You are on page 1of 74

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


CA MAMAE (KANKER PAYUDARA)

Disusun Oleh :
Kelompok 1 Kelas B Lanjutan

Wiwik Riswiastuti : NIM 1420121050


Aas : NIM 1420121108
Renalis Sri Anggela : NIM 1420121119
Enung Damayanti : NIM 1420121118
Ganjar Nugraha : NIM 1420121084
Thaofan Pria Gumilar : NIM 1420121130
Ade Yustira : NIM 1420121167
Eneng Suryani : NIM 1420121160

Universitas Galuh Ciamis


2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN
CA MAMAE (KANKER PAYUDARA)

1. Definisi Kanker Payudara


Kanker juga disebut neoplasia malignan yang merupakan jenis penyakit yang
ditandai oleh kerusakan DNA sehingga tumbuh kembang sel tidak berlangsung normal. Sel
kanker ini memiliki dua buah ciri khas, yaitu: pertama, sel-sel kanker tidak mampu
membelah dan melakukan diferensiasi dengan cara yang normal, dan kedua, sel-sel kanker
memiliki kemampuan menginvasi jaringan sekitarnya serta bermetastasis ke tempat yang
jauh.Kanker payudara adalah karsinoma yang berasal dari epitel duktus atau lobulus
payudara.

2. Faktor Risiko Kanker Payudara


Terdapat berbagai faktor hormonal dan non hormonal yang diperkirakan meningkatkan
risiko kanker payudara, antara lain faktor usia, genetik dan familial, hormonal, gaya hidup,
lingkungan, dan adanya riwayat tumor jinak. Separuh dari orang yang memiliki berbagai
faktor-faktor diatas akan menderita kanker payudara.
1. Usia
Faktor usia paling berperan dalam menimbulkan kanker payudara. Dengan semakin
bertambahnya usia seseorang, insidens kanker payudara akan meningkat. Satu dari delapan
keganasan payudara invasif ditemukan pada wanita berusia di bawah 45 tahun. Dua dari tiga
keganasan payudara invasif ditemukan pada wanita berusia 55 tahun. Pada perempuan,
besarnya insidens ini akan berlipat ganda setiap 10 tahun, tetapi kemudian akan menurun
drastis setelah masa menopause.

2. Genetik dan Familial


Sekitar 5-10% kanker payudara terjadi akibat adanya predisposisi genetik terhadap
kelainan ini. Seseorang dicurigai mempunyai faktor predisposisi genetik herediter sebagai
penyebab kanker payudara yang dideritanya jika (1) menderita kanker payudara sewaktu
berusia kurang dari 40 tahun, dengan atau tanpa riwayat keluarga; (2) menderita kanker
payudara sebelum berusia 50 tahun, dan satu atau lebih kerabat tingkat pertamanya
menderita kanker payudara atau kanker ovarium (3)menderita kanker payudara bilateral (4)
menderita kanker payudara pada usia berapapun, dan dua atau lebih kerabat tingkat
pertamanya menderita kanker payudara; serta (5) laki-laki yang menderita kanker payudara.
Risiko seseorang yang satu anggota keluarga tingkat pertamanya (ibu, anak, kakak
atau adik kandung) menderita kanker payudara, meningkat dua kali lipat, dan meningkat
lima kali lipat bila ada dua anggota keluarga tingkat pertama yang menderita kanker
payudara. Walaupun faktor familial merupakan faktor risiko kanker payudara yang
signifikan, 70-80% kanker payudara timbul secara sporadis.
Berdasarkan hasil pemetaan gen yang dilakukan baru-baru ini, mutasi germline pad
agen BRCA1 dan BRCA2 padakromosom 17 dan 13 ditetapkan sebagai gen predisposisi
kanker payudara dan kanker ovarium herediter. Gen BRCA1 terutama menimbulkan kanker
payudara ER (-). BRCA2 juga banyakditemukan pada penderita kanker payudara laki-laki.
Gen ATM menupakan gen yang mengatur perbaikan DNA. Penderita kanker
payudara familial cenderung mengelami mutasi gen ini. Mutasi gen CHEK2 meningkatkan
risiko kanker payudara hingga dua kali lipat. Pada wanita yang mengalami mutasi CHEK2
dan beberapa familinya menderita keganasan payudara, risiko wanita tersebut terkena kanker
payudara jauh lebih meningkat lagi, dan pada laki-laki bisa 10 kali lipat bilamana ada delesi
pada CHEK2 dari gen regulator siklus sel ini. Mutasi pada gen supresor tumor p53
meningkatkan risiko terkena kanker payudara dan juga kanker lainnya seperti leukemia,
tumor otak, dan sarkoma.

3. Reproduksi dan hormonal


Faktor reproduksi dan hormonal juga berperan besar menimbulkan kelainan ini. Usia
menarche yang lebih dini, yakni di bawah 12 tahun, meningkatkan risiko kanker payudara
sebanyak 3 kali, sedangkan usia menopause yang lebih lambat, yakni di atas 55 tahun,
meningkatkan risiko kanker payudara sebanyak 2 kali.
Perempuan yang melahirkan bayi aterm lahir hidup pertama kalinya pada usia di atas
35 tahun mempunyai risiko tertinggi mengidap terkena kanker payudara. Selain itu,
penggunaan kontrasepsi hormonal eksogen juga turut meningkatkan risiko kanker
payudaranya: penggunaan kontrasepsi oral meningkatkan risikonya sebesar 1,24 kali;
penggunaan terapi sulih-hormon pascamenopause meningkatkan risiko sebesar 1,35 kali bila
digunakan lebih dari 10 tahun; dan penggunaan estrogen penguat kandungan selama
kehamilan meningkatkan risiko sebesar dua kali lipat. Sebaliknya, menyusui bayi
menurunkan risiko terkena kanker payudara terutama jika masa menyusui dilakukan selama
27-52 minggu. Penurunan risiko ini diperkirakan karena masa menyusui mengurangi masa
menstruasi seseorang.

4. Gaya hidup
a. Berat badan
Obesitas pada masa pascamenopause meningkatkan risiko kanker payudara; sebaliknya,
obesitas pramenopause justru menurunkan risikonya. Hal ini disebabkan oleh efek tiap
obesitas yang berbeda terhadap kadar hormon endogen. Walaupun menurunkan kadar
hormon seks terikat-globulin dan menurunkan pajanan terhadap estrogen, obesitas
pramenopause meningkatkan kejadian anovulasi sehingga menurunkan pajanan payudara
terhadap progesteron. Pada masa pascamenopause, penurunan risiko kanker payudara yang
disebabkan oleh obesitas pramenopause secara bertahap menghilang, dan peningkatan
bioavabilitas estrogen yang terjadi pada masa ini akan meningkatkan risiko kanker payudara.

b. Aktifitas fisik
Olahraga selama 4 jam setiap minggu menurunkan risiko sebesar 30%. Olahraga rutin
pada pascamenopause juga menurunkan risiko sebesar 30-40%. Untuk mengurangi risiko
terkena kanker payudara American Cancer Society merekomendasikan olahraga selama 45-
60 menit setiap harinya.
c. Merokok
Merokok terbukti meningkatkan risiko kanker payudara.
d. Alkohol
Lebih dari 50 penelitian membuktikan bahwa konsumsi alkohol secara berlebihan
meningkatkan risiko kanker payudara. Alkohol meningkatkan kadar estrogen endogen
sehingga memengaruh responsivitas tumor terhadap hormon.
Kumpulan analsisi terakhir membuktikan bahwa risiko relatif kanke rpayudara meningkat
dari 7% kini menjadi 10% untuk setiap drink tambahan per harinya, dan keduanya
berbanding lurus. Walupun tidak semua data konsisten, konsumsi alkohol lebih berkorelasi
kuat dengan kanker payudara ER (estrogen receptor) dan PR (progesteron receptor) positif
sesuai dengan perkiraan.

5. Lingkungan
Wanita yang semasa kecil atau dewasa mudanya pernah mejalani terapi penyinaran
pada daerah dada, biasanya keganasan limfoma Hodgkin maupun non Hodgkin, mereka
berisiko menderita keganasan payudara secara signifikan. Risiko keganasan payudara
terutama meningkat jika terapi penyinaran dilakukan pada usia dewasa muda saat payudara
sedang berkembang.
Pajanan eksogen dari lingkungan hidup dan tempat kerja juga berisiko menginduksi
timbulnya kanker payudara. Salah satu zat kimia tersebut yaitu pestisida atau DDT yang
sering kali mencemari bahan sehari-hari. Jenis pekerjaan lain yang berisiko mendapat
pajanan karsinogenik terhadap timbulnya kanker payudar antara lain, penata kecantikan kuku
yan tiap harinya menghirup uap pewarna kuku, penata radiologi, dan tukang cat yang sering
menhirup cadmium dari larutan catnya.

Untuk mengestimasi resiko relatif kanker payudara digunakan metode gail, faktor
resiko pada wanita dimasukkan ke dalam tabel penilaian berdasarkan beberapa kategori .
Metode Gail telah banyak di pergunakan di Amerika Serikat. Tabel metode gail dapat dilihat
dibawah ini.

1.1. Estimasi Resiko Relatif dengan Metode Gail


Variabel Resiko relatif

Usia Menarche (tahun)

≥ 14 1,00

12 – 13 1,10

< 12 1,21

Riwayat penyakit payudara yang


benign, usia < 50 thn

0
1,02
1
1,27
≥2
1,62

Usia Peratama Kali Melahirkan

< 20 thn

Riwayat keluarga penderita Kanker


Payudara

0
1,00
1
2,61
≥2
6,80
20 – 24 thn

Riwayat keluarga penderita Kanker


Payudara

0
1,24
1
2,68
≥2
5,78

25 – 29 thn

Riwayat keluarga penderita Kanker


Payudara

0
1,55
1
2,76
≥2
4,91

≥30 thn

Riwayat keluarga penderita Kanker


Payudara

1 1,93

≥2 2,83

4,17
1.2. Patogenesis Kanker Payudara

1. Ekspresi Gen Dalam Kanker Payudara

Terdapat 2 jenis reseptor estrogen yang wujud antaranya adalah alfa (α) dan beta (β)
(dikenali sebagai ERα dan ERβ). Berbagai macam jaringan dalam tubuh manusia
mengekspresikan reseptor ERα antaranya adalah payudara, ovarium, endometrium manakala
ginjal, otak paru-paru dan beberapa organ lain mengekspresikan reseptor ERβ. Peranan ERβ
berhubungan dengan karsiogenesis tetap kontroversi manakala peranan protein ERα sebagai
penyebab kanker sudah jelas.
Kedua subtipe ER memiliki ikatan DNA yang kuat dan bertempat dalam inti dan
sitosol sel. Apabila estrogen masuk kedalam sel, ia akan berikatan dengan ER dan komplex
tersebut akan bermigrasi ke dalam nucleus dan menyebabkan proses traskripsi protein yang
selanjutnya menyebabkan perubahan pada sel. Oleh karena sifat proliferasi estrogen,
stimulasi selular dapat memberikan efek negative pada pasien yang memiliki jumlah receptor
yang banyak didalam sel.

