Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
T his study discusses the effectiveness, supporting and inhibiting factors and
formulate strategies to overcome obstacles in the implementation of the the
Physically Empowerment Program Social Problems through the Joint Business
Group in the Village Tanjunggading Bandarlampung City. The design used in
this research using descriptive method with qualitative-inductive approach.
Data analysis techniques used in descriptive research through data selection,
data reduction and verification of data and using SWOT analysis in order to
formulate strategies to overcome obstacles.
The results of this study can be explained that the effectiveness of
implementation of the People Empowerment Program Social Problems through
the Joint Business Group (KUBE) in Tanjunggading Village generally been
effective as seen from the achievement on Program Objectives, Increasing
Income, and Ability to Solve Social Problems Increased Functionality of
Members, but there are programs that can not be achieved in accordance
with the objectives of the Sustainability Program, especially in the capital
increase business.
Supporting factors in the implementation of this program are active members
in managing their business, Motivation members to implement and manage
the business is high enough, the support from the community and coaching.
While the inhibiting factors are: management and assistance that have not
been effective, Human Resources (members) are still low, the absence of
additional capital in order to develop joint business groups, marketing the
products that have not reached the market and Unfair Business Competition.
Appropriate strategies used to overcome barriers that permit service quality
improvement (1) Human Resource Development (Member) KUBE and
established a partnership with Micro Finance Institutions, (2) Change renewal
Management KUBE and Utilizing advances in information technology, (3)
Revitalization KUBE Organization, (4) Making Adjustments and evaluation of
programs and activities are a priority and the provision of venture capital in
order to increase business KUBE.
Keywords: empowerment, social problems, poverty reduction
ABSTRAK
111
TRANSFORMASI: JURNAL MANAJEMEN PEMERINTAHAN \ VOL. 10 NO. 2 \ OKTOBER 2018: 111 – 129
112
Romi Saputra: Efektivitas Pelaksanaan Program Pemberdayaan Penyandang Masalah ...
tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga masyarakat dapat berjalan lebih efektif dan
pemantauan dan evaluasi. Melalui proses efisien.
pembangunan partisipatif, kesadaran kritis dan
Upaya melakukan pengentasan dan
kemandirian masyarakat, terutama masyarakat
penanggulangan kemiskinan Pemerintah
miskin, dapat ditumbuhkembangkan sehingga
memiliki banyak program yang tersebar di
mereka bukan sebagai objek melainkan subjek
berbagai Kementerian dan Lembaga. Program-
upaya penanggulangan kemiskinan.
program tersebut dalam pelaksanaannya
Pendekatan pemberdayaan masyarakat berjalan sendiri-sendiri tanpa ada koordinasi
selama ini telah banyak diupayakan melalui antara satu dengan yang lain. Sehingga dapat
berbagai pembangunan sektoral maupun terjadi dalam pelaksanannya ada dua atau lebih
regional. Namun karena dilakukan secara program yang dilaksanakan pada satu daerah
parsial dan tidak berkelanjutan, efektivitasnya yang sama. Program-program yang tersebar di
terutama untuk penanggulangan kemiskinan berbagai Kementerian dan Lembaga tersebut
dipandang masih belum optimal. Untuk itu, dalam pelaksanaannya memiliki standar
melalui Program Pemberdayaan Penyandang operasional yang berbeda-beda. Melihat hal
Masalah Kesejahteraan Sosial diharapkan tersebut Pemerintah Kota Bandarlampung
dapat terjadi harmonisasi prinsip-prinsip dalam hal ini Dinas Sosial Tenaga Kerja dan
dasar, pendekatan, strategi, serta berbagai Transmigrasi melalui Program Pemberdayaan
mekanisme dan prosedur pembangunan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial,
berbasis pemberdayaan masyarakat miskin adalah program yang di dalamnya berisi
sehingga proses peningkatan kesejahteraan kegiatan-kegiatan.
Tabel 1
Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Kota Bandarlampung Tahun Anggaran 2011
113
TRANSFORMASI: JURNAL MANAJEMEN PEMERINTAHAN \ VOL. 10 NO. 2 \ OKTOBER 2018: 111 – 129
4. Pembinaan Bagi Wanita Tuna Susila dan Wanita Rentan Tindak Tuna Susila;
Sasaran : Wanita Tuna Susila dan Wanita Rentan Tindak Tuna
Susila
Masukan : Dana sebesar Rp. 8.624.000,-
Keluaran : Dilaksanakannya Bimbingan Sosial bagi Wanita Tuna
Susila dan Wanita Rentan Tindak Tuna Susila
114
Romi Saputra: Efektivitas Pelaksanaan Program Pemberdayaan Penyandang Masalah ...
