Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Kelompok 1 Kelas B Lanjutan
4. Gaya hidup
a. Berat badan
Obesitas pada masa pascamenopause meningkatkan risiko kanker payudara; sebaliknya,
obesitas pramenopause justru menurunkan risikonya. Hal ini disebabkan oleh efek tiap
obesitas yang berbeda terhadap kadar hormon endogen. Walaupun menurunkan kadar
hormon seks terikat-globulin dan menurunkan pajanan terhadap estrogen, obesitas
pramenopause meningkatkan kejadian anovulasi sehingga menurunkan pajanan payudara
terhadap progesteron. Pada masa pascamenopause, penurunan risiko kanker payudara yang
disebabkan oleh obesitas pramenopause secara bertahap menghilang, dan peningkatan
bioavabilitas estrogen yang terjadi pada masa ini akan meningkatkan risiko kanker payudara.
b. Aktifitas fisik
Olahraga selama 4 jam setiap minggu menurunkan risiko sebesar 30%. Olahraga rutin
pada pascamenopause juga menurunkan risiko sebesar 30-40%. Untuk mengurangi risiko
terkena kanker payudara American Cancer Society merekomendasikan olahraga selama 45-
60 menit setiap harinya.
c. Merokok
Merokok terbukti meningkatkan risiko kanker payudara.
d. Alkohol
Lebih dari 50 penelitian membuktikan bahwa konsumsi alkohol secara berlebihan
meningkatkan risiko kanker payudara. Alkohol meningkatkan kadar estrogen endogen
sehingga memengaruh responsivitas tumor terhadap hormon.
Kumpulan analsisi terakhir membuktikan bahwa risiko relatif kanke rpayudara meningkat
dari 7% kini menjadi 10% untuk setiap drink tambahan per harinya, dan keduanya
berbanding lurus. Walupun tidak semua data konsisten, konsumsi alkohol lebih berkorelasi
kuat dengan kanker payudara ER (estrogen receptor) dan PR (progesteron receptor) positif
sesuai dengan perkiraan.
5. Lingkungan
Wanita yang semasa kecil atau dewasa mudanya pernah mejalani terapi penyinaran
pada daerah dada, biasanya keganasan limfoma Hodgkin maupun non Hodgkin, mereka
berisiko menderita keganasan payudara secara signifikan. Risiko keganasan payudara
terutama meningkat jika terapi penyinaran dilakukan pada usia dewasa muda saat payudara
sedang berkembang.
Pajanan eksogen dari lingkungan hidup dan tempat kerja juga berisiko menginduksi
timbulnya kanker payudara. Salah satu zat kimia tersebut yaitu pestisida atau DDT yang
sering kali mencemari bahan sehari-hari. Jenis pekerjaan lain yang berisiko mendapat
pajanan karsinogenik terhadap timbulnya kanker payudar antara lain, penata kecantikan kuku
yan tiap harinya menghirup uap pewarna kuku, penata radiologi, dan tukang cat yang sering
menhirup cadmium dari larutan catnya.
Untuk mengestimasi resiko relatif kanker payudara digunakan metode gail, faktor
resiko pada wanita dimasukkan ke dalam tabel penilaian berdasarkan beberapa kategori .
Metode Gail telah banyak di pergunakan di Amerika Serikat. Tabel metode gail dapat dilihat
dibawah ini.
≥ 14 1,00
12 – 13 1,10
< 12 1,21
0
1,02
1
1,27
≥2
1,62
< 20 thn
0
1,00
1
2,61
≥2
6,80
20 – 24 thn
0
1,24
1
2,68
≥2
5,78
25 – 29 thn
0
1,55
1
2,76
≥2
4,91
≥30 thn
1 1,93
≥2 2,83
4,17
1.2. Patogenesis Kanker Payudara
Terdapat 2 jenis reseptor estrogen yang wujud antaranya adalah alfa (α) dan beta (β)
(dikenali sebagai ERα dan ERβ). Berbagai macam jaringan dalam tubuh manusia
mengekspresikan reseptor ERα antaranya adalah payudara, ovarium, endometrium manakala
ginjal, otak paru-paru dan beberapa organ lain mengekspresikan reseptor ERβ. Peranan ERβ
berhubungan dengan karsiogenesis tetap kontroversi manakala peranan protein ERα sebagai
penyebab kanker sudah jelas.
Kedua subtipe ER memiliki ikatan DNA yang kuat dan bertempat dalam inti dan
sitosol sel. Apabila estrogen masuk kedalam sel, ia akan berikatan dengan ER dan komplex
tersebut akan bermigrasi ke dalam nucleus dan menyebabkan proses traskripsi protein yang
selanjutnya menyebabkan perubahan pada sel. Oleh karena sifat proliferasi estrogen,
stimulasi selular dapat memberikan efek negative pada pasien yang memiliki jumlah receptor
yang banyak didalam sel.
