You are on page 1of 7

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/355446646

Soft Power Diplomacy Indonesia 2018 Through Asian Games and International
Gamelan Festival (Soft Power Diplomacy Indonesia 2018 Melalui ASIAN
Games dan International Gamelan Festiv...

Article · October 2021

CITATIONS READS

0 441

1 author:

Siraj Bintang Thirafi


Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
3 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Siraj Bintang Thirafi on 21 October 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Soft Power Diplomacy Indonesia 2018 Through Asian Games and
International Gamelan Festival
(Soft Power Diplomacy Indonesia 2018 Melalui ASIAN Games
dan International Gamelan Festival)
Siraj Bintang Thirafi
1
Department of IR, Class of H, Universitas Muhammdiyah Yogyakarta, Indonesia

Abstract
This paper will explain about soft power diplomacy, especially public diplomacy and cultural
diplomacy. This paper attempts to explain the difference between public diplomacy and
cultural diplomacy. The author uses theories from experts as a reference in analyzing the cases
taken. This paper also attempts to explain the public practice of Indonesian cultural diplomacy
and diplomacy in 2018 using the ASIAN Games and the International Gamelan Festival in
Solo. The author also analyzes the actors, national interests, instruments, and objectivity of
Indonesia. Actors who carry out diplomacy use their own strategies to launch the practice of
diplomacy in order to achieve the goals.

Keywords:Asian Games, Cultural Diplomacy, Gamelan, Indonesia, Public Diplomacy, Soft


Power

Pendahuluan
Studi hubungan internasional mengalami perkembangan seiring perkembangan dunia
internasional.Perkembangan itu mengakibatkan munculnya cabang baru dalam studi
diplomasi. Diplomasi melahirkan cabang baru seperti public diplomacy dan cultural
diplomacy. Kedua jenis diplomasi itu lebih menggunakan soft power dan tidak hanya isu high
politics saja tetapi ada isu low politics yang dibahas.Diplomasi bertujuan untuk melaksanakan
politik luar negeri dengan alasan untuk memenuhi kepentingan nasional dengan menggunakan
berbagai cara dan instrument yang ada.
Dalam melaksanakan politik luar negeri, setiap negara menggunakan power untuk
mewujudkan kepentingan nasionalnya. Power merupakan kemampuan suatu negara untuk
mewujudkan kepentingan nasionalnya dalam hubungan internasional. Terdapat dua jenis
power yang utama yaitu hard power dan soft power. Hard power adalah kemampuan suatu
negara untuk mempengaruhi negara lain menggunakan kekuatan negaranya secara hard.
Terdapat beberapa jenis power dalam hard power yaitu militer dan ekonomi. Soft power adalah

1
kemampuan suatu negara untuk mempengaruhi pihak lain dengan menggunakan daya tarik,
bukan menggunaan penekanan atau pemaksaan seperti yang terjadi di masa-masa sebelumnya
(Yani & Lusiana, 2018). Soft power lebih menggunakan budaya, seni dan nilai-nilai yang
dianut oleh negara.
Public diplomacy dan cultural diplomacy merupakan instrument dari soft power. Public
diplomacy memiliki tujuan meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai suatu negara dan
kemudian mengubah pandangan mereka mengenai negara tersebut, meningkatkan apresiasi
masyarakat mengenai suatu negara serta meningkatkan hubungan suatu negara dengan negara
lain, misalnya melalui pendidikan atau melalui budaya pop (Hennida, 2009). Cultural
diplomacy adalah usaha suatu negara untuk mewujudkan kepentingan nasionalnya di mata
dunia internasional melalui aspek kebudayaan seperti pendidikan dan seni.
Dengan perkembangan ilmu diplomasi saat ini menuntut negara untuk menggunakan
berbagai jenis diplomasi untuk mewujudkan kepentingan nasionalnya. Paper ini akan
membahas tentang diplomasi yang berkaitan dengan soft power tertutama public diplomacy
dan cultural diplomacy . Lebih focus lagi paper ini akan melihat penerapan diplomasi publik
dan diplomasi kebudayaan yang dilakukan oleh Indonesia melalui kegiatan seperti ASIAN
Games 2018 dan International Gamelan Festival 2018.

