You are on page 1of 27

PERAN KEPEMIMPINAN KH.

AHMAD GHONIM JAUHARI


DALAM INOVASI PENDIDIKAN DI PONDOK PESANTREN
ASSUNNIYYAH AL-JAUHARI KENCONG JEMBER

PROPOSAL TESIS

Diajukan kepada Pascasarjana (S-2) INAIFAS


KENCONG - JEMBER

Oleh :
MUHAMMAD BAHRUL ULA
NIM : 2144990025

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AL-FALAH AS-SUNNIYYAH
KENCONG - JEMBER
2022
A. PERAN KEPEMIMPINAN KH. AHMAD GHONIM JAUHARI
DALAM INOVASI PENDIDIKAN DI PONDOK PESANTREN
ASSUNNIYYAH AL-JAUHARI KENCONG JEMBER
B. KONTEKS PENELITIAN
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan keagamaan islam
yang tumbuh dan berkembang dimasyarakat. Pondok Pesantren adalah
Lembaga tradisional yang dalam bacaan tekhnis berarti tempat yang dihuni
oleh para santri yang mencari ilmu (Depag:2003).
Pondok Pesantren sebagai lembaga tertua saat ini menjadi salah satu
sorotan publik yang juga memiliki karakteristik dalam hal pendidikan, yaitu
pertama: terjalinnya hubungan yang sangat akrab antara kyai dengan santri
dan santri dengan santri. Kedua: Kyai disamping sebagai pemilik pesantren
juga sebagai pengasuh, pendidik, dan orang tua bagi santri dengan otoritas
penuh pesona. Ketiga: pemeliharaan yang sangat kuat terhadap literature-
literatur klasik yang dikenal dengan kitab-kitab kuning.
Pondok Pesantren lahir sebagai perwujudan dari dua keinginan yang
bertemu. Keinginan orang yang menimba ilmu sebagai bekal hidup (santri)
dan keinginan orang yang secara ikhlash mengajarkan ilmu dan
pengalamannya kepada umat (Kyai).
Pendidikan pesantren mempunyai iklim belajar yang kondusif hal ini
didukung oleh kinerja Kyai (sebagai Pemimpin), Ustadz (guru), Santri dan
Wali santri secara sinergis sesuai kapasitas dan kapabilitasnya masing-
masing. Terwujudnya iklim demikian, jelas harus menuntut kinerja Pengasuh
Pondok Pesantren sedemikian rupa sehingga dapat mengembangkan
kepemimpinan pendidikan dan pendekatan-pendekatan yang dapat
merangsang motivasi guru dan santri untuk bekerja secara sungguh-sungguh.
Kinerja atau Kepemimpian Kyai menjadi ujung tombak dari Pondok
Pesantren. Sebagai pemimpin berfungsi untuk memastikan seluruh tugas dan
kewajiban dilaksanakan didalam suatu lembaga pendidikan. Sebagaimana
dijelaskan oleh Rivai dan Arvian (2009:106) yang mengutip pendapat James
M. Black bahwa Leadershipis capability of persuading others to work
together undertheir direction as a team to accomplish designated objectives
(Kepemimpinan adalah kemampuan meyakinkan orang lain supaya bekerja
sama di bawah pimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai atau
melakukan suatu tujuan tertentu). Dengan demikian seorang pemimpin adalah
seseorang yang unik dan tidak diwariskan secara otomatis. Akan tetapi, untuk
menjadi pemimpin haruslah memiliki karakteristik tertentu yang timbul pada
situasi-situasi yang berbeda.
Selain sebagai ulama’, dalam pondok pesantren kyai juga berperan
sebagai Pemimpin organisasi pendidikan. Sehingga menurut Raharjo (1975)
yang dikutip oleh Imron Arifin dalam Tesisnya
“dalam pesantren kyai memiliki otoritas, wewenang yang menentukan
semua aspek kegiatan pendidikan dan kehidupan agama atas tanggung
jawabnya sendiri”.
Di samping itu, pemimpin pendidikan masih dituntut memiliki
sejumlah kemampuan khusus. Kemampuan tersebut berbeda secara relative
dengan kemampuan yang harus dimiliki oleh pemimpin organisasi sosial
lainnya, apalagi organisasi komersial. Kemampuan yang harus dimiliki oleh
pemimpin pendidikan antara lain membangkitkan inspirasi guru, menciptakan
kerja sama antar guru, menciptakan kerjasama antar staf, mengembangkan
program supervise, mengelola kegiatan pembelajaran, mengatur program
pengembangan dan melaksnakan kegiatan lain yang erat kaitannya dengan
pencapaian tujuan pendidikan. Kemampuan mengorganisir dan membantu
staf, mengembangkan dan memupuk rasa percaya diri (self confidence),
membangkitkan sikap kesejawatan (esprit de corps), memberi bimbingan serta
tuntunan untuk mencapai tujuan pendidikan yang efektif dan efisien adalah
kebutuhan sangat mendesak bagi pemimpin pendidikan.
Pemikiran-pemikiran diatas itulah yang mendasari perlunya dikaji
tentang tata laksana Inovasi pendidikan pondok pesantren dibawah
kepemimpinan kyai untuk mengetahui dan meningkatkan kualitas manajemen
kepesantrenan. Sehingga lembaga pendidikan islam dapat dilihat
mutu/kualitas pendidikan dengan mencetak generasi yang handal dan
kompetitif dalam kehidupan bermasyarakat.
C. Fokus penelitian
Adapun fokus dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana peran KH. Ahmad Ghonim Jauhari dalam inovasi