Dua hipotesa yang dapat menjelaskan efek estrogen dalam pembentukan tumor :
a) Efek genotoksik hasil estrogen dengan cara memproduksi radikal (initiator).
b) Peranan hormone estrogen dalam menginduksi proliferasi kanker serta sel premalignant
(promoter).
HER 2 termasuk dalam famili epidermal growth factor receptor (EGFR) dari proto-
oncogen dan dipercayai bahwa ia tidak mempunyai ligan. Walaubagaimanapun protein ini
menunjukan sifat untuk membentuk kluster di dalam membran sel tumor payudara yang
ganas. Mekanisme karsiogenesis HER 2 masih belum diketahui namun ekspresi yang
berlebihan dapat memicu pertumbuhan tumor dengan cepat, menurukan rentan hidup,
meningkatkan risiko rekurensi setelah operasi disertai dengan respon yang tidak efektif
terhadap kemoterapi.
1.3 Gejala Klinis Kanker Payudara
1. Massa Tumor
Sebagian terbesar bermanifestasi sebagai massa payudara yang tidak nyeri, sering
kali ditemukan secara tidak sengaja. Lokasi massa kebanyakan di kuadran lateral atas,
umumnya lesi soliter, konsistensi agak keras, batas tidak tegas, permukaan tidak licin,
mobilitas kurang. Massa cenderung membesar bertahap, dalam beberapa bulan bertambah
besar secara jelas.
2. Perubahan Kulit
a. Tanda lesung: ketika tumor mengenai ligament glandula mamae, ligament itu
memendek hingga kulit setempat menjadi cekung.
b. Perubahan kulit jeruk (peau d’orange): ketika vasa limfatik subkutis tersumbat sel
kanker, hambatan drainase limfe menyebabkan udem kulit, folikel rambut
tenggelam ke bawah.
c. Nodul satelit kulit: ketika sel kanker di dalam vasa limfatik subkutis masing-
masing membentul nodul metastasis, disekitar lesi primer dapat muncul banyak
nodul tersebar.
d. Invasi, ulserasi kulit: ketika tumor menginvasi kulit, tampak perubahan warna
merah atau merah gelap. Bila tumor terus bertambah besar, lokasi itu dapat
menjadi iskemik, ulserasi membentuk bunga terbalik, ini disebut “tanda kembang
kol”.
e. Perubahan inflamatorik: secara klinis disebut “karsinoma mamae inflamatorik”,
tampil sebagai keseluruhan kulit mamae berwarna merah bengkak, mirip
peradangan. Tipe ini sering ditemukan pada kanker mamae waktu hamil atau
laktasi.
3. Pemeriksaan Penunjang
Untuk mendukung pemeriksaan klinis, pemeriksaan penunjang dapat dilakukan
untuk membantu deteksi kanker payudara. Pemeriksaan radiodiagnostik untuk staging yaitu
dengan Rontgen toraks, USG abdomen (hepar), dan bone scanning. Sedangkan pemeriksaan
radiodiagnostik yang bersifat opsional (atas indikasi) yaitu magnetic resonance imaging
(MRI), CT scan, PET scan, dan bone survey. Setiap ada kecurigaan pada pemeriksaan fisik
dan mammogram, biopsi harus selalu dilakukan. Jenis biopsi dapat dilakukan yaitu biopsy
jarus halus (fine needle aspiration biopsy, FNAB), core biopsy (jarum besar), biopsi terbuka
dan sentinel node biopsy.
a. Mamografi
Mamografi memegang peranan mayor dalam deteksi dini kanker payudara, sekitar
75% kanker terdeteksi paling tidak satu tahun sebelum ada gejala atau Universitas Sumatera
Utara 15 tanda. Tipe pemeriksaan mamografi adalah skrining dan diagnostik. Skrining
mamografi dilakukan pada wanita yang asimptomatik. Skrining mamografi
direkomendasikan setiap 1-2 tahun untuk usia 50 tahun atau lebih. Pada kondisi tertentu
direkomendasikan sebelum usia 40 tahun (misal wanita yang keluarga tingkat pertama
menderita kanker payudara). Mamografi diagnostik dilakukan pada wanita yang
simptomatik, tipe ini lebih rumit dan digunakan untuk menentukan ukuran yang tepat, lokasi
abnormalitas payudara, untuk evaluasi jaringan sekitar dan getah bening sekitar payudara.
b. Ultrasonografi Payudara
Ultrasonografi Payudara melihat lesi hipoekoik dengan tepi tidak teratur (irregular)
dan shadowing disertai orientasi vertikal kemungkinan merupakan lesi maligna. USG secara
umum diterima untuk membedakan masa kistik dengan solid dan sebagai pengarah untuk
biopsi serta pemeriksaan skrining pasien usia muda. Peran USG lain adalah untuk evaluasi
metastasis ke organ viseral.