Analisis

Soft Diplomacy : Public Diplomacy dan Cultural Diplomacy

Diplomasi merupakan seni dalam hubungan internasional untuk mengedepankan


kepentingan negaranya. Unsur utama dari diplomasi adalah negosiasi. Tujuan utama dari
diplomasi adalah untuk melakukan politik luar negeri dengan maksud untuk memenuhi
kepentingan nasionalnya.
Diplomasi memiliki dua jenis yaitu hard power diplomacy dan soft power diplomacy.
Sebelum itu, power adalah kemampuan negara untuk mempengaruhi negara lain dengan tujuan
untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Ada tiga power yaitu ancaman dan paksaan,
pembayaran, dan daya tarik. Hard power diplomacy merupakan diplomasi yang melalui
pemaksaan, politik, ekonomi, militer, dan lebih dekat dengan realisme. Soft power diplomacy
adalah diplomasi yang tanpa paksaan melalui negosiasi, budaya, seni, olahraga dll. Secara lebih
rinci lagi soft diplomacy menggunakan lima pilar utama yaitu soft power actor diplomasi,
proses two way street, menggunakan pertukaran ide, pembelajaran dan refleksi diri, melibatkan
aktor non-negara, dan berkaitan dengan isu low politics

2
Soft power diplomacy memiliki berbagi jenis diplomasi. Public diplomacy dan cultural
diplomacy adalah contoh dari soft power diplomacy. Public diplomacy memiliki tujuan
meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai suatu negara dan kemudian mengubah
pandangan mereka mengenai negara tersebut, meningkatkan apresiasi masyarakat mengenai
suatu negara serta meningkatkan hubungan suatu negara dengan negara lain, misalnya melalui
pendidikan atau melalui budaya pop(Hennida, 2009). Public diplomacy lebih mendapat
dukungan secara langsung dari pemerintah pusat. Terdapat beberapa strategi dalam public
diplomacy menurut Geoffrey Cowan yaitu lapisan monolog, dialog dan kolaborasi. Lapisan
monolog dapat berupa pidato, slogan, publikasi internet, siaran pers dan karya-karya budaya
seperti buku dan music. Lapisan dialog dapat berupa pertukaran ide dalam konferensi resmi,
acara bincang informatif dan lainnya. Lapisan kolaborasi dapat berupa kerja sama lintas
nasional dalam sebuah proyek tertentu.
Cultural diplomacy adalah suatu usaha negara untuk memperjuangkan kepentingan
nasionalnya melalui dimensi kebudayaan, baik secara mikro seperti pendidikan, ilmu
pengetahuan, olahraga, dan kesenian, ataupun secara yang dalam pengertian konvensional
dapat dianggap sebagai bukan politik, ekonomi, ataupun militer (Warsito & Kartikasari, 2007).
Untuk memperoleh dukungan publik, negara melibatkan aktor budaya seperti institusi,
organisasi, kelompok kreatif yang berhubungan dengan kebudayaan atau produk nasional
lainnya. Ada tiga prinsip yang menjadi landasan diplomasi kebudayaan yaitu prinsip
penyebaran, prinsip penerimaan dan prinsip koeksistensi. Prinsip penyebaran berkaitan dengan
bagaiman diplomasi kebudayaan itu mampu menyebarkan kebudayaan itu sendiri untuk
merepresentasikan negaranya. Prinsip penerimaan berguna untuk melihat respon masyarakat
terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan. Prinsip koeksistensi berkaitan dengan bagaiamana
kebudayaan itu digunakan untuk mencapai kepentingan nasional secara damai tanpa paksaan.

Perbedaan Public Diplomacy dan Cultural Diplomacy


Secara umum tidak ada perbedaan yang begitu signifikan dari diplomasi publik dan
diplomasi budaya. Diplomasi budaya merupakan bagian dari diplomasi publik. Diplomasi
budaya menggunakan kebudayaan seperti pendidikan, olahraga dan seni sebagai instrument
diplomasi agar bisa mempengaruhi pemikiran warga negara lain terhadap negaranya.
Diplomasi kebudayaan menggunakan two way communication. Diplomasi publik
menggunakan instrument seperti pidato, slogan, music, film, buku dan masih banyak lagi.
Diplomasi publik menggunakan one way communication.

