You are on page 1of 15

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/340225425

Journal of Diplomacy and International Studies DIPLOMASI DAN POWER:


SEBUAH KAJIAN ANALISIS

Article · March 2020

CITATIONS READS

0 5,732

2 authors:

Rendi Prayuda Rio Sundari


Universitas Islam Riau Universitas Islam Riau
39 PUBLICATIONS 110 CITATIONS 9 PUBLICATIONS 211 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Rendi Prayuda on 27 March 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Journal of Diplomacy and International Studies P-ISSN: 2656-3878
https://journal.uir.ac.id/index.php/jdis/index E-ISSN 2656-8713

DIPLOMASI DAN POWER: SEBUAH KAJIAN ANALISIS

Rendi Prayuda1, Rio Sundari2

International Relations Department Universitas Islam Riau, rendiprayuda@soc.uir.ac.id1


International Relations Department Universitas Islam Riau, riosundari@soc.uir.ac.id2

ABSTRACT

After the 1961 of Wina convention, diplomacy became one of the containers for the
actualization of relations between countries in the international political arena to convey the
national interests of a country to other countries. The national interest of a country is
certainly a diplomatic mission for the state in the scope of international practice. The practice
of a country's diplomacy success is of course influenced by various factors and the power
factor is one of the determining factors for a country's diplomatic success. This paper use a
descriptive qualitative approach with the collect data by library research. The results of this
study indicate that the effectiveness of a country's diplomacy depends on the extent of its
own national strength. Some things that determine the success of diplomacy can be analyzed
from the diplomatic environment in the form of the international system, the diplomatic
environment and domestic relations. While the concept of power is determined by elements
that do not change (natural resources, geography, demographics and population) as well as
elements that are easily changed (character and morality of the nation, the quality of
government and diplomatic quality).

Keywords: Diplomacy, State and Power.

80
Rendi Prayuda
Diplomasi dan Power: Sebuah Kajian Analisis
Journal of Diplomacy and International Studies P-ISSN: 2656-3878
https://journal.uir.ac.id/index.php/jdis/index E-ISSN 2656-8713

A. Latar Belakang hubungan internasional


Hubungan internasional adalah diidentikkan dengan hubungan
sebuah kajian ilmu politik yang antar negara berdaulat, dengan
menganalisis mengenai tindakan dan demikian faktor kemanan dilihat
kebijakan dari aktor negara dan non dalam konteks kepentingan
negara (individu, kelompok, organisasi nasional.
dan perusahaan multinasional) dalam 2. Pendekatan realisme fokus pada
arena lingkungan internasional untuk pendekatan politik dan kemanan
menyampaikan kepentingannya masing- yaitu dengan cara menilai fungsi
masing. Dinamika hubungan internasional kekuasaan sebagai instrumen
mengalami berbagai perdebatan teoritik politik luar negeri.
dan paradigma mulai dari perdebatan 3. Pendekatan realisme menjelaskan
paradigma idealisme dan realisme, adanya hirarki yang jelas dari
paradigma realisme dan behavioralisme pokok - pokok permasalahan yang
serta perkembangan paradigma alternatif mendominasi politik internasional.
seperti pluralism, konstruktivisme dan Asumsi dasar pemikiran realis
critical theory. adalah pandangan pesimis dan keyakinan
Kajian hubungan internasional bahwa hubungan internasional pada
memiliki berbagai pendekatan dalam dasarnya konfliktual dan akhirnya
menganalisis dinamika isu dalam arena diselesaikan melalui perang. Suatu
politik internasional. Salah satu tindakan politik akan dinilai sebagai
pendekatan legendaris dalam ilmu tindakan rasional apabila dapat
hubungan internasional yang mengalami mendekatkan pelaku politik pada
dinamika signifikan pasca perang dingin tujuannya. Sikap yang terbaik adalah sikap
adalah pendektan realisme klasik dan yang pragmatis, kompromis dan saling
neorealisme. Pendekatan Realis memiliki menerima (John Baylis. 2001; Hlm 172-
tema Struggle for power and security. 176). Untuk memperjuangkan
Hubungan internasional ditandai dengan kepentingannya, maka setiap negara akan
anarki, segala cara dilakukan untuk memaksimalkan segala potensi yang ada
mencapai kepentingan nasional. dengan pengembangan kekuatan
Morgenthau menyatakan bahwa super nasionalnya untuk mendapatkan dan
power adalah fokus utama hubungan mencapai kepentingan nasionalnya.
internasional, power adalah alat untuk Perspektif realisme menjelaskan
mencapai kepentingan nasional (national negara adalah aktor tunggal dan rasional
interest). Perspektif Realis memiliki tiga dalam politik internasional. Pendekatan
asumsi dasar dalam menganalisis realisme memiliki anggapan dasar bahwa
hubungan antar negara dalam politik eksistensi negara bangsa dianalisis dari
internasional, yaitu: perilaku Negara bangsa tersebut, dengan
1. Negara merupakan aktor utama asumsi bahwa semua pembuat keputusan,
dan tunggal, bahwa dalam hal ini dimanapun berada, pada dasarnya
81
Rendi Prayuda
Diplomasi dan Power: Sebuah Kajian Analisis
Journal of Diplomacy and International Studies P-ISSN: 2656-3878
https://journal.uir.ac.id/index.php/jdis/index E-ISSN 2656-8713