c. MRI
MRI (Magnetic Resonance Imaging) merupakan instrumen yang sensitif untuk
deteksi kekambuhan lokal pasca BCT atau augmentasi payudara dengan implant, deteksi
multifocal cancer dan skrining pasien usia muda dengan densitas payudara yang padat yang
memiliki risiko tinggi.
d. Imunohistokimia
Pemeriksaan imunohistokima yang dilakukan untuk membantu terapi target, antara
lain pemeriksaan status ER (estrogen receptor), PR (progesterone receptor), c-erbB-2 (HER-
2 neu), cathepsin-D, p-53, Ki67, dan Bcl2. Kanker payudara yang cenderung memiliki
prognosis yang lebih baik pada kanker payudara yang memiliki ER(+) atau PR (+) karena
masih peka terhadap terapi hormonal. Kanker payudara memiliki sejenis protein pemicu
pertumbuhan yang disebut HER2/neu. Pada pernderita kanker payudara HER2(+) memiliki
gen HER2/neu yang dieksperikan secara berlebihan. Kanker payudara yang memiliki status
ER(-), PR(-), HER2/neu (-), yang disebut sebagai triple negated, cenderung agresif dan
prognosisnya buruk.
e. FNAB
Merupakan salah satu prosedur diagnosis awal, untuk evaluasi masa di payudara.
Pemeriksaan ini sangat berguna terutama untuk evaluasi lesi kistik. Dengan jarus halus
sejumlah kecil jaringan dari tumor diaspirasi keluar lalu diperiksa di bawah mikroskop.
Walaupun paling mudah dilakukan, specimen FNAB kadang tidak dapat menentukan grade
tumor dan merupakan biopsi yang memberikan informasi sitologi, belum menjadi gold
standart untuk diagnosis definitif.
F. Core Biopsy
Biopsi ini menggunakan jarum yang ukurannya cukup besar sehingga dapat diperoleh
spesimen silinder jaringan tumor. Core biopsy dapat membedakan tumor yang noninvasif
dengan yang invasif serta grade tumor. Core biopsy dapat digunakan untuk membiopsi
kelainan yang tidak dapat dipalpasi, tetapi terlihat pada mamografi.
G. Biopsi Terbuka
Biopsi terbuka dilakukan bila pada mamogradi terlihat adanya kelainan yang
mengarah ke tumor maligna, hasil FNAB atau core biopsy yang meragukan. Bila hasil
mamografi positif tetapi FNAB negatif, biopsi terbuka perlu dilakukan.
Biopsi eksisional adalah mengangkat seluruh massa tumor dan menyertakan sedikit
jaringan sehat disekitar massa tumor dan biopsi insisional hanya mengambil sebagian massa
tumor untuk kemudian dilakukan pemeriksaan patologi anatomi.
Needle localization excisional biopsy (NLB) adalah biopsi eksisional yang dilakukan
dengan panduan jaruna dan kawat yang diletakkan dalam jaringan payudara pada lokasi lesi
berdasarkan hasil mamografi.
H. Sentinel Node Biopsy
Biopsi ini dilakukan untuk menentukan status keterlibatan kelenjar limf aksila dan
parasternal (internal mammary chain) dengan cara pemetaan limfatik. Prosedur ini
menggunakan kombinasi pelacak radioaktif dan perwarna biru. Apabila tidak dijumpai
adanya sentinel node, diseksi kelenjar limf aksila tidak perlu dilakukan. Sebaliknya, jika
sentinel node positif sel tumor, diseksi kelenjar limf aksila harus dilakukan, walaupun nodus
yang ditemukan hanya berupa sel tumor teriso;asi dengan ukuran kurang dari 0,2mm.
J. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium darah rutin dan kimia darah guna kepentingan pengobatan
dan informasi kemungkinan adanya metastasis (transmirase, alkali-fosfatase, kalsium darah,
penanda tumor “CA 15-3:CEA”).
Pemeriksaan enzim transmirase penting dilakukan untuk memperkirakan adanya
metastasis pada liver, sedangkan alkali fosfatase dan kalsium untuk memprediksi adanya
metastasis pada tulang. Pemeriksaan kadar kalsium darah rutin dikerjakan terutama pada
kanker payudara stadium lanjut.
Pemeriksaan penanda tumor seperti CA-15-3 dan CEA (dalam kombinasi) lebih
penting gunanya untuk menentukan rekurensi dari kanker payudara,dan belum merupakan
penanda diagnosis ataupun skrining.
4. Grading
Keganasan payudara dibagi menjadi tiga grade bedasarkan derajat diferensiasinya.
Gambaran sitology nucleus sel tumor dibandingkan dengan nucleus sel epitel payudara
normal. Grade I artinya berdiferensiasi buruk, grade II diferensiasi sedang, dan grade III
diferensiasinya baik.
