You are on page 1of 20

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM PEMBERDAYAAN

PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL


DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN
(Studi di Kelurahan Tanjunggading Kecamatan Tanjungkarang Timur
Kota Bandarlampung Provinsi Lampung)

Oleh: Romi Saputra


Institut Pemerintahan Dalam Negeri

ABSTRACT

T his study discusses the effectiveness, supporting and inhibiting factors and
formulate strategies to overcome obstacles in the implementation of the the
Physically Empowerment Program Social Problems through the Joint Business
Group in the Village Tanjunggading Bandarlampung City. The design used in
this research using descriptive method with qualitative-inductive approach.
Data analysis techniques used in descriptive research through data selection,
data reduction and verification of data and using SWOT analysis in order to
formulate strategies to overcome obstacles.
The results of this study can be explained that the effectiveness of
implementation of the People Empowerment Program Social Problems through
the Joint Business Group (KUBE) in Tanjunggading Village generally been
effective as seen from the achievement on Program Objectives, Increasing
Income, and Ability to Solve Social Problems Increased Functionality of
Members, but there are programs that can not be achieved in accordance
with the objectives of the Sustainability Program, especially in the capital
increase business.
Supporting factors in the implementation of this program are active members
in managing their business, Motivation members to implement and manage
the business is high enough, the support from the community and coaching.
While the inhibiting factors are: management and assistance that have not
been effective, Human Resources (members) are still low, the absence of
additional capital in order to develop joint business groups, marketing the
products that have not reached the market and Unfair Business Competition.
Appropriate strategies used to overcome barriers that permit service quality
improvement (1) Human Resource Development (Member) KUBE and
established a partnership with Micro Finance Institutions, (2) Change renewal
Management KUBE and Utilizing advances in information technology, (3)
Revitalization KUBE Organization, (4) Making Adjustments and evaluation of
programs and activities are a priority and the provision of venture capital in
order to increase business KUBE.
Keywords: empowerment, social problems, poverty reduction

ABSTRAK

P enelitian ini membahas efektivitas, faktor penghambat dan pendukung


serta merumuskan strategi mengatasi hambatan dalam pelaksanaan

111
TRANSFORMASI: JURNAL MANAJEMEN PEMERINTAHAN \ VOL. 10 NO. 2 \ OKTOBER 2018: 111 – 129

Program Pemberdayaan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial


melalui Kelompok Usaha Bersama di Kelurahan Tanjunggading Kota
Bandarlampung.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode


deskriftif dengan pendekatan kualitatif-induktif. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian deskriptif melalui seleksi data, reduksi data
dan verifikasi data serta menggunakan analisis SWOT guna merumuskan
strategi mengatasi hambatan.

Hasil penelitian ini dapat dijelaskan bahwa Efektivitas pelaksanaan


Program Pemberdayaan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial melalui
Kelompok Usaha Bersama (KUBE) di Kelurahan Tanjunggading secara umum
sudah efektif yang dilihat dari ketercapaian tujuan program, peningkatan
pendapatan, dan mampu mengatasi asalah peningkatan keberfungsian
sosial anggota, akan tetapi ada program yang belum dapat tercapai sesuai
dengan tujuan yaitu mengenai keberlangsungan program terutama dalam
penambahan modal usaha.

Faktor pendukung dalam pelaksanaan program ini yaitu aktifnya anggota


dalam mengelola usahanya, Motivasi anggota untuk melaksanakan
dan mengelola usaha cukup tinggi, Adanya dukungan dari masyarakat
dan pembinaan. Sedangkan faktor penghambatnya, yaitu: Manajemen
dan pendampingan yang belum efektif, Sumber Daya Manusia (anggota)
yang masih rendah, Tidak adanya penambahan modal usaha guna
pengembangan kelompok usaha bersama, Pemasaran hasil produksi yang
belum menjangkau pasar dan Persaingan Usaha.

Strategi yang tepat digunakan untuk mengatasi hambatan peningkatan


kualitas pelayanan perizinan yaitu (1) Melakukan Pengembangan sumber
daya manusia (Anggota) KUBE dan menjalin kemitraan dengan lembaga
keuangan mikro, (2) pembaharuan manajemen pengelolaan KUBE dan
memanfaatkan kemajuan teknologi informasi, (3) Revitalisasi organisasi
KUBE, (4) Melakukan penyesuaian dan evaluasi terhadap program dan
kegiatan secara prioritas serta penyediaan modal usaha guna peningkatan
usaha KUBE.
Kata kunci: pemberdayaan, masalah kesejahteraan sosial, penanggulangan
kemiskinan.

belum optimal. Kerelawanan sosial dalam


PENDAHULUAN
kehidupan masyarakat yang dapat menjadi
Persoalan kemiskinan merupakan masalah sumber penting pemberdayaan dan pemecahan
multidimensi yang tidak hanya disebabkan akar permasalahan kemiskinan juga mulai
faktor ekonomis namun berkaitan pula dengan luntur. Untuk itu diperlukan perubahan yang
kerentanan dan kerawanan seseorang atau bersifat sistemik dan menyeluruh dalam upaya
kelompok masyarakat untuk menjadi miskin. penanggulangan kemiskinan.
Paradigma kemiskinan yang menyangkut
sifat, kondisi dan konteks kemiskinan menjadi Peningkatan efektivitas penanggulangan
sangat penting dalam menerapkan langkah kemiskinan dan penciptaan lapangan
kebijakan yang tepat dalam mengatasinya. kerja, pemerintah meluncurkan Program
Permasalahan kemiskinan yang cukup Pemberdayaan Penyandang Masalah
kompleks membutuhkan intervensi semua Kesejahteraan Sosial (PMKS) sejak tahun 1980.
pihak secara bersama dan terkoordinasi. Melalui pemberdayaan Penyandang Masalah
Namun penanganannya selama ini cenderung Kesejahteraan Sosial dirumuskan kembali
parsial dan tidak berkelanjutan. Peran dunia mekanisme upaya penanggulangan kemiskinan
usaha dan masyarakat pada umumnya juga yang melibatkan unsur masyarakat, mulai dari

112
Romi Saputra: Efektivitas Pelaksanaan Program Pemberdayaan Penyandang Masalah ...

tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga masyarakat dapat berjalan lebih efektif dan
pemantauan dan evaluasi. Melalui proses efisien.
pembangunan partisipatif, kesadaran kritis dan
Upaya melakukan pengentasan dan
kemandirian masyarakat, terutama masyarakat
penanggulangan kemiskinan Pemerintah
miskin, dapat ditumbuhkembangkan sehingga
memiliki banyak program yang tersebar di
mereka bukan sebagai objek melainkan subjek
berbagai Kementerian dan Lembaga. Program-
upaya penanggulangan kemiskinan.
program tersebut dalam pelaksanaannya
Pendekatan pemberdayaan masyarakat berjalan sendiri-sendiri tanpa ada koordinasi
selama ini telah banyak diupayakan melalui antara satu dengan yang lain. Sehingga dapat
berbagai pembangunan sektoral maupun terjadi dalam pelaksanannya ada dua atau lebih
regional. Namun karena dilakukan secara program yang dilaksanakan pada satu daerah
parsial dan tidak berkelanjutan, efektivitasnya yang sama. Program-program yang tersebar di
terutama untuk penanggulangan kemiskinan berbagai Kementerian dan Lembaga tersebut
dipandang masih belum optimal. Untuk itu, dalam pelaksanaannya memiliki standar
melalui Program Pemberdayaan Penyandang operasional yang berbeda-beda. Melihat hal
Masalah Kesejahteraan Sosial diharapkan tersebut Pemerintah Kota Bandarlampung
dapat terjadi harmonisasi prinsip-prinsip dalam hal ini Dinas Sosial Tenaga Kerja dan
dasar, pendekatan, strategi, serta berbagai Transmigrasi melalui Program Pemberdayaan
mekanisme dan prosedur pembangunan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial,
berbasis pemberdayaan masyarakat miskin adalah program yang di dalamnya berisi
sehingga proses peningkatan kesejahteraan kegiatan-kegiatan.