2. Peranan Estrogen Dalam Perkembangan Kanker Payudara

Dua hipotesa yang dapat menjelaskan efek estrogen dalam pembentukan tumor :
a) Efek genotoksik hasil estrogen dengan cara memproduksi radikal (initiator).
b) Peranan hormone estrogen dalam menginduksi proliferasi kanker serta sel premalignant
(promoter).

1. Peranan Human Epidermal Growth Factor Receptor 2 (HER2)

HER 2 termasuk dalam famili epidermal growth factor receptor (EGFR) dari proto-
oncogen dan dipercayai bahwa ia tidak mempunyai ligan. Walaubagaimanapun protein ini
menunjukan sifat untuk membentuk kluster di dalam membran sel tumor payudara yang
ganas. Mekanisme karsiogenesis HER 2 masih belum diketahui namun ekspresi yang
berlebihan dapat memicu pertumbuhan tumor dengan cepat, menurukan rentan hidup,
meningkatkan risiko rekurensi setelah operasi disertai dengan respon yang tidak efektif
terhadap kemoterapi.
1.3 Gejala Klinis Kanker Payudara
1. Massa Tumor
Sebagian terbesar bermanifestasi sebagai massa payudara yang tidak nyeri, sering
kali ditemukan secara tidak sengaja. Lokasi massa kebanyakan di kuadran lateral atas,
umumnya lesi soliter, konsistensi agak keras, batas tidak tegas, permukaan tidak licin,
mobilitas kurang. Massa cenderung membesar bertahap, dalam beberapa bulan bertambah
besar secara jelas.

2. Perubahan Kulit
a. Tanda lesung: ketika tumor mengenai ligament glandula mamae, ligament itu
memendek hingga kulit setempat menjadi cekung.
b. Perubahan kulit jeruk (peau d’orange): ketika vasa limfatik subkutis tersumbat sel
kanker, hambatan drainase limfe menyebabkan udem kulit, folikel rambut
tenggelam ke bawah.
c. Nodul satelit kulit: ketika sel kanker di dalam vasa limfatik subkutis masing-
masing membentul nodul metastasis, disekitar lesi primer dapat muncul banyak
nodul tersebar.
d. Invasi, ulserasi kulit: ketika tumor menginvasi kulit, tampak perubahan warna
merah atau merah gelap. Bila tumor terus bertambah besar, lokasi itu dapat
menjadi iskemik, ulserasi membentuk bunga terbalik, ini disebut “tanda kembang
kol”.
e. Perubahan inflamatorik: secara klinis disebut “karsinoma mamae inflamatorik”,
tampil sebagai keseluruhan kulit mamae berwarna merah bengkak, mirip
peradangan. Tipe ini sering ditemukan pada kanker mamae waktu hamil atau
laktasi.

3. Perubahan Papilla Mamae


a. Retraksi, distorsi papilla mamae: umumnya akibat tumor menginvasi jaringan
subpapilar.
b. Sekret papilar: sering karena karsinoma papilar dalam duktus besar atau tumor
mengenai duktus besar.
c. Perubahan eksematoid: merupakan manifestasi spesifik dari kanker eksematoid
(penyakit paget). Klinis tampak areola papilla mamae tererosi, berkrusta, secret,
deskuamasi, sangat mirim eskim.
2. Pembesaran Kelenjar Limfe Regional
Pembesaran kelenjar limfe aksilar ipsilateral dapat soliter atau multiple, pada awalnya
mobile, kemudian dapat saling berkoalesensi atau adhesi dengan jaringan sekitarnya. Dengan
perkembangan penyakit, kelenjar limfe supraklavikular juga dapat membesar.

1.4. Penegakan Diagnosis Kanker Payudara


Prosedur diagnosis pada kanker payudara terdiri dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang (Suyatno & Pasaribu, 2014).
1. Anamnesis
Anamnesis dan pemeriksaan fisik ditujukan terutama untuk mengidentifikasi identitas
penderita, faktor resiko, perjalanan penyakit, tanda dan gejala kanker payudara, riwayat
pengobatan dan riwayat penyakit yang pernah diderita.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Amati ukuran, simetri kedua mamae, perhatikan apakah ada benjolan tumor atau
perubahan patologik kulit (misal cekungan, kemerahan, udem, erosi, nodul satelit, peau
d’orange, dll.). perhatikan kedua papilla mamae apakah simetri, ada retraksi, distorsi, erosi
dan kelainan lain.
b. Palpasi
- Payudara
Umumnya dalam posisi baring, juga dapat kombinasi duduk dan baring. Waktu
periksa rapatkan keempat jari, gunakan ujung dan perut jari berlawanan arah jarum jam atau
searah jarum jam palpasi dengan lembut. Kemudian dengan lembut pijat areola mamae,
papilla mamae, lihat apakah keluar sekret. Jika terdapat benjolan, harus secara rinci diperiksa
dan catat lokasi, ukuran, konsistensi, kondisi batas, permukaan mobilitas, nyeri tekan, dll.
dari massa itu. Ketika memeriksa apakah tumor melekat ke dasarnya, harus meminta lengan
pasien sisi lesi bertolak pinggang, agar m. pektoralis mayor berkerut. Jika tumor dan kulit
atau dasar melekat, mobilitas terkekang, kemungkinan kanker sangat besar.
- Kelenjar Limfe
Pemeriksaan kelenjar limfe regional paling baik posisi duduk. Ketika memeriksa aksila
kanan dengan tangan kiri topang siku kanan pasien, dengan ujung jari kiri palpasi seluruh
fosa aksila secara berurutan. Waktu memeriksa fosa aksila kiri sebaliknya, akhirnya periksa
kelenjar supraklavikukar.

3. Pemeriksaan Penunjang
Untuk mendukung pemeriksaan klinis, pemeriksaan penunjang dapat dilakukan
untuk membantu deteksi kanker payudara. Pemeriksaan radiodiagnostik untuk staging yaitu
dengan Rontgen toraks, USG abdomen (hepar), dan bone scanning. Sedangkan pemeriksaan
radiodiagnostik yang bersifat opsional (atas indikasi) yaitu magnetic resonance imaging
(MRI), CT scan, PET scan, dan bone survey. Setiap ada kecurigaan pada pemeriksaan fisik
dan mammogram, biopsi harus selalu dilakukan. Jenis biopsi dapat dilakukan yaitu biopsy
jarus halus (fine needle aspiration biopsy, FNAB), core biopsy (jarum besar), biopsi terbuka
dan sentinel node biopsy.

a. Mamografi
Mamografi memegang peranan mayor dalam deteksi dini kanker payudara, sekitar
75% kanker terdeteksi paling tidak satu tahun sebelum ada gejala atau Universitas Sumatera
Utara 15 tanda. Tipe pemeriksaan mamografi adalah skrining dan diagnostik. Skrining
mamografi dilakukan pada wanita yang asimptomatik. Skrining mamografi
direkomendasikan setiap 1-2 tahun untuk usia 50 tahun atau lebih. Pada kondisi tertentu
direkomendasikan sebelum usia 40 tahun (misal wanita yang keluarga tingkat pertama
menderita kanker payudara). Mamografi diagnostik dilakukan pada wanita yang
simptomatik, tipe ini lebih rumit dan digunakan untuk menentukan ukuran yang tepat, lokasi
abnormalitas payudara, untuk evaluasi jaringan sekitar dan getah bening sekitar payudara.
b. Ultrasonografi Payudara
Ultrasonografi Payudara melihat lesi hipoekoik dengan tepi tidak teratur (irregular)
dan shadowing disertai orientasi vertikal kemungkinan merupakan lesi maligna. USG secara
umum diterima untuk membedakan masa kistik dengan solid dan sebagai pengarah untuk
biopsi serta pemeriksaan skrining pasien usia muda. Peran USG lain adalah untuk evaluasi
metastasis ke organ viseral.
c. MRI
MRI (Magnetic Resonance Imaging) merupakan instrumen yang sensitif untuk
deteksi kekambuhan lokal pasca BCT atau augmentasi payudara dengan implant, deteksi
multifocal cancer dan skrining pasien usia muda dengan densitas payudara yang padat yang
memiliki risiko tinggi.
d. Imunohistokimia
Pemeriksaan imunohistokima yang dilakukan untuk membantu terapi target, antara
lain pemeriksaan status ER (estrogen receptor), PR (progesterone receptor), c-erbB-2 (HER-
2 neu), cathepsin-D, p-53, Ki67, dan Bcl2. Kanker payudara yang cenderung memiliki
prognosis yang lebih baik pada kanker payudara yang memiliki ER(+) atau PR (+) karena
masih peka terhadap terapi hormonal. Kanker payudara memiliki sejenis protein pemicu
pertumbuhan yang disebut HER2/neu. Pada pernderita kanker payudara HER2(+) memiliki
gen HER2/neu yang dieksperikan secara berlebihan. Kanker payudara yang memiliki status
ER(-), PR(-), HER2/neu (-), yang disebut sebagai triple negated, cenderung agresif dan
prognosisnya buruk.
e. FNAB
Merupakan salah satu prosedur diagnosis awal, untuk evaluasi masa di payudara.
Pemeriksaan ini sangat berguna terutama untuk evaluasi lesi kistik. Dengan jarus halus
sejumlah kecil jaringan dari tumor diaspirasi keluar lalu diperiksa di bawah mikroskop.
Walaupun paling mudah dilakukan, specimen FNAB kadang tidak dapat menentukan grade
tumor dan merupakan biopsi yang memberikan informasi sitologi, belum menjadi gold
standart untuk diagnosis definitif.
F. Core Biopsy
Biopsi ini menggunakan jarum yang ukurannya cukup besar sehingga dapat diperoleh
spesimen silinder jaringan tumor. Core biopsy dapat membedakan tumor yang noninvasif
dengan yang invasif serta grade tumor. Core biopsy dapat digunakan untuk membiopsi
kelainan yang tidak dapat dipalpasi, tetapi terlihat pada mamografi.
G. Biopsi Terbuka
Biopsi terbuka dilakukan bila pada mamogradi terlihat adanya kelainan yang
mengarah ke tumor maligna, hasil FNAB atau core biopsy yang meragukan. Bila hasil
mamografi positif tetapi FNAB negatif, biopsi terbuka perlu dilakukan.
Biopsi eksisional adalah mengangkat seluruh massa tumor dan menyertakan sedikit
jaringan sehat disekitar massa tumor dan biopsi insisional hanya mengambil sebagian massa
tumor untuk kemudian dilakukan pemeriksaan patologi anatomi.
Needle localization excisional biopsy (NLB) adalah biopsi eksisional yang dilakukan
dengan panduan jaruna dan kawat yang diletakkan dalam jaringan payudara pada lokasi lesi
berdasarkan hasil mamografi.
H. Sentinel Node Biopsy
Biopsi ini dilakukan untuk menentukan status keterlibatan kelenjar limf aksila dan
parasternal (internal mammary chain) dengan cara pemetaan limfatik. Prosedur ini
menggunakan kombinasi pelacak radioaktif dan perwarna biru. Apabila tidak dijumpai
adanya sentinel node, diseksi kelenjar limf aksila tidak perlu dilakukan. Sebaliknya, jika
sentinel node positif sel tumor, diseksi kelenjar limf aksila harus dilakukan, walaupun nodus
yang ditemukan hanya berupa sel tumor teriso;asi dengan ukuran kurang dari 0,2mm.