Tabel 2
Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Kota Bandarlampung Tahun 2011
Sumber: Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Bandarlampung, 2016.
Data dari Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Program Pemberdayaan Penyandang
Transmigrasi Kota Bandarlampung masih Masalah Kesejahteraan Sosial melalui
terdapat Penyandang Masalah Kesejahteraan Kelompok Usaha Bersama di Kelurahan
Sosial di Kota Bandarlampung sebagaimana Tanjunggading Kecamatan Tanjungkarang
tabel berikut ini: Timur Kota Bandarlampung?
c. Strategi apa yang dilakukan untuk
Perumusan Masalah
mengatasi hambatan dalam pelaksanaan
Berdasarkan pada latar belakang masalah Program Pemberdayaan Penyandang
di atas maka perumusan masalah dalam Masalah Kesejahteraan Sosial melalui
penelitian ini adalah sebagai berikut. Kelompok Usaha Bersama di Kelurahan
a. Bagaimana efektivitas pelaksanaan Tanjunggading Kecamatan Tanjungkarang
Program Pemberdayaan Penyandang Timur Kota Bandarlampung?
Masalah Kesejahteraan Sosial melalui
Kelompok Usaha Bersama di Kelurahan KAJIAN TEORETIS
Tanjunggading Kecamatan Tanjungkarang
Timur Kota Bandarlampung? Konsep Efektivitas
b. Faktor-faktor apakah yang mendukung Pengertian efektivitas menurut Dunn (2003:
dan menghambat efektivitas pelaksanaan 429) ”efektivitas (effectiveness) berkenaan
115
TRANSFORMASI: JURNAL MANAJEMEN PEMERINTAHAN \ VOL. 10 NO. 2 \ OKTOBER 2018: 111 – 129
116
Romi Saputra: Efektivitas Pelaksanaan Program Pemberdayaan Penyandang Masalah ...
117
TRANSFORMASI: JURNAL MANAJEMEN PEMERINTAHAN \ VOL. 10 NO. 2 \ OKTOBER 2018: 111 – 129
118
Romi Saputra: Efektivitas Pelaksanaan Program Pemberdayaan Penyandang Masalah ...
kelompok masyarakat yang menderita baik generasi muda, yang tumbuh atas dasar
secara fisik, mental maupun sosial ekonomi kesadaran dan rasa tanggungjawab
sebagai akibat dari terjadinya bencana sosial dari, oleh, dan untuk masyarakat
sosial kerusuhan yang menyebabkan khususnya generasi muda di wilayah desa/
mereka mengalami hambatan dalam kelurahan atau komunitas sosial sederajat,
melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. yang bergerak di bidang kesejahteraan
20. Pekerja Migran Telantar, adalah seseorang sosial dan secara organisasi berdiri sendiri.
yang bekerja di luar tempat asalnya dan 4. Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis
menetap sementara di tempat tersebut dan Masyarakat (WKSBM), adalah sistem
mengalami permasalahan sosial sehingga kerja sama antar keperangkatan
menjadi telantar. pelayanan sosial di akar rumput yang
21. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA), adalah terdiri atas usaha kelompok, lembaga
seseorang yang dengan rekomendasi maupun jaringan pendukungnya. Wahana
profesional (dokter) atau petugas ini berupa jejaring kerja dari pada
laboratorium terbukti tertular virus HIV kelembagaan sosial komunitas lokal,
sehingga mengalami sindrom penurunan baik yang tumbuh melalui proses alamiah
daya tahan tubuh (AIDS) dan hidup dan tradisional maupun lembaga yang
telantar. sengaja dibentuk dan dikembangkan oleh
22. Keluarga Rentan, adalah keluarga muda masyarakat pada tingkat lokal, sehingga
yang baru menikah (sampai dengan dapat menumbuh kembangkan sinergi
lima tahun usia pernikahan) yang lokal dalam pelaksanaan tugas di bidang
mengalami masalah sosial dan ekonomi Usaha Kesejahteraan Sosial.