Tabel 1
Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Kota Bandarlampung Tahun Anggaran 2011

1. Pembinaan Lanjutan Pemberdayaan Fakir Miskin;


Sasaran : KUBE Fakir Miskin
Masukan : Dana sebesar Rp. 75.000.000,-
Keluaran : Dibinanya Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Fakir
Miskin
Hasil : Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dalam mengelola
usahanya akan tetap berjalan dan memperoleh hasil
usaha yang memuaskan
Target Kinerja : 43 KUBE (430 KK)
2. Pembinaan Keluarga Muda Mandiri;
Sasaran : Keluarga Muda Mandiri (KMM)
Masukan : Dana sebesar Rp. 25.543.000,-
Keluaran : Dibinanya Keluarga Muda Mandiri
Hasil : Meningkatnya tarap hidup bagi Keluarga Muda
Mandiri
Target Kinerja : 15 orang
3. Pembinaan Monitoring dan Evaluasi Program Keluarga Harapan;
Sasaran : Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM)
Masukan : Dana sebesar Rp. 58.993.000,-
Keluaran : Dilaksanakannya Monitoring Program Keluarga
Harapan
Hasil : Program Keluarga Harapan dapat terevaluasi
Target Kinerja : 14 Kecamatan

113
TRANSFORMASI: JURNAL MANAJEMEN PEMERINTAHAN \ VOL. 10 NO. 2 \ OKTOBER 2018: 111 – 129

4. Pembinaan Bagi Wanita Tuna Susila dan Wanita Rentan Tindak Tuna Susila;
Sasaran : Wanita Tuna Susila dan Wanita Rentan Tindak Tuna
Susila
Masukan : Dana sebesar Rp. 8.624.000,-
Keluaran : Dilaksanakannya Bimbingan Sosial bagi Wanita Tuna
Susila dan Wanita Rentan Tindak Tuna Susila

Hasil : Wanita Tuna Susila dan Wanita Rentan Tindak Tuna


Susila dapat melaksanakan fungsi sosialnya
Target Kinerja : 70 orang
5. Pembinaan Bagi eks Narapidana;
Sasaran : Eks Narapidana
Masukan : Dana sebesar Rp. 33.571.400,-
Keluaran : Dilaksanakannya Bimbingan Sosial bagi Eks
Narapidana
Hasil : Eks Narapidana memiliki keterampilan dan tumbuh
percaya diri
Target Kinerja : 20 orang
6. Bantuan Kesejahteraan Sosial Fakir Miskin di Kawasan Industri Tembakau;
Sasaran : Keluarga Fakir Miskin
Masukan : Dana sebesar Rp. 53.500.101,-
Keluaran : Terbentuknya Keluarga Miskin Dalam Memperoleh
Modal Usaha
Hasil : Terbentuknya Kelompok Usaha Bersama Fakir
Miskin di Kawasan Industri Tembakau
Target Kinerja : 130 Kepala Keluarga (13 KUBE)
7. Bantuan Rehabilitasi Sosial Bagi Eks Penderita Penyakit Kronis Dampak Merokok;
Sasaran : Para Exs Penderita Penyakit Kronis Dampak Merokok
Masukan : Dana sebesar Rp. 25.000.000,-
Keluaran : KBS Eks Penderita Penyakit Kronis Dampak Merokok
Semakin Percaya Diri
Hasil : KBS Eks Penderita Penyakit Kronis Dampak
Merokok Mengelola UEP untuk Meningkatkan
Kesejahteraannya.
Target Kinerja : 50 Orang (5 KUBE)
8. Peningkatan Kesejahteraan Sosial Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE) dan
Asistensi Kesejahteraan Sosial Keluarga.
Sasaran : Keluarga Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE) dan
Keluaraga fakir miskin
Masukan : Dana sebesar Rp. 99.629.225
Keluaran : Terbinanya Wanita Rawan Sosial Ekonomi dan
Keluarga Miskin
Hasil : Keluarga Wanita Rawan Sosial Ekonomi dan Keluarga
Fakir Miskin dapat meningkatkan kesejahteraannya

Target Kinerja : 60 Orang (6 KUBE)

Penduduk yang termasuk dalam kelompok memerlukan penanganan secara khusus.


Penyandang Masalah Kesejahteraan Untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi
Sosial cenderung mengalami peningkatan permasalahan tersebut, diperlukan data/
baik kuantitas maupun intensitas. Dampak informasi mengenai berbagai hal yang berkaitan
yang ditimbulkan sangat komplek dan secara akurat, terpercaya dan tepat waktu.

114
Romi Saputra: Efektivitas Pelaksanaan Program Pemberdayaan Penyandang Masalah ...

Tabel 2
Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Kota Bandarlampung Tahun 2011

No Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Jumlah Persentase


1. Anak Balita Terlantar 1,372 1.39%
2. Anak Terlantar 4,069 4.11%
3. Anak Nakal 509 0.51%
4. Anak Jalanan 95 0.10%
5. Wanita Rawan Sosial Ekonomi 8,457 8.55%
6. Korban Tindak Kekerasan 217 0.22%
7. Lanjut Usia 8,301 8.39%
8. Penyandang Cacat (Penca) 10,057 10.17%
9. Tuna Susila 244 0.25%
10. Pengemis 91 0.09%
11. Gelandangan 78 0.08%
12. Bekas Warga Binaan Lembaga Kemasyarakatan (BWBLK) 452 0.46%
13. Korban Penyalahgunaan Napza 164 0.17%
14. Keluarga Fakir Miskin 53,168 53.76%
15. Keluarga Berumah Tidak Layak Huni 8,678 8.77%
16. Keluarga Bermasalah Sosial 298 0.30%
17. Komunitas Adat Terpencil 220 0.22%
18. Korban Bencana Alam 199 0.20%
19. Korban Bencana Sosial 67 0.07%
20. Pekerja Migran 239 0.24%
21. Orang Dengan HIV/AIDS - 0.00%
22. Keluarga Rentan 1,929 1.95%
JUMLAH 94,839 100%

Sumber: Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Bandarlampung, 2016.

Data dari Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Program Pemberdayaan Penyandang
Transmigrasi Kota Bandarlampung masih Masalah Kesejahteraan Sosial melalui
terdapat Penyandang Masalah Kesejahteraan Kelompok Usaha Bersama di Kelurahan
Sosial di Kota Bandarlampung sebagaimana Tanjunggading Kecamatan Tanjungkarang
tabel berikut ini: Timur Kota Bandarlampung?
c. Strategi apa yang dilakukan untuk
Perumusan Masalah
mengatasi hambatan dalam pelaksanaan
Berdasarkan pada latar belakang masalah Program Pemberdayaan Penyandang
di atas maka perumusan masalah dalam Masalah Kesejahteraan Sosial melalui
penelitian ini adalah sebagai berikut. Kelompok Usaha Bersama di Kelurahan
a. Bagaimana efektivitas pelaksanaan Tanjunggading Kecamatan Tanjungkarang
Program Pemberdayaan Penyandang Timur Kota Bandarlampung?
Masalah Kesejahteraan Sosial melalui
Kelompok Usaha Bersama di Kelurahan KAJIAN TEORETIS
Tanjunggading Kecamatan Tanjungkarang
Timur Kota Bandarlampung? Konsep Efektivitas
b. Faktor-faktor apakah yang mendukung Pengertian efektivitas menurut Dunn (2003:
dan menghambat efektivitas pelaksanaan 429) ”efektivitas (effectiveness) berkenaan

115
TRANSFORMASI: JURNAL MANAJEMEN PEMERINTAHAN \ VOL. 10 NO. 2 \ OKTOBER 2018: 111 – 129

dengan apakah suatu alternatif mencapai usaha-usaha yang dilakukan untuk


hasil (akibat) yang diharapkan, atau mencapai melaksanakan semua rencana dan
tujuan dari diadakannya tindakan”. Sedangkan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan
pengertian efektivitas menurut Tyson (1992: ditetapkan dengan melengkapi segala
230) ”efektivitas dapat didefinisikan sebagai kebutuhan alat-alat yang diperlukan,
kecakapan untuk menyesuaikan diri terhadap siapa yang melaksanakan, dimana tempat
lingkungan yang berubah”. pelaksanaannya, kapan waktu mulai dan
”Kajian teori organisasi efektivitas dari berakhirnya dan bagaimana cara yang harus
pendekatan pencapaian tujuan (the goal dilaksanakan.
approach) diartikan sejauh mana organisasi Program menurut Terry (dalam Tachjan,
mewujudkan tujuan-tujuannya” (Robbins, 2008: 31) mendefinisikan bahwa:
1995: 53). Dunn (1999: 429), menjelaskan
A program can be defined as a
bahwa efektivitas berkenaan dengan apakah
comprehensive plan that includes future
suatu alternatif mencapai hasil (akibat)
use of different resources in an integrated
yang diharapkan, atau mencapai tujuan
pattern and established a sequence of
diadakannya tindakan. Efektivitas, yang secara
required actions and time schedules for
dekat berhubungan dengan rasional teknis,
each in order to achieve stated objectives.
selalu diukur dari unit produk atau layanan.
The makeup of a program can include
Efektivitas organisasi dikaji dari jumlah yang
objectives, policies, procedures, methods,
dipergunakan untuk menghasilkan suatu
standards, and budgets.
unit keluaran (unit of output). Pendapat yang
hampir sama disampaikan oleh Osborne dan Bahwa program merupakan rencana
Gaebler (2005: 389), sebagai berikut. yang bersifat komperehensif yang sudah
menggambarkan sumber daya yang akan
Efektivitas berbeda dengan efisiensi,
digunakan dan terpadu dalam satu kesatuan.
efisiensi merupakan ukuran berapa biaya
Program tersebut menggambarkan sasaran,
untuk masing-masing output (volume yang
kebijakan, prosedur, metode, standar, dan
diproduksi), sedangkan efektivitas adalah
budget.
ukuran kualitas output itu: bagaimana mencapai
outcome (kualitas atau efektivitas produksi). Berdasarkan permasalahan pokok yang
Dengan demikian maka konsep efektivitas berkembang serta prioritas pemecahannya
lebih menekankan kepada kualitas dari pada pada setiap unit administratif, program tersebut
perbandingan biaya tiap unit keluaran. dapat dikelompokkan secara berjenjang ke
dalam: “Program catagories, Program sub-
Efektivitas dapat diartikan sebagai
catagories, Program elements”. Atas dasar
sejauhmana pencapaian dari hasil yang telah
pengelompokan tersebut di atas, struktur
didapat dengan tujuan yang telah ditetapkan
program dapat tersusun secara berjenjang
dan untuk mengukur efektivitas diperlukan
ke dalam: Program Induk, Program Utama,
suatu indikator untuk mengukur pencapaian
Program/kegiatan.
hasil dari tujuan yang telah ditetapkan.