pendidikan di Pondok Pesantren Assunniyyah Al-Jauhari Kencong
Jember ?
2. Bagaimana strategi KH. Ahmad Ghonim Jauhari dalam inovasi
pendidikan di Pondok Pesantren Assunniyyah Al-Jauhari Kencong
Jember ?
3. Bidang apa saja yang dikumpulkan oleh KH. Ahmad Ghonim Jauhari
dalam inovasi pendidikan di Pondok Pesantren Assunniyyah Al-Jauhari
Kencong Jember ?
D. Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah
1. Mengkaji dan mendeskripsikan peraan KH. Ahmad Ghonim Jauhari
dalam inovasi pendidikan di Pondok Pesantren Assunniyyah Al-Jauhari
Kencong Jember
2. Mengkaji dan mendeskripsikan strategi KH. Ahmad Ghonim Jauhari
dalam inovasi pendidikan di Pondok Pesantren Assunniyyah Al-Jauhari
Kencong Jember
3. Mengkaji dan mendeskripsikan bidang apa saja yang di kumpulkan KH.
Ahmad Ghonim Jauhari dalam inovasi pendidikan di Pondok Pesantren
Assunniyyah Al-Jauhari Kencong Jember
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan atau
manfaat sebagai berikut :
1. Secara teoristis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran terhadap pengembangan pendidikan Islam.
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
kepada pihak-pihak tertentu, antara lain :
a. Bagi Peneliti, Sebagai sarana untuk menambah pengetahuan dan
memperluas wawasan tentang kependidikan, khususnya tentang
seputar inovasi pendidikan dalam kepemimpinan kyai.
b. Bagi IAIN jember, sebagai pustaka dan sumber informasi untuk
penelitian sejenis.
c. Bagi Lembaga Pendidikan, menjadi bahan pertimbangan dan masukan
untuk menyusun inovasi pendidikan demi meningkatkan mutu
pendidikan secara berkelanjutan.
F. Definisi istilah
Judul penelitian ini tersusun dari beberapa istilah yang pengertiannya
perlu dipaparkan untuk dijadikan kata kunci dalam pembahasan lebih lanjut.
Untuk itu dalam penelitian ini muncul beberapa kata kunci diantaranya:
1. Kepemimpinan kyai adalah segala bentuk sumber daya yang dikeluarkan
oleh orang tua untuk membiayai putra- putrinya yang sedang
melaksanakan pendidikan.
2. inovasi adalah keterlibatan mentaldan emosional
individudalamsituasikelompokyang mendorongnya memberisumbangan
terhadap tujuan kelompok serta membagitanggung jawabbersama mereka.
3. Orang tua asuh adalah orang yg membiayai seorang anak yang bukan
anaknya sendiri atas dasar kemanusiaan.
G. Kajian Pustaka
1. Penelitian Terdahulu
1. Penelitian yang berjudul “Kepemimpinan Kyai Dalam Pembaruan
Pondok Pesantren (Studi Multi Situs Di Pondok Pesantren Lirboyo dan
Pondok Pesantren Al Falah Kediri )” Oleh Winarto (2015) Mahasiswa
IAIN Tulung Agung, Fokus penelitian ini adalah :
a. Bagaimana gaya kepemimpinan Pondok Pesantren Lirboyo dan
Pondok Pesantren Al Falah Kediri ?
b. Bagaimana Periodesasi kepemimpinan Pondok Pesantren Lirboyo
dan Pondok Pesantren Al Falah Kediri ?.
2. Penelitian yang berjudul “Pembaharuan Pendidikan Islam Pondok
Modern Darus Salam Gontor Ponorogo” oleh M. Faidlunniam.
Mahasiswa Institut Studi Islam Darussalam Gontor Ponorogo, Fokus
penelitian ini adalah :
a. Bagaimana pembaruan pendidikan islam yang dikembangkan
pondok modern Darus Salam Gontor Ponorogo?
b. Bagaimana relevansi pembaharuan pendidikan islam pondok
modern Darus Salam Gontor Ponorogo ?
3. Penelitian yang berjudul “Pelaksanaan program asrama pendidikan
khusus (pk) sebagai inovasi pendidikan pondok pesantren Assunniyyah
Al-Jauhari kencong jember” oleh Syamsul huda Mahasiswa IAI Al-
Khoziny buduran Sidoarjo, focus penelitian adalah :
a. Bagaimana pelaksanaan inovasi pembelajaran dalam program
Pendidikan Khusus (PK) Pondok Pesantren Assunniyyah Al-Jauhari
Kencong Jember ?
b. Bagaimana pelaksanaan inovasi sumber daya manusia dalam
program Pendidikan Khusus (PK) Pondok Pesantren Assunniyyah
Al-Jauhari Kencong Jember?
c. Bagaimana pelaksanaan inovasi sarana prasarana dalam program
Pendidikan Khusus (PK) Pondok Pesantren Assunniyyah Al-Jauhari
Kencong Jember?
4. Penelitian yang berjudul “Manajemen Pesantren Melalui Pola Inovasi
(Studi Kasus Program Pesantren di Pondok Pesantren Al-Husna
Kajeksan Kudus)” Oleh Nur Halimah 2017 Mahasiswa STAIN Kudus,
Fokus penelitian ini adalah :
a. Program-program inovasi apa yang dilakukan dalam manajemen
pesantren di Pondok Pesantren Al-Husna Kajeksan Kudus?
b. Bagaimana proses pelaksanaan manajemen pesantren pada
program inovasi pesantren di Pondok Pesantren Al-Husna Kajeksan
Kudus?
Kesimpulan penelitian tersebut adalah Manajemen Pesantren Melalui Pola

Inovasi di Ponpes Al-Husna Kajeksan Kudus sesuai teori manajemen yakni

perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan dan evaluasi.