berperilaku sama apabila menghadapi Strategi dalam pengertian yang


situasi yang sama. Jadi, untuk lebih spesifik adalah “ the art of
menganalisis manuver diplomatik dan distributing and applying military means to
tindakan-tindakan diplomatik lain dilihat fulfil end of policy” (Liddel Hart, 1968,
sebagai akibat dari tekanan-tekanan p.335), “exploiting military force so as to
politik, ideologi, opini publik atau attain given objects of policy” (Bull, 1968,
kebutuhan ekonomi dan sosial dalam p.593), “the relationship between military
negeri (Mochtar Masóed; 1990. Hlm 45). power and political purpose” (Gray, 1982b,
Oleh karena itu, kondisi dalam negeri p. 1), dan “the art of the dialectic of two
sebuah negara akan menentukan opposing wills using force to resolve their
kebijakan luar negeri yang akan dicapai dispute” (Beaufre, 1965, p. 22).Halle juga
melalui jalur diplomasi secara damai menawarkan definisi :”the branch of
tersebut. political studies concerned with the
Sistem internasional yang anarki political implications of the war-making
merupakan bentuk kehidupan yang self capacity available to nations” Dari definisi
help system dimana negara bertanggung diatas, jelas bahwa esensi strategi adalah
jawab terhadap kelangsungan hidupnya mengenai “force” atau “the threat of force”
sendiri. Hubungan diantara aktor yang (Gray,1982a,p. 3).
independent selalu memiliki Strategi pada hakekatnya adalah
kemungkinan konflik mengenai masalah usaha untuk memenangkan suatu
politik, ekonomi dan sosial, dan peperangan. Liddle Hart merumuskan
kadangkala konflik tersebut akan strategi sebagai cara mendistribusikan
mengakibatkan penggunaan force. Strategi dan menggunakan kekuatan militer untuk
menjadi sesuatu yang tidak bisa dihindari mencapai tujuan politik. Unsur-unsur
yang menyertai kehidupan politik negara analitikal dalam rumusan Liddle Hart
didalam anarki internasional. Struktur adalah distribusi, penggunaan kekuatan
anarki terbukti sangat bertahan lama, dan militer, dan tujuan. Edward M. Earle dan
selama struktur tetap seperti itu, strategi Robert E.Osgood memasukkan unsur-
akan terus berlangsung dalam hubungan unsur non-militer dalam kalkulasi
internasional. Strategi dalam pengertian strategis, dan mengawali penggunaan
yang luas dapat didefinisikan sebagai “ the strategi untuk maksud-maksud damai dan
art or science of shaping means so as to perang. Di samping itu, Henry Kissinger
promote ends in any field of conflict”. Dalam mendefinisikan strategi sebagai “cara
kajian Strategi, the means to be shaped yang ditempuh oleh suatu masyarakat
adalah militer, the field of conflict adalah untuk mempertahankan kelangsungan
sistem internasional, dan ends adalah hidupnya”. Kelangsungan hidup suatu
tujuan politik aktor yang cukup luas dan bangsa-negara dapat dinilai sebagai
menunjukkan adanya konteks tujuan yang lebih sempit dibanding
internasional yang cukup signifikan. tujuan-tujuan yang pada mulanya hendak
dicapai melalui peperangan dalam
82
Rendi Prayuda
Diplomasi dan Power: Sebuah Kajian Analisis
Journal of Diplomacy and International Studies P-ISSN: 2656-3878
https://journal.uir.ac.id/index.php/jdis/index E-ISSN 2656-8713