Program Penyandang Masalah Kesejahte­


Implementasi Program
raan Sosial
Istilah “Implementasi“ berasal dari bahasa
Undang-Undang Republik Indonesia No.
Inggris yakni “Implementation“ yang berarti
11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial
pelaksanaan. Istilah ini selalu berkonotasi
mengamanatkan bahwa penyelenggaraan
sebagai kegiatan atau activity, bahkan kedua
kesejahteraan sosial dilakukan berdasarkan
istilah itu sering digunakan dalam suatu konteks
keterpaduan, keterbukaan, akuntabilitas,
pengertian, yakni implementation activity.
profesionalitas, dan berkelanjutan. Untuk
Pariata Westra (1997: 155) merumuskan tercapainya kesejahteraan sosial dimaksud
pengertian implementasi activity sebagai maka diperlukan basis data yang kompeten

116
Romi Saputra: Efektivitas Pelaksanaan Program Pemberdayaan Penyandang Masalah ...

dan valid sebagai dasar penyelenggaraan seorang sakit, salah seorang/kedua-


kesejahteraan sosial. Untuk itu pemerintah duanya, meninggal, anak balita sakit)
melalui Kementerian Sosial dipandang perlu sehingga terganggu kelangsungan hidup,
menetapkan sumber data Penyandang pertumbuhan dan perkembangannya baik
Masalah Kesejahteraan Sosial dan  Potensi secara jasmani, rohani dan sosial.
dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) 2. Anak Telantar, adalah anak berusia
yang akurat, dan terkini. 5-18 tahun yang karena sebab tertentu,
Kehidupan masyarakat yang semakin orang tuanya tidak dapat melakukan
kompleks dewasa ini ditandai dengan kemajuan kewajibannya (karena beberapa
teknologi, industrialisasi, urbanisasi dan berbagai kemungkinan seperti miskin atau tidak
gejolak kemasyarakatan menimbulkan banyak mampu, salah seorang dari orangtuanya
masalah sosial. Apabila tidak segera ditangani, atau kedua-duanya sakit, salah seorang
maka masalah ini akan semakin menyebar dan atau kedua-duanya meninggal, keluarga
semakin berdampak pada masyarakat. Untuk tidak harmonis, tidak ada pengasuh/
itu diperlukan suatu upaya yang terintegrasi pengampu) sehingga tidak dapat terpenuhi
dan terorganisasi untuk menyelesaikan kebutuhan dasarnya dengan wajar baik
permasalahan tersebut. Masalah sosial timbul secara jasmani, rohani dan sosial.
dari berbagai sebab, baik faktor pelaku (internal 3. Anak Nakal, adalah anak yang berusia 5-18
faktors) maupun faktor lingkungan (eksternal tahun yang berperilaku menyimpang dari
faktors). Faktor-faktor internal dan eksternal norma dan kebiasaan yang berlaku dalam
saling berinteraksi dan berinterdependensi, masyarakat,lingkungannya sehingga
sehingga masalah sosial biasanya kompleks merugikan dirinya, keluarganya dan orang
dan tidak mudah dipecahkan. Masalah sosial lain, serta mengganggu ketertiban umum,
mempunyai berbagai dimensi, baik ekonomi, akan tetapi karena usia belum dapat
sosial, budaya, biologis, psikologis, spiritual, dituntut secara hukum.
hukum, maupun keamanan, sehingga masalah 4. Anak Jalanan, adalah anak yang berusia
sosial hanya bisa didekati secara lintas sektor 5-18 tahun yang menghabiskan sebagian
dan interdisipliner. besar waktunya untuk mencari nafkah dan
Penyandang Masalah Kesejahteraan berkeliaran di jalanan maupun tempat-
Sosial adalah seseorang, keluarga atau tempat umum.
kelompok masyarakat yang karena suatu 5. Wanita Rawan Sosial Ekonomi, adalah
hambatan, kesulitan, atau gangguan tidak seorang wanita dewasa berusia 18-59
dapat melaksanakan fungsi sosialnya tahun belum menikah atau janda dan tidak
sehingga tidak terpenuhi kebutuhan hidupnya mempunyai penghasilan cukup untuk dapat
baik jasmani, rohani, maupun sosial secara memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.
memadai dan wajar. Hambatan, kesulitan, atau 6. Korban Tindak Kekerasan, adalah
gangguan tersebut dapat berupa kemiskinan, seseorang yang mengalami tindak
ketelantaran, kecacatan, ketunaan sosial, kekerasan, diperlakukan salah atau tidak
keterbelakangan, keterasingan/ketertinggalan, semestinya dalam lingkungan keluarga
dan bencana alam maupun bencana sosial. atau lingkungan terdekatnya, dan terancam
Saat ini Kementerian Sosial menangani baik secara fisik maupun non fisik.
22 jenis Penyandang Masalah Kesejahteraan 7. Lanjut Usia Telantar, adalah seseorang
Sosial, yaitu sebagai berikut. yang berusia 60 tahun atau lebih, karena
1. Anak Balita Telantar, adalah anak yang faktor-faktor tertentu tidak dapat memenuhi
berusia 0-4 tahun karena sebab tertentu, kebutuhan dasarnya baik secara jasmani,
orang tuanya tidak dapat melakukan rohani maupun sosial.
kewajibannya (karena beberapa 8. Penyandang Cacat, adalah setiap orang
kemungkinan: miskin/tidak mampu, salah yang mempunyai kelainan fisik atau mental

117
TRANSFORMASI: JURNAL MANAJEMEN PEMERINTAHAN \ VOL. 10 NO. 2 \ OKTOBER 2018: 111 – 129

yang dapat mengganggu atau merupakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan


rintangan dan hambatan bagi dirinya untuk pokok atau orang yang mempunyai sumber
melakukan fungsi-fungsi jasmani, rohani mata pencaharian akan tetapi tidak dapat
maupun sosialnya secara layak, yang terdiri memenuhi kebutuhan pokok keluarga
dari penyandang cacat fisik, penyandang yang layak bagi kemanusiaan.
cacat mental dan penyandang cacat fisik
15. Keluarga Berumah Tidak Layak Huni,
dan penyandang cacat mental.
adalah keluarga yang kondisi perumahan
9. Tuna Susila, adalah seseorang yang dan lingkungannya tidak memenuhi
melakukan hubungan seksual dangan persyaratanyang layak untuk tempat
sesama atau lawan jenis secara berulang- tinggal baik secara fisik, kesehatan
ulang dan bergantian diluar perkawinan maupun sosial.
yang sah dengan tujuan mendapatkan
imbalan uang,materi atau jasa. 16. Keluarga Bermasalah Sosial Psikologis,
adalah keluarga yang hubungan antar
10. Pengemis, adalah orang-orang yang
anggota keluarganya terutama antara
mendapat penghasilan meminta-minta
suami -istri kurang serasi, sehingga tugas-
di tempat umum dengan berbagai cara
tugas dan fungsi keluarga tidak dapat
dengan alasan untuk mengharapkan belas
berjalan dengan wajar.
kasihan orang lain.
11. Gelandangan, adalah orang-orang yang 17. Komunitas Adat Terpencil,adalah
kelompok orang atau masyarakat yang
hidup dalam keadaan yang tidak sesuai
hidup dalam kesatuan kesatuan sosial
dengan norma kehidupan yang layak
kecil yang bersifat lokal dan terpencil, dan
dalam masyarakat setempat, serta tidak
masih sangat terikat pada sumber daya
mempunyai pencaharian dan tempat
alam dan habitatnya secara sosial budaya
tinggal yang tetap serta mengembara di terasing dan terbelakang dibanding dengan
tempat umum. masyarakat Indonesia pada umumnya,
12. Bekas Warga Binaan Lembaga sehingga memerlukan pemberdayaan
Kemasyarakatan (BWBLK), adalah dalam menghadapi perubahan lingkungan
seseorang yang telah selesai atau dalam dalam arti luas.
3 bulan segera mengakhiri masa hukuman 18. Korban Bencana Alam, adalah perorangan,
atau masa pidananya sesuai dengan keluarga atau kelompok masyarakat
keputusan pengadilan dan mengalami yang menderita baik secara fisik, mental
hambatan untuk menyesuaikan diri kembali maupun sosial ekonomi sebagai akibat
dalam kehidupan masyarakat, sehingga dari terjadinya bencana alam yang
mendapat kesulitan untuk mendapatkan menyebabkan mereka mengalami
pekerjaan atau melaksanakan hambatan dalam melaksanakan tugas-
kehidupannya secara normal. tugas kehidupannya. Termasuk dalam
korban bencana alam adalah korban
13. Korban Penyalahgunaan NAPZA, adalah
bencana gempa bumi tektonik, letusan
seseorang yang menggunakan narkotika, gunung berapi, tanah longsor, banjir,
psikotropika dan zat-zat adiktif lainnya gelombang pasang atau tsunami,
termasuk minuman keras diluar tujuan kencang, kekeringan, dan kebakaran
pengobatan atau tanpa sepengetahuan hutan atau lahan, kebakaran permukiman,
dokter yang berwenang. kecelakaan pesawat terbang, kereta api,
14. Keluarga Fakir Miskin, adalah seseorang perahu dan musibah industri (kecelakaan
atau kepala keluarga yang sama kerja).
sekali tidak mempunyai sumber mata 19. Korban Bencana Sosial atau Pengungsi,
pencaharian dan atau tidak mempunyai adalah perorangan, keluarga atau