5. Penelitian yang berjudul “Inovasi Pembelajaran Di Pesantren:


Pengembangan Pembelajaran bahasa Inggris” oleh Mohammad Muchlis
Solichin. Dosen STAIN Pamekasan. Fokus penelitian ini adalah :
a. Apakah landasan berpikir pengasuh dalam mengembangkan

pembelajaran bahasa Inggris di Pondok Pesantren Puncak Darus

Salam Potoan Daja, Palengaan Pamekasan?

b. Bagaimana pengembangan pembelajaran bahasa Inggris di

Ponpes Puncak Darus Salam Potoan Daja, Palengaan

Pamekasan?
c. Apa saja kendala pengembangan pembelajaran bahasa Inggris di

Pondok Pesantren Puncak Darus Salam Potoan Daja, Palengaan

Pamekasan?

Kesimpulan penelitian tersebut adalah bahwa landasan pemikiran

pengembangan pembelajaran Bahasa Inggris adalah supaya santri lebih

mudah menyampaikan dakwahnya jika ia menguasai berbagai Bahasa,

prosesnya adalah dengan mendirikan lembaga khusus dibawah naungan

pondok pesantren tersebut. Proses dijalani dengan berbagai kendala baik

internal maupun eksternal.

Nama peneliti,
Orisinilitas
No tahun, judul Persamaan Perbedaan
Penelitian
penelitian
1 Winarto 2015 Kepemimpinan kyai Penelitian ini
Kepemimpinan dalam pndok fokus kepada
Kyai Dalam pesantren pembaruan
Pembaruan Pondok yang terjadi
Pesantren (Studi pondok
Multi Situs Di pesantren al-
Pondok Pesantren Falah Kediri
Lirboyo dan
Pondok Pesantren
Al Falah Kediri )”
2. M. Faidlunniam, Pendidikan dan Peneliti fokus
Pembaharuan inovasi dalam
Pendidikan Islam kepemimpinan
Pondok Modern sedangkan
Darus Salam sedangkan
Gontor Ponorogo peneliti ini
dalam
pembaharuan
3. Nur Halimah 2017 Inovasi dan pondk Peneliti ini
Manajemen pesantren fokus nya
Pesantren Melalui dalam segi
Pola Inovasi (Studi manajemen
Kasus Program
Pesantren di
Pondok Pesantren
Al-Husna Kajeksan
Kudus)
4. Mohammad Inovasi dan pondok Peneliti fokus
Muchlis Solichin pesantren dalam
Inovasi kepemimpinan
Pembelajaran Di
Pesantren:
Pengembangan
Pembelajaran
bahasa Inggris

Maka perbedaan hasil penelitian di atas dengan penelitian yang


akan dilakukan oleh peneliti yang berjudul “Kepemimpinan KH. Ahmad
Ghonim Jauhari Dalam Inovasi Pendidikan Di Pondok Pesantren
Assunniyyah Al-Jauhari Kencong Jember”, penelitian ini lebih memfokuskan
pada aspek kepemimpinan KH. Ahmad Ghonim Jauhari dalam inovasi
pendidikan yang
ada di Pondok Pesantren Assunniyyah Al-Jauhari Kecamatan Kencong
Kabupaten Jember.

2. Kajian Teori
1. Kepemimpinan Kyai
Menurut Rivai,2009 bahwa Kepemimpinan bukan sesuatu yang
istimewa, tetapi tanggung jawab, ia bukan fasilitas tetapi pengorbanan,
juga bukan untuk berleha-leha tetapi kerja keras. Ia juga bukan
kesewenang-wenangan bertindak tetapi kewenangan melayani.
Kepemimpinan adalah berbuat dan kepeloporan bertindak. Sehingga
kepemimpinan tidak serta merta terjadi apalagi dalam mengasuh pondok
pesantren. Selain berasal dari nasab/keturunan kepemimpinan dalam
pondok pesantren juga didukung dengan pendidikan yang sudah
disiapkan sejak dini sebagai cikal bakal pengganti kepemimpinan sang
kyai tersebut. Seperti yang telah dikisahkan dalam surat Al-Baqarah
ayat 124:

‫رُّب ٰ ت َف َا ت ن ۗ ل ا جاعل لنَّا س اِ ما ۗ َقال‬ ٰٓ


‫واِ ِذ ا ْبتَ ٰ لى اِ ْب ٰر ٖه َم‬
‫َما‬ ‫ك‬ ‫َّمه قَا ِن’ي‬ ‫ٗه ب م‬
‫ك‬
‫ِل‬
‫ع ه ظ ِ ل ِ م ْي ن‬ ‫َل‬ ۗ ‫و ِم ن ذ ي‬
‫ِدى ال‬ ‫َي َنال‬ ‫ِ’ ريَّ ِت قَال‬
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan
beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim
menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya aku akan
menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan
saya mohon juga) dari keturunanku". Allah berfirman: "Janji-Ku (ini)
tidak mengenai orang yang zalim".
Oleh sebab itu, keturunan kyai tidak lepas dari kekharismatikan
sang orang tua. Karena yang mereka inginkan keturunannya mampu
menggantikan sosoknya baik sebagai pemimpin pondok pesantren dan
juga sebagai pemimpin umat.
Dan pengertian paling luas di Indonesia, sebutan kyai
dimaksudkan untuk para pendiri dan pemimpin pesantren, yang sebagai
muslim terpelajar dan membaktiikan hidupnya untuk Allah serta
menyebarluaskan dan memperdalam ajaran-ajaran dan pandangan Islam
melalui kegiatan pendidikan (Ziemek, 1986; Poerwodarminto, 1976;
Geertz, 1981; Koentjaraningrat, 1984; Hirokoshi, 1987; Arifin, 1993:13-
14).
2. Inovasi Kurikulum
Kurikulum sering dimaknai sebagai seperangkat mata pelajaran yang
harus ditempuh peserta didik untuk memperoleh ijazah. Pandangan demikian
berimplikasi pada kegiatan pembelajaran disekolah/madrasah lebih mengacu
kepada ketuntasan materi. Sehingga menyebabkan output yang dihasilkan
lebih menitik beratkan kepada kemampuan kognitif peserta didik. Tugas
utama sekolah, madarasah, dan pesantren adalah melaksanakan proses belajar
mengajar sesuai kurikulum yang berlaku. Artinya, salah satu kegiatan inti
yang berhubungan langsung dengan kebut uhan pembinaan potensi pelajar
adalah pelaksanaan kegiatan mengajar sebagaipenciptaan kondisi yang
mendukung para pelajar untuk melaksanaan kegiatan belajar berdasarkan
kurikulum pendidikan. Disini dipahamai bahwa kurikulum
pendiddikan(Sekolah, Madrasah, dan Pesantren) adalah keseluruhan program
yang diberikan kepada pelajar baik didalam kelas maupun diluar kelas dalam
pengelolaan dan tanggung jawab Lembaga Pendidikan Islam sehingga pelajar
memperoleh Ijazah tertentu.
a. Kurikulum Pesantren
Kurikulum dalam pesantren adalah sangat bervariasi, dengan
pengertian satu pesantren berbeda dengan pesantren yang lain. Kurikulum
yang digunakan lebih ditekankan kepada segi fungsionil sehingga dengan
demikian dapat dicapai tingkat relevansi yang tinggi antara pembinaan
selama pendidikan dengan kebutuhan penggunaan dalam masyarakat.
Sorotan tajam pada kurikulum tidak terlepas dari asumsi bahwa kurikulum
merupakan domain inti dalam setiap proses belajar mengajar. Lebih dari
itu, kurikulum diyakini sangat menentukan terhadap corak output
pendidikan suatu negara. Maka dalam membentuk pesantren sebagai
lembaga pendidikan ideal, tentu saja ia harus mengahdapi dan
menuntaskan beragam persoalan yang saat ini sedang menantang atau
bahkan mengancamnya. Di sadari atau tidak, gempuran modernisasi
dengan segala dampaknya membuat pesantren agak kelimpungan dalam
menghadapi ragam masalah.
b. Kurikulum Madrasah
Menurut Syafaruddin kurikulum pendidikan(sekolah, madrasah dan
pesantren) adalah keseluruhan program yang diberikan kepada pelajar
baik didalam kelas maupun diluar kelas dalam pengelolaan dan tanggung
jawab lembaga pendidikan Islam sehingga pelajar memperoleh
memperoleh ijazah tertentu. Sehingga menurut mujamil pengembangan
kurikulum dapat dilaksanakan pada berbagai tingkat, mulai dari tingkat
kelassampai tingkat nasiional. Urutan tingkat tersebut dapat dipaparkan
sebagai berikut :
1) Pengembangan kurikulum pada tingkat guru kelas
2) Pengembangan kurikulum pada tingkat kelompok guru dalam suatu
sekolah
3) Pengembangan kurikulum pada tingkat pusat guru (teachers center)
4) Pengembangan kurikulum pada tingkat daerah
5) Pengembangan kurikulum pada tingkat nasional.
3. Inovasi Sumber Daya Manusia
Peran penting dalam proses pelaksanaan pembangunan social disektor
pendidikan secara khusus tidaklah senantiasa berada pada titik konstan, tetapi
juga mengalami dinamika. Seperti contoh, ketika pesantren masih menjadi
satu-satunya kiblat pendidikan, peran lembaga pendidikan dan kyai sebagai
figuran tokoh informalnya memiliki posisi dan peran yang sangat strategis.
Tetapi ketika dunia pendidikan semakin dipenuhi oleh lembaga-lembaga
pendidikan modern yang menawarkan keunggulan sistem pendidikan,
kurikulum yang terprogram secara sistematis, SDM tenaga pengajar yang
handal, dan pengelolaan yang professional, semakin menggeser keberadaan
pesantren. Berbicara mengenai SDM, sebenarnya dapat dilihat dari kedua
aspek, yaitu kualitas dan kuantitas.
a. Kuantitas
Kuantitas menyangkut jumlah SDM yang umumnya dianggap kurang
penting kontribusinya terhadap pembangunan masyarakat, dibandingkan
aspek kualitas. Bahkan kuantitas SDM tanpa disertai kualitas yang baik,
akan menjadi beban pembangunan itu sendiri.
b. Kualitas
Sedangkan kualitas menyangkut mutu SDM, yang berkaitan dengan
kemampuan, baik kualitas fisik maupun kualitas non-fisik(kecerdasan dan
mental). Karena itu, untuk kepentingan pembangunan, maka kualitas
SDM merupakan prasyarat utama. Karena kualitas SDM menyangkut dua
aspek, aspek kualitas fisik dan aspek kualitas non-fisik, yang meliputi
kemampuan bekerja, berfikir, dan berbagai macam ketrampilan, maka
upaya peningkatan SDM juga diarahkan pada dua aspek penting tersebut.
Untuk peningkatn kualitas fisik dapat diupayakan lewat program dan
kesehatan dan gizi. Sedangkan untuk peningkatan kualitas atau
kemampuan non-fisik, maka upaya yangdiperlukan adalah pendidikan dan
pelatihan.
4. Inovasi Sarana Pendidikan
Meurut Mujamil, 2007. Sarana Pendidikan adalah peralatan dan
perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dalam proses belajar-
mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi, serta media pengajaran.
Dalam hal ini peneliti hanya mengambil 2 dari beberapa pendapat diatas,
diantanya : Gedung dan Media.
a. Gedung
Secara bahasa Gedung berarti bangunan tembok dsb yang berukuran
besar sebagai tempat kegiatan, seperti perkantoran, pertemuan,
perniagaan, pertunjukkan, olahraga, dan sebagainya. Sedangkan Gedung
yang dimaksud disini adalah tempat belajar mengajar/ tempat menuntut
ilmu bagi para santri.
b. Media
Kata Media berasal dari bahasa latin Medius yang secara Harfiah
berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab, media
adalah perantara ( ‫ ﻮﺴﺎ‬J‫ ) ﺌﻞ‬atau pengantar pesan dari pengirim kepada
penerima pesan. Gerlach & Ely (1971) mengatakan bahwa nedia adalah
manusia, materi, atau kejadian yang mebangun kondisi yang membuat
siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan, atau sikap.
Pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan
sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap,
memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
Kesimpulannya, media adalah alat yang menyampaikan atau
menghantarkan pesan-pesan pembelajaran.

H. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bertujuan
untuk memahami (understanding) makna perilaku, simbol-simbol dan
fenomena-fenomena.1 Pendekatan kualitatif merupakan penelitian
kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan
memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang
dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan.2
Alasan menggunakan penelitian kualitatif yaitu untuk memahami
makna di balik data yang tampak. Gejala sosial sering tidak bisa difahami
berdasarkan apa yang diucapkan dan dilakukan orang. Setiap ucapan dan
tindakan orang sering mempunyai makna tertentu. Metode kualitatif dapat
digunakan untuk mengembangkan teori yang dibangun melalui data yang
diperoleh melalui lapangan. Sehingga nantinya, peneliti akan
mendeskripsikan dan menerangkan peristiwa yang dialami subjek
penelitian tentang aktifitas sekolah dengan menggunakan strategi
manajemen pembiayaan orang tua asuh.
Adapun jenis penelitian ini menggunakan kualitatif fenomenologis
(fenomena dan kenyataan). Dimana penelitian ini akan difokuskan untuk
memahami, menggali, dan menafsirkan arti dari peristiwa-peristiwa,
fenomena-fenomena dan hubungan dengan orang- orang yang ada dalam
situasi tertentu.3
Alasan menggunakan fenomenologi karena dalam penelitian ini,
peneliti menggali suatu fenomena tertentu (kasus) dalam suatu waktu dan
kegiatan (program, even, proses, institusi atau kelompok sosial) serta
mengumpulkan informasi secara terinci dan mendalam dengan

1
John Creswell, Research Design(Qualilative, Quantitative And Mixed Methods Approaches)
diterjemah Oleh Ahmad Fawaid (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), 19.
2
C.R. Bogdan & S.J. Taylor.Introduction in qualitative research methods.(New York: John Wiley &
Son INC. 1993), 54.
3
Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: GP.Press. 2009) 51
menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data selama periode
tertentu.
Jika ditinjau dari objek penelitian, baik lokasi maupun sumber
data penelitian, maka penelitian ini dikategorikan penelitian lapangan
(field reserach), dengan berlandaskan pada analisis deskriptif.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini di Pondok Pesantren Assunniyyah Al-Jauhari
Kencong Jember.. Pemilihan lokasi ini dengan pertimbangan Pondok
Pesantren Assunniyyah Al-Jauhari Kencong Jember merupakan salah satu
pondok pesantren yang tetap mempertahankan dunia kesalafannya dan
memadukan dengan pelajaran formal sehingga masih mampu bertahan
dikala pondok pondok lain di wilayah jember khususnya harus gulung
tikar karena tidak mau berinovasi dengan melakukan penambahan formal.
3. Kehadiran Peneliti
Di dalam penelitian kualitatif, kehadiran seorang peneliti di objek
penelitian merupakan suatu kewajiban, karena bagaimanapun seorang
peneliti akan mengamati berbagai aktifitas, serta mencari sejumlah data,
baik berasal dari hasil wawancara, dokumen lembaga, dan sejumlah
referensi pendukung, sesuai dengan fokus dan tujuan penelitian.
Saat melakukan aktifitas penelitian serta penyusunan tesis sesuai
pokok bahasan judul penelitian, kehadiran peneliti di Pondok Pesantren
Assunniyyah Al-Jauhari Kencong Jember berperan sebagai instrumen
kunci untuk mengumpulkan sejumlah data yang berkaitan dengan fokus
penelitian.
Peneliti dituntut untuk berfikir kritis, dan menggunakan seluruh
indra dengan baik, agar dapat menggali data, kemudian mengamati
keadaan sekitar lokasi dengan maksimal. Peneliti akan berperan sebagai
perencana, pelaksana, pengumpul, penganalisis, penafsir data, dan
akhirnya dapat merumuskannya dalam bentuk hasil penelitian, yang
tentunya dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
Dalam penelitian ini, peneliti hadir secara langsung Pondok
Pesantren Assunniyyah Al-Jauhari Kencong Jember dengan membawa
segenap peralatan yang dibutuhkan dalam proses penelitian.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh oleh peneliti antara lain:
a. Kegiatan awal sebelum memasuki lapangan, peneliti melakukan
observasi awal agar memperoleh gambaran umum tentang model
kepemimpinan Kyai Ahmad Ghonim Jauharidan inovasi yang
dilakukan di Pondok Pesantren Assunniyyah Al-Jauhari Kencong
Jember
b. Setelah memperoleh gambaran umum tentang objek penelitian,
peneliti kemudian menyusun rancangan penelitian yang bertujuan
untuk dijadikan acuan selama proses penelitian. Rancangan tersebut
kemudian diajukan kepada ketua program studi MPI kemudian
dipresentasikan kepada dosen penguji.
c. Langkah selanjutnya, peneliti meminta ijin sekaligus menyampaikan
maksud dan tujuan penelitian kepada Kyai Ahmad Ghonim
Jauharidan kepada Pengurus pondok di Pondok Pesantren
Assunniyyah Al-Jauhari Kencong Jember
d. Setelah berkoordinasi dan mendapatkan ijin dari Kyai Achmad Sadid
Djauhari, peneliti kemudian berkoordinasi dengan pihak-pihak yang
diteliti, yakni pengurus, dewan asatidz dan keluarga ndalem
e. Kegiatan selanjutnya, peneliti melakukan observasi secara langsung
di Pondok Pesantren Assunniyyah Al-Jauhari Kencong Jember serta
melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang telah ditetapkan
sebagai informan untuk mengetahui model kepemimpinan Kyai
Ahmad Ghonim Jauharidan inovasi yang dilakukan di Pondok
Pesantren Assunniyyah Al-Jauhari Kencong Jember
f. Selain melakukan observasi dan wawancara, peneliti juga meminta
dokumentasi yang dibutuhkan dari pihak-pihak yang berhubungan
dengan model kepemimpinan Kyai Ahmad Ghonim Jauharidan
inovasi yang dilakukan di Pondok Pesantren Assunniyyah Al-Jauhari
Kencong Jember
g. Setelah data tersebut diperoleh, peneliti kemudian mengelola data
untuk kemudian dijadikan laporan penelitian, serta dijadikan sebagai
masukan atau pertimbangan bagi lembaga tersebut.
4. Subjek Penelitian
Subjek Penelitian Menurut Sugiyono, merupakan suatu atribut
atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai
variabel tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan.4
Penentuansubjek penelitian dalam penelitian ini menggunakan
cara purposive yaitu pemilihan subjek untuk mencapai tujuan tertentu.
Purposive adalah teknik pengambilan sumber data dengan pertimbangan
tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang benar-
benar mengetahui (diduga kuat, dan diyakini menguasai keadaan dan
gejala-gejala yang diteliti).5
Subjek penelitian ini ditentukan berdasarkan orang yang benar-
benar paling tahu tentang informasi yang dibutuhkan peneliti. Adapun
subjek dalam penelitian adalah:
a. Pengasuh Pondok : KH. Ahmad Ghonim Jauhari
b. Pengurus Pondok : Nur Hadi
c. Pengurus Mahad Aly : ust, Zaini Mpd
d. Ustadz pondok : Zainul Arif, Bahrul munam dll.