pengetian strategi yang lebih awal. Oleh hubungan internasional ini dilakukan
karena itu aktualisasi dari strategi yang dengan menggunakan pendekatan atau
dilakukan oleh pemimpin sebuah negara metode kualitatif deskriptif. Metode
akan dilakukan oleh diplomat negara kualitatif adalah sebuah kajian penelitian
tersebut dalam arena perundingan yang menjelaskan fenomena masalah
diplomatik untuk mencapai kepentingan penelitian secara deskriptif sesuai dengan
nasional negara tersebut. realitas fenomena secara empiris. Teknik
Level analisa berasal dari anggapan pengumpulan data dalam penelitian ini
bahwa prilaku setiap negara sebenarnya menggunakan studi pustaka yang
bergantung pada prilaku negara lainnya menjadikan buku, jurnal bereputasi,
dalam sebuah sistem internasional. Untuk website dan artikel ilmiah lainnya sebagai
menerangkan sistem yang abstrak ini bisa bahan bacaan dan analisis teoritis.
dipakai analogi yang lebih sederhana yaitu C. Hasil dan Diskusi
sistem sirkulasi tubuh manusia, yang Kajian tentang diplomasi
terdiri dari nadi, arteri, organ dan sel - sel berkembang pesat pasca konvensi Wina
yang secara keseluruhan harus bekerja tahun 1961 yang menjelaskan bahwa
dan berfungsi secara baik untuk tujuan-tujuan hak-hak istimewa dan
kelancaran dalam sistem dan akhirnya kekebalan hukum tidaklah untuk
menghasilkan tubuh yang sehat dan keuntungan individu akan tetapi untuk
performa yang baik. Demikian juga dunia menjamin pelaksanaan yang efisien
internasional, ia juga memiliki sub sistem fungsi-fungsi misi-misi diplomatik dalam
yang saling berkaitan satu sama lain (KJ. mewakili Negara-Negara.
Holsti. 1992: Hlm 23). Setiap negara di Menegaskan bahwa aturan hukum
dalam sistem politik internasional kebiasaan internasional tetap terus
bertanggung jawab terhadap keamanan mengatur masalah-masalah yang tidak secara
dan kemerdekaannya sendiri (Struggle for tegas diatur oleh ketentuan-
power), kedudukan negara lain dianggap ketentuan Konvensi ini. Berasarkan
sebagai ancaman yang dapat konvensi Wina tahun 1961, maka Negara
membahayakan kepentingannya yang penerima boleh setiap saat dan tanpa harus
mendasar. Maka secara umum, negara - menerangkan keputusannya, memberitahu
negara merasa tidak aman sehingga Negara pengirim bahwa kepala misinya
timbul rasa ketakutan dan atau seseorang anggota staf
ketidakpercayaan satu sama lain. Mereka diplomatiknya adalah persona non
menjadi sangat fokus dengan kekuatannya grata atau bahwa anggota lainnya dari staf
masing - masing dengan maksud untuk misi tidak dapat diterima. Dalam hal
mencegah terjadinya penyerangan oleh seperti ini, Negara pengirim, sesuai
negara lain. dengan mana yang layak, harus
B. Metode Penelitian memanggil orang tersebut atau
Analisis terhadap korelasi antara mengakhiri fungsi-fungsinya di dalam
diplomasi dan power dalam kajian ilmu misi. Seseorang dapat dinyatakan non
83
Rendi Prayuda
Diplomasi dan Power: Sebuah Kajian Analisis
Journal of Diplomacy and International Studies P-ISSN: 2656-3878
https://journal.uir.ac.id/index.php/jdis/index E-ISSN 2656-8713

grata atau tidak dapat diterima sebelum 2001. Hlm 21), yang dalam hal ini
sampai di dalam teritorial Negara merupakan kepentingan nasional suatu
penerima. Gedung misi tidak dapat negara dalam dunia internasional, namun
diganggu gugat (inviolabel). Pejabat- oleh sebagian pandangan diplomasi lebih
pejabat dari Negara penerima tidak boleh menekankan terhadap negosiasi–
memasukinya, kecuali dengan persetujuan negosiasi perjanjian atau sebagai posisi
kepala misi. Negara penerima di bawah tawar-menawar dengan negara lain.
kewajiban khusus untuk mengambil Diplomasi sangat erat dengan
semua langkah yang perlu untuk penyelesaian permasalahan–
melindungi gedung misi terhadap permasalahan yang dilakukan dengan
penerobosan atau perusakan dan untuk cara–cara damai, tetapi apabila cara–cara
mencegah setiap gangguan perdamaian damai gagal untuk memperoleh tujuan
misi atau perusakan martabatnya. yang diinginkan, diplomasi mengizinkan
(https://sites.google.com/site/published penggunaan ancaman atau kekuatan nyata
bysumadi/vienna1961). sebagai cara untuk mencapai tujuan–
Menurut Sir Earnest Satow dalam tujuannya (RW, Sterling: 233). Sehingga
bukunya Guide to Diplomatic Practice dapat dikatakan bahwa perang juga
mengatakan bahwa diplomasi merupakan merupakan salah satu sarana dalam
penerapan kepandaian dan taktik pada diplomasi di dunia internasional. S.L. Roy,
pelaksanaan hubungan resmi antara mengkaji hal-hal penting yang terdapat
pemerintah dengan negara-negara dalam berbagai definisi mengenai
berdaulat (Sir Earnest Satow. 1995. Hlm diplomasi. Menurutnya dari definisi-
2). Selain itu pandangan ahli mengenai definisi tersebut beberapa hal tampak
diplomasi, yaitu: jelas, bahwa:
”Diplomasi pada dasarnya adalah 1. Unsur pokok diplomasi adalah
usaha untuk meyakinkan pihak lain negoisasi,
atau negara lain untuk dapat 2. Negoisasi dilakukan untuk
mengedepankan kepentingan
memahami dan membenarkan
negara,
pandangan kita dan jika mungkin 3. Tindakan-tindakan diplomatik
mendukung andangan kita itu, diambil untuk menjaga serta
tanpa perlu menggunakan memajukan kepentingan
kekerasan” (Hasyim Djalal: 1990. nasional sejauh mungkin dan
Hlm 30). dilaksanakan secara damai,
Menurut KM Panikkar dalam pemeliharaan perdamaian
dengan tanpa merusak
bukunya yang berjudul The Principle of
kepentingan nasional merupakan
Diplomacy, maka diplomasi dalam tujuan utama diplomasi,
hubungannya dengan politik internasional 4. Teknik-teknik diplomasi yang
merupakan seni dalam mengedepankan sering dipakai untuk
kepentingan suatu negara dalam mempersiapkan perang bukan
hubungannya dengan negara lain (SL. Roy. untuk menghasilkan perdamaian,
84
Rendi Prayuda
Diplomasi dan Power: Sebuah Kajian Analisis
Journal of Diplomacy and International Studies P-ISSN: 2656-3878
https://journal.uir.ac.id/index.php/jdis/index E-ISSN 2656-8713