118
Romi Saputra: Efektivitas Pelaksanaan Program Pemberdayaan Penyandang Masalah ...

kelompok masyarakat yang menderita baik generasi muda, yang tumbuh atas dasar
secara fisik, mental maupun sosial ekonomi kesadaran dan rasa tanggungjawab
sebagai akibat dari terjadinya bencana sosial dari, oleh, dan untuk masyarakat
sosial kerusuhan yang menyebabkan khususnya generasi muda di wilayah desa/
mereka mengalami hambatan dalam kelurahan atau komunitas sosial sederajat,
melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. yang bergerak di bidang kesejahteraan
20. Pekerja Migran Telantar, adalah seseorang sosial dan secara organisasi berdiri sendiri.
yang bekerja di luar tempat asalnya dan 4. Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis
menetap sementara di tempat tersebut dan Masyarakat (WKSBM), adalah sistem
mengalami permasalahan sosial sehingga kerja sama antar keperangkatan
menjadi telantar. pelayanan sosial di akar rumput yang
21. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA), adalah terdiri atas usaha kelompok, lembaga
seseorang yang dengan rekomendasi maupun jaringan pendukungnya. Wahana
profesional (dokter) atau petugas ini berupa jejaring kerja dari pada
laboratorium terbukti tertular virus HIV kelembagaan sosial komunitas lokal,
sehingga mengalami sindrom penurunan baik yang tumbuh melalui proses alamiah
daya tahan tubuh (AIDS) dan hidup dan tradisional maupun lembaga yang
telantar. sengaja dibentuk dan dikembangkan oleh
22. Keluarga Rentan, adalah keluarga muda masyarakat pada tingkat lokal, sehingga
yang baru menikah (sampai dengan dapat menumbuh kembangkan sinergi
lima tahun usia pernikahan) yang lokal dalam pelaksanaan tugas di bidang
mengalami masalah sosial dan ekonomi Usaha Kesejahteraan Sosial.
(berpenghasilan sekitar 10% di atas garis 5. Dunia Usaha yang Melakukan UKS,
kemiskinan) sehingga kurang mampu adalah organisasi komersial seluruh
memenuhi kebutuhan dasar keluarga. lingkungan industri dan produksi barang/
Potensi dan Sumber Kesejahteraan jasa termasuk BUMN dan BUMD serta
Sosial adalah potensi dan sumber yang ada atau wirausahawan beserta jaringannya
pada manusia, alam dan institusi sosial yang yang dapat melaksanakan tanggung jawab
dapat digunakan untuk mewujudkan usaha sosialnya.
kesejahteraan sosial. Selanjutnya Potensi dan
Sumber Kesejahteraan Sosial meliputi: Konsep Strategi

1. Pekerja Sosial Masyarakat (PSM), adalah Strategi merupakan sebuah konsep yang
warga masyarakat yang atas dasar perlu dipahami dan diterapkan oleh setiap
kesadaran dan tanggung jawab sosial manajer. Sejak beberapa tahun yang lampau,
serta didorong oleh rasa kebersamaan, pengertian stretegi makin banyak mendapatkan
kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial perhatian dan dibahas dalam literatur. Adapun
secara sukarela mengabdi di bidang perhatian terhadap istilah strategi muncul,
Kesejahteraan Sosial. oleh karena orang menyadari bahwa setiap
organisasi memerlukan sebuah skope yang
2. Organisasi Sosial, adalah suatu terumuskan dengan baik, kearah pertumbuhan
perkumpulan sosial yang dibentuk oleh dan sasaran-sasaran dapat memenuhi
masyarakat, baik yang berbadan hukum kebutuhan, sehingga diperlukan peraturan-
maupun yang tidak berbadan hukum peraturan keputusan tambahan/pendukung,
yang berfungsi sebagai sarana partisipasi agar organisasi yang bersangkutan dapat
masyarakat dalam melaksanakan Usaha mencapai pertumbuhan teratur.
Kesejahteraan Sosial
Strategi memiliki sifat proaktif (diintensi)
3. Karang Taruna, adalah Organisasi Sosial dan reaktif (adaptif) terlihat pada gambar
Kepemudaan, wadah pengembangan berikut.

119
Strategi memiliki sifat proaktif (diintensi) dan reaktif (adaptif) terlihat pada
gambar berikut :
Gambar 1.
Strategi aktual, sebagian bersifat direncanakan dan
sebagian bersifat terhadap situasi dan kondisi yang berubah.
TRANSFORMASI: JURNAL MANAJEMEN PEMERINTAHAN \ VOL. 10 NO. 2 \ OKTOBER 2018: 111 – 129
(Winardi, 2003 : 107)

Strategi yang
direncanakan
(intended strategy)

Strategi aktual
Reaksi-reaksi
adaptasi terhadap
situasi yang berubah

Gambar 1.
Strategi aktual, sebagian bersifat direncanakan dan sebagian bersifat terhadap situasi
dan kondisi yang berubah. (Winardi, 2003: 107)
12

Hetten and Hetten dalam Salusu (1996: 5. Sumber daya adalah suatu yang kritis.
108) memberikan beberapa petunjuk Mengingat strategi adalah sesuatu yang
bagaimana suatu strategi dibuat sehingga ia mungkin anda harus membuat sesuatu
bisa sukses: memang layak dan dapat dilaksanakan.
1. Strategi haruslah konsisten dengan 6. Strategi hendaknya memperhitungkan
lingkungannya. Jangan membuat resiko yang tidak terlalu besar. Memang
strategi yang melawan arus. Ikutilah setiap strategi mengandung resiko, tetapi
arus perkembangan masyarakat dalam haruslah barhati-hati sehingga tidak
lingkungan yang memberikan peluang menjerumuskan organisasi kedalam
untuk bergerak maju. lubang yang besar. Oleh sebab itu, suatu
2. Setiap organisasi tidak hanya membuat strategi haruslah dapat dikontrol.
satu strategi. Tergantung pada ruang 7. Strategi hendaknya disusun diatas
lingkup kegiatannya. Apabila banyak landasan keberhasilan telah dicapai.
strategi yang dibuat maka strategi yang Jangan menyusun strategi diatas
satu haruslah konsisten dengan strategi kegagalan.
yang lain. Jangan bertentangan atau 8. Tanda-tanda dari suksesnya strategi
bertolak belakang. ditempatkan dengan adanya dukungan
3. Strategi yang efektif hendaknya memfokuskan dari pihak-pihak yang terkait, dan terutama
dan menyatukan semua sumber daya dan dari para eksekutif, dari semua pimpinan
tidak mencerai beraikan satu dengan yang unit kerja dalam organisasi.
lain. Persaingan yang tidak sehat antar
berbagai unit kerja dalam organisasi seringkali Pengertian Kemiskinan
mengklaim sumber dayanya, memberikannya Kemiskinan merupakan salah satu
terpisah dari unit kerja lainnya sehingga masalah yang selalu dihadapi oleh manusia.
kekuatan-kekuatan tidak menyatu itu justru Bagi mereka yang tergolong miskin,
merugikan posisi organisasi. kemiskinan adalah sesuatu yang nyata
4. Strategi hendaknya memusatkan perhatian ada dalam kehidupan mereka sehari-hari ;
pada apa yang merupakan kekuatannya karena mereka itu merasakan dan menjalani
dan tidak pada titik-titik yang justru adalah sendiri bagaimana hidup dalam kemiskinan.
kelemahannya. Selain itu, hendaknya juga Walaupun demikian belum tentu mereka itu
memanfaatkan kelemahan pesaing dan sadar akan kemiskinan yang mereka jalani.
membuat langkah-langkah yang tepat Kesadaran akan kemiskinan yang mereka
untuk menempati posisi kompetitif yang hadapi itu, baru terasa pada waktu mereka
lebih kuat. membandingkan kehidupan yang mereka