(berpenghasilan sekitar 10% di atas garis 5. Dunia Usaha yang Melakukan UKS,
kemiskinan) sehingga kurang mampu adalah organisasi komersial seluruh
memenuhi kebutuhan dasar keluarga. lingkungan industri dan produksi barang/
Potensi dan Sumber Kesejahteraan jasa termasuk BUMN dan BUMD serta
Sosial adalah potensi dan sumber yang ada atau wirausahawan beserta jaringannya
pada manusia, alam dan institusi sosial yang yang dapat melaksanakan tanggung jawab
dapat digunakan untuk mewujudkan usaha sosialnya.
kesejahteraan sosial. Selanjutnya Potensi dan
Sumber Kesejahteraan Sosial meliputi: Konsep Strategi
1. Pekerja Sosial Masyarakat (PSM), adalah Strategi merupakan sebuah konsep yang
warga masyarakat yang atas dasar perlu dipahami dan diterapkan oleh setiap
kesadaran dan tanggung jawab sosial manajer. Sejak beberapa tahun yang lampau,
serta didorong oleh rasa kebersamaan, pengertian stretegi makin banyak mendapatkan
kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial perhatian dan dibahas dalam literatur. Adapun
secara sukarela mengabdi di bidang perhatian terhadap istilah strategi muncul,
Kesejahteraan Sosial. oleh karena orang menyadari bahwa setiap
organisasi memerlukan sebuah skope yang
2. Organisasi Sosial, adalah suatu terumuskan dengan baik, kearah pertumbuhan
perkumpulan sosial yang dibentuk oleh dan sasaran-sasaran dapat memenuhi
masyarakat, baik yang berbadan hukum kebutuhan, sehingga diperlukan peraturan-
maupun yang tidak berbadan hukum peraturan keputusan tambahan/pendukung,
yang berfungsi sebagai sarana partisipasi agar organisasi yang bersangkutan dapat
masyarakat dalam melaksanakan Usaha mencapai pertumbuhan teratur.
Kesejahteraan Sosial
Strategi memiliki sifat proaktif (diintensi)
3. Karang Taruna, adalah Organisasi Sosial dan reaktif (adaptif) terlihat pada gambar
Kepemudaan, wadah pengembangan berikut.
119
Strategi memiliki sifat proaktif (diintensi) dan reaktif (adaptif) terlihat pada
gambar berikut :
Gambar 1.
Strategi aktual, sebagian bersifat direncanakan dan
sebagian bersifat terhadap situasi dan kondisi yang berubah.
TRANSFORMASI: JURNAL MANAJEMEN PEMERINTAHAN \ VOL. 10 NO. 2 \ OKTOBER 2018: 111 – 129
(Winardi, 2003 : 107)
Strategi yang
direncanakan
(intended strategy)
Strategi aktual
Reaksi-reaksi
adaptasi terhadap
situasi yang berubah
Gambar 1.
Strategi aktual, sebagian bersifat direncanakan dan sebagian bersifat terhadap situasi
dan kondisi yang berubah. (Winardi, 2003: 107)
12
Hetten and Hetten dalam Salusu (1996: 5. Sumber daya adalah suatu yang kritis.
108) memberikan beberapa petunjuk Mengingat strategi adalah sesuatu yang
bagaimana suatu strategi dibuat sehingga ia mungkin anda harus membuat sesuatu
bisa sukses: memang layak dan dapat dilaksanakan.
1. Strategi haruslah konsisten dengan 6. Strategi hendaknya memperhitungkan
lingkungannya. Jangan membuat resiko yang tidak terlalu besar. Memang
strategi yang melawan arus. Ikutilah setiap strategi mengandung resiko, tetapi
arus perkembangan masyarakat dalam haruslah barhati-hati sehingga tidak
lingkungan yang memberikan peluang menjerumuskan organisasi kedalam
untuk bergerak maju. lubang yang besar. Oleh sebab itu, suatu
2. Setiap organisasi tidak hanya membuat strategi haruslah dapat dikontrol.
satu strategi. Tergantung pada ruang 7. Strategi hendaknya disusun diatas
lingkup kegiatannya. Apabila banyak landasan keberhasilan telah dicapai.
strategi yang dibuat maka strategi yang Jangan menyusun strategi diatas
satu haruslah konsisten dengan strategi kegagalan.
yang lain. Jangan bertentangan atau 8. Tanda-tanda dari suksesnya strategi
bertolak belakang. ditempatkan dengan adanya dukungan
3. Strategi yang efektif hendaknya memfokuskan dari pihak-pihak yang terkait, dan terutama
dan menyatukan semua sumber daya dan dari para eksekutif, dari semua pimpinan
tidak mencerai beraikan satu dengan yang unit kerja dalam organisasi.
lain. Persaingan yang tidak sehat antar
berbagai unit kerja dalam organisasi seringkali Pengertian Kemiskinan
mengklaim sumber dayanya, memberikannya Kemiskinan merupakan salah satu
terpisah dari unit kerja lainnya sehingga masalah yang selalu dihadapi oleh manusia.