5. Diplomasi berhubungan erat Sehingga dalam proses diplomasi suatu


dengan tujuan politik luar negeri Negara pasti akan menjalankan tiga
suatu negara, pelaksanaan diplomasi tersebut.
6. Diplomasi modern berhubungan
Suatu negara yang berusaha
erat dengan sistem negara,
7. Diplomasi tidak bisa dipisahkan melaksanakan politik luar negeri yang
dari perwakilan negara (SL. Roy. cerdik dan secara damai tidak dapat
1995. Hlm 4). berhenti membandingkan tujuan-
Tujuan diplomasi bagi setiap tujuannya sendiri dengan tujuan-tujuan
negara adalah pengamanan kepentingan negara lain berdasarkan kesesuaian
nasional, kebebasan politik dan integritas tujuannya (Yusuf Sufri. 1989. Hlm 119).
territorial. Menurut Kautilya tujuan utama Jika tujuan-tujuan mereka tidak cocok,
diplomasi adalah menjamin keuntungan maka negara A akan menetapkan bahwa
maksimum Negara sendiri, dan tujuan-tujuannya adalah penting bagi
kepentingan terdepan tampaknya adalah negaranya sendiri hingga tujuan-tujuan
pemeliharaan keamanan. Fungsi utama tersebut harus dicapai meskipun tidak
dari pelaksanaan diplomasi adalah sesuai dengan tujuan negara B.
negosiasi dan ruang lingkup diplomasi Sebaliknya, jika negara A mendapati
adalah meyelesaikan perbedaan- bahwa tujuan-tujuannya penting sekali
perbedaan dan menjamin kepentingan- untuk kepentingan nasionalnya maka
kepentingan Negara melalui negosiasi negara A kemudian akan melihat terlebih
yang sukses, apabila negosiasi gagal dahulu tujuan negara B yang tidak sesuai
perang merupakan bagian dari sarana dengan tujuannya itu setelah itu baru
diplomasi. Selain itu terdapat tiga cara dilakukan kesesuaian tujuan diantara
dasar dalam pelaksanaan diplomasi suatu keduanya.
negara yaitu kerjasama, persuaian dan Kesimpulannya melalui tawar-
pertentangan. Sehingga dalam proses menawar diplomatik, yaitu dengan
diplomasi suatu Negara pasti akan kompromi memberi dan menerima, harus
menjalankan tiga pelaksanaan diplomasi dicari jalan agar kepentingan-kepentingan
tersebut. negara A dan B dapat saling dipertemukan.
Fungsi utama dari pelaksanaan Cara-cara yang dipergunakan dalam
diplomasi adalah negosiasi dan ruang praktek dipomasi ada tiga, yaitu:
lingkup diplomasi adalah meyelesaikan persuasif, kompomi dan ancaman
perbedaan-perbedaan dan menjamin kekuatan senjata (Yusuf Sufri. 1989. Hlm
kepentingan-kepentingan negara melalui 119). Dalam kasus ini awalnya diplomasi
negosiasi yang sukses, apabila negosiasi Indonesia terhadap kebijakan Malaysia
gagal perang merupakan bagian dari adalah dengan menggunakan mahkamah
sarana diplomasi. Selain itu terdapat tiga internasional, namun pasca lepasnya
cara dasar dalam pelaksanaan diplomasi pulau Sipadan dan Ligitan, maka diplomasi
suatu negara yaitu kerjasama, persuaian Indonesia terhadap Malaysia adalah
dan pertentangan (SL. Roy. 1995. Hlm 4). dengan meningkatkan kekuatan
85
Rendi Prayuda
Diplomasi dan Power: Sebuah Kajian Analisis
Journal of Diplomacy and International Studies P-ISSN: 2656-3878
https://journal.uir.ac.id/index.php/jdis/index E-ISSN 2656-8713