120
Romi Saputra: Efektivitas Pelaksanaan Program Pemberdayaan Penyandang Masalah ...

jalani dengan kehidupan orang lain yang tersebut akan diperlunak atau dieliminasi
tergolong mempunyai tingkat kehidupan sosial oleh adanya pranata tradisional, seperti
dan ekonomi yang lebih tinggi. pola hubungan patronclient, jiwa gotong
royong, dan sejenisnya yang secara
Menurut Soekanto (1990: 365) mengartikan
fungsional dapat meredam kemungkinan
“kemiskinan sebagai suatu keadaan di
timbulnya kecemburuan sosial.
mana seseorang tidak sanggup memelihara
dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan 2. Kemiskinan Struktural
kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan
Kemiskinan kategori ini lebih disebabkan
tenaga mental maupun fisiknya dalam
oleh struktur sosial yang ada membuat
kelompok tersebut”. Kemiskinan dianggap
anggota atau kelompok masyarakat tidak
sebagai masalah sosial apabila perbedaan
menguasai sarana ekonomi dan fasilitas
kedudukan ekonomis para warga masyarakat
secara merata. Dengan demikian sebagian
ditentukan secara tegas. Pada masyarakat
anggota masyarakat tetap miskin walaupun
yang bersahaja susunan dan organisasinya,
sebenarnya jumlah total produksi yang
mungkin kemiskinan bukan merupakan
dihasilkan oleh masyarakat tersebut bila
masalah sosial, karena mereka menganggap
dibagi rata dapat membebaskan semua
bahwa semua telah ditakdirkan, sehingga tidak
anggota masyarakat dari kemiskinan.
ada usaha-usaha untuk mengatasinya. Pada
masyarakat modern yang rumit, kemiskinan Menurut Subroto (2005: 4), indikator
menjadi suatu problema sosial karena sikap kemiskinan adalah sebagai berikut.
yang membenci kemiskinan. Faktor-faktor yang
1. Cukup Pangan
menyebabkan mereka membenci kemiskinan
adalah kesadaran bahwa mereka telah gagal Yaitu apabila seseorang mampu
untuk memperoleh lebih daripada apa yang mengonsumsi pangan <2.100 kalori per hari
telah dimilikinya dan perasaan akan adanya atau kurang dari dua kali makan makanan
ketidakadilan. pokok per hari. Kecukupan pangan adalah
Menurut Subroto (2005: 4), “kemiskinan indikator paling penting untuk menentukan
adalah kondisi di mana seseorang atau tingkat kegawatan kemiskinan. Mengingat
kelompok masyarakat yang tidak mampu pangan adalah kebutuhan dasar hidup
memenuhi standar kebutuhan hidup minimal manusia maka apabila masyarakat atau
dengan urutan prioritas yakni: cukup pangan, seseorang kekurangan pangan atau tidak
papan, sandang, pendidikan, kesehatan dan mampu memenuhi kebutuhan pangan dari
rekreasi”. Menurut Soetrisno (2002: 16-17),
hasil usahanya maka tingkat kemiskinan
kemiskinan dapat dipahami melalui akar
masyarakat atau seseorang pada kondisi
penyebabnya yang dibedakan menjadi dua
demikian dapat dikatakan sangat miskin.
kategori, yaitu:
2. Cukup Sandang
1. Kemiskinan Natural
Yaitu apabila seseorang mempunyai
Kemiskinan kategori ini timbul sebagai atau mampu membeli kurang dari dua
akibat terbatasnya jumlah sumber daya setel pakaian dalam satu tahun untuk diri
dan atau karena tingkat perkembangan dan keluarganya. Kecukupan sandang
teknologi yang rendah, artinya faktor-faktor adalah indikator paling penting berikutnya.
yang menyebabkan suatu masyarakat Mengingat sandang adalah kebutuhan
menjadi miskin adalah faktor alam primer untuk kesehatan dan bersosialisasi.
yang kurang menguntungkan. Keadaan Maka apabila masyarakat atau seseorang
kemiskinan yang demikian mungkin saja tidak mampu memenuhi kebutuhan
terjadi perbedaan-perbedaan kemampuan sandang tersebut maka dapat dikatakan
(kekayaan), tetapi dampak perbedaan miskin.

121
TRANSFORMASI: JURNAL MANAJEMEN PEMERINTAHAN \ VOL. 10 NO. 2 \ OKTOBER 2018: 111 – 129

3. Cukup Papan miskin karena rekreasi juga termasuk


kebutuhan primer untuk membangun
Apabila masyarakat atau seseorang tidak
potensi produktif sumber daya manusia
atau belum mampu tinggal pada tempat
lahir dan batin.
tinggal (rumah) yang layak huni dalam
kriteria tersedia cukup air (untuk mandi,
cuci dan kakus), cukup sirkulasi udara dan METODE PENELITIAN
cahaya serta mempunyai sistem sanitasi Desain yang digunakan dalam penelitian
yang sehat maka dapat digolongkan cukup ini adalah desain deskriptif dengan pola
miskin. Mengingat papan adalah kebutuhan pendekatan kualitatif. Bogdan dan Taylor
primer untuk kehidupan berkeluarga dan (Basrowi & Suwandi, 2008: 1), menyatakan
masyarakat maka kekurangan papan yang bahwa “penelitian kualitatif adalah salah satu
layak huni dapat menjadi indikator penting prosedur penelitan yang menghasilkan data
kemiskinan. deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan
perilaku orang-orang yang diamati”. Melalui
4. Cukup Pendidikan
penelitian kualitatif peneliti dapat mengenali
Apabila seseorang belum mampu subyek, merasakan apa yang mereka alami
membiayai pendidikan, minimal pendidikan dalam kehidupan sehari-hari.
dasar sembilan tahun bagi anggota
Penelitian ini penulis menggunakan
keluarganya terutama anaknya maka
metode deskriftif dengan pendekatan kualitatif-
tergolong miskin, karena pendidikan adalah
induktif. Menurut Nasir (2005: 63), metode
kebutuhan primer untuk pembangunan
deskriptif adalah:
sumber daya manusia.
Suatu metode dalam meneliti status
5. Cukup Kesehatan
sekelompok manusia, suatu objek, suatu
Apabila masyarakat atau seseorang belum kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun
mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan suatu kelas peristiwa masa sekarang. Tujuan
modern minimal puskesmas terdekat penelitian deskriptif ini adalah membuat
dan tidak berperilaku hidup sehat maka deskriptif, gambaran atau lukisan secara
tergolong miskin, mengingat kesehatan sistematis, faktual dan akurat mengenai faktor-
dan perilaku hidup sehat adalah kebutuhan faktor serta sifat-sifat dan hubungan antara
primer untuk pembangunan sumber daya fenomena yang diselidiki.
manusia.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
6. Cukup Rekreasi
Apabila seseorang atau masyarakat belum Efektivitas Pelaksanaan Program
mampu melakukan rekreasi ulang atau
Keberlangsungan Program
membangun kreasi mental dan spiritual
minimal satu kali dalam satu minggu Kontinuitas program sangat diperlukan
untuk membangun motivasi, inovasi serta untuk keberlangsungan program dan
sikap mental positif sadar akan kewajiban perkembangan sebuah kelompok. Prinsip
dan tanggung jawabnya terhadap upaya ini menekankan bahwa pengelolaan KUBE,
peningkatan kesejahteraan baik secara kegiatan-kegiatannya dan bidang usaha
kolektif maupun individual melalui kegiatan yang dikembangkan harus diwujudkan dalam
rekreasi. Kegiatan rekreasi tersebut seperti program-program yang berkelanjutan bukan
melaksanakan ibadah ritual agama, hanya untuk sementara waktu saja. KUBE
mendengarkan radio, tape recorder, sebagai lembaga ekonomi dan sosial bukan
televisi, tamasya, olahraga, berkesenian. hanya menekankan pada aspek ekonomi
Apabila hal tersebut tidak dapat saja namun menekankan pula pada aspek
dilaksanakan maka dapat digolongkan sosial yaitu kepedulian dan kesetiakawanan