3
ASIAN Games 2018 Sebagai Praktik Diplomasi Publik Indonesia
Asian Games merupakan acar multi-olahraga yang ada di wilayah Asia. Asian Games
dilaksanakan setiap empat tahun sekali. Acara mutli-olahraga ini berada dibawah naungan
Olympic Council of Asia (OCA) dan sudah diakui sebagai acara mutli-olahraga kedua setelah
olimpiade oleh International Olympic Committee (IOC). Asian Games sudah dilaksanakan
sebanyak 18 kali dan Indonesia sudah menjadi tuan rumah sebanyak 2 kali. Pertama pada tahun
1962 pada masa presiden Soekarno dan tahun 2018 pada masa presiden Jokowi.
Maskot dari Asian Games 2018 terdiri dari 3 hewan khas Indonesia yaitu burung
Cendrawasih (Bhin Bhin), rusa Bawean (Atung) dan badak bercula satu (Kaka). Dalam
menyelenggarakan Asian Games, Indonesia menghabiskan dana sebanyak 34,6 triliun untuk
membangun infrastruktur, promosi dan penunjang acara. Indonesia menyadari bahwa Asian
Games tidak hanya sebagai acara multi-olahraga biasa namun menjadi alat untuk membuat
citra Indonesia baik dimata dunia internasional. Dengan kata lain Asian Games menjadi
instrument diplomasi publik Indonesia.
Barry Sanders dalam Sport as Public Diplomacy melihat bahwa olahraga merupakan media
kuat dan besar dalam penyebaran informasi, reputasi, serta hubungan internasional yang mana
merupakan inti dari diplomasi publik(Tiffany & Azmi, 2020). Murray juga mengatakan bahwa
diplomasi olahraga menjadi akitivitas representative antar pelakiu olahraga sebagai
perwakilan. Praktik ini berkaitan dengan diplomasi tradisonal yang menggunakan olahraga
untuk membentuk citra yang baik dimata dunia.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya terdapat tiga elemen penting dari diplomasi
public menurut Geoffrey Cowan yaitu lapisan monolog, dialog dan kolaborasi. Lapisan
monolog menjadi landasan untuk menganalisis diplomasi publik yang dilakukan Indonesia
dalam Asian Games 2018. Strategi monolog lebih menegaskan pada publikasi di media massa,
buku, slogan, music dan siaran pers. Aktor-aktor yang menjalankan diplomasi tidak hanya
aktor negara namun aktor non-negara terlibat. Aktor yang menjalankan diplomasi public ini
adalah Kementrian Olahraga, Kementrian Luar Negeri, INASGOC, Komite Olimpiade
Indonesia dan Pemerintahan Kota. Instrumen yang digunakan Indonesia ada tiga yaitu audio
dan visual, media elektronik dan media massa penyiaran. Audio dan visual menggunakan video
promosi yang dibuat oleh INASGOC yang bertujuan untuk mempromosikan Indonesia sebagai
tuan rumah kepada public Internasional. Media elektronik yang digunakan oleh Indonesia
adalah website, facebook, twitter, dan Instagram. Media itu digunakan untuk mempublikasi
berita tentang Asian Games yang terpercaya. Media massa penyiaran yaitu menggunakan
televisi dan internet yang menyiarkan pertandingan Asian Games dan memberitakan tentang

4
Asian Games kepada dunia. Kepentingan nasional dari diplomasi publik ini adalah untuk
meningkatkan citra Indonesia di dunia dan untuk meningkatkan minat wisatawan asing ke
Indonesia sehingga bisa meningkatkan perekonomian.
Diplomasi Kebudayaan Melalui Festival Gamelan di Solo Tahun 2018
IGF atau International Gamelan Festival merupakan kegiatan yang berada dibawah
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. IGF tahun 2018 dilaksanakan di kota Solo dan
untuk pertama kalinya dilaksanakan di Indonesia. IGF 2018 mengambil tema “homecoing”
dengan alasan acara ini bisa menjadi arena mudik bagi pemain gamelan yang sudah tersebar di
dunia. Untuk melihar praktik diplomasi budaya Indonesia melalui IGF 2018 penulis
menggunakan tiga prinsip yaitu prinsip penyebaran, penerimaan dan koeksistensi
Strategi penyebaran yang dilakukan oleh panitia acara melalui berbagai kegiatan tidak
hanya melalui pertunjukkan gamelan tetapi pameran karya seni, buku, film, workshop, dan
destinasi budaya. Salah satu contoh kegiatannya adalah Konferensi internasional bertemakan
“Gamelan Culture: Roots, Expression, and Worldview” menjelaskan sejarah persebaran
peradaban gamelan, interaksi kultur antarkomunitas, konteks sosial politik dan kepentingan-
kepentingan,lingkungan alam, corak masyarakat dan budaya setempat (Khatrunada & Alam,
2019).
Strategi penerimaan dari diplomasi IGF 2018 adalah melalui respon para penonton yang
hadir. Respon positif datang dari masyarakat internasional. Salah satu contohnya adalah
unggahan penonton IGF melalui media sosial seperti twitter,facebook dan Instagram yang
sangat mengapresiasi acara ini. Selain itu media massa dalam dan luar negeri melakukan
pemeberitaan tentang acara ini yang menjadi apresiasi besar terhadap IGF 2018.
Stategi koeksistensi merupakan strategi yang menjunjung tinggi perdamaian. IGF 2018
dilaksanakan tanpa ada paksaan dan memiliki sifat toleransi dan kebersamaan karena penonton
yang hadir berasal dari berbagai perbedaan namun bisa menjadi satu untuk menikmati kesenian
gamelan. Kedatangan penonton asing juga berdasarkan keinginan diri sendiri untuk
mengetahui kesenian gamelan dan Indonesia.
Aktor-aktor yang bergerak dalam diplomasi kebudayaan ini adalah Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, Pemerintah Kota Solo dan para pekerja seni yang mengisi acara. Instrumen
yang digunakan adalah kesenian terutama gamelan yang didukung karya seni lainnya, Melalui
diplomasi budaya ini, Indonesia ingin mengubah citra negatifnya menjadi positif. Salah
satunya adalah citra buruk Indonesia akibat buruknya pandangan terhadap Tenaga Kerja
Indonesia (TKI) di Malaysia (Khatrunada & Alam, 2019).