I. Bone Scan, Foto Toraks dan USG Abdomen


Bone scan bertujuan untuk evaluasi metastasis di tulang. Foto toraks dan USG
abdomen rutin dilakukan untuk melihat adanya metastasis di paru, pleura, mediastinum,
tulang-tulang dada dan organ visceral (terutama hepar).

J. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium darah rutin dan kimia darah guna kepentingan pengobatan
dan informasi kemungkinan adanya metastasis (transmirase, alkali-fosfatase, kalsium darah,
penanda tumor “CA 15-3:CEA”).
Pemeriksaan enzim transmirase penting dilakukan untuk memperkirakan adanya
metastasis pada liver, sedangkan alkali fosfatase dan kalsium untuk memprediksi adanya
metastasis pada tulang. Pemeriksaan kadar kalsium darah rutin dikerjakan terutama pada
kanker payudara stadium lanjut.
Pemeriksaan penanda tumor seperti CA-15-3 dan CEA (dalam kombinasi) lebih
penting gunanya untuk menentukan rekurensi dari kanker payudara,dan belum merupakan
penanda diagnosis ataupun skrining.

4. Grading
Keganasan payudara dibagi menjadi tiga grade bedasarkan derajat diferensiasinya.
Gambaran sitology nucleus sel tumor dibandingkan dengan nucleus sel epitel payudara
normal. Grade I artinya berdiferensiasi buruk, grade II diferensiasi sedang, dan grade III
diferensiasinya baik.
Grading histologi (disebut juga Bloom-Ricardson grade) menilai formasi tubulus,
hiperkromatik nucleus, dan derajat mitosis sel tumor dibandingkan dengan histologi normal
sel-sel payudara. Grade histologi ini uga dibagi tiga namun dengan urutan yang terbalik
disbanding grade nuclear yaitu, Grade I berdiferensiasi baik, grade II berdiferensiasi sedang,
grade III berdiferensiasi buruk.
3. Staging
AJCC (American Joint Committee on Cancer) menyusun panduan penentuan stadium
dan derajat tumor ganas payudara menurut system TNM berdasarkan pada:
a. Tumor Primer
T : kanker primer
TX : kanker primer tak dapat dinilai (missal telah direksesi)
T0 : tak ada bukti lesi primer
Tis : karsinoma in situ.mencakup karsinoma in situ duktal atau karsinoma in situ
lobular, penyakit Paget papila mamae tanpa nodul (penyakit Paget dengan
nodul diklasifikasikan menurut ukuran nodul).
T1 : diameter tumor <= 2 cm
Tmic : infiltrasi mikro <= 0,1 cm
T1a : diameter terbesar > 0,1 cm, tapi <= 0,5 cm
T1b : diameter terbesar > 0,5 cm, tapi <= 1 cm
T1c : diameter terbesar > 1 cm, tapi <=2 cm
T2 : diameter tumor terbesar > 2 cm, tapi <= 5 cm
T3 : diameter tumor terbesar > 5 cm
T4 : berapapun ukuran tumor, menyebar langsung ke dinding toraks atau kulit
(dinding toraks termasuk tulang iga, m.interkostales dan m. seratus anterior, tak
termasuk m. pektorales).
T4a : menyebar ke dinding toraks
T4b : udem kulit mamae (termasuk peau d’orange) atau ulserasi, atau nodul satelit di
mamae ipsilateral.
T4c : terdapat 4a dan 4b sekaligus
T4d : karsinoma mamae inflamatorik
b. Kelenjar getah bening regional
N : kelenjar limfe regional
NX : kelenjar limfe regional tak dapat dinilai (missal sudah diangkat sebelumnya)
N0 : tak ada metastasis kelenjar limfe regional
N1 : di fosa aksilar ipsilateral terdapat metastasis kelenjar limfe mobil
N2 : kelenjar limfe metastatic fosa aksilar ipsilateral saling konfluen dan terfiksasi
dengan jaringan lain; atau bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis
kelenjar limfe mamaria interna namun tanpa metastasis kelenjar limfe aksilar
N2a : kelenjar limfe aksilar ipsilateral saling konfluen dan terfiksasi dengan jaringan
lain
N2b : bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe mamaria interna
namun tanpa metastasis kelenjar limfe aksilar
N3 : metastasis kelenjar limfe infraklavikular ipsilateral, atau bukti klinis
menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe mamaria interna dan metastasis
kelenjar limfe aksilar, atau metastasis kelenjar limfe supraklavikular ipsilateral
N3a : metastasis kelenjar limfe infraklavikular
N3b : bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe mamaria interna
dan metastasis kelenjar limfe aksilar
N3c : metastasis kelenjar limfe supraklavikular

3. Patologi
pT- : tumor primer (sama dengan klasifikasi T, pada tepi irisan seputar specimen
harus tak terlihat tumor secara makroskopik, adanya lesi ganas yang
hanya tampak secara microskopik pada tepi irisan tidak mempengaruhi
klasifikasi)
N- : kelenjar limfe regional
pNx : kelenjar limfe regional tak dapat dinilai (misal sudah diangkat sebelumnya)
pN0 : secara histologik tak ada metastasis kelenjar limfe, tapi tidak dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut untuk kelompok sel tumor terisolasi (ITC)
pN0 (i-) : histologis tak ada metastasis kelenjar limfe, imunohistologi ITC positif
pN0 (mol-) : histologist tak ada metastasis kelenjar limfe, pemeriksaan molekuler
ITC negatif (RT-PCR)
pN0 (mol+) : histologist tak ada metastasis kelenjar limfe, pemeriksaan molekuler
ITC negatif (RT-PCR)
pN1mi : mikrometastasis (diameter terbesar >0,2 mm, tapi ≤2 mm).
pN1 : di aksila ipsilateral terdapat 1-3 kelenjar limfe metastatic, atau dari diseksi
kelenjar limfe sentinel secara mikroskopik ditemukan metastasis
kelenjar limfe mamaria interna ipsilateral, tapi tanda bukti klinis
pN1a : di aksila ipsilateral terdapat 1-3 kelenjar limfe metastatic, dan minimal
satu kelenjar limfe metastatic berdiameter maksimal >2 mm.
pN1b : dari diseksi kelenjar limfe sentinel secara mikroskopik ditemukan
metastasis kelenjar limfe mamaria interna ipsilateral, tapi tanpa bukti
klinis
pN1c : pN1a disertai pN1b
pN2 : di aksila ipsilateral terdapat 4-9 kelenjar limfe metastatik, atau bukti klinis
menunjukkan metastasis kelenjar limfe mamaria interna ipsilateral tapi
tanpa metastasis kelenjar limfe aksilar
pN2a : di aksila terdapat 4-9 kelenjar limfe metastatic berdiameter maksimal
>2 mm.
pN2b : bukti klinis menunjukkan metastasis kelenjar limfe mamaria interna ipsilateral
tapi tanpa metastasis kelenjar limfe aksilar.
pN3 : di aksila ipsilateral terdapat 10 atau lebih kelenjar limfe matastatik; atau
metastasis kelenjar limfe infraklavikular ipsilateral; atau bukti klinis
menunjukkan matastasis kelenjar limfe mamaria interna disertai
metastasis kelenjar limfe aksilar ipsilateral; atau secara klinis negative,
dari diseksi kelenjar limfe sentinel secara mikroskopik ditemukan
metastasis kelenjar limfe mamaria interna ipsilateral, tapi tanpa bukti
klinis, namun terdapat lebih dari 3 kelenjar limfe aksilar metastatic
kelenjar limfe supraklavikular ipsilateral.
pN3a : di aksila terdapat 10 atau lebih kelenjar limfe metastatik, dan minimal
satu kelenjar limfe metastatik berdiameter terbesar >2 mm, atau
metastasis kelenjar limfe infraklavikular.
pN3b : bukti klinis menunjukkan metastasis kelenjar limfe mamaria interna
disertai metastasis kelenjar limfe aksilar ipsilateral, atau secara klinis
negatif, dari diseksi kelenjar limfe sentinel secara mikroskopik
ditemukan metastasis kelenjar limfe mamaria interna ipsilateral, tapi
tanda bukti klinis, namun terdapat lebih dari 3 kelenjar limfe aksilar
metastatic.
pN3c : metastasis kelenjar limfe supraklavikular
M – metastasis jauh

Klafikasi stadium klinis:


Stadium 0 : TisN0M0
Stadium 1 : T1N0M0
Stadium IIA : T0N1M0, T1N1M0, T2N0M0
Stadium IIB : T2N1M0, T3N0M0
Stadium IIIA : T0N2M0, T1N2M0, T2N2M0, T3N1-2M0
Stadium IIIB : T4, N apapun, M0; IIIC : T apapun, N3 M0
Stadium IV : T apapun, N apapun, M1
Klasifikasi Histologi Kanker Payudara (Klasifikasi WHO 2010)
Untuk kanker payudara dipakai klasifikasi histologik berdasarkan WHO Histological
Classification of Tumours of the Breast , tahun 2012 sebagi berikut : 1. Karsinoma in
situ :
a. Ductal carcinoma in situ
b. Lobular carcinoma in situ
2. Karsinoma invasive :
a. Invasive carcinoma of no special type (NST)
Subtipe : Pleomorphic carcinoma, Carcinoma with osteoclast-like stromal giant, cells,
Carcinoma with choriocarcinomatous features, Carcinoma with melanocytic features
b. Invasive Lobular carcinoma
Subtipe : Classic , Solid, Alveolar, Pleomorphic, Tubulolobular, mixed lobular.
c. Tubular carcinoma
d. Cribriform carcinoma
e. Mucinous carcinoma
f. Carcinoma with medullary features
Subtipe : Medullary carcinoma, Atypical medullary , invasive carcinoma with
medullary features.
g. Carcinoma with apocrine differentiation
h. Carcinoma with signet ring cell differentiation
i. Invasive micropapillary carcinoma
j. Metaplastic carcinoma of no special type
Subtype : low grade adenosquamous carcinoma, fibromatosis-like metaplastic
carcinoma, squamous cell carcinoma, spindle cell carcinoma, metaplastic carcinoma
with mesenchymal differentiation, mixed metaplastic carcinoma, myoepithelial
carcinoma.
3. Rare types
a. Carcinoma with neuroendocrine features
b. Secretory carcinoma
c. Invasive papillary carcinoma
d. Acinic cell carcinoma
e. Mucoepidermoid carcinoma
f. Polymorphous carcinoma
g. Oncocytic carcinoma
h. Lipid-rich carcinoma
i. Glicogen-rich clear cell carcinoma
j. Sebaceous carcinoma
k. Salivary gland/skin adnexal type tumours
4. Epithelial-myoepithelial tumors
Subtipe : Adenomyoepithelioma with carcinoma, adenoid cystic carcinoma.
5. Intraductal papillary carcinoma
6. Encapsulated papillary carcinoma
7. Solid papillary carcinoma
Subtype : in situ, invasive.
8. Paget’s disease of the nipple
1. Non invasive carcinoma
a) Ductal carcinoma in situ
Ductal carcinoma in situ, juga disebut intraductal cancer, merujuk pada sel kanker
yang telah terbentuk dalam saluran dan belum menyebar.Saluran menjadi tersumbat dan
membesar seiring bertambahnya sel kanker di dalamnya.Kalsium cenderung terkumpul
dalam saluran yang tersumbat dan terlihat dalam mamografi sebagai kalsifikasi terkluster
atau tak beraturan (clustered or irregular calcifications) atau disebut kalsifikasi mikro
(microcalcifications) pada hasil mammogram seorang wanita tanpa gejala kanker.

DCIS dapat menyebabkan keluarnya cairan puting atau munculnya massa yang
secara jelas terlihat atau dirasakan, dan terlihat pada mammografi. DCIS kadang ditemukan
dengan tidak sengaja saat dokter melakukan biopsy tumor jinak.Sekitar 20%-30% kejadian
kanker payudara ditemukan saat dilakukan mamografi.Jika diabaikan dan tidak ditangani,
DCIS dapat menjadi kanker invasif dengan potensi penyebaran ke seluruh tubuh.
DCIS muncul dengan dua tipe sel yang berbeda, dimana salah satu sel cenderung
lebih invasif dari tipe satunya.Tipe pertama, dengan perkembangan lebih lambat, terlihat
lebih kecil
dibandingkan sel normal.Sel ini disebut solid, papillary atau cribiform.Tipe kedua, disebut
comedeonecrosis, sering bersifat progresif di awal perkembangannya, terlihat sebagai sel
yang lebih besar dengan bentuk tak beraturan.

Gambar 1: Ductal carcinoma in situ (A) dan sel-sel kanker menyebar keluar dari
duktus, menginvasi jaringan sekitar dalam mammae (B)

b) Lobular carcinoma in situ (LCIS)


Meskipun sebenarnya ini bukan kanker, tetapi LCIS kadang digolongkan sebagai tipe
kanker payudara non-invasif. Bermula dari kelenjar yang memproduksi air susu, tetapi tidak
berkembang melewati dinding lobulus. Mengacu pada National Cancer Institute, Amerika
Serikat, seorang wanita dengan LCIS memiliki peluang 25% munculnya kanker invasive
(lobular atau lebih umum sebagai infiltrating ductal carcinoma) sepanjang hidupnya.

Gambar 2: Lobular carcinoma in situ

2. Invasive carcinoma
I. Invasive ductal carcinoma
a. Adenocarcinoma with productive fibrosis (scirrhous, simplex, NST) (80%)
Kanker ini ditemukan sekitar 80% dari kanker payudara dan pada 60% kasus kanker
ini mengadakan metastasis (baik mikro maupun makroskopik) ke KGB aksila. Kanker ini
biasanya terdapat pada wanita perimenopause or postmenopause dekade kelima sampai
keenam, sebagai massa soliter dan keras. Batasnya kurang tegas dan pada potongan
meilntang, tampak permukaannya membentuk konfigurasi bintang di bagian tengah dengan
garis berwarna putih kapur atau kuning menyebar ke sekeliling jaringan payudara. Sel-sel
kanker sering berkumpul dalam kelompok kecil, dengan gambaran histologi yang bervariasi.
b. Medullary carcinoma (4%)
Medullary carcinoma adalah tipe khusus dari kanker payudara, berkisar 4% dari
seluruh kanker payudara yang invasif dan merupakan kanker payudara herediter yang
berhubungan dengan BRCA-1. Peningkatan ukuran yang cepat dapat terjadi sekunder
terhadap nekrosis dan perdarahan. 20% kasus ditemukan bilateral. Karakterisitik
mikroskopik dari medullary carcinoma berupa (1) infiltrat limforetikular yang padat terutama
terdiri dari sel limfosit dan plasma; (2) inti pleomorfik besar yang berdiferensiasi buruk dan
mitosis aktif; (3) pola pertumbuhan seperti rantai, dengan minimal atau tidak ada diferensiasi
duktus atau alveolar. Sekitar 50% kanker ini berhubungan dengan DCIS dengan karakteristik
terdapatnya kanker perifer, dan kurang dari 10% menunjukkan reseptor hormon. Wanita
dengan kanker ini mempunyai 5-year survival rate yang lebih baik dibandingkan NST atau
invasive lobular carcinoma.

c. Mucinous (colloid) carcinoma (2%)


Mucinous carcinoma (colloid carcinoma), merupakan tipe khusus lain dari kanker
payudara, sekitar 2% dari semua kanker payudara yang invasif, biasanya muncul sebagai
massa tumor yang besar dan ditemukan pada wanita yang lebih tua. Karena komponen
musinnya, sel-sel kanker ini dapat tidak terlihat pada pemeriksaan mikroskopik.

d. Papillary carcinoma (2%)


Papillary carcinoma merupakan tipe khusus dari kanker payudara sekitar 2% dari
semua kanker payudara yang invasif. Biasanya ditemukan pada wanita dekade ketujuh dan
sering menyerang wanita non kulit putih. Ukurannya kecil dan jarang mencapai diameter 3
cm. McDivitt dan kawan-kawan menunjukkan frekuensi metastasis ke KGB aksila yang
rendah dan 5- and 10-year survival rate mirip mucinous dan tubular carcinoma.

e. Tubular carcinoma (2%)


Tubular carcinoma merupakan tipe khusus lain dari kanker payudara sekitar 2% dari
semua kanker payudara yang invasif. Biasanya ditemukan pada wanita perimenopause dan
pada periode awal menopause. Long-term survival mendekati 100%.

II. Invasive lobular carcinoma (10%)


Invasive lobular carcinoma sekitar 10% dari kanker payudara.Gambaran
histopatologi meliputi sel-sel kecil dengan inti yang bulat, nucleoli tidak jelas, dan sedikit
sitoplasma.Pewarnaan khusus dapat mengkonfirmasi adanya musin dalam sitoplasma, yang
dapat menggantikan inti (signet-ring cell carcinoma).Seringnya multifokal, multisentrik,
dan bilateral. Karena pertumbuhannya yang tersembunyi sehingga sulit untuk dideteksi.
3. Paget’s disease dari papilla mammae
Paget’s disease dari papilla mammae pertama kali dikemukakan pada tahun 1974.
Seringnya muncul sebagai erupsi eksim kronik dari papilla mammae, dapat berupa lesi
bertangkai, ulserasi, atau halus. Paget's disease biasanya berhubungan dengan DCIS (Ductal
Carcinoma in situ) yang luas dan mungkin berhubungan dengan kanker invasif. Biopsi
papilla mammae akan menunjukkan suatu populasi sel yang identik (gambaran atau
perubahan pagetoid). Patognomonis dari kanker ini adalah terdapatnya sel besar pucat dan
bervakuola (Paget's cells) dalam deretan epitel. Terapi pembedahan untuk Paget's disease
meliputi lumpectomy, mastectomy, atau modified radical mastectomy, tergantung
penyebaran tumor dan adanya kanker invasif.

1.6. Penatalaksanaan Kanker Payudara


Tatalaksana kanker payudara meliputi tindakan operasi, kemoterapi, radioterapi, terapi
hormone, targeting therapy, terapi rehabilitasi medic, serta terapi paliatif.