kekuatan-kekuatan tidak menyatu itu justru Bagi mereka yang tergolong miskin,
merugikan posisi organisasi. kemiskinan adalah sesuatu yang nyata
4. Strategi hendaknya memusatkan perhatian ada dalam kehidupan mereka sehari-hari ;
pada apa yang merupakan kekuatannya karena mereka itu merasakan dan menjalani
dan tidak pada titik-titik yang justru adalah sendiri bagaimana hidup dalam kemiskinan.
kelemahannya. Selain itu, hendaknya juga Walaupun demikian belum tentu mereka itu
memanfaatkan kelemahan pesaing dan sadar akan kemiskinan yang mereka jalani.
membuat langkah-langkah yang tepat Kesadaran akan kemiskinan yang mereka
untuk menempati posisi kompetitif yang hadapi itu, baru terasa pada waktu mereka
lebih kuat. membandingkan kehidupan yang mereka
120
Romi Saputra: Efektivitas Pelaksanaan Program Pemberdayaan Penyandang Masalah ...
jalani dengan kehidupan orang lain yang tersebut akan diperlunak atau dieliminasi
tergolong mempunyai tingkat kehidupan sosial oleh adanya pranata tradisional, seperti
dan ekonomi yang lebih tinggi. pola hubungan patronclient, jiwa gotong
royong, dan sejenisnya yang secara
Menurut Soekanto (1990: 365) mengartikan
fungsional dapat meredam kemungkinan
“kemiskinan sebagai suatu keadaan di
timbulnya kecemburuan sosial.
mana seseorang tidak sanggup memelihara
dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan 2. Kemiskinan Struktural
kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan
Kemiskinan kategori ini lebih disebabkan
tenaga mental maupun fisiknya dalam
oleh struktur sosial yang ada membuat
kelompok tersebut”. Kemiskinan dianggap
anggota atau kelompok masyarakat tidak
sebagai masalah sosial apabila perbedaan
menguasai sarana ekonomi dan fasilitas
kedudukan ekonomis para warga masyarakat
secara merata. Dengan demikian sebagian
ditentukan secara tegas. Pada masyarakat
anggota masyarakat tetap miskin walaupun
yang bersahaja susunan dan organisasinya,
sebenarnya jumlah total produksi yang
mungkin kemiskinan bukan merupakan
dihasilkan oleh masyarakat tersebut bila
masalah sosial, karena mereka menganggap
dibagi rata dapat membebaskan semua
bahwa semua telah ditakdirkan, sehingga tidak
anggota masyarakat dari kemiskinan.
ada usaha-usaha untuk mengatasinya. Pada
masyarakat modern yang rumit, kemiskinan Menurut Subroto (2005: 4), indikator
menjadi suatu problema sosial karena sikap kemiskinan adalah sebagai berikut.
yang membenci kemiskinan. Faktor-faktor yang
1. Cukup Pangan
menyebabkan mereka membenci kemiskinan
adalah kesadaran bahwa mereka telah gagal Yaitu apabila seseorang mampu
untuk memperoleh lebih daripada apa yang mengonsumsi pangan <2.100 kalori per hari
telah dimilikinya dan perasaan akan adanya atau kurang dari dua kali makan makanan
ketidakadilan. pokok per hari. Kecukupan pangan adalah
Menurut Subroto (2005: 4), “kemiskinan indikator paling penting untuk menentukan
adalah kondisi di mana seseorang atau tingkat kegawatan kemiskinan. Mengingat
kelompok masyarakat yang tidak mampu pangan adalah kebutuhan dasar hidup
memenuhi standar kebutuhan hidup minimal manusia maka apabila masyarakat atau
dengan urutan prioritas yakni: cukup pangan, seseorang kekurangan pangan atau tidak
papan, sandang, pendidikan, kesehatan dan mampu memenuhi kebutuhan pangan dari
rekreasi”. Menurut Soetrisno (2002: 16-17),
hasil usahanya maka tingkat kemiskinan
kemiskinan dapat dipahami melalui akar
masyarakat atau seseorang pada kondisi
penyebabnya yang dibedakan menjadi dua
demikian dapat dikatakan sangat miskin.
kategori, yaitu:
2. Cukup Sandang
1. Kemiskinan Natural
Yaitu apabila seseorang mempunyai
Kemiskinan kategori ini timbul sebagai atau mampu membeli kurang dari dua
akibat terbatasnya jumlah sumber daya setel pakaian dalam satu tahun untuk diri
dan atau karena tingkat perkembangan dan keluarganya. Kecukupan sandang
teknologi yang rendah, artinya faktor-faktor adalah indikator paling penting berikutnya.