4
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung: Alfabeta), 39.
5
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2012) 300.
5. Sumber Data
Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan dua sumber,
yakni sumber primer dan sekunder. Sumber data primer dalam penelitian
ini adalah wawancara dan data yang berasal dari Kyai Achmad Sadid
Djauhari, pengurus Pondok pesantren, Kepala Sekolah Ma Assunniyyah
Al-Jauhari dan guru, bendahara, stake holder, yang berkenaan erat dengan
judul yang akan diteliti.
Sedangkan untuk sumber data sekunder dari penelitian ini adalah
berasal dari dokumen tertulis di Pondok Pesantren Assunniyyah Al-
Jauhari Kencong Jember maupun dari berbagai referensi pendukung,
seperti buku ilmiah, artikel, jurnal ilmiah, dan koran.
6. Prosedur Pengumpulan Data
a. Wawancara
Wawancara adalah alat untuk mengumpulkan informasi dengan
cara mengajukan pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan
juga.6 Wawancara dalam penelitian ini menggunakan instrument
pedoman wawancara yang berisi kerangka pertanyaan untuk
memperoleh data utama. Data wawancara ini digunakan sebagai
pembanding dan penguat dari observasi yang telah dilakukan selama
proses pembelajaran berlangsung.
Wawancara dilakukan untuk memperoleh data tentang model
manajemen pembiayaanpendidikan orang tua asuh di SMA Nahdlatul
Ulama 01 Kabupaten Bondowoso. Adapun data-data yang diperoleh
dari hasil wawancara antara lain:
1. Bentuk partisipasi pembiyaan pendidikan dari orang tua asuh,
termasuk di dalamnya bagaimana mekanisme penarikan serta
penyaluran biaya pendidikannya tersebut.

6
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta, Rineka Cipta, 2005) 165.
2. Bentuk pengelolaan pembiayaan pendidikan dari orang tua asuh,
dimana dalam proses wawancara akan digali apakah pembiayaan
dari orang tua asuh diberikan dalam bentuk uang atau barang
kepada peserta didik.
3. Bentuk pelaporan pembiayaan pendidikan yang disusun oleh
sekolah, khususnya pembiayaan pendidikan yang berasal dari
orang tua asuh.
b. Observasi
1. Observasi merupakan suatu cara yang digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian, dapat pula diartikan sebagai
pengamatan dan pencatatan terhadap gejala yang tampak pada
obyek penelitian.7 Observasi yang dilakukan dalam penelitian
ini dilakukan dalam tiga tahapan yakni, observasi pra-penelitian,
saat penelitian, dan pasca penelitian yang bertujuan untuk
mengamati secara mendalam bagaimana model kepemimpinan
Kyai Ahmad Ghonim Jauharidan inovasi yang dilakukan di
Pondok Pesantren Assunniyyah Al-Jauhari Kencong Jember
Adapun data-data yang diperoleh dari hasil observasi antara
lain:
1. Mengamati bagaimana peran KH.Ahmad Ghonim Jauhari
dalam memimpin Pondok Pesantren Assunniyyah Al-Jauhari
Kencong. Sehingga akan terlihat, bagaimana proses interaksi
dan cara memimpin KH, Ahmad Ghonim Jauhari di pondok
Pesantren Assunniyyah Al-Jauhari Kencong Jember.
2. Melihat bagaimana kepemimpinan dan cara belajar dan
penerapan kurikulum yang dilakukan sebelum
kepemimpinan Kyai Ahmad Ghonim Jauhari.