122
Romi Saputra: Efektivitas Pelaksanaan Program Pemberdayaan Penyandang Masalah ...

social dengan cara melibatkan masyarakat Mereka berada di bawah garis kemiskinan
di lingkungannya untuk ikut serta dalam apabila pendapatannya tidak cukup untuk
proses produksi yang dilakukan oleh para memenuhi kebutuhan pokok, seperti
anggotannya. Jadi, bukan hanya anggota sandang, pangan, tempat berteduh dan
KUBE saja yang meningkat penghasilannya, lain- lain. Program KUBE adalah program
akan tetapi masyarakat sekitarnyapun harus pemberian bantuan stimulan modal usaha
merasakan manfaat dari keberadaan KUBE ini. ekonomi produktif (UEP). Bantuan modal
UEP yang diperoleh anggota KUBE
Gambaran di atas menunjukkan bahwa
besarnya bervariasi digunakan untuk
keberlangsungan program dalam kegiatan
menambah modal serta mengembangkan
KUBE di kelurahan Tanjunggading yang diwakili
usaha. Bantuan modal bagi keluarga miskin
oleh KUBE Tanjunggading I dalam efektivitas
yang menjadi anggota KUBE berdampak
keberlanjutan program KUBE dapat dikatakan
cukup besar terhadap kelangsungan
sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari insentif
usaha dan peningkatan pendapatan.
bagi hasil kepada masing-masing anggotanya
Hasil wawancara menunjukkan bahwa
walalupun tidak begitu besar.
dalam peningkatan pendapatan anggota
Ketercapaian Tujuan Program KUBE sebelumnya pendapatan yang tidak
menentu karena kerja serabutan dan tidak
Tujuan program pembentukan kelompok pasti yang berkisar antara 15.000-20.000
usaha bersama (KUBE) adalah: per hari dan itupun kadang-kadang dan
tidak pasti, setelah adanya program KUBE
1) Peningkatan kemampuan berusaha para
ini anggota mendapat pendapatan yang
anggota KUBE secara bersama dalam
jelas.
kelompok;
3) Pengembangan usaha.
Pendekatan kelompok melalui kelompok
usaha merupakan strategi pemberdayaan Modal yang dimilki anggota untuk
masyarakat yang efektif untuk masyarakat menjalankan usaha sangat terbatas tetapi
lapisan bawah. Keberadaan kelompok anggota kesulitan untuk menambah modal.
akan memberikan manfaat lebih besar bagi Tambahan modal hanya mengandalkan
anggotanya karena dapat dipakai untuk bantuan dana bergulir dari pemerintah.
meningkatkan kemampuan berusaha, Modal dari luar khususnya dari lembaga
mengembangkan pengetahuan dan keuangan formal seperti koperasi dan
sistem nilai yang mendukung kehidupan bank belum dapat diakses karena
usaha, menyuburkan moralitas usaha adanya hambatan prosedural berupa
yang baik, dan meningkatkan kualitas penilaian kualifikasi perbankan yang
kehidupan yang lebih luas seperti usaha, meliputi: karakter, agunan, kemampuan
kerumahtanggaan, kemasyarakatan. mengembalikan pinjaman, modal dan
Peran dan tanggungjawab masing-masing kondisi ekonomi yang ditentukan.
pengurus KUBE Tanjunggading sudah
4)
Peningkatan kepeduliaan dan
baik, hal ini dilihat dari bagaimana para
kesetiakawanan sosial di antara para
anggota sudah mempunyai peran dan
anggota KUBE dan masyarakat sekitar.
tanggungjawab masing-masing, yang
penting bagi kelompok di KUBE ini adalah Gotong royong, kepedulian dan
keterbukaan, kebersamaam dan kejujuran kesetiakawanan sosial merupakan salah
dalam mengelola usaha ternak ini. satu tujuan dari KUBE diKelurahan
Tanjunggading, karena dengan tujuan
2) Peningkatan pendapatan; tersebut, maka keberhasilan program
Kemiskinan lazimmya dilukiskan sebagai KUBE tidak hanya dinikmati oleh
kekurangan pendapatan untuk memenuhi sebagian kelompok KUBE saja akan
kebutuhan hidup yang paling pokok. tetapi masyarakat disekitar juga harus

123
TRANSFORMASI: JURNAL MANAJEMEN PEMERINTAHAN \ VOL. 10 NO. 2 \ OKTOBER 2018: 111 – 129

ikut menikmati keberhasilan program Faktor lain yang menyebabkan mereka tidak
ini. Kepeduliaan dan kesetiakawanan berdaya untuk memiliki akses dan sumber
sosial di antara para anggota KUBE dan daya. Namun demikian, sangat sulit untuk
masyarakat sekitar tercermin dari hasil memisahkan faktor penyebab kemiskinan
wawancara penulis dengan salah seorang karena penyebab kemiskinan sangat kompleks
warga Kelurahan Tanjunggading. dan saling berkaitan satu dengan yang lainnya.
Keberadaan KUBE bagi warga miskin
Faktor-Faktor yang Memengaruhi dan
ditengah-tengah masyarakat diharapkan
Strategi yang Dilakukan
menjadi sarana untuk menciptakan
Peningkatan pendapatan dengan adanya keharmonisan hubungan sosial antar warga,
program KUBE ini tidak hanya dirasakan oleh wahana untuk meningkatkan usaha ekonomi
anggota KUBE saja, akan tetapi masyarakat produktif, menyelesaikan masalah sosial yang
yang ada disekitranya juga dapat menikmati dirasakan keluarga miskin, menyediakan
melalui pinjaman modal tanpa bunga yang di sebagian kebutuhan yang diperlukan keluarga
berikan oleh KUBE guna mengembangkan miskin, pengembangan diri, dan sebagai wadah
usaha warungnya. Dengan demikian simbiosis berbagi pengalaman antar anggota. Pada intinya
mutualisme dengan adanya program KUBE di KUBE mempunyai tujuan agar keluarga miskin
Kelurahan Tanjunggading ini dapat memberikan dapat mencapai tinggkat kesejahteraannya
peningkatan peningkatan pendapatan bagi sehingga keberfungsian sosial masyarakat
anggota dan masyarakat yang ada disekitarnya. miskin menjadi semakin baik.
Kemiskinan dipengaruhi oleh dua faktor, Berdasarkan urain-uraian kondisi
yaitu berupa ketidakmampuan dari dalam lingkungan eksternal dan internal ditampilkan
individu atau kelompok masyarakat seperti analisis SWOT faktor-faktor lingkungan internal
rendahnya kualitas sumber daya manusia, dan eksternal yang dipandang strategis,
sikap dan perilaku miskin, ketidakcakapan sebagaimana tabel berikut ini:
bekerja, pasrah terhadap kondisi miskin dan
Tabel 1
Faktor-faktor Internal

Kekuatan (S) Kelemahan (W)

• Struktur organisasi yang dimiliki oleh • Terbatasnya modal dan anggaran untuk membiayai usaha
KUBE sebagai salah satu kekuatan KUBE.
dalam mengelola usaha KUBE ternak • Masih terdapatnya anggota KUBE yang belum kompak
di Kelurahan Tanjunggading. dalam mengelola usahanya yaitu masih terdapat anggota
• Jumlah anggota KUBE yang memadai KUBE yang membuka usahanya sendiri secara perseorangan.
dari segi kuantitas. • Belum adanya pemasaran produk yang pasti yang
• Sebagian besar anggota KUBE disebabkan oleh belum terjalinnya kemitraan dengan pihak
memiliki komitmen dan kemauan yang luar terutama pangsa pasar yang menerima produk usaha
tinggi terhadap pencapaian tujuan KUBE.
usahanya.

• Adanya dukungan komunitas yaitu • Kurang kompaknya dalam penentuan harga jual produk.
adanya pandangan positif dari • Kualitas produk yang tidak kompetitif.
masyarakat disekitarnya terhadap • Tidak adanya inovasi dan kreativitas dalam memilih jenis
kegiatan KUBE, rasa kegotong- usaha KUBE.
royongan dan kerja sama yang baik, • Masih rendahnya pemahaman dan kemampuan anggota
saling bahu membahu dalam mencapai KUBE dalam penguasaan teknologi dan informasi.
tujuan bersama yaitu meningkatkan
kesejahteraan sosial dan keluarganya.