Grading histologi (disebut juga Bloom-Ricardson grade) menilai formasi tubulus,
hiperkromatik nucleus, dan derajat mitosis sel tumor dibandingkan dengan histologi normal
sel-sel payudara. Grade histologi ini uga dibagi tiga namun dengan urutan yang terbalik
disbanding grade nuclear yaitu, Grade I berdiferensiasi baik, grade II berdiferensiasi sedang,
grade III berdiferensiasi buruk.
3. Staging
AJCC (American Joint Committee on Cancer) menyusun panduan penentuan stadium
dan derajat tumor ganas payudara menurut system TNM berdasarkan pada:
a. Tumor Primer
T : kanker primer
TX : kanker primer tak dapat dinilai (missal telah direksesi)
T0 : tak ada bukti lesi primer
Tis : karsinoma in situ.mencakup karsinoma in situ duktal atau karsinoma in situ
lobular, penyakit Paget papila mamae tanpa nodul (penyakit Paget dengan
nodul diklasifikasikan menurut ukuran nodul).
T1 : diameter tumor <= 2 cm
Tmic : infiltrasi mikro <= 0,1 cm
T1a : diameter terbesar > 0,1 cm, tapi <= 0,5 cm
T1b : diameter terbesar > 0,5 cm, tapi <= 1 cm
T1c : diameter terbesar > 1 cm, tapi <=2 cm
T2 : diameter tumor terbesar > 2 cm, tapi <= 5 cm
T3 : diameter tumor terbesar > 5 cm
T4 : berapapun ukuran tumor, menyebar langsung ke dinding toraks atau kulit
(dinding toraks termasuk tulang iga, m.interkostales dan m. seratus anterior, tak
termasuk m. pektorales).
T4a : menyebar ke dinding toraks
T4b : udem kulit mamae (termasuk peau d’orange) atau ulserasi, atau nodul satelit di
mamae ipsilateral.
T4c : terdapat 4a dan 4b sekaligus
T4d : karsinoma mamae inflamatorik
b. Kelenjar getah bening regional
N : kelenjar limfe regional
NX : kelenjar limfe regional tak dapat dinilai (missal sudah diangkat sebelumnya)
N0 : tak ada metastasis kelenjar limfe regional
N1 : di fosa aksilar ipsilateral terdapat metastasis kelenjar limfe mobil
N2 : kelenjar limfe metastatic fosa aksilar ipsilateral saling konfluen dan terfiksasi
dengan jaringan lain; atau bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis
kelenjar limfe mamaria interna namun tanpa metastasis kelenjar limfe aksilar
N2a : kelenjar limfe aksilar ipsilateral saling konfluen dan terfiksasi dengan jaringan
lain
N2b : bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe mamaria interna
namun tanpa metastasis kelenjar limfe aksilar
N3 : metastasis kelenjar limfe infraklavikular ipsilateral, atau bukti klinis
menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe mamaria interna dan metastasis
kelenjar limfe aksilar, atau metastasis kelenjar limfe supraklavikular ipsilateral
N3a : metastasis kelenjar limfe infraklavikular
N3b : bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe mamaria interna
dan metastasis kelenjar limfe aksilar
N3c : metastasis kelenjar limfe supraklavikular
3. Patologi
pT- : tumor primer (sama dengan klasifikasi T, pada tepi irisan seputar specimen
harus tak terlihat tumor secara makroskopik, adanya lesi ganas yang
hanya tampak secara microskopik pada tepi irisan tidak mempengaruhi
klasifikasi)
N- : kelenjar limfe regional
pNx : kelenjar limfe regional tak dapat dinilai (misal sudah diangkat sebelumnya)
pN0 : secara histologik tak ada metastasis kelenjar limfe, tapi tidak dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut untuk kelompok sel tumor terisolasi (ITC)
pN0 (i-) : histologis tak ada metastasis kelenjar limfe, imunohistologi ITC positif
pN0 (mol-) : histologist tak ada metastasis kelenjar limfe, pemeriksaan molekuler
ITC negatif (RT-PCR)
pN0 (mol+) : histologist tak ada metastasis kelenjar limfe, pemeriksaan molekuler
ITC negatif (RT-PCR)
pN1mi : mikrometastasis (diameter terbesar >0,2 mm, tapi ≤2 mm).
pN1 : di aksila ipsilateral terdapat 1-3 kelenjar limfe metastatic, atau dari diseksi
kelenjar limfe sentinel secara mikroskopik ditemukan metastasis
kelenjar limfe mamaria interna ipsilateral, tapi tanda bukti klinis
pN1a : di aksila ipsilateral terdapat 1-3 kelenjar limfe metastatic, dan minimal
satu kelenjar limfe metastatic berdiameter maksimal >2 mm.