powernya sebagai elemen diplomasi dimana para aktor yang


untuk mempertahankan wilayah memiliki kepentingan sendiri
teritorialnya. Diplomasi terbagi dua, yaitu: dalam tujuan diplomatik
1. Soft Diplomacy: diplomasi dalam menggunakan power yang
bentuk penyelesaian secara damai dimilikinya untuk mencapai
dalam bidang kebudayaan, bahasa, kepentingan mereka diatas
persahabatan dan ekonomi
kepentingan pihak lain. Hal yang
2. Hard Diplomacy: diplomasi dalam
bentuk perang, yaitu agresi militer perlu ditekankan kembali bahwa
dan politik (Andri Hadi. 2009) sistem internasional tidak
Oleh karena itu, jika kita mempunyai badan otoritatif
mengambil studi kasus mengenai dalam menyelesaikan
diplomasi sebuah negara terhadap negara permasalahan yang ada
lain, maka diplomasi yang dilakukan oleh sehingga setiap negara harus
negara dilakukan dengan menggunakan berjuang sendiri dengan
soft diplomacy dan hard diplomacy. Cara menggunakan power yang
soft diplomacy dengan mengikuti dimiliki dalam menyelesaikan
perundingan bilateral dengan negara lain permasalahan di dunia
serta menyerahkan penyelesaian internasional.
permasalahan konflik kepada pihak ketiga 2. Lingkungan Diplomatik
yaitu Mahkamah Internasional. Selain itu, Bagian ini mencakup
juga menggunakan hard diplomacy dengan hubungan diantara beberapa
cara meningkatkan kekuatan milite negara aktor yang terlibat dalam bagian
tersebut dan melakukan kerja sama permasalahan yang dihadapi.
pertahanan dengan negara lain untuk Bagian ini dikategorikan dalam
meningkatkan efek penangkalan empat bagian, yaitu:
(deterrence) ketika terjadi konflik. a. Diplomasi perseteruan
Menurut John T. Rourke, hakikat dan Diplomasi perseteruan
peranan diplomasi dipengaruhi oleh berlangsung dalam lingkaran
setting (lingkungan) yang disebut dengan yang mengalami permusuhan
diplomacy setting (Rourke, John T. 2002, dimana satu atau beberapa
hlm 26) Setting disini dimaksudkan negara terikat pada
sebagai kondisi yang memiliki peranan perseteruan senjata atau
penting dalam menciptakan output ketika terdapat suatu
diplomacy. Lingkungan diplomasi terbagi kemungkinan yang
dalam tiga bagian yaitu: mendasari bahwa
1. Sistem Internasional pertempuran merupakan
Menurut kaum realis kondisi yang harus dihadapi.
hakekat dari sistem b. Diplomasi Perlawanan
internasional yang anarki telah Lingkungan dari diplomasi
menciptakan sebuah setting perlawanan terjadi pada saat
86
Rendi Prayuda
Diplomasi dan Power: Sebuah Kajian Analisis
Journal of Diplomacy and International Studies P-ISSN: 2656-3878
https://journal.uir.ac.id/index.php/jdis/index E-ISSN 2656-8713

adanya konfrontasi diantara memaksimalkan keputusan yang akan


dua negara atau lebih yang mendapat dukungan dari konstituen dan
berbenturan kepentingan level domestik.
tetapi pada saat itu tidak Berdasarkan teori di atas,
terjadi konflik bersenjata. pengambilan langkah diplomasi oleh
Diplomasi ini melibatkan isu- sebuah negara dalam menghadapi
isu internasional, seperti kebijakan negara lain dipengaruhi oleh
suatu negara melakukan faktor lingkungan internasional dan
penekanan terhadap negara lingkungan diplomatik. Lingkungan
lain untuk memperoleh apa internasional menuntut setiap negara
yang mereka inginkan. untuk berusaha memperjuangkan
c. Diplomasi Gabungan (koalisi) kepentingannya secara sendiri-sendiri,
Diplomasi gabungan terjadi sehingga berdasarkan hal tersebut maka
ketika sejumlah negara masuk akal jika sebuah negara akan
memiliki kepentingan yang merubah pola diplomasinya terhadap
sama dalam aktivitas negara lain atau lingkungan eksternal
internasional. guna mengamankan wilayah teritorialnya
d. Diplomasi Perantara dari ancaman negara lain. Faktor
Diplomasi perantara berbeda lingkungan diplomatik juga sangat
dengan tiga jenis diplomasi mempengaruhi diplomasi negara, hal ini
diatas, dimana kegunaan bisa dilihat dengan adanya benturan
diplomasi ini berpengaruh kepentingan, sehingga memunculkan
saat negara yang tidak diplomasi perlawanan diantara kedua
terlibat secara langsung negara.
sebagaimana salah satu dari Keefektifan diplomasi suatu
beberapa pihak berusaha negara bergantung pada sejauh mana
membantu dua atau lebih sisi kekuatannya nasionalnya sendiri. Dalam
dalam menyelesaikan konflik menerapkan diplomasinya, suatu negara
perbedaan yang ada diantara harus mempertimbangkan kekuatan dan
mereka. sumber dayanya yang ada. Kekuatan
3. Hubungan Domestik (power) dan sumber daya tetap
Bagian ketiga dalam lingkungan merupakan sumber penting dalam
diplomasi adalah politik domestik. Politik menentukan keberhasilan diplomasi,
domestik ini dapat digambarkan melalui karena faktor ini terakumulasi dalam
teori Two level Game dimana para kapabilitas suatu negara terhadap negara
diplomat harus berjuang mencapai solusi lain dalam diplomasi (M, Saeri. 2003. Hlm
antara persaingan di level internasional 137-138). Sehingga suatu negara
dengan level domestik (legislator, opini dikatakan berhasil melakukan proses
publik dan kelompok kepentingan). Pada diplomasi jika negara tersebut mampu
bagian ini para diplomat akan berusaha menggunakan kekuatan powernya dengan
87
Rendi Prayuda
Diplomasi dan Power: Sebuah Kajian Analisis
Journal of Diplomacy and International Studies P-ISSN: 2656-3878
https://journal.uir.ac.id/index.php/jdis/index E-ISSN 2656-8713