a. Operasi (pembedahan)
Merupakan modalitas utama untuk penatalaksanaan kanker payudara. Berbagai jenis
operasi pada kanker payudara memiliki kerugian dan keuntungan yang berbeda-beda.
1) Classic Radical Mastectomy adalaah operasi pengangkatan seluruh jaringan payudara
beserta tumor, nipple areola komplek, kulit diatas tumor, otot pektoralis mayor dan
minor serta diseksi aksila level I-III. Operasi ini dilakukan bila ada infiltrasi tumor ke
fasia atau otot pectoral tanpa ada metastasis jauh.
2) Modified Radical Mastectomy adalah operasi pengangkatan seluruh jaringan
payudara beserta tumor, nipple areola komplek, kulit diatas tumor dan fasia pectoral
serta diseksi aksila level I-II. Operasi ini dilakukan pada stadium dini dan lokal
lanjut.
3) Skin Sparing Mastectomy adalah operasi pengangkatan seluruh jaringan payudara
beserta tumor dan nipple areola komplek dengan mempertahankan kulit sebanyak
mungkin serta diseksi aksila level I-II. Operasi ini harus disertai rekonstruksi
payudara dan dilakukan pada tumor stadium dini dengan jarak tumor ke kulit jauh
(>2 cm) atau stadium dini yang tidak memenuhi sarat untuk BCT.
4) Nipple Sparing Mastectomy adalah operasi pengangkatan seluruh jarungan payudara
beserta tumor dengan mempertahankan nipple areola kompleks dan kulit serta diseksi
aksila level I-II. Operasi ini juga harus disertai rekonstruksi payudara dan dilakukan
pada tumor stadium dini dengan ukuran 2cm atau kurang, lokasi perifer dan potong
beku sub areola: bebas tumor.
5) Breast Concerving Treatment adalah terapi yang komponennya terdiri dari lumpektomi
atau segmentektomi atau kuadrantektomi dan diseksi aksila serta radioterapi.
b. Kemoterapi
Kemoterapi adalah penggunaan obat anti kanker (sitostatika) untuk menghancurkan
sel kanker. Obat ini umumnya bekerja dengan menghambat atau mengganggu sintesa DNA
dalam siklus sel. Pengobatan kemoterapi bersifat sistemik, berbeda dengan pembedahan atau
radiasi yang lebih bersifat lokal/setempat. Obat sitostotika dibawa melalui aliran darah atau
diberikan langsung ke dalam tumor, jarang menembus blood-brain barrier sehingga obat ini
sulit mencapai sistem saraf pusat. Ada 3 jenis kemoterapi yaitu adjuvant, neoadjuvan, dan
primer (paliatif).
1) Terapi adjuvant diberikan sesudah pengobatan yang lain seperti pembedahan atau
radiasi. Tujuan terapi adalah untuk memusnahkan sel-sel kanker yang masih tersisa
atau metastase kecil yang ada (micro metastasis).
2) Terapi neoadjuvan diberikan mendahului/ sebelum pengobatan/ tindakan yang lain
seperti pembedahan atau penyinaran. Tujuannya adalah untuk mengecilkan massa
tumor yang besar sehingga operasi atau radiasi akan lebih berhasil.
3) Terapi primer sebagai pengobatan utama pada tumor ganas yang diberikan pada
kanker yang bersifat kemosensitif.
Regimen yang sering digunakan mengandung kombinasi siklofosfamid (C),
metotreksat (M), dan 5-FU (F). Oleh karena doksorubisin merupakan salah satu zat
tunggal yang paling aktif, zat ini sering digunakan dalam kombinasi tersebut.
c. Radioterapi
Mekanisme utama kematian sel karena radiasi adalah kerusakan DNA dengan gangguan
proses replikasi dan menurunkan risiko rekurensi lokal dan berpotensi untuk menurunkan
mortalitas jangka panjang penderita kanker payudara.

d. Terapi hormonal
Adjuvan hormonal terapi diindikasikan hanya pada payudara yang menunjukkan
ekspresi positif dari estrogen reseptor (ER) dana atau progesterone reseptor (PR) tanpa
memandang usia, status menopause, status kgb aksila maupun ukuran tumor.

e. Terapi Target (Biologi)


Terapi ini ditujukan untuk menghambat proses yang berperan dalam pertumbuhan sel-
sel kanker. Terapi untuk kanker payudara adalah tra stuzumab (Herceptin), Bevacizumab
(Avastin) dan Lapatinib ditosylate (Tykerb).

Penatalaksanaan menurut stadium:


1. Kanker payudara stadium 0 (TIS / T0, N0M0)
Terapi definitif pada T0 bergantung pada pemeriksaan histopatologi. Lokasi didasarkan pada
hasil pemeriksaan radiologik.
2. Kanker payudara stadium dini dini / operabel (stadium I dan II, tumor <= 3 cm)
Dilakukan tindakan operasi :
• Mastektomi
• Breast Conserving Therapy (BCT) (harus memenuhi persyaratan tertentu)
Terapi adjuvan operasi (Kemoterapi adjuvant) bila :
• Grade III
• TNBC
• Ki 67 bertambah kuat
• Usia muda
• Emboli lymphatic dan vaskular
• KGB > 3
Radiasi bila :
• Setelah tindakan operasi terbatas (BCT)
• Tepi sayatan dekat / tidak bebas tumor
• Tumor sentral / medial
• KGB (+) > 3 atau dengan ekstensi ekstrakapsuler
Radiasi eksterna diberikan dengan dosis awal 50 Gy. Kemudian diberi booster; pada
tumor bed 10-20 Gy dan kelenjar 10 Gy. 6

Indikasi BCT :
• Tumor tidak lebih dari 3 cm
• Atas permintaan pasien
• Memenuhi persyaratan sebagai berikut : • Tidak multipel dan/atau mikrokalsifikasi
luas dan/atau terletak sentral • Ukuran T dan payudara seimbang untuk tindakan
kosmetik • Bukan ductal carcinoma in situ (DCIS) atau lobular carcinoma in situ
(LCIS) • Belum pernah diradiasi dibagian dada • Tidak ada Systemic Lupus
Erythematosus (SLE) atau skleroderma • Memiliki alat radiasi yang adekuat

3. Kanker payudara locally advanced (lokal lanjut)


a) Operabel(IIIA)
• Mastektomi simpel + radiasi dengan kemoterapi adjuvant dengan/tanpa hormonal,
dengan/tanpa terapi target
• Mastektomi radikal modifikasi + radiasi dengan kemoterapi adjuvant, dengan/tanpa
hormonal, dengan/ tanpa terapi target
• Kemoradiasi preoperasi dilanjutkan dengan atau tanpa BCT atau mastektomi simple,
dengan/tanpa hormonal, dengan/tanpa terapi target

b) Inoperabel(IIIB)
• Radiasi preoperasi dengan/tanpa operasi + kemoterapi + hormonal terapi
• Kemoterapi preoperasi/neoadjuvan dengan/tanpa operasi + kemoterapi + radiasi + terapi
hormonal + dengan/tanpa terapi target
• Kemoradiasi preoperasi dengan/tanpa operasi dengan/ tanpa radiasi adjuvan dengan/
kemoterapi + dengan/ tanpa terapi target
Radiasi eksterna pasca mastektomi diberikan dengan dosis awal 50 Gy. Kemudian diberi
booster; pada tumor bed 10-20 Gy dan kelenjar 10 Gy.

4. Kanker payudara stadium lanjut


Prinsip :
• Sifat terapi paliatif
• Terapi sistemik merupakan terapi primer (kemoterapi dan terapi hormonal)
• Terapi lokoregional (radiasi & bedah) apabila diperlukan

1.7. Prognosis

Seperti keganasan pada umumnya, prognosis kanker payudara ditunjukkan oleh angka
harapan hidup atau interval bebas penyakit. Prognosis penderita keganasan payudara
diperkirakan buruk juka usianya muda, menderita kanker payudara bilateral, mengalami
mutasi genetik, dan adanya triple negative yaitu grade tumor tinggi dan seragam, reseptor
ER dan PR negatif, dan respone reseptor permukaan sel HER-2 juga negatif. Persentase
harapan hidup lima tahun penderita payudara dapat dilihat pada tabel 2.2. dibawah ini.

Stadium Persentasi harapan hidup 5 tahun

0 100%

I 100%

IIA 92%

IIB 81%

IIIA 67%

IIIB 54%
IIIC ??

IV 20%

A. Konsep dasar Asuhan Keperawatan

Dalam asuhan keperawatan dalam lima langkah pengkajian, diagnosa

keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi yang ada

pengkajian menurut model keperawatan Virginia Henderson berfokus pada

keseimbangan fisiologis dengan membantu pasien dalam keadaan sehat maupun

sakit sehingga dapat menigkatkan kualitas hidup pasien yang bertjuan

mengembalikan kemandirian, kemampuan dan pengetahuan terhadap kondisi yang

dialami (Desmawati, 2019).

1. Pengkajian

a. Pengkajian Identitas

1) Identitas Pasien :

2) Identitas Penanggung Jawab :

b. Status Kesehatan

1) Keluhan Utama :

2) Penyakit yang pernah dialami:

3) Alergi :

4) Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll) :

5) Riwayat Penyakit Keluarga :

6) Diagnosa Medis dan therapy

c. Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)

1) Pola Bernapas

2) Pola makan-minum

3) Pola Eliminasi

4) Pola aktivitas dan latihan

5) Pola istirahat dan tidur


6) Pola Berpakaian

7) Pola rasa nyaman

8) Pola Aman

9) Pola Kebersihan Diri

10) Pola Komunikasi

11) Pola Beribadah

12) Pola Produktifitas

13) Pola Rekreasi

14) Pola Kebutuhan Belajar

d. Pengkajian Fisik

e. Pemeriksaan Penunjang

f. Data laboratorium yang berhubungan


2. Diagnosa keperawatan

Menurut model keperawatan Virginia Henderson berfokus pada keseimbangan

fisiologis dengan membantu pasien dalam keadaan sehat maupun sakit

sehingga dapat menigkatkan kualitas hidup pasien yang bertjuan

mengembalikan kemandirian, kemampuan dan pengetahuan terhadap kondisi

yang dialami (Desmawati, 2019).

Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) dan (Nurarif, Hardhi

Kusuma 2016) diagnosa keperawatan pada Pasien dengan Ca Mamae


adalah (PPNI, 2017):

a. Nyeri kronis berhubungan dengan adanya penekanan saraf (D.0078).

b. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan prubahan sirkulasi

(D.0129).

c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru menurun

(D.0005).

d. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis (D.0142).

e. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan

metabolisme (D.0019).

f. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

(D.0111).

g. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D.0080).

h. Ganguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur/fungsi

tubuh (D.0083).

i. Harga diri rendah kronis berhubungan dengan terpapar situasi traumatis

(D.0101).

3. Intervensi Keperawatan

Interensi Keperawatan dilakukan berdasarakan Standar Intervensi

Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018) dengan kriteria

hasil berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Tim Pokja

SLKI DPP PPNI, 2019) :

a. Nyeri kronis berhubungan dengan adanya penekanan saraf (D.0078).

1) Tujuan umum : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

ekspetasi tingkat nyeri menurun.