yang menyebabkan suatu masyarakat Mengingat sandang adalah kebutuhan
menjadi miskin adalah faktor alam primer untuk kesehatan dan bersosialisasi.
yang kurang menguntungkan. Keadaan Maka apabila masyarakat atau seseorang
kemiskinan yang demikian mungkin saja tidak mampu memenuhi kebutuhan
terjadi perbedaan-perbedaan kemampuan sandang tersebut maka dapat dikatakan
(kekayaan), tetapi dampak perbedaan miskin.
121
TRANSFORMASI: JURNAL MANAJEMEN PEMERINTAHAN \ VOL. 10 NO. 2 \ OKTOBER 2018: 111 – 129
122
Romi Saputra: Efektivitas Pelaksanaan Program Pemberdayaan Penyandang Masalah ...
social dengan cara melibatkan masyarakat Mereka berada di bawah garis kemiskinan
di lingkungannya untuk ikut serta dalam apabila pendapatannya tidak cukup untuk
proses produksi yang dilakukan oleh para memenuhi kebutuhan pokok, seperti
anggotannya. Jadi, bukan hanya anggota sandang, pangan, tempat berteduh dan
KUBE saja yang meningkat penghasilannya, lain- lain. Program KUBE adalah program
akan tetapi masyarakat sekitarnyapun harus pemberian bantuan stimulan modal usaha
merasakan manfaat dari keberadaan KUBE ini. ekonomi produktif (UEP). Bantuan modal
UEP yang diperoleh anggota KUBE
Gambaran di atas menunjukkan bahwa
besarnya bervariasi digunakan untuk
keberlangsungan program dalam kegiatan
menambah modal serta mengembangkan
KUBE di kelurahan Tanjunggading yang diwakili
usaha. Bantuan modal bagi keluarga miskin
oleh KUBE Tanjunggading I dalam efektivitas
yang menjadi anggota KUBE berdampak
keberlanjutan program KUBE dapat dikatakan
cukup besar terhadap kelangsungan
sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari insentif
usaha dan peningkatan pendapatan.
bagi hasil kepada masing-masing anggotanya
Hasil wawancara menunjukkan bahwa
walalupun tidak begitu besar.
dalam peningkatan pendapatan anggota
Ketercapaian Tujuan Program KUBE sebelumnya pendapatan yang tidak
menentu karena kerja serabutan dan tidak
Tujuan program pembentukan kelompok pasti yang berkisar antara 15.000-20.000
usaha bersama (KUBE) adalah: per hari dan itupun kadang-kadang dan
tidak pasti, setelah adanya program KUBE
1) Peningkatan kemampuan berusaha para
ini anggota mendapat pendapatan yang
anggota KUBE secara bersama dalam
jelas.
kelompok;
3) Pengembangan usaha.
Pendekatan kelompok melalui kelompok
usaha merupakan strategi pemberdayaan Modal yang dimilki anggota untuk
masyarakat yang efektif untuk masyarakat menjalankan usaha sangat terbatas tetapi
lapisan bawah. Keberadaan kelompok anggota kesulitan untuk menambah modal.
akan memberikan manfaat lebih besar bagi Tambahan modal hanya mengandalkan
anggotanya karena dapat dipakai untuk bantuan dana bergulir dari pemerintah.
meningkatkan kemampuan berusaha, Modal dari luar khususnya dari lembaga
mengembangkan pengetahuan dan keuangan formal seperti koperasi dan
sistem nilai yang mendukung kehidupan bank belum dapat diakses karena
usaha, menyuburkan moralitas usaha adanya hambatan prosedural berupa
yang baik, dan meningkatkan kualitas penilaian kualifikasi perbankan yang
kehidupan yang lebih luas seperti usaha, meliputi: karakter, agunan, kemampuan
kerumahtanggaan, kemasyarakatan. mengembalikan pinjaman, modal dan
Peran dan tanggungjawab masing-masing kondisi ekonomi yang ditentukan.
pengurus KUBE Tanjunggading sudah
4)
Peningkatan kepeduliaan dan
baik, hal ini dilihat dari bagaimana para
kesetiakawanan sosial di antara para
anggota sudah mempunyai peran dan
anggota KUBE dan masyarakat sekitar.