pN1b : dari diseksi kelenjar limfe sentinel secara mikroskopik ditemukan
metastasis kelenjar limfe mamaria interna ipsilateral, tapi tanpa bukti
klinis
pN1c : pN1a disertai pN1b
pN2 : di aksila ipsilateral terdapat 4-9 kelenjar limfe metastatik, atau bukti klinis
menunjukkan metastasis kelenjar limfe mamaria interna ipsilateral tapi
tanpa metastasis kelenjar limfe aksilar
pN2a : di aksila terdapat 4-9 kelenjar limfe metastatic berdiameter maksimal
>2 mm.
pN2b : bukti klinis menunjukkan metastasis kelenjar limfe mamaria interna ipsilateral
tapi tanpa metastasis kelenjar limfe aksilar.
pN3 : di aksila ipsilateral terdapat 10 atau lebih kelenjar limfe matastatik; atau
metastasis kelenjar limfe infraklavikular ipsilateral; atau bukti klinis
menunjukkan matastasis kelenjar limfe mamaria interna disertai
metastasis kelenjar limfe aksilar ipsilateral; atau secara klinis negative,
dari diseksi kelenjar limfe sentinel secara mikroskopik ditemukan
metastasis kelenjar limfe mamaria interna ipsilateral, tapi tanpa bukti
klinis, namun terdapat lebih dari 3 kelenjar limfe aksilar metastatic
kelenjar limfe supraklavikular ipsilateral.
pN3a : di aksila terdapat 10 atau lebih kelenjar limfe metastatik, dan minimal
satu kelenjar limfe metastatik berdiameter terbesar >2 mm, atau
metastasis kelenjar limfe infraklavikular.
pN3b : bukti klinis menunjukkan metastasis kelenjar limfe mamaria interna
disertai metastasis kelenjar limfe aksilar ipsilateral, atau secara klinis
negatif, dari diseksi kelenjar limfe sentinel secara mikroskopik
ditemukan metastasis kelenjar limfe mamaria interna ipsilateral, tapi
tanda bukti klinis, namun terdapat lebih dari 3 kelenjar limfe aksilar
metastatic.
pN3c : metastasis kelenjar limfe supraklavikular
M – metastasis jauh
DCIS dapat menyebabkan keluarnya cairan puting atau munculnya massa yang
secara jelas terlihat atau dirasakan, dan terlihat pada mammografi. DCIS kadang ditemukan
dengan tidak sengaja saat dokter melakukan biopsy tumor jinak.Sekitar 20%-30% kejadian
kanker payudara ditemukan saat dilakukan mamografi.Jika diabaikan dan tidak ditangani,
DCIS dapat menjadi kanker invasif dengan potensi penyebaran ke seluruh tubuh.
DCIS muncul dengan dua tipe sel yang berbeda, dimana salah satu sel cenderung
lebih invasif dari tipe satunya.Tipe pertama, dengan perkembangan lebih lambat, terlihat
lebih kecil
dibandingkan sel normal.Sel ini disebut solid, papillary atau cribiform.Tipe kedua, disebut
comedeonecrosis, sering bersifat progresif di awal perkembangannya, terlihat sebagai sel
yang lebih besar dengan bentuk tak beraturan.
Gambar 1: Ductal carcinoma in situ (A) dan sel-sel kanker menyebar keluar dari
duktus, menginvasi jaringan sekitar dalam mammae (B)
2. Invasive carcinoma
I. Invasive ductal carcinoma
a. Adenocarcinoma with productive fibrosis (scirrhous, simplex, NST) (80%)
Kanker ini ditemukan sekitar 80% dari kanker payudara dan pada 60% kasus kanker
ini mengadakan metastasis (baik mikro maupun makroskopik) ke KGB aksila. Kanker ini
biasanya terdapat pada wanita perimenopause or postmenopause dekade kelima sampai
keenam, sebagai massa soliter dan keras. Batasnya kurang tegas dan pada potongan
meilntang, tampak permukaannya membentuk konfigurasi bintang di bagian tengah dengan
garis berwarna putih kapur atau kuning menyebar ke sekeliling jaringan payudara. Sel-sel
kanker sering berkumpul dalam kelompok kecil, dengan gambaran histologi yang bervariasi.
b. Medullary carcinoma (4%)
Medullary carcinoma adalah tipe khusus dari kanker payudara, berkisar 4% dari
seluruh kanker payudara yang invasif dan merupakan kanker payudara herediter yang
berhubungan dengan BRCA-1. Peningkatan ukuran yang cepat dapat terjadi sekunder
terhadap nekrosis dan perdarahan. 20% kasus ditemukan bilateral. Karakterisitik
mikroskopik dari medullary carcinoma berupa (1) infiltrat limforetikular yang padat terutama
terdiri dari sel limfosit dan plasma; (2) inti pleomorfik besar yang berdiferensiasi buruk dan
mitosis aktif; (3) pola pertumbuhan seperti rantai, dengan minimal atau tidak ada diferensiasi
duktus atau alveolar. Sekitar 50% kanker ini berhubungan dengan DCIS dengan karakteristik
terdapatnya kanker perifer, dan kurang dari 10% menunjukkan reseptor hormon. Wanita
dengan kanker ini mempunyai 5-year survival rate yang lebih baik dibandingkan NST atau
invasive lobular carcinoma.
