sebelum
partisipan pertama untuk bangkit dari mengalami bullying verbal hingga
pengalaman bullying verbal yang dialami. saat ini. Hal ini dimaksudkan untuk
Tian, Liu, & Shan (2018) mengatakan bahwa mendapatkan informasi yang lebih
dukungan dari orang tua merupakan sistem mendalam mengenai kehidupan
dukungan sosial yang terpenting dimasa partisipan.
remaja dibandingkan dengan sistem 2. Bagi peneliti selanjutnya, dapat
dukungan sosial lainnya, sehinga apabila menentukan partisipan dengan
remaja tidak mendapatkan dukungan sosial menggunakan alat ukur resiliensi agar
dari orang tua maka dapat memengaruhi memiliki standar yang lebih jelas
kemampuan individu dalam beradaptasi dan dalam memilih partisipan.
bertahan. Selain itu, peneliti juga memberikan
Kedua, peneliti menemukan bahwa beberapa saran praktis, antara lain:
pencapaian akademik kedua partisipan tidak 1. Bagi masyarakat yang membaca,
terpengaruh akibat dari pengalaman bullying diharapkan dapat lebih peka terhadap
verbal. Kedua partisipan mengatakan bahwa perilaku bullying verbal yang ada di
bullying verbal tidak berpengaruh pada lingkungan sekitar dan selalu
prestasi akademik di sekolah melainkan lebih menjaga perkataan apabila sedang
berpengaruh kepada aspek sosial, terutama berbicara dengan orang lain karena
self-esteem karena partisipan mengalami tanpa disadari kita mungkin sedang
bullying verbal yang disebabkan oleh melakukan bullying verbal kepada
penampilan fisik. Hal ini sejalan dengan orang lain.
penelitian yang dilakukan oleh Jansen, Craig, 2. Bagi orang tua yang sedang membaca
Boyce, & Pickett (2004) pada dampak yang dan memiliki anak diharapkan dapat
dialami oleh anak dengan obesitas korban lebih memerhatikan anaknya dan
bullying, seperti memiliki self-concept yang bertanya mengenai kondisi anak di
buruk karena penampilan fisik, dan sekolah atau di lingkungan
penolakan. pertemanannya. Orang tua juga
diharapkan memberikan dukungan
kepada anak apabila anak mengalami
bullying verbal agar anak bisa
RESILIENSI PADA REMAJA AKHIR KORBAN BULLYING 21

kembali bangkit dan dapat http://dx.doi.org/10.1515/ijamh-2012-


beradaptasi positif. 0106
3. Bagi pihak sekolah terutama guru Glantz, M.D., & Johnson, J.L. (2002).
Bimbingan Konseling yang sedang Resilience and development: Positive
membaca, diharapkan dapat lebih life adaptations. New York: Kluwer
memerhatikan para siswa di sekolah Academic Publishers.
dan memberikan intervensi kepada Janssen, I., Craig, W.M., Boyce, W.F., &
siswa agar tidak terjadi pengalaman Pickett, W. (2004). Associations
bullying verbal kepada siswa di between overweight and obesity with
sekolah. bullying behaviors in school-aged
children. Pediatrics, 113(5), 1187-
DAFTAR PUSTAKA 1194. DOI: 10.1542/peds.113.5.1187
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
American Council on Science and Health. (2017). Profil kesehatan Indonesia
(n.d.). Obesity and it’s health effects. tahun 2016. Retrieved from
Retrieved from http://www.depkes.go.id/resources/do
https://books.google.co.id wnload/pusdatin/profil-
Cardoso, J.B., Szlyk, H.S., Goldbach, J., kesehatanindonesia/Profil-
Swank, P., & Zvolensky, M.J. (2018). KesehatanIndonesia-
General and ethnic-biased among 2016.pdf?opwvc=1
latino students: Exploring risks of Kumpfer, K. L. (1999). Factors and
depression, suicidal ideation, and processes contributing to resilience:
substance use. Immigrant minor health The resilience framework. Dalam M.
journal, 20(14), 816-822. DOI: D. Glantz, & J. L. Johnson, Resilience
10.1007/s10903-017-0593-5 and development: Positive life
Carney, A.G., & Merrell, K.W. (2001). adaptation, 179-224. New York:
Bullying in schools: Perspectives on Kluwer Academic.
understanding and preventing on Laksana, B.A. (2017, Juli 21). Mensos: 84%
international problem. School Anak usia 12-17 tahun mengalami
psychology journal international, bullying. Retreived from
22(3), 264-382. DOI: https://news.detik.com/berita/d-
10.1177/0143034301223011 3568407/mensos-84-anak-usia-12-17-
Gan, S. S., Zhong, C., Das, S., Gan, J. S., tahun-mengalami-bullying
Willis, S., & Tully, E. (2014). The Tian, L., Liu, L., & Shan, N. (2018). Parent-
prevalence of bullying and child relationships and resilience
cyberbullying in high school: A 2011 among Chinese adolescents: The
survey. International Journal of mediating role of self-esteem.
Adolescent Medicine and Health, Frontiers in psychology, 9, 1-11.
26(1), 27-31. DOI: https://doi.org/10.3389/fpsyg.2018.01
030
RESILIENSI PADA REMAJA AKHIR KORBAN BULLYING 22

Masten, A.S. & Gewirtz, A.H. (2006). Tugade, M. M., & Fredrickson, B. L.
Resilience in development: The (2004). Resilience of individuals use
importance of early childhood. Centre positive emotions to bounce back from
of excellence for early childhood negative emotional experiences.
development. Retrieved from Journal of Personality and social
https://conservancy.umn.edu/handle/1 Psychologu, 86(2), 320-333.
1299/53904 https://doi.org/10.1037/0022-
McClanahan, K.K., Huff, M.B., & Omar, 3514.86.2.320
H.A. (2009). Overweight children and Wang, J., Iannotti, R.J., & Luk, J.W. (2012).
adolescents: Impact on psychological Patterns of adolescent bullying
and social development. Dalam behaviors: Physical, verbal, exclusion,
Merrick, J, Child health and human rumor, and cyber. Journal of school
development yearbook, 463-473. New psychology, 50(4), 521-534. DOI:
York: Nova Science Publishers, Inc 10.1016/j.jsp.2012.03.004
Oda (2017, Juli 22). 117 Laporan bullying World Health Organization (2018). Obesity
diterima tepsa Kemensos RI, hingga and overweight. Retrieved from
Juli 2017. Retrieved from https://www.who.int/news-room/fact-
https://jogja.tribunnews.com/2017/07/ sheets/detail/obesity-and-overweight
22/117-laporan-bullying-diterima- Zakiyah, E.Z., Humaedi, S., & Santoso,
tepsa-kemensos-ri-hingga-juli-2017 M.B. (2017). Faktor yang
Olweus, D. (1993). Bullying at school: What mempengaruhi remaja dalam
we know and what we can do melakukan bullying. Jurnal Penelitian
understanding children’s worlds. & PPM. 4(2). 129-389.
Oxford: Blackwell Publisher, Ltd.
Puhl, R.M. (2011). Weight stigmation
toward youth: A significant problem in
need of societal solutions. Childhood
Obesity, 7(5), 359-363.
Santrock, J.W. (2011). Life span
development (13 th ed.). New York:
McGraw-Hill
Sudargo, T., Freitag, L.M., Rosiyani F. &
Kusmayanti, N.A. (2014). Pola makan
dan obesitas. Yogyakarta: Gajah Mada
University Pres
The United Nations Educational Scienctific
and Cultural Organzation (2017).
School violence and bullying: Global
status report. Paris, France:
UNCESCO.

You might also like