tanggungjawab masing-masing, yang
penting bagi kelompok di KUBE ini adalah Gotong royong, kepedulian dan
keterbukaan, kebersamaam dan kejujuran kesetiakawanan sosial merupakan salah
dalam mengelola usaha ternak ini. satu tujuan dari KUBE diKelurahan
Tanjunggading, karena dengan tujuan
2) Peningkatan pendapatan; tersebut, maka keberhasilan program
Kemiskinan lazimmya dilukiskan sebagai KUBE tidak hanya dinikmati oleh
kekurangan pendapatan untuk memenuhi sebagian kelompok KUBE saja akan
kebutuhan hidup yang paling pokok. tetapi masyarakat disekitar juga harus
123
TRANSFORMASI: JURNAL MANAJEMEN PEMERINTAHAN \ VOL. 10 NO. 2 \ OKTOBER 2018: 111 – 129
ikut menikmati keberhasilan program Faktor lain yang menyebabkan mereka tidak
ini. Kepeduliaan dan kesetiakawanan berdaya untuk memiliki akses dan sumber
sosial di antara para anggota KUBE dan daya. Namun demikian, sangat sulit untuk
masyarakat sekitar tercermin dari hasil memisahkan faktor penyebab kemiskinan
wawancara penulis dengan salah seorang karena penyebab kemiskinan sangat kompleks
warga Kelurahan Tanjunggading. dan saling berkaitan satu dengan yang lainnya.
Keberadaan KUBE bagi warga miskin
Faktor-Faktor yang Memengaruhi dan
ditengah-tengah masyarakat diharapkan
Strategi yang Dilakukan
menjadi sarana untuk menciptakan
Peningkatan pendapatan dengan adanya keharmonisan hubungan sosial antar warga,
program KUBE ini tidak hanya dirasakan oleh wahana untuk meningkatkan usaha ekonomi
anggota KUBE saja, akan tetapi masyarakat produktif, menyelesaikan masalah sosial yang
yang ada disekitranya juga dapat menikmati dirasakan keluarga miskin, menyediakan
melalui pinjaman modal tanpa bunga yang di sebagian kebutuhan yang diperlukan keluarga
berikan oleh KUBE guna mengembangkan miskin, pengembangan diri, dan sebagai wadah
usaha warungnya. Dengan demikian simbiosis berbagi pengalaman antar anggota. Pada intinya
mutualisme dengan adanya program KUBE di KUBE mempunyai tujuan agar keluarga miskin
Kelurahan Tanjunggading ini dapat memberikan dapat mencapai tinggkat kesejahteraannya
peningkatan peningkatan pendapatan bagi sehingga keberfungsian sosial masyarakat
anggota dan masyarakat yang ada disekitarnya. miskin menjadi semakin baik.
Kemiskinan dipengaruhi oleh dua faktor, Berdasarkan urain-uraian kondisi
yaitu berupa ketidakmampuan dari dalam lingkungan eksternal dan internal ditampilkan
individu atau kelompok masyarakat seperti analisis SWOT faktor-faktor lingkungan internal
rendahnya kualitas sumber daya manusia, dan eksternal yang dipandang strategis,
sikap dan perilaku miskin, ketidakcakapan sebagaimana tabel berikut ini:
bekerja, pasrah terhadap kondisi miskin dan
Tabel 1
Faktor-faktor Internal
• Struktur organisasi yang dimiliki oleh • Terbatasnya modal dan anggaran untuk membiayai usaha
KUBE sebagai salah satu kekuatan KUBE.
dalam mengelola usaha KUBE ternak • Masih terdapatnya anggota KUBE yang belum kompak
di Kelurahan Tanjunggading. dalam mengelola usahanya yaitu masih terdapat anggota
• Jumlah anggota KUBE yang memadai KUBE yang membuka usahanya sendiri secara perseorangan.
dari segi kuantitas. • Belum adanya pemasaran produk yang pasti yang
• Sebagian besar anggota KUBE disebabkan oleh belum terjalinnya kemitraan dengan pihak
memiliki komitmen dan kemauan yang luar terutama pangsa pasar yang menerima produk usaha
tinggi terhadap pencapaian tujuan KUBE.
usahanya.
• Adanya dukungan komunitas yaitu • Kurang kompaknya dalam penentuan harga jual produk.
adanya pandangan positif dari • Kualitas produk yang tidak kompetitif.
masyarakat disekitarnya terhadap • Tidak adanya inovasi dan kreativitas dalam memilih jenis
kegiatan KUBE, rasa kegotong- usaha KUBE.
royongan dan kerja sama yang baik, • Masih rendahnya pemahaman dan kemampuan anggota
saling bahu membahu dalam mencapai KUBE dalam penguasaan teknologi dan informasi.
tujuan bersama yaitu meningkatkan
kesejahteraan sosial dan keluarganya.