124
Romi Saputra: Efektivitas Pelaksanaan Program Pemberdayaan Penyandang Masalah ...

Tabel 2
Faktor-faktor Eksternal

Peluang (O) Ancaman (T)


a. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 dan Keputusan Bupati a. Lemahnya pemanfaatan
Nomor 480 Tahun 2010 tentang tentang Pembentukan Tim Koordinasi kemajuan teknologi.
Penanggulangan Kemiskinan Kota Bandarlampung Tahun 2010. b. Manajemen dan pendampingan
b. Otonomi daerah yang memungkinkan pemerintah daerah yang masih lemah.
mengembangkan potensi dan mengelolanya guna meningkatkan c. Kurangnya dukungan
daya saing daerah. dari pemerintah dalam
c. Peluang untuk meningkatkan pendapatan melalui usaha di sektor pengembangan usahanya.
peternakan dengan komoditas ternak yang dikembangkan dan d. Kondisi dan potensi alam yang
sangat strategis dalam menciptakan daya dorong dalam rangka kurang mendukung.
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang.
d. Terbuka peluang kesempatan untuk berusaha atau kesempatan kerja.
e. Kemajuan teknologi informasi yang bisa dimanfatkan untuk
mengembangkan KUBE.

Strategi yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam pelaksanaan Program


Pemberdayaan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial melalui Kelompok Usaha
Bersama (KUBE)
Tabel 3
Matriks SWOT dan Variasi Isu Strategis mengatasi Hambatan dalam Pelaksanaan Program Usaha
Bersama (KUBE) di Kelurahan Tanjunggading

STRENGTH (S) WEAKNESS (W)


Kekuatan: Kelemahan:

1. Struktur organisasi yang a. Terbatasnya modal dan anggaran untuk


IFAS
dimiliki oleh KUBE, membiayai usaha KUBE,
b. Masih terdapatnya anggota KUBE yang belum
2. Jumlah anggota KUBE
kompak dalam mengelola usahanya,
yang memadai dari segi
kuantitas, c. Belum adanya pemasaran produk yang pasti,

3. Sebagian besar anggota d. Kurang kompaknya dalam penentuan harga jual


KUBE memiliki komitmen produk,
dan kemauan yang tinggi e. Kualitas produk yang tidak kompetitif,
terhadap pencapaian
tujuan usahanya, f. Tidak adanya inovasi dan kreativitas dalam
memilih jenis usaha KUBE
4. Adanya dukungan
g. Masih rendahnya pemahaman dan kemampuan
komunitas.
anggota KUBE dalam penguasaan teknologi dan
informasi.

EFAS

Setelah melakukan pembahasan terhadap langkah stratejik yang direkomendasikan untuk


rumusan permasalahan dalam penelitian, mengefektifkan dan mengatasi hambatan
ditemukan fakta-fakta yang diperoleh pelaksanaan program KUBE di Kelurahan
dilapangan. Permasalahan yang diperoleh Tanjunggading.
dalam pelaksanaan program usaha KUBE di Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari
Kelurahan Tanjunggading telah melahirkan gambar 2 berikut.

125
mengatasi hambatan pelaksanaan program KUBE di Kelurahan Tanjung Gading. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat dari Gambar di bawah ini :

Gambar 2
Langkah Stratejik untuk Mengatasi Hambatan dan Mengefektifkan Pelaksanaan
TRANSFORMASI: JURNAL MANAJEMEN PEMERINTAHAN \ VOL. 10 NO. 2 \ OKTOBER 2018: 111 – 129
Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Di Kelurahan Tanjung Gading Kota
Bandar Lampung
Upaya dalam
mengefektifkan dan
Implementasi mengatasi hambatan :
strategi-strategi
mengefektifkan 1. Melakukan
dan mengatasi Pengembangan
hambatan Sumber Daya
pelaksanaan Manusia (Anggota)
Program KUBE dan Menjalin
Kelompok Usaha Kemitraan dengan
Pelaksanaan Bersama (KUBE) Lembaga
Keuangan Mikro.
Program 2. Pembaharuan
Kelompok Manajemen
Usaha Pengelolaan KUBE
dan Memanfaatkan
Bersama kemajuan teknologi
(KUBE) informasi.
3. Revitalisasi
Strategi : Organisasi KUBE
Melakukan 4. Meningkatkan
Pengembangan komunikasi dan
Sumber Daya Melakukan
Manusia (Anggota) Penyesuaian dan
KUBE dan Menjalin Evaluasi terhadap
Kemitraan dengan program dan
Lembaga kegiatan secara
Keuangan Mikro. prioritas serta
penyediaan modal
usaha guna
peningkatan 20
usaha
KUBE.

Gambar 2
Langkah Stratejik untuk Mengatasi Hambatan dan Mengefektifkan Pelaksanaan Program Kelompok Usaha
Bersama (KUBE) di Kelurahan Tanjunggading Kota Bandarlampung

SIMPULAN DAN SARAN Program Pemberdayaan Penyandang


Masalah Kesejahteraan Sosial melalui
Simpulan Kelompok Usaha Bersama (KUBE).
Berdasarkan hasil Penelitian dan
(a) Faktor Pendukung
Pembahasan yang telah dikemukakan
sebelumnya dapat ditarik beberapa simpulan 1) Kelancaran pelaksanaan Program
sebagai berikut. Pemberdayaan Penyandang Masalah
1.
Efektivitas Pelaksanaan Program Kesejahteraan Sosial melalui KUBE
Pemberdayaan Penyandang Masalah adalah aktifnya anggota dalam
Kesejahteraan Sosial melalui Kelompok mengelola usahanya.
Usaha Bersama (KUBE) di Kelurahan 2) Motivasi anggota untuk melaksanakan
Tanjunggading sudah dilakukan oleh dan mengelola usaha cukup tinggi.
pemerintah Kota Bandarlampung, tetapi 3) Partisipasi masyarakat dalam
masih ada beberapa program yang belum mendukung kegiatan Kelompok
dilaksanakan. Program yang belum Usaha Bersama (KUBE) yang
dapat tercapai sesuai dengan tujuan dilihat dari antusias dan harapan
yaitu keberlangsungan program dalam masyarakat dalam menghadiri setiap
penambahan modal usaha. pertemuan.
2. Faktor-faktor yang mendukung dan 4) Pembinaan dari pemerintah daerah
menghambat efektivitas pelaksanaan baik itu supervisi dan bimbingan

126
Romi Saputra: Efektivitas Pelaksanaan Program Pemberdayaan Penyandang Masalah ...

mengenai usaha yang sedang Saran


dijalankan.
Berdasarkan pembahasan yang telah
disimpulkan di atas, maka diajukan saran-
(b) Faktor Penghambat
saran sebagai berikut.
1) Manajemen dan pendampingan yang 1.
Guna mengefektifkan Program
belum efektif. Pemberdayaan Penyandang Masalah
2) Kompetensi Sumber Daya Manusia Kesejahteraan Sosial melalui Kelompok
(anggota) yang masih rendah. Usaha Bersama (KUBE), maka perlu
3) Tidak adanya penambahan modal dilakukan hal-hal sebagai berikut.
usaha guna pengembangan kelompok a. Meningkatkan pemodalan KUBE
usaha bersama. dengan bekerjasama dengan pihak-
4) Pemasaran hasil produksi yang belum pihak yang dapat memberikan
menjangkau pasar yang salah satunya tambahan dengan syarat ringan/tanpa
ditentukan oleh faktor kemampuan jaminan dan pembentukan pemodalan
menjalin kerja sama/kemitraan usaha. swadaya melalui kegiatan arisan
kelompok.
5) Persaingan Usaha, dimana KUBE
yang ada di kelurahan Tanjunggading b. Perlu adanya sumbangan sosial wajib
dari 10 KUBE jenis usahanya sama bagi anggota dalam bentuk Iuran
yaitu ternak domba, sehingga Kesejahteraan Sosial (IKS) sebagai
persaingan usaha semakin ketat. perekat hubungan social dan kerja
sama di antara sesama anggota
3. Strategi yang dilakukan untuk mengatasi
KUBE.
hambatan dalam pelaksanaan Program
Pemberdayaan Penyandang Masalah c. Pemilihan jenis usaha yang
Kesejahteraan Sosial melalui Kelompok didasarkan kepada minat anggota
Usaha Bersama (KUBE), yaitu: dengan mempertimbangan potensi
dan sumber daya alam yang ada.
a. Pengembangan Sumber Daya
Manusia (Anggota) KUBE dan 2. Adanya faktor Penghambat Program
Menjalin Kemitraan dengan Lembaga Pemberdayaan Penyandang Masalah
Keuangan Mikro berdasarkan tingkat Kesejahteraan Sosial melalui Kelompok
strategisnya mendapat total skor 35, Usaha Bersama (KUBE) di Kelurahan
dengan skor rata rata 2,69. Tanjunggading, maka yang perlu
b. Manajemen Pengelolaan KUBE dan dioptimalkan adalah:
Memanfaatkan kemajuan teknologi a. Mengevaluasi manajemen
informasi berdasarkan tingkat pengelolaan KUBE;
strategisnya mendapat total skor 32, b. Peningkatan Sumber Daya Manusia
dengan skor rata rata 2,46. (anggota), dengan cara mendatangkan
c. Revitalisasi Organisasi KUBE ahli bidang peternakan, penyuluhan-
berdasarkan tingkat strategisnya penyuluhan, magang ke peternakan
mendapat total skor 30, dengan skor yang sudah sukses atau memberikan
rata rata 2,31. diklat;
d. Melakukan Penyesuaian dan Evaluasi c. Menjalin kerja sama dengan para
terhadap program dan kegiatan pengusaha sukses (konglomerat);
secara prioritas serta penyediaan d. Meningkatkan jaringan Pemasaran,
modal usaha guna peningkatan dengan cara mengikuti kegiatan
usaha KUBE berdasarkan tingkat pameran, melaksanakan pelatihan
strategisnya mendapat total skor 29, pemasaran dan penguasaan jaringan
dengan skor rata rata 2,23. informasi;