a. Operasi (pembedahan)
Merupakan modalitas utama untuk penatalaksanaan kanker payudara. Berbagai jenis
operasi pada kanker payudara memiliki kerugian dan keuntungan yang berbeda-beda.
1) Classic Radical Mastectomy adalaah operasi pengangkatan seluruh jaringan payudara
beserta tumor, nipple areola komplek, kulit diatas tumor, otot pektoralis mayor dan
minor serta diseksi aksila level I-III. Operasi ini dilakukan bila ada infiltrasi tumor ke
fasia atau otot pectoral tanpa ada metastasis jauh.
2) Modified Radical Mastectomy adalah operasi pengangkatan seluruh jaringan
payudara beserta tumor, nipple areola komplek, kulit diatas tumor dan fasia pectoral
serta diseksi aksila level I-II. Operasi ini dilakukan pada stadium dini dan lokal
lanjut.
3) Skin Sparing Mastectomy adalah operasi pengangkatan seluruh jaringan payudara
beserta tumor dan nipple areola komplek dengan mempertahankan kulit sebanyak
mungkin serta diseksi aksila level I-II. Operasi ini harus disertai rekonstruksi
payudara dan dilakukan pada tumor stadium dini dengan jarak tumor ke kulit jauh
(>2 cm) atau stadium dini yang tidak memenuhi sarat untuk BCT.
4) Nipple Sparing Mastectomy adalah operasi pengangkatan seluruh jarungan payudara
beserta tumor dengan mempertahankan nipple areola kompleks dan kulit serta diseksi
aksila level I-II. Operasi ini juga harus disertai rekonstruksi payudara dan dilakukan
pada tumor stadium dini dengan ukuran 2cm atau kurang, lokasi perifer dan potong
beku sub areola: bebas tumor.
5) Breast Concerving Treatment adalah terapi yang komponennya terdiri dari lumpektomi
atau segmentektomi atau kuadrantektomi dan diseksi aksila serta radioterapi.
b. Kemoterapi
Kemoterapi adalah penggunaan obat anti kanker (sitostatika) untuk menghancurkan
sel kanker. Obat ini umumnya bekerja dengan menghambat atau mengganggu sintesa DNA
dalam siklus sel. Pengobatan kemoterapi bersifat sistemik, berbeda dengan pembedahan atau
radiasi yang lebih bersifat lokal/setempat. Obat sitostotika dibawa melalui aliran darah atau
diberikan langsung ke dalam tumor, jarang menembus blood-brain barrier sehingga obat ini
sulit mencapai sistem saraf pusat. Ada 3 jenis kemoterapi yaitu adjuvant, neoadjuvan, dan
primer (paliatif).
1) Terapi adjuvant diberikan sesudah pengobatan yang lain seperti pembedahan atau
radiasi. Tujuan terapi adalah untuk memusnahkan sel-sel kanker yang masih tersisa
atau metastase kecil yang ada (micro metastasis).
2) Terapi neoadjuvan diberikan mendahului/ sebelum pengobatan/ tindakan yang lain
seperti pembedahan atau penyinaran. Tujuannya adalah untuk mengecilkan massa
tumor yang besar sehingga operasi atau radiasi akan lebih berhasil.
3) Terapi primer sebagai pengobatan utama pada tumor ganas yang diberikan pada
kanker yang bersifat kemosensitif.
Regimen yang sering digunakan mengandung kombinasi siklofosfamid (C),
metotreksat (M), dan 5-FU (F). Oleh karena doksorubisin merupakan salah satu zat
tunggal yang paling aktif, zat ini sering digunakan dalam kombinasi tersebut.
c. Radioterapi
Mekanisme utama kematian sel karena radiasi adalah kerusakan DNA dengan gangguan
proses replikasi dan menurunkan risiko rekurensi lokal dan berpotensi untuk menurunkan
mortalitas jangka panjang penderita kanker payudara.
d. Terapi hormonal
Adjuvan hormonal terapi diindikasikan hanya pada payudara yang menunjukkan
ekspresi positif dari estrogen reseptor (ER) dana atau progesterone reseptor (PR) tanpa
memandang usia, status menopause, status kgb aksila maupun ukuran tumor.