7
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2000) 158
3. Melihat model kepemimpinan dan inovasi yang dilakukan
pada masa kepemimpinan Kyai Ahmad Ghonim Jauhari.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui
peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku
tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum, dan lain-lain yang
berhubungan dengan masalah penelitian.8Adapun data yang dapat
diperoleh dengan cara dokumentasi antara lain: dokumen yang
berhubungan dengan model bagaimana model kepemimpinan Kyai
Ahmad Ghonim Jauharidan inovasi yang dilakukan di Pondok
Pesantren Assunniyyah Al-Jauhari Kencong Jember.
7. Tehnik Analisis Data
Analisis data dapat didefinisikan sebagai proses penelaahan,
pengurutan dan pengelompokan data, dengan tujuan untuk menyusun
hipotesis kerja dan mengangkatnya menjadi kesimpulan atau teori sbagai
hasil temuan penelitian.
Kegiatan ini bermaksud untuk mengkaji dan memperdalam
pemahaman tentang fokus penelitian, baik dari hasil observasi,
wawancara maupun dokumentasi. Dari sini diharapkan dapat
menghasilkan suatu kesimpulan yang benar, credible dan dapat
dipertanggung jawabkan.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis
kualitatif guna menganalisis data kualitatif yang wujudnya dinyatakan
dalam bentuk uraian deskriptif (bukan menggunakan angka) aktifitas
dalam analis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerus sampai tuntas.

8
S.Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif (Bandung: PT. Tarsito Bandung, 2003) 74.
Tekhnik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
model analisis interaktif Miles dan Huberman, yakni proses analisis data
meliputi data collection, data condensation, data display, and data
verifiying.9 Adapun proses analisis data ini antara lain:
1. Data Collection (Pengumpulan Data)
Pengumpulan data meliputi semua data yang dibutuhkan dalam
penelitian terkait dengan fokus masalah yang diteliti antara lain: profil
sekolah, pengelolaan pembelajaran, pengelolaan siswa, serta
pengelolaan sarana prasarana di lembaga yang diteliti.
Setelah data tersebut kami peroleh, maka data tersebut kami tulis di
dalam penelitian ini. Data tersebut menjadi pendukung dalam
penelitian ini, sebab tanpa data dari sekolah maka tidak akan
didapatkan data yang valid di dalam penelitian ini.
2. Data Condensation (Pengembunan Data)
Miles, Hubberman dan Saldana mengemukakan:
“Data condensation refers to the process of selecting, focusing,
simplifying, abstracting, and/or transforming the data that appear in
the full corpus (body) of written-up field notes, interview transcripts,
documents, and other empirical materials.10
Kondensasi data adalah proses menyeleksi, memfokuskan,
menyederhanakan, mengabstraksi, dan mengubah catatan lapangan,
transkrip wawancara, dokumen, dan materi (temuan) empirik lainnya.
Kondensasi (pengembunan) data berarti mengubah data yang
sebelumnya menguap menjadi lebih padat (air). Letak perbedaan
antara Reduksi dengan Kondensasi terletak pada cara penyederhanaan
data. Reduksi cenderung memilah kemudian memilih, sedangkan

9
Miles and Hubberman, Qualitative Data Analysis (United State of Amerika: Arizona State University,
2014), 8-10..
10
Miles and Hubberman, Qualitative Data Analysis...., 8.
kondensasi menyesuaikan seluruh data yang dijaring tanpa harus
memilah (mengurangi) data. Inti dari kondensasi data adalah mencari
data inti tanpa harus mengurangi atau mereduksi data yang diperoleh
dalam penelitian.
Adapun dalam proses kondensasi data, peneliti telah
melakukan proses penyederhanaan data dengan memilah mana data
yang penting untuk kemudian ditampilkan di dalam penelitian ini.
3. Data Display (Sajian Data)
Sajian data adalah suatu rangkaian pengelompokan informasi
yang memungkinkan membuat kesimpulan dari penelitian. Penyajian
data dimaksudkan untuk menemukan gambaran-gambaran yang
bermakna serta memberikan kemungkinan adanya penarikan simpulan
serta memberikan tindakan. 11
Dalam proses ini peneliti telah menampilkan sejumlah data yang
dinilai penting, dan memiliki daya dukung terhadap penelitian yang
diangkat.
4. Data Verifiying (Simpulan Data)
Apabila tahap kondensasi dan penyajian data telah dilakukan,
maka langkah terakhir yang dilakukan adalah mengambil kesimpulan.
Pengambilan kesimpulan merupakan suatu proses dimana
menginterprestasikan data dari awal pengumpulan disertai pembuatan
pola dan uraian atau penjelasan. Pengambilan kesimpulan merupakan
bukti terhadap penelitian yang telah dilakukan.
8. Keabsahan Data
Uji keabsahan data pada dasarnya merupakan bagian yang sangat
penting dan tidak terpidahkan dalam penelitian kualitatif. Data yang telah
berhasil digali, dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan penelitian harus