2) Kriteria hasil :
a) kemampuan menuntaskan aktivitas meningkat

b) keluhan nyeri menurun

c) meringis menurun

d) sikap protektif menurun

e) gelisah menurun

f) kesulitan tidur menurun

g) menarik diri menurun

h) berfokus pada diri sendiri menurun


i) diaforesis menurun
j) perasaan depresi (tertekan ) menurun

k) perasaan takut mengalami cedera berulang menurun

l) anoreksia menurun

m) perineum terasa tertekan menurun

n) uterus teraba membulat menurun

o) ketegangan otot menurun

p) pupil dilatasi menurun

q) muntah menurun mual menurun

r) frekuensi nadi membaik

s) pola nafas membaik

t) tekanan darah membaik

u) proses berpikir membaik

v) fokus membaik

w) fungsi berkemih membaik

x) perilaku membaik

y) nafsu makan membaik

z) pola tidur membaik

3) Intervensi :

Manajemen nyeri (I.08238)


Observasi

a) Identifikasi lokasi, karekteristik, durasi, frekuensi, kualitas,

intensitas nyeri

b) Identifikasi skala nyeri

c) Identifikasi respons nyeri non verbal

d) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

e) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri

f) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri

g) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup

h) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah

diberikan

i) Monitor efek samping penggunaan analgesic

Terapeutik

B. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,

hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik

imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)

C. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu ruangan,

pencahayaan, kebisingan)

1) Kriteria hasil :

a) Elastisitas meningkatPertimbangkan jenis dan sumber nyeri

dalam pemilihan strategi meredakan nyeri

Edukasi

a) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

b) Jelaskan strategi meredakan nyeri

c) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

d) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat

e) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

b. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan prubahan sirkulasi

(D.0129).

a) Tujuan umum : Setelahdilakukan tindakan


keperawatan diharapkan ekspetasi integritas kulit dan jaringan
meingka

b) Hidrasi meningkat

c) Perfusi jaringan meningkat

d) Kerusakan jaringan menurun

e) Kerusakan lapisan kulit menurun

f) Nyeri menurun

g) Perdarahan menurun

h) Kemerahan menurun

i) Hematoma menurun

j) Pigmentasi abnormal menurun

k) Jaringan parut menurun

l) Nekrosis menurun

m) Abrasi kornea menurun

n) Suhu kulit membaik

o) Sensasi membaik

p) Tekstur membaik

q) Pertumbuhan rambut membaik

2) Intervensi :

Perawatan luka (I.14564)

Observasi

a) monitor karakteristik luka

b) monitor tanda-tanda infeksi

Terapeutik
a) lepaskan balutan dan plester secara perlahan cukur rambut di sekitar
daerah luka, jika perlu

b) bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih nontoksik sesuai

kebutuhan

c) bersihkan jaringan nekrotik

d) berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu

e) pasang balutan sesuai jenis luka

f) pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka

g) ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase

h) jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau sesuai kondisi

pasien

i) berikan diet dengan kalori 30-35 kkal/kgBB/hari dan protein

1,25-1,5 gram/kgBB/hari

j) Berikan suplemen vitamin dan mineral

k) berikan terapi tens, jika perlu

Edukasi

a) Jelaskan tanda dan gejala infeksi

b) anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein

c) ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri

Kolaborasi

a) kolaborasi prosedur debridement, jika perlu

b) kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu

c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru menurun

(D.0005).

1) Tujuan umum : setelah dilakukan tindakan

keperawatan diharapkan ekspektasi pola napas membaik.

2) Kriteria hasil :
a) Ventilasi semenit meningkat

b) Kapasitas vital meningkat

c) Diameter thoraks anterior-posterior meningkat

d) Tekanan ekspirasi meningkat

e) Tekanan inspirasi meningkat

f) Dispnea menurun

g) Penggunaan otot bantu napas menurun

h) Pemanjangan fase ekspirasi menurun

i) Ortopnea menurun

j) Pernapasan pursed-lip menurun

k) Pernapasan cuping hidung menurun

l) Frekuensi napas membaik

m) Kedalaman napas membaik

n) Ekskursi dada membaik

3) Intervensi :

Manajemen jalan napas (I.01011)

Observasi

a) Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)

b) Monitor bunyi napas tambahan (mis. gurgling, mengi,

wheezing, ronkhi kering)

c) Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)

Terapeutik

a) Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-

lift (jaw-thrust jika curiga trauma servikal)

b) Posisikan semi-Fowler atau Fowler

c) Berikan minum hangat


d) Lakukan fisioterapi dada, jika perlu

e) Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik

f) Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal

g) Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill

h) Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi

a) Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak

kontraindikasi

b) Anjurkan teknik batuk efektif

Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik,

jika perlu

d. Resiko infeksi berhubungan dengn penyakit kronis (D.0142).

1) Tujuan umum : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

ekspetasi tingkat infeksi menurun.

2) Kriteria hasil :

a) kebersihan tangan meningkat

b) kebersihan badan meningkat

c) nafsu makan meningkat

d) demam menuru

e) kemerahan menurun

f) bengkak menurun

g) vesikel menurun

h) cairan berbau busuk menurun

i) sputum berwarna hijau menurun

j) drainase purulen menurun

k) piuria menurun
l) periode malaise menurun

m) periode menggigil menurun

n) letargi menurun

o) gangguan kognitif menurun

p) kadar sel darah putih membaik

q) kultur darah membaik

r) kultur urine membaik

s) kultur sputum membaik

t) kultur area luka membaik

u) kultur feses membaik

v) kadar sel darah putih membaik

3) Intervensi

pencegahan infeksi (I.14539)

observasi

a) monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik

terapeutik

a) Batasi jumlah pengunjung

b) berikan perawatan kulit pada area edema

c) cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan

lingkungan pasien

d) pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi

Edukasi

a) Jelaskan tanda dan gejala infeksi

b) ajarkan cara mencuci tangan dengan benar

c) Ajarkan etika batuk

d) ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi

e) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi

f) anjurkan meningkatkan asupan cairan


kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu

a) Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu

e. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan

metabolisme (D.0019).

1) Tujuan umum: setelah dilakukan tindakan keperawatan diarapkan

ekspetasi status nutrisi membaik

2) Kriteria hasil :

a) Kekuatan otot pengunyah meningkat

b) Kekuatan otot menelan meningkat

c) Serum albumin meningkat

d) Verbalisasi keinginan untk meningkatkan nutrisi meningkat

e) Pengetahuan tentang pilihan makanan yang sehat meningkat

f) Pengetahuan tentang pilihan minuman yang sehat meningkat

g) Pengetahuan tentang standar asupan nutrisi yang tepat

meningkat

h) Penyiapan dam penyimpanan minuman yang aman meningkat

i) Sikap terhadap makanan/minuman sesuai dengan tujuan

kesehatan meningkat

j) Perasaan cepat kenyang menurun

k) Nyeri abdomen menurun

l) Sariawan menurun

m) Rambut rontok menurun

n) Diare menurun

o) Berat badan membaik

p) Indeks Massa Tubuh (IMT) membaik


q) Frekuensi makan membaik

r) Nafsu makan membaik

s) Bising usus membaik

t) Tebal lipatan kulit trisep membaik

u) Membran mukosa membaik

3) Intervensi :

Manajemen nutrisi (I.03119)

Observasi

a) Identifikasi status nutrisi

b) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan

c) Identifikasi makanan yang disukai

d) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien


e) Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik

f) Monitor asupan makanan

g) Monitor berat badan

h) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

Terapeutik

a) Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu

b) Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. piramida makanan)

c) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai

d) Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi

e) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein

f) Berikan suplemen makanan, jika perlu

g) Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastrik jika

asupan oral dapat ditoleransi

Edukasi

a) Anjurkan posisi duduk, jika mampu

b) Anjurkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. pereda

nyeri, antiemetik), jika perlu

b) Kolabor asi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori

dan jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu

f. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

(D.0111).
1) Tujuan umum: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

ekspektasi tingkat pengetahuan meningkat

2) Kriteria hasil :

a) perilaku sesuai anjuran meningkat

b) verbalisasi minat dalam belajar meningkat

c) kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik

meningkat

d) kemampuan menggambarkan pengalaman sebelumnya yang

sesuai dengan topik meningkat

e) perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat

f) pertanyaan tentang masalah yang dihadapi menurun

g) persepsi yang keliru terhadap masalah menurun

h) menjalani pemeriksaan yang tidak tepat menurun

i) perilaku membaik

3) Intervensi :

Edukasi Kesehatan (I.12383)

Observasi

a) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

b) Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan

menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat

Terapeutik

a) Sediakan materi dan medla pendidikan kesehatan

b) Jadwalkan pendidikan kesehatan sosial kesepakatan

c) Berikan kesempatan untuk bertanya


Edukasi

a) Jekaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan

b) Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat

c) Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan

perilaku hidup bersih dan sehat

g. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D.0080).

1) Tujuan umum: setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan

diharapkan ekspektasi tingkat ansietas menurun

2) Kriteria hasil:

a) verbalisasi kebingungan menurun

b) verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun

c) perilaku gelisah menurun

d) perilaku tegang menurun

e) keluhan pusing menurun

f) anoreksia menurun

g) palpitasi menurun

h) frekuensi pernapasan menurun

i) frekuensi nadi menurun

j) tekanan darah menurun

k) diaforesis menurun

l) tremor menurun

m) pucat menurun

n) konsentrasi membaik

o) pola tidur membaik


p) perasaan keberdayaan membaik

q) kontak mata membaik

r) pola berkemih membaik

s) orientasi membaik

3) Intervensi :

Reduksi Ansietas (I. 09314)


Observasi
a) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. kondisi, waktu,
stresor)

b) Identifikasi kermampuan mengambili.keputusan

c) Monitor tande-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)

Terapeutik
a) Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan

b) Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika


memungkinkan

c) Pahami situasi yang mernbuat ansietas

d) Dengarkan dengan penuh perhatian

e) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan

f) Tempalkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan

g) Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan

h) Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan


datang

Edukasi
a) Jelaskan prosedur, temasuk sensasi yang mungkin dialami

b) Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pangobatan,


dan prognosis
c) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jlka perlu

d) Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitir, sasual


kebutuhan

e) Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi

f) Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan

g) Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat

h) Latih teknik relaksasi

Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian obat antiansietas, Jika perlu

h. Ganguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur/fungsi

tubuh (D.0083).