Indikasi BCT :
• Tumor tidak lebih dari 3 cm
• Atas permintaan pasien
• Memenuhi persyaratan sebagai berikut : • Tidak multipel dan/atau mikrokalsifikasi
luas dan/atau terletak sentral • Ukuran T dan payudara seimbang untuk tindakan
kosmetik • Bukan ductal carcinoma in situ (DCIS) atau lobular carcinoma in situ
(LCIS) • Belum pernah diradiasi dibagian dada • Tidak ada Systemic Lupus
Erythematosus (SLE) atau skleroderma • Memiliki alat radiasi yang adekuat
b) Inoperabel(IIIB)
• Radiasi preoperasi dengan/tanpa operasi + kemoterapi + hormonal terapi
• Kemoterapi preoperasi/neoadjuvan dengan/tanpa operasi + kemoterapi + radiasi + terapi
hormonal + dengan/tanpa terapi target
• Kemoradiasi preoperasi dengan/tanpa operasi dengan/ tanpa radiasi adjuvan dengan/
kemoterapi + dengan/ tanpa terapi target
Radiasi eksterna pasca mastektomi diberikan dengan dosis awal 50 Gy. Kemudian diberi
booster; pada tumor bed 10-20 Gy dan kelenjar 10 Gy.
1.7. Prognosis
Seperti keganasan pada umumnya, prognosis kanker payudara ditunjukkan oleh angka
harapan hidup atau interval bebas penyakit. Prognosis penderita keganasan payudara
diperkirakan buruk juka usianya muda, menderita kanker payudara bilateral, mengalami
mutasi genetik, dan adanya triple negative yaitu grade tumor tinggi dan seragam, reseptor
ER dan PR negatif, dan respone reseptor permukaan sel HER-2 juga negatif. Persentase
harapan hidup lima tahun penderita payudara dapat dilihat pada tabel 2.2. dibawah ini.
0 100%
I 100%
IIA 92%
IIB 81%
IIIA 67%
IIIB 54%
IIIC ??
IV 20%
1. Pengkajian
a. Pengkajian Identitas
1) Identitas Pasien :
b. Status Kesehatan
1) Keluhan Utama :
3) Alergi :
1) Pola Bernapas
2) Pola makan-minum
3) Pola Eliminasi
8) Pola Aman
d. Pengkajian Fisik
e. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) dan (Nurarif, Hardhi
(D.0129).
(D.0005).
metabolisme (D.0019).
(D.0111).
tubuh (D.0083).
(D.0101).
3. Intervensi Keperawatan
Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018) dengan kriteria
2) Kriteria hasil :
a) kemampuan menuntaskan aktivitas meningkat
c) meringis menurun
e) gelisah menurun
l) anoreksia menurun
v) fokus membaik
x) perilaku membaik
3) Intervensi :
intensitas nyeri
diberikan
Terapeutik
B. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
pencahayaan, kebisingan)
1) Kriteria hasil :
Edukasi
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
(D.0129).
b) Hidrasi meningkat
f) Nyeri menurun
g) Perdarahan menurun
h) Kemerahan menurun
i) Hematoma menurun
l) Nekrosis menurun
o) Sensasi membaik
p) Tekstur membaik
2) Intervensi :
Observasi
Terapeutik
a) lepaskan balutan dan plester secara perlahan cukur rambut di sekitar
daerah luka, jika perlu
kebutuhan
pasien
1,25-1,5 gram/kgBB/hari
Edukasi
Kolaborasi
(D.0005).
2) Kriteria hasil :
a) Ventilasi semenit meningkat
f) Dispnea menurun
i) Ortopnea menurun
3) Intervensi :
Observasi
Terapeutik
Edukasi
kontraindikasi
Kolaborasi
jika perlu
2) Kriteria hasil :
d) demam menuru
e) kemerahan menurun
f) bengkak menurun
g) vesikel menurun
k) piuria menurun
l) periode malaise menurun
n) letargi menurun
3) Intervensi
observasi
terapeutik
lingkungan pasien
Edukasi
metabolisme (D.0019).
2) Kriteria hasil :
meningkat
kesehatan meningkat
l) Sariawan menurun
n) Diare menurun
3) Intervensi :
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
(D.0111).
1) Tujuan umum: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
2) Kriteria hasil :
meningkat
i) perilaku membaik
3) Intervensi :
Observasi
Terapeutik
2) Kriteria hasil:
f) anoreksia menurun
g) palpitasi menurun
k) diaforesis menurun
l) tremor menurun
m) pucat menurun
n) konsentrasi membaik
s) orientasi membaik
3) Intervensi :
Terapeutik
a) Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
Edukasi
a) Jelaskan prosedur, temasuk sensasi yang mungkin dialami
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian obat antiansietas, Jika perlu
tubuh (D.0083).