127
TRANSFORMASI: JURNAL MANAJEMEN PEMERINTAHAN \ VOL. 10 NO. 2 \ OKTOBER 2018: 111 – 129

e.
Melakukan kemitraan dengan Nasir, Mohamad, 2005, Metode Penelitian, PT
pihak-pihak yang memiiki jaringan Ghalia Indonesia, Bogor.
pemasaran dan peningkatan kualitas The Liang, Gie, 1993, Pertumbuhan Pemerintahan
produk ternak. Daerah di Negara Republik Indonesia,
3. Saran ditinjau dari aspek keilmuan perlu Jilid I, Liberty, Yogyakarta.
dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
Robbins, Stephen P, Terj.Jusup Udaya, 1995, Teori
mengkaji lebih mendalam mengenai
Organisasi, Struktur, Desain dan Aplikasi,
Pelaksanaan Program Kelompok Usaha
Edisi 3, Alcan, Jakarta.
Bersama yaitu tentang: Administrasi
KUBE, Pertanggungjawaban KUBE, Osborne, David dan Ted Gaebler, 2005, Mew-
Manajemen KUBE, Pengawasan KUBE, irausahakan Birokrasi (Reinventing
dan Struktur. Government: how the entrepreneurial
spirit is transforming the public sector),
Penerjemah Abdul Rosyid, PPM, Jakar-
DAFTAR PUSTAKA
ta.
Antonio Pradjasto Hardojo, dkk, 2008, Tyson, Shain, 1992, Perilaku Organisasi
Mendahulukan si Miskin: buku sumber (terjemahan oleh Dedi Jakobus dan Dwi
bagi Anggaran Pro Rakyat, LKiS, Prabandini), Andi, Yogyakarta.
Yogyakarta.
Gibson, James L. Ivancevich, John M. and
Ambar, Sulistiyani. 2004. Kemitraan dan Model Donnely, James H Jr, 1997, Organisasi
Pemberdayaan, Gaya Media Yogyakarta. dan Manajemen: Perilaku, Struktur dan
Amirin, M. Tatang. 2000. Menyusun Rencana Proses, Erlangga, Jakarta.
Penelitian. PT Raja Grafindo Persada. Hikmat, Harry, 2006, Strategi Pemberdayaan
Jakarta. Masyarakat, Humaniora Utama Press,
Basrowi dan Suwandi, 2008, Memahami Bandung.
Penelitian Kualitatif, PT Rineka Cipta,
Miles, B. Mathew dan A. Michael Huberman,
Jakarta.
1992, Analisa Data Kualitatif, UI Press,
Bryson, John M, 2003, Perencanaan Strategis Jakarta;
Bagi Organisasi Sosial, (Terjemahan)
Moleong, Lexy, J, 2002. Metodologi Penelitian
Oleh Miftahuddin, Pustaka Pelajar
Kualitatif, PT Remaja Rosda Karya,
Offset, Yogyakarta.
Bandung
Dunn, William N, 2003, Pengantar Analisis
Mulyadi, 2001, Sistem Perencanaan dan
Kebijakan Publik (terjemahan), Edisi
Pengendalian Manajemen, Salemba
Kedua, Gadjah Mada University Press,
Empat, Jakarta.
Yogyakarta.
Irawan, Prasetya, 2007, Penelitian Kualitatif Rangkuti, Freddy, 2006, Analisis SWOT Teknik
& Kuantitatif untuk Ilmu-ilmu Membedah Kasus Bisnis, PT Gramedia
Sosial (Cetakan I), Departemen Ilmu Pustaka Utama, Jakarta
Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan R. Wrihatbolo, Randy dan Nugroho D, Riant,
Ilmu Politik, Universitas Indonesia, 2007, Manajemen Pemberdayaan:
Jakarta. Sebuah Pengantar dan Panduan untuk
Jones, Charles O. 1996. (Penyunting Ricky Pemberdayaan Masyarakat, Gramedia,
Ismanto), Pengantar Kebijakan Publik, Jakarta.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Rusidi, 2006, Metodologi Penelitian (hand-out),
Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Elaborasi Pedoman Penulisan Tesis
Kualitatif. Remaja Rosdakarya. dan Disertasi Unpad, Bandung (tidak
Bandung. dipublikasikan).

128
Romi Saputra: Efektivitas Pelaksanaan Program Pemberdayaan Penyandang Masalah ...

Salusu, J, 1996, Pengambilan Keputusan Strategik, Undang-Undang Republik Indonesia No. 11


Untuk Organisasi Publik dan Organisasi Tahun 2009 tentang Kesejahteraan
Non Publik, Raja Grafindo, Jakarta Sosial.
Sumaryadi, Nyoman, 2005, Efektivitas Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004
Implementasi Kebijakan Otonomi tentang Rencana Kerja Pemerintah.
Daerah, Citra Utama, Jakarta. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
Sugiama, Gima, 2008, Metode Riset, Bisnis dan tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
Manajemen, Guardaya Intimarta, Antara Pemerintah, Pemerintahan
Bandung. Daerah Provinsi, Kab/Kota.
Suharsimi Arikunto, 2006, Prosedur Penelitian: Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008
Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
VI), Rineka Cipta, Jakarta. Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Supriatna, Tjahya. 1997. Birokrasi, Pemberdayaan Rencana Pembangunan Daerah.
dan Pengentasan Kemiskinan, Bandung: Peraturan Presiden R.I. Nomor 15 Tahun 2010
Humaniora Utama Press. tentang Percepatan Penanggulangan
Sugiyono, 2007, Memahami Penelitian Kualitatif, Kemiskinan.
Alfabeta, Bandung. Peraturan Menteri Dalam R.I. Nomor 42 Tahun
_________, 2005, Memahami Penelitian Kualitatif, 2010 tentang Koordinasi Penggulangan
CV. Alfabeta, Bandung. Kemiskinan Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Suharto, Edi. 2004. Pembangunan, Kebijakan Keputusan Direktur Jenderal Pemberdayaan Sosial
Sosial dan Pekerjaan Sosial. Spektrum Nomor 239/PS.5/KPTS/V/2011 tentang
Pemikiran. Lembaga Penerbitan Penetapan Kelompok Usaha Bersama
Pembangunan Kesejahteraan Sosial (KUBE) Penerima Program Pemberdayaan
(LPPKS) STKS. Bandung. Fakir Miskin Melalui Mekanisme Bantuan
Langsung Pemberdayaan Sosial (BLBS)
____________, 2005. Membangun Masyarakat
Tahun 2010.
Memberdayakan Rakyat. Kajian
Strategis Pembangunan Kesejahteraan Rencana Strategis Dinas Sosial Tenaga Kerja dan
Sosial dan Pekerjaan Sosial. Refika Transmigrasi Kota Bandarlampung
Aditama. Bandung. 2014-2018.

Soekanto, Soerjono, 1990, Sosiologi: Suatu Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kota
Pengantar, PT Raja Grafindo Persada, Bandarlampung Tahun 2017.
Jakarta. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Soetrisno, 2002. Administrasi dan Ilmu Politik. Pemerintah (LAKIP) Dinas Sosial
Bina Aksara. Bandung. Tenaga Kerja dan Transmigrasi Tahun
2016.
Subroto, 2005. Administrasi dan Ilmu Politik.
Usaha Nasional, Surabaya. Laporan Tim Koordinasi Penanggulangan
Kemiskinan Daerah Kota
Tachjan, 2008, Implementasi Kebijakan Publik,
Bandarlampung Tahun 2016.
AIPI, Bandung.
Westa, Pariata, Sutarto dan Ibnu Syamsi. 1985. Sumber Lain
Ensiklopedi Administrasi. Jakarta: CV.
Randy R. Wrihatnolo, 2008, Realita Kemiskinan
Haji Masagung.
2016 dan Program untuk si Miskin
(online), Tersedia: http://wrihatnolo.
Peraturan Perundang-Undangan
blogspot.com/2017/07/realita-
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang kemiskinan-2017-dan-program.html,
Pemerintahan Daerah (7 Pebruari 2019).

129
TRANSFORMASI: JURNAL MANAJEMEN PEMERINTAHAN \ VOL. 10 NO. 2 \ OKTOBER 2018

You might also like