124
Romi Saputra: Efektivitas Pelaksanaan Program Pemberdayaan Penyandang Masalah ...
Tabel 2
Faktor-faktor Eksternal
EFAS
125
mengatasi hambatan pelaksanaan program KUBE di Kelurahan Tanjung Gading. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat dari Gambar di bawah ini :
Gambar 2
Langkah Stratejik untuk Mengatasi Hambatan dan Mengefektifkan Pelaksanaan
TRANSFORMASI: JURNAL MANAJEMEN PEMERINTAHAN \ VOL. 10 NO. 2 \ OKTOBER 2018: 111 – 129
Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Di Kelurahan Tanjung Gading Kota
Bandar Lampung
Upaya dalam
mengefektifkan dan
Implementasi mengatasi hambatan :
strategi-strategi
mengefektifkan 1. Melakukan
dan mengatasi Pengembangan
hambatan Sumber Daya
pelaksanaan Manusia (Anggota)
Program KUBE dan Menjalin
Kelompok Usaha Kemitraan dengan
Pelaksanaan Bersama (KUBE) Lembaga
Keuangan Mikro.
Program 2. Pembaharuan
Kelompok Manajemen
Usaha Pengelolaan KUBE
dan Memanfaatkan
Bersama kemajuan teknologi
(KUBE) informasi.
3. Revitalisasi
Strategi : Organisasi KUBE
Melakukan 4. Meningkatkan
Pengembangan komunikasi dan
Sumber Daya Melakukan
Manusia (Anggota) Penyesuaian dan
KUBE dan Menjalin Evaluasi terhadap
Kemitraan dengan program dan
Lembaga kegiatan secara
Keuangan Mikro. prioritas serta
penyediaan modal
usaha guna
peningkatan 20
usaha
KUBE.
Gambar 2
Langkah Stratejik untuk Mengatasi Hambatan dan Mengefektifkan Pelaksanaan Program Kelompok Usaha
Bersama (KUBE) di Kelurahan Tanjunggading Kota Bandarlampung
126
Romi Saputra: Efektivitas Pelaksanaan Program Pemberdayaan Penyandang Masalah ...
127
TRANSFORMASI: JURNAL MANAJEMEN PEMERINTAHAN \ VOL. 10 NO. 2 \ OKTOBER 2018: 111 – 129
e.
Melakukan kemitraan dengan Nasir, Mohamad, 2005, Metode Penelitian, PT
pihak-pihak yang memiiki jaringan Ghalia Indonesia, Bogor.
pemasaran dan peningkatan kualitas The Liang, Gie, 1993, Pertumbuhan Pemerintahan
produk ternak. Daerah di Negara Republik Indonesia,
3. Saran ditinjau dari aspek keilmuan perlu Jilid I, Liberty, Yogyakarta.
dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
Robbins, Stephen P, Terj.Jusup Udaya, 1995, Teori
mengkaji lebih mendalam mengenai
Organisasi, Struktur, Desain dan Aplikasi,
Pelaksanaan Program Kelompok Usaha
Edisi 3, Alcan, Jakarta.
Bersama yaitu tentang: Administrasi
KUBE, Pertanggungjawaban KUBE, Osborne, David dan Ted Gaebler, 2005, Mew-
Manajemen KUBE, Pengawasan KUBE, irausahakan Birokrasi (Reinventing
dan Struktur. Government: how the entrepreneurial
spirit is transforming the public sector),
Penerjemah Abdul Rosyid, PPM, Jakar-
DAFTAR PUSTAKA
ta.
Antonio Pradjasto Hardojo, dkk, 2008, Tyson, Shain, 1992, Perilaku Organisasi
Mendahulukan si Miskin: buku sumber (terjemahan oleh Dedi Jakobus dan Dwi
bagi Anggaran Pro Rakyat, LKiS, Prabandini), Andi, Yogyakarta.
Yogyakarta.
Gibson, James L. Ivancevich, John M. and
Ambar, Sulistiyani. 2004. Kemitraan dan Model Donnely, James H Jr, 1997, Organisasi
Pemberdayaan, Gaya Media Yogyakarta. dan Manajemen: Perilaku, Struktur dan
Amirin, M. Tatang. 2000. Menyusun Rencana Proses, Erlangga, Jakarta.