11
Miles and Hubberman, Qualitative Data Analysis...., 8.
diusahakan kemantapan dan kebenarannya. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan trianggulasi sumber dan trianggulasi metode.
Trianggulasi merupakan cara yang paling umum digunakan
sebagai peningkatan keabsahan data dalam penelitian kualitatif. Dalam
kaitan ini peneliti menggunakan pendekatan trianggulasi sumber. Cara ini
mengarahkan peneliti agar dalam pengumpulan data wajib menggunaka
beragam sumber data yang tersedia. Artinya, data yang sama atau sejenis,
akan lebih mantab dan kredibel apabila digali dari beberapa sumberdata
yang berbeda. Misalnya dengan membandingkan data dari beberapa
informan dalam proses wawancara mengenai suatu bahasan, tetapi dalam
ruang lingkup yang sama.
Triangulasi sumber adalah membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan
alat yang berbeda, yang artinya membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informan yang diperoleh dengan informasi
yang berasal dari sumber lain.
Sedangkan Trianggulasi metode digunakan untuk
membandingkan hasil wawancara antara beberapa informan, kemudian
peneliti juga membandingkan data hasil wawancara dengan hasil
observasi, Selanjutnya membandingkan data hasil wawancara dan hasil
observasi dengan isi dokumen.
9. Tahap- tahap penelitian
Dalam proses pelaksanaan penelitian, peneliti akan menguraikan
tiga tahap penelitian kualitatif, yakni pertama, tahap persiapan atau
orientasi, kedua tahap eksplorasi dan ketiga tahap pengecekan hasil/
temuan penelitian.
Pada tahap persiapan, peneliti melakukan observasi ke lokasi
penelitian untuk mendapatkan data tentang gambaran umum secara tepat
pada latar penelitian. Setelah itu, peneliti akan melangkah pada tahap
penelitian di lapangan. Dan terakhir, peneliti akan memeriksa sejumlah
temuan untuk kemudian ditulis dalam laporan akhir hasil penelitian.
10. Sistematika penulisan
Sistematika penulisan berisi tentang deskripsi alur pembahasan
tesis yang dimulai dari pendahuluan hingga penutup. Adapun sistematika
penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bab Pertama, menjelaskan pengetahuan umum tentang arah
penelitian yang akan dilakukan. Memuat konteks penelitian, fokus
penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah dan
sistematika penulisan.
Bab Kedua, berisi kajian teori yang akan dijadikan sebagai
landasan teori dalam menjelaskan serta mendeskripsikan objek penelitian.
Isi dari kajian teori dalam penelitian ini adalah pertama tentang model
kepemimpinan dan kedua tentang inovasi pendidikan.
Bab Ketiga, berisi tentang metode penelitian yang terdiri dari
pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, kehadiran peneliti,
subjek penelitian,sumber data, teknik pengumpulan data, analisis data,
keabsahan data, tahap-tahap penelitian serta sistematika penulisan.
Bab Keempat, berisi tentang hasil penelitian yang meliputi:
paparan data dari objek penelitian, ditambah dengan hasil wawancara
dengan narasumber, serta dokumen yang ada.
Bab Kelima, merupakan pembahasan yang berupa pengaitan
antara hasil penelitian dengan kajian teori yang ada.
Bab Keenam, merupakan pembahasan terakhir dalam penelitian
ini secara keseluruhan yang meliputi kesimpulan dan saran-saran sebagai
sumbangan pemikiran masalah yang ada kaitannya dengan peneliti.
I. Kerangka konseptual

Peran Kepemimpinan KH. Ahmad Ghonim Jauhari Dalam Inovasi Pendidikan di Pondok Pesantren Assuniyyah
Kencong Jember

Bagaimana pendidikan sebelum kepemimpinan KH. peranan


Bagaimana Ahmad Ghonim Jauhari
KH Ahmad dalam
Ghonim Pondok
Bagaimana
Jauhari Pesantren
dalam
Inovasi Assunniyyah
inovasi
pendidikan
pendidikan Al-Jau
pada
di saat
Pon

Tujuan Penelitian

Mendeskripsikan pendidikan sebelum kepemimpinan KH. Ahmad


Mendeskripsikan Ghonim
peranan Jauhari
KH Ahmad dalam Jauhari
Ghonim Pondokdalam
Pesantren
MendeskripsikanInovasi Assunniyyah
inovasi
pendidikan A
pendidikan
pada

Teori

Teori kepemimpinan :. Manfred


ziemek Teori inovasi pendidikan:
Sulkifly
DAFTAR PUSTAKA
Abudin Nata. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Kencana Prenada Media Group:
Bandung.
Basrowi. 2005. Sebuah Pengantar Sosiologi. PT Tiara Wacana: Yogyakarta.
Cohen and Uphoff. 1997. Rural Development Participation. Cornel University: New.
York.
Dedi Supriyadi. 2 0 1 0 . Satuan Biaya Pendidikan: Dasar dan Menengah. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
E. Mulyasa. 2 0 0 7 . Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan
Implementasi.Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
Herbert Blumer. 1977. Theories of Human Communication. New York, USA: Artists
Right Society (ARS).
Huneryear, & Hecman, 1992. Partisipasi dan Dinamika Kelompok. Semarang:
Dahara Priz.
IriantoAgus.2002 . PendidikanSebagaiInvestasidalamPembangunanSuatu Bangsa.
Jakarta: KencanaPrenadaMedia Group
Iskandar, 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: GP.Press.
MadePidarta. 2004. Manajemen Pendidikan di Indonesia. PT Rineka Cipta:
Jakarta.
Margono, 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Miles and Hubberman, 2014. Qualitative Data Analysis. United State of Amerika:
Arizona State University.
NanangFattah.20 13 . LandasanManajemenPendidikan.Bandung:PTRemaja
Rosdakarya
S.Nasution, 2003. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: PT. Tarsito
Bandung.
Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
UU Sidiknas No.20Tahun2003

You might also like