1) Tujuan umum: setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan

diharapkan ekspektasi citra tubuh meningkat

2) Kriteria hasil :

a) Melihat bagian tubuh meningkat

b) menyentuh bagian tubuh meningkat

c) verbalisasi kecacatan bagian tubuh meningkat

d) verbalisasi kehilangan bagian tubuh meningkat

e) verbalisasi perasaan negatif tentang perubahan tubuh menurun

f) verbalisasi kekhawatiran terhadap penolakan/reaksi orang lain

menurun

g) verbalisasi perubahan gaya hidup menurun

h) menyembunyikan bagian tubuh berlebihan menurun

i) menunjukkan bagian tubuh berlebihan menurun

j) fokus pada bagian tubuh menurun


k) fokus pada penampilan masa lalu

l) menurun fokus pada kekuatan masa lalu menurun

m) respon non verbal pada perubahan tubuh membaik

n) hubungan sosial membaik

3) Intervensi :

Promosi citra tubuh (I.09305)

Observasi

a) Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap

perkembangan

b) Identifikasi budaya, agama, jenis kelamin, dan umur terkalt

citra tubuh

c) Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi

sosial

d) Monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri sendiri

e) Monitor apakah pasien bisa melihat bagian tubuh yang berubah

Terapeutik

a) Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya

b) Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri

c) Diskusikan perubahan akibat pubertas, kehamilan dan penuaan

d) Diskusikan kondisi stres yang mempengaruhi citra tubuh (mis,

luka, penyakit. pembedahan)

e) Diskusikan cara mengembangken harapan citra tubah secara

realistis
f) Diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang perubahan

citra tubuh

Edukasi

a) Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan perubahan citra

tubuh

b) Anjurkan mengungkapkan gambaran diri terhadap citra tubuh

c) Anjurkan menggunakan alat bantu (mis, pakalan, wig,

kosmetik)

d) Anjurkan mengikuti kelompok pendukung (mis. kelompok

sebaya)

e) Latih fungsi tubuh yang dimiliki

f) Latih peningkatan penapilan diri (mis. berdandan)

g) Latih pengungkapan kemampuan diri kepada orang lain

maupun kelompok

i. Harga diri rendah kronis berhubungan dengan terpapar situasi traumatis

(D.0086).

1) Tujuan umum: setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan

diharapkan ekspektasi harga diri meningkat.

2) Kriteria hasil :

a) Penilaian diri positif meningkat

b) perasaan memiliki kelebihan/ kemampuan positif meningkat

c) penerimaan penilaian positif terhadap diri sendiri meningkat

d) minat mencoba hal baru meningkat

e) berjalan menampakan wajah meningkat


f) postur tubuh menampakan wajah meningkat

g) konsentrasi meningkat

h) tidur meningkat

i) kontak mata meningkat

j) gairah aktivitas meningkat

k) aktif meningkat

l) percaya diri berbicara meningkat

m) perilaku esertif meningkat

n) kemampuan membuat keputusan meningkat

o) perasaan malu menurun

p) perasaan bersalah menurun

q) perasaan tidak mampu melakukan apapun menurun

r) meremehkan kemampuan mengatasi masalah menurun

s) ketergantungan pada penguatan secara berlebihan menurun

t) pencarian penguatan secara berlebihan menurun

3) Intervensi

Promosi Harga diri (I. 09331)

Observasi

a) Identifikasi budaya, agama, ras, jenis kelamin, dan usia

terhadap harga diri

b) Monitor verballsasi yang merendahkan diri sendiri

c) Monitor tingkat harga diri setiap waktu, sesuai kebutuhan

Terapeutik

a) Memotivasi terlibat dalam verbalisasi positif untuk diri sendiri


b) Memotivasi menerima tantangan atau hal baru

c) Diskusikan pernyataan tentang harga diri

d) Diskusikan kepercayaan terhadap penilaian diri

e) Diskusikan pengalaman yang meningkatkan harga diri

f) Diskusikan persepsi negatif diri

g) Diskusikan alasan mengkritik diri atau rasa bersalah

h) Disukusikan penetapan tujuan realistis untuk mencapai harga

diri yang lebih tinggi

i) Diskusikan bersama keluarga untuk menetapkan harapan dan

batasan yang jelas

j) Berikan umpan balik positif atas peningkatan mencapai tujuan

k) Falisitasi lingkungan dan aktivitas yang meningkatkan harga

diri

Edukasi

a) Jelaskan kepada keluarga pentingnya dukungan dalam

perkembangan konsep positif diri pasien

b) Ankurkan mengidentifikasi kekuatan yang dimiliki

c) Anjurkan mempertahankan kontak mata saat berkomunikasi

dengan orang lain

d) Aniurkan membuka diri terhadap kritik negatif

e) Anjurkan mengevaluasi perilaku

f) Ajarkan cara mengatasi bullying

g) Latih peningkatan tanggung jawab untuk diri sendiri

h) Latih pernyataan/kemampuan pasitif diri


i) Latih cara berfikir dan berperilaku positif

j) Latih meningkatkan kepercayaan pada kemampuan dalam

menangani situasi

2. Implementasi

Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana

keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Tindakan

keperawatan perawat berfokus pada keseimbangan fisiologis dengan

membantu pasien dalam keadaan sehat maupun sakit sehingga dapat

menigkatkan kualitas hidup pasien. Jenis tindakan yang telah disusun pada

tahap perencanaan. Pada implementasi ini terdiri dari tindakan mandiri,

saling ketergantungan atau kolaborasi dan tindakan rujukan/

ketergantungan. Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan

rencana tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang

sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah

rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan pasien sesuai dengan

kondisi saat ini (Desmawati, 2019).

3. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan yang

bertujuan untuk menilai hasil akhir dari seluruh tindakan keperawatan

yang telah dilakukan (Bararah & Jauhar,


LAPORAN KASUS

1. Hasil Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

Tabel 4.1 Hasil anamnesis Pengkajian identitas pasien dengan Ca.Mammae

Identitas Pasien Pasien 1


Nama (insial) Ny. S
Umur 58 Tahun
Jenis Kelamin Perempuan
Status Perkawinan Menikah
Pekerjaan IRT
Agama Islam
Pendidikan terakhir Tidak tamat SD
Alamat Dsun Sinargalih 2/2 Langensari Kota Banjar
No. Register 90.78.XX
Tanggal MRS 02 Januari 2022
Tanggal Pengkajian 02 Januari 2022
Diagnosa Medis Carsinoma Mammae Sinistra

Identitas penanggung
Pasien 1
jawab
Nama (inisial) Tidak tercantum
Umur Tidak tercantum
Pendidikan Tidak tercantum
Hub. Dengan pasien Tidak tercantum
Pekerjaan Tidak tercantum
Alamat Tidak tercantum

Genogram

Data Anamnesis
Tabel 4.2 Hasil Anamnesa status kesehatan pasien dengan
Carsinoma mammae
Pengkajian Pasien
Keluhan utama Pasien mengatakan nyeri pada area dada sebelah kiri
sampai
ke lengan bagian atas
Riwayat penyakit
sekarang Pasien mengatakan telah terdiagnosa kanker payudara sejak 3
tahun yang lalu, awalnya muncul benjolan kecil pada
payudara kiri tanpa menimbulkan rasa nyeri pasien tidak
memeriksakan kesehatannya, beberapa bulan
kemudian benjolan semakin besar dan menimbulkan rasa
nyeri disertai ulkus lalu pasien pergi ke rumah sakit dan
terdiagnosa kanker payudara pada akhir tahun 2017 pasien
melakukan MRM
(Mastektomi Radikal Modifikasi) dan menjalankan
kemotrapi pada awal tahun 2018 hingga sekarang, kemudian
kurang lebih 6 bulan yang lalau benjolan tumbuh lagi pada
area dada dan terus membesar serta terasa nyeri. Pasien
masuk rumah sakit pada tanggal 02 Januari 2022 pukul
03.00 WITA dengan mengeluh nyeri menjalar ke lengan kiri.
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 02 Januari 2022
pukul
08.00 WITA pasien masih mengeluh nyeri pada area dada
sebelah kiri sampai ke lengan. Nyeri yang dirasakan akibat
benjolan yang tumbuh pada dada di bagian atas yang
semakin membesar, nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk , nyeri
terasa disekitar area dada kiri samapai ke lengan dengan
skala 5 (nyeri sedang) dan berlangsung terus menerus. Pasien
direncanakan kemotrapi yang ke 12 setelah
keadaan umum pasien
membaik.

Riwayat kesehatan Pasien mengatakan bahwa sudah keluar masuk dirawat di


dahulu rumah sakit karena penyakit yang sama dan tidak pernah
dirawat di rumah sakit karena penyakit serius lainnya.
Riwayat penyakit keluarga Anak pasien mengatakan bahwa tidak ada anggota
keluarga yang mengalami penyakit keturunan
(seperti, kanker, hipertensi, diabetes melitus,
dan penyakit jantung) serta
penyakit menular (seperti HIV, TBC,
hepatitis)

Riwayat haid Pasien mengtakan dulu siklus haid 1 bulan sekali


dialami teratur kurang lebih 5 hari tidak ada masalah
yang timbul selama haid. Sekarang sudah
tidak mengalami haid lagi

Tabel 4.5 Hasil Anamnesa Pemeriksaan Fisik pasien dengan


Carsinoma mammae
Pemeriksaan fisik Pasien 1
Keadaan umum Compos mentis

Tanda – tanda vital TD : 120/70 mmHg Nadi :


80x/menit RR : 26x/menit
SpO2 : 98%
Antropometri BB : 38 kg TB : 150 cm
IMT : 16,8
LILA : 22 cm

Skala nyeri - P: nyeri akibat benjolan di dada kiri


yang membesar
- Q: nyeri seperti tertusuk-
tusuk
- R: nyeri terasa di area
dada sampai ke lengan
tangan kiri
- S: skala nyeri 5
- T: nyeri berlangsung terus menerus

Pemeriksaan integumen Kulit terlihat kurang bersih, badan pasien teraba


hangat, warna kulit pasien sawo matang, turgor
kulit baik kembali dalam <2 detik, kulit tampak
kering dan elastis, terlihat adanya koloid bekas
luka insisi
pada dada kiri.
Pemeriksaan kepala Tidak tercantum

Pemeriksaan leher Tidak tercantum

Pemeriksaan tengkuk Tidak tercantum

Pemeriksaan payudara dan ketiak Payudara tidak simetris, Pasien telah melakukan
MRM pada payudara kirinya, warna payudara
kiri kecoklatan aerola kecoklatan kelainan pada
payudara terlihat tunggal hanya tersisa sebelah
kanan dalam keadaan puting normal tidak ada
kelainan, axsila terdapat pembengkakan dan
clavikula tidak simetris antara kanan dan kiri
karena terdapat penonjolan masa pada area
dada kiri

Pemeriksaan dada Inpeksi: bentuk thoraks tidak simetris antara


kanan dan kiri (deformitas bentuk dada)
pernafasan hiperventilasi RR
26x/m

Palpasi: adanya tanda kesulitan bernafas


penggunaan otot bantu pernafasan,getaran
suara (vocalpremitus) simetris
anatara kanan dan kiri

Perkusi: suara dada kanan dan kiri sonor

Auskultasi: suara nafas cepat dan dalam,


suara ucapan intensitas dan
kualitas suara simetris, tidak
ada suara nafas tambahan
Pemeriksaan Punggung Tidak tercantum