baik. Hans J Morgenthau mengatakan yang dimilikinya maka akan


bahwa power didefenisikan sebagai menentukan hiraki dari
hubungan antara dua aktor politik dimana power yang dimiliki oleh
aktor A memiliki kemampuan untuk negara-negara itu sendiri.
mengendalikan pikiran dan tindakan d. Kesiagaan militer
aktor B dan begitu juga sebaliknya. Kesiagaan militer
Terdapat beberapa faktor yang memberi makna aktual
memberikan kekuatan suatu negara terhadap faktor-faktor
terhadap negara-negara lain, dan hal ini geografis, sumber-sumber
disebut dengan unsur-unsur kekuatan alam dan kemampuan
nasional yang dapat dikelompokkan industri. Kesiagaan militer
menjadi dua, yaitu: memerlukan alat
1. Unsur yang tidak mudah berubah kelengkapan militer yang
a. Geografi (letak, luas dan mampu mendukung
kondisiwilayah) kebijaksanaan luar negeri,
b. Sumber daya alam (National hal ini tergantung dari
Resource)
teknologi, kepemimpinan,
Faktor yang relatif stabil
kuantitas dan kualitas
mempunyai pengaruh
angkatan bersenjata suatu
penting atas kekuatan suatu
negara.
negara sehubungan dengan
e. Jumlah dan kualitas penduduk
negara lain. Seperti pangan
a. Penyebaran
dan bahan mentah.
b.Kecenderungan
c. Kemampuan industri
Kapasitas industri perkembangan penduduk
tergantung kepada: 2. Unsur yang mudah berubah
a. Kualitas dan kapasitas 1. Karakter nasional, watak
produksi dan peralatan- dan sikap bangsa
peralatan industri Eksistensinya,
b. Pengetahuan teknis para menyangkut pada aspek
buruh kualitas faktor manusia,
c. Keterampilan para keutamaan akal yang
insinyur berbeda-beda pada setiap
d.Kecemerlangan pemikiran bangsa.
inventif para sarjana 2. Moral nasional/akhlak
e. Tingkat organisasi dan semangat nasional
manajemen Semangat nasional
Dengan demikian, adalah tingkat ketahanan
besarnya industri nasional dengan suatu bangsa dalam
dan kapasitas teknologi mendukung politik luar
negeri pemerintahannya
88
Rendi Prayuda
Diplomasi dan Power: Sebuah Kajian Analisis
Journal of Diplomacy and International Studies P-ISSN: 2656-3878
https://journal.uir.ac.id/index.php/jdis/index E-ISSN 2656-8713

pada masa damai dan kepentingan sebagai kebutuhan yang


perang. Meliputi seluruh dirasakan oleh suatu Negara dalam
aktivitas nasional, terutama hubungannya dengan Negara lain yang
pendapat umum. Kualitas merupakan lingkungan eksternalnya
faktor ini tampak pada saat (Donald E. Nucterlain. 1979, hlm 57).
suatu Negara berada dalam Kepentingan nasional inilah yang
kondisi krisis. memberikan kontribusi yang besar bagi
3. Kualitas diplomasi pembentukan pandangan-pandangan
Penanganan keluar bagi suatu bangsa. Kepentingan
masalah-masalah politik nasional menurut Donald E. Nuchterlain
luar negeri suatu negara terbagi atas empat poin, yaitu:
oleh diplomat-diplomatnya 1. Defense Interest: Kepentingan
pada masa damai, sama untuk melindungi Negara atau
nilainya terhadap power dan rakyat dari ancaman fisik dari
penanganan pimpinan Negara lain atau perlindungan
militer atas strategi dan ancaman terhadap sistem suatu
teknik pada masa perang. Negara.
Dapat dikatakan bahwa bila 2. Economic Interest: Kepentingan
moral nasional adalah jiwa, ekonomi yang berupa tambahan
maka diplomasi adalah otak nilai secara ekonomi dalam
dari kekuatan nasional. hubungannya dengan Negara
4. Kualitas Pemerintahan lain dimana hubungan
Pemerintahan yang perdagangan yang dilakukan
baik ditinjau sebagai suatu dengan Negara lain akan
pesyaratan yang memberikan keuntungan.
independen atas kekuatan 3. World Order Interest:
nasional, meliputi: Kepentingan tata dunia dengan
a. Keseimbangan antara sumber adanya jaminan pemeliharaan
material dan sumber daya terhadap sistem politik dan
manusia yang membuat ekonomi internasional dimana
kekuatan nasional pada satu
suatu Negara dapat merasakan
pihak dan politik luar negeri
yang dijalankan pada lain pihak. keamanan sehingga rakyat dan
b. Keseimbangan antar sumber- badan usahanya dapat
sumber tersebut beroperasi diluar batas Negara
c. Dukungan rakyat pada politik dengan aman.
luar negeri yang ditempuh. 4. Ideological Interest: Kepentingan
Implementasi diplomasi sebuah ideologi dengan perlindungan
negara tentu saja dipengaruhi oleh terhadap serangkaian nilai-nilai
kepentingan nasional negara tersebut. tertentu yang dapat dipercaya
Donald E. Nuchterlain mengemukakan dan dapat dipegang masyarakat
89
Rendi Prayuda
Diplomasi dan Power: Sebuah Kajian Analisis
Journal of Diplomacy and International Studies P-ISSN: 2656-3878
https://journal.uir.ac.id/index.php/jdis/index E-ISSN 2656-8713