2) Kriteria hasil :
menurun
3) Intervensi :
Observasi
perkembangan
citra tubuh
sosial
Terapeutik
realistis
f) Diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang perubahan
citra tubuh
Edukasi
tubuh
kosmetik)
sebaya)
maupun kelompok
(D.0086).
2) Kriteria hasil :
g) konsentrasi meningkat
h) tidur meningkat
k) aktif meningkat
3) Intervensi
Observasi
Terapeutik
diri
Edukasi
menangani situasi
2. Implementasi
menigkatkan kualitas hidup pasien. Jenis tindakan yang telah disusun pada
3. Evaluasi
a. Pengkajian
Identitas penanggung
Pasien 1
jawab
Nama (inisial) Tidak tercantum
Umur Tidak tercantum
Pendidikan Tidak tercantum
Hub. Dengan pasien Tidak tercantum
Pekerjaan Tidak tercantum
Alamat Tidak tercantum
Genogram
Data Anamnesis
Tabel 4.2 Hasil Anamnesa status kesehatan pasien dengan
Carsinoma mammae
Pengkajian Pasien
Keluhan utama Pasien mengatakan nyeri pada area dada sebelah kiri
sampai
ke lengan bagian atas
Riwayat penyakit
sekarang Pasien mengatakan telah terdiagnosa kanker payudara sejak 3
tahun yang lalu, awalnya muncul benjolan kecil pada
payudara kiri tanpa menimbulkan rasa nyeri pasien tidak
memeriksakan kesehatannya, beberapa bulan
kemudian benjolan semakin besar dan menimbulkan rasa
nyeri disertai ulkus lalu pasien pergi ke rumah sakit dan
terdiagnosa kanker payudara pada akhir tahun 2017 pasien
melakukan MRM
(Mastektomi Radikal Modifikasi) dan menjalankan
kemotrapi pada awal tahun 2018 hingga sekarang, kemudian
kurang lebih 6 bulan yang lalau benjolan tumbuh lagi pada
area dada dan terus membesar serta terasa nyeri. Pasien
masuk rumah sakit pada tanggal 02 Januari 2022 pukul
03.00 WITA dengan mengeluh nyeri menjalar ke lengan kiri.
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 02 Januari 2022
pukul
08.00 WITA pasien masih mengeluh nyeri pada area dada
sebelah kiri sampai ke lengan. Nyeri yang dirasakan akibat
benjolan yang tumbuh pada dada di bagian atas yang
semakin membesar, nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk , nyeri
terasa disekitar area dada kiri samapai ke lengan dengan
skala 5 (nyeri sedang) dan berlangsung terus menerus. Pasien
direncanakan kemotrapi yang ke 12 setelah
keadaan umum pasien
membaik.
Pemeriksaan payudara dan ketiak Payudara tidak simetris, Pasien telah melakukan
MRM pada payudara kirinya, warna payudara
kiri kecoklatan aerola kecoklatan kelainan pada
payudara terlihat tunggal hanya tersisa sebelah
kanan dalam keadaan puting normal tidak ada
kelainan, axsila terdapat pembengkakan dan
clavikula tidak simetris antara kanan dan kiri
karena terdapat penonjolan masa pada area
dada kiri
4 4
Table 4.6 Hasil pemeriksaan penunjang pasien dengan Carsinoma mammae
Pemeriksaan Pasien 1
penunjang
Hematologi tanggal:
02/04/2019
Leukosit 15,70 H (4.80-
10.80
10 /µl)
Eritrosit 3,16 (4.20-5.40 10
/µl)
Hemoglobin 11,3 (12.0-16.0
g/dl)
Laboratorium Hematokrit 35.4 (37.0-54.0
%)
Penatalaksanaan terapi
- IVFD Nacl 0,9% 20 Tpm
- Vit.K 2x1 ampul via IV
- Santagesik 3x1 ampul via IV
- Ranitidin 3x1 ampul via IV
- Nasakanul 6 liter
- Diet TKTP
Tabel 4.11 Intervensi keperawatan pasien 1 (Ny.S) dengan Carsinoma mammae
DO:
- Pasien nampak meringis
- Terdapat benjolan di
daerah dada kiri yang
membesar dengan
konsitensi padat
Fayzun., F., Muna., A., Y., D. A. R., Novitasari., E., & Baihaqi., I. (2018). Kanker Payudara.
Haryati, F., & Sari, D. N. A. (2019). Hubungan body image dengan kualitas hidup pada pasien kanker
payudara yang menjalankan kemoterapi. Health Sciences and Pharmacy Journal, 3(2), 54.
https://doi.org/10.32504/hspj.v3i2.138
Sugeng Laksono. (2018). Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pada Ny E Dengan Karsinoma Mamae
Di Ruang Bougenvile Rsud Kota Yogyakarta. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/id/eprint/2147
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Tim Pokja SLKI DPP
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Tri Winarti. (2019). Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Carsinoma Mammae Di
Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.