5
Kesimpulan
Soft power diplomacy merupakan diplomasi yang menggunakan power selain militer dan
ekonomi. Soft power ini menjadi kekuatan lain disamping hard power. Diplomasi sekarang
yang lebih banyak menggunakan soft power menciptakan cabang baru dari diplomasi yaitu
diplomasi publik dan diplomasi kebudayaan. Diplomasi public merupakan diplomasi yang
bertujuan untuk mempengaruhi pandangan warga negara lain terhadap negaranya melalui one
way communication seperti buku, film, pidato, berita, dll. Diplomasi kebudayaan merupakan
diplomasi yang menggunakan kebudayaan sebagai instrument dari diplomasinya dan
menggunakan two way communication.
Indonesia sebagai salah satu negara besar di dunia memanfaatkan diplomasi public dan
diplomasi kebudayaan untuk menciptakan citra yang baik sehingga mendukung politik luar
negeri Indonesia. Aktor yang ikut serta dalam kedua diplomasi itu tidak hanya negara tetapi
non-negara ikut serta. Sebagai contoh di tahun 2018 Indonesia memanfaatkan ASIAN Games
sebagai saran untuk diplomasi public dan IGF di Solo sebagai diplomasi kebudayaan.
Keduanya berhasil membuat citra Indonesia baik di mata internasional yang dapat dilihat dari
respon baik hadirin yang datang.
Untuk melihat diplomasi public yang dilakukan Indonesia dapat digunakan 3 lapisan yaitu
monolog, dialog dan kolaborasi. Jika dilihat dari monolog aktor diplomasi membuat video dan
berita yang dimuat di media massa baik cetak mau pun digital. Untuk diplomasi kebudayaan
dapat dilihat dari 3 strategi yaitu penyebaran, penerimaan dan koeksistensi. Penyebaran
merupakan usaha untuk menyebarkan kegiatan. Penerimaan berguna untuk melihat respon
peserta tentang kegiatannya sebagai tolak ukur keberhasilan. Koeksistensi berguna untuk
menunjukkan bahwa kegiatannya berjalan damai sesuai prinsip soft power.

Referensi
Hennida, C. (2009). Diplomasi Publik dalam Politik Luar Negeri. Masyarakat, Kebudayaan
Dan Politik, Vol. 22, 17–23.
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/03_Hennida_DIPLOMASI PUBLIK.pdf
Khatrunada, S. A., & Alam, G. N. (2019). Diplomasi Budaya Indonesia melalui International
Gamelan Festival 2018 di Solo. Padjadjaran Journal of International Relations, 1(2),
104. https://doi.org/10.24198/padjir.v1i2.26125
Tiffany, A., & Azmi, F. (2020). Diplomasi Publik Indonesia melalui Penyelenggaraan Asian
Games 2018. Padjadjaran Journal of International Relations, 1(3), 202.
https://doi.org/10.24198/padjir.v1i3.26193
Warsito, T., & Kartikasari, W. (2007). DIPLOMASI KEBUDAYAAN : Konsep dan Relevansi
Bagi Negara berkembang : Studi Kasus Indonesia. Ombak.
Yani, Y. M., & Lusiana, E. (2018). Soft Power Dan Soft Diplomacy. Jurnal Tapis: Jurnal
Teropong Aspirasi Politik Islam, 14(2), 48–65. https://doi.org/10.24042/tps.v14i2.3165

View publication stats

You might also like