Pemeriksaan Abdomen Tidak tercantum


Pemeriksaan Genetalia Tidak tercantum

Pemeriksaan musculoskeletal Kekuatan otot menurun, terdapat


(ekstermitas) pembengkakan limfaderma pada tangan kiri,
tangan kiri tidak dapat digerakan untuk
beraktivitas, kekuatan otot
5 2

4 4
Table 4.6 Hasil pemeriksaan penunjang pasien dengan Carsinoma mammae

Pemeriksaan Pasien 1
penunjang
Hematologi tanggal:
02/04/2019
Leukosit 15,70 H (4.80-
10.80
10 /µl)
Eritrosit 3,16 (4.20-5.40 10
/µl)
Hemoglobin 11,3 (12.0-16.0
g/dl)
Laboratorium Hematokrit 35.4 (37.0-54.0
%)

kimia klinik tanggal:


02/04/2019
GDS 118 (70-140 mg/dL)
Albumin 3.4 (3.5-5.5 g/L)

USG Tidak tercantum


Foto thorax tanggal: 21/01/2019
Klinis: Ca mamae Hasil:
Rontgen -Pulmo tak tampak kelainan
-Cor dalam batas normal
-Tak tampak pulmo maupun
- Skeletal metastasis
EKG Tidak tercantum
Lain-lain Tidak tercantum

Tabel 4.7 Hasil penatalaksanaan terapi pasien dengan Carsinoma


mammae

Penatalaksanaan terapi
- IVFD Nacl 0,9% 20 Tpm
- Vit.K 2x1 ampul via IV
- Santagesik 3x1 ampul via IV
- Ranitidin 3x1 ampul via IV
- Nasakanul 6 liter
- Diet TKTP
Tabel 4.11 Intervensi keperawatan pasien 1 (Ny.S) dengan Carsinoma mammae

Tujuan dan Kriteria Perencanaan


No. Dx keperawatan (SDKI)
hasil (NOC) (SIKI)
1. Pola nafas tidak efektif b.d  Respiratory status Manajemen
deformitas dinding dada : Ventilasi pernafasan dan
(D.0005)  Respiratory status pemantaua
Ditandai dengan: : airway patency Respirasi
DS:  Vital sign status
- Pasien mengatakan Setelah dilakukan 1.4 Monitor pola
nafasnya terasa tindakan keperawatan Nafas (frekuensi,
sesak selama 3x24 jam kedalaman, usaha
DO: diharapkan pola nafas nafas)
- Terlihat pergerakan pasien menjadi efektif 1.5 Monitor
intercosta pada saat Dengan saturasi oksigen
bernafas kriteria hasil : 1.6 Posisikan
- Terlihat adanya
pernafasan cuping hidung RR dalam batas normal semi fowler
- Terlihat terpasang (16 - 20x/menit), atau fowler
nasakanul 6L jalan nafas paten, 1.7 Berikan
suara nafas
- oksigen
vasikuler, pola
- Nadi: 70x/m nafas normal,
- RR: 26x/m irama nafas
- reguler, tidak ada
suara nafas
tambahan
2. Nyeri kronis b.d infiltrasi  Pain level Manajemen
tumor (D. 0078) Ditandai  Pain kontrol nyeri
dengan : Setelah dilakukan 2.5 Identifikasi
DS: tindakan keperawatan lokasi,
- Pasien mengatakan nyeri selama 3x24 jam karakteristik,
pada dada kri dan tangan diharapkan nyeri durasi,
kirinya sejak 6 bulan pasien frekuensi,
yang lalu hilang atau nyeri kualitas,
- Pasien mengatakan nyeri berkurang intensitas nyeri
Dengan kriteria hasil :
saat miring kanan dan 2.6 Identifikasi
- Skala nyeri
miring kiri respon nyeri
berkurang (skala
- P: nyeri akibat benjolan non verbal
nyeri 2)
di dada kiri yang 2.7 Berikan
- Pasien mampu
membesar analgesic
mengontrol nyeri
- Q: nyeri seperti tertusuk- sesuai terapi
dengan manajemen
tusuk 2.8 Ajarkan
nyeri non teknik
- R: nyeri terasa di area
farmakologis nonfarmakolo
dada sampai ke lengan
Pasien mampu gis untuk
tangan kiri
menyatakan
- S: skala nyeri 5 mengurangi
nyaman setelah
- T: nyeri berlangsung nyeri berkurang nyeri
terus menerus

DO:
- Pasien nampak meringis
- Terdapat benjolan di
daerah dada kiri yang
membesar dengan
konsitensi padat

Deficit nutrisi b.d kurang  Nutrition status : Manajemen


3. nya asupan makanan food and fluid nutrisi
(D.0019) intake
Ditandai dengan :  Weiht control a. Identifikasi
DS : Setelah dilakukan status nutrisi
- Pasien mengatakan berat tindakankeperawatan b. Monitor
badannya turn sejak selama 3x24 Asupan
menidap penyakit ini jam diharapkan makanan
- Pasien mengatakan nutrisi pasien c. Monitor
nafsu makan menurun terpenuhi berat badan
- Anak pasien Dengan kriteria d. Monitor hasil
mengatakan ibunya hasil : pemeriksaan
selalu tidak - Tidak terjadi laboratorium
menghabiskan penurunan berat
makanannya badan medikasi
DO : - Adanya sebelum
- peningkatan berat atau
- Eritrosit 3,16 10 /µL badan sesudah
(menurun), HB 11,3 - IMT dalam rentang makan
g/Dl(menurun), albumin normal
3,4 g/L (menurun), GDS - Mampu
118 mg/Dl menghabiskanporsi
- Kulit terlihat kering, makannya
rambut rontok berlebih Hasil laboratorium
Diit TKPT( Tinggi Kalori - menunjukan
Tinggi Protein) albumin dalam
rentang normal
(3.5-5.5 g/L),
hemoglobin dalam
rentang normal
(3,12.0-16.0
g/dl)
4. Deficit perawatan diri b.d  Mobility: physical Dukungan
kelemahan (D.0109) Impaired perawatan Diri
Ditandai dengan :  Self care deficit
DS : hygiene 4.1 Monitor
- Pasien mengatakan Setelah dilakukan tingkat
jarang mandi tindakan keperawatan Kemandirian
- Pasien mengatakan di selama 3x24 jam di 4.2 Fasilitasi
RS hanya seka oleh anak harapkan kemampuan kemandirian,
nya pasien dalam merawat bantu
DO : diri meningkat jika tidak mampu
- Pasien Terlihat tidak Dengan kriteria hasil: melakukan
mampu mandi, makan, - Perawatan diri: perawatan diri
dank e toilet sendiri aktivitas kehidupan 4.3 Anjurkan
- Pasien Nampak lemah seharii-hari (ADLs) melakukan
mampu untuk perawatan diri
melakukan secara konsisten
aktivitas perawatan sesuai
fisik dan pribadi kemampuan
secara mandiri atau
dengan alat bantu
5. Gangguan pola tidur b.d  Pain level Dukungan tidur
kurangnya kontrol tidur  Sleep : extent and 5.1 Identifikasi
(D.0055) pattern factor
Ditandai dengan: Setelah dilakukan pengganggu tidur
DS : tindakan keperawatan 5.2 Monitor
- Anak pasien selama 3x24 jam kuantitas, kualitas
mengatakan selama di diharapkan pola tidur tidur pasien dan
RS ibunya hanya tidur pasien efektif perasaan setelah
pukul 05.00-07.00 Dengan kriteria hasil : bangun tidur
- Pasien mengatakan - Jumlah jam tidur 5.3 Modifikasi
sulit tidur saat di RS dalam batas normal lingkungan (mis.
- Pasien mengatakan 6-8 jam/hari kebisingan)
mudah terbangun saat - Perasaaan segar 5.4 Anjurkan
ada orang datang setelah menepati
bangun tidur waktu tidur
DO : Pasien mengetahui Jelaskan
- TD: 110/70 mmHg Pentingnya waktu tidur
pentngnya waktu
yang cukup
- Nadi: 70x/m tidur
RR: 26x/m
DAFTAR PUSTAKA

Desmawati. (2019). Teori Model Konseptual Keperawatan.

Fayzun., F., Muna., A., Y., D. A. R., Novitasari., E., & Baihaqi., I. (2018). Kanker Payudara.

Globocan. (2018). angka kejadian kanker di dunia. https://gco.iarc.fr/

Haryati, F., & Sari, D. N. A. (2019). Hubungan body image dengan kualitas hidup pada pasien kanker
payudara yang menjalankan kemoterapi. Health Sciences and Pharmacy Journal, 3(2), 54.
https://doi.org/10.32504/hspj.v3i2.138

Irawan, E. (2018). Faktor-faktor pelaksanaan SEDARI. Jurnal Keperawatan BSI, 6(1).


https://doi.org/10.31311/.V6I1.3690

Kemenkes RI. (2019). angka kejadiankanker payudara.


https://www.kemkes.go.id/article/view/19020100003/hari-kanker-sedunia- 2019.html

Lodia Kristin. (2017). WOC Kanker Payudara. https://id.scribd.com/document/348608933/WOC-


KANKER-PAYUDARA
No Title. (2012).

Nurarif, amin huda, & Kusuma, H. (2015). cancer mammae.

Nurarif, amin huda, & Kusuma, H. (2018). Cancer Mammae.


http://www.perawatciamik.com/2018/03/laporan-pendahuluan-ca-mamae- nanda-nic.html?view=timeslide

PPNI, T. P. S. D. (2017). No Title.

Putra, S. R. (2015). Buku lengkap kanker.

Riskesdas. (2018). prevelensi kanker di Indonesia.


https://www.kemkes.go.id/resources/download/info-terkini/hasil-riskesdas- 2018.pdf

SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.

Sugeng Laksono. (2018). Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pada Ny E Dengan Karsinoma Mamae
Di Ruang Bougenvile Rsud Kota Yogyakarta. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/id/eprint/2147

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Tim Pokja SLKI DPP
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Tri Winarti. (2019). Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Carsinoma Mammae Di
Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.

Utami, S. S. (2017). ASPEK PSIKOSOSIAL PADA PENDERITA KANKER


PAYUDARA : Pendahuluan Metode. 20(2), 65–74. https://doi.org/10.7454/jki.v20i2.503

WHO. (2019). Angka kejadian ca mamae di dunia. https://www.who.int/news- room/detail/18-12-2019-who-


prequalifies-first-biosimilar-medicine-to- increase-worldwide-access-to-life-saving-breast-cancer-treatment

You might also like