dari suatu Negara yang berpengaruh dalam arena diplomasi


berdaulat (Donald E. Nucterlain. negara untuk membentuk opini publik
1979, hlm 57). dari negara tersebut. Pembentukan
Berikut ini adalah matrix strategi opini publik sebagai bentuk manifestasi
yang disusun oleh Donald E. Nuchterlain kebijakan politik luar negeri sebuah
mengenai kepentingan nasional negara negara dapat dikategorikan sebagai
Indonesia dalam melakukan hubungan sebuah soft power yang berjalan
dan mengedepankan kepentingan beriringan dengan hard power. Hard
nasionalnya dengan Malaysia khususnya power dapat diartikan sebagai kekuatan
dalam permasalahan penjagaan wilayah persenjataan atau kekuatan diplomasi
perbatasan, yaitu sebagai berikut: bersenjata dari suatu negara ditataran
National Interest Matrix internasional. Sedangkan yang dimaksud
Basic Intensity of Interest dengan soft power berarti kekuatan negara
Interest of dalam membentuk sebuah paradigma
Survival Vital Major Peripheral
State
yang akan mendukung terlaksananya
Defense of
Homeland sebuah kebijakan luar negeri. Secara
Economic umum power termasuk dalm tindakan
of kebijakan luar negeri sebuah Negara yang
Wellbeing memiliki tiga unsur utama, yaitu:
Favorable 1. Daya paksa (Force)
World
Order
Didefenisikan sebagai ancaman
Promotion eksplisit atau penggunaan
of Values kekuatan militer, ekonomi atau
Sumber: Donald E. Nucterlain. National Interest A sarana pemaksa lainnya oleh
new Approach, Orbis. Vol 23. No.1 (Spring). 1979. aktor A tehadap aktor B demi
mencapai tujuan politik A.
Berdasarkan matrix yang
2. Pengaruh (Influence)
digambarkan oleh Nuchterlain tersebut,
Sebagai penggunaan alat-alat
bahwa semakin garis diagonal mengarah
persuasi tanpa paksaan oleh
ke kepentingan keamanan terhadap
aktor A demi menjamin agar
wilayah teritorial dan permasalahan
perilaku aktor B sesuai dengan
survival atau eksistensi teritorial sebuah
keinginan aktor A.
negara maka akan semakin menjadi
3. Wewenang (Authority)
permasalahan yang penting bagi sebuah
Sikap tunduk sukarela aktor B
negara. Sebuah negara harus melakukan
pada arahan (nasehat,
beberapa alternatif dalam menghadapi
perintah) yang diberikan oleh
ancaman teritorial terhadap wilayah
aktor A, misalnya
teritorial negaranya.
penghormatan, solidaritas,
Aktualisasi dari kepentingan
kasih sayang, kedekatan, mutu
nasional sebuah negara tentu saja
kepemimpinan, pengetahuan
90
Rendi Prayuda
Diplomasi dan Power: Sebuah Kajian Analisis
Journal of Diplomacy and International Studies P-ISSN: 2656-3878
https://journal.uir.ac.id/index.php/jdis/index E-ISSN 2656-8713

dan keahlian (KJ. Holsti. 1992: Secara umum Negara yang


Hlm 23). membutuhkan sesuatu dari
Menurut K.J Holsti, power adalah Negara lain tidak berdaya
kesatuan yang utuh dari seluruh terhadap tindakan
hubungan politik, ditujukan pada suatu pengaruhnya. Kondisi ini
proses bagaimana suatu negara merupakan alasan utama
mempengaruhi perilaku Negara lain untuk bahwa Negara-negara lemah
bertindak sesuai yang dikehendakinya. dalam segala kapabilitasnya
Dimana pengaruh melalui berbagai mampu memperoleh konsesi
tindakan atau isyarat, berusaha mengubah dari Negara kuat.
atau mempertahankan perilaku Negara Ketergantungan menyebabkan
lain (misalnya tindakan, kesan dan terjadinya ketidakberdayaan
kebijaksanaannya) (KJ. Holsti. 1992: Hlm suatu negara terhadap
201). tuntutan dan tindakan
Untuk mengetahui beberapa pengaruh Negara lain.
penggunaan pengaruh power suatu negara 3. Kredibilitas
yang berkontribusi terhadap diplomasi Pandangan pemerintah lawan
suatu negara, maka akan dijelaskan terhadap suatu negara dan
melalui beberapa variabel berikut ini, kepentingan Negara yang
yaitu: menuntutnya. Indonesia
1. Kapabilitas sebagai sebuah negara
Kapabilitas dimobilisasi dalam memiliki kapabilitas secara
mendukung tindakan untuk kekuatan power untuk menjaga
mempengaruhi perilaku keutuhan wilayahnya.
Negara lain. Seperti uang, Sehingga hal ini membuat
kekayaan. Informasi, waktu, Indonesia harus merubah pola
politik dan kekuasaan dan diplomasinya terhadap
kapabilitas merupakan Malaysia guna menjaga
kesanggupan untuk melakukan keutuhan wilayahnya (KJ.
suatu tindakan tertentu. Holsti. 1992: Hlm 209).
Indonesia menggunakan Dari pemaparan teori diplomasi
kemampuan politik dan dan power diatas, maka dapat
militernya dengan digambarkan hubungan keduanya sebagai
meningkatkan kekuatan berikut:
persenjataannya.
2. Kebutuhan
Kebutuhan menentukan
keberhasilan dan kegagalan
antara dua negara dalam
hubungan diplomasinya.
91
Rendi Prayuda
Diplomasi dan Power: Sebuah Kajian Analisis
Journal of Diplomacy and International Studies P-ISSN: 2656-3878
https://journal.uir.ac.id/index.php/jdis/index E-ISSN 2656-8713