Penelitian. PT Raja Grafindo Persada. Hikmat, Harry, 2006, Strategi Pemberdayaan
Jakarta. Masyarakat, Humaniora Utama Press,
Basrowi dan Suwandi, 2008, Memahami Bandung.
Penelitian Kualitatif, PT Rineka Cipta,
Miles, B. Mathew dan A. Michael Huberman,
Jakarta.
1992, Analisa Data Kualitatif, UI Press,
Bryson, John M, 2003, Perencanaan Strategis Jakarta;
Bagi Organisasi Sosial, (Terjemahan)
Moleong, Lexy, J, 2002. Metodologi Penelitian
Oleh Miftahuddin, Pustaka Pelajar
Kualitatif, PT Remaja Rosda Karya,
Offset, Yogyakarta.
Bandung
Dunn, William N, 2003, Pengantar Analisis
Mulyadi, 2001, Sistem Perencanaan dan
Kebijakan Publik (terjemahan), Edisi
Pengendalian Manajemen, Salemba
Kedua, Gadjah Mada University Press,
Empat, Jakarta.
Yogyakarta.
Irawan, Prasetya, 2007, Penelitian Kualitatif Rangkuti, Freddy, 2006, Analisis SWOT Teknik
& Kuantitatif untuk Ilmu-ilmu Membedah Kasus Bisnis, PT Gramedia
Sosial (Cetakan I), Departemen Ilmu Pustaka Utama, Jakarta
Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan R. Wrihatbolo, Randy dan Nugroho D, Riant,
Ilmu Politik, Universitas Indonesia, 2007, Manajemen Pemberdayaan:
Jakarta. Sebuah Pengantar dan Panduan untuk
Jones, Charles O. 1996. (Penyunting Ricky Pemberdayaan Masyarakat, Gramedia,
Ismanto), Pengantar Kebijakan Publik, Jakarta.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Rusidi, 2006, Metodologi Penelitian (hand-out),
Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Elaborasi Pedoman Penulisan Tesis
Kualitatif. Remaja Rosdakarya. dan Disertasi Unpad, Bandung (tidak
Bandung. dipublikasikan).
128
Romi Saputra: Efektivitas Pelaksanaan Program Pemberdayaan Penyandang Masalah ...
Suharto, Edi. 2004. Pembangunan, Kebijakan Keputusan Direktur Jenderal Pemberdayaan Sosial
Sosial dan Pekerjaan Sosial. Spektrum Nomor 239/PS.5/KPTS/V/2011 tentang
Pemikiran. Lembaga Penerbitan Penetapan Kelompok Usaha Bersama
Pembangunan Kesejahteraan Sosial (KUBE) Penerima Program Pemberdayaan
(LPPKS) STKS. Bandung. Fakir Miskin Melalui Mekanisme Bantuan
Langsung Pemberdayaan Sosial (BLBS)
____________, 2005. Membangun Masyarakat
Tahun 2010.
Memberdayakan Rakyat. Kajian
Strategis Pembangunan Kesejahteraan Rencana Strategis Dinas Sosial Tenaga Kerja dan
Sosial dan Pekerjaan Sosial. Refika Transmigrasi Kota Bandarlampung
Aditama. Bandung. 2014-2018.
Soekanto, Soerjono, 1990, Sosiologi: Suatu Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kota
Pengantar, PT Raja Grafindo Persada, Bandarlampung Tahun 2017.
Jakarta. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Soetrisno, 2002. Administrasi dan Ilmu Politik. Pemerintah (LAKIP) Dinas Sosial
Bina Aksara. Bandung. Tenaga Kerja dan Transmigrasi Tahun
2016.
Subroto, 2005. Administrasi dan Ilmu Politik.
Usaha Nasional, Surabaya. Laporan Tim Koordinasi Penanggulangan
Kemiskinan Daerah Kota
Tachjan, 2008, Implementasi Kebijakan Publik,
Bandarlampung Tahun 2016.
AIPI, Bandung.
Westa, Pariata, Sutarto dan Ibnu Syamsi. 1985. Sumber Lain
Ensiklopedi Administrasi. Jakarta: CV.
Randy R. Wrihatnolo, 2008, Realita Kemiskinan
Haji Masagung.
2016 dan Program untuk si Miskin
(online), Tersedia: http://wrihatnolo.
Peraturan Perundang-Undangan
blogspot.com/2017/07/realita-
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang kemiskinan-2017-dan-program.html,
Pemerintahan Daerah (7 Pebruari 2019).
129
TRANSFORMASI: JURNAL MANAJEMEN PEMERINTAHAN \ VOL. 10 NO. 2 \ OKTOBER 2018