Gambar Model Pengambilan Langkah


Diplomasi

Sistem
Internasional

Power Diplomacy

National Power:
Soft Diplomacy
1. Geografi
2. Sumber Daya Alam (Negosiasi)
3. Kemampuan Industri Hard Diplomacy
dan militer (Diplomasi Senjata)
International Power:
1. Kapabilitas
2. Kredibiltas
3. Kebutuhan

D. Kesimpulan dan Saran kualitas pemerintahan dan kualitas


Berdasarkan penjelasan diatas, diplomat).
maka dapat disimpulkan bahwa
E. Daftar Pustaka
keefektifan diplomasi sebuah negara
John Baylis and teven Smith, 2001. The
dipengaruhi oleh berbagai faktor dan
Globalization of World Politics, the
salah satu faktor kuncinya adalah 3th edition: an introduction to
kekuatan nasional sebuah negara. international Relations. New York:
Diplomasi merupakan penyampaian Oxford University Press.
kepentingan nasional secara damai yang
dilakukan dalam arena sistem Mohtar Mas’oed, 1990. Ilmu Hubungan
Internasional dan Metodologi.
internasional, lingkungan diplomatik dan
LP3ES, Yogyakarta.
hubungan politik domestik. Sedangkan
variabel kekuatan nasional (power) K.J Holsti. 1992. Politik Internasional,
sebuah negara bergantung pada unsur Suatu Kerangka Analisis. Binacipta.
yang tidak mudah berubah (geografi, Bandung
demografi dan sumber daya alam),
S.L Roy. 1995. Diplomasi. Edisi Kedua.
sedangkan unsur yang mudah berubah Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.
adalah (karakter/moralitas nasional,

92
Rendi Prayuda
Diplomasi dan Power: Sebuah Kajian Analisis
Journal of Diplomacy and International Studies P-ISSN: 2656-3878
https://journal.uir.ac.id/index.php/jdis/index E-ISSN 2656-8713

Hasyim Djalal, 1990. Politik Luar Negeri Donald E. Nucterlain. 1979. National
Indonesia dalam Dasawarsa. CSIS, Interest A new Approach, Orbis. Vol
Jakarta. 23. No.1 (Spring). 1979.

Panikkar KM. 2001. The Principle and Bantarto Bandoro. 1992. Masalah
Practice of Diplomacy. keamanan internasional, Model
center periphery. Jakarta. CSIS.
Morgenthau Hans. 1973. Politics Among
Nation: The Struggle for Power and Coloumbis Theodore & James E Wolfe.
Peace. Edisi kelima. Knopf. New 1990. Pengantar Hubungan
York. Internasional: Keadilan dan power,
Bandung: Putra Abardin.
Sufri Yusuf, 1989. Hubungan Internasional
dan Poltik Luar Negeri, Pustaka Plano C. Jack. Kamus Hubungan
Sinar Harapan, Jakarta. internasional. Jakarta: Putra
Abardin.
Andri Hadi SH.LLM. 2009. Bahan seminar “
Politik Luar Negeri Indonesia: Pusat Pembinan Dan Pengembangan
Prospek dan tantangan dalam Era Bahasa. 1985. Kamus Umum Bahasa
Globalisasi”. Dirjen IDP Indonesia Cetakan VIII. Jakarta:
Departemen Luar Negeri RI. Balai pustaka

Rourke, John T. 2002. International Politics Yusuf Sufri. 1989. Hubungan Internasional
and World Stage, New York: United dan Poltik Luar Negeri, Jakarta:
Nations. Pustaka Sinar Harapan.

Drs. M, Saeri M.Hum, Diplomasi dalam https://sites.google.com/site/publishedb


Perspektif Politik. Jurnal Antar ysumadi/vienna1961
Bangsa. Universitas Riau.
Pekanbaru. Vol 1 No 2, Juli 2003.

93
Rendi Prayuda
Diplomasi dan Power: Sebuah Kajian Analisis

View publication